bab v konsep perancangan -...
TRANSCRIPT
63
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Berdasarkan kesimpulan mengenai perilaku-perilaku umum khas masyarakat Kampung
Juminahan dan penghuni Rumah Susun Grha Bina Harapan beserta tindak lanjutnya yang telah
dibahas pada bab sebelumnya, bab 5 ini akan diisi dengan gagasan-gagasan arsitektur sebagai aspek
redesain rumah susun yang merupakan bentuk tindak lanjut atas perilaku-perilaku tersebut. Gagasan
ini diharapkan bisa memfasilitasi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Kampung
Juminahan khususnya di eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan.
Tabel 5.1.1. Gagasan Arsitektur Berdasarkan Tindak Lanjut dari Perilaku
Perilaku Tindak Lanjut
Gagasan Arsitektur Lingkup Perancangan
Fasilitasi Modifikasi Prevensi Makro Meso Mikro
Penghuni/tamu rumah
susun memarkirkan
kendaraannya (motor) di
tepi jalan.
V
Menambahkan
tempat parkir
sementara di muka
rumah susun dan
semi-basement untuk
parkir penghuni.
V
Penghuni yang berprofesi
sebagai pedagang tetap
(toko) maupun pedagang
keliling (gerobak)
membuat mereka lebih
sering beraktivitas di luar
ruangan (berjualan).
V
Mempertahankan
lantai dasar sebagai
area komersial dan
membuat tempat
penyimpanan
gerobak di lantai
semi-basement.
V
Anak-anak lebih sering
bermain di jalanan V
Menambah fasilitas
tempat bermain anak
di dalam lingkungan
rumah susun.
V
Penghuni rumah susun dan
warga Kampung
Juminahan lebih sering
bersosialisasi di
koridor/gang depan unit
huniannya.
V
Membuat koridor
yang berfungsi ganda
sebagai sirkulasi dan
pekarangan rumah.
V
Penghuni rumah susun
memanfaatkan shading
horizontal yang ada di
balkon untuk
menggantungkan
jemurannya.
V Menerapkan shading
vertikal (fins). V
Penghuni rumah susun
yang memanfaatkan
tritisan balkon huniannya
sebagai kandang ayam.
V
Menghilangkan akses
penghuni ke tritisan
balkon.
V
Koridor oleh penghuni
rumah susun dimanfaatkan
layaknya pekarangan
rumah.
V
Membuat koridor
yang berfungsi ganda
sebagai sirkulasi dan
pekarangan rumah.
V
Gang Kampung Juminahan
tidak jarang ditutup untuk
umum jika ada warga yang
mengadakan pesta
V
Menambah fasilitas
ruang serbaguna di
rumah susun yang
dapat diakses oleh
V
64
siapa saja.
Di rumah susun sering
diadakan acara pentas
kreativitas pemuda antar
kampung yang bertempat
di ruang sisa yang terdapat
di bagian utara rumah
susun yang berbatasan
langsung dengan Kampung
Juminahan.
V
Menambah fasilitas
ruang serbaguna di
rumah susun yang
dapat diakses oleh
siapa saja.
V
Sumber: Penulis (2015)
5.1. Konsep Perancangan Makro
"Menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini sebagai pusat kegiatan sosial yang terintegrasi
dengan kampung di sekitarnya dan memiliki citra serta dapat diterima dengan baik oleh seluruh
warga Kampung Juminahan."
Kampung Juminahan termasuk ke dalam permukiman padat kumuh yang tidak memiliki banya
ruang terbuka publik yang tersisa untuk bersosialisasi. Akibatnya, segala bentuk aktivitas mulai dari
aktivitas yang paling pribadi hingga aktivitas publik terjadi di jalan kampung (gang). Demikian pula
yang terjadi pada bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan. Bangunan rumah susun tersebut
seakan-akan terisolasi dan mengintimidasi perkampungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan konflik
yang terjadi membuat citra rumah susun tersebut menjadi semakin buruk dimata warga.
