bab v konsep perancangan -...

16
63 BAB V KONSEP PERANCANGAN Berdasarkan kesimpulan mengenai perilaku-perilaku umum khas masyarakat Kampung Juminahan dan penghuni Rumah Susun Grha Bina Harapan beserta tindak lanjutnya yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bab 5 ini akan diisi dengan gagasan-gagasan arsitektur sebagai aspek redesain rumah susun yang merupakan bentuk tindak lanjut atas perilaku-perilaku tersebut. Gagasan ini diharapkan bisa memfasilitasi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Kampung Juminahan khususnya di eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan. Tabel 5.1.1. Gagasan Arsitektur Berdasarkan Tindak Lanjut dari Perilaku Perilaku Tindak Lanjut Gagasan Arsitektur Lingkup Perancangan Fasilitasi Modifikasi Prevensi Makro Meso Mikro Penghuni/tamu rumah susun memarkirkan kendaraannya (motor) di tepi jalan. V Menambahkan tempat parkir sementara di muka rumah susun dan semi-basement untuk parkir penghuni. V Penghuni yang berprofesi sebagai pedagang tetap (toko) maupun pedagang keliling (gerobak) membuat mereka lebih sering beraktivitas di luar ruangan (berjualan). V Mempertahankan lantai dasar sebagai area komersial dan membuat tempat penyimpanan gerobak di lantai semi-basement. V Anak-anak lebih sering bermain di jalanan V Menambah fasilitas tempat bermain anak di dalam lingkungan rumah susun. V Penghuni rumah susun dan warga Kampung Juminahan lebih sering bersosialisasi di koridor/gang depan unit huniannya. V Membuat koridor yang berfungsi ganda sebagai sirkulasi dan pekarangan rumah. V Penghuni rumah susun memanfaatkan shading horizontal yang ada di balkon untuk menggantungkan jemurannya. V Menerapkan shading vertikal (fins). V Penghuni rumah susun yang memanfaatkan tritisan balkon huniannya sebagai kandang ayam. V Menghilangkan akses penghuni ke tritisan balkon. V Koridor oleh penghuni rumah susun dimanfaatkan layaknya pekarangan rumah. V Membuat koridor yang berfungsi ganda sebagai sirkulasi dan pekarangan rumah. V Gang Kampung Juminahan tidak jarang ditutup untuk umum jika ada warga yang mengadakan pesta V Menambah fasilitas ruang serbaguna di rumah susun yang dapat diakses oleh V

Upload: lyminh

Post on 11-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

63

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Berdasarkan kesimpulan mengenai perilaku-perilaku umum khas masyarakat Kampung

Juminahan dan penghuni Rumah Susun Grha Bina Harapan beserta tindak lanjutnya yang telah

dibahas pada bab sebelumnya, bab 5 ini akan diisi dengan gagasan-gagasan arsitektur sebagai aspek

redesain rumah susun yang merupakan bentuk tindak lanjut atas perilaku-perilaku tersebut. Gagasan

ini diharapkan bisa memfasilitasi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Kampung

Juminahan khususnya di eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan.

Tabel 5.1.1. Gagasan Arsitektur Berdasarkan Tindak Lanjut dari Perilaku

Perilaku Tindak Lanjut

Gagasan Arsitektur Lingkup Perancangan

Fasilitasi Modifikasi Prevensi Makro Meso Mikro

Penghuni/tamu rumah

susun memarkirkan

kendaraannya (motor) di

tepi jalan.

V

Menambahkan

tempat parkir

sementara di muka

rumah susun dan

semi-basement untuk

parkir penghuni.

V

Penghuni yang berprofesi

sebagai pedagang tetap

(toko) maupun pedagang

keliling (gerobak)

membuat mereka lebih

sering beraktivitas di luar

ruangan (berjualan).

V

Mempertahankan

lantai dasar sebagai

area komersial dan

membuat tempat

penyimpanan

gerobak di lantai

semi-basement.

