bab ix ponpes sebagai sekolah lapang an sosial

111
PEMBERDAYAAN PESANTREN SEBAGAI SEKOLAH LAPANG HUTAN RAKYAT Dalam perundang-undangan di Indonesia, hutan merupakan milik negara, namun demikian, masyarakat dapat memanfaatkannya melalui program hutan adat, hutan desa, dan hutan rakyat. Komunitas pesantren dapat berpartisipasi dalam pengembangan hutan rakyat ini. Pesantren di berbagai daerah sudah terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat ini dengan luas lahan yang beragam sesuai dengan lokasinya. Selain aspek penyelamatan lingkungan, secara ekonomi, produksi kayu yang dihasilkan sangat menguntungkan. Beberapa jenis kayu yang dapat dikategorikan dalam tanaman hutan rakyat adalah karet, akasia, ekaliptus, nyawai dan lainnya. Saat ini pemerintah memberikan dukungan yang sangat besar kepada masyarakat untuk menanami lahan-lahan kosong dengan menyediakan bibit gratis. Pada masa yang akan datang, masyarakat mampu melakukan pembibitan sendiri, demikian juga pesantren dapat memiliki dan mengelola kebun bibit sendiri. Pesantren sebagai institusi pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai ke-agamaan memiliki peran strategis di masyarakat. Hal ini dikarenakan pondok pesantren selain tempat pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan, termasuk dalam lingkup perhutanan sosial. Pesantren sebagai tempat tokoh sentral para Kiyai sangat efektif dalam melakukan pemberdayaan sosial kemasyarakatan. Sebagai agen perubahan dan pengembangan sumberdaya manusia dalam usaha pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, maka pesantren juga dapat berperan menyiapkan anggota masyarakat terampil. Dengan demikian Pesantren yang sudah maju, dan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki ciri Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial 300

Upload: pitrii

Post on 25-Jun-2015

316 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PEMBERDAYAAN PESANTREN SEBAGAISEKOLAH LAPANG HUTAN RAKYAT

Dalam perundang-undangan di Indonesia, hutan merupakan milik negara, namun demikian, masyarakat dapat memanfaatkannya melalui program hutan adat, hutan desa, dan hutan rakyat. Komunitas pesantren dapat berpartisipasi dalam pengembangan hutan rakyat ini.Pesantren di berbagai daerah sudah terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat ini dengan luas lahan yang beragam sesuai dengan lokasinya. Selain aspek penyelamatan lingkungan, secara ekonomi, produksi kayu yang dihasilkan sangat menguntungkan. Beberapa jenis kayu yang dapat dikategorikan dalam tanaman hutan rakyat adalah karet, akasia, ekaliptus, nyawai dan lainnya. Saat ini pemerintah memberikan dukungan yang sangat besar kepada masyarakat untuk menanami lahan-lahan kosong dengan menyediakan bibit gratis. Pada masa yang akan datang, masyarakat mampu melakukan pembibitan sendiri, demikian juga pesantren dapat memiliki dan mengelola kebun bibit sendiri.

Pesantren sebagai institusi pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai ke-agamaan memiliki peran strategis di masyarakat. Hal ini dikarenakan pondok pesantren selain tempat pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan, termasuk dalam lingkup perhutanan sosial. Pesantren sebagai tempat tokoh sentral para Kiyai sangat efektif dalam melakukan pemberdayaan sosial kemasyarakatan. Sebagai agen perubahan dan pengembangan sumberdaya manusia dalam usaha pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, maka pesantren juga dapat berperan menyiapkan anggota masyarakat terampil. Dengan demikian Pesantren yang sudah maju, dan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki ciri khusus komunitas masyarakat religius dalam tatanan masyarakat desa; juga berperan mendidik dan melatih anggota masyarakat berdasarkan kemampuan, kemauan serta budaya masyarakat yang bersangkutan. Sebagai contoh, misalnya Pondok Pesantren APIS (Asrama Perguruan Islam Salafiyah) di Gondang Gandusari Blitar telah berhasil mengembangkan sistem wanatani dengan tanaman nanas serta ternak lebah untuk diambil madunya, mampu menjadi agen pengembangan dan perubahan sosial dalam pembangunan dengan menyediakan tenaga terdidik dan terlatih untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan. Upaya pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat ini setelah para santri sendiri dilatih teknologi pertanian di Balai Latihan Pertanian Wonogiri Jawa Tengah. Sambutan positif dan partisipatif dari masyarkat sekitar hutan tampak dari keikut-sertaan para petani setelah mendapatkan penjelasan dari

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

300

Page 2: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

pondok pesantren saat dilakukan sosialisasi program padat karya Wanatani. Pilihan pemberdayaan padat karya Wanatani disebabkan karena para santri yang pada umumnya datang dari masyarakat pedesaan, sangat tepat bahwa setelah mereka selesai menimba ilmu dan keterampilan di Persantren mereka akan kembali ke desanya. Kedatangan mereka inilah diharapkan menjadi agen-agen pemba-ngunan di desanya masing-masing.

1. PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang berjiwa religius, tentunya tidak mengherankan apabila memiliki banyak warisan budaya keagamaan yang sejak dahulu hingga sekarang masih terjaga dan terpelihara.

Salah satu warisan lembaga tradisional keagamaan masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam, ialah Pondok Pesantren. Diperkirakan lembaga Pondok Pesantren muncul pada abad ke 9 atau ke 10, dan merupakan lembaga tertua yang monumental sebagai lembaga warisan tradisi keagamaan ummat Islam di masa itu hingga sekarang. Sehingga tidaklah mengherankan apabila Pondok Pesantren akhirnya menjadi sebuah lembaga yang benar- benar telah mengakar dan dikenal masyarakat Islam di Indonesia.

Kegiatan keseharian Pondok Pesantren yang dinilai hanya mengutamakan masalah pendidikan dan pembinaan mental rohani, oleh sebagian terbesar masyarakat dirasakan tidak menyentuh sama sekali kebutuhan dan tuntutan manusia modern dalam berbagai aspek hidup dan kehidupannya. Sedangkan disisi lain, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang telah berkembang pesat, begitu dominan mempengaruhi cara berfikir dan pola perilaku manusia, untuk semakin kompetitif dalam usahanya mencapai suatu tingkat kesejahteraan hidup yang setinggi-tingginya guna pemenuhan dan tuntutan sehari-hari.

Untuk mencapai target-target tersebut, manusia pada abad ini telah bersaing keras dan ketat memperebutkan kesempatan belajar dan bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan telah kita ketahui, bahwa ternyata kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang layak, merupakan peluang yang sangat terbatas, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti juga Indonesia yang cukup tinggi tingkat pertambahan penduduknya.

Penduduk Indonesia bertambah dengan tingkat laju pertumbuhan 2,21 per tahun dalam periode 1961-1971 dan meningkat 2,30 persen per tahun pada periode 1971-1980. Pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan diperkirakan menjadi 1,90 persen per tahun. Dengan laju pertumbuhan itu

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

301

Page 3: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

penduduk Indonesia akan bertambah dari 126,8 juta pada tahun 1990 dan 222,8 juta jiwa pada tahun 2000 yang akan datang (Simanjuntak, 1989).

Dengan kondisi seperti dikemukakan di atas, terjadi kesenjangan antara pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah pencari kerja lebih tinggi dibandingkan dengan lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja yang tersedia.

Persoalan ketenaga kerjaan di Indonesia bukanlah sekedar kurangnya lapangan kerja yang tersedia dibandingkan jumlah penduduk dan angkatan kerja yang lebih banyak, akan tetapi lebih jauh juga menyangkut adanya tenaga kerja yang banyak tetapi tidak berkualitas atau tidak produktif karena tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan yang relatif rendah. Dengan demikian kebijakan umum maupun kebijakan sektoral dibidang ketenaga kerjaan tidaklah dapat dilepaskan pada keberhasilan dalam pengembangan sumberdaya manusia secara optimal, disamping peningkatan produktifitas kerja dan perluasan kerja serta kebijakan lainnya.

Dalam upaya untuk ikut memecahkan masalah tersebut, diperlukan suatu strategi kebijakan komprehensif yang mengacu kepada usaha pengembangan sumberdaya manusia terutama di pedesaan. Pesantren sebagai salah satu lembaga yang telah mengakar pada masyarakat kita dan merupakan aset nasional dalam pembinaan sumberdaya manusia di masa lalu, pada saat inipun sangat dituntut peranannya untuk mampu mengantisipasi dan berpartisipasi dalam pengembangan sumberdaya manusia sejalan dengan tuntutan kebutuhan abad modern.

mandalamekar.wordpress.com/about/penduduk/Pesantren di Mekarjaya, Cilingga dan Cinangsi

Penduduk desa Mandalamekar berjumlah 3191 jiwa dari jumlah ini 1653 jiwa laki-laki dan 1519 jiwa perempuan dengan 860 kepala

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

302

Page 4: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

keluarga. Bila dibandingkan dengan luas wilayah  maka tingkat hunian di desa Mandalamekar 5 orang/Km2 sehingga cocok untuk pemberdayaan hutan rakyat dan hutan produksi, mayoritas mata pencaharian penduduk dari bertani, berdagang, jasa dan PNS. Kegiatan kehutanan sebagai langkah awal yang tepat di desa Mandalamekar.

2. KERAGAAN SOSIAL-EKONOMI PONPES

Di wilayah Pondok Pesantren, kedudukan Kiyai di tengah komunitas yang dipimpinnya tidak saja sekedar dipercaya, ditaati serta diteladani melainkan lebih jauh ia akan diangkat sebagai pemimpin ummat yang dituakan dan dikeramatkan. Status sebagai seorang Kiyai ditentukan dan diberikan oleh masyarakat apabila memenuhi persyaratan yaitu :(a) Kapasitas potensial dalam ilmu agama Islam dan kekuatan moral.(b) Mampu menjadi figur keteladanan dan sumber informasi bagi masya-

rakat yang dipimpinnya.(c) Layak untuk dipercaya dan ditaati.

Dengan kondisi Kiyai seperti disebutkan diatas, maka Kiyai di lingkungan masyarakat pedesaan mampu menjadi opinion leader yaitu orang yang mampu mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain secara persuasi. Potensi yang demikian besar ini akan lebih baik kalau tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan transformasi nilai-nilai keagamaan saja, akan tetapi hendaknya dapat dimanfaatkan untuk proses transfor-masi ilmu pengetahuan dan tehnologi yang memberikan nilai tambah untuk masyarakat sekitar Pondok Pesantren.

Koperasi Pesantren (Kopontren)Hidmat Suryalaya

Koperasi di Pondok Pesantren Suryalaya didirikan pada tahun 1973 dengan nama Putera Bakti yang pengelolaannya dilaksanakan oleh para santri. Koperasi ini kurang berkembang karena itu pada tanggal 23 Juni 1979 dilakukan penyempurnaan organisasi dan namanya pun diganti menjadi Kopontren Suryalaya HIDMAT ( Koperasi Pondok Pesantren Suryalaya Hidup Masa Tarekat ). Ruang Lingkupnya pun diperluas bukan saja sekedar santri atau murid yang sedang belajar di Pondok Pesantren Suryalaya, tetapi juga meliputi seluruh ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang bisa berada diseluruh pelosok daerah.Tujuan Utama dari Kopontren Suryalaya HIDMAT adalah sebagai wadah pembinaan perekonomian ikwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Disamping itu, diharapkan juga dari hasil usahanya kelak dapat membantu beban biaya seluruh kegiatan yang ada dalam lingkungan Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, seperti dalam bidang da'wah pendidikan, inabah, dan kegiatan keagamaan dan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

303

Page 5: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

kegiatan sosial lainnya.Berdasarkan perkembangann koperasi sejak tahun 1974, unit-unit usaha yang sudah berkembang antara lain :

Unit Usaha Perdagangan Unit Usaha Warung Serba Ada Unit Usaha Konveksi

Unit Usaha Kerjasama Unit Usaha Warpostel Unit Usaha Keagenan Unit Usaha Pelayanan Pembayaran Rekening Listrik Unit Usaha Kredit Pedagang Keliling (Kipling)· Unit Usaha Sosial Proyek Pengembangan Populasi Domba Unggul (P3DU) Dana Sosial Unit Sumbangan Sosial

Di wilayah sekitar Pondok Pesantren sebagian besar penduduknya beragama Islam. Dengan kondisi demikian budaya Islam sangat mewarnai kehidupan masyarakat. Organisasi kemasyarakatan yang berkembang pesat di wilayah ini dalam arti jumlah anggota banyak dan frekwensi kegiatannya sering adalah organisasi pengajian dan tahlilan. Hampir semua kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga menjadi anggota dari organisasi yang terakhir ini. Pada saat ini baik organisasi pengajian (Majlis Taklim) maupun organisasi tahlilan kegiatannya hanya terbatas pada sektor keagamaan saja. Akan lebih bermanfaat kiranya, apabila organisasi yang berkembang di masyarakat ini, aktifitasnya tidak terbatas pada trans-formasi nilai-nilai agama saja akan tetapi dapat juga berperan sebagai media untuk proses tranformasi ilmu pengetahuan dan tehnologi khusus-nya untuk masyarakat pedesaan.

Sebagaimana pada umumnya di pedesaan lainnya di Indonesia, sebagian besar pendudukna di wilayah sekitar Pondok Pesantren mempunyai pekerjaan di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Namun demikian luas pemilikan dan penguasaan lahan relatif sempit sehingga tidak mengherankan apabila tingkat pendapatan mereka relatif rendah. Untuk meningkatkan posisi ekonomi masyarakat pedesaan khususnya di sekitar Pondok Pesantren diperlukan penyebaran tehnologi pertanian unggulan yang layak secara tehnis; ekonomi dan sosial.

3. KONSEP DASAR PERANSERTA PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dijiwai oleh ajaran-ajaran agama Islam yang ada kaitan langsung dengan permasalahan Pondok Pesantren dan pengentasan masyarakat miskin di pedesaan. Landasan filosofis dan landasan operasional pelaksanaan penelitian ini bersumber dari ayat-ayat suci Al Qur'an. Pada hakekatnya landasan ini

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

304

Page 6: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

berintikan konsepsi "ketaqwaan" manusia. Dari titik tolak konsepsi inilah dikembangkan kerangka pemikiran berikut ini.

LANDASAN FILOSOFIS SPIRITUAL ISLAM

1. Q.S. Saba'(24): Allah memberi rizki dari bumi dan langit ( ........ Agrobase ........) 2. Q.S. Saba'(37): Harta dan anak bukan penyebab Allah memberikan balasan berlipat

ganda; melainkan iman dan amal sholeh 3. Q.S. Saba'(15-17): Kemakmuran dan kemiskinan berkaitan dengan derajat kekafiran

suatu masyarakat/umat. 4. Q.S. Anfaal (29): Taqwa adalah solusi untuk memperoleh hidayah; ampunan; dan

karunia 5. Q.S. 7:201: manfaat taqwa sebagai obat antipesimis dan putus asa

Ciri-ciri taqwa :

1. Q.S.2(3,4) : .... mereka yang menafkahkan rizqinya .... mereka yang mendirikan shalat....

2. Q.S.3(16-17): .... mereka yang mohon ampunan atas dosa-dosanya .... mereka yang sabar, tunduk, menafkahkan hartanya ........................

3. Q.S.3(134-135): ... mereka menafkahkan hartanya, menahan nafsu, memaafkan kesahalah ..., tidak keji ....

4. Q.S.7(201): .... mereka yang segera sadar atas dosa-dosa 5. Q.S.51(17-19): ... mereka tidur sebentar di malam ..... tidak kikir atas

harta ..........

1. Al-'Araf 69 : ......... ingatlah ni'mat Allah agar supaya kamu

mendapatkan keberuntungan .......... LANDASAN OPERASIONAL PENGENTASAN KEMISKINAN Q.S. Al Balad: 11-17 1. Menempuh jalan yang mendaki ... 2. Melepaskan perbudakan 3. Memberi makan pada saat kelaparan 4. Mengentas anak yatim yang sekerabat 5. Menolong orang miskin yang kepayahan 6. Saling berwasiat tentang kesabaran dengan jalan kasih sayang

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

305

Page 7: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Prinsip-prinsip dasar mengentas kemiskinan : 1. Jalan mendaki : Upaya meningkatkan kesejahteraan 2. Perbudakan : Ketenaga-kerjaan; Kesempatan kerja dan peluang berusaha 3. Kelaparan : Keterbatasan dan kerawanan pangan 4. Kepayahan : Pelayanan Kesehatan dan gizi 5. Berwasiat : Transfer IPTEK/informasi 6. Kasih sayang : Kekeluargaan; kooperasi

Implementasi dalam Sistem Pondok Pesantren Produktif KOPPONTREN - AGROFORESTRY LEBAH MADU

Berdasarkan bagan di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok sasaran yang diutamakan ialah kaum buruh di pedesaan, kekurangan pangan, kerabat dekat, menderita gangguan kesehatan, dan mempunyai etos untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Strategi untuk mengentaskan kelompok masyarakat seperti ini hanya mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan "konsepsi ketaqwaan". Oleh karenaitu aspek ini harus menjadi pusat perhatian Sistim PONPES Produktif sebelum aspek lahiriah-materialis. Bagan berikut menyajikan hipotetik model keterlibatan PONPES dalam pembangunan pedesaan. Berda sarkan atas bagan-bagan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan PONPES dalam pembinaan sumberdaya manusia pedesaan ialah melalui "Program pendidikannya" yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan dan sekaligus membuka wawasan terhadap berbagai informasi inovatif dalam bidang IPTEK.