Oleh karena itu disusunlah gagasan-gagasan arsitektur yang didasari oleh perilaku sosial
masyarakat Kampung Juminahan guna untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada di rumah
susun tersebut. Dengan menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan sebagai pusat kegiatan sosial
yang terintegrasi dengan kampung di sekitarnya, maka diharapkan dapat mengubah citra rumah susun
ini menjadi lebih baik dan juga diterima dengan baik oleh seluruh warga Kampung Juminahan
Tabel 5.1.2. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Penelitian Sasmito (2014)
Konsep Makro
Indikator Gagasan Arsitektur
Kenyamanan Lingkungan Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau
Memperbanyak Ruang Komunal
Kualitas Bangunan
Desain sesuai standar rumah susun
Desain fasad dan elemen arsitektural yang mencerminkan
identitas lokal
Penerapan Teknologi Baru
Penggunaan teknologi bangunan konvensional dengan
perawatan rendah (low maintenance)
Tidak menggunakan lift
Aksesibilitas Desain yang aksesibel bagi difabel dan lansia (penggunaan
ramps, guide block, railing, tangga darurat, dsb) Sumber: Penulis (2015)
65
Tabel 5.1.3. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Pemikiran Penulis
Konsep Makro
Indikator Gagasan Arsitektur
Fleksibilitas Menerapkan ruang-ruang hunian/non hunian yang multifungsi
baik itu secara horizontal atau vertikal
Toleransi Keruangan Dasar pengukuran yang disesuaikan dengan perilaku
masyarakat kampung, pada umumnya lebih kecil dari standar
baku yang telah ditetapkan
Ekologis Standar desain bangunan hijau (green building design)
Kampung
Menggunakan citra bangunan dengan tipologi kampung
Mempertahankan suasana perkampungan/permukiman
horizontal di dalam rumah susun Sumber: Penulis (2015)
5.2. Konsep Perancangan Meso
5.2.1. Konsep Programatik Bangunan
Luas Tapak : 1481m2
KDB : 50%
KLB : 5
Luas Tapak Bangunan Max : 740,5m2
Luas Lantai Terbangun : 3702,5m2
Perbandingan Unit : Sirkulasi : 70:30
Gambar 5.2.1.Sketsa Aspek Programatik Rumah Susun
Sumber: Penulis (2013)
66
5.2.2. Konsep Tata Massa Bangunan
1. Perencanaan Jumlah Blok Rumah Susun
Perencanaan blok masa didasarkan pada jumlah unit yang terdapat pada
bangunan rumah susun eksisting yaitu 68 unit, dan masih bisa ditambah jika
memungkinkan. Unit tersebut terbagi atas 2 blok bangunan setinggi 5 lantai yang pada
masing-masing bloknya terdapat 40 dan 28 unit. Karena akan dilakukan redesain pada
rumah susun ini maka bangunan rumah susun baru akan terdiri dari 3 blok bangunan,
yaitu 1 blok bangunan berisi 40 unit hunian dan 2 blok bangunan yang masing-masing
berisi 15 unit hunian. Dengan konfigurasi ini maka akan didapat total 70 unit hunian.
Gambar 5.2.2. Sketsa Jumlah Blok Rumah Susun
Sumber: Penulis (2015)
2. Konsep Konfigurasi Massa Bangunan
Konfigurasi keseluruhan bangunan membentuk huruf U, menciptakan ruang
di tengah bangunan yang selanjutnya akan diolah menjadi ruang terbuka publik yang
dapat dipergunakan sebagai tempat bermain anak, sarana bersosialisasi antara
penghuni rumah susun dan warga Kampung Juminahan dan tempat penyelenggaraan
berbagai acara kegiatan.
Gambar 5.2.3. Sketsa Konfigurasi Massa Bangunan
Sumber: Penulis (2015)
67
5.2.3. Konsep Zonasi Tapak
Gambar 5.2.4. Ukuran Tapak dan Eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan
Sumber: Penulis (2015)
Untuk menyusun massa bangunan, tahap awal yang perlu diperhatikan adalah peraturan
daerah tata bangunan. Perencanaan tapak diawali dengan penempatan garis sempadan bangunan
yaitu 3m dari permukiman warga, 5m dari badan jalan utama, dan 8m dari sungai.
