bab struktur org
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi adalah sarana dalam pencapaian tujuan, yang merupakan
wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai
tujuan. Organisasi atau perusahaan harus mampu mengelolah manajemennya
untuk memenangkan persaingan pada era yang serba kompetitif supaya dapat
bertahan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan.
Setiap perusahaan, baik yang bergerak dibidang produksi, jasa maupun
industri, pada umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan. Supaya
dapat mencapai tujuan itu, perusahaan memerlukan sistem manajemen efektif
yang akan menunjang jalannya operasi perusahaan secara terus-menerus dan
tingkat efektivitas kerja karyawan juga perlu diperhatikan.
Perusahaan memiliki beberapa bagian pada umumnya, yakni bagian
pemasaran, bagian keuangan, bagian produksi, bagian sumber daya manusia, dan
bagian administrasi. Masing-masing bagian tersebut melaksanakan kegiatan yang
berbeda tetapi saling berhubungan satu sama lain. Tingkat kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan akan mengalami perubahan dari suatu periode ke periode
berikutnya. Adanya perubahan tersebut mengharuskan manajemen mengadakan
koordinasi dalam suatu perusahaan dan menciptakan wadah yang merupakan alat
komunikasi antar bagian yaitu struktur organisasi.
Setiap organisasi pasti mempunyai struktur organisasi yang berbeda
dengan organisasi yang lain, dan struktur organisasi telah mengalami perubahan
yang begitu hebat beberapa tahun belakangan ini. Struktur menjadi penting dalam
organisasi karena dapat mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan. Pendekatan-
pendekatan tradisional terhadap pengorganisasian pekerjaan terus dikembangkan
dan para praktisi terus berupaya mencapai desain-desain struktural yang paling
mendukung dan mempermudah para pegawai melaksanakan pekerjaan organisasi.
Desain struktur yang mampu menawarkan efisiensi tetapi juga memiliki
fleksibilitas yang tinggi, menjadi bahan kajian yang terus-menerus ditengah
perubahan lingkungan yang begitu cepat dan dahsyat, demi tetap terjaganya
kekokohan serta eksistensi organisasi. Merancang struktur organisasi yang
memungkinkan para pegawai mengerjakan pekerjaan mereka secara efektif dan
1
efisien adalah tantangan tersendiri. Setiap manajer perlu memahami akan hal
tersebut, sehingga sukses dalam menjalankan perannya sebagai pimpinan
organisasi.
Pada struktur organisasi terdapat garis hubungan antar manajer dan
karyawan yang memiliki garis hubungan antar tugas, wewenang, dan tanggung
jawab. Koordinasi diperlukan untuk memperoleh kesatuan tindak dalam mencapai
tujuan perusahaan. Tanpa adanya koordinasi, orang-orang atau fungsi yang ada
akan lebih mengejar kepentingannya sendiri sehingga mengorbankan tujuan
perusahaan. Koordinasi antar bagian sesuai dengan kegiatan perusahaan akan
menjadi salah satu faktor pendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan
pelaksanaan kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Struktur
organisasi disadari sangat penting peranannya dalam meningkatkan efektivitas
kerja
2
BAB II
ISI
2.1 Konsep Mengenai Struktur Organisasi
2.1.1 Pengertian Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang
baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian struktur organisasi
diantaranya sebagai berikut :
1) Menurut Blau (1974) yang dikutip oleh Djatmiko (2002) mengatakan
bahwa struktur organisasi adalah distribusi orang-orang dengan posisi
social tertentu dan peranan serta hubungannya satu sama lain melalui
berbagai saluran. Dari pengertian ini terkandung dua hal yaitu, adanya
orang-orang yang dilimpahi tugas dan organisasi adalah berhirarki yang
berarti bahwa orang-orang yang duduk dalam posisi tertentu memiliki
hukum dan aturan tersendiri.
2) Gibson dan kawan-kawan (1996) menganggap struktur organisasi sebagai
pola dan pengelompokkan pekerjaan dalam suatu organisasi.
3) Robbins dan Coulter (2004) mengatakan struktur organisasi adalah
kerangka kerja formal suatu organisasi dengan kerangka mana tugas-tugas
pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokan, dan dikoordinasikan.