V

Anak-anak lebih sering

bermain di jalanan V

Menambah fasilitas

tempat bermain anak

di dalam lingkungan

rumah susun.

V

Penghuni rumah susun dan

warga Kampung

Juminahan lebih sering

bersosialisasi di

koridor/gang depan unit

huniannya.

V

Membuat koridor

yang berfungsi ganda

sebagai sirkulasi dan

pekarangan rumah.

V

Penghuni rumah susun

memanfaatkan shading

horizontal yang ada di

balkon untuk

menggantungkan

jemurannya.

V Menerapkan shading

vertikal (fins). V

Penghuni rumah susun

yang memanfaatkan

tritisan balkon huniannya

sebagai kandang ayam.

V

Menghilangkan akses

penghuni ke tritisan

balkon.

V

Koridor oleh penghuni

rumah susun dimanfaatkan

layaknya pekarangan

rumah.

V

Membuat koridor

yang berfungsi ganda

sebagai sirkulasi dan

pekarangan rumah.

V

Gang Kampung Juminahan

tidak jarang ditutup untuk

umum jika ada warga yang

mengadakan pesta

V

Menambah fasilitas

ruang serbaguna di

rumah susun yang

dapat diakses oleh

V

64

siapa saja.

Di rumah susun sering

diadakan acara pentas

kreativitas pemuda antar

kampung yang bertempat

di ruang sisa yang terdapat

di bagian utara rumah

susun yang berbatasan

langsung dengan Kampung

Juminahan.

V

Menambah fasilitas

ruang serbaguna di

rumah susun yang

dapat diakses oleh

siapa saja.

V

Sumber: Penulis (2015)

5.1. Konsep Perancangan Makro

"Menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini sebagai pusat kegiatan sosial yang terintegrasi

dengan kampung di sekitarnya dan memiliki citra serta dapat diterima dengan baik oleh seluruh

warga Kampung Juminahan."

Kampung Juminahan termasuk ke dalam permukiman padat kumuh yang tidak memiliki banya

ruang terbuka publik yang tersisa untuk bersosialisasi. Akibatnya, segala bentuk aktivitas mulai dari

aktivitas yang paling pribadi hingga aktivitas publik terjadi di jalan kampung (gang). Demikian pula

yang terjadi pada bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan. Bangunan rumah susun tersebut

seakan-akan terisolasi dan mengintimidasi perkampungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan konflik

yang terjadi membuat citra rumah susun tersebut menjadi semakin buruk dimata warga.

Oleh karena itu disusunlah gagasan-gagasan arsitektur yang didasari oleh perilaku sosial

masyarakat Kampung Juminahan guna untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada di rumah

susun tersebut. Dengan menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan sebagai pusat kegiatan sosial

yang terintegrasi dengan kampung di sekitarnya, maka diharapkan dapat mengubah citra rumah susun

ini menjadi lebih baik dan juga diterima dengan baik oleh seluruh warga Kampung Juminahan

Tabel 5.1.2. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Penelitian Sasmito (2014)

Konsep Makro

Indikator Gagasan Arsitektur

Kenyamanan Lingkungan Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau

Memperbanyak Ruang Komunal

Kualitas Bangunan

Desain sesuai standar rumah susun

Desain fasad dan elemen arsitektural yang mencerminkan

identitas lokal

Penerapan Teknologi Baru

Penggunaan teknologi bangunan konvensional dengan

perawatan rendah (low maintenance)

Tidak menggunakan lift

Aksesibilitas Desain yang aksesibel bagi difabel dan lansia (penggunaan

ramps, guide block, railing, tangga darurat, dsb) Sumber: Penulis (2015)

65

Tabel 5.1.3. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Pemikiran Penulis

Konsep Makro

Indikator Gagasan Arsitektur

Fleksibilitas Menerapkan ruang-ruang hunian/non hunian yang multifungsi

baik itu secara horizontal atau vertikal

Toleransi Keruangan Dasar pengukuran yang disesuaikan dengan perilaku

masyarakat kampung, pada umumnya lebih kecil dari standar

baku yang telah ditetapkan

Ekologis Standar desain bangunan hijau (green building design)