Gambar 5.2.5. Sketsa Garis Sempadan Sungai dan Bangunan
Sumber: Penulis (2015)
Bangunan rumah susun dibagi menjadi dua zona, yaitu zona bangunan rumah susun dan
zona luar bangunan rumah susun yang keduanya saling berkaitan. Masing-masing zona berikut
adalah :
1. Zonasi Bangunan Rumah Susun
Zona Bangunan Rumah Susun berupa fasilitas yang ada di dalam satu bangunan
tersebut. Fasilitas tersebut adalah unit hunian, ruang komersial, fasilitas-fasilitas (ruang
komunal, ruang servis) dan juga ruang parkir.
68
2. Zonasi Luar Bangunan
Zonasi luar bangunan merupakan fasilitas yang berada di luar bangunan utama.
Zonasi luar bangunan terdiri dari:
a. Zona Ruang Terbuka
Zona ruang terbuka juga merupakan ruang-ruang komunal bersifat publik yang
bertujuan untuk dapat memenuhi aktivitas-aktivitas sosial dari penghuni maupun
warga luar rumah susun. Letaknya berada di antara massa bangunan sehingga mudah
untuk diakses oleh penghuni.
b. Zona Servis
Pada sebuah bangunan dibutuhkan sistem utilitas untuk mendukung suatu bangunan.
Sistem utilitas ini dapat berupa pipa-pipa saluran yang merupakan bagian dari gedung,
namun klasifikasi sistem utilitas juga ada yang ditentukan berdasarkan sifatnya
terhadap kenyamanan penghuni. Utilitas yang berukuran besar dan memiliki
kebisingan tertentu diletakkan dil luar bangunan karena membutuhkan ruang khusus,
misalnya seperti genset dan tempat pembuangan sampah yang difungsikan sebagai
tempat pembuangan sementara sebelum diangkut oleh petugas.
c. Zona Hijau
Selain persyaratan RTH yang ditentukan pada pada tiap bangunan, penghijauan juga
berfungsi sebagai penambah kenyamanan termal bangunan. Zona hijau dapat ditanami
berbagai jenis vegetasi yang tidak membutuhkan perawatan khusus mengingat
perilaku warga Kampung Juminahan yang tidak terbiasa melakukan kerja bakti secara
rutin.
d. Zona Sirkulasi
Jalan untuk sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi untuk kendaraan (motor,
mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki.
Gambar 5.2.6. Sketsa Zonasi Tapak
Sumber: Penulis (2015)
69
5.2.4. Konsep Sirkulasi Tapak
Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan jenis pengguna, yaitu sirkulasi
untuk kendaraan (motor, mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki.
Mengingat sebagian besar penghuni rumah susun berprofesi sebagai pedagang, maka disediakan
ruang khusus untuk menyimpan gerobak-gerobak dagangan mereka di lantai semi-basement.
Gambar 5.2.7. Sketsa Sirkulasi Tapak
Sumber: Penulis (2015)
5.2.5. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan
Dalam sebuah pemukiman, banyak kegiatan yang perlu di wadahi untuk menunjang gaya
hidup dari penghuni. Fasilitas-fasilitas tersebut berada masih di lingkup kawasan rumah susun
dengan alasan kemudahan akses dan keamanan. Namun, fasilitas yang disediakan di dalam rumah
susun bukan berarti hanya bisa digunakan untuk penghuni tapi juga pengguna dari luar (bukan
penghuni). Untuk itu perlu diolah konsep penataan fasilitas agar mudah diakses dari luar tanpa
mengganggu penghuni rumah susun.
Tabel 5.2.1. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan
Jenis Fasilitas Fasilitas Peruntukan Ketentuan Tata Letak
Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka digunakan untuk
berinteraksi antar penghuni,
memiliki fungsi ganda sebagai
lapangan olahraga, tempat bermain
anak, dan tempat penyelenggaraan
berbagai acara kegiatan. Juga dapat
berfungsi sebagai assembly point
ketika sedang ada bencana.
Terletak di tengah dan dikelilingi oleh
massa blok bangunan, sehingga segala
kegiatan yang sedang berlangsung
dapat dipantau dengan baik.
Pelataran Usaha
Pelataran usaha berupa los-los
kosong yang dapat diisi sendiri oleh
penyewa sesuai dengan jenis
usahanya.
Terletak di lantai 2 pada blok bangunan
terbesar yang langsung menghadap ke
jalan utama (jalan Juminahan) agar
dapat terlihat dengan mudah.
