bab landasan teori 2.1 pengertian datalibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/rs1... · 2.1...

39
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Data Turner dan Weickgenannt (2013: 542) mendefinisikan data sebagai kumpulan fakta-fakta dari transaksi-transaksi. O'Brien dan Marakas (2013: 683) mendeskripsikan data sebagai fakta-fakta atau observasi mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Rainer, Prince & Cegielski (2015: 11) mengatakan bahwa data merujuk pada deskripsi hal-hal mendasar, kejadian, kegiatan, dan transaksi yang dicatat, dikelompokkan, dan disimpan namun tidak terorganisir untuk menyampaikan suatu makna apapun. Hall (2016: 10) mengatakan data merupakan fakta-fakta yang mungkin sudah diproses atau mungkin belum diproses (diedit, diringkas, atau diperhalus) dan tidak memiliki efek langsung kepada tindakan pengguna. Dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta-fakta dan deskripsi hal-hal mendasar dari kejadian, transaksi, dan kegiatan yang disimpan dan tidak memiliki makna kepada pengguna. 2.2 Pengertian Informasi Menurut O’Brien & Marakas (2013: 32), informasi dapat didefinisikan sebagai data yang telah diubah kedalam konteks yang memiliki arti dan berguna untuk para pengguna informasi. Menurut Rainer, Prince & Cegielski (2015: 385) mengatakan bahwa informasi merupakan data yang telah diorganisir sehingga memiliki arti dan nilai kepada penggunanya. Menurut Hall (2016: 10), informasi menjadi pemicu pengguna untuk mengambil suatu tindakan yang mendukung dalam tugas harian bisnis, penyelesaian masalah, dan perencanaan untuk masa depan. Dari pernyataan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah sehingga memiliki arti dan dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Data

    Turner dan Weickgenannt (2013: 542) mendefinisikan data sebagai kumpulan

    fakta-fakta dari transaksi-transaksi. O'Brien dan Marakas (2013: 683)

    mendeskripsikan data sebagai fakta-fakta atau observasi mengenai fenomena fisik

    atau transaksi bisnis. Rainer, Prince & Cegielski (2015: 11) mengatakan bahwa data

    merujuk pada deskripsi hal-hal mendasar, kejadian, kegiatan, dan transaksi yang

    dicatat, dikelompokkan, dan disimpan namun tidak terorganisir untuk menyampaikan

    suatu makna apapun. Hall (2016: 10) mengatakan data merupakan fakta-fakta yang

    mungkin sudah diproses atau mungkin belum diproses (diedit, diringkas, atau

    diperhalus) dan tidak memiliki efek langsung kepada tindakan pengguna.

    Dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta-fakta dan deskripsi hal-hal

    mendasar dari kejadian, transaksi, dan kegiatan yang disimpan dan tidak memiliki

    makna kepada pengguna.

    2.2 Pengertian Informasi

    Menurut O’Brien & Marakas (2013: 32), informasi dapat didefinisikan

    sebagai data yang telah diubah kedalam konteks yang memiliki arti dan berguna

    untuk para pengguna informasi. Menurut Rainer, Prince & Cegielski (2015: 385)

    mengatakan bahwa informasi merupakan data yang telah diorganisir sehingga

    memiliki arti dan nilai kepada penggunanya. Menurut Hall (2016: 10), informasi

    menjadi pemicu pengguna untuk mengambil suatu tindakan yang mendukung dalam

    tugas harian bisnis, penyelesaian masalah, dan perencanaan untuk masa depan.

    Dari pernyataan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa informasi

    merupakan data yang telah diolah sehingga memiliki arti dan dapat digunakan untuk

    mengambil tindakan.

  • 2.3 Pengertian Sistem

    Menurut O’Brien & Marakas (2012: 29) menyatakan bahwa yang dimaksud

    dengan sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berkaitan satu sama lain,

    yang memiliki batasan–batasan tertentu yang jelas. Sistem dapat saling bekerja sama

    dalam mencapai tujuan, dengan cara menerima input dan menghasilkan output dalam

    suatu proses yang terorganisir. Hall (2013: 782) mendefinisikan sistem sebagai, suatu

    kelompok yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling

    berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuan tertentu. Sistem adalah sebuah

    kumpulan komponen-komponen yang berhubungan dan bekerja sama untuk

    mencapai suatu tujuan (Brown et al 2012, p. 330).

    Kesimpulannya, sistem adalah sekelompok komponen yang berkaitan, yang

    memiliki tujuan tertentu, memiliki batasan tertentu, menerima input, dan

    menghasilkan output dalam proses yang terorganisir.

    2.4 Pengertian Sistem Informasi

    Sistem informasi merupakan perangkat elemen atau komponen yang terkait

    satu sama lain, yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan data

    dan informasi, serta mampu memberikan feedback untuk memenuhi tujuan suatu

    organisasi (Stair & Reynolds, 2010).

    Menurut Laudon dan Laudon (2010) sistem informasi adalah komponen yang

    saling bekerja untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan

    informasi untuk mendukung kegiatan suatu organisasi, seperti pengambilan

    keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis masalah, dan juga visualisasi dari

    organisasi.

    Sistem Informasi menurut Hall (2016: 5) adalah seperangkat prosedur yang

    tersusun secara formal dimana data-data dikumpulkan, disimpan, diproses menjadi

    informasi, dan didistribusikan kepada para pengguna sistem informasi tersebut.

    Menurut (Brown et al, 2012, p. 330) sistem informasi dapat didefinisikan

    sebagai sebuah kumpulan dari teknologi informasi, prosedur, dan orang orang yang

    bertanggung jawab dalam menangkap, memindahkan, mengatur, dan menyebarkan

    data serta informasi.

    Dari beberapa pengertian sistem informasi diatas, maka dapat disimpulkan

    bahwa sistem informasi merupakan komponen-komponen berupa data yang

  • terintegrasi dan memiliki prosedur dengan tujuan tertentu untuk menampilkan

    informasi yang bermanfaat bagi para penggunanya.

    2.5 Pengertian Teknologi Informasi

    Menurut Rainer, Prince dan Cegielski (2015: 6), teknologi informasi terkait

    dengan semua alat berbasis komputer yang digunakan untuk bekerja dengan

    informasi, mendukung informasi, dan pemrosesan informasi kebutuhan organisasi.

    Menurut Turner & Weickgenannt (2013: 8), teknologi informasi didefinisikan

    sebagai komputer-komputer, peralatan tambahan, perangkat lunak, layanan-layanan,

    dan sumber daya terkait yang diterapkan untuk mendukung proses bisnis.

    Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi

    merupakan komputer, peralatan, perangkat lunak, layanan, dan sumber daya terkait

    untuk mendukung proses bisnis, dan mengumpulkan serta memproses informasi.

    2.6 Pengertian IT Governance

    ISACA (2012) mendefinisikan IT Governance “as a Structure of

    relationships and processes to direct and control the enterprise in order to achieve

    the enterprise’s goals by value while balancing risk versus return over IT and its

    processes”.