Pesantren atau secara lengkap Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khusus dibandingkan dengan pendidikan formal lainnya. Model pendidikan Pesantren sebagaimana dikemukakan Departemen Agama (1981): Pendidikan di Pesantren adalah pendidikan sepanjang waktu dengan sistem non klasikal, yang kemudian dikenal dengan nama blandongan atau sorogan dan wetonan. Pondok Pesantren adalah keseluruhan lingkungan masyarakat tempat para santri itu mukim dan menuntut ilmu. Pesantren secara etimologi berasal dari kata pe-santri-an berarti tempat para santri. Santri atau murid secara umum sangat berbeda-beda untuk mendapatkan pelajaran dari pimpinan atau pemangku Pesantren (Kiyai) dan dari para guru luar yaitu Ulama atau ustadz.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

306

Page 8: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

FENOMENA KEMISKINAN DI PEDESAAN

KAPABILITAS SUMBERDAYA ALAM RENDAH LOKASI JAUH / TERISOLIR / LAHAN KRITIS

Sarana & Prasarana transportasi dan komunikasi terbatas, Penguasaan Sumberdaya, IPTEK dan Modal sangat rendah AKSES KELOMPOK MASYARAKAT MISKIN TERHADAP INFORMASI, IPTEK DAN MODAL SANGAT RENDAH Tidak mampu bersaing dengan kelompok yang tidak miskin

POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA : 1. Etoskerja Baik 2. Kepercayaan Terhadap Tokoh/Panutan 3. Kekerabatan sangat kuat

LEMBAGA SOSIAL DI PEDESAAN YANG SESUAI adalah : 1. Mampu Menggalang Partisipasi 2. Menjadi Jembatan Penghubung 3. Menjadi Changes Agent

P O N P E S

Pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren adalah pendidikan sepanjang waktu dengan Kiyai sebagai tokoh sentral. Model pendidikan tidak terikat dengan aturan formal seperti kurikulum, guru maupun waktu belajar mengajar. Kebebasan sesuai dengan kebutuhan para santri itu yang diterapkan. Sehingga selain memiliki kekhususan, pondok pesantren punya kebebasan menentukan tujuan dan sikap. Beberapa karakteristik pesantren secara umum adalah:Pondok pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi para santri. Tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena sistem pendidikan di pesantren bersifat pendidikan seumur hidup (long life education). Siswa dalam pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjang menurut kelompok usia, sehingga masyarakat yang ingin belajar bisa menjadi santri atau siswa.Santri boleh bermukim di pesantren sampai kapanpun atau bermukim disitu selamanya, dan jika dikehendaki dapat pindah untuk mencari guru ke tempat lain atau pulang ke tempat asal bila telah cukup dan mampu mengembangkan diri sendiri. Untuk santri yang berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren yang lain disebut santri kelana.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

307

Page 9: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PONPES

B P P M KOPPONTREN

Pusat Sumberdaya Pusat Teknologi Informasi

PONDOK KARYA INOVATIF

KUBA KUBA KUBA KUBA KOMODITAS KOMODITAS KOMODITAS . ...... AGROFORESTRY AGROFORESTRY AGROFORESTRY LEBAH MADU LEBAH MADU LEBAH MADU

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

308

Page 10: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PONPES

PUSDIKLAT SANTRI

BPPM - PONPES - KOPPONTREN KSM-1 KSM-2 KUBA ... ke n

Pondok Pesantren sebagai lembaga sosial di tengah-tengah masyarakat dan mempunyai akses yang baik terhadap kelompok masyarakat pedesaan miskin diharapkan mampu berinteraksi secara harmonis dengan masyarakat sekitarnya. Dalam konteks ini maka dipandang perlu di dalam kelembagaan PONPES dibentuk semacam institusi khusus yang bertugas menjalin dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat sekitar. Salah satu teladan ialah Badan Pembina Pengabdian Masyarakat (BPPM). Badan ini harus mempunyai akses dengan kelompok-kelompok swadaya masyarakat di sekitarnya dan sekaligus juga mampu berhubungan dengan kelembagaan modern. Berikut ini disajikan bagan-bagan konsepsi keberadaan BPPM.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

309

Page 11: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PONPES

BPPM - PONPES - KOPPONTREN Badan Pengembangan Pengabdian Pada Masyarakat

Kelompok Usaha Bersama (KUBA) Kelompok Swadaya Masyarakat

KELOMPOK Kelompok Swadaya Usaha Bersama Masyarakat (KUBA)

kbaa.blogspot.com/2009_04_01_archive.htmlFEMA IPB Kembangkan Pesantren Berbasis Agribisnis Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, mengembangkan pesantren-pesantren berbasis agribisnis. Sejak 2006 lalu, fakultas termuda di IPB itu telah aktif membina pesantren-pesantren agribisnis di Lampung.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

310

Page 12: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Dua pesantren yang telah menjadi binaannya, Pesantren Darul Ma’arif (Kecamatan Natar), dan Pesantren Hidayatussalikin (Kecamatan Ketapang).

KOPPONTREN

Masyarakat Masyarakat Pondok Pesantren sekitar PONPES

KUBA - I N T I

P L A S M A

D A E R A H D A M P A K AGROFORESTRY LEBAH MADU

Kerjasama proyek Perum Perhutani KPH Blitar dengan Rabithah Ma’ahid Islamiah dalam hal ini Koperasi Pondok Pesantren Al Mu’awanah sesuai dengan perjanjian yang dibuat bersama dengan pengertian dasarnya adalah:

1. Kegiatan pemanfaatan lahan dibawah tegakan hutan merupakan kegiatan tanam-tanaman dengan jenis tanaman produktif (tanaman pangan, buah-buahan, obat-obatan/rempah-rempah) yang mampu tumbuh dibawah naungan / tegakan hutan dan dapat memberikan manfaat ekonomi terutama sumberdaya makanan bagi masyarakat sekitar hutan.

2. Agroforestry  adalah sistim tanaman untuk mendapatkan hasil produksi    terbaik (optimal) pada suatu lahan garapan, dengan menanam jenis- jenis tanaman kehutanan dan pertanian (ter masuk jenis tanaman  pangan, tanaman tahan naungan dan holtikultura).

3. Tanaman pokok kehutanan adalah tanaman kehutanan yang ditentukan berdasarkan ketetapan dalam Rencana Perusahaan daerah yang bersangkutan.

4.  Tegakan adalah sekumpulan pohon yang mempunyai ciri yang sama yang merupakan tanaman pokok kehutanan dan ada didalam satu kawasan hutan milik Perum Perhutani.

5. Kelompok Tani Usaha Produktif (KTUP) adalah Kelompok Tani Hutan yang beranggotakan masyarakat desa sekitar hutan dan para santri pondok pesantren yang mepunyai kegiatan produktif menanam di lahan bawah tegakan hutan.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

311

Page 13: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

BUDIDAYA LEBAH MADU

KEMITRAAN TERPADU

MEKANISME PROYEKMekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut:

www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=30606&idrb=43101Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

312

Page 14: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Model Kios Baitul-Maal

P O N P E S

KOPPONTREN KIOS BAITUL-MAAL Contoh : Pelayanan kebutuhan sehari- hari (Barang X) Harga beli dari agen : Rp 1000,- Harga jual di pasar bebas : Rp 1250,- Harga jual di kios BM : Rp 1200,- Selisih uang sebesar Rp 200-250 bukan sebagai keuntungan kios BM tetapi diberitahukan sebagai sodaqoh dari pembeli barang X kepada Baitul-Maal

Hal yang serupa juga dapat diberlaku kan bagi mereka yang menjual barang- nya/hasil produksi ke Kios Baitul-Maal.

Model Konsep kemitraan Sistem Pondok Pesantren Produktif (SP dengan lembaga pendidikan tinggi dalam transfer IPTEK) disajikan dalam bagan berikut :

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

313

Page 15: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Kemitraan

P O N P E S Pusat IPTEK

1. Informasi IPTEk 2. Pelatihan khusus 3. Recruitment tenaga 4. Riset dan pengembangan 5. Program khusus tranfer IPTEK : a. Sarasehan b. Kuliah/ceramah umum c. Trial/kaji tindak d. Percontohan, dll

pesantren-antariksa.blogspot.com/2009/10/pesa...

Pesantren Kilat" TIK Diluncurkan di Bandung Pusat pelatihan teknologi informasi dan komunikasi Bandung IT Camp (BIT Camp) diluncurkan Sabtu (3/10) di Bandung. Bit Camp merupakan salah satu percontohan "pesantren kilat" berbasiskan kolaborasi pemerintah dan industri. Hadir dalam acara peluncuran BIT Camp ini antara lain Kepala Pusat Litbang SDM Departemen Komunikasidan Informatika RI Cahyana Ahmadjayadi, Komisioner Sisfo Indonesia Zen Rosdy Nur dan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

314

Page 16: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Koordinator BIT Camp Mugi Sugiarto.Keberadaan BIT Camp akan melengkapi image Bandung sebagai kota kreatif, khususnya dalam bidang TIK. Apalagi, Bandung dikenal sebagai salah satu kota produsen SDM TIK terbaik di negeri ini. Keberadaan BIT Camp, ucapnya, diharapkan akan menyempurnakan kemampuan praktis para lulusan perguruan tinggi khususnya di bidang TIK."Selama ini, terjadi gap antara kualitas lulusan perguruan tinggi dengan demand dari perusahaan pencari kerja. Yang dibutuhkan oleh pasar ternyata bukan sekedar lulusan S1, S2 atau gelar akademis, melainkan yang sudah tersertifikasi Orace, Sisfo, dan sebagainya.Untuk mampu bersaing merebut peluang kerja di bidang TIK, khususnya di luar negeri, mengandalkan ijazah perguruan tinggi tidak cukup.Pelatihan di BIT Camp terbuka tidak hanya bagi para lulusan PT, melainkan juga SMA dan SMK. Pelatihan dibagidalam dua kategori yaitu profesional dan non-profesional. Tapi, kedua-duanya sama-sama mengantarkan pesertnya kepada praktik dan aplikasi langsung. Sertifikasi keahlian yang ditawarkan adalah Sun dan Oracle. Sementara, kurikulum pelatihan dititikberatkan pada platform Java dan pengembangannya. Layaknya pesantren, tempat pelatihan BIT Camp yang berlokasi di Bukit Pakar Timur 45 Bandung dilengkapi dengan fasilitas penginapan selain ruang belajar, ruang praktik, dan warung masyarakat informasi. Kapasitas tampung pusat pelatihan ini mencapai 50 orang.

Hasil-hasil penelitian empiris menunjukkan adanya fokus permasalahan(1) Potensi-potensi yang dimiliki lembaga pondok pesantren dalam usaha

pengembangan sumberdaya manusia.(2) Aktivitas-aktivitas yang merupakan pola pembinaan dan

pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas.(3) Partisipasi santri maupun pengasuh pesantren dalam program-

program yang diupayakan pesantren.(4) Antisipasi hambatan-hambatan yang ditemukan dalam upaya

pengembangan sumberdaya manusia di lembaga pesantren serta usaha pemecahannya.

(5) IPTEK tepat guna yang dapat dipadukan dengan program pendidikan dan pengabdian masyarakat dalam kelembagaan Pondok Pesantren.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

315

Page 17: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

MODEL SEKOLAH LAPANG AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN

Gerakan pengentasan penduduk miskin dari kemiskinannya , pemberdayaan sumberdaya manusia desa dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air menghadapi tantangan dan kendala sangat serius akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau program khusus untuk menghadapi sistuasi krisis ekonomi.

Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional di Jawa Timur dituangkan dalam Gerakan Kembali ke Desa (GKD) dan Produk Unggulan Desa (One village one product). Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang diarahkan untuk pembangunan wilayah dan masyarakat desa. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Sebagai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam pelaksanaan GKD dan PUD (Produk Unggulan Desa) harus dipupuk dan dibina semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu" yaitu penduduk desa itu sendiri, termasuk generasi muda pemuda Pondok Pesantren di pedesaan Jawa Timur.

Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program GKD dan PUD ialah Penyiapan generasi muda pemuda untuk mampu menjadi "pengusaha" Agribisnis di Desa dan dari Desa. Dengan dukungan bantuan dana khusus obsesi ini dapat dilakukan kegiatan DIKLAT dan Program Aksinya dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya manusia pemuda yang ada di PONPES-PONPES dan pada gilirannya mampu mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk Unggulan Desa) untuk memperbaiki taraf hidupnya secara bertahap dan berkelanjutan.

Sebagai salah satu pemeran pembangunan yang memiliki posisi kunci untuk keberhasilan program pembangunan masyarakat desa adalah kaum muda pedesaan, termasuk para pemuda PONPES di wilayah pedesaan yang pada kenyataannya mempunyai peranan ganda dalam kehidupan rumahtangga dan masyarakat pedesaan. Kelompok pemuda muda ini diperkirakan akan menjadi sangat penting dalam menunjang keberhasilan program pengentasan kemiskinan . Oleh karena itu penyiapan generasi muda pemuda yang berjiwa dan berwawasan wirausaha menjadi "kegiatan kunci " dan diharapkan dapat menyiapkan orang-orang muda yang paling dekat dengan kelompok masyarakat

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

316

Page 18: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

pedesaan , dan dapat menjadi mitra kerja dari kelompok masyarakat di sekitarnya .

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses POKMAS terhadap berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk menyiapkan generasi muda pemuda di pedesaan sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan.

II. TUJUAN

Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara keseluruhan adalah:1. Mendukung gerakan nasional pemberdayaan sumberdaya manusia

dan penguatan ekonomi rakyat, melalui pembinaan pemuda-pemuda Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya di pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal.

2. Membantu KOPERASI, dalam menggalang usaha pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang religius dan pengembangan usaha agribisnis agroforestry lebah madu.

3. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikap-mental para pemuda dan pemuda desa sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.

4. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi para pengurus KOPERASI sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.

5. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangunan masyarakat desa, permasalahan kemiskinan , pengembangan usaha Agribisnis dan agroindustri, dan pengetahuan lain yang terkait dengan agribisnis dan agroindustri komoditi agroforestry lebah madu.

III. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan pendidikan dan pelatihan ini meliputi:1. Recruitment dan seleksi awal oleh Panitia Pelaksana.2. Seleksi calon peserta pendidikan dan pelatihan 3. Pelaksanaan pelatihan selama 35 hari yang melibatkan sebanyak 100

orang pemuda desa sebagai calon Kader Pembangunan dan Wirausahawan di Pedesaan.

4. Penyerahan alumni pelatihan kepada dan Instansi yang terkait

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

317

Page 19: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

5. Pembinaan dan pemantauan prestasi kerja selama 1-1.5 tahun untuk para alumni pelatihan yang berprestasi terbaik (20% dari keseluruhan peserta), mencakup kegiatan:a. Pengembangan Usaha Agribisnis agroforestry lebah madu atau

Usaha lainnya yang produktif)b. Pelaporan, Supervisi dan konsultasi regulerc. Membina hubungan kemitraan antara lembaga masyarakat di

pedesaan, kelompok masyarakat , para kader wirausahawan pemuda dengan dinas/instansi teknis yang terkait

d. Temu karya regional.

IV. HASIL YANG DIHARAPKAN

Setelah DIKLAT dan masa pendadarannya selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi khusus, yaitu:1. Sikap mental dan wawasan keislaman dan kebangsaan yang dapat

diandalkan untuk mendukung kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .

2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:2.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha

ekonomi rakyat2.2. Wawasan dan konsepsi dasar kewira-usahaan dan kepeloporan2.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di

Pedesaan: Agribisnis agroforestry lebah madu, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan keuangan,

2.4. Operasionalisasi sistem agribisnis di desa: perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .

2.5. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

V. PESERTA PELATIHAN

Peserta pelatihan adalah generasi muda musim dari pedesaan, terdiri dari pemuda-pemuda yang bersedia menjadi Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda. Mereka ini dipersiapkan menjadi pelopor masyarakat desa dalam mengembangkan usaha ekonomi desa, dan sekaligus sebagai mitra kerja yang memandu kelompok masyarakat pedesaan yang menyatukan diri dalam kelompok usaha bersama Agribisnis (KUBA). Pemilihan dan penunjukkan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

318

Page 20: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Program pelatihan melibatkan sekitar 100 orang pemuda/i, terbagi terbagi menjadi empat kelas (setiap kelas 25 orang), dan setiap kelas dibagi menjadi lima kelompok (setiap kelompok 5 orang).

VI. METODE

6.1. Pendekatan DIKLAT1. Para calon Kader Pembangunan dan Wirausahawan Muda Pedesaan

yang akan berkiprah di wilayah pedesaan , disiapkan secara khusus dengan pembekalan teknis dan non-teknis mengenai sistem dan mekanisme pembangunan masyarakat desa, profil masyarakat miskin dan masalah-masalah kemiskinan di pedesaan, strategi pengembangan sumberdaya manusia dan usaha agribisnis, serta kewira-swastaan. Penyiapan aspek mental-spiritual dilakukan secara khusus untuk lebih memupuk dan memantapkan sikap mental yang idealistik, dedikatif, dan transparansi; serta berwawasan kebangsaan yang handal.

2. Para peserta DIKLAT ini berfungsi sebagai pioneer yang membantu masyarakat desa dalam rangka mengidentifikasi potensi usaha-usaha ekonomi desa dan sekaligus mengembangkannya.

3. Para peserta DIKLAT ini juga diharapkan mampu membina kelompok-kelompok masyarakat desa , terutama dalam upaya mengembangkan usaha-usaha produktifnya dengan identifikasi Produk Unggulan Desa berbasis agribisnis agroforestry lebah madu.

6.2. Metode Pelaksanaan

A. DIKLATMetode pelatihan pemuda sebagai Calon Wirausahawan Muda ini

pada hakekatnya merupakan proses belajar yang partisipatif dengan menggunakan metode belajar: Ceramah; Curah pendapat (diskusi); Tanya jawab; Diskusi kelas dan kelompok; Diskusi pleno; Penugasan perorangan; Penugasan kelompok; Bermain peran (Simulasi); Demonstrasi atau peragaan; Studi kasus.

