bab iv.rtf

Upload: rahmad-kasraruddin

Post on 13-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bnmnnnnnnnnnnnnnnnnsXz

TRANSCRIPT

43

38BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianPenelitian mengenai perbandingan perbandingan pemasangan folley kateter menggunakan jelly di oleskan pada folley kateter dan dimasukan pada uretra terhadap respon nyeri pasien di Rumah Sakit Rajwali Bandung dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pasien pada tanggal 28 April sampai dengan tanggal 30 Mei 2013. Hasil penelitian disajikan dalam analisis sebagai berikut:Analisis Univariat

Tabel 4.1 Distribbusi data skala nyeri pada pasien yang dilakukan pemasangan folley kateter menggunakan jelly di oleskan pada folley kateterVariabelMeanMedianStd.DeviasiMinimum-maximumJelly dioleskan pada kateter8.1381.1256 - 10

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi data jelly dioleskan pada kateter menunjukan proporsi terbesar pada skala 8 sebesar 40% (n=6). Dapat dilihat juga nilai minimum pada skala 6 (n=1) sedangkan nilai maximum pada skala 10 (n=2). Dari perhitungan menggunakan rumus 3.1 nilai mean 8,13. Nilai median 8 menggunakan rumus 3.2 dan nilai standar deviasi 1,125 menggunakan perhitungan rumus 3.3.

Tabel 4.2 Distribusi data skala nyeri pada pasien yang dilakukan pemasangan folley kateter menggunakan jelly dimasukan pada urethra VariabelMeanMedianStd.DeviasiMinimum-MaximumJelly dimasukan pada uretra4,7651,7182 7

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa distribusi data jelly dioleskan pada kateter menunjukan proporsi terbesar pada skala 5 sebesar 33,3% (n=5). Dapat dilihat juga nilai minimum pada skala 2 (n=3) sedangkan nilai maximum pada skala 7 (n=2). Dari perhitungan menggunakan rumus 3.1 nilai mean 4,76. Nilai median 5 menggunakan rumus 3.2 dan nilai standar deviasi 1,718 menggunakan perhitungan rumus 3.3.Analisis Bivariat

Berdasarkan distribusi data yang dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, dengan hasil disajikan dalam analisis sebagai berikut:Tabel 4.3 Distribusi data uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

Tehnik pemasangan folley kateter Shapiro-Wilk

statistikdfSigSkala NyeriJelly dioles di kateter.93015.276

Jelly dimasukan pada uretra.88815.064

Berdasarkan tabel 4.3 di atas didapatkan bahwa distribusi data skala nyeri pada tehnik pemasangan folley kateter dengan jelly dioles pada kateter mempunyai hasil signifikan 0,276 atau probabilitas > 0,05 maka H0 tidak ditolak, data berdistribusi normal. Sedangkan distribusi data skala nyeri pada tehnik pemasangan folley kateter dengan jelly dimasukan pada uretra mempunyai hasil signifikan 0,64 atau propabilitas > 0,05 maka H0 tidak ditolak, data berdistribusi normal.Uji statistik yang sudah dilakukan adalah uji independent-Sampel t, dengan hasil disajikan dalam analisis sebagai berikut:Tabel 4.4 Distribusi data perbandingan skala nyeri pada pemasangan folley kateter menggunakan jelly dioleskan pada kateter dengan jelly dimasukan pada uretra

NRerata s.b.Perbedaan rerata (IK95%)PJelly dioleskan di kateter158,13 7,63,47 (4,5-2,3)0,000Jelly dimasukan pada uretra154,76 13,1

Berdasarkan tabel 4.4 diatas di dapatkan banyak reponden sebanyak 30 responden, 15 responden dilakukan pemasangan kateter menggunakan jelly dioleskan pada folley kateter, mempunyai nilai rerata 8,13 dengan simpangan baku 7,6. Sedangkan 15 responden dilakukan pemasangan folley kateter menggunakan jelly dimasukan pada uretra mempunyai nilai rerata 4,76 dengan simpangan baku 13,1. Distribusi data interval kepercayaan dengan tingkat kepercayaan 95% jika dilakukan pada populasi, maka perbedaan skala nyeri pada pemasangan folley kateter menggunakan jelly dioleskan pada folley kateter dengan menggunakan jelly dimasukan pada uretra adalah antara 4,5 sampai 2,3. Nilai p = 0,000 (< 0,05) maka H0 ditolak, terdapat perbedaan rerata skor skala nyeri yang bermakna antara kelompok pemasangan folley kateter menggunakan jelly dioleskan pada folley kateter dengan menggunakan jelly dimasukan pada uretra, dimana skala nyeri pada pemasangan folley kateter menggunakan jelly dimasukan pada uretra lebih rendah secara bermakana dibandingkan dengan jelly yang dioleskan pada folley kateter.