Tempat Parkir
Kendaraan
Sebagai fasilitas untuk menyimpan
kendaraan bermotor baik itu mobil
ataupun motor penghuni rumah
susun. Juga berfungsi sebagai
tempat menyimpan gerobak
dagangan penghuni.
Khusus untuk parkir kendaraan
penghuni terdapat pada lantai basement
dengan alasan untuk penghematan
lahan dan keamanan. Sementara untuk
kendaraan tamu/pembeli di kios-kios
disediakan kantong parkir di tepi jalan
agar tidak mengganggu lalu lintas.
Sumber: Penulis (2015)
70
Gambar 5.2.8. Sketsa Tata Ruang Fasilitas Bangunan
Sumber: Penulis (2015)
5.3. Konsep Perancangan Mikro
5.3.1. Konsep Zonasi Tata Ruang Hunian
Hanya terdapat 1 tipe unit hunian, yaitu tipe 21 (luas minimal hunian rumah susun).
Pembagian zona unit hunian didasarkan pada aktivitas pengguna dan blok bangunan rumah
susun. Penggunaan 1 tipe hunian pada rumah susun ini bertujuan untuk menghemat modul
struktur yang digunakan. Jika kapasitas hunian dirasa tidak mencukupi maka dapat
menggabungkan 2 unit hunian dengan cara membuka partisi yang memisahkan antar unit hunian.
Partisi ini juga dapat dibuka dengan seizin pemilik hunian jika akan diadakan acara yang
memerlukan ruangan yang luas.
Gambar 5.3.1. Ilustrasi Zonasi Vertikal Bangunan
Sumber: Penulis (2013)
71
5.3.2. Konsep Pola Organisasi Ruang
1. Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar
Gambar 5.3.2. Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar
Sumber: Penulis (2015)
2. Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal
Gambar 5.3.3. Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal
Sumber: Penulis (2015)
3. Pola Organisasi Ruang Unit Hunian
Gambar 5.3.4. Pola Organisasi Ruang Hunian
Sumber: Penulis (2015)
5.3.3. Konsep Denah Unit
Karena sempitnya luas hunian yang tersedia, maka untuk rancangan ruang dan furnitur
pada rumah susun harus mempunyai fleksibilitas tinggi dan berfungsi ganda. Oleh karena itu
dipilih denah tipe open plan dimana tidak ada dinding partisi yang permanen kecuali pada bagian
muka dan belakang hunian. Fleksibilitas penggunaan ruang dan penggunaan furnitur
memungkinkan penghuni menata ruang tinggalnya menjadi bermacam-macam pola, misalnya
pola siang dan pola malam. Dalam menyediakan ruangan berfungsi ganda, ruang makan
seharusnya digabung dengan ruang dapur, tidak dengan ruang tamu seperti diterapkan di rumah
susun yang ada. Untuk tipe sangat kecil yang dihuni keluarga (Tipe 21 yang dihuni oleh rata-rata
72
5 orang), harus disediakan ruang tinggal berfungsi ganda yang dapat dibagi menjadi minimal dua
ruang untuk orang tua dan anak-anak. Ruang tinggal tidak dibagi menjadi ruang tidur dan ruang
duduk, tetapi ruang I dan ruang II yang masing-masing berfungsi ganda.
1. Konsep Denah Unit Hunian
Gambar 5.3.5. Sketsa Konsep Hubungan Ruang Unit Hunian
Sumber: Penulis (2015)
Gambar 5.3.6. Sketsa Konsep Fleksibilitas Ruang
Sumber: Penulis (2015)
73
2. Gagasan Detil Denah
Tampak luar rumah susun yang kumuh menjadi salah satu masalah yang harus
diselesaikan. Banyaknya pakaian yang di jemur di balkon atau jendela unit selain disebabkan oleh
sifat praktis penghuni namun juga karena adanya ruang untuk menjemur. Gagasan ini tidak
bertujuan untuk mengubah pola aktivitas penghuni rumah susun tapi bertujuan untuk mengatasi
tampak rumah susun yang secara visual terlihat kumuh yang ditimbulkan oleh adanya sifat praktis
tersebut. Setiap unit diberi balkon yang dapat dijadikan tempat jemur seluas 1m x 2m, kemudian
untuk mengatasi terlihatnya jemuran dari luar, setiap balkon diberi shading dengan jarak 1m
sehingga tidak dapat dijangkau oleh tangan untuk mengkaitkan sesuatu.