Penggunaan metode-metode di atas sifatnya luwes, disesuaikan dengan dinamika proses belajar yang terjadi di dalam kelas dan kelompok.

B. Program AksiProgram aksi dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis

langsung di desa-desa daerah asal Alumni yang terbaik prestasinya. Setiap peserta program aksi ini diwajibkan menyusun kelayakan usaha bisnis Produk Unggulan Desa (PUD) yang dilaksankaan dalam kurun waktu 1-1.5 tahun. Usaha bisnis ini dilaksankaan dengan Pola Kemitraan Inti Masyarakat.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

319

Page 21: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Usaha bisnis ini dapat berupa:1. Kebun Agroforestry berbasis lebah dengan komoditas penunjangnya

seperti Salak , Pepaya, Jeruk, Mangga, Rambutan, Pisang dan lainnya, yang ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti cabai, jagung, kacangtanah, kacang hijau, melon, dan tanaman hutan rakyat sebagai sumber pakan lebah.

2. Usahatani tanaman perkebunan rakyat komersial: tebu, kopi, coklat, tembakau, dan lainnya secara tumpangsari dengan palawija dan tanaman pakan lebah

3. Usahatani ternak: lebah madu.4. Usaha kerajinan/industri rumah tangga.5. Usaha-usaha lain yang produktif.

6.3. MATERI DAN PROSES DIKLAT

A. Materi Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya terlampir), yaitu(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental dan

wawasan Ke-Islaman, dan wawasan kebangsaan(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan

Teknis Penunjang, seperti kebijakan perkoperasian dan manajemen koperasi, permasalahan dalam pengelolaan Koperasi , kewira-usahaan, manajemen agribisnis agroforestry lebah madu, sosiologi pedesaan, pengembangan peranan kaum muda pedesaan dalam pembangunan dan lainnya. Khusus mengenai program Pengembangan Agroforestry Lebah Madu, topik-topik pokok bahasan meliputi: Pengenalan berbagai kegiatan budidaya lebah madu, Teknik pembentukan dan pembinaan kelompok usaha bersama (KUBA); Perencanaan kegiatan agroforestry lebah madu; Pengelolaan modal dan teknologi dan Pencatatan/pelaporan hasil kegiatan

(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/ pemantauan, serta evaluasi usaha agribisnis/agroindustri.

(4). Program 4. Program simulasi dan praktek kerja lapangan dalam usaha-usaha bisnis yang ada di Desa (Agroforestry lebah madu basis hutan rakyat, Agroforestry lebah madu basis buah-buahan, Kerajinan/Industri rumahtangga, dan lainnya).

B. Proses PelatihanMengingat peserta pelatihan adalah orang-orang yang telah

dewasa maka proses dan pendekatan yang tepat adalah menggunakan azas yang partisipatif. Kegiatan belajar yang berdasarkan pendekatan ini menempatkan peserta yang telah memiliki bekal pengetahuan,

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

320

Page 22: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

pengalaman, ketrampilan sebagai subyek, serta cenderung berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan teknis dan non-teknis. Pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk dapat saling tukar pengalaman dan pengkayaan satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip dalam proses pelatihan ini adalah :1. Memperhatikan dan menghargai pengalaman dan pengetahuan yang

telah dimiliki oleh peserta.2. Memusatkan perhatian pada penemuan dan pemecahan

permasalahan secara bersama.3. Mengutamakan keikutsertaan peserta secara aktif dan merata.4. Pelatih bertindak sebagai fasilitator yang turut melibatkan diri di dalam

proses belajar.5. Mengutamakan kegiatan peningkatan penghayatan dan pengalaman

dari para peserta pelatihan.6. Dalam hal-hal tertentu peserta dapat dijadikan narasumber bagi peme-

cahan masalah.

6.4. Media BelajarAlat bantu belajar dan sarana yang dapat digunakan antara lain adalah:1. Media belajar: Makalah, Transparan, Lembar bacaan, lembar tugas,

Lembar kasus, Daftar isian, dan Poster2. Sarana Belajar: Pengeras suara; OHP, slide projector, Papan tulis,

Spidol, Kertas dinding, dan lain-lain

6.5. Pengorganisasian Pelatihan

A. Panitia PenyelenggaraPanitia penyelenggara adalah tim ahli bekerjasama dengan PEMDA.

B. Tim FasilitatorTim fasilitator terdiri dari para pakar yang dipilih sesuai dengan bidang ilmu yang diperlukan, dan instansi pemerintah /suasta lain yang terkait.6.6. Waktu dan Tempat

A. Tahap Pelatihan

A.1. Waktu pelatihanPelatihan ini dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang telah ditentu-

kan, secara keseluruhan memerlukan waktu 35 hari, direncanakan angkatan pertama dapat dimulai pertengahan tahun 2000. Jadwal harian disusun sedemikian rupa dalam rangka untuk mengembangkan sikap kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, dan semangat pengabdian. Rincian jadwal secara keseluruhan disajikan dalam Lampiran .

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

321

Page 23: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

A.2. Tempat PelatihanPelatihan diselenggarakan di tiga lokasi yang berbeda. Pelaksanaan

Program-1 Program-2 dan Program-3 berlokasi di Kampus, dan Program-4 di wilayah daerah . Pada setiap lokasi praktek lapangan akan ditempatkan satu kelompok (5 orang) peserta pelatihan yang tinggal di selama tujuh hari.

B. Tahap Pemantauan dan Program AksiProgram aksi dilakukan di desa-desa di wilayah.

Tabel 2. Rekapitulasi Materi Pelatihan

NO.

TANGGAL MO-DUL MATERI

1 Hari ke 1 Peserta Datang di IPM 2 Hari ke 2 Registrasi dan Pembukaan3 Hari ke 3 Ekonomi Rakyat 4 Hari ke 4 Koperasi: Kebijakan & Manajemen5. Hari ke 5 Unit Usaha Otonom Koperasi6. Hari ke 6 Manajemen Agribisnis7 Hari ke 7 Praktek lapangan8. Hari ke 8 Praktek lapangan9. Hari ke 9 Agroforestry Lebah Madu 10 Hari ke 10 Agribisnis Lebah Madu 11 Hari ke 11 Budidaya ternak/lebah madu12 Hari ke 12 Budidaya tanaman pakan lebah13 Hari ke 13 Budidaya tanaman penunjang14 Hari ke 14 Praktek lapangan15 Hari ke 15 Praktek lapangan16 Hari ke 16 Kelompok Usaha Bersama (KUBA)17 Hari ke 17 Pascapanen Hasil lebah madu18. Hari ke 18 Kredit Usaha Tani 19 Hari ke 19 Problematik pemasaran/tataniaga hasil

pertanian20. Hari ke 20 Perencanaan Agribisnis Agroforestry Lebah

Madu

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

322

Page 24: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

MODEL PENGUATAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBERDAYAAN KOPONTREN SEBAGAI PENGELOLA HUTAN RAKYAT

KONSEPSI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA POLA INTI PESANTREN

1. PENDAHULUAN Dinamika sosial merupakan hal yang senantiasa melekat dalam

kehidupan masyarakat manusia, baik pada tatanan individu, keluarga, masyarakat, maupun lembaga. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat yang bersangkutan.

Pondok pesantren sebagai lembaga yang telah berakar panjang dalam sejarah pertumbuhan bangsa Indonesia, tak terlepas dari adanya dinamika sosial tersebut. Sebagai lembaga keagamaan yang bergerak dalam mengembangkan dan menyebarkan agama Islam, pondok pesantren, yang diperkirakan telah lahir pada abad ke 9 atau 10, telah dan tetap mampu mempertahankan keberadaannya hingga saat ini. Catatan sejarah menunjukkan bahwa, pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang pada awalnya terintegrasi secara erat dengan mayarakat sekitarnya dan bahkan merupakan bagian masyarakat yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bukti keeratan hubungan antara pondok pesantren dengan masyarakat sekitar, tampak pada saat pergerakan mengenyahkan penjajah. Pada saat tersebut, pondok pesantren dengan para kyai sebagai pimpinannya mampu menggerakkan santri dan masyarakat sekitarnya untuk memanggul senjata, berjuang dalam memperebutkan kemerdekaannya.

Dalam perjalanannya lebih lanjut, jalinan yang semula erat antara pondok pesantren dengan masyarakat sekitarnya, pada beberapa tempat, telah mengalami perubahan-perubahan. Bila semula pondok pesantren sangat terintegrasi dengan masyarakat sekitarnya, saat ini, banyak pondok pesantren yang karena beberapa alasan, telah melepaskan diri dari keterlibatannya dengan urusan masyarakat sekitarnya, bahkan terdapat pula pondok pesantren yang benar-benar steril dari keterikatan tersebut sebagaimana yang terjadi dengan pondok pesantren modern "Darussalam" Gontor Ponorogo. Sebaliknya, banyak pula pondok pesantren yang tetap mempertahankan diri untuk selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan bahkan semakin giat menggalang kerjasama dengan masyarakat sekitarnya seperti pondok pesantren Annoqoyah Guluk-Guluk Madura. Malah, terdapat pula pondok pesantren yang sejak berdirinya memang dimaksudkan untuk banyak terlibat dengan upaya

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

323

Page 25: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

pemberdayaan masyarakat sekitar, seperti pondok pesantren Darul Fallah Bogor atau pondok pesantren Pabelan Jawa Tengah (Hamid, 1995).

Pondok pesantren yang semula lebih dikenal sebagai lembaga yang hanya memfokuskan pada pendidikan dan pengajaran agama Islam semata, telah mengalami perubahan-perubahan dengan masuknya materi-materi pelajaran umum dan bahkan mencakup pula pendidikan dan pelatihan ketrampilan. Perubahan inilah yang kemudian melahirkan 2 (dua) tipologi pondok pesantren yang kita kenal dengan sebutan Salafi dan Kholafi. Pondok pesantren Salafi adalah pondok pesantren yang tetap bertahan dengan sistem maupun materi pendidikannya yaitu agama semata, sedang pondok pesantren Kholafi adalah pondok pesantren yang telah mengintrodusir sistem maupun materi pendidikannya dengan materi tambahan yang bersifat umum maupun ketrampilan.

Dari aspek kepemimpinan, gambaran seorang kyai tungga dengan kekuasaan penuh terhadap segala hal yang hidup/ada di pondok pesan-tren, karena pada umumnya pondok pesantren memang milik pribadi kyai, pada banyak pondok pesantren sudah lama pula mengalami perubahan. Banayk pondok pesantren yang saat ini dikelola secara kolektif dengan struktur organisasi yang jelas sehingga keberlangsungan hidup pondok pesantren lebih dapat terjamin karena tidak lagi ditentukan oleh mati hidupnya seorang kyai, artinya bila salah seorang kyai wafat, maka pondok pesantren tersebut akan tetap dapat berjalan sebagaimana sebelumnya.

Seiring dengan perubahan yang telah dan sedang terjadi pada lingkungan pondok pesantren, strategi pembangunan nasional semakin berpihak pada pentingnya upaya-upaya pengembangan sumberdaya manusia. Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi, diha-rapkan pembangunan dapat berjalan semakin cepat dan lancar dalam mencapai kesejahteraan berbagai lapisan masyarakat, karena pada dasarnya manusialah yang merupakan subyek dan sekaligus obyek dalam suatu proses pembangunan. Dalam upaya pengembangan sumber daya manusia tersebut, pendidikan formal, pada tingkatan tertentu, dipandang oleh banyak pihak belum sepenuhnya mampu menelorkan produk yang memadai sesuai dengan tuntutan situasi yang ada. Selain sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, banyak pula lulusan pendidikan formal yang tidak dapat mengisi peluang-peluang yang ada dalam lapangan pekerjaan yang tersedia karena kualifikasi yang diperlukan tidak terpe-nuhi. Keadaan tersebut tentu saja semakin menambah beban nasional utamanya dalam kaitannya dengan upaya pemerintah mengurangi pen-gangguran yang terus meningkat secara drastis dari tahun ke tahun. Dalam keadaan demikian, banyak teoritisi maupun praktisi yang mulai menaruh harapan pada pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang dipandang memiliki tingkat adaptasi tinggi dalam merespon tuntutan situasi yang terjadi.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

324

Page 26: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

2. KONSEP PONDOK PESANTREN

Pengertian pesantren berkaitan dengan kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, yang berarti tempat tinggal santri. Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari Bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C.C. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari kata shastri yang dalam Bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab Agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier,1994). Geertz (dalam Arifin, 1993) mengartikan kata sansekerta shastri dengan makna ilmuwan Hindu yang pandai menulis, sehingga apabila kata tersebut diadaptasikan menjadi kata santri. Lebih lanjut dapat digambarkan dalam makna yang sempit maupun makna yang luas adalah sebagai berikut :

"Dalam arti sempit santri bermakna, seorang pelajar agama yang bermukim disuatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sedang dalam arti luas dan lebih umum kata santri mengacu pada identitas seseorang sebagai bagian dari varian komunitas penduduk jawa yang menganut Islam secara konsekuen, yang sembahnyang dan pergi ke masjid jika hari jum'at dan sebagainya" . Pengambilan nama santri dari kata shastri yang berasal dari kata

sansekerta cukup masuk akal untuk diterima, mengingat bahwa penyebar ajaran Islam di Indonesia sebagian besar mereka berasal dari Gujarat, India, dimana tokoh penyebar Islam yang pertama kali merintis berdirinya pesantren di Jawa adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama yang berasal dari Gujarat, India. Agaknya Malik Ibrahim mengadaptasi bentuk lembaga pendidikan pra-Islam yang sudah ada di Jawa yaitu lembaga pendidikan asrama atau padepokan yang merupakan sistem biara yang dipakai oleh para pendeta dan biksu menjalankan proses belajar dan mengajar . Dengan mengikuti pemikiran ini , maka dapat dikatakan bahwa pada lembaga pendidikan pra-Islam yang sebelumnya ada dan berkembang pada masyarakat Jawa direkayasa ulang oleh Malik Ibrahim untuk memudahkan dalam missi penyebaran agama Islam yang sedang dibawanya. Melalui sistem itulah, sistem pesantren berkembang dengan sendirinya dalam masyarakat.

Kata "pesantren", tidak lepas dengan kata "pondok" dalam pemaknaannya. Kata pondok mempunyai arti "kamar, gubug, atau rumah kecil", yang dalam Bahasa Indonesia dipakai dengan menekankan arti "kesederhanaan bangunan". Ada kemungkinan kata pondok diturunkan dari kata Arab fundug yang mempunyai arti ruang tidur, wisma, hotel

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

325

Page 27: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

sederhana (Prasodjo, 1974). Sementara itu, Wahid (1988) menyatakan bahwa: "pondok lebih mirip dengan padepokan, yang merupakan perumahan sederhana yang telah dipetak-petak dalam kamar- kamar yang merupakan asrama bagi para santri. Keseluruhan lingkungan tempat bagi para santri tersebut mukim dan atau menuntut ilmu".

Dalam arti umum pondok pesantren (PONPES) dapat diartikan sebagai lembaga pengajaran ke-Islaman. Sering terdapat anggapan bahwa pesantren merupakan tempat pendidikan yang khas bagi varian-varian mistik kaum sufi sebagai akibat tata cara praktis esoterik sampai pada suatu etika tanggung jawab sosial yang telah memberikan dorongan dalam menentukan dalam pengIslaman kepulauan Nusantara pada zaman dahulu, misalnya para walisongo (Dhofier, 1994). Pada tingkat pertama dapat dikatakaan bahwa pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu Agama Islam (Raharjo, 1988). Dari sekian banyak pondok pesantren yang tersebar diseluruh Indonesia, khususnya di Jawa dan Madura sebagaian besar memang hanya mengajarkan ilmu agama. Pesantren merupakan tempat anak-anak belajar secara sistematis, langsung dari Bahasa Arab serta berdasarkan pembacaan kitab- kitab klasik karangan ulama-ulama besar. Mereka yang berhasil dalam belajarnya, memang kemudian diharapkan menjadi Kyai, ulama, muballigh, atau setidak-tidaknya menjadi guru agama.

Arifin (1993) memberikan beberapa karakteristik pesantren secara umum sebagai berikut :1. Pondok pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-

santrinya.2. Tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena pendidikan di

pesantren bersifat seumur hidup (longlife education).3. Siswa di pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjang-jenjang

menurut kelompok usia, sehingga siapa saja yang ingin belajar bisa menjadi santri.

4. Santri boleh bermukim di pesantren sampai kapanpun.5. Tidak memiliki peraturan administratif yang tetap, dimana yang

bermukim disana walaupun tanpa mengajipun, asal ia memperoleh nafkah sendiri dan tidak menimbulkan masalah dalam tingkah lakunya diperbolehkan.