Kampung

Menggunakan citra bangunan dengan tipologi kampung

Mempertahankan suasana perkampungan/permukiman

horizontal di dalam rumah susun Sumber: Penulis (2015)

5.2. Konsep Perancangan Meso

5.2.1. Konsep Programatik Bangunan

Luas Tapak : 1481m2

KDB : 50%

KLB : 5

Luas Tapak Bangunan Max : 740,5m2

Luas Lantai Terbangun : 3702,5m2

Perbandingan Unit : Sirkulasi : 70:30

Gambar 5.2.1.Sketsa Aspek Programatik Rumah Susun

Sumber: Penulis (2013)

66

5.2.2. Konsep Tata Massa Bangunan

1. Perencanaan Jumlah Blok Rumah Susun

Perencanaan blok masa didasarkan pada jumlah unit yang terdapat pada

bangunan rumah susun eksisting yaitu 68 unit, dan masih bisa ditambah jika

memungkinkan. Unit tersebut terbagi atas 2 blok bangunan setinggi 5 lantai yang pada

masing-masing bloknya terdapat 40 dan 28 unit. Karena akan dilakukan redesain pada

rumah susun ini maka bangunan rumah susun baru akan terdiri dari 3 blok bangunan,

yaitu 1 blok bangunan berisi 40 unit hunian dan 2 blok bangunan yang masing-masing

berisi 15 unit hunian. Dengan konfigurasi ini maka akan didapat total 70 unit hunian.

Gambar 5.2.2. Sketsa Jumlah Blok Rumah Susun

Sumber: Penulis (2015)

2. Konsep Konfigurasi Massa Bangunan

Konfigurasi keseluruhan bangunan membentuk huruf U, menciptakan ruang

di tengah bangunan yang selanjutnya akan diolah menjadi ruang terbuka publik yang

dapat dipergunakan sebagai tempat bermain anak, sarana bersosialisasi antara

penghuni rumah susun dan warga Kampung Juminahan dan tempat penyelenggaraan

berbagai acara kegiatan.

Gambar 5.2.3. Sketsa Konfigurasi Massa Bangunan

Sumber: Penulis (2015)

67

5.2.3. Konsep Zonasi Tapak

Gambar 5.2.4. Ukuran Tapak dan Eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan

Sumber: Penulis (2015)

Untuk menyusun massa bangunan, tahap awal yang perlu diperhatikan adalah peraturan

daerah tata bangunan. Perencanaan tapak diawali dengan penempatan garis sempadan bangunan

yaitu 3m dari permukiman warga, 5m dari badan jalan utama, dan 8m dari sungai.

Gambar 5.2.5. Sketsa Garis Sempadan Sungai dan Bangunan

Sumber: Penulis (2015)

Bangunan rumah susun dibagi menjadi dua zona, yaitu zona bangunan rumah susun dan

zona luar bangunan rumah susun yang keduanya saling berkaitan. Masing-masing zona berikut

adalah :

1. Zonasi Bangunan Rumah Susun

Zona Bangunan Rumah Susun berupa fasilitas yang ada di dalam satu bangunan

tersebut. Fasilitas tersebut adalah unit hunian, ruang komersial, fasilitas-fasilitas (ruang

komunal, ruang servis) dan juga ruang parkir.

68

2. Zonasi Luar Bangunan

Zonasi luar bangunan merupakan fasilitas yang berada di luar bangunan utama.

Zonasi luar bangunan terdiri dari:

a. Zona Ruang Terbuka

Zona ruang terbuka juga merupakan ruang-ruang komunal bersifat publik yang

bertujuan untuk dapat memenuhi aktivitas-aktivitas sosial dari penghuni maupun

warga luar rumah susun. Letaknya berada di antara massa bangunan sehingga mudah

untuk diakses oleh penghuni.

b. Zona Servis

Pada sebuah bangunan dibutuhkan sistem utilitas untuk mendukung suatu bangunan.