4.2 PembahasanPemasangan folley kateter merupakan salah satu tindakan asuhan keperawatan bagi pasien yang menderita gangguan pada saluran perkemihan. Pemasangan folley kateter memiliki banyak manfaat bagi pasien, namun yang sering menjadi kendala pada pemasangan folley kateter yaitu pemasangan folley kateter mempunyai efek samping nyeri yang dirasakan oleh pasien. nyeri pada pemasangan folley termasuk pada skala nyeri berat bahkan mencapai nyeri yang tak tertahankan. Respon nyeri pasien tidak dapat dihilangkan, tetapi nyeri dapat dikurangi dengan bantuan perawat pada saat melakukan pemasangan folley kateter dengan menggunakan jelly. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol. Penggunaan jelly pada penelitian ini menggunakan jelly yang steril dan mengandung lidokain dipilih oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Clin J (2010), yang dilakukan untuk mengukur nyeri pada 200 responden saat pemasangan folley kateter. Sedangkan intrumen penelitian pada pengukuran tingkat nyeri responden mennggunakan skala nyeri numerik 0 sampai 10. Skala 0 (tidak nyeri), skala 1-3 (nyeri ringan), skala 4-6 (nyeri sedang), skala 7-9 (nyeri berat), skala 10 (nyeri sangat berat).Hasil analisis tingkat nyeri pada pasien yang dilakukan tehnik pengolesan jelly pada kateter didapatkan data, terdapat pasien yang mengalami skala nyeri pada kategori nyeri berat dengan skala nyeri 10 yaitu 13,3 % sebanayak 2 orang pasien dan skala nyeri terendah pada skala nyeri 6 yaitu 6,7 % sebanyak 1 orang, dengan nilai rata-rata 8,13 (nyeri berat). Secara klinis data ini sangat bermakna dimana tidak berfungsi penggunaan jelly sebagai tehnik dalam mengurangi respon nyeri bagi pasien. Pada saat menggunakan tehnik ini biasanya jelly tidak masuk secara maksimal dan melapisi dinding urethra sehingga seakan-akan pasien tidak mendapatkan bantuan jelly dalam mengurangi respon nyeri saat pemasangan ataupun karena pengolesan jelly pada penampang kateter hanya sebagian saja tidak mengoleskan pada seluruh penampang kateter yang memungkinkan terjadinya iritasi pada dinding urethra (Rizkianto S, 2008). Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi nyeri berat terjadi pada penggunaan tehnik pengolesan jelly pada kateter saat pemasangan foley kateter ini karena tidak adanya waktu jeda untuk jelly lidokain bereaksi secara maksimal, sehingga nyeri berat masih dapat timbul (Imami R et al, 2012).Hasil analisis tingkat nyeri pada pasien yang dilakukan tehnik jelly dimasukan pada urethra saat melakukan pemasangan foley kateter didapakan data, skala nyeri tertinggi yang muncul pada skala nyeri 7 yaitu 13,3 % sebanyak 2 orang dan skala nyeri terendah pada skala nyeri 2 yaitu 20 % sebanyak 3 dengan rata-rata 4,76 (skala nyeri sedang). Hal ini menunjukan bahwa tehnik jelly dimasukan pada urethra pada pemasangan foley kateter lebih efektif dalam mengurangi respon nyeri pasien. Terlihat dari data yang menunjukan rata-rata skala nyeri berada pada kategori skala nyeri sedang, bahkan ada pasien yang menunjukan skala nyeri ringan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masuknya jelly secara maksimal dan melapisi dinding urethra sehingga memudahkan kateter melewati urethra menuju kandung kemih. Selain itu juga tekanan yang dihasilkan pada saat penyemprotan jelly memungkinkan terbukanya urethra dan memudahkan masuknya kateter. Pada penggunaan tehnik ini juga peran lidokain jelly berperan secara maksimal dimana setelah jelly dimasukan maka akan didiamkan selama 3-5 menit, sehingga obat sudah bereaksi secara maksimal pada saat melakukan pemasangan foley kateter (Imami R et al, 2012). Hasil analisis perbedaan efektifitas pada pemasangan folley kateter dengan menggunakan jelly dioleskan pada kateter dengan jelly yang dimasukan pada uretra terhadap respon nyeri pasien menunjukan bahwa nilai skala nyeri pada jellly yang dimasukan pada uretra lebih rendah (nyeri sedang) secara bermakna dibandingkan jelly yang dioleskan pada kateter masih mengalami skala nyeri yang lebih tinggi (nyeri berat). Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri pasien pada tehnik penggunaan jelly dioleskan pada kateter masih tinggi menurut Mishrohmasari (2011) adalah kerja anestesi jelly dalam mengurangi nyeri belum maksimal dikarenakan tidak adanya jeda waktu antara masuknya jelly dan selang kateter mengakibatkan anestesi tidak mempunyai waktu untuk