Untuk dapat memahami keaslian suatu pondok pesantren, menurut Dhofier (1994) harus memiliki lima unsur pokok/elemen yang menjadi ciri khusus. Perinciannya diuraikan sebagai berikut.

a. PondokPondok pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikaan Islam

tradisional - yang lebih dikenal dengan pondok pesantren - dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan para pengasuh pondok pesantren atau langsung oleh seorang atau lebih Kyai. Asrama

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

326

Page 28: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk sarana beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain sebagai sarana penunjang. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar-masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Ada tiga alasan utama mengapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri. Pertama, kemasyhuran seorang Kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari Kyai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap dikediaman yang semestinya berada dibawah pengawasan Kyai. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada perumahan yang cukup untuk dapat menampung santri, dengan demikin perlulah suatu asrama khusus bagi santri untuk bermukim. Ketiga, ada sikap timbal balik antara Kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedang Kyai menganggap santri sebagai titipan Allah yang harus senantiasa dilindungi, karena mereka sedang menuntut ilmu. Sikap ini menimbulkan perasaan tanggung jawab di pihak Kyai untuk dapat menyediakan tempat tinggal bagi para santri tersebut. Disamping itu dari pihak santri tumbuh perasaan pengabdian kepada kyainya, sehingga Kyai memperoleh imbalan dari para santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan pesantren dan keluarga Kyai.

b. MasjidMasjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan

pesantren dan dianggap tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu (sholat wajib), khutbah dan sholat jum'at, serta pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kedudukaan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Sejak zaman Nabi Muhammad saw, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Dimananapun kaum muslim berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural yang telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan sampai sekarangpun didaerah umat Islam yang belum terpengaruh budaya barat, kita temukan banyak para ulama dengan penuh pengabdian mengajar para santrinya di masjid, serta memberikan wejangan dan anjuran kepada murid-murid tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam itu.

c. Pengajaran Kitab-Kitab Islam KlasikSejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik

diberikaan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

327

Page 29: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

dalam mendidik calon-calon ulama. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik ini merupakan bagian integral dari nilai dan faham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan (sunyoto dalam Arifin,1993:8). Bahkan ada anggapan, apabila pesantren tidak lagi mengajarkan kitab-kitab klasik maka ke-asli-an pesantren itu semakin kabur, dan lebih tepat dikatakan sebagai perguruan atau madrasah dengan sistem pondok atau asrama daripada sebagai pesantren (Prasodjo dalam Arifin, 1993).

Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan kitab-kitab kuning. Penyebutan kitab kuning, mungkin dibatasi dengan tahun karangan, ada yang membatasi dengan madzab teologi, mungkin membatasi dengan istilah mu'tabarah (kitab yang dianggap valid dengan dilihat silsilah yang sahih), sebagian lagi disebabkan karena warna kitab tersebut berwarna kuning (Bruinessen dalam Arifin, 1993).

Kitab-kitab Islam klasik biasanya ditulis atau dicetak memakai memakai huruf-huruf Arab dalam Bahasa Arab, melayu, Jawa, sunda dan sebagainya. Huruf-hurufnya tidak diberi tanda baca vokal (harakat/syakl) dan karena itu juga sering disebut kitab gundul (zuhri, 1987). Persoalan yang diajarkan seringkali serupa yang diulang-ulang selama jangka waktu bertahun-tahun, walaupun buku teks yang dipergunakan berlain-lainan. Dimulai dari kitab kecil (mabsutat) yang berisikan teks ringkas dan sederhana, pengajian akan memakan waktu bertahun-tahun hingga mencapai kitab sedang (mutawassitat) hinggaa kitab-kitab besar (Wahid, 1988). Di daerah asalnya diseputar Timur Tengah, Kitab kuning disebut al- kutub al-qadimah sebagai sandingan dari al-kutub a'asyriyah. Al kutub al-qadimah di kalangan pesantren Indonesia terbatas jenisnya, yang sangat terkenal ialah kitab-kitab fiqh (hukum), tasawuf, tafsir, hadits, aqaid/tauhid, tarikh (sejarah), nahwu (syntax), sharaf (morfologi), Usul fiqh (yurisprudensi), balagha, mantiq, 'arudh/syi'ir, falak dan hikmah (Arifin,1993; Dhofier, 1994). Kitab yang diajarkan di pesantren di seluruh Jawa dan Madura pada umumnya sama. Demikian pula dengan sistem pengajarannyapun sama, termasuk Bahasa Jawa (yang spesifik pesantren) yang dipakai sebagai Bahasa penerjemahanpun sama (Dhofier,1994).

d. SantriSantri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami

agama di pesantren. Para santri tinggal dalam pondok yang menyerupai asrama biara dan disana mereka memasak dan mencuci pakaiannya sendiri (Geertz, 1981). Mereka belajar tanpa terikat waktu untuk belajar sebab mereka mengutamakan beribadah, termasuk belajarpun dianggap sebagai ibadah (Saridjo dalam Arifin,1993). Terdapat dua kelompok santri : (1). santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren. (2). Santri Kalong yaitu santri-santri yang berasal dari desa-desa disekeliling pesantren, yang biasanya

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

328

Page 30: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

tidak menetap di dalam pesantren, untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka pulang-pergi dari rumahnya sendiri (Dhofier, 1994). (3). Santri Alumnus yaitu santri yang sudah tidak aktif dalam kegiatan rutin di pesantren tetapi mereka masih sering datang pada acara- acara insidentil dan mereka masih memiliki komitmen hubungan dengan pesantren terutama dengan Kyai. (4). Santri luar yaitu santri yang tidak terdaftar secara resmi di pesantren dan tidak mengikuti kegiatan rutin sebagaimana santri mukim dan santri kalong, tetapi mereka memiliki hubungan batin yang kuat dan dekat dengan Kyai, mengikuti pegajian sewaktu-waktu dan memberikan sumbangan partisipatif yang tinggi apabila pesantren membutuhkan sesuatu.

Sedangkan alasan santri pergi dan menetap disuatu pesantren, menurut Dhofier (1994) dan Dawam Raharjo (1988) adalah :1. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara

lebih mendalam di bawah bimbingan Kyai yang memimpin pesantren tersebut.

2. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupaan pesantren dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren- pesantren yang terkenal.

3. Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.

4. Tidak bisa atau tidak tertampung di sekolah yang diinginkan.5. Tidak mampu sekolah karena kemiskinan bumi kehidupannya.6. Karena sikap orang tua mereka yang kolot dalam kehidupan agraris.

e. Kyai Kata-kata Kyai bukan berasal dari Bahasa Arab melainkan dari

Bahasa Jawa. Kata-kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat dan dituakan. Selain untuk benda, gelar kyai juga diberikan kepada laki-laki yang lanjut usia, arif dan dihormati. Namun pengertian paling luas di Indonesia, sebutan Kyai dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren (Ziemek, 1986).

Ahli-ahli pengetahuan Islam dikalangan umat Islam disebut ulama, penyebutaan Kyai dimaksudkan untuk seorang alim atau orang yang mendalam pengetaahuan keIslamannya. Di Jawa Barat mereka disebut Ajengan, di Jawa Timur dan Jawa Tengah mereka disebut Kyai dan di Madura disebut Mak kyae, Bindara atau Nun (Wahid, 1988; Dhofier,1994). Fungsi keulamaan dari Kyai dapat dilihat dari dalam tiga aspek, yakni (Horikosi dalam Arifin, 1993) :

1. Sebagai Pemangku masjid dan madrasah.2. sebagai pengajar dan pendidik.3. Sebagai ahli dan penguasa hukum Islam.Misi utama dari kyai adalah sebagai pengajar dan penganjur

dakwah islam (preacher) dengan baik. Kyai juga mengambil alih peran lanjut orang tua, ia sebagai guru sekaligus pemimpin rohaniah keagamaan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

329

Page 31: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

serta bertanggung jawab untuk perkembangan kepribadian maupun kesehatan jasmaniah anak didiknya. Dengan otoritas kerohaniahannya, Kyai sekaligus menyatakan hukum dan aliran-alirannya lewat kitab-kitab Islam klasik.

3. BEBERAPA TIPOLOGI PESANTREN DI JAWA TIMUR

Secara garis besar, lembaga pesantren di Jawa Timur dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu (Yacub, 1984).(1). Pesantren Salafi : yaitu pesantren yang tetap mempertahankan sistem

(materi pengajaran) yang sumbernya dari kitab-kitab klasik Islam atau kitab dengan huruf huruf arab gundul (tanpa baris apapun). Sistem sorogan (invidual) menjadi sendi utama yang ditetapkan. Pengetahuan non agama tidak diajarkan.

(2) Pesantren Khalafi : yaitu sistem pesantren yang mengetrapkan sistem madrasah yaitu pengajaran secara klassikal, dan memasukkan pengetahuan umum dan bahasa non arab ke dalam kurikulum. Dan pada akhir-akhir ini menambahnya dengan berbagai ketrampilan.

Menurut Mukti Ali (1987), dalam garis besarnya sistem pengjaran

di Pondok Pesantren ada dua macam yaitu :(1).Sistem Wetonan : pada sistem ini kyai membaca suatu kitab dalam

waktu tertentu, dan santri dengan membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai tersebut. Dalam sistem pengajaran yang semacam ini tidak dikenal absens. Santri boleh datang dan boleh tidak datang, juga tidak ada ujian. Apakah santri itu memahami yang dibaca kyai atau tidak, hal itu tidak bisa diketahui. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran di Pondok Pesantren itu adalah bebas, yaitu bebas untuk belajar dan bebas untuk tidak belajar.

(2).Sistem Sorogan : pada sistem ini santri (biasanya yang pandai) menyorongkan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di hadapan kyai itu. Dan kalau ada kesalahan langsung dibetulkan oleh kyai. Di Pondok Pesantren yang besar, sorogan itu hanya dilakukan oleh dua atau tiga orang santri saja, yang biasanya terdiri dari keluarga kyai atau santri-santri yang dianggap pandai, yang diharapkan di kemudian hari menjadi orang alim.

Menurut Arifin (1993) ada beberapa metode belajar-mengajar yang

digunakan di PONPES, yaitu :(1). Metode Wetonan Dalam metode ini Kyai membaca suatu

kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama, kemudiaan santri mendengarkan dan menyimak tentang bacaan Kyai tersebut. Seorang Kyai duduk dilingkari santri-santrinya yang

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

330

Page 32: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

mengikuti Kyai yang sedang membacakan, menerjemahkan, menjelaskan, dan sekaligus mengulas kitab. Dalam metode ini santri dituntut untuk memperhatikan dengan benar-benar apa yang akan selalu disampaikan oleh Kyai, sehingga tidak diharapkan terjadi kesalahan penerimaan yang akan berakibat fatal.

(2). Metode Sorogan Dalam metode ini santri yang pandai mengajukan sebuah kitab kepada Kyai untuk dibaca di hadapan Kyai tersebut. Kalau dalam membaca dan memahami kitab terdapat kesalahan, maka segera dibenarkan oleh Kyai. Metode ini terutama dilakukan untuk santri permulaan (baru) ataupun juga bagi santri-santri khusus yang diharapkan dapat menjadi orang alim. Pada metode ini, santri berusaha semaksimal mungkin untuk dapat tampil di depan Kyainya dalam membawakan/ menyajikan materi yang ingin disampaikan, dengan demikian santri akan dapat memahami dengan cepat terhadap suatu topik yang telah ada pada kitab yang dipegangnya.

(3). Metode Mushawarah Mushawarah adalah suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap (conversation) dengan Bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada santri selama mereka tinggal di pondok. Di beberapa pesan-tren, latihan muhawarah ini tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu.Sehingga dengan metode ini, santri akan dapat menguasai bahasa ibu (bahasa Arab) dengan sendirinya, karena alam tersebut dilakukan secara terus menerus oleh santri.

(4). Metode MudzakarahMudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan akidah serta masalah agama pada umumnya. Metode ini biasanya digunakan santri untuk menguji ketrampilannya baik dalam Bahasa Arab maupun dalam mengutip sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. Dalam metode ini, secara tidak langsung santri diuji kemampuan argumentasinya sekaligus sampai sejauh mana materi maupun referensi yang dimilikinya dengan keluasan wawasan yang ada.

(5) Metode Majelis Ta'lim Majelis ta'lim adalah media penyampaian ajaran Islam yang bersifat umum dan terbuka. Para jamaah terdiri dari berbagai lapisan yang memeiliki latar belakang pengetahuan bermacam-macam dan tidak dibatasi oleh tingkatan usia maupun perbedaan kelamin. Pengajian semacam ini hanya diadakan pada waktu-waktu tertentu saja.

Kelima metode tersebut di atas dikatagorikan kedalam sistem pendidikan non klasikal. Selain sistem pendidikan non klasikal ini, pondok pesantren juga mengetrapkan sistem pendidikan klasikal. Untuk sistem pendidikan yang kedua ini hanya dipakai oleh pesantren modern.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

331

Page 33: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

www.bamuisbni.com/news.php?eid=7BAMUIS BNI SALURKAN BANTUAN UNTUK PENGADAAN

SARANA PELATIHAN JAHIT MENJAHIT  DI PONDOK PESANTRN PROF.DR.HAMKA  di MANINJAU BUKITTINGGI SUMATERA

BARAT

Pada pertengahan tahun 2006 yang lalu BAMUIS BNI menyalurkan bantuan untuk pengadaan sarana pelatihan  jahit menjahit bagi para santri Pondok Pesantren  Prof.Dr. Hamka  yang terletak di  Desa Batunanggai  NManinjau  Kecamatan Tanjung Raya  Kabupaten Agam Sumatera Barat.Pelatihan ini dimaksudkan untuk dapat membekali para santri dengan keterampilan siap mandiri, sehingga jika para santri ini nanti kembali kedaerahnya masing-masing guna penyebaran agama Islam sebagai Ustadzah ataupun Guru mengaji  masih memiliki bekal untuk dapat membuka usaha menjahit,  ataupun jika Madrasah atau lingkungannya memungkinkan untuk diadakan sarana Pelatihan  para santri ini diharapkan mampu pula memberikan pelatihan dasar  bagi masyarakat sekitarnya.Bantuan BAMUIS BNI sebesar Rp. 31.183.250,-   diperguankan  untuk perbaikan bangunan/kelas pelatihan, pengadaan 6 Mesin jahit,  pengadaan bahan-bahan selama praktek pelatihan dan untuk Honor 4 orang Instruktur selama 3 bulan. Sarana pelatihan ini diharapkan pula dapat dipergunakan sebagai sarana usaha Pondok Pesantren  untuk memproduksi pakaian atau produk jahitan lainnya yang hasilnya akan dipergunakan untuk op[erasional Pondok sepetti biaya hidup santri  dan kebutuhan operasional lainnya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

332

Page 34: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

4. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DAN PONDOK PESANTREN

Pengertian sumber daya manusia menurut Harbison (dalam Henry,

1990) adalah "...mencakup semua energi, ketrampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial, sangat dan harus dipergunakan untuk tujuan produsi dan jasa-jasa yang bermanfaat". Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia adalah usaha peningkatan sumberdaya manusia yang bertujuan untuk mengubah potensi sumber daya manusia dari inqualified (tidak berkualitas menjadi qualified (berkualitas) baik dari segi kognitif, afektif maupun aspek psikomotoriknya, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan bangsa . Potensi setiap orang menyangkut berbagai jenis atau ragam kualitas. Berbagai ciri kualitas terdapat pada setiap orang. Di antaranya terdapat perangkat kualitas yang umum pada diri semua manusia, misalnya kecerdasan. Disamping itu mungkin terdapat pula ciri kualitas yang lebih khas, yang ada pada orang-orang tertentu dan terkait dengan bidang profesi, kemampuan, serta bakat. Berbagai ciri kualitas ini perlu dipilih dengan cermat untuk menentukan prioritas pengembangannya.

www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view...Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) atau asosiasi pondok pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama mengumpulkan para kiai pesantren se-Indonesia dalam acara ”Silaturrahmi pengasuh Pondok Pesantren Se-Indonesia dan Rapat Kerja Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)”.Rapat kerja RMI mengambil tiga pembahasan pokok yakni peningkatan kualitas keilmuan santri, pengembangan potensi ekonomi pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesantren. Sekarang ini kontribusi pesantren terhadap pembangunan nasional tetap menempati posisi yang sangat penting. Pesantren harus menjadi tempat simulasi terjadinya

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

333

Page 35: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

pembaharuan pemikiran islam yang dapat memberikan sumbangannya dalam peningkatan sumber daya manusia.Pesantren sebagai basis dari akar budaya bangsa ini, harus terus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan sarananya agar mampu menjadi agen perubahan dan pembangunan di masyarakat.

Pengembangan sumberdaya manusia merupakan salah satu masalah yang sangat mendasar bagi sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga pengelolaan sumber daya manusia di Indonesia pada PJP II ini mendapatkan porsi yang strategis dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan perkembangan makna, orientasi dan strategi pembangunan di dunia akhir-akhir ini. Pembangunan yang dahulu diartikan secara sempit dan mencakup tidak lebih dari satu bidang ilmu ekonomi telah berkembang menjadi obyek studi yang bersifat multidimensional, mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan pandangan tentang peran dari sumber daya manusia tersebut. Pandangan yang dahulu menganggap sumber daya manusia hanya sebagai obyek pembangunan, kini telah berubah menjadi pandangan yang memuliakan/memartabatkan manusia sebagai subyek pembangunan itu sendiri. Perkembangan seperti ini searah dengan keberhasilan dan sekaligus dengan kelemahan strategi-strategi pembangunan di dunia pada masa lampau (Abidin, 1994).

Pada periode tahun 1960-an sampai akhir 1970- an, orientasi pembangunan tidak semata-mata pada peningkatan produksi, tetapi juga yang amat penting adalah pemerataan. Pembangunan tidak dianggap berhasil kalau tidak bermanfaat untuk rakyat banyak. Sejak periode 1980-an, orientasi pemerataan diperluas dengan pemerataan kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya. Artinya, dilihat secara golongan dalam masyarakat, proses produksi tidak boleh terpusat di tangan satu atau dua orang saja, tetapi harus terjadi dengan partisipasi dari banyak orang dalam masyarakat secara aktif, dan hasil dari peningkatan produksi tersebut dapat dinikmati secara adil oleh mereka yang ikut dalam proses pembangunan . Dalam pelaksanaan pembangunan yang dapat menjamin kepentingan masyarakat lemah dan menjamin bahwa kegiatan pembangunan akan menghasilkan pemberdayaan, maka aspirasi masyarakat harus tercermin dalam perencanaan. Intinya adalah partisipasi masyarakat dalam perencanaan (participatory planning). Oleh karena itu perencanaan harus meliputi dua proses timbal balik, yaitu dari bawah, yang mencerminkan apa yang dikehendaki oleh masyarakat dan keadaan yang nyata di lapangan. Selanjutnya dari atas, yang memperhitungkan kepentingan-kepentingan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

334

Page 36: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

nasional, kebijakan makro sumberdaya pembangunan yang tersedia serta potensi yang dapat dikembangkan secara nasional. Dengan demikian, proses pembangunan dapat terjadi dengan selaras sesuai dengan yang diharapkan.