Sistem utilitas ini dapat berupa pipa-pipa saluran yang merupakan bagian dari gedung,

namun klasifikasi sistem utilitas juga ada yang ditentukan berdasarkan sifatnya

terhadap kenyamanan penghuni. Utilitas yang berukuran besar dan memiliki

kebisingan tertentu diletakkan dil luar bangunan karena membutuhkan ruang khusus,

misalnya seperti genset dan tempat pembuangan sampah yang difungsikan sebagai

tempat pembuangan sementara sebelum diangkut oleh petugas.

c. Zona Hijau

Selain persyaratan RTH yang ditentukan pada pada tiap bangunan, penghijauan juga

berfungsi sebagai penambah kenyamanan termal bangunan. Zona hijau dapat ditanami

berbagai jenis vegetasi yang tidak membutuhkan perawatan khusus mengingat

perilaku warga Kampung Juminahan yang tidak terbiasa melakukan kerja bakti secara

rutin.

d. Zona Sirkulasi

Jalan untuk sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi untuk kendaraan (motor,

mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki.

Gambar 5.2.6. Sketsa Zonasi Tapak

Sumber: Penulis (2015)

69

5.2.4. Konsep Sirkulasi Tapak

Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan jenis pengguna, yaitu sirkulasi

untuk kendaraan (motor, mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki.

Mengingat sebagian besar penghuni rumah susun berprofesi sebagai pedagang, maka disediakan

ruang khusus untuk menyimpan gerobak-gerobak dagangan mereka di lantai semi-basement.

Gambar 5.2.7. Sketsa Sirkulasi Tapak

Sumber: Penulis (2015)

5.2.5. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan

Dalam sebuah pemukiman, banyak kegiatan yang perlu di wadahi untuk menunjang gaya

hidup dari penghuni. Fasilitas-fasilitas tersebut berada masih di lingkup kawasan rumah susun

dengan alasan kemudahan akses dan keamanan. Namun, fasilitas yang disediakan di dalam rumah

susun bukan berarti hanya bisa digunakan untuk penghuni tapi juga pengguna dari luar (bukan

penghuni). Untuk itu perlu diolah konsep penataan fasilitas agar mudah diakses dari luar tanpa

mengganggu penghuni rumah susun.

Tabel 5.2.1. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan

Jenis Fasilitas Fasilitas Peruntukan Ketentuan Tata Letak

Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka digunakan untuk

berinteraksi antar penghuni,

memiliki fungsi ganda sebagai

lapangan olahraga, tempat bermain

anak, dan tempat penyelenggaraan

berbagai acara kegiatan. Juga dapat

berfungsi sebagai assembly point

ketika sedang ada bencana.

Terletak di tengah dan dikelilingi oleh

massa blok bangunan, sehingga segala

kegiatan yang sedang berlangsung

dapat dipantau dengan baik.

Pelataran Usaha

Pelataran usaha berupa los-los

kosong yang dapat diisi sendiri oleh

penyewa sesuai dengan jenis

usahanya.

Terletak di lantai 2 pada blok bangunan

terbesar yang langsung menghadap ke

jalan utama (jalan Juminahan) agar

dapat terlihat dengan mudah.

Tempat Parkir

Kendaraan

Sebagai fasilitas untuk menyimpan

kendaraan bermotor baik itu mobil

ataupun motor penghuni rumah

susun. Juga berfungsi sebagai

tempat menyimpan gerobak

dagangan penghuni.

Khusus untuk parkir kendaraan

penghuni terdapat pada lantai basement

dengan alasan untuk penghematan

lahan dan keamanan. Sementara untuk

kendaraan tamu/pembeli di kios-kios

disediakan kantong parkir di tepi jalan

agar tidak mengganggu lalu lintas.

Sumber: Penulis (2015)

70

Gambar 5.2.8. Sketsa Tata Ruang Fasilitas Bangunan

Sumber: Penulis (2015)

5.3. Konsep Perancangan Mikro

5.3.1. Konsep Zonasi Tata Ruang Hunian

Hanya terdapat 1 tipe unit hunian, yaitu tipe 21 (luas minimal hunian rumah susun).