Gambar 5.3.7. Sketsa Konsep Tangga Opsional
Sumber: Penulis (2015)
5.3.4. Konsep Sirkulasi dan Transportasi
1. Sistem Transportasi Horizontal Bangunan (Koridor)
Koridor rumah susun tetap menggunakan sistem single loaded corridor karena
penggunaan sistem double loaded corridor dirasa tidak relevan dengan kondisi warga
Kampung Juminahan karena kampung ini dikenal dengan citra 'kampung preman', maka
dengan penggunaan double loaded corridor akan memperbesar kemungkinan terjadinya
tindak kriminal di dalam lingkungan rumah susun. Sistem single loaded corridor yang
langsung menghadap ke luar ruangan yang terdapat pada Rumah Susun Grha Bina harapan
dirasa lebih tepat dan akan dipertahankan dalam konsep redesain, karena segala aktivitas
74
penghuni rumah susun dapat dilihat dari luar sehingga akan mengurangi kemungkinan
terjadinya tindak kriminalitas.
Sistem single loaded corridor juga akan dimodifikasi sehingga dapat berfungsi ganda
sebagai "pekarangan rumah" tiap unit hunian. Koridor ini juga dapat digunakan sebagai
ruang komunal di dalam bangunan, sehingga tidak diperlukan lagi ruangan khusus untuk
bersosialisi.
Gambar 5.3.8. Sketsa Sistem Single Loaded Corridor
Sumber: Penulis (2013)
2. Sistem Transportasi Vertikal Bangunan
Rumah susun termasuk jenis bangunan tinggi (low rise building). Untuk bangunan
low rise, transportasi vertikal yang paling cocok digunakan adalah tangga. Tidak digunakan
elevator karena pertimbangan biaya dari pemeliharaannya yang mahal. Sedangkan menurut
ketentuan bangunan tinggi yang tidak mengunakan lift, ketinggian maksimal bangunan
adalah 4-5 lantai. Perletakan tangga disesuaikan dengan syarat setiap 30m panjang
bangunan harus disediakan tangga. Karena desain rumah susun yang baru harus
mengutamakan kemudahan akses bagi lansia, maka selain tangga digunakanlah ramps di
luar bangunan untuk menghubungkan setiap lantainya.
Gambar 5.3.9. Ilustrasi Sistem Outdoor Ramps
Sumber: Siema (2013)
5.3.5. Konsep Sistem Bangunan
1. Sistem Struktur
Bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini menggunakan konstruksi beton
bertulang dengan sistem struktur core+shear wall+rigid frame yang dimana merupakan
sistem struktur konvensional yang mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Sistem struktur
ini sudah teruji kekuatannya untuk menahan beban angin dan gempa. Sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia tentang Syarat Konstruksi rumah susun, bangunan rumah susun
ini tidak menggunakan balok-balok anak, hanya terdapat balok-balok induk dan balok
kantilever.
75
Gambar 5.3.10. Ilustrasi Sistem Struktur Core+Shear Wall+Rigid Frame
Sumber: Penulis (2013)
2. Pencahayaan Alami dan Buatan
Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan tersebut menggunakan
pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kebutuhan, fungsi dan pengguna ruang
tersebut. Semua ruangan dilengkapi dengan pencahayaan buatan yang dapat dinyalakan
apabila diperlukan. Pemanfaatan pencahayaan alami pada bangunan dimanfaatkan
semaksimal mungkin, hal ini dilakukan dengan cara memperbanyak elemen bukaan dan
void pada sisi-sisi bangunan.
3. Penghawaan Alami
Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan konsep cross ventilation.
Penerapan konsep ini dilakukan dengan cara memberikan bukaan-bukaan pada ruang-ruang
yang saling berhadapan.