Kebijakan seperti di atas membawa konsekuensi pada strategi yang perlu dipilih dalam pembangunan, yakni strategi pengembangan sumberdaya manusia. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan pertama-tama perlu diukur pada keberhasilan meningkatkan kemampuan manusia. Utamanya bagi pemberdayaan manusia dalam turut berpartisipasi untuk mengisi setiap proses pembangunan yang produktif secara individual dalam memberikan sumbangan bagi masyarakat sekitanya. Di Indonesia, nuansa perkembangan perhatian terhadap pembangunan sumber daya manusia yang demikian dapat diikuti pada berbagai dokumen kebijaksanaan seperti GBHN, REPELITA dan Anggaran Belanja Negara. Sekalipun keadaan yang demikian sesungguhnya sudah ada sejak awal PJP II, akan tetapi bobot perhatian yang diberikan dewasa ini terasa lebih besar. Sehingga pengembangan sumber daya manusia mutlak dilakukan guna menumbuhkan sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia serta untuk mendukung tujuan dan sasaran pembangunan lainnya yang telah disepakati bersama, terutama untuk mendukung keberhasilan dalam mencapai sasaran dan arah pembangunan sektoral.

Pengembangan sumberdaya manusia mengandung makna menciptakan manusia Indonesia sebagai subyek yang mandiri dalam pembangunan. Dalam konteks ini melibatkan upaya pemberdayaan setiap potensi yang ada dalam diri masyarakat Indonesia dan memberikan pemaknaan tersendiri dalam pembangunan tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Ginandjar (1995) menyatakan, bahwa upaya memberdayakan sumberdaya manusia Indonesia dapat dilakukan melalui tiga proses. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Dalam hal ini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa upaya membangun daya itu, dengan mendorong (encourage), motivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya.

Ke dua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah- langkah yang lebih positif, selain dari hanya iklim dan suasana. Fungsi penguatan di sini, meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

Ke tiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

335

Page 37: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

lemah, oleh karena kekurang-berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka ini, adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi golongan yang lemah sangat diperlukan.

kbaa.blogspot.com/2009/01/wapres-minta-kopont...Wakil Presiden (M Jusuf Kalla) meminta Koperasi Pondok Pesantren bisa menjadi lembaga pendidikan kewirausahaan bagi para santrinya."Yang lebih penting koperasi Pondok Pesantren bisa menjadi lembaga pendidikan kewirausahaan bagi santri-santri," kata Wapres M Jusuf Kalla saat membuka Rakernas Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) di Jakarta. Dengan demikian, menurut Wapres, koperasi pondok pesantren bisa menjadi tempat menggembleng dan menumbuhkan para pengusaha muda yang makin handal ketika kembali ke masyarakat.

a. Tantangan kependudukanSalah satu hal yang bisa dipastikan akan berlangsung di Indonesia

dari sekarang hingga pertengahan abad XXI adalah proses pertambahan jumlah penduduk. Maka sangatlah penting bahwa pertambahan penduduk diperhitungkan dalam merencanakan pembangunan di Indonesia. Dengan demikian setidak-tidaknya diusahakan agar laju pembangunan Indonesia melebihi tingkat pertambahan penduduk, supaya sisa pertambahan pendapatan dapat digunakan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Apabila secara kuantitatif jumlah penduduk terus bertambah, maka semakin mendesak keperluan untuk mengem

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

336

Page 38: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

bangkan segi kualitatifnya. Ini memerlukan ikhtiar pendidikan, latihan dan pengembangan kemasyarakatan yang pada umumnya tertuju pada ikhtiar agar satuan barang dan jasa per orang kian meningkat. Oleh karenanya usaha pembangunan ditujukan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu menempuh hidup yang berkualitas pula.

b. Tantangan Lingkungan HidupApabila masalah lingkungan lebih ditanggapi sebagai masalah

yang diakibatkan oleh pembangunan, maka lambat laun semakin disadari bahwa masalah lingkungan dapat menjadi terganggunya pembangunan. Dampak negatif yang paling dirasakan biasanya mengenai masyarakat miskin, kelompok penduduk usia muda dan bahkan generasi yang belum lahir. Karena itu perlu dikembangkan pola kebijakan pembangunan yang secara sadar mengindahkan dampak pembangunan kepada generasi masa depan. Ini berarti memiliki wawasan mengembangkan pola pembangunan secara berkelanjutan fungsi sumber daya alam menopang lingkungan demi kesejahteraan generasi mendatang. Dan yang paling ditekankan adalah mengembangkan wawasan lingkungan hidup dalam pandangan hidup manusia. Ini memerlukan proses pendidikan sehingga kentaralah betapa tantangan lingkungan mendorong keperluan untuk menumbuhkan visi lingkungan dalam pandangan hidup manusia, yang perlu dan dapat ditempuh melalui proses pendidikan.

c. Tantangan PembangunanPembangunan merupakan hasil dari proses pengelolaan dan

pengolahan sumberdaya alam oleh sumberdaya manusia. Pola pembangunan tidak bergantung pada pengelolaan sumber daya alam saja, tetapi juga bagaimana sumber daya manusia dikelola. Karenanya sangatlah penting pengembangan dan diversivikasi penggunaan sumber daya manusia agar pendapatan per kapita penduduk dapat dioptimalkan. Dengan demikian jelaslah bahwa upaya-upaya yang mengarah dan mengacu kepada pendayagunaan potensi manusia atau pengembangan sumber daya manusia itu merupakan alternatif jawaban yang tepat bagi kondisi negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam mengatasi dan memecahkan masalah jumlah pertambahan penduduk dan masalah ketenagakerjaan. Pentingnya sumber daya manusia ini ditegaskan oleh Ratih Nur Pratiwi (1987) sebagai berikut:

"Mitos yang menganggap modal dan tekhnologi sebagai satu- satunya mesin penggerak pembangunan kini mulai berkurang pamornya. Sebagai penggantinya kini muncul pandangan bahwa keberhasilan pembangunan terutama di negara-negara yang mempunyai ciri surplus labour, terletak pada variabel sumber daya manusia dan variabel kelembagaan, mengingat potensi sumber daya manusia yang besar maka paling sesuai bagi Indonesia pada masa mendatang ialah strategi yang berlandaskan pendekatan sumber daya manusia dan kelembagaan".

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

337

Page 39: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

alhidayahpulomurub.wordpress.com/.../Pondok Pesantren

Pada prinsipnya, yayasan Alhidayah yang sekarang merupakan hasil dari proses tumbuh kembang Pondok Pesantren tradisional yang sudah dirintis sejak tahun 1942. Sampai dengan saat ini lembaga pondok pesantren ini tetap dipertahankan oleh putra dari pendiri yang saat ini menjadi pengasuh pondok pesntren yaitu KH. ROCHIMUDDIN NAWAWI. Pola pembelajaran dan pendidikan yang di terapkan sampai saat ini tetap dipertahankan seperti dahulu yaitu dengan memakai metode Bandongan dan Sorogan. Meski demikian bukan berarti bentuk tradisional ini menafikan kemajuan dan metode lain yang dikenal di kalangan pondok moderen, tetapi juga beberapa hal yang identik dengan pesantren moderen seperti Penggunaan bahsa arab, pemberian mufrodat (Vocab dalam bahasa arab dan inggris) dan juga muhadloroh juga digunakan di pesantren Alhidayah. Saat ini animo masyarakat yang cukup tinggi terhadap pendidikan dan pengajaran pesantren yang di nilai mampu memberikan pengawasan kepada para santri 24 jam dianggap sebagai sebuah solusi terhadap degradasi dan dekadensi generasi yang di gulung arus negatif globalisasi.Kegiatan di pondok sendiri dimulai dari jam 04:30 menjelang subuh kemudian dilanjutkan dengan jamaah subuh, dilanjutkan dengan Tahfiz secara bersama-sama. Saat ini pondok pesantren terus melakukan pembenahan baik segi fasilitas Infrastrukur  dan struktural pengajar dengan membuka tangan lebar untuk menerima masukan baik berupa saran ataupun hal-hal konstruktif lainnya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

338

Page 40: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Berangkat dengan dasar esensi yang seperti inilah sebenarnya tujuan pondok pesantren didirikan, dimana pondok pesantren berupaya mencapai terbentuknya individu yang memiliki nilai-nilai keimanan, kepribadian yang luhur dan cerdas serta berketrampilan (Natsir, 1987). Tujuan pokok lembaga pondok pesantren sangat erat terkaitan dengan tujuan utama dari usaha pengembangan sumber daya manusia itu sendiri, sebagaimana telah digariskan dalam GBHN yang berdasarkan Tap. MPR No. II/ MPR/1993 point F tentang Arah dan Kebijakan Pembangunan Lima Tahun ke Enam Umum No.1 yang berbunyi:

"Pengembangan sumberdaya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas, terampil, mandiri dan memiliki rasa dan inovatif, berdisiplin serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik" (GBHN dan penjelasannya).

pesantren-tedjolaksana.blogspot.com/2008/03/p...SOBAT SANTRI/PONDOK PESANTREN DARUL ULUM MERUPAKAN PROJEK PERCONTOHAN SISTEM PENDIDIKAN SATU ATAP. APAKAH INI MERUPAKAN JAWABAN MODEL PEMBELAJARAN MASA DEPAN.BERBAGAI FASILITAS YANG ADA MEMBUAT SANTRI MENJADI BETAH TINGGAL DI KAWASAN PESANTREN DARUL ULUM INI. FASILITAS TERSEBUT MAMPU MEMBERIKAN KONTRIBUSI PENGEMBANGAN BAKAT SANTRI DALAM PROSES BELAJAR// HINGGA MAMPU MEMBENTUK MEREKA DALAM SEGI IMTAQ DAN IMTEK. KARENA SEMUA TERCAKUP SUDAH MENJADI SATU KESATUAN SISTEM PENDIDIKAN, BAIK ILMU UMUM MAUPUN ILMU AGAMA,

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

339

Page 41: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

DIMANA YANG SEBELUMNYA TIDAK TAHU SAMA SEKALI TENTANG KEHIDUPAN PESANTREN AKHIRNYA MENJADI TAHU; SEHINGGA BEKAL KECERDASAN ITU MAMPU MEMBERIKAN KONTRIBUSI DIRI SENDIRI MAUPUN ORANG LAIN.

MENGEMBAN AMANAT UMAT DAN MENGANTIPASI TANTANGAN ERA GLOBALISASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN; PONDOK PESANTREN DARUL ULUM KABUPATEN JOMBANG MENGEMBANGKAN SISTEM ITU DENGAN CEPAT MENJAWABNYA. INI SEMUA MERUPAKAN ILUSTRASI/BAHWA PONDOK PESANTREN DARUL ULUM SUDAH MODERN.MESKIPUN MENGGUNAKAN METODE BARU DALAM MENUNJANG PROSES BELAJAR-MENGAJAR, NAMUN METODE LAMA MASIH DIJAMIN VALIDITASNYA; DAN HAL ITU MERASA PERLU UNTUK DIJAGA SAMPAI KAPANPUN DAN TIADA AKHIR MASA BATASNYA. DENGAN DITUNJANG BERBAGAI SARANA-PRASARANA YANG DIBUTUHKAN DI SESUAIKAN DENGAN KEMAJUAN SEKARANG. MULAI DARI FASILITAS GEDUNG YANG LUAS, ASRAMA PARA SANTRI YANG NYAMAN DAN RUMAH SAKIT TERSEDIA DISANA, SEHINGGA KENYAMANAN DALAM PROSES BELAJAR BAGI SANTRI SANGAT TERJAMIN.

5. PERUBAHAN SOSIAL DAN PONDOK PESANTREN

Perubahan pada dasarnya merupakan suatu hal yang melekat pada setiap masyarakat, tidak terkecuali dengan masyarakat muslim pedesaan di daerah pesantren. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berasal dari dalam masyarakat yang bersangkutan, dapat pula dari luar. Salah satu faktor yang penting sebagai sumber perubahan adalah diperkenalkannya ide-ide baru, hal-hal ataupun barang-barang baru

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

340

Page 42: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

sebagai suatu proses difusi inovasi, yaitu proses menyebarnya suatu inovasi ke dalam suatu sistem sosial. Masuknya ide-ide dan gagasan-gagasan baru itu adalah akibat terjadinya komunikasi antara seeorang dengan orang lain, anggota masyarakat, satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya, ataupun antara pemimpin dan pengikutnya. Dengan melalui komunikasi terjadilah proses pengenalan dan pemahaman yang pada akhirnya menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap inovasi yang ditawarkan.

Pada setiap masyarakat akan selalu ditemui adanya seseorang atau sekelompok orang yang dijadikan oleh anggota masyarakat lainnya sebagai tempat untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan ataupun nasehat-nasehat mengenai masalah-masalah tertentu. Mereka pada umumnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain secara informal agar orang lain tersebut bertingkah laku sesuai dengan kehendaknya, orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain seperti itu, dalam kajian difusi inovasi disebut sebagai pemuka pendapat (opinion leader). Pada masyarakat muslim, terutama muslim pedesaan di daerah pesantren, kyai merupakan pemuka pendapat yang pengaruhnya sangat kuat. Pengaruh kyai tersebut tidak hanya terbatas pada masalah- masalah agama semata, tetapi meluas pada berbagai aspek kehidupan. (Horikoshi, 1987; Kuntowidjojo, 1987).

Menurut Geertz (dalam Horikoshi, 1987) kyai berperan sebagai alat penyaring arus informasi yang masuk ke lingkungan masyarakat, menularkan apa yang dianggap berguna dan membuang apa yang dianggap merusak bagi mereka. Peranan tersebut di atas oleh Geertz disebut dengan "Culture Broker". Sedangkan menurut Horikoshi (1987), kyai berperan kreatif dalam perubahan sosial. Ia bukan hanya melakukan penyaringan informasi, melainkan menawarkan agenda perubahan yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan demikian seorang kyai merupakan kunci bagi perubahan- perubahan yang ada dalam masyarakatnya, meskipun hal ini tidak berarti bagi seorang kyai itu mengambil keputusan dengan sesuka hati, sebab dengan kekuasaan dan pengaruhnya itu sebenarnya mereka sendiri terikat untuk menganut dan mentaati norma-norma sosial yang berlaku bersama-sama masyarakat pendukungnya. Begitu seorang kyai dianggap meninggalkan dasar pijakan bersama, begitu dia akan kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya. Oleh karena itu, seorang kyai dalam mengambil keputusan akan selalu memperhatikan norma-norma sosial yang ada.

Bagi masyarakat pedesaan, jaringan komunikasi interpersonal menaikkan peranan penting dalam penyebaran arus informasi yang masuk. Hubungan antar anggota masyarakat sngat erat sehingga kohesi mereka sangat tinggi, disamping itu norma-norma dalam sistem sosial mereka juga cenderung mapan. Dalam masyarakat yang demikian, pemuka pendapat menduduki posisi paling strategis dan menentukan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

341

Page 43: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

perubahan- perubahan lingkungannya. Kepemimpinannya bersifat polimorfis meliputi berbagai bidang kehidupan, sehingga menempatkan dirinya pada pusat jaringan komunikasi interpersonal, yang konsekuensinya setiap usaha memasukan ide-ide baru akan selalu melalui dirinya. Dengan demikian, kunci keberhasilan usaha menyebarluaskan inovasi di pedesaan, banyak ditentukan oleh adanya atau derajat keterlibatan pemuka pendapat, dan kunci kegagalan juga banyak ditentukan oleh mereka apalagi manakala agen pembaharu gagal mengajak kerjasama mereka untuk mendukung inovasi yang disodorkan.

Keterlibatan pemuka masyarakat dalam mendukung penyebarluasan suatu inovasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak lang sung. Bentuk keterlibatan tersebut dapat berupa dukungan pendapat dengan memberi persetujuan atau legitimasi terhadap inovasi yang ditawarkan maupun dalam bentuk ikut mengadopsi inovasi tersebut. Dapat pula berupa keterlibatan dalam turut langsung menyampaikan anjuran atau ajakan pada masyarakat mengadopsi inovasi. Berkaitan dengan pemuka masyarakat sebagai figur model, teori belajar sosial yang diturunkan oleh Bandura dari teori psikologi aliran perilaku menyatakan bahwa individu-individu belajar dari orang-orang lain yang mereka amati dan kemudian mereka contoh dengan melakukan perilaku yang sama.

www.pks-kabtangerang.or.id/.../view/192/27/

Berdasarkan teori belajar sosial dan difusi inovasi, pengaruh pemuka pendapat dapat dijelaskan sebagai berikut : Masyarakat

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

342

Page 44: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

merupakan ruang lingkup sosial individu tempat ia berinteraksi dengan individu-individu yang lain. dalam interaksi ini terjadi saling tukar-menukar informasi, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal sebagai proses komunikasi yang selanjutnya membentuk jaringan-jaringan interpersonal diantara mereka. Melalui jaringan-jaringan interpersonal, individu membentuk dan merubah perilaku mereka dengan mencontoh atau meneladani perilaku orang atau individu yang lain.