    Menurut Weill & Ross (2004, p.14) Good IT Governance adalah keputusan

    harmonisasi tentang pengelolaan dan penggunaan IT dengan perilaku yang

    diinginkan dan tujuan bisnis. Tanpa struktur pemerintahan yang dirancang dan

    dilaksanakan dengan teliti, perusahaan akan meninggalkan keselarasan untuk

    kesempatan.

    Menurut Turner (2013, p. 21) tata kelola adalah sebuah kepemimpinan,

    struktur organisasi dan proses yang memastikan bahwa perusahaan akan mencapai

    tujuannya dengan meningkatkan nilai yang menyeimbangkan risiko yang disesuaikan

    kembali dengan TI dan prosesnya.

    Dari hasil pengertian IT Governance diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    IT Governance adalah suatu komitmen, proses pengendalian manajemen organisasi

    terhadap sumber daya TI yang memiliki nilai investasi yang sesuai dengan tujuan

    bisnis perusahaan tersebut.

  • 2.7 Kerangka Kerja COBIT 5

    Menurut ISACA (2012: 15), COBIT 5 merupakan panduan ISACA yang

    membahas mengenai tata kelola dan manajemen TI dan semua yang berhubungan,

    yang dimulai dari memenuhi kebutuhan para stakeholder akan informasi dan

    teknologi.

    COBIT 5 menyediakan kerangka kerja yang mudah dipahami dan mampu

    membantu perusahaan dalam mencapai tujuan tata kelola dan manajemen TI. COBIT

    5 dapat membantu perusahaan untuk menciptakan nilai secara optimal melalui TI

    dengan menjaga keseimbangan antara pemberian manfaat dan mengoptimalisasi

    tingkat risiko dan penggunaan sumber daya. COBIT 5 memiliki 2 (dua) area utama

    yaitu area tata kelola (governance) dan manajemen (management). Pengaturan tata

    kelola mengatur terkait hal-hal yang ditentukan melalui pendefinisian strategi dan

    kontrol. Sedangkan pengelolaan (manajemen) mengatur terkait bagaimana tata kelola

    tersebut dari pengelolaan yang ditentukan melalui rencana. COBIT 5 juga dapat

    digunakan oleh segala bentuk perusahaan, baik yang bersifat komersial, non-profit,

    ataupun perusahaan sektor publik.

    2.7.1 Prinsip-prinsip COBIT 5

    Dalam melaksanakan evaluasi tata kelola TI dibutuhkan prinsip-

    prinsip yang dapat mendukung jalannya evaluasi dengan baik. Begitu pula

    dengan COBIT 5 yang telah menjabarkan prinsip-prinsip yang diperlukan

    dalam menjalankan evaluasi menggunakan kerangka kerja ini yang

    diterangkan dalam gambar 2.1.

    Gambar 2. 1 Prinsip-prinsip COBIT 5

  • COBIT 5 memiliki 5 prinsip untuk tata kelola dan manajemen

    perusahan TI yaitu:

    1. Meeting Stakeholder Needs

    Pada prinsip ini COBIT 5 menyediakan semua proses yang diperlukan

    dan juga enablers guna mendukung pembentukan nilai bisnis melalui

    kegunaan TI. Tujuan dari COBIT 5 adalah menerjemahkan kebutuhan

    para pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi tujuan yang

    spesifik dan disesuaikan dengan konteks organisasi serta tujuan dan

    sasaran organisasi.

    2. Covering the Enterprise End-to-end

    Pada prinsip ini COBIT 5 menyarankan mengintegrasikan tata kelola

    TI dengan tata kelola organisasi. COBIT 5 tidak hanya fokus pada

    pengelolaan fungsi TI tapi juga menganggap teknologi informasi

    sebagai sebuah aset yang harus dilindungi.

    3. Applying a Single, Integrated Framework

    Pada prinsip ini menjelaskan bahwa COBIT 5 berhubungan dengan

    standard relevan dan kerangka kerja high level lainnya, dan yang

    mampu menyajikan keseluruhan kerangka kerja untuk tata kelola dan

    manajemen TI. memberikan deskripsi grafis mengenai bagaimana

    COBIT 5 mencapai perannya dalam meluruskan dan mengintegrasi

    kerangka kerja.

    4. Enabling a Holistic Approach

    Pada prinsip ini menjelaskan bahwa COBIT 5 mendefinisikan

    sekumpulan enablers untuk mendukung implementasi dari sistem tata

    kelola dan manajemen yang menyeluruh pada perusahaan. Enablers

    secara luas dapat dijelaskan sebagai segala sesuatu yang dapat

    membantu pencapaian tujuan perusahaan.

    5. Separating Governance from Management

    Pada prinsip ini menjelaskan bahwa Kerangka kerja COBIT 5

    membuat perbedaan yang jelas antara governance dan manajemen.

    Kedua hal ini mengarah kepada perbedaan tipe aktivitas, perbedaan

    struktur organisasi dan menyediakan tujuan yang berbeda. Pandangan

    COBIT 5 terhadap perbedaan antara governance dan manajemen yaitu

    governance memastikan bahwa kebutuhan stakeholder, kondisi dan

  • opsi telah dievaluasi untuk memastikan keseimbangan, pencapaian

    tujuan perusahaan; memberikan arahan melalui prioritas dan decision

    making; dan mengawasi kinerja dan kepatuhan terhadap arahan dan

    tujuan yang telah disetujui.

    2.7.2 Tujuan dari COBIT 5

    COBIT 5 membantu perusahaan dalam membentuk nilai optimal

    melalui teknologi informasi (TI) dengan menjaga keseimbangan antara

    mewujudkan manfaat dan mengoptimalkan tingkat risiko dan penggunaan

    sumber daya. Kerangka kerja ini ditujukan untuk area fungsional bisnis

    maupun TI dalam suatu organisasi dan mempertimbangkan kepentingan

    internal maupun eksternal teknologi informasi para stakeholder.

    COBIT 5 menyediakan kerangka kerja yang lengkap dan mampu

    membantu perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya dalam tata kelola

    dan manajemen TI perusahaan. COBIT 5 kerangka kerja utama yang dibuat

    oleh dan untuk para praktisi dan termasuk didalamnya pandangan dari TI

    dan literatur umum manajemen, termasuk konsep dan model seperti

    strategic alignment, balance scorecard, pemahaman TI dan sistem

    organisasi (De Haes, Van Grembergen, & Debreceny, 2013)

    COBIT 5 implementation guide (ISACA, 2012) mendeskripsikan

    faktor kesuksesan terhadap keberhasilan implementasi, yaitu:

    1. Para manajemen tingkat atas menyediakan arahan dan amanat

    terhadap inisiasi, dengan melakukan komitmen dan dukungan

    yang nyata.

    2. Semua bagian mendukung proses tata kelola dan manajemen

    untuk memahami tujuan bisnis dan TI.