4) T. Hani Handoko (2003) lebih jauh mengatakan bahwa struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-
hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, tugas-wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur
tersebut mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
3
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) satuan kerja.
Adapun karakteristik dari struktur organisasi antara lain:
1) Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individu
dalam kelompok kerja (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas
tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi).
2) Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan
organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang
direncanakan.
3) Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi.
4) Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang menunjukkan
lokasi atau letak kekuasaan pembuat keputusan.
5) Ukuran satuan kerja, menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu
kelompok kerja.
Adapun manfaat dari struktur organisasi antara lain :
1) Pimpinan dengan mudah mengetahui tugas, tanggung jab dan
wewenangnya demikian juga tentang tugas, tanggung jawab serta
wewenangnya demikian juga tentang tugas, tanggung jawab serta
wewenang dari bawahan.
2) Menghindari terjadinya perselisihan (konflik), saling menyalahkan, saling
lempar tanggung jawab antar pegawai.
3) Penghematan biaya.
4) Pembaguan kerja dapat dengan lebih tepat dan jelas.
Agar struktur organisasi dapat mendukung pencapaian tujuan hendaknya
mengandung 3 (tiga) hal, yaitu:
1) Cara (sistem) Pendelegasian Tugas dan Wewenang
4
Pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas memungkinkan tenaga
kerja mengetahui tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan yang
menjadi tanggung jawabnya. Tenaga kerja juga akan mengetahui ruang
lingkup wewenang yang dimilikinya atau tugas-tugas yang akan
dilaksanakannya.
Dengan kondisi kerja tersebut tenaga kerja mengetahui sumber pemberi
delegasi tugas dan tempat melaporkan hasilnya. Cara atau sistem
pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas tidak akan menyebabkan
dualisme dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan.
2) Koordinasi
Jika pendelegasian tugas dan wewenang sudah jelas maka keadaan
tersebut harus diikuti oleh koordinasi, sebab setiap individu maupun
bagian dalam organisasi perusahaan sudah mengetahui posisi, tugas,
wewenang yang dimiliki. Dengan kata lain koordinasi diperlukan untuk
mengatur kondisi tersebut.
3) Komunikasi
Agar koordinasi dapat diterapkan, maka perlu komunikasi yang
bermanfaat untuk mendekatkan setiap tenaga kerja maupun kelompok
kerja. Hal tersebut dimaksudkan untuk saling memberikan informasi
antara tenaga kerja maupun kelompok kerja. Tanpa komunikasi akan
terjadi kondisi yang membingungkan dan tidak mendukung aktivitas-
aktivitas dalam upaya pencapaian sasaran dari organisasi tersebut.
Ada enam pertanyaan utama yang perlu dijawab para manajer dalam
merancang struktur organisasi yang tepat (Robbins, 2002) :
5
Pertanyaan Utama Jawaban
1) Sampai tingkat manakah tugas-
tugas dibagi kedalam pekerjaan-
pekerjaan yang terpisah ?
Spesialisai kerja
2) Atas dasar apakah pekerjaan-
pekerjaan akan dikelompokkan?
Departementalisasi
3) Kepada siapakah individu dan
kelompok melapor?
Rantai Komando
4) Berapakah jumlah individu
sebenarnya yang dapat diarahkan
oleh seorang manajer secara
efektif dan efisien?
Rentang Kendali
5) Dimanakah letak wewenang
pengembilan keputusan ?
Sentralisasi dan Desentralisasi
6) Sampai tingkat manakah ada
aturan dan pengaturan untuk
mengarahkan karyawan dan
manajer?
Formalisasi
2.1.2 Pembagian Tugas/ Kerja/ Spesialisasi Kerja
1) Merupakan proses membagi pekerjaan ke dalam pekerjaan yang searah
khusus guna mencapai keunggulan spesialisasi (Gibson, 1996)
6
2) Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sejumlah
pekerjaan tersendiri (Robbins dan Coulter, 2004)
Pekerjaan dapat dibagi menjadi :
1) Ke dalam bidang keahlian personal (Akuntan, Ahli ea rah, dan lain-lain).
2) Ke dalam aktivitas yang berbeda sesuai dengan yang diperlukan pabrik :
Pabrikasi-perakitan (spesialisasi horizontal).
3) Ke arah vertikal : pekerjaan General Manager beda dengan Supervisor.
Prinsip dasar dari pembagian kerja/ spesialisai kerja adalah efisiensi dapat
dicapai jika pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang mempunyai tugas
tertentu/ khusus.
Alasan spesialisasi adalah tugas-tugas yang terlalu besar atau kompleks
dapat lebih mudah ditangani dan memungkinkan orang untuk bekerja dengan
efisien sehingga dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Kelemahannya, spesialisai bila dilakukan berlebihan menyebabkan orang
tidak dapat melihat bahwa pekerjaan mereka menghasilkan sesuatu yang penting.
Akibatnya orang dapat menurun motivasi atau semangat kerjanya.
Spesialisasi atau kompleksitas organisasi dibedakan lebih lanjut menjadi tiga
bagian yakni:
1) Horizontal differentiation, menjelaskan seberapa banyak pekerjaan harus
dilakukan oleh karyawan, tingkat kebutuhan akan profesi dan spesialisasi
karyawan, kebutuhan akan training dan pendidikan karyawan dalam
kaitannya dengan tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakannya dan
tingkat departementalisasi organisasi. Semakin banyak pekerjaan, profesi
dan spesialisasi, semakin banyak kebutuhan akan training khusus dan
semakin banyak departementalisasi maka akan semakin kompleks
organisasi tersebut.
2) Vertical differentiation berkaitan dengan banyaknya level/ tingkatan
didalam organisasi. Semakin sedikit level organisasi maka semakin lebar
7
rentang kendali yang harus dijalankan seorang manajer. Sebaliknya
semakin banyak level organisasi semakin sempit rentang kendalinya.
3) Spatial differentiation berkaitan dengan lokasi organisasi. Semakin jauh
jarak antar unit organisasi, departemen dan orang-orang yang bekerja
didalamnya, organisasi tersebut menjadi semakin kompleks.
2.1.3 Departementalisasi/ Departementasi
Proses dimana suatu organisasi secara struktural dibagi dengan
mengkombinasikan pekerjaan dengan depeartemen berdasarkan beberapa andil
karakteristik (Gibson,1996) atau oleh LPM (1998) dikatakan sebagai proses
pengelompokkan kegiatan dalam unit-unit kerja yang menggunakan prinsip
pembagian kerja dan spesialisasi. Atau dasar yang digunakan untuk
mengelompokkan sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok atau satu grup
(Robbins dan Coulter, 2004).
Beberapa kemungkinan departementalisasi/ departementasi :
1) Fungsional, organisasi/kegiatan disusun berdasarkan kelompok-kelompok
fungsional yaitu dengan membentuk departemen-departemen produksi,
keuangan, pemasaran, dll.
2) Produk, organisasi/kegiatan dibagi menurut macam/produk/ jasa yang
dihasilkan.
3) Wilayah, organisasi/ kegiatan dibagi atas dasar wilayah. Atau
dikelompokkan pekerjaan berdasar wilayah / geografis.
4) Proses arus produk/ pelanggan, organisasi/ kegiatan dibagi atas dasar arus
produk atau pelanggan. Atau mengelompokkan pekerjaan berdasar arus
produk atau pelanggan.
5) Pelanggan/pasar, organisasi/ kegiatan dibagi menjadi unut-unit kerja atas
dasar kelompok pelanggan. Atau mengelompokkan pekerjaan berdasa
pelanggan.
6) Waktu kerja, organisasi/ kegiatan dibagi menurut kerja. Atau
mengelompokkan pekerjaan berdasar waktu kerja.
8
7) Proses/peralatan, organisasi/ kegiatan dibagi menurut jenis proses/
peralatan yang dipakai. Atau mengelompokkan pekerjaan berdasar proses
produksi atau peralatan yang dipergunakan.
8) Campuran. Organisasi dibentuk menggunakan pembagian campuran.
Kriteria yang paling penting dalam melakukan pembagian kerja adalah
bagaimana pembagian tersebut akan memberikan hasil yang maksimal.
Dalam penentuan organisasi secara campuran, yang terpenting
diperhatikan adalah bagaimana pengaruh departementasi tersebut
terhadap koordinasi dan prestasi organisasi.
2.1.4 Rentang Kendali
1) Adalah jumlah individu yang bertanggung jawab pada manajer tertentu
(Gibson, 1996).
2) Jumlah bawahan yang dapat diarahkan secara efisien dan efektif oleh
seorang manajer (Robbins, 2002)
Jadi istilah rentang kendali menunjuk pada jumlah orang yang disupervisi
oleh seorang atasan. Prinsip ini diterapkan dalam organisasi dengan menentukan
berapa orang yang dapat secara efektif disupervisi seorang atasan.
Rentang kendali erat hubungannya dengan tingkatan manajemen dan jumlah
manajer yang ada. Keduanya mempunyai pengaruh besar terhadap efektivitas dan
efisiensi organisasi. Bila organisasi terlalu besar (tingkatan manajemen terlalu
sedikit), maka supervisi seorang atasan akan berkurang efektivitasnya. Sebaliknya
bila terdapat banyak tingkatan manajemen, efisiensi berkurang dan komunikasi
menjadi lebih sulit. Berapa jumlah rentangan yang ideal? Graicunas menawarkan
dengan formula sebagai berikut:
Dimana, R= jumlah hubungan, dan n= jumlah
bawahan.
Menurut rumus ini seandainya ada lima bawahan maka akan ada 100
hubungan, bila ada sepuluh bawahan maka ada 5210 hubungan.
9
Lyndall F. Urwick lebih jauh menyimpulkan bahwa tidak ada eksekutif yang
mampu mengendalikan secara langsung lebih dari lima, atau maksimal enam
bawahan.
Jenderal Lan Hamilton berdasarkan pengalaman militernya, menyimpulkan
bahwa rata-rata otak manusia hanya memiliki dimensi yang efektif dalam hal
pengawasan dari tiga sampai enam otak manusia. (Handoko, 2003).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi rentang kendali dalam menyusun suatu
organisasi adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan atasan untuk mensupervisi.
b. Kemampuan bawahan menjalankan tugas.
c. Kompleksitas tugak atau kegiatan.
d. Standar prestasi yang ditetapkan.
e. Banyaknya pendelegasian wewenang.
f. Adanya bantuan tenaga staf.
g. Keeratan hubungan antar kegiatan.
2.1.5 Rantai Komando
Garis wewenang yang tidak putus dari yang terentang dari puncak organisasi
atau tingkatan atas hingga eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor
kepada siapa. Ketika membicarakan rantai komando harus dibahas juga tiga
konsep lain yaitu: wewenang, tanggung jawab, dan kesatuan komando.
1) Wewenang adalah hak yang dimiliki seorang manajer untuk mengambil
keputusan, memberi instruksi dan penugasan serta melakukan penilaian
terhadap bawahannya. Wewenang karena suatu hal bisa didelegasikan atau
dilimpahkan kepada pihak lain.
2) Tanggung jawab adalah kewajiban yang harus dijalankan. Tidak seperti
wewenang, tanggung jawab tidak dapat didelegasikan atau dilimpahkan
kepada bawahan.
3) Kesatuan komando adalah prinsip manajemen yang menyatakan bahwa
tiap-tiap orang harus melapor kesatu manajer saja. Atau setiap bawahan
hanya punya satu atasan.
10
2.2 Konsep Mengenai Desain Organisasi
2.2.1 Keputusan Desain Organisasi
Dalam membuat keputusan tentang desain organisasi Stephen P. Robbins
dan Mary Coulter (2004) membaginya menjadi dua desain yaitu desain organisasi
tradisional yang meliputi struktur sederhana, struktur fungsional dan struktur
divisional, serta desain organisasi kontemporer terdiri dari struktur berbasis tim,
struktur matrik, struktur proyek, unit internal mandiri, organisasi tanpa batas dan
organisasi pembelajar.
1) Desain organisasi tradisional
a. Struktur sederhana
Suatu struktur yang bercirikan tingkat departementasi sederhana,
rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat, formalisasi kecil
atau rendah.
Formalisasi adalah pembakuan pekerjaan yang terkait dengan
peraturan yang akan berpengaruh dengan perilaku karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut. Formalisasi tinggi artinya orang
yang mengerjakan pekerjaan tersebut memiliki tingkat keleluasaan
minimal, sementara formalitas rendah atau kecil berarti bahwa
pegawai lebh punya kebebasan dalam hal bagaimana mengerjakan
suatu pekerjaan.
b. Struktur fungsional
Struktur organisasi yang mengelompokkan spesialisasi pekerjaan yang
serupa atau yang terkait ke dalam suatu kelompok.
c. Struktur divisional
Struktur organisasi yang terdiri dari atas unit atau divisi atau terpisah
dan semi otonom.
2) Desain organisasi kontemporer
a. Struktur berbasis tim, desain organisasi dimana keseluruhan organisasi
tersusun oleh sejumlah kelompok kerja tim. Dalam struktur ini,
pemberdayaan karyawan menjadi penting karena akan menentukan
11
kesuksesan suatu organisasi. Bentuk ini telah menghancurkan batas-
batas departemen dan mendesentralisasikan pengambil keputusan tim
kerja.
b. Struktur matriks, desain organisasi yang menugaskan para spesialis
dari departemen fungsional yang berbeda-beda untuk bekerja pada satu
atau lebih proyek yang dipimpin oleh seorang manajer proyek.
c. Struktur proyek, desain organisasi dimana para karyawan secara terus
menerus ditugaskan kesejumlah proyek. Struktur ini sangat cair dan
fleksibel, tidak ada departementasi dan hirakri yang kaku. Para
manajer berperan sebagai fasilitator, pembina dan pelatih dan melayani
tim-tim proyek.
d. Unit internal mandiri, adalah unit-unit bisnis mandiri yang
terdesentralisasi, masing-masing mempunyai produk, pelanggan,
pesaing dan sasaran laba. Ada juga yang menyebut organisasi virtual.
e. Organisasi tanpa tapal batas, suatu organisasi yang mengusahakan
penghapusan rantai komando, rentang kendali tak terbatas, mengganti
departemen dengan tim yang diberdayakan.
f. Organisasi pembelajar, organisasi yang telah mengembangkan
kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dan berubah, karena para
anggota berperan aktif dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang terkait dengan pekerjaan.
2.2.2 Model-Model Desain Organisasi
1) Model organisasi mekanistik adalah suatu struktur atau desain organisasi
yang dikendalikan secara kaku dan sangat ketat. Menekankan pada
kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisiensi melalui
penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang,
dan spesialisasi tingkat yang tinggi.
2) Model organisasi organik adalah struktur ata desain organisasi yang sangat
fleksibel dan mudah beradaptasi. Lebih menekankan pada kepentingan
mencapai tingkat yang lebih tinggi, kemampuan adaptasi dan
12
pengembangan melalui aturan dan prosedur desentralisasi wewenang, dan
derajat spesialisasi rendah.
3) Berbagai faktor-faktor kontingensi yang mempengaruhi desain organisasi
adalah strategi, ukuran, teknologi dan lingkungan.
2.3 Konsep Mengenai Desain Pekerjaan
Salah satu faktor yang berpengaruh cukup signifikan terhadap terwujudnya
efektifitas dan kesehatan suatu organisasi adalah desain pekerjaan. Pekerjaan yang
didesain dengan baik akan dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan
kepuasan kerja. Perkembangan lingkungan dan perkembangan organisasi yang
begitu cepat dan dinamis menjadikan organisasi untuk terus melakukan
perancangan ulang terhadap pekerjaan.
Menurut Gibson dan kawan-kawan tahun 1997, desain pekerjaan adalah
proses dimana manajer memutuskan tugas-tugas dan wewenang individual.
Menurut Robbins dan Coulter tahun 2004 berpendapat bahwa desain pekerjaan
adalah cara tugas-tugas digabung untuk membentuk pekerjaan yang lengkap.
Selain itu Indriyo Gitosudarmo dan Sudita tahun 1997 mengatakan bahwa desain
pekerjaan berkaitan dengan penentuan struktur hubungan tugas dan hubungan
antar pribadi dari suatu pekerjaan dengan menentukan berapa banyak
keanekaragaman, tanggung jawab, signifikansi, dan otonomi pekerjaan diberikan
oleh pekerjaannya.
Pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) itu sendiri merupakan salah satu
dari teknik desain pekerjaan, dalam Samuel, (2003:75) dikatakan bahwa
pendekatan klasik tentang desain pekerjaan yang diajukan Hackman dan Oldham
(1980) dikenal dengan istilah teori karakteristik pekerjaan (job characteristics
theory). Berikut adalah gambar model karakteristik pekerjaan dari Hackman dan
Oldham (1980) :
13
Desain ulang pekerjaan merupakan suatu proses dimana manajer
mempertimbangkan kembali apa yang diharapkan karyawan untuk dilakukan.
Para pakar mengidentifikasikan tiga strategi utama dalam mendesain ulang
pekerjaan yaitu:
1. Spesialisasi tugas yang sering juga disebut dengan penyederhanaan tugas
(job simplification) yaitu dengan cara mengurangi cakupan dan kedalaman
pekerjaan.
2. Pemekaran pekerjaan (job enlargement) yaitu menambah jumlah dan
keragaman tugas yang dikerjakan.
3. Pemerkayaan pekerjaan (job enreachement) yakni pengembangan
pekerjaan secara vertical.
2.3.1 Karakteristik Pekerjaan
Dalam Simamora, (2004:129) model karakteristik pekerjaan (Job
characteristics models) merupakan suatu pendekatan terhadap pemerkayaan
pekerjan (job enrichment). Program pemerkayaan pekerjaan (job enrichment)
berusaha merancang pekerjaan dengan cara membantu para pemangku jabatan
memuaskan kebutuhan mereka akan pertumbuhan, pengakuan, dan tanggung
jawab. Pemerkayaan pekerjaan menambahkan sumber kepuasan kepada
pekerjaan. Metode ini meningkatkan tanggung jawab, otonomi, dan kendali.
Penambahan elemen tersebut kepada pekerjaan kadangkala disebut pemuatan
kerja secara vertikal (vertical job loading).
14
Dalam merancang ulang pekerjaan perlu dilakukan analisis terhadap
karakteristik masing-masing pekerjaan, dan memutuskan karakteristik mana yang
diubah. Kegiatan ini meliputi:
1. Peninjauan terhadap cakupan pekerjaan yaitu terkait dengan jumlah dari
aktivitas yang berbeda yang diperlukan oleh suatu pekerjaan tertentu dan
pengulangan siklius pekerjaan. Semakin sedikit jumlah tugas, semakin
tinggi frekuensi pengulangan, maka makin sempit atau rendah.
2. Peninjauan terhadap kedalaman pekerjaan yaitu berkaitan dengan kadar
sejauh mana seseorang dapat mengendalikan tugasnya.
3. Telaah/identifikasi terhadap atribut tugas. Arthur Tener dan Paul
Lawerence yang dikutip oleh Indriyo Gitosudarmo dan Sudita tahun 1997
mengidentifikasi enam faktor yang paling penting dalam menentukan
pekerjaan yang diinginkan yaitu:
a. Keanekaragaman yang meliputi sejumlah aktivitas yang berbeda
yang harus diselesaikan dalam melaksanakan masing-masing
pekerjaan.
b. Otonomi menyangkut tingkat kebebasan pekerja dalam
menentukan cara melaksanakan aktivitas.
c. Interaksi yang diperlukan yaitu tingkat ketergantungan di antara
pekerja.
d. Interaksi pilihan yaitu jumlah atau peluang komunikasi yang
dimungkinkan terjadi dari lingkungan tata ruang kerja.
e. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan yakni tingkat
kesiapan mental yang diperlukan atau melibatkan proses belajar
dalam melaksanakan tugas dengan tepat.
f. Tanggung jawab yaitu tingkat pertanggungjawaban yang dituntut
oleh suatu tugas.
Karakteristik pekerjaan merupakan sifat dari tugas yang meliputi tanggung
jawab, macam tugas dan tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu
15
sendiri. Pekerjaan yang secara instrinsik memberikan kepuasan dan lebih
memotivasi bagi kebanyakan orang dari pada pekerjaan yang tidak memuaskan
( Stoner dan Freeman, 1994). Wood, at al (1998) menjelaskan inti karakteristik
pekerjaan sebagai berikut:
1) Skill Variety (Variasi Keterampilan)
Skill Variety (Variasi Keterampilan) adalah suatu tingkatan dimana
pekerjaan membutuhkan variasi aktifitas yang berbeda dalam
menyelesaikan pekerjaan yang melibatkan sejumlah keterampilan dan
bakat yang berbeda dari karyawan.
2) Task Identity (Identitas tugas)
Task Identity (Identitas tugas) adalah suatu tingkatan dimana pekerjaan
membutuhkan penyelesaian menyeluruh dan teridentifikasi pembagianya,
oleh karena seseorang terlibat mengerjakan pekerjaan dari awal sampai
akhir dengan hasil yang memungkinkan.
3) Task Significance (Signifikasi Tugas)
Task Significance (Signifikasi Tugas) adalah suatu tingkatan dimana
pekerjaan adalah penting dan melibatkan kontribusi yang berarti terhadap
organisasi atau masyarakat pada umumnya.
4) Autonomy (Otonomi)
Autonomy (Otonomi) adalah suatu tingkatan dimana pekerjaan
memberikan kebebasan secara substansial, kemerdekaan dan keleluasaan
dalam membuat schedule pekerjaan dan menentukan prosedur yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
5) Job Feedback (Umpan balik Pekerjaan)
Job Feedback (Umpan balik Pekerjaan) adalah suatu tingkatan dimana
hasil aktifitas penyelesaian pekerjaan diperoleh langsung oleh karyawan
daninformasi yang jelas mengenai seberapa baik pekerjaan telah
dikerjakan.
16
2.3.2 Dimensi Inti Pekerjaan
Ada lima dimensi inti dari suatu pekerjaan yang tidak kalah pentingnya
untuk difahami. Kutipan Robbins dan Coulter tahun 2004 dari J.R. Hackman dan
G.R. Oldham tahun 1975 menyebutkan sebagai model karakteristik pekerjaan
dimana dijelaskan bahwa setiap pekerjaan dapat dirumuskan dari lima segi
dimensi inti sebagai berikut:
a. Keanekaragaman keterampilan: tingkat sejauh mana suatu pekerjaan
memerlukan serangkaian kegiatan agar karyawan dapat menggunakan
sejumlah bakat dan keterampilan yang berbeda.
b. Identitas tugas: tingkat sejauh mana suatu tugas/pekerjaan menuntut
penyelesaian seluruh bagian pekerjaan yang dapat diidentifikasi.
c. Tingkat signifikansi/kepentingan tugas: derajat sejauh mana suatu
tugas/pekerjaan memiliki pengaruh yang berarti terhadap organisasi,
masyarakat atau kehidupan orang lain.
d. Otonomi: derajat sejauh mana pekerja bebas dari pengaruh langsung
atasan dan dapat memutuskan cara terbaik dalam melaksanakan tugasnya.
e. Umpan balik: derajat sejauh mana pekerja memperoleh informasi tentang
penilaian prestasi dari pelaksanaan tugasnya.
17
BAB III
PENUTUP
Pemahaman terhadap struktur dan desain organisasi menjadi sangat
penting karena akan memperjelas harapan tentang apa yang harus dikerjakan,
bagaimana membagi pekerjaan untuk menghindari upaya mubazir, konflik dan
penyalahgunaan sumber daya, menyiapkan arus dan distribusi pekerjaan yang
logis, menyusun jalur komunikasi yang efektif, menyiapkan mekanisme
koordinasi yang dinamis, memfokuskan usaha dan tugas dalam rangka
mewujudkan sasaran-sasaran organisasi.
Perkembangan lingkungan organisasi yang begitu cepat menuntut adanya
kapasitas yang memadai dari para manajer dalam mendesain ulang, menyusun dan
menubah struktur organisasi, sehingga terhindar dari keterpurukan.
Beberapa keputusan manajerial yang utama dalam mendesain struktur
organisasi adalah membagi pekerjaan, mendelegasikan wewenang, departementasi
dan menentukan rentang kendali.
Manajer masa kini juga harus piawai dalam merancang atau mendesain
pekerjaan, Desain pekerjaan yang baik dan tepat akan dapat meringankan
tugasnya dalam memimpin organisasi terutama dalam menjaga, mendorong atau
meningkatkan semangat, motivasi dan kepuasan kerja para anggota organisasi,
serta dapat menjaga dan meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi yang
dikomandaninya.
18