PP DARUL FALLAH

Sekilas Pesantren Darul Fallah: Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang memadukan

antara pendidikan Islam dengan ilmu pertanian sebagai kompetensi utamanya, didirikan di atas tanah wakaf seluas 26,5 hektar pada tahun 1960. Selain sebagai lembaga pendidikan formal, Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan lembaga dakwah, lembaga pengembangan dan penerapan teknologi pertanian, serta lembaga pembinaan masyarakat

dalam bidang pertanian, dengan memiliki keunggulan yang khas sehingga mampu menghasilkan SDM yang memiliki ketaqwaan, keahlian

dan kemandirian.

Pesantren Pertanian Darul FallahSumber: agusramadas.multiply.com/journal...art%3D20

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

343

Page 45: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

MODEL PENGUATAN EKONOMI RAKYATMELALUI PEMBERDAYAAN KOPONTREN

SEBAGAI PENGELOLA AGROFORESTRY LEBAH MADU

I. PENDAHULUAN Wilayah LESMAS, Lesti dan Malang Selatan, Jawa Timur memiliki

lahan sekitar kawasan hutan yang luas dan potensial kritis dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman pertanian (pangan), perkebunan dan kehutanan yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagian dari potensi sumberdaya lahan ini sekarang merupakan “lahan tidur” dan/atau lahan kritis yang belum dapat dikembangkan dan diolah secara lebih intensif untuk menghasilkan komoditas yang ekonomis. Salah satu kendala serius yang saat ini dihadapi oleh pemilik lahan adalah keterbatasan modal usaha dan tingginya harga harga sarana produksi pertanian.

Wilayah pedesaan LESMAS, Jawa Timur memiliki tenaga kerja yang sangat banyak dengan kualifikasi agraris yang cukup baik. Sebagian besar dari mereka ini sekarang sedang mengalami dampak krisis ekonomi, yaitu kesulitan mendapatkan pekerjaan di luar sektor agrokompleks dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor pertanian tradisional. Di sekitar wilayah LESMAS, Jawa Timur terdapat potensi Perguruan Tinggi bidang agrokompleks sangat besar, terutama sebagai sumber informasi agro teknologi dan sumberdaya keahlian. Salah satu perguruan tinggi yang mengembangkan bidang-bidang yang ada kaitannya dengan pembangunan masyarakat desa adalah UNIBRAW. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unibraw (LPM) ini didukung oleh pusat-pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti masalah agrokompleks dan Lingkungan Hidup, masalah Ilmu-ilmu Sosial, masalah Kependudukan, dan Peran Wanita, serta masalah-masalah Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Dalam rangka program Tri Darma Perguruan Tinggi, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan seperti penelitian-penelitian, KKN (Kuliah Kerja Nyata), Praktek Kerja Lapangan (PKL), Penelitian Skripsi Mahasiswa, Program Kaji Tindak Penerapan Teknologi Tepat Guna, Kegiatan Penyuluhan Lapangan, Praktek Lapan-gan Mahasiswa, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan ini merupakan peluang untuk dimanfaatkan dalam program kemitraan yang melibatkan petani, buruh tani serta kelembagaan sosial tradisional yang ada di wilayah pedesaan.

Potensi KOPONTREN dan koperasi pedesaan di wilayah LESMAS, Jawa Timur sangat besar, tidak kurang dari 250 buah Koperasi besar dan kecil tersebar di hampir seluruh wilayah pedesaan LESMAS, Jawa Timur. Koperasi ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

344

Page 46: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

masyarakat pedesaan di sekitarnya. Melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para aktivis/anggotanya , koperasi mempunyai peran yang sangat besar sebagai agent pembaharu dalam lingkungan masyarakat pedesaan.

II. TUJUAN Tujuan utama dari kegiatan ini ialah mengembangkan Sistem

Agribisnis Agroforestry Lebah-Madu yang dikelola oleh KOPONTREN sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat. Secara lebih spesifik tujuan ini dapat dirinci sbb:1. Meningkatkan produksi komoditas perhutanan sosial (hutan

kemasyarakatan) , yang meliputi pangan (jagung, kedelai dan ubi-ubian-garut), komoditas ternak (lebah madu), komoditas hutan rakyat (sengon, mahoni, akasia, kaliandra, randu, gleriside), dan komoditas perkebunan (bunga matahari, kopi, jarak, coklat, melinjo, mangga, dan buah-buahan lainnya), melalui penggarapan lahan lahan pertanian yang belum digarap secara intensif (termasuk lahan kering kritis) yang dikoordinasi oleh KOPONTREN. Target areal agroforestry lebah madu seluas 500 ha dengan jumlah stup lebah madu sekitar 4000 - 5000 stup.

2. Meningkatkan pendapatan petani kecil/buruh tani dan masyarakat pedesaan melalui program padat karya agribisnis komoditas agroforestry-lebah madu.

3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi. Penyerapan tenagakerja pedesaan dalam kurun waktu setahun sekitar 100.000 HOK.

4. Meningkatkan peran serta KOPONTREN / KOPERASI PEDESAAN dan Perguruan Tinggi dalam ikut serta memberdayakan ekonomi rakyat, khususnya di wilayah pedesaan LESMAS.

5. Meningkatkan kualifikasi KOPERASI (KONSEP TIGA RODA) yang ada untuk mampu mengelola unit-unit usaha: Simpan pinjam, Warung pengecer (waserda), dan unit usaha agribisnis/agroindustri komoditas agroforestry-lebah madu.

III. RUANG LINGKUP

3.1. Konsep AgribisnisSistem agribisnis melingkupi kegiatan kompleks yang dimulai dari

pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk usahatani dan/atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam agribisnis terdapat beberapa subsistem: (a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

345

Page 47: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

sumberdaya pertanian, (b) subsistem produksi pertanian atau usahatani, (c) subsistem pengolahan hasil hasil pertanian atau agroindustri dan (d) subsistem pemasaran hasil pertanian.

Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian, diperlukan jasa dari pemerintah seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghubungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.

Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang terdiri dari perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani beserta skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Dalam pada itu tingkat pengolahan hasil, harus diperluas dan diperbaiki mulai dari pengolahan sederhana hingga menjadi pengolahan lanjut yang mampu menembus segmen pasar lebih luas. Dalam subsistem pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai ke regional dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen pemasaran, informasi pasar dan promosi.

Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak banyak menerima informasi pasar untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan meningkatkan usahatani yang bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa pendidikan dan pelatihan serta kemitraan usaha.

Pembangunan bidang agro-kompleks yang berwawasan agribisnis bertujuan : (1) menarik dan mendorong sektor-sektor agrokompleks, (2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; (3) menciptakan nilai tambah; (4) meningkatkan penerimaan devisa; (5) menciptakan lapangan kerja dan (6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan agribisnis itu sendiri memperhatikan : (a) aspek lingkungan; (b) permintaan; (c) sumberdaya dan (d) teknologi.

Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan mengembangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan kebutuhan yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponen-komponen yang ada didalamnya dapat aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

346

Page 48: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas produksi maupun pemasaran.

Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis. Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan mempengaruhi volume kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya kegiatan agribisnis dengan luasnya dan mekanisme permintaan.

Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumber-daya buatan manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis. Kecukupan akan sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya. Kemampuan itu diwujudkan dalam bentuk teknologi yang diciptakannya.

3.2. Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)

Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1). Tujuan intern KUBA dan (2). Tujuan ekstern KUBA.

Tujuan intern KUBA yaitu : (a) memenuhi kebutuhan para anggotanya; (b) menyediakan kesempatan kerja; (c) meningkatkan pendapatan para anggotanya ; (d) menghemat biaya pemasaran; (e) media pendidikan untuk para anggotanya; (f) mengurangi kerugian para anggota (efisien); (g) mengembangkan cita cita para anggotanya; (h) sebagai media pendidikan bagi para anggotanya dibidang usaha; (i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil hasil pembangunan dan dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Tujuan ekstern yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat perekonomian lebih atas. Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola pembangunan bidang agro-kompleks pada umumnya, yang mengandung 3 aspek pokok, yaitu : (1) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan antar sektoral, subsektoral pusat

dan daerah; dan antar badan usaha, petani KUBA dengan Badan Usaha Swasta, petani KUBA dengan Badan Usaha Negara;

(2) Komoditas terpadu, yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di suatu wilayah dengan mempertimbangkan keterpaduan dengan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

347

Page 49: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

penyediaan sarana produksi proses produksi, penanganan pasca panen, pengolahan agroindustri pemasaran;

(3) Usaha terpadu, yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok, petani, kesatuan hamparan wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang menguntungkan, keterpaduan komoditas dalam rangka mencapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha yang layak.

PETANI

plasma plasma

(KOPONTREN )

PETANI (INTI) PETANI

plasma plasma

PETANI (MASYARAKAT) SEKITAR HUTAN

PENGUSAHA ASOSIASI

SARJANA PERG.TINGGI BARU LULUS LPPM

BURUHTANI PEMKAB MALANG (DINAS PKT, DISBUN

KANDEP KOPERASI &PKM KANDEP DEPAG KANDEP PERINDAG DIPERTA)

(KOPONTREN)

KUBA KUBA KUBA KELOMPOK USAHA

PENDAMPING

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

348

Page 50: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PETANI/KELOMPOK MASYARAKAT PEDESAAN LESMAS

Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini para pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing masing. Petani maju/kontak tani sebagai kader pembangunan (pertanian) berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan masyarakat sekitarnya.

Petani anggkota KUBA sebagai plasma yang menerima teknologi dari KUBA. Perguruan Tinggi juga dapat mengadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan Program dengan menggunakan ukuran ukuran tertentu.

3.3. Faktor yang mempengaruhi pembinaan KUBA

Membina KUBA berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus KUBA . Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses penerimaan innovasi adalah : 1) sifat innovasi, 2) saluran komunikasi yang digunakan, 3) keadaan masyarakat (KUBA) yang akan menerima innovasi, 4) peran penyuluh, 5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di innovasikan kepada KUBA hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.

Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di lingkungan KUBA mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu peranan penyuluh mutlak. Dengan penyuluh yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.

Penyuluh lapangan sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : (1) Menguasai ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) Pandai bergaul dengan menghormati norma-norma yang ada, (3) Mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk mensukseskan

programnya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

349

Page 51: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

(3). Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkah langkah untuk mengatasinya.

Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien (petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

3.4. Strategi Mengatasi Masalah

Pengembangan program Agroforestry Lebah Madu diarahkan untuk tujuan ganda, yaitu (1) meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung, (2) meningkatkan produksi tanaman penunjang, dan (3) diharapkan mampu ikut menjaga kelestarian sumberdaya hutan dan merehabilitasi lahan kritis. Salah satu langkah strategis adalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan beternak lebah madu. Untuk itu diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:1. Aspek kognitif, yaitu mengupayakan tambahan pengetahuan,

khususnya mengenai Sistem Agroforestry lebah madu: tanaman pakan lebah, budidaya lebah madu, dan penanganan pasca-panen.

2. Aspek psikomotorik, yaitu mengupayakan masyarakat agar berminat dan mampu melahirkan inovasi baru dengan cara beternak lebah madu; Penyuluhan, percontohan/demonstrasi dan peninjauan komparasi.

3. Mencari pangsa pasar baru yang mampu menampung hasil usaha agroforestry lebah madu melalui berbagai terobosan dalam pemasaran.

3.5. Kelompok /Khalayak Sasaran

Sasaran petani agroforestry lebah madu yang dikehendaki adalah:1. Petani yang bertempat tinggal di daerah lahan kritis atau di sekitar

kawasan penyangga di semua kawasan hutan di Jawa Timur.2. Aparat instansi yang terkait di dalam pembangunan hutan.3. Swasta nasional/lokal yang terkait di dalam memberikan atau

mempermudah dalam penyediaan input produksi dan output fisik untuk meningkatkan pembangunan perlebahan.

4. Konsumen pengguna produk peternakan lebah yang telah diusahakan.

3.6. Koefisien Teknis Budidaya Lebah Madu

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

350

Page 52: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

1. Syarat bibitUmur ratu komersial 1 tahun dan memiliki brood yang baik

2. Kandang/stup berbentuk kotak; dapat berisi frame hingga sebanyak 12 buah. Setiap koloni membutuhkan dua stup pada saat musim bunga

3. MakananMakanan lebah bertumpu pada pakan alami yang dihasilkan oleh

aneka jenis tanaman yang menghasilkan pakan lebah. Makanan buatan atau tepung sari dapat diberikan pada saat musim paceklik. Setiap stup memerlukan pakan buatan 100 gram per dua hari

4. Tenaga kerja bertugas untuk memeriksa predator lebah; mengambil calon ratu yang tidak dikehendaki; dan memanen produk lebah. Setiap orang yang sudah trampil mampu memelihara sebanyak 50 stup

5. Obat-obatanSetiap stup membutuhkan satu unit per tahun

6. BreedingPengadaan ratu baru dilakukan dengan jalan membeli dari breeder

atau dapat juga membuat sendiri

3.7. Instansi Terkait

1. Pemda Dati I Propinsi Jawa Timura. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah.b. Pengadaan lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani gurem calon

anggota KUBA, atau lahan milik ponpes)c. Pengadaan sarana dan prasarana antara lain : Jalan menuju lokasi,

Transportasi, Saluran air, Dan lain lain

2. Kantor Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Kanwil Jawa Timur )Pengadaan informasi mengenai Agroforestry-lebah maduPengadaan tenaga fasilitator/petugas lapangan keperkebunananMembantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman Budidaya /pengelolaan agroforestry lebah maduPembinaan teknis

3. Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil & MenengahMengkoordinasikan perijinan pembentukan KOPONTRENMembina Manajerial Koperasi AgribisnisPembinaan Manajerial perkreditan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

351

Page 53: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

4. Perguruan Tinggi (IPM Malang)a. Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBAb. Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usahac. Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi

Agribisnis) dalam pelaksanaan programd. Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

5. Pengusaha Suasta /Asosiasia. Menampung hasil produksi petani/pengusaha kecil/menengahb. Pengolahan hasil panenc. Membantu alih teknologi/manajemend. Membina para petani/pengusahae. Bantuan pengadaan bibitf. Melakukan ekspor atau pemasaran dalam negeri.

PASAR PASAR LOKAL EKSPOR LEMBAGA FORKA PEMERINTAH DEPKOP DAN PPK (SUMBER INVESTASI) DEPHUTBUN

DEPT. LAIN Modal kerja

Bantuan teknis Bantuan bibit Alih teknologi/ manajemen Pemasaran

Pembentukan KUBA Modal KOPERASI Pembinaan Saprodi/Alsin Modal Pengemas Rekruitmen petani

PETANI PETANI SAPRODI/ BIBIT PRODUKSI ALSINTAN

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

352

Page 54: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

353

Page 55: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

PEMKAB KOPONTREN / DEPKOP &PKM MALANG KOPERASI DEPTAN DEPHUTBUN LEMBAGA KUBA LAIN SUASTA PASAR LOKAL EKSPOR PETANI PETANI BIBIT PRODUKSI

3.8. Strategi Pelaksanaan Kegiatan

Pokok-pokok kegiatan meliputi :1. Tahap persiapan.a. Inventarisasi, identifikasi dan registrasi sumberdaya di lokasi terpilihb. Pembentukan forum komunikasic. Persiapan administrasi

2. Tahap Perencanaan:a. Pemilihan Lokasi: Desa-desa lokasi; Rumah Tangga Petani (RTP),

risalah lapangan dengan pemetaan sederhanab. Penyusunan rencana Kegiatan (Konsep Agribisnis dengan Komoditas

Unggulan ) c. Penyusunan Pedoman/JUKNIS/JUKLAK bagi pelaksanaan operasional

di lapangan (Konsep mengenai Unit Usaha Otonom Perkebunan Rakyat, KUBA dan Pendampingan)

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

354

Page 56: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

d. Penyiapan prakondisi: Penyuluhan dan penerangan masyarakat.

3. Tahap pelaksanaana. Sosialisasi (Konsep KOPERASI sebagai media Pemberdayaan

Sumberdaya Manusia Pedesaan )b. Sosialisasi (Konsep KOPERASI sebagai Lembaga Keuangan Bagi

Kelompok Usaha Bersama Agribisnis )c. DIKLAT (Konsep Pelatihan manajemen Agribisnis Komoditas

Agroforestry Lebah Madu oleh KOPERASI )d. Penyiapan lapangan: Lahan, SDM, dan kelembagaan penunjange. Penyiapan/pengadaan material dan peralatan; bibit tanaman/ternakf. Penanaman tanaman (sesuai dengan rancangan)g. Pemeliharaan komoditi (tanaman dan /atau ternak) h Pengelolaan hasil panen: Sistem bagi hasil dan alih kelola.

4. Tahap pengawasan dan pengendaliana. Forum komunikasib. Pendampingan dalam upaya pemberdayaan (Konsep Tenaga

Pendamping KUBA Agroforestry Lebah Madu )c. Pelaporan.d. Perguliran.

4.2. Komoditas Agroforestry

Beberapa komoditi unggulan dalam sistem agroforestry yang akan dikembangkan untuk mendukung lebah madu adalah:

(1). Komoditas tanaman pangan yaitu Jagung (Cv. BISI-2), dan Kedelai (Cv. Genjah, Sorghum dan garut). Produktivitas jagung BISI-2 berkisar 6-7 ton/ha, produktivitas kedelai Genjah sekitar 1.8-2 ton/ha.

(2). Komoditas tanaman perkebunan: tebu, kopi, coklat, bunga matahari, tembakau, randu, kenanga, melinjo, mangga, dan buah buahan lainnya.

(3). Komoditas perkebunan rakyat: lamtoro, sengon, mahoni, akasia, kaliandra. gleriside, tanaman pakan lebah, tanaman pakan ternak dan lainnya.

(4). Komoditas ternak: Lebah madu.