    3. Memastikan bahwa terdapat komunikasi dan pemberdayaan yang

    efektif terhadap keperluan perubahan.

    4. Menyesuaikan COBIT dan good practice dan standard pendukung

    lainnya agar sesuai dengan konteks unik dari perusahaan.

    5. Berfokus pada kemenangan dengan cepat dan memprioritaskan

    perbaikan yang paling bermanfaat yang paling mudah

    diimplementasi.

  • 2.7.3 7 Enablers

    Enablers adalah sekumpulan faktor yang mempengaruhi sesuatu yang

    akan dikerjakan oleh organisasi. COBIT 5 memiliki 7 kategori enablers,

    yaitu:

    1. Principles, Policies and Frameworks: Sarana untuk menerjemahkan

    perilaku yang diinginkan ke dalam pedoman yang praktis untuk

    kegiatan manajemen sehari-hari.

    2. Processes: Menggambarkan kumpulan kegiatan dan aktivitas dari

    organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan menghasilkan output

    untuk mendukung pencapaian tujuan yang tentunya berkaitan dengan

    TI.

    3. Organizational Structure: Struktur organisasi adalah kunci entitas

    pengambilan keputusan dalam sebuah perusahaan.

    4. Culture, Ethics and Behaviour: Budaya, etika dan perilaku individu

    dan perusahaan dalam kesehariannya serta cara menanggapi dan

    membuat keputusan terhadap suatu hal.

    5. Information: Informasi dapat menyebar keseluruh organisasi, dan

    informasi yang dihasilkan akan digunakan oleh perusahaan.

    6. Service, Infrastructure, and Applications: 3 hal yang menyediakan

    sesuatu untuk perusahaan dengan pengolahan dan jasa teknologi

    informasi.

    7. People, Skills and Competencies: Orang, skills dan kompetensi

    diperlukan untuk menyelesaikan semua kegiatan dan untuk membuat

    keputusan yang benar dan mengambil tindakan korektif.

    2.7.4 COBIT 5 Process Reference Model

    COBIT 5 termasuk didalamnya yaitu process reference model, yang

    menggambarkan dan mendeskripsikan detail dari beberapa proses tata

    kelola dan manajemen. Hal tersebut mewakili seluruh proses yang biasanya

    ditemukan di dalam yang berhubungan dengan aktivitas TI.

  • Gambar 2. 2 COBIT 5 Process Reference Model

    Gambar diatas merupakan beberapa komponen control objectives

    dalam melakukan penilaian yang terdapat pada COBIT 5, dapat dilihat

    dengan jelas bahwa setiap poin kriteria penilaian tersebut memiliki

    domainnya masing-masing dan process reference model terbagi dalam dua

    jenis area yaitu governance dan management process dari enterprise IT

    yang terdiri dari 37 proses. Pada saat melakukan control objective untuk

    melakukan penilaian, hal ini didasari dari hasil pengumpulan data awal

    sehingga dapat menentukan hal kritis pada perusahaan apa saja yang harus

    dinilai.

    Domain 1: Evaluate, Direct and Monitor (EDM)

    EDM adalah proses tata kelola yang berhubungan dengan

    stakeholders yang terdiri dari pengiriman tujuan, nilai, optimalisasi risiko

    dan sumber daya. Beberapa proses pada domain EDM yaitu:

    ● EDM01 Evaluate governance framework setting and maintenance

    ● EDM02 Ensure benefits delivery

    ● EDM03 Ensure risk optimization

    ● EDM04 Ensure resource optimization

    ● EDM05 Ensure stakeholder transparency

  • Domain 2: Align, Plan and Organise (APO)

    APO mencakup strategi untuk merencanakan dan meluruskan tujuan

    TI dengan tujuan organisasi. Proses-proses yang ada pada domain APO

    adalah:

    ● APO01 Manage the IT management framework

    ● APO02 Manage strategy

    ● APO03 Manage enterprise architecture

    ● APO04 Manage innovation

    ● APO05 Manage portfolio

    ● APO06 Manage budget and costs

    ● APO07 Manage human resources

    ● APO08 Manage relationships

    ● APO09 Manage service agreements

    ● APO10 Manage supplier

    ● APO11 Manage quality

    ● APO12 Manage risk

    ● APO13 Manage security

    Domain 3: Build, Acquire, and Implement (BAI)

    BAI mengidentifikasi solusi TI yang perlu dikembangkan, diperoleh,

    diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis. Proses dalam domain

    BAI adalah sebagai berikut:

    ● BAI01 Manage programmes and projects

    ● BAI02 Manage requirements definition

    ● BAI03 Manage solutions identification and build

    ● BAI04 Manage availability and capacity

    ● BAI05 Manage organizational change enablement

    ● BAI06 Manage changes

    ● BAI07 Manage change acceptance and transitioning

    ● BAI08 Manage knowledge

    ● BAI09 Manage assets

    ● BAI10 Manage configuration

  • Domain 4: Deliver, Service and Support (DSS)

    DSS adalah domain yang meliputi pelayanan, pengelolaan keamanan

    dan kelangsungan, dukungan layanan bagi pengguna, manajemen data dan

    fasilitas operasional. Beberapa proses pada domain DSS yaitu:

    ● DSS01 Manage operations

    ● DSS02 Manage service requests and incidents

    ● DSS03 Manage problems

    ● DSS04 Manage continuity

    ● DSS05 Manage security services

    ● DSS06 Manage business process controls

    Domain 5: Monitor, Evaluate, Assess (MEA)

    MEA adalah kegiatan pemantauan pengendalian internal, kepatuhan

    terhadap peraturan dan tata kelola. Beberapa proses pada domain MEA

    yaitu:

    ● MEA01 Monitor, evaluate, assess performance & conformance

    ● MEA02 Monitor, evaluate & assess the system & internal control

    ● MEA03 Monitor, evaluate & assess compliance with external

    requirements

    2.7.5 Metode Penerapan Tata Kelola Informasi COBIT 5

    Penerapan tata kelola TI menggunakan COBIT 5 memiliki metode

    yang dibagi-bagi menjadi tahapan-tahapan yang perlu dilalui saat melakukan

    evaluasi. Evaluasi dilakukan secara iteratif sehingga ketika tahap terakhir

    selesai dilakukan maka kembali lagi ke tahapan yang pertama, seperti yang

    dipaparkan pada gambar 2.3.

  • Gambar 2. 3 COBIT 5 Implementation

    1) Tahap 1: Initiate programme

    Pada tahap ini dilakukan tentang apa penggerak organisasi dan

    sebagai identifikasi pendorong perubahan saat ini. Tujuannya untuk

    memperoleh pemahaman tentang organisasi, struktur organisasi yang

    terdiri dari tujuan, tugas dan wewenang, pendekatan pengelolaan

    organisasi saat ini dan konsep program organisasi.

