bab vi kesimpulan dan saran -...
TRANSCRIPT
153
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Ringkasan Temuan
Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima
tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud
2014, tahap persiapan pelaksanaan rencana penanggulangan bencana erupsi
Gunung Kelud 2014, tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014,
tahap transisi ke tahap pemulihan, dan tahap pemulihan. Namun, dalam penelitian
ini hanya dibahas empat tahap karena tahap pemulihan masih berjalan sampai saat
ini sehingga peneliti tidak dapat membahasnya. Penahapan penanggulangan
bencana erupsi Gunung Kelud 2014 di Kabupaten Kediri telah terstruktur dengan
baik tetapi perencanaan penanggulangan bencananya bersifat mendadak sehingga
perencanaan belum dapat melingkupi semua aspek misalnya evakuasi hewan ternak
yang tidak sempat dilakukan. Hal tersebut dikarenakan terdapat perencanaan
kontinjensi dalam menghadapi bencana letusan Gunung Kelud yang tidak sesuai
dengan rencana seperti melesetnya perkiraan letusan Gunung Kelud tetapi dokumen
tersebut tidak diperbaiki. Oleh karena itu, peningkatan status Gunung Kelud
mempengaruhi tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud
2014. Selanjutnya, dibentuk Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Erupsi
Gunung Kelud sebagai pedoman dalam menghadapi letusan Gunung Kelud. Empat
tahap penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud tersebut mempunyai fokus
kegiatan tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014,
berfokus pada kegiatan kerjasama, komunikasi, dan penyebaran informasi
untuk hal-hal yang akan dilakukan saat tanggap darurat bencana.
2. Tahap persiapan pelaksanaan rencana penanggulangan bencana erupsi
Gunung Kelud 2014, berfokus pada persiapan teknis penanganan bencna
erupsi Gunung Kelud, kerjasama, komunikasi, dan penyebaran informasi.
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
154
3. Tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014, berfokus pada
penyelamatan nyawa manusia.
4. Tahap transisi ke tahap pemulihan, berfokus pada kegiatan peralihan dari
penyelamatan nyawa manusia ke pemenuhan kebutuhan warga.
Keempat tahap penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud mempunyai
beberapa faktor yang mempengaruhi tiap tahap penanggulangan bencana erupsi
Gunung Kelud. Faktor-faktor tersebut mempunyai empat sifat yaitu dalam kendali,
luar kendali, kontinyu, dan sesaat. Selanjutnya, faktor-faktor yang muncul dalam
tiap tahap tersebut dikategorikan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang mempengaruhi suatu kejadian dari dalam. Faktor
internal tersebut terdiri dari kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
erupsi Gunung Kelud, koordinasi antar pelaku proses, penyiapan kendaraan untuk
evakuasi, kecepatan pelaporan kepada ketua bakornas, pemilihan anggota Satlak
PBP, perencanaan titik dan jalur evakuasi, pemanfaatan jalur evakausi, penyebaran
informasi melalui RAPI, adanya petunjuk jalur evakuasi, dan kebutuhan warga
yang harus dipenuhi. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi suatu
kejadian dari luar. Faktor eksternal terdiri dari perubahan status Gunung kelud,
letusan Gunung Kelud, keaktifan lembaga swadaya masyarakat, waktu tempuh
perubahan status Gunung Kelud yang singkat, kepercayaan warga, datangnya isu
yang tidak jelas, mati listrik, dan keadaan panik. Agar penanggulangan bencana
erupsi Gunung Kelud dapat mengurangi dampak risiko lebih banyak lagi, maka
diperlukan perencanaan mitigasi yang matang.
6.2 Kontribusi Teoritik
Berdasarkan perbandingan penanganan bencana erupsi Gunung Kelud
dengan penanganan bencana erupsi pada gunung-gunung lain terdapat penahapan
dan pola aktivitas pada tiap tahap yang berbeda. Dalam penanganan bencana erupsi
Gunung Kelud diperlukan fleksibilitas artinya dapat terjadi perubahan dalam
penanganan bencana karena antara perencanaan dan pelaksanaan tidak selalu sama
atau bisa mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan sifat bencana yang sulit
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
155
untuk diprediksi sehingga pelaksanaan penanganan bencana erupsi gunungapi
bergantung pada kondisi bencana yang sedang terjadi. Pernyataan tersebut
diperkuat dengan salah satu bukti dalam penanganan bencana erupsi Gunung Kelud
2014 di Kabupaten Kediri bahwa Kabupaten Kediri mempunyai dokumen rencana
kontinjensi Kabupaten Kediri dalam menghadapi ancaman bencana letusan
Gunungapi Kelud. Dalam dokumen rencana kontinjensi tersebut diperkirakan
bahwa Gunung Kelud akan meletus pada 14 Februari 2011 pukul 10.00 WIB.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Gunung Kelud belum memperlihatkan
tanda-tanda akan meletus. Dokumen rencana kontinjensi tersebut belum diperbarui
sampai akhirnya Gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 WIB
sehingga perencanaan penanganan bencana erupsi Gunung Kelud bersifat spontan
yaitu ketika terdapat peningkatan status Gunung Kelud. Hal tersebut juga
dikarenakan belum adanya lembaga penanggulangan bencana di Kabupaten Kediri
atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Temuan ini termasuk dalam
fase tanggap darurat bencana dalam siklus manajemen bencana.
6.3 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan perbandingan penanganan bencana erupsi pada Gunung
Sinabung dan Gunung Merapi, maka terdapat dua jenis rekomendasi untuk
kebijakan Pemerintah Kabupaten Kediri yaitu rekomendasi umum dan khusus.
Berikut rekomendasi umumnya.
1. Menumbuhkan budaya mitigasi.
Supriyono (2014) menyatakan bahwa mitigasi bencana erupsi gunungapi
merupakan tindakan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana erupsi
gunungapi dengan tujuan untuk mengurangi dampak bencana erupsi
yang terjadi. Mitigasi bencana erupsi gunungapi dibagi menjadi mitigasi
struktural dan non struktural. Mitigasi struktural yaitu suatu tindakan
untuk mendesain bangunan dengan tujuan untuk menahan aliran lahar
akibat gunung meletus, awan panas, dan getaran gempa bumi. Mitigasi
struktural juga menyangkut pembangunan sungai-sungai yang bertujuan
untuk meminimalkan dampak bencana banjir lahar dingin setelah terjadi
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
156
erupsi gunungapi. Tindakan mitigasi juga dapat berupa pembaharuan
peta kawasan rawan bencana, pembuatan tempat berkumpul, tempat
pengungsian, pembuatan jalur, dan petunjuk jalur evakuasi. Peta lontaran
material dari bencana erupsi Gunung Kelud 2014 dapat menjadi
rekomendasi untuk pembuatan peta kawasan rawan bencana. Rencana
tempat titik kumpul perlu dibuat berupa taman bermain anak. Dalam
kehidupan sehari-hari dapat digunakan sebagai tempat bermain anak.
Saat terdapat potensi terjadi bencana, taman bermain tersebut digunakan
sebagai tempat berkumpul sebelum mencapai tempat pengungsian.
Lokasi pengungsian diperlukan tempat dengan kondisi bangunan
permanen dan tertutup serta menjauhi sungai. Untuk jalur evakuasi
diperlebar agar dapat dilewati dua buah kendaraan (truck) dari arah
berlawanan. Petunjuk jalur evakuasi juga sebaiknya dibuat secara
permanen agar masyarakat lebih tanggap letak tempat pengungsian yang
telah disediakan. Diperlukan juga perencanaan evakuasi untuk hewan
ternak sebagai aset warga selain lahan pertanian dan diperlukan
sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat sadar bahwa mereka
hidup di daerah rawan bencana. Mitigasi non struktural adalah tindakan-
tindakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mempunyai
respon yang cepat terhadap bencana sehingga dapat mengurangi risiko
bencana. Bentuk-bentuk mitigasi non struktural berupa pendidikan dan
pelatihan tentang bencana erupsi gunungapi, simulasi penyelamatan diri,
dan penanganan korban.
2. Membangun sistem pengelolaan bencana yang komprehensif dan holistik
Membangun sistem pengelolaan bencana yang komprehensif adalah
membentuk sistem pengelolaan bencana dengan melibatkan semua aspek
dan dimensi kehidupan. Membangun sistem pengelolaan bencana yang
holistik adalah membentuk sistem pengelolaan bencana yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lain yaitu berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Setelah terjadi bencana erupsi
Gunung Kelud, peran pemerintah tidak selesai sampai di sini tapi
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
157
mengikuti siklus manajemen bencana atau siklus penanggulangan
bencana yang disediakan oleh pemerintah. Berdasarkan Pemerintah
Republik Indonesia (2007) melalui Undang-undang Nomor 24 tentang
Penanggulangan Bencana pada Pasal 1 menyatakan bahwa
“Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi”. Jadi, setelah bencana terjadi, pemerintah harus
menyiapkan mitigasi, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi untuk bencana erupsi Gunung Kelud yang akan datang
serta melakukan evaluasi terhadap penanganan bencana erupsi Gunung
Kelud yang telah terjadi.
3. Penataan Ruang yang tepat
Penataan ruang yang tepat di kawasan rawan bencana erupsi Gunung
Kelud. Penataan ruang misalnya dengan merancang bangunan tangguh
bencana, tidak mengubah pemanfataan ruang di kawasan rawan bencana
yang dapat menimbulkan bencana lain serta tidak merusak lingkungan
seperti pada radius 5 km diperlukan genteng yang tahan dengan lontaran
material gunungapi seperti batu, kerikil, dan pasir. Diperlukan juga
pengurangan kepadatan rumah pada radius 5 km dari pusat erupsi agar
tidak terlalu banyak korban maupun kerusakan yang terjadi. Hal tersebut
juga merupakan perencanaan permukiman di lereng Gunung Kelud.
Selanjutnya, pembuatan titik kumpul berupa taman bermain anak. Dalam
kehidupan sehari-hari dapat digunakan sebagai tempat bermain anak dan
jika terdapat potensi bencana, taman bermain tersebut digunakan sebagai
tempat berkumpul sebelum mencapai tempat pengungsian.
Rekomendasi khusus adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendataan untuk semua jenis ternak
2. Membuat perencanaan evakuasi untuk hewan ternak, dimulai dari
identifikasi hewan ternak, titik dan jalur evakuasi hewan ternak,
pelayanan kesehatan, pemeliharaan, pendampingan hingga pelaporan.
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
158
3. Penyiapan sektor pendidikan pada kondisi darurat
4. Perlu adanya rekap kejadian banjir lahar dingin
6.4 Saran Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang
lebih detail mengenai Gunung Kelud untuk melengkapi penelitian ini. Berikut ini
saran untuk penelitian selanjutnya.
1. Perencanaan dan pelaksanaan mitigasi bencana erupsi Gunung Kelud
2. Pemanfataan jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Kelud 2014
3. Keterkaitan antar fase dalam siklus manajemen bencana erupsi Gunung
Kelud
4. Tahap pemulihan bencana erupsi Gunung Kelud 2014
5. Mengali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi tahap tanggap
darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014
6. Proses Evakuasi dalam tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung
Kelud 2014
7. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan penanggulangan bencana erupsi
Gunung Kelud 2014
PENAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 PADA MASATANGGAP DARURAT BENCANA DIKABUPATEN KEDIRINILA KHASANAHUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/