Pembagian zona unit hunian didasarkan pada aktivitas pengguna dan blok bangunan rumah

susun. Penggunaan 1 tipe hunian pada rumah susun ini bertujuan untuk menghemat modul

struktur yang digunakan. Jika kapasitas hunian dirasa tidak mencukupi maka dapat

menggabungkan 2 unit hunian dengan cara membuka partisi yang memisahkan antar unit hunian.

Partisi ini juga dapat dibuka dengan seizin pemilik hunian jika akan diadakan acara yang

memerlukan ruangan yang luas.

Gambar 5.3.1. Ilustrasi Zonasi Vertikal Bangunan

Sumber: Penulis (2013)

71

5.3.2. Konsep Pola Organisasi Ruang

1. Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar

Gambar 5.3.2. Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar

Sumber: Penulis (2015)

2. Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal

Gambar 5.3.3. Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal

Sumber: Penulis (2015)

3. Pola Organisasi Ruang Unit Hunian

Gambar 5.3.4. Pola Organisasi Ruang Hunian

Sumber: Penulis (2015)

5.3.3. Konsep Denah Unit

Karena sempitnya luas hunian yang tersedia, maka untuk rancangan ruang dan furnitur

pada rumah susun harus mempunyai fleksibilitas tinggi dan berfungsi ganda. Oleh karena itu

dipilih denah tipe open plan dimana tidak ada dinding partisi yang permanen kecuali pada bagian

muka dan belakang hunian. Fleksibilitas penggunaan ruang dan penggunaan furnitur

memungkinkan penghuni menata ruang tinggalnya menjadi bermacam-macam pola, misalnya

pola siang dan pola malam. Dalam menyediakan ruangan berfungsi ganda, ruang makan

seharusnya digabung dengan ruang dapur, tidak dengan ruang tamu seperti diterapkan di rumah

susun yang ada. Untuk tipe sangat kecil yang dihuni keluarga (Tipe 21 yang dihuni oleh rata-rata

72

5 orang), harus disediakan ruang tinggal berfungsi ganda yang dapat dibagi menjadi minimal dua

ruang untuk orang tua dan anak-anak. Ruang tinggal tidak dibagi menjadi ruang tidur dan ruang

duduk, tetapi ruang I dan ruang II yang masing-masing berfungsi ganda.

1. Konsep Denah Unit Hunian

Gambar 5.3.5. Sketsa Konsep Hubungan Ruang Unit Hunian

Sumber: Penulis (2015)

Gambar 5.3.6. Sketsa Konsep Fleksibilitas Ruang

Sumber: Penulis (2015)

73

2. Gagasan Detil Denah

Tampak luar rumah susun yang kumuh menjadi salah satu masalah yang harus

diselesaikan. Banyaknya pakaian yang di jemur di balkon atau jendela unit selain disebabkan oleh

sifat praktis penghuni namun juga karena adanya ruang untuk menjemur. Gagasan ini tidak

bertujuan untuk mengubah pola aktivitas penghuni rumah susun tapi bertujuan untuk mengatasi

tampak rumah susun yang secara visual terlihat kumuh yang ditimbulkan oleh adanya sifat praktis

tersebut. Setiap unit diberi balkon yang dapat dijadikan tempat jemur seluas 1m x 2m, kemudian

untuk mengatasi terlihatnya jemuran dari luar, setiap balkon diberi shading dengan jarak 1m

sehingga tidak dapat dijangkau oleh tangan untuk mengkaitkan sesuatu.