V. RANCANGAN UNIT AGROFORESTRY

Target areal seluas 500 ha terbagi menjadi unit-unit pengelolaan oleh KUBA. Setiap Unit 50 ha yang pengelolaannya dikoordinasikan oleh KUBA dirancang dengan beberapa jenis tanaman pakan lebah (misalnya kopi, mangga, lamtoro, kaliandra, dan lainnya); didukung oleh tanaman sela jagung atau sorghum (saat tanaman pokok masih kecil) dan garut

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

355

Page 57: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

(saat naungan telah cukup berat), tanaman pagar kayu-kayuan atau perdu hijauan seperti paitan dan bunga matahari. Pemilihan komoditi ini semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspirasi masyarakat dan prospek pasarnya.

Dua tahun terakhir popularitas sengon memang meningkat. Padahal, ia dikenal sebagai kayu kelas 3. Penyebabnya? 'Kerusakan hutan alam sangat parah. Laju degradasi 2,87-juta ha per tahun menyebabkan hutan tak mampu lagi menjadi pemasok kayu untuk bahan baku industri (Ridwan Achmad Pasaribu, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan).

(sumber: www.prasawake.co.cc/2010/02/lind...ami.html).

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

356

Page 58: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Jadwal musim berbunga tanaman pakan lebah:

No

Tanaman Bulan Berbunga

Pakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Lamtoro

2. Lantana camara

3. Kaliandra

4. Mahoni

5. Mangga

6. Durian

7 Kapuk Randu

8. Turi

9. Kopi

10.

Jambu mete

11.

Jambu air

12.

Alpokad

13.

Jagung tergantung musim tanam

14.

Pepaya

15.

Bunga Matahari tergantung musim tanam

16.

Sorghum tergantung musim tanam

16 Wedusan

17 N. lappaceum

18 Euphorbiaceae

19 P. falcataria

20 S. polyantum

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

357

Page 59: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

VI. METODE IMPLEMENTASI, POLA USAHA DAN PEMBINAAN

1. STRATEGI IMPLEMENTASI

Kegiatan padat karya agribisnis ini dilakukan dengan menggunakan dua macam pola, yaitu Pola Kemitraan pada Lahan Kawasan Hutan dan Pola Kemitraan pada lahan petani gurem. Abstraksi kedua pola ini adalah sbb:

PENGEMBANGAN AGROFORESTRY POLA INTI KOPONTREN POLA KEMITRAAN LAHAN HUTAN POLA KEMITRAAN LAHAN PETANI

Wilayah Kecamatan Wilayah Kecamatan ( Satu Pewakil) (Satu Pewakil)

DINAS PKT

Pola Kemitraan KUBA: Pola Kemitraan KUBA : 0. Luas Lahan: 5 HA 0. Luas lahan: 5 ha 1. Ketua: TOKOH masyarakat 1. Ketua: kontak tani 2. Pendamping teknis: Mahasiswa 2. Pendamping teknis: Mahasiswa 3. Koordinator Lapangan: 3. Koordinator lapangan: Santri yang dipilih Petani maju/kontak tani 4. Buruh tani/buruh buruh lain 4. Anggota KUBA: petani gurem dengan upah harian UMR (lahan 0.25 -0.5 ha) sebanyak dibantu masyarakat 10-20 orang 5. Pedagang palawija sbg MITRA 5. Tenagakerja tambahan: buruh tani KERJA /ASOSIASI buruh lain dengan UMR dibantu 6. Konsultan: Pamong desa, tokoh masyarakat masyarakat, Instansi teknis 6. Pedagang palawija/koperasi sbg mitra pemasaran /ASOSIASI 7. Pamong desa,tokoh masyarakat dan instansi teknis sbg konsultan

SATGAS Pengendali dan Pemantauan Pusat Informasi dan Penyuluhan Pola Kemitraan KOPERASI Pertanian, Jawa Timur

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

358

Page 60: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Tahapan kegiatan: Program kegiatan ini dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan selama tiga tahun dan dikelompokkan menjadi 3 langkah, yakni:

Langkah I:(a). Survei identifikasi tentang kendala dan pemetaan sumberdaya lahan

di lokasi .(b). Melakukan analisis kebutuhan informasi, material dan instrumental

penunjang kegiatan agribisnis agroforestry lebah madu.

Langkah II:(1). Perekayasaan kelembagaan dan manajerial KUBA ; (2) Orientasi dan pelatihan bagi anggota KOPERASI dan KUBA

Langkah III:(1). Implementasi penanaman dan perawatan tanaman . (2). Manajemen budidaya lebah madu(3). Manajemen panen-pascapanen, dan pemasaran hasil(4). Pengendalian, pemantauan dan evaluasi

Permulaan ternak lebah madupuspatani.blogspot.com/2009/09/t...adu.html

Untuk permulaan ternakan lebah madu ini, tidak banyak yang perlu disediakan. kita hanya perlu membeli koloni lebah madu dari penternak lebah madu. Biasanya pembelian koloni ini dibuat pada waktu malam dan dilengkapi dengan kotak, kasa dan penutupnya. Buat sementara waktu, kita tidak perlu membeli koloni lebah madu dalam jumlah terlalu banyak, dan tidak juga terlalu sedikit. Dalam penyediaan kotak koloni lebah madu, biasanya perlu dibuat tiang (kayu/besi) agar kotak tidak menyentuh tanah.

Untuk menghasilkan keuntungan yang optimum dari penternakan lebah madu ini, penternak lebah madu harus mempunyai sekurang-kurangnya 100 kotak koloni lebah madu. Langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah koloni lebah madu ialah:

Lokasi ternakan: Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka. Juga tiada masalah sekiranya di bawah pokok atau di kawasan panas terik, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga. Dengan jumlah kawasan pemakanan yang mencukupi ini, ratu lebah dapat menghasilkan lebih banyak telur dan lebah pekerja juga lebih giat membuat sarang baru.

Suhu yang ideal: sesuai dalam sekitar 26-30°C. Di lereng pergunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25°C).

Penyediaan Ratu lebah madu yang baru: untuk ditempatkan dalam koloni lebah madu yang baru.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

359

Page 61: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Mengasingkan atau memisahkan koloni lebah madu: koloni lebah madu yang sudah padat, akan dipisahkan dan diletakkan ke dalam kotak koloni lebah madu yang baru dan menempatkan ratu lebah baru atau ratu lebah yang sedia ada ke kotak koloni tersebut.

Contoh kotak koloni lebah madu dari kawasan Borneo Honeybee Centre. Sumber: sabah.gov.my

Tanaman makanan yang sesuai untuk ternakan lebah madu pokok rambutan=nektar pokok petai belalang= nektar pokok mangga = nektar pokok durian = nektar pokok kopi = nektar + pollen pokok kenaf = nektar pokok jagung = pollen pokok jati= nektar pokok gajus = nektar pokok longan= nektar pokok getah = nektar pokok petai = nektar pokok nenas = nektar (tidak digunakan secara meluas) pokok kekabu = nektar + pollen pokok gelam = nektar + pollen

Untuk menjamin bahwa suplai makanan lebah tidak putus adalah dengan pemindahan lebah ke tempat yang sesuai mengikut musim bunga

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

360

Page 62: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

yang ada. Perkara yang perlu diambil perhatian semasa pemindahan koloni lebah adalah:

dilakukan pada malam hari (lebah tidak aktif pada waktu ini) jika jarak jauh, perlu makanan tambahan (buatan) jarak lokasi minimum dalam lingkungan 3 km

Tujuan utama pemindahan ini adalah untuk memastikan produktiviti madu tidak menurun secara drastik. pemberian makanan tambahan bertujuan untuk mengatasi kekurangan makanan akibat perubahan cuaca dan ketika melakukan pemindahan. makanan tambahan ini tidak dapat menambah produktiviti, hanya sebagai makanan gantian sewaktu pemindahan.

Peralatan penternakan lebah madu : Kotak lebah, tempat koloni lebah madu terbuat dari kayu Suren

atau Mahoni Alat pengasapan untuk menghalau lebah madu yang agresif jaring pelindung muka Sisiran - yang terbuat dari rangka kayu dan ditengahnya diberi

kawat sebagai penahan landasan sarang lebah madu. Pengungkit sisiran Pisau Sikat sisiran lebah madu Pollen Trap untuk pungut hasil Bee Pollen Frame Royal jelly untuk pungut hasil Royal Jelly dan tempat untuk

menghasilkan Ratu Lebah yang baru. mesin pemerah madu untuk mengeluarkan madu bekas/ baldi kutip madu Pengutip madu

Membuat Ratu Lebah yang baru (requeening)1. Ambil larva lebah madu yang baru menetas usia 1 hari 2. Masukan sepotong frame Royal jelly 3. Frame Royal jelly yang sudah berisi larva lebah madu di tempatkan

pada kotak koloni ( kotak lebah madu yang berisi koloni lebah madu minimum 2 tingkat)

4. Sekat/pisahkan kotak koloni lebah madu tersebut dengan ratu lebah berada di kotak bawah dan frame royal jelly untuk ratu lebah madu yang baru di tempatkan pada kotak atasnya. Sehingga ratu lebah madu tidak boleh mendekati calon ratu lebah madu.

5. Dibiarkan selama 11 hari sampai ratu lebah yang baru menjadi kepompong.

6. Setelah11 hari ratu lebah yang baru tersebut di pindahkan ke kotak lebah yang berisi koloni lebah tanpa ada ratunya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

361

Page 63: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

7. 13 hari ratu lebah yang baru keluar dari kepompong dan seterusnya menjadi ratu lebah oleh koloni lebah tersebut

8. Biasanya setelah seminggu, ratu lebah yang baru bersedia untuk mengawan dan akan mengembangkan koloni lebah yang baru (ditempatkan di kotak koloni yang baru).

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN AGROFORESTRY LEBAH MADU

PERSIAPAN DATABASE:

1. Pemetaan Calon lokasi 2. Identifikasi WILSAR dan POKSAR 3. Audiensi dengan pamong dan masyarakat

2 bulan 4. Pendaftaran /sensus 5. Pembentukan calon organisasi/kelembaga an KUBA 6.DIKLAT singkat BAGI POKSAR

LANGKAH I

PERSIAPAN OPERASIONAL:

1.ORIENTASI manajerial: KUBA 2.Persiapan Manajemen: Administrasi dan Keuangan

1 bulan 3. Persiapan lapangan/LAHAN USAHA: Rencana alokasi pertanaman

4.Pemantauan/peninjauan lapangan

PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA

1 bulan AGRIBISNIS AGROFORESTRY LEBAH MADU INTI dan PLASMA ----- KUBA KOPERASI

LANGKAH II

Operasional I : 1. ORIENTASI teknis budidaya 2. Pengadaan material/instrumental 3. Persiapan lahan

3 bulan 4. Penanaman bibit tanaman 5. Pengawasan melekat oleh KUBA

LANGKAH III Operasional II:

1. Perawatan dan pemeliharaan tanaman 2. Pengendalian dan pemantauan 3. Pelaporan

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

362

Page 64: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

2. Pola UsahaAgar pelaksanaan program kemitraan sesuai dengan kebutuhan

maka dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

Tahap I : (satu periode musim tanam)

Tiap lima hektar lahan dikelola oleh satu KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) dipimpin oleh seorang petani senior sebagai penanggung jawab, didampingi oleh 5 orang mahasiswa sebagai pendamping teknis, kegiatan lapangan dikoordinir oleh seorang petani maju/kontak tani dan didukung oleh tenagakerja sekitar 1750 - 2000 HOK (hari orang kerja).

Dilakukan bimbingan dan penyuluhan serta praktek oleh tenaga mahasiswa pertanian bekerjasama dengan PKL dari Dinas PKT.

Setiap minggu dilakukan diskusi kelompok membahas pelaksa-naan kerja mingguan

Dilakukan evaluasi 2 kali (pertengahan dan terakhir musim)Selanjutnya masuk tahap II.

Tahap II (musim tanam ke dua).Identik dengan Tahap I. Diskusi kelompok untuk membahas hasil hasil pelaksanaan kerja mingguanEvaluasi 2 kali (pertengahan dan akhir musim tanam)Diskusi antar kelompok

Selanjutnya masuk tahap ke III.

Tahap III (satu periode musim tanam)Identik dengn Tahap I Bimbingan dan penyuluhan serta praktek tenaga ahli dan PKL .Tiap minggu diskusi kelompok, Diskusi antar kelompokSelanjutnya peserta dilepas dan dianggap sudah dapat

melaksnakan dengan baik, sebagai pengusaha, penyuluh, petani dan tenaga pengolah.

Monitoring dan konsultasi secara berkala akan dilakukan oleh tenaga dari PETANI dan perguruan tinggi, tenaga penyuluh dari PEMKAB, Departemen Koperasi dan PKM, Deperindag.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

363

Page 65: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

madulebah1415.wordpress.com/.../05/manfaat-madu/Rahasia hidup sehat dengan madu telah tertulis di kitab-kitab suci dan kisah pengobatan dari zaman pra sejarah hinga saat ini. Madu terbukti

secara ilmiah  mampu untuk memperbaiki   kesehatan, gizi balita, vitalitas,kecantikan dll.

PROSPEK BUDIDAYA LEBAH MADU

PendahuluanParadigma pembangunan kehutanan memandang hutan sebagai ekosistem yang lengkap dengan keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang dikandungnya, yang mampu berperan dalam pemenuhan kepentingan ekonomi, social dan ekologi.Lebah madu merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati Indonesia, selain itu kondisi Indonesia sangat potensial bagi pengembangan usaha perlebahan. Beberapa potensi yang mendukung usaha perlebahan di Indonesia adalah melimpahnya flora berbunga sebagai sumber pakan lebah, terdapat jenis-jenis lebah utama yang menghasilkan madu, kondisi agroklimat tropis yang mendukung budidaya lebah.Dibeberpa daerah, usaha perlebahan telah menunjukan prospek yang cukup baik, disamping telah membuka peluang usaha dan menyerap tenaga kerja, juga telah mendukung program perbaikan lingkungan melalui penanaman pohon-pohon yang menjadi sumber pakan lebah dan sarang lebah madu hutan.

Budidaya Lebah Madu

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

364

Page 66: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Usaha perlebahan adalah suatu rangkaian kegiatan : budidaya lebah, pengolahan produk lebah, dan penanaman flora pakan lebah. Usaha ini ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek kelesterian lingkungan.

Usaha perlebahan di Indonesia meliputi tiga jenis lebah, yaitu :

1. budidaya lebah jenis local (Apis cerana);2. budidaya lebah jenis Eropa (Apis mellifera);3. pemungutan madu lebah hutan (Apis dorsata).

Manfaat Sosial, Ekonomi, dan EkologiUsaha perlebahan telah memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, yaitu sebagai sumber penghidupan, obyek penelitian dan pengembangan iptek, serta membuka peluang usaha bagi masyarakat tradisional, baik yang berada di dalam maupun yang berada di sekitar kawasan hutan.Disamping manfaat sosial, usaha perlebahan memberiian manfaat ekonomi bagi kehidupan masyarakat, dan telah memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional, baik dalam perolehan devisa maupun dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Manfaat ekonomi secara langsung adalah berbagai produk lebah berupa : madu, royal jelly, tepungsari (bee pollen), lilin lebah, bisa, ratu lebah, dan koloni lebah. Semua produk tersebut mempunyai nilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan peternak lebah. Secara ekologis, usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman melalui peranan lebah dalam membantu proses penyerbukkan bunga tanaman buah-buahan dan biji-bijian, hampir 80% penyerbukan bunga tanaman secara alami dilaksanakan oleh lebah madu.

infokehutananjambi.or.id/?v=pr&id=97Dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara maju, tingkat konsumsi madu

masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu rata-rata 10 gram/orang/tahun. Sedangkan di negara-negara maju seperti di Jepang tingkat konsumsinya rata-rata 700 gram/orang/tahun, di Negara-negara Eropa tingkat konsumsinya rata-rata 1000

gram/orang/tahun dan di New Zealand, tingkat konsumsinya rata-rata 1.500 gram/orang/tahun.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

365

Page 67: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Apabila tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi madu meningkat menjadi 500 gram/orang/tahun, maka dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang, maka kebutuhan madu di Indonesia lebih dari 100.000 ton/tahun. Kebutuhan ini belum termasuk untuk bahan baku industri.Saat ini kebutuhan madu di Indonesia diperkirakan 2.200 ton/tahun, yaitu untuk kebutuhan masyarakat, industri jamu, industri pharmasi, industri kosmetik, serta industri makanan dan minuman. Sedangkan produksinya baru mencapai lebih kurang 1.500 ton/tahun. Untuk mencukupi kekurangannya sebanyak 700 ton/tahun, Indonesia masih mengimpor madu dari negara-negara RRC, Vietnam, dan Australia.Memperhatikan manfaat dan peluang usaha perlebahan di Indonesia, serta betapa pentingnya pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, terutama dalam rangka mengurahgi tingkat gangguan terhadap hutan, maka semua pihak terkait diharapkan untuk mendukung usaha perlebahan tersebut.

madumuria.blogspot.com/2009/12/persiapan-pane...

MADU MURIADibalik keindahan panorama Gunung Muria, tersimpan

madu di sekitar lerengnya dari bunga bunga pilihan lebah nan anggun

Perlu beberapa lama untuk memanen madu dari koloni lebah. Kesabaran menunggu adalah sangat penting bila ingin panen madu nya baik, melimpah, dan koloni lebahnya tahan lama. Sabar menunggu beberapa hari hingga sisiran penuh madu. Setelah sisiran penuh madu, sisiran di ambil dan diganti dengn

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

366

Page 68: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

sisiran yang kosong. Madu yang dipanen dari sarang haruslah yang dimatangkan oleh lebah sendiri. Pengambilan madu sebenarnya sangat sederhana. Tala yang sudah penuh diambil dari peti, lebah-lebah disapu atau diturunkan dengan cara dihentak-hentakkan. Kemudian tala dimasukkan ke peti kosong, untuk mencegah lebah tidak mencurinya lagi. Tala yang diambil diganti dengan yang kosong, dan setelah madu di-extraksi, tala dikembalikan ke peti yang kosong. Kebersihan lingkungan juga perlu dijaga agar tidak ada serangan lebah dari koloni lain. Untuk mengusir lebah dari tala biasanya peternak membuat asap di sekitar tala.

madumuria.blogspot.com/2009/12/persiapan-pane...Seorang peternak lebah yang cermat akan mengamati banyak hal dalam satu kali memeriksa. Saat memulai seseorang harus bekerja sistematis untuk hal2 yang harus diamati. Dan diharapkan kalo sudah rutin, hanya memperhatikan satu-dua tala saja. Peternak harus secara berkala memperhatikan kondisi tala-tala lebah. Pemeriksaan didalam dan diluar kotak lebah perlu dilakukan. Pemeriksa hendaknya berdiri dibelakang kotak, jangan di depan kotak masuk lebah. pemeriksaan kotak lebah tidak boleh lebih 5 menit. Peternak lebah yang berpengalamanan dapat membedakan suara dengungan lebah yang aktif, yang malas mencari makan, yang sedang marah, berkabung. Bila terjadi surplus madu, kita akan akan dapat mengetahuinya dengan cepat...dan Panen adalah hal yang ditunggu-tunggu.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

367

Page 69: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN KAWASAN HUTAN (satu musim tanam 120 hari, satu tahun dua kali musim tanam)

TAHUN III HASILNYA

5 ha

TAHUN II KUBA 5 HA PETANI

PENGUSAHA TAHUN I KUBA 5 ha MAHASISWA

PETANI 5 ha PETANI MAJU

KUBA TENAGA KERJAKUBA:*) terampil1 KONTAK TANI 5 MAHASISWA 1 Santri 5 ha 1500 2000 HOK (BURUH) 5 ha KUBA KUBA 5 ha KUBA

Keterangan:*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis):1. Satu orang PETANI Senior sebagai penanggungjawab keseluruhan

kegiatan usaha agribisnis pada lahan 5 ha2. Lima orang mahasiswa sebagai pendamping teknis budidaya tanaman

(mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau sedang penelitian skripsi)

3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja lapangan sehari hari

4. Tenaga kerja (1500 2000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.

5. Pada tahun ke dua KUBA berkewajiban membina dua unit KUBA baru, dan seterusnya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

368

Page 70: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

thomascup.antara.co.id/foto/1/1251727531Ternak Lebah

Seorang peternak lebah memeriksa dan membersihkan rumah lebah madu di Plantungan, Kendal, Jateng, Senin (31/8).

Menurut peternak lebah madu, musim panen madu biasanya dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober.

(FOTO ANTARA/Anis Efizudin) Disiarkan: Senin, 31 Agustus 2009 21:05 WIB

lorelindu.wordpress.com/.../Memperbanyak Koloni   Lebah

Posted on November 14, 2008 by in'amBiologi Lebah Madu Asia (Apis cerana indica)

Lebah Madu Asia (Apis cerana indica) adalah lebah dari Asia yang selalu hidup berkoloni, rata-rata setiap koloni berkisar 20-

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

369

Page 71: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

30 ribu lebah dalam satu sarang. Temperamennya tidak agresif dan responsif pada asap. Produksi madu pertahunnya 8-10 kg. Dapat hidup pada ketinggian 0-3500 meter dpl. Lebah ini mampu beradaptasi terhadap berbagai perubahan cuaca dan suhu yang ekstrim serta mampu bertahan pada intensitas hujan yang terlalu lama. Secara tradisional dikembangkan di desa-desa pada potongan batang kelapa yang digantung dan dibuat lubang pada tengahnya. Suatu koloni lebah terdiri dari lebah pekerja, pejantan dan ratu. Lebah pekerja bertugas dalam membuat sarang, membersihkan sarang, menjaga sarang, memberi makan larva dan ratu lebah, dan yang utama adalah mengumpulkan madu dan serbuk sari bunga sebagai sumber pakannya.

Ratu LebahRatu lebah mempunyai tubuh yang lebih besar dan berat 2,8 kali berat lebah pekerja. Setiap koloni lebah hanya ada satu Ratu Lebah jika di dalam satu koloni ada dua ratu lebah maka keduanya akan saling membunuh untuk mendapatkan tahta sebagai ratu lebah. Ratu lebah mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan kelangsungan hidup koloni lebah yaitu dengan cara bertelur sepanjang hidupnya. Ratu lebah sanggup bertelur 1500-2000 butir setiap harinya.Ratu lebah mempunyai umur yang lebih lama dibandingkan dengan lebah pekerja. Lebah pekerja berumur sekitar 40 hari tetapi ratu lebah sanggup hidup hingga 3-5 tahun atau sekitar 30x lebih lama dari lebah pekerja. Ratu lebah berumur lebih lama adalah disebabkan ratu lebah mengkonsumsi Royal Jelly sepanjang hidupnya. Sedangkan lebah pekerja hanya mengkonsumsi royal jelly selama 3 hari pada saat menjadi larva.

Lebah Jantan Lebah jantan mempunyai sifat fisik yang lebih kecil dari ratu lebah tetapi lebih besar dari lebah pekerja. Cirri yang menonjol adalah matanya yang besar. Mata itu terdiri dari faset yang lebih banyak dari pada faset pada mata lebah pekerja dan ratu lebah. Lebah jantan tidak mempunyai pipa penghisap madu dan juga tidak mempunyai kantong pollen dikakinya. Sehingga lebah jantan tidak bertugas mengumpulkan pollen atau madu, lebah jantan hanya membersihkan sarang, menjaga sarang dan tugas ringan lainnya. Tugas utama lebah jantan adalah mengawini Ratu Lebah.

Lebah Pekerja

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

370

Page 72: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Lebah pekerja ukurannya kecil, semuanya berkelamin betina yang lahir dari telur tanpa pembuahan sperma lebah jantan (partenogenesis). lebah pekerja memiliki tanggung jawab pekerjaan sepanjang hidupnya yang hanya 40 hari itu. Bentuk tubuhnya ramping warnanya hitam kecoklatan dan ekornya mempunyai sengat yang lurus dan berduri. Dengan sengatnya lebah pekerja melindungi sarangnya dan menyerang siapapun yang menggangu.Lebah pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan yang berbeda-beda seuai dengan umur lebah pekerja tersebut. Sesaat setelah keluar dari kepompong larva lebah pekerja langsung mempunyai tanggung jawab untuk membersihkan sarang lebah dari kotoran-kotoran, ketika berumur 3-10 hari lebah pekerja ini menghasilkan Royal Jelly yang sangat dibutuhkan larva lebah dan ratu lebah. Royal jelly dihasilkan Lebah muda setelah lebah tersebut mengkomsumsi madu dan bee pollen. Royal jelly di dari kelenjar lebah yang berada di sekitar leher lebah tersebut. Lebah muda ini kemudian bertugas memberi makan larva dan ratu lebah. Perlu diketahui Ratu Lebah mengkonsumsi Royal jelly sepanjang hidupnya. Setelah lebah pekerja berusia sekitar 3 minggu, lebah mempunyai tugas baru diluar sarangnya yaitu bertugas mencari nectar bunga yang akan diolah menjadi madu dan tepung sari bunga yang diolah menjadi bee pollen. Lebah menghisap setetes nectar dengan alat hisapnya dan menyimpannya ke dalam kantong madu yang ada di adalam tubuhnya. Lebah madu bisanya mencari nectar dan serbuk sari dengan radius berjarak sekitar 3 km dari sarangnya.

Membuat Koloni Lebah baru dengan Kotak SuperBeternak lebah madu agar menghasilkan keuntungan yang cukup seorang peternak lebah madu harus mempunyai minimal 10 kotak koloni lebah madu. Langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah koloni lebah madu:Pada lokasi sarang harus tersedia pakan cukup banyak. Dengan tersedianya pakan yang cukup maka ratu lebah akan lebih banyak menghasilkan telor dan lebah pekerja juga lebih giat membuat sarang baru.

1. Menyiapkan calon Ratu lebah madu untuk ditempatkan dalam koloni lebah madu yang baru.

2. Memisahkan koloni lebah madu yang sudah padat ke dalam kotak koloni lebah madu yang baru dan ditempatkan calon ratu lebah baru atau ratu lain yang sudah jadi.

3. Ambil larva lebah madu yang baru menetas usia 1 hari.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

371

Page 73: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

4. Masukan kedalam satu potong frame Royal jelly. 5. Frame Royal jelly yang sudah terisi larva lebah madu di

tempatkan pada kotak super (kotak lebah madu yang berisi koloni lebah madu minimal 2 tingkat).

6. Sekat/pisahkan kotak super lebah madu tersebut dengan ratu lebah berada di kotak bawah dan frame royal jelly calon ratu lebah madu di tempatkan pada kotak atasnya. Sehingga ratu lebah madu tidak bisa mendekati calon ratu lebah madu

7. Diamkan selama 11 hari sampai calon ratu lebah menjadi kepompong.

8. Setelah sebelas hari calon ratu di pindahkan ke kotak lebah yang berisi koloni lebah tanpa ada ratunya.

9. 13 hari calon ratu lebah keluar kepompong dan langsung diangkat menjadi ratu lebah oleh koloni lebah tersebut.

10. Bisanya setelah seminggu ratu lebah siap untuk kawin dan mengembangkan koloni lebah yang baru ditempati tersebut.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

372

Page 74: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN PETANI GUREM(satu musim tanam 120 hari, satu tahun dua kali musim tanam)

TAHUN III HASILNYA

5 ha TAHUN II KUBA 5 ha

PETANIPENGUSAHA

TAHUN I KUBA 5 ha MAHASISWA

5 ha PETANI KUBA PETANI MAJU

TENAGA KERJAKUBA:*) terampil1 KONTAK TANI 5 MAHASISWA 1 PENDAMPING 5 ha 500-1000 HOK 5 ha (BURUH tani) KUBA

5 ha

KUBA Keterangan:*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis):1. Satu orang PETANI SENIOR sebagai penanggungjawab keseluruhan

kegiatan usaha agribisnis pada lahan 5 ha2. Lima orang mahasiswa sebagai pendamping teknis budidaya

tanaman (mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau sedang penelitian skripsi)

3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja lapangan sehari hari yang mengkoordinir petani petani gurem pemilik lahan (10-20 orang petani)

4. Tenaga kerja (500-1000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.

4.3 Monitoring dan Evaluasi

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

373

Page 75: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang direncanakan telash dapat dilakukan selama waktu tertentu selama pembinaan, maka dilakukan (1) monitoring dan (2) evaluasi.Monitoring adalah peninjauan lapangan untuk mengamati perkembangan atau menganalisis perkembangan dari jauh melalui laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi.Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian dengan mengisi tabel berikut :

Tabel monitoring kegiatan Tahun ......

No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah1. ....... ................ ..............................2. ....... ................ ..............................3. ....... ................ .............................4. ....... ................ .............................dst.

Recording ini diisi oleh koordinator KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara frekuentif dilaporkan ke koordinator yang kemudian diteruskan ke Penanggung jawab KUBA.Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Tinjauan lapangan dilaksanakan secara periodik sesuai dengan kebutuhan, diupayakan lebih sering ke lapangan.

Koordinator

Anggota

inform inform K P

kunjungan lapangan

PETANI Penanggungjawab

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

374

Page 76: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 subspesies. Semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu. Lebah madu yang ada di alam Indonesia adalah A. andreniformis, A. cerana dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A. koschevnikovi.

Percontohan MODEL PENGUATAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBERDAYAAN KOPERASI SEBAGAI PENGELOLA AGROFORESTRY LEBAH MADU DI WILAYAH JAWA TIMUR ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar, menumbuhkan pengusaha pengusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan produksi pangan.

Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil panen tahap pertama, dan seterusnya.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

375

Page 77: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

BAHAN BACAAN

Ahmad El Chumaedy. 2002. Membongkar Tradisionalisme Pendidikan Pesantren, Sebuah Pilihan Sejarah. Direktur Kajian pada Lembaga Studi Agama & Kemasyarakatan (èLSAK) Jakarta; Peneliti pada Centre of Education and Community Development Study (CECDeS) Jakarta.

Arifin, Imron. 1992. Kepemimpinan Kyai : Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Kalimashada Press Malang.

Azra, Azyumardi, 2001, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah, Jakarta.

Azra, Azyumardi.1997. Pesantren, Kontinuitas dan Perubahan, dalam Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan Oleh Nurcholis Madjid. Penerbit Paramadina, Jakarta.

Badri Yatim. 1999. Sejarah Perkembangan Madrasah, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI. Jakarta.

Basyir, Zainul Fuad. 1999. KH Imam Zarkasyi Tentang Modernisasi Pondok Pesantren: Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Gontor, UMM, Program Pasca Sarjana, Tesis.

Beatty, Andrew., 1999, Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account, Cambridge University Press, Cambridge.

Burhanuddin R. 2006. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN. JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM NOMOR 2 TAHUN I - 2006

Burhanudin Tamyis, 2001. Akhlak Pesantren (Solusi Bagi Kerusakan Akhlak.). Jakarta: ITTAQA PREES.

Busyairi Ahmad, dkk, 1987. Tantangan Pendidikan Islam. Jakarta: PLPM Universitas Islam Indonesia.

Chambers, Robert.  1996. Memahami Desa Secara Partisipatif.  P.T. Kanisius Yogyakarta.

Cindy Aliffia. 2010. PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN. DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP, FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Departemen Agama R.I. 1981. Pedoman Penyelenggaraan Unit Keterampilan Pondok Pesantren. Jakarta :  Proyek Pembinaan dan Bantuan Kepada Pondok Pesantren. Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama R.I.

Dhofier, Zamakhsyari, 1985, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

376

Page 78: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Effendi, Sofian, Sjafri Sairin, M.Alwi Dahlan , Eds. 1996. Membangun Martabat Manusia : Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Faisal Ismail, 1997. Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis, Cetakan ke-2, Titian Ilahi Press, Yogyakarta.

Galba, Sindu,2004. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Gozali, Buhri 2000. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV Prasasti.

Hamim, Muhamad. 1998. Feminisme di Pesantren: Studi KasusPandangan UlamaPesantren Terhadap Pendidikan Wanita Dalam Proses Transformasi Sosial di Pesantren Denanyar dan Qomaruddin, UMM, Program Pasca Sarjana, Tesis.

Hasbullah. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Cetakan ke-2, Raja Graffindo Persada, Jakarta.

Hasbullah. 1999, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (hl 24-27, 138-161)

Hasyim, H. Farid. 1998. Visi Pondok Pesantren Dalam Pengembangan SDM: Studi Kasus di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, UMM, Program Pasca Sarjana, Tesis.

Husni Rahim, 2001. Pondok Pesantren Koperasi di Indonesia, Proyek Peningkatan Tahun Anggaran 2001 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.

Ismail SM, Nurul Huda, 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Semarang: Pustaka Pelajar Offset.

Ismail, S.M. 2002.Dinamika Pesantren dan Madrasah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Karel A. Steenbrink, 1980. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Kurn Modern. LP3ES. Jakarta.

Lukens-Bull, Ronald A. 2004. Teaching Morality: Javanese Islamic Education in a Globalizing Era. Journal of Arabic and Islamic Studies. University of North Florida, Jacksonville.

Madjid Nurcholish,1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Mas’ud, Abdurrahman.2002 .Sejarah dan Budaya Pesantren.Semarang: Pustaka Pelajar Offset

Mukti Ali. 1990. Pondok Pesantren Kyai dan Ulama, Sebuah Antologi. IPD. Pondok Pesantren Gontor.

Qomar Mujamil. 2005. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo, M Dawam (Ed). 1985. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Jakarta.

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

377

Page 79: Bab Ix Ponpes Sebagai Sekolah Lapang an Sosial

Raharjo, M Dawam1983. Pesantren dan Pembaharuan.Jakarta:LP3ESSarijo, Marwan. 1980. Sejarah Pondok Pesantren Untuk Mewujutkan Ke-

tahanan Masyarakat Desa. Taskap Peserta Kursus Reguler Angkatan XIX Mabes ABRI Lemhanas.

Supariadi, 2001. Kyai Priyayi Dimasa Transisi. Surakarta: Pustaka Cakra Suprayogo, Imam. 1998. Kyai Dan Politik Di Pedesaan. Disertasi, Program

Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.Suryo, Djoko. 2000. Tradisi Santri Dalam Historiografi Jawa: Pengaruh

Islam di Jawa. (diluncurkan pada acara Seminar Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa, 31 Nopember 2000)

Taufiq, Hadi Nur. 2000. Kepemimpinan Pesantren Dalam Konteks Hubungan Islam dan Demokratis: Studi Kasus di Pondok Modern Gontor, UMM, Program Pasca Sarjana, Tesis.

Thomas, Murray R. 1988. The Islamic Revival and Indonesian Education. Asian Survey, University of California Press.Vol. 28, No.9 (Sept. 1988).

Van Bruinessen, Martin. 2004. ‘Traditionalist’ and ‘Islamist’ pesantren in contemporary Indonesia. Paper presented at the ISIM workshop in ‘The Madrasah in Asia’, 23-24 Mei 2004.

Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS, Yogyakarta..

Yusuf, Slamet Effendi, Mohammad Ichwan Syam, Masdar Farid Mas’udi. 1983. Dinamika Kaum Santri. Penerbit C.V.Raajawali Jakarta.

Ziemek Manfred,1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta:P3M

Bab IX. Pemberdayaan Pesantren sebagai Sekolah Lapang Perhutanan Sosial

378