bab v -...

3
63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Usaha pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) di Kota Dumai masih sangat minim, padahal jumlah kasus semakin lama semakin meningkat. Upaya pencegahan yang telah berjalan belum melibatkan berbagai macam lapisan target sasaran yang justru memiliki potensi daya ungkit besar untuk mencegah kejadian KSA seperti orangtua, kader posyandu dan anak itu sendiri. Kekhawatiran orangtua terhadap kemungkinan anaknya menjadi korban KSA masih rendah. Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi tentang kasus KSA di Dumai dan kurang seringnya KSA dibicarakan dalam forum- forum formal. Orangtua masih menganggap pendidikan seksualitas adalah pembicaraan yang porno. Meskipun begitu, orangtua telah memberikan pendidikan seksualitas pada anak tanpa mereka sadari. Pengetahuan orangtua terhadap pendidikan seksualitas dini pada anak masih harus ditingkatkan. Faktor-faktor yang menghambat orangtua dalam memberikan pendidikan seksualitas dini pada anak adalah ketidaknyamanan atau risih karena menganggap anak masih terlalu kecil, persepsi ketidaksiapan anak dalam menerima informasi seksualitas dan ketidaktahuan cara menyampaikan pendidikan seksualitas yang tepat kepada anak. Faktor-faktor yang akan mendorong orangtua dalam memberikan pendidikan seksualitas dini pada anak adalah ketersediaan informasi tentang cara menjadi pendidik seksualitas dini pada anak, menjalin komunikasi yang baik dan terbuka dengan anak semenjak kecil, adanya peran ayah dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak, dan adanya peran sekolah. Persepsi Orangtua terhadap Pendidikan Seks Dini pada Anak di Kota Dumai RATNA ZAKIYAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: phamnguyet

Post on 03-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/98292/potongan/S2-2016-338214-conclusion.pdf · bahkan di TK. Tenaga promosi kesehatan pun harus dapat meningkatkan

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Usaha pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) di Kota

Dumai masih sangat minim, padahal jumlah kasus semakin lama semakin

meningkat. Upaya pencegahan yang telah berjalan belum melibatkan berbagai

macam lapisan target sasaran yang justru memiliki potensi daya ungkit besar

untuk mencegah kejadian KSA seperti orangtua, kader posyandu dan anak itu

sendiri.

Kekhawatiran orangtua terhadap kemungkinan anaknya menjadi korban

KSA masih rendah. Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi tentang

kasus KSA di Dumai dan kurang seringnya KSA dibicarakan dalam forum-

forum formal.

Orangtua masih menganggap pendidikan seksualitas adalah pembicaraan

yang porno. Meskipun begitu, orangtua telah memberikan pendidikan

seksualitas pada anak tanpa mereka sadari. Pengetahuan orangtua terhadap

pendidikan seksualitas dini pada anak masih harus ditingkatkan.

Faktor-faktor yang menghambat orangtua dalam memberikan pendidikan

seksualitas dini pada anak adalah ketidaknyamanan atau risih karena

menganggap anak masih terlalu kecil, persepsi ketidaksiapan anak dalam

menerima informasi seksualitas dan ketidaktahuan cara menyampaikan

pendidikan seksualitas yang tepat kepada anak.

Faktor-faktor yang akan mendorong orangtua dalam memberikan

pendidikan seksualitas dini pada anak adalah ketersediaan informasi tentang

cara menjadi pendidik seksualitas dini pada anak, menjalin komunikasi yang

baik dan terbuka dengan anak semenjak kecil, adanya peran ayah dalam

memberikan pendidikan seksualitas pada anak, dan adanya peran sekolah.

Persepsi Orangtua terhadap Pendidikan Seks Dini pada Anak di Kota DumaiRATNA ZAKIYAHUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/98292/potongan/S2-2016-338214-conclusion.pdf · bahkan di TK. Tenaga promosi kesehatan pun harus dapat meningkatkan

64

B. Saran

1. Kepada Badan PP, PA, dan KB

Sebagai instansi yang bertanggung jawab langsung pada hal

perlindungan anak, Badan PP, PA dan KB dapat meningkatkan kerja

sama lintas sektoral dalam hal pencegahan KSA di Kota Dumai. Kerja

sama dapat dijalin dengan Dinas Kesehatan atau Dinas Pendidikan.

Sosialisasi tentang KSA dan kasus KSA yang terjadi di Kota Dumai perlu

ditingkatkan dan orangtua dijadikan sebagai salah satu sasaran utama

sosialisasi.

2. Kepada tenaga promosi kesehatan

Tenaga promosi kesehatan memiliki peran yang sangat besar dalam

menyebarluaskan pendidikan seksualitas dini pada anak. Selama ini, topik

seksualitas lebih banyak dilakukan untuk remaja (PKPR). Tema

seksualitas hendaknya dapat disosialisasikan juga kepada siswa SD

bahkan di TK. Tenaga promosi kesehatan pun harus dapat meningkatkan

pengetahuannya tentang pendidikan seksualitas dini pada anak. Tenaga

promosi kesehatan dapat memasukkan topik KSA dan pendidikan

seksualitas pada forum pertemuan yang melibatkan orangtua seperti

posyandu, MMK, pertemuan dasawisma, dan pengajian-pengajian warga.

Selain itu, perlu adanya pembuatan media promosi kesehatan seperti

leaflet, poster ataupun baliho bertema pendidikan seksualitas dengan

orangtua sebagai sasaran utamanya.

3. Kepada puskesmas

Puskesmas memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup besar

yaitu kader posyandu. Puskesmas dapat memberdayakan kader posyandu

sebagai agen sosialisasi pendidikan seksualitas dan KSA untuk orangtua.

Posyandu dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi seksualitas

yang tepat untuk anak. Untuk mendukung hal ini, puskesmas harus

membekali kader posyandu dengan materi cara menjadi pendidik

seksualitas bagi anak.

Persepsi Orangtua terhadap Pendidikan Seks Dini pada Anak di Kota DumaiRATNA ZAKIYAHUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/98292/potongan/S2-2016-338214-conclusion.pdf · bahkan di TK. Tenaga promosi kesehatan pun harus dapat meningkatkan

65

4. Kepada sekolah

Sekolah dapat memanfaatkan forum-forum pertemuan dengan

orangtua untuk membahas kekerasan seksual pada anak yang saat ini

marak terjadi. Forum tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan

kewaspadaan bersama terhadap kasus KSA dan untuk mensosialisasikan

pendidikan seksualitas dini pada anak. Sekolah hendaknya juga

memberikan perhatian khusus pada pendidikan seksualitas pada siswa

dengan menjalin kerja sama yang lebih proaktif dengan petugas promosi

kesehatan di puskesmas setempat.

5. Kepada peneliti selanjutnya

Penelitian tentang pendidikan seksualitas dini masih sangat minim di

Indonesia. Penelitian yang melibatkan peran orangtua dalam pendidikan

seksualitas anak masih sangat jarang dilakukan. Hasil penelitian ini

menemukan faktor-faktor penghambat dan pendorong orangtua dalam

memberikan pendidikan seksualitas pada anak. Perlu adanya penelitian

yang lebih lanjut terkait dengan faktor yang paling kuat menghambat dan

memudahkan orangtua agar mampu menjadi pendidik seksualitas dini

anak. Selain itu, perlu digali lebih dalam peran ayah dalam pendidikan

seksualitas dini pada anak.

Persepsi Orangtua terhadap Pendidikan Seks Dini pada Anak di Kota DumaiRATNA ZAKIYAHUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/98292/potongan/S2-2016-338214-conclusion.pdf · bahkan di TK. Tenaga promosi kesehatan pun harus dapat meningkatkan