5.4. Konsep Ekologis
1. Pemanfaatan Vegetasi Terhadap bangunan
Vegetasi merupakan cara alami yang efektif dalam mengatasi cahaya berlebih yang
masuk ke dalam bangunan. Vegetasi di depan bangunan dapat berfungsi untuk menyaring
cahaya sehingga tidak berlebihan. Perletakkan vegetasi tidak hanya dapat dimanfaatkan di
luar bangunan saja namun juga di dalam bangunan. Sekarang banyak hunian/rumah susun
yang menggunakan urban farming guna memasukkan unsur hijau di dalam bangunan, hal
ini juga merupakan salah satu cara untuk mendidik penghuni agar mau merawat tanaman
tersebut.
76
2. Penerapan Ventilasi Silang
Ventilasi silang masuk melewati balkon, yang kemudian menerus melewati dalam
bangunan dan keluar lagi menuju koridor untuk masuk ke gedung selanjutnya.
3. Sistem Utilitas
Utilitas bangunan pada bangunan rumah susun menjadi bagian yang paling penting.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip ekologis, sistem utilitas bangunan berperan cukup besar
dalam hal efisiensi energi pada air, listrik dan penerangan bangunan. Beberapa pendekatan
yang akan diaplikasikan pada Rumah Susun Grha Bina Harapan yaitu:
a. Air Limbah
Rumah susun merupakan tempat tinggal massal bagi banyak manusia. Semakin
banyak orang yang tinggal di rumah susun berarti semakin banyak pula limbah kotoran
yang dihasilkan. Dalam kebanyakan kasus limbah tersebut hanya diolah melalui septic tank
atau bahkan langsung dibuang ke riool kota. Padahal dengan limbah kotoran sebanyak itu
akan bisa menghasilkan keuntungan jika diolah dengan baik, salah satunya adalah dengan
cara pengolahan biodigester. Limbah kotoran padat akan ditampung di biodigester selama
rentang waktu tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan gas metana yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari.
Gambar 5.4.1. Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Kotoran Manusia (Biodigester)
Sumber: Penulis (2013)
b. Air Hujan
Untuk penampungan air hujan akan ditampung di atap (reservoir atas-air hujan)
dengan pertimbangan pengaliran air tanpa listrik, sehingga apabila terjadi kebakaran
sprinkler dapat tetap berfungsi, selain itu dari segi pemipaan dan jarak yang ditempuh air
hujan ke penampungan lebih dekat.
Apabila sudah penuh maka akan dialirkan ke reservoir bawah air hujan yang terletak
di taman (kolam). Kolam dibagi menjadi dua yakni kolam penampungan air hujan dan
kolam penampungan air daur ulang. Untuk mendaur ulang air diutamakan untuk dilakukan
secara alami (reedbeds/semak tidur). Hasil dari proses daur ulang akan dipompa kembali,
yang kemudian dapat digunakan untuk menyiram toilet/tanaman.
77
Gambar 5.4.2. Sketsa Sistem Pengolahan Air Hujan
Sumber: Penulis (2013)
c. Sampah
Penanganan menggunakan sistem cerobong gravitasi. Terdapat satu tempat
pengumpulan sampah akhir pada tiap lantai, di mana tempat sampah tersebut berbentuk
seperti shaft vertikal menerus dari lantai dasar sampai lantai atas. Shaft gravitasi umumnya
berukuran 20-90 cm, namun yang paling banyak digunakan berdiameter 60 cm.
Gambar 5.4.3. Sketsa Sistem Pengolahan Sampah
Sumber: Penulis (2013)
4. Biopori
Biopori adalah liang (lubang) kecil di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas
fauna tanah dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi
tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga dapat melancarkan peresapan air ke dalam tanah.
Konsep biopori pada penerapan ekologis pada rumah susun adalah pembuatan lubang
resapan biopori (LRB) pada beberapa titik di area terbuka yang telah direncanakan dan kemudian
mengisinya dengan sampah organik. Pemanfaatan kembali sampah organik untuk sistem biopori
memiliki beberapa keuntungan bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu:
78
a. Meningkatkan daya resapan air.
b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar. Sampah organik yang
dimasukkan dalam lubang resapan biopori akan diuraikan mikroorganisme tanah
menjadi kompos. Kompos dapat dipanen setiap periode tertentu dan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik berbagai jenis tanaman.
c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
d. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
e. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
f. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Gambar 5.4.4. Ilustrasi Sistem Biopori
Sumber: dinolefty.wordpress.com