    2) Tahap 2: Define problems and opportunities

    Pada tahap ini dilakukan tentang posisi organisasi saat ini yang

    berhubungan dengan TI. Manajemen perlu mengetahui kemampuan

    saat ini dan dimana kekurangan organisasi. Hal ini telah melakukan

    pencapaian dengan penilaian kemampuan proses terhadap status

    proses yang dipilih.

    3) Tahap 3: Define roadmap

    Pada tahap ini dilakukan pendefinisian target untuk perbaikan

    yang akan dilakukan organisasi dan analisis gap untuk

    mengidentifikasi solusi potensial. Tujuannya adalah menetapkan

    target kemampuan pada proses yang dipilih.

    4) Tahap 4: Plan Programme

  • Pada tahap ini dilakukan tentang apa yang harus dilakukan

    organisasi yang bertujuan melakukan solusi perbaikan dan

    rekomendasi. Tujuan tahap ini adalah menerjemahkan kesempatan

    untuk melakukan perbaikan terhadap proses yang dipilih.

    5) Tahap 5: Execute Plan

    Pada tahap ini menjelaskan tentang pelaksanaan solusi yang

    diusulkan ke dalam praktek kegiatan yang dilakukan pada organisasi

    dan dilakukan pemantauan terhadap keselarasan yang dicapai dengan

    pengukuran kinerja.

    6) Tahap 6: Release Benefits

    Pada tahap ini menjelaskan tentang transisi berkelanjutan yang

    dilakukan dari perbaikan tata kelola teknologi informasi pada

    organisasi.

    7) Tahap 7: Review Effectiveness

    Tahap ini mengevaluasi setiap pencapaian hasil perbaikan

    kesuksesan pada organisasi dan identifikasi tata kelola untuk

    meningkatkan kebutuhan untuk perbaikan terus-menerus.

    2.7.6 COBIT 5 Process Assessment Model (PAM)

    Process Assessment Model (PAM) adalah model dua dimensi yang

    terdiri dari dimensi kapabilitas dan dimensi proses. PAM digunakan sebagai

    dasar untuk penilaian kemampuan proses organisasi (ISACA, 2012). Untuk

    melakukan Assessment menggunakan COBIT 5 ini perlu adanya nilai proses

    atribut untuk Capability level Tata Kelola TI yang memiliki skala nilai 0

    sampai dengan 5, sebagai berikut:

  • Tabel 2. 1 COBIT 5 Process Assessment Model (PAM)

    Capability

    Level

    Level Name Keterangan

    0 Incomplete

    Process

    Proses tidak dilaksanakan atau gagal untuk mencapai

    tujuan prosesnya. Pada tingkat ini, ada sedikit atau tidak

    ada bukti dari setiap pencapaian yang sistematis dari

    tujuan proses.

    1 Performed

    Process

    Proses diimplementasikan mencapai tujuan prosesnya.

    2 Managed

    Process

    Proses dilaksanakan secara berhasil (direncanakan,

    dimonitor dan disesuaikan) dan produk kerja yang tepat

    ditetapkan, dikendalikan dan dipelihara.

    3 Established

    Process

    Organisasi telah memiliki standar prosedur operasional

    dan terdokumentasi dengan baik, serta telah melakukan

    sosialisasi secara formal atas seluruh proses TI yang

    berjalan

    4 Predictable

    Process

    Organisasi melakukan pengawasan dan memastikan

    proses telah berjalan sesuai prosedur dan kebijakan yang

    berlaku.

    5 Optimizing

    Process

    Proses-proses TI yang berjalan telah mencapai tingkatan

    good practice. Hal ini dapat dinilai dari keselarasan

    proses-proses TI dengan perubahan atau perkembangan

    TI serta bisnis organisasi. Seluruh proses TI telah

    terintegrasi dan memiliki proses yang telah terotomasi.

    Proses TI tersebut juga digunakan untuk menilai kualitas

    dan efektivitas proses TI secara menyeluruh.

  • Proses-proses tersebut terbagi lagi menjadi beberapa atribut menurut

    levelnya dan memiliki beberapa dimensi sesuai dengan domain-domain yang

    ada dalam COBIT 5 seperti yang dijelaskan pada gambar 2.5.

    Gambar 2. 4 COBIT 5 Process Assessment Model (PAM)

    ISO / IEC 15504-2 mengidentifikasi persyaratan minimum untuk

    melakukan penilaian yang menjamin konsistensi dan pengulangan penilaian.

    Persyaratan tersebut membantu memastikan bahwa hasil penilaian konsisten

    dan menyediakan bukti untuk memperkuat peringkat dan untuk

    memverifikasi kepatuhan dengan persyaratan.

    Menurut ISO / IEC 15504 dalam penilaian kapabilitas proses ini

    mengatasi berbagai kekhawatiran yang jauh lebih luas daripada yang

    dijelaskan dalam atribut proses COBIT. Beberapa hasil pencapaian atribut

    proses ISO / IEC 15504 sangat sesuai dengan masalah yang diidentifikasi

    dalam deskripsi perilaku atribut proses COBIT. Atribut proses COBIT

    meliputi:

  • 1. Responsibility and accountability.

    2. Awareness and communication.

    3. Policies, plans and procedures.

    4. Tools and automation.

    5. Skills and expertise.

    6. Goal setting and measurement.

    Menurut ISACA (2011:7), COBIT 5 PAM dibuat berdasarkan COBIT

    4.1 dan International Organization for Standardization (ISO) / International

    Electrotechnical Commission (IEC) 15504. Indikator kapabilitas proses

    adalah nilai dari kemampuan proses dalam meraih tingkat kapabilitas yang

    ditentukan yang mana ditentukan oleh atribut proses. Bukti atas indikator

    kapabilitas proses akan sangat penting bagi proses tata kelola IT untuk

    mendukung penilaian atas pencapaian atribut proses.

    Terdapat enam tingkatan dalam dimensi kapabilitas untuk penilaian

    proses. Tingkat 0 tidak memiliki indikator apapun, karena tingkat 0

    menyatakan proses yang belum diimplementasikan atau proses yang gagal,

    untuk mencapai hasil akhirnya. Untuk mencapai level 1, perusahaan harus

    mencapai capability level 1. Hal ini dilakukan karena level 1 menentukan

    apakah suatu proses mencapai tujuannya, dan oleh karena itu sangat penting

    di awal untuk mencapai nilai tersebut sebagai menjadi awal dalam meraih

    level yang lebih tinggi.

    Model ini digunakan sebagai dokumen basis untuk menjadi referensi

    dalam menilai kapabilitas dan efektivitas IT organisasi. Selain itu, model ini

    juga dapat digunakan untuk:

    a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan minimum untuk

    melakukan penilaian (output yang dibutuhkan).

    b. Mendefinisikan proses kapabilitas dalam 2 dimensi, process dan

    kapabilitas.

    c. Menggunakan indikator proses kapabilitas dan performa dari

    proses untuk menentukan apakah atribut proses telah terpenuhi.