Gambar 5.3.7. Sketsa Konsep Tangga Opsional

Sumber: Penulis (2015)

5.3.4. Konsep Sirkulasi dan Transportasi

1. Sistem Transportasi Horizontal Bangunan (Koridor)

Koridor rumah susun tetap menggunakan sistem single loaded corridor karena

penggunaan sistem double loaded corridor dirasa tidak relevan dengan kondisi warga

Kampung Juminahan karena kampung ini dikenal dengan citra 'kampung preman', maka

dengan penggunaan double loaded corridor akan memperbesar kemungkinan terjadinya

tindak kriminal di dalam lingkungan rumah susun. Sistem single loaded corridor yang

langsung menghadap ke luar ruangan yang terdapat pada Rumah Susun Grha Bina harapan

dirasa lebih tepat dan akan dipertahankan dalam konsep redesain, karena segala aktivitas

74

penghuni rumah susun dapat dilihat dari luar sehingga akan mengurangi kemungkinan

terjadinya tindak kriminalitas.

Sistem single loaded corridor juga akan dimodifikasi sehingga dapat berfungsi ganda

sebagai "pekarangan rumah" tiap unit hunian. Koridor ini juga dapat digunakan sebagai

ruang komunal di dalam bangunan, sehingga tidak diperlukan lagi ruangan khusus untuk

bersosialisi.

Gambar 5.3.8. Sketsa Sistem Single Loaded Corridor

Sumber: Penulis (2013)

2. Sistem Transportasi Vertikal Bangunan

Rumah susun termasuk jenis bangunan tinggi (low rise building). Untuk bangunan

low rise, transportasi vertikal yang paling cocok digunakan adalah tangga. Tidak digunakan

elevator karena pertimbangan biaya dari pemeliharaannya yang mahal. Sedangkan menurut

ketentuan bangunan tinggi yang tidak mengunakan lift, ketinggian maksimal bangunan

adalah 4-5 lantai. Perletakan tangga disesuaikan dengan syarat setiap 30m panjang

bangunan harus disediakan tangga. Karena desain rumah susun yang baru harus

mengutamakan kemudahan akses bagi lansia, maka selain tangga digunakanlah ramps di

luar bangunan untuk menghubungkan setiap lantainya.

Gambar 5.3.9. Ilustrasi Sistem Outdoor Ramps

Sumber: Siema (2013)

5.3.5. Konsep Sistem Bangunan

1. Sistem Struktur

Bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini menggunakan konstruksi beton

bertulang dengan sistem struktur core+shear wall+rigid frame yang dimana merupakan

sistem struktur konvensional yang mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Sistem struktur

ini sudah teruji kekuatannya untuk menahan beban angin dan gempa. Sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia tentang Syarat Konstruksi rumah susun, bangunan rumah susun

ini tidak menggunakan balok-balok anak, hanya terdapat balok-balok induk dan balok

kantilever.

75

Gambar 5.3.10. Ilustrasi Sistem Struktur Core+Shear Wall+Rigid Frame

Sumber: Penulis (2013)

2. Pencahayaan Alami dan Buatan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan tersebut menggunakan

pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kebutuhan, fungsi dan pengguna ruang

tersebut. Semua ruangan dilengkapi dengan pencahayaan buatan yang dapat dinyalakan

apabila diperlukan. Pemanfaatan pencahayaan alami pada bangunan dimanfaatkan

semaksimal mungkin, hal ini dilakukan dengan cara memperbanyak elemen bukaan dan

void pada sisi-sisi bangunan.

3. Penghawaan Alami

Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan konsep cross ventilation.

Penerapan konsep ini dilakukan dengan cara memberikan bukaan-bukaan pada ruang-ruang

yang saling berhadapan.

5.4. Konsep Ekologis

1. Pemanfaatan Vegetasi Terhadap bangunan

Vegetasi merupakan cara alami yang efektif dalam mengatasi cahaya berlebih yang

masuk ke dalam bangunan. Vegetasi di depan bangunan dapat berfungsi untuk menyaring

cahaya sehingga tidak berlebihan. Perletakkan vegetasi tidak hanya dapat dimanfaatkan di

luar bangunan saja namun juga di dalam bangunan. Sekarang banyak hunian/rumah susun

yang menggunakan urban farming guna memasukkan unsur hijau di dalam bangunan, hal

ini juga merupakan salah satu cara untuk mendidik penghuni agar mau merawat tanaman

tersebut.