  • d. Mengukur performa dari proses berdasarkan urutan praktik

    dasar dan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi work product.

    e. Mengukur proses kapabilitas melalui pencapaian attribut

    berdasarkan bukti spesifik (level 1) dan generik (level yang

    lebih tinggi) practices.’

    Untuk dapat menilai capability level dari sebuah proses, maka

    perusahaan perlu menilai setiap level domain menurut process attribute dari

    level domain tersebut. Dalam menilai capability level dari setiap process

    attribute, COBIT 5 menyediakan template penilaian untuk membantu penilai

    memasukkan setiap hasil penilaian dalam perhitungan.

    Template ini terbagi menurut masing-masing capability level dari 0

    sampai 5, dimana setiap level memiliki process attribute yang sesuai dengan

    levelnya masing-masing. Untuk hasil penilaian yang bernilai 0% hingga 15%,

    maka akan dikategorikan sebagai Not Achieved (N), dan akan ditandai

    dengan warna merah pada tabel. Untuk hasil penilaian yang bernilai 15%

    hingga 50%, maka akan dikategorikan sebagai Partially Achieved (P), dan

    akan ditandai dengan warna jingga pada tabel. Untuk hasil penilaian yang

    bernilai 50% hingga 85%, maka akan dikategorikan sebagai Largely

    Achieved (L), dan akan ditandai dengan warna kuning pada tabel. Untuk hasil

    penilaian yang bernilai 85% hingga 100%, maka akan dikategorikan sebagai

    Fully Achieved (F), dan akan ditandai dengan warna hijau pada tabel. Level

    target yang ingin dicapai perusahaan akan ditandai dengan warna biru pada

    garis batas tabel. Dibawah ini adalah template ringkasan capability level:

  • Tabel 2. 2 Template Capability Level

    Tujuan Deskripsi Tujuan

    Nama Proses Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

    PA 1.1 PA

    2.1

    PA

    2.2

    PA

    3.1

    PA

    3.2

    PA

    4.1

    PA

    4.2

    PA

    5.1

    PA

    5.2

    Persentase

    Warna

    Keterangan:

    0%-15% = Not Achieved (N)

    15%-50%= Partially Achieved (P)

    50%-85%= Largely Achieved (L)

    85%-100% = Fully Achieved (F)

    Level Target Perusahaan

    Pewarnaan pada tabel membantu penilai untuk mengkategorikan

    setiap proses yang dinilai ke dalam pembagian menurut ISO/IEC 15504, yaitu

    Not Achieved, Partially Achieved, Largely Achieved, dan Fully Achieved. Jika

    level proses mencapai Fully Achieved maka proses dapat dinilai ke level

    berikutnya.

    Penggunaan template ini diharapkan dapat memudahkan para penilai

    dalam memasukkan nilai-nilai capability level setiap proses sehingga dapat

    meminimalisir juga kesalahan input yang terjadi.

  • 2.8 ISO 15504

    ISO (2004) mendefinisikan ISO/IEC 15504 sebagai model referensi untuk

    maturity model yang terdiri dari capability level dan process attributes serta generic

    practices. Dengan menggunakan model ini, penilai dapat meletakkan bukti-bukti

    yang ditemukan dan dikumpulkan pada saat mereka melakukan penilaian dan

    memberikan perkiraan dari kemampuan sebuah organisasi dalam menyampaikan

    produk. Produk dapat berupa software, sistem, dan layanan TI.

    Dimensi proses yang didefinisikan di dalam ISO/IEC 15504 terbagi menjadi

    lima kategori proses yang selalu dikembangkan oleh komite ISO khususnya bagian

    proses layanan TI dan proses enterprise. Pembagian lima kategori proses tersebut

    adalah:

    1. customer-supplier

    2. engineering

    3. supporting

    4. management

    5. organization

    Dalam setiap proses, ISO/IEC 15504 mendefinisikan capability level menjadi

    beberapa skala. Skala tersebut menunjukkan tingkat capability level perusahaan dan

    terbagi menjadi 6 yaitu:

    1. Level 5: Optimizing process

    2. Level 4: Predictable process

    3. Level 3: Established process

    4. Level 2: Managed process

    5. Level 1: Performed process

    6. Level 0: Incomplete process

    Setiap penilaian dari capability level dari proses diukur menggunakan process

    attributes yang didefinisikan dari standar internasional dan terbagi menjadi 9 bagian

    process attributes, yaitu:

    1. 1.1 Process performance

    2. 2.1 Performance management

    3. 2.2 Work product management

    4. 3.1 Process definition

    5. 3.2 Process deployment

  • 6. 4.1 Process measurement

    7. 4.2 Process control

    8. 5.1 Process innovation

    9. 5.2 Process optimization

    Setiap process attribute terdiri dari satu atau lebih generic practices yang

    dijabarkan lebih lanjut menjadi practice indicators untuk membantu proses penilaian

    capability dan performance. Setiap process attribute dinilai menggunakan skala 4

    nilai dalam bentuk N-P-L-F:

    1. Not achieved (0 - 15%)

    2. Partially achieved (>15% - 50%)

    3. Largely achieved (>50%- 85%)

    4. Fully achieved (>85% - 100%)

    Seluruh penilaian didasari pada bukti-bukti nyata terhadap practice indicators

    yang dikumpulkan pada saat penilaian. Setiap bukti harus mencerminkan pemenuhan

    atau pelaksanaan dari process attribute yang bersangkutan. Terdapat level 1 hingga

    level 5 dimana setiap level memiliki persyaratan masing-masing yang harus

    dipenuhi. Untuk dapat dinyatakan bahwa sebuah level kapabilitas telah terpenuhi

    maka proses harus meraih kategori Fully Achieved (F) untuk dapat melanjutkan ke

    level kapabilitas berikutnya.

    2.9 Output pada Domain Deliver, Support, Services (DSS)

    Menurut (ISACA, 2012) penilaian pemenuhan sebuah domain dapat diukur

    melalui output yang dihasilkannya berikut adalah rincian output dan aktivitas yang

    harus dilakukan pada domain:

    2.9.1 DSS01 Manage Operations

    Gambar 2.5 Output DSS01.01

    Aktivitas DSS01.01:

    1. Membuat dan melakukan maintenance terhadap prosedur tertulis yang

    dijadikan acuan dalam menjalankan servis

  • 2. Jadwal aktivitas operasional, proses eksekusi, performa, serta hasil

    dari aktivitas haruslah di dokumentasikan

    3. Memastikan bahwa semua data yang digunakan untuk aktivitas

    diterima dan diproses secara komplit, akurat dan tepat waktu.

    4. Memastikan bahwa ada standar keamanan pada proses penerimaan,

    proses, penyimpanan, dan penghasilan data yang sesuai dengan tujuan

    perusahaan

    5. Menjadwalkan, dan mencatat log backup data yang sesuai dengan

    kebijakan dan prosedur yang berlaku

    Gambar 2.6 Output DSS01.02

    Aktivitas DSS01.02:

    1. Memastikan bahwa kebutuhan perusahaan terkait dengan keamanan

    informasi ditulis dalam Service Level Agreement yang telah dibuat

    dengan pihak ketiga

    2. Memastikan bahwa kebutuhan operasi perusahaan maupun yang

    terkait dengan teknologi informasi dilaksanakan oleh pihak ketiga

    sesuai dengan kontrak atau SLA

    Gambar 2.7 Output DSS01.03

    Aktivitas DSS01.03:

    1. Pencatatan kejadian harus dicatat berdasarkan pertimbangan risiko

    dan performa

    2. Melakukan identifikasi dan mencatat seluruh infrastruktur aset yang

    harus dijaga

    3. Membuat event log dan menyimpannya dalam sebuah periode tertentu

    agar dapat digunakan dalam investigasi kasus di masa mendatang

  • 4. Memastikan bahwa insiden dilaporkan secara tepat waktu sehingga

    risiko yang terjadi akibat insiden dapat diminimalisir

    Gambar 2.8 Output DSS01.04

    Aktivitas DSS01.04

    1. Mengidentifikasi segala bencana alam maupun yang diakibatkan oleh

    manusia yang dapat terjadi di tempat teknologi informasi dijalankan

    2. Melakukan identifikasi bagaimana untuk mengamankan aset dari

    ancaman bencana tersebut

    3. Memastikan bahwa lokasi IT dibuat dan didesain untuk

    meminimalisir dampak dari bencana alam

    4. Menjaga lokasi IT bersih dan aman setiap saat ( tidak berantakkan,

    tidak kotor, maupun ada benda yang dapat memicu api)

    Gambar 2.9 Output DSS01.05

    Aktivitas DSS01.05:

    1. Secara berkala melakukan tes terhadap tegangan listrik, kabel,

    fluktuasi listrik, perangkat output di tempat teknologi informasi

    dijalankan dan memastikan bahwa sudah cukup aman dan memadai

    untuk menjalankan IT di lokasi tersebut.

    2. Memberikan penyuluhan terkait dengan kesehatan, keamanan, dan

    keselamatan kerja

    3. Mencatat, mengawasi, dan menangani segala insiden yang terkait

    dengan kejadian yang berhubungan dengan fasilitas IT dan

    membuatkan laporannya

  • 2.9.2 DSS02 Manage Service Requests and Incidents

    Gambar 2.10 Output DSS02.01

    Aktivitas DSS02.01:

    1. Mendefinisikan segala insiden dan servis yang diminta serta

    melakukan kategori prioritas untuk memastikan bahwa adanya

    penanganan yang konsisten dan memadai

    2. Membuat peraturan yang menjadi acuan dalam melakukan

    penanganan insiden

    3. Membuat kerangka atau model insiden yang diketahui untuk

    memastikan bahwa penanganan dijalankan dengan efektif dan efisien

    Gambar 2.11 Output DSS02.02

    Aktivitas DSS02.02:

    1. Segala permintaan servis ataupun penanganan insiden harus dicatat

    sehingga adanya dokumentasi yang memadai untuk menjadi acuan

    dalam penyelesaian masalah di masa mendatang

    2. Membuat analisa trend, klasifikasi permintaan maupun insiden

    berdasarkan tipe dan kategorinya

  • 3. Memprioritaskan permintaan maupun penanganan insiden sesuai

    dengan dampak maupun tingkat urgensinya

    Gambar 2.12 Output DSS02.03

    Aktivitas DSS02.03:

    1. Memastikan bahwa permintaan servis yang dilakukan maupun yang

    diterima sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya

    2. Setiap permintaan maupun perubahan harus ada persetujuan formal

    oleh pihak yang berwenang

    Gambar 2.13 Output DSS02.04

    Aktivitas DSS02.04 :

    1. Melakukan identifikasi penyebab terjadinya sebuah insiden dari

    dokumentasi yang telah dibuat sebelumnya

    2. Jika masalah yang ditemukan dikategorikan baru, maka harus

    membuat dokumentasi tambahan yang sesuai

    3. Memberikan tugas penanganan insiden kepada orang yang ahli dalam

    bidangnya

    Gambar 2.14 Output DSS02.05

  • Aktivitas DSS02.05:

    1. Memilih dan menjalankan solusi penyelesaian masalah yang dianggap

    sesuai

    2. Melakukan pencatatan terkait tindakan yang dilakukan untuk

    menangani masalah yang dapat digunakan untuk referensi di masa

    mendatang

    Gambar 2.15 Output DSS02.06

    Aktivitas DSS02.06:

    1. Memastikan bahwa user yang memiliki insiden telah puas dengan

    penanganan insiden/ insiden telah ditangani dengan tuntas

    2. Menutup segala servis dan insiden

    Gambar 2.16 Output DSS02.07

    Aktivitas DSS02.07:

    1. Memantau laporan insiden yang terjadi dan membuat analisa trend

    yang terjadi

    2. Melakukan identifikasi kebutuhan pemegang kepentingan dalam

    organisasi terkait dengan data atau laporan

    3. Membuat dan membagikan laporan yang sesuai kepada pihak yang

    berwenang

  • 2.9.3 DSS03 Manage Problems

    Gambar 2.17 Output DSS03.01

    Aktivitas DSS03.01:

    1. Melakukan identifikasi masalah melalui korelasi laporan insiden,

    error logs, dan sumber identifikasi masalah lainnya. Kemudian

    menentukan prioritas dalam menyelesaikan masalah secara tepat

    waktu.

    2. Melaporkan status masalah yang dilaporkan kepada service desk

    sehingga customer dan manajemen IT dapat mengetahuinya

    3. Membuat katalog masalah untuk mencatat semua laporan insiden dan

    cara penyelesaiannya sehingga ada rekam jejak auditnya.

    Gambar 2.18 Output DSS03.02

    Aktivitas DSS03.02:

    1. Melakukan identifikasi masalah yang diketahui dan

    membandingkannya dengan masalah yang pernah dicatat sebelumnya

    dan jika masalah pernah terjadi sebelumnya maka akan

    diklasifikasikan sebagai known errors

    2. Membuat laporan yang menunjukkan perkembangan dalam aktivitas

    penyelesaian masalah dan melakukan pemantauan statusnya

  • Gambar 2.19 Output DSS03.03

    Aktivitas DSS03.03:

    1. Setelah penyebab masalah diketahui, maka team IT harus membuat

    catatan laporan known errors

    2. Mengidentifikasi, evaluasi, dan menentukan prioritas solusi

    berdasarkan dampak dan urgensinya

    Gambar 2.20 Output DSS03.04

    Aktivitas DSS03.04:

    1. Menutup segala catatan penyelesaian masalah setelah konfirmasi

    bahwa insiden telah ditangani dengan tuntas

    2. Memberitahukan service desk terkait dengan penutupan masalah

    3. Memastikan bahwa pengetahuan yang didapatkan dari penyelesaian

    masalah tersebut dilakukan review dengan customer bisnis

    Gambar 2.21 Output DSS03.05

    Aktivitas DSS03.05:

    1. Membuatkan laporan yang dapat memantau resolusi antara kebutuhan

    bisnis dan SLA (Service Level Agreement).

    2. Untuk mengoptimalkan pemakaian sumber daya, harus dilakukan

    analisis terhadap trend masalah

  • 3. Mengidentifikasi segala solusi yang menyelesaikan masalah secara

    permanen/ menghilangkan sumber masalah sehingga masalah yang

    sama tidak akan terjadi.

    2.9.4 DSS04 Manage Continuity

    Gambar 2.22 Output DSS04.01

    Aktivitas DSS04.01:

    1. Mengidentifikasi proses bisnis internal dan eksternal serta aktivitas

    yang kritis untuk memastikan bahwa segala operasi dijalankan sesuai

    dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku

    2. Mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab semua pemegang

    kepentingan pada perusahaan

    3. Melakukan identifikasi antara kemampuan perusahaan saat ini dan

    yang ingin dicapai

    Gambar 2.23 Output DSS04.02

    Aktivitas DSS04.02:

    1. Melakukan identifikasi skenario yang dapat menyebabkan gangguan

    terhadap proses bisnis serta dampak yang ditimbulkan

    2. Melakukan analisa kebutuhan untuk menjalankan bisnis secara jangka

    panjang

    3. Setelah analisa kebutuhan telah dilakukan, harus dilakukan

    persetujuan oleh eksekutif bisnis

  • Gambar 2.24 Output DSS04.03

    Aktivitas DSS04.03:

    1. Membuat Business Continuity Plan yang berisikan prosedur yang

    harus diikuti untuk memastikan bahwa segala proses bisnis yang

    penting dalam organisasi dapat dijalankan dengan lancar. Jika proses

    bisnis dijalankan oleh pihak eksternal, maka harus dipastikan bahwa

    ada aturan yang telah ditetapkan sehingga proses bisnis perusahaan

    dapat dipenuhi

    2. Melakukan pencatatan segala kegiatan maupun komunikasi yang

    dilakukan pada saat terjadi gangguan. Juga harus dilakukan

    pencatatan terkait dengan peran dan tanggung jawab setiap orang

    yang terkait

    Gambar 2.25 Output DSS04.04

    Aktivitas DSS04.04:

    1. BCP yang telah dibuat harus dilakukan test untuk memastikan bahwa

    rencana yang dibuat telah sesuai dan memadai

    2. Melakukan pelatihan untuk melaksanakan BCP sesuai yang

    ditetapkan

    3. Setelah pelatihan dijalankan, maka harus dibuat evaluasi dan

    rekomendasi terkait dengan pelaksanaannya

  • Gambar 2.26 Output DSS04.05

    Aktivitas DSS04.05:

    1. Melakukan review BCP untuk memastikan bahwa BCP masih sesuai

    dengan tujuan organisasi

    2. Jika terjadi perubahan tujuan, maka harus dievaluasi perubahan apa

    yang harus dibuat pada BCP tersebut

    3. Secara berkala melakukan review BCP dengan mempertimbangkan

    dampak dari perubahan besar terhadap: organisasi, proses bisnis,

    teknologi, kesepakatan dengan pihak ketiga, infrastruktur, sistem

    operasi maupun sistem aplikasi

    Gambar 2.27 Output DSS04.06

    Aktivitas DSS04.06:

    1. Membuat rencana dan kebutuhan training untuk semua personel yang

    terlibat dalam melakukan perencanaan, penilaian dampak, penilaian

    risiko, media komunikasi dan respon terhadap insiden. Memastikan

    bahwa rencana pelatihan dijalankan secara berkala dan sesuai dengan

    prosedur

    2. Melakukan pemantauan kemampuan berdasarkan hasil pelatihan

  • Gambar 2.28 Output DSS04.07

    Aktivitas DSS04.07:

    1. Memastikan bahwa sistem, aplikasi, data, dan dokumentasi diproses

    dan dijaga oleh pihak ketiga secara memadai

    2. Jika data backup dijalankan secara internal, maka harus memastikan

    ada penjelasan kebutuhan tempat penyimpanan data yang sesuai

    dengan kebutuhan bisnis

    3. Backup sistem, aplikasi, data dan dokumentasi harus berisikan

    a. Frekuensi (bulanan, mingguan, harian)

    b. Metode backup

    c. Jenis backup (keseluruhan atau per bagian)

    d. Media yang digunakan untuk backup

    e. Online backup yang otomatis

    f. Tipe data

    g. Logs

    h. Lokasi fisik dari sumber data

    i. Keamanan dan hak akses

    j. Enkripsi data

    Gambar 2.29 Output DSS04.08

    Aktivitas DSS04.08:

    1. Menilai ketaatan terhadap BCP yang telah didokumentasikan

    2. Menentukan tingkat efektifitas, tugas dan tanggung jawab,

    kemampuan, ketahanan terhadap insiden, infrastruktur teknis, dan

    hubungan antara struktur organisasi dalam eksekusi BCP

    3. Mengidentifikasi kelemahan dalam rencana dan membuat

    rekomendasi yang sesuai untuk perbaikkan

  • 2.9.5 DSS05 Manage Security Services

    Gambar 2.30 Output DSS05.01

    Aktivitas DSS05.01:

    1. Melakukan komunikasi untuk meningkatkan kesadaran akan

    pencegahan dari gangguan software yang berbahaya

    2. Melakukan instalasi perlindungan dari virus atau software yang

    berbahaya

    3. Secara berkala melakukan evaluasi terhadap ancaman baru yang dapat

    terjadi

    Gambar 2.31 Output DSS05.02

    Aktivitas DSS05.02:

    1. Membuat kebijakan keamanan yang terkait dengan koneksi

    berdasarkan penilaian risiko dan kebutuhan bisnis

    2. Hanya memberikan akses kepada perangkat yang telah ditentukan

    3. Melakukan enkripsi pengiriman informasi agar aman

    4. Membuat penetration test secara berkala untuk memastikan bahwa

    perlindungan terhadap jaringan telah memadai, setelah dilakukan test

    tersebut maka harus di dokumentasikan hasilnya

  • Gambar 2.32 Output DSS05.03

    Aktivitas DSS05.03:

    1. Melakukan konfigurasi operating system secara aman

    2. Melakukan konfigurasi jaringan secara aman

    3. Melakukan enkripsi informasi dan disimpan berdasarkan kategorinya

    4. Melindung integritas sistem

    5. Mengadakan perlindungan fisik terhadap perangkat IT

    6. Membuang perangkat IT yang sudah tidak terpakai secara aman (data

    terlebih dahulu dibersihkan)

    Gambar 2.33 Output DSS05.04

    Aktivitas DSS05.04:

    1. Membuat list akses user sesuai dengan kebutuhan proses dan fungsi

    bisnis. Memastikan bahwa segala akses yang diberikan sesuai dengan

    kewenangan jabatannya

    2. Segala perubahan akses ke aset informasi harus dicatat secara tepat

    waktu dan dilakukan persetujuan kepada pihak yang berwenang

    3. Melakukan review secara berkala terkait hak akses

    4. Membuat audit trail terhadap informasi sensitif

  • Gambar 2.34 Output DSS05.05

    Aktivitas DSS05.05:

    1. Segala hak akses yang diberikan harus dibuat secara formal oleh

    pihak yang memiliki wewenang terhadap lokasi IT. Pernyataan formal

    ini harus berisikan lokasi area yang diberikan aksesnya

    2. Melakukan pemantauan terhadap akses masuk kedalam lokasi dimana

    IT dijalankan. Mendaftarkan semua pengujung, vendor maupun

    kontraktor yang melakukan kunjungan

    3. Memastikan bahwa pengunjung dipantau oleh pihak yang berwajib

    dan tidak dibiarkan sendirian

    4. Memberikan latihan mengenai kesadaran akan keamanan

    Gambar 2.35 Output DSS05.06

    Aktivitas DSS05.06:

    1. Membuat prosedur untuk mengelola tanda penerimaan, penggunaan,

    penghapusan dan pembuangan dari form khusus.

    2. Mengalokasikan hak akses terhadap dokumen sensitif dan output

    devices berdasarkan kebutuhan bisnis.

    3. Membuat penyimpanan terhadap dokumen sensitif.

    4. Membuat pengamanan fisik terhadap form khusus dan device sensitif.

  • Gambar 2.36 Output DSS05.07

    Aktivitas DSS05.07:

    1. Mencatat kejadian-kejadian keamanan yang dilaporkan menggunakan

    alat monitor infrastruktur dan mengidentifikasi informasi mana yang

    perlu dicatat berdasarkan pertimbangan risiko.

    2. Mendefinisikan dan mengkomunikasikan karakteristik potensi

    ancaman insiden.

    3. Mengkaji ulang catatan kejadian secara reguler.

    4. Memelihara prosedur untuk mengumpulkan bukti forensik sesuai

    dengan aturan dan pastikan seluruh pegawai sadar akan hal itu.

    2.9.6 DSS06 Manage Business Process Controls

    Gambar 2.37 Output DSS06.01

    Aktivitas DSS06.01:

    1. Mengidentifikasi dan mendokumentasi aktivitas kontrol dari bisnis

    proses untuk memenuhi tujuan kebutuhan kontrol strategis,

    operasional, dan laporannya.

    2. Memprioritasi aktivitas kontrol berdasarkan inherent risk yang ada

    pada proses bisnis utama dan mengidentifikasi kontrol utama.

    3. Memastikan kepemilikan kegiatan kontrol.

    4. Memonitor kegiatan kontrol secara end-to-end.

  • Gambar 2.38 Output DSS06.02

    Akvitias DSS06.02:

    1. Membuat transaksi oleh individu berwenang yang diikuti prosedur

    dan terpisah secara kewajiban tergantung pada approval transaksi itu.

    2. Melakukan autentikasi terhadap pembuat transaksi dan memastikan

    orang tersebut memiliki wewenang untuk membuat transaksi tersebut.

    3. Memasukkan transaksi dalam urutan waktu dan pastikan transaksinya

    akurat, lengkap dan valid.

    4. Membetulkan data yang sebelumnya terjadi kesalahan input.

    Gambar 2.39 Output DSS06.03

    Aktivitas DSS06.03:

    1. Mengalokasikan peran dan tanggung jawab terhadap individu

    berdasarkan job description.

    2. Mengalokasikan tingkat dan batas wewenang untuk approval dari

    sebuah transaksi.

    3. Mengalokasikan hak akses berdasarkan apa yang dibutuhkan untuk

    melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.

    4. Mengalokasikan peran untuk kegiatan yang sensitif dan rahasia

    sehingga tercipta segregation of duties.

  • Gambar 2.40 Output DSS06.04

    Aktivitas DSS06.04:

    1. Mendefinisikan dan memelihara prosedur untuk menentukan

    kepemilikan data, membetulkan data, dan mengesampingkan

    kesalahan data.

    2. Meninjau errors, pengecualian dan deviasi.

    3. Memelihara semua bukti atas kegiatan pembetulan.

    Gambar 2.41 Output DSS06.05

    Aktivitas DSS06.05:

    1. Mendefinisikan kebutuhan penyimpanan dari data transaksi

    berdasarkan kebutuhan bisnis.

    2. Menyimpan sumber informasi, bukti pendukung, dan catatan dari

    sebuah transaksi.

    3. Membuang sumber informasi, bukti pendukung, dan catatan dari

    sebuah transaksi sesuai dengan kebijakan penyimpanan.

    Gambar 2.42 Output DSS06.06

  • Aktivitas DSS06.06:

    1. Menerapkan klasifikasi data dan prosedur untuk melindungi

    keamanan aset informasi.

    2. Memberikan training untuk kesadaran terhadap penggunaan data.

    3. Membatasi penggunaan, distribusi, dan akses fisik terhadap data.

    4. Mengidentifikasi dan menerapkan proses, alat, dan teknik untuk

    memverifikasi kepatuhan.

    2.10 Kerangka Pikir

    Penulisan menggunakan kerangka pikir sesuai gambar 2.43 di bawah ini.

    Gambar 2.43 Kerangka Pikir

    Mengumpulkan data (studi pustaka,

    observasi, wawancara)

    Membuat rincian penilaian capability level

    Melakukan penilaian capability level

    Merumuskan kesimpulan & memberi masukan kepada perusahaan

    Evaluasi tata kelola TI sistem CRM pada PT

    XXX dengan COBIT 5

    Menganalisis performance indicator

  • Studi pustaka akan dilakukan dari berbagai sumber yaitu jurnal, buku, dan

    informasi dari internet yang berkaitan dengan evaluasi tata kelola TI dengan

    menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Dari studi pustaka yang dilakukan, penulis

    akan melakukan pengumpulan data dengan berbagai metode seperti observasi dan

    dari dokumentasi.

    Dari data-data yang dikumpulkan akan diperoleh bukti-bukti yang diperlukan

    untuk melakukan penilaian capability level dari setiap process attributes yang ada.

    Penilaian dilakukan untuk menentukan capability level dari perusahaan berdasarkan

    dari bukti-bukti yang ada untuk menentukan seberapa jauh tingkat capability level

    perusahaan.

    Hasil penilaian seluruh domain DSS akan menentukan tingkat capability level

    perusahaan secara keseluruhan menurut domain DSS. Hasil tersebut akan

    dibandingkan dengan target tingkat capability level perusahaan yang ingin dicapai.

    Gap yang muncul dari perbandingan tersebut akan menentukan masukan perbaikan

    untuk perusahaan supaya dapat menutup gap tersebut.