76

2. Penerapan Ventilasi Silang

Ventilasi silang masuk melewati balkon, yang kemudian menerus melewati dalam

bangunan dan keluar lagi menuju koridor untuk masuk ke gedung selanjutnya.

3. Sistem Utilitas

Utilitas bangunan pada bangunan rumah susun menjadi bagian yang paling penting.

Dalam menerapkan prinsip-prinsip ekologis, sistem utilitas bangunan berperan cukup besar

dalam hal efisiensi energi pada air, listrik dan penerangan bangunan. Beberapa pendekatan

yang akan diaplikasikan pada Rumah Susun Grha Bina Harapan yaitu:

a. Air Limbah

Rumah susun merupakan tempat tinggal massal bagi banyak manusia. Semakin

banyak orang yang tinggal di rumah susun berarti semakin banyak pula limbah kotoran

yang dihasilkan. Dalam kebanyakan kasus limbah tersebut hanya diolah melalui septic tank

atau bahkan langsung dibuang ke riool kota. Padahal dengan limbah kotoran sebanyak itu

akan bisa menghasilkan keuntungan jika diolah dengan baik, salah satunya adalah dengan

cara pengolahan biodigester. Limbah kotoran padat akan ditampung di biodigester selama

rentang waktu tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan gas metana yang dapat

dipergunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari.

Gambar 5.4.1. Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Kotoran Manusia (Biodigester)

Sumber: Penulis (2013)

b. Air Hujan

Untuk penampungan air hujan akan ditampung di atap (reservoir atas-air hujan)

dengan pertimbangan pengaliran air tanpa listrik, sehingga apabila terjadi kebakaran

sprinkler dapat tetap berfungsi, selain itu dari segi pemipaan dan jarak yang ditempuh air

hujan ke penampungan lebih dekat.

Apabila sudah penuh maka akan dialirkan ke reservoir bawah air hujan yang terletak

di taman (kolam). Kolam dibagi menjadi dua yakni kolam penampungan air hujan dan

kolam penampungan air daur ulang. Untuk mendaur ulang air diutamakan untuk dilakukan

secara alami (reedbeds/semak tidur). Hasil dari proses daur ulang akan dipompa kembali,

yang kemudian dapat digunakan untuk menyiram toilet/tanaman.

77

Gambar 5.4.2. Sketsa Sistem Pengolahan Air Hujan

Sumber: Penulis (2013)

c. Sampah

Penanganan menggunakan sistem cerobong gravitasi. Terdapat satu tempat

pengumpulan sampah akhir pada tiap lantai, di mana tempat sampah tersebut berbentuk

seperti shaft vertikal menerus dari lantai dasar sampai lantai atas. Shaft gravitasi umumnya

berukuran 20-90 cm, namun yang paling banyak digunakan berdiameter 60 cm.

Gambar 5.4.3. Sketsa Sistem Pengolahan Sampah

Sumber: Penulis (2013)

4. Biopori

Biopori adalah liang (lubang) kecil di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas

fauna tanah dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi

tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga dapat melancarkan peresapan air ke dalam tanah.

Konsep biopori pada penerapan ekologis pada rumah susun adalah pembuatan lubang

resapan biopori (LRB) pada beberapa titik di area terbuka yang telah direncanakan dan kemudian

mengisinya dengan sampah organik. Pemanfaatan kembali sampah organik untuk sistem biopori

memiliki beberapa keuntungan bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung,

yaitu:

78

a. Meningkatkan daya resapan air.

b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar. Sampah organik yang

dimasukkan dalam lubang resapan biopori akan diuraikan mikroorganisme tanah

menjadi kompos. Kompos dapat dipanen setiap periode tertentu dan dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik berbagai jenis tanaman.

c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.

d. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.

e. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.

f. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Gambar 5.4.4. Ilustrasi Sistem Biopori

Sumber: dinolefty.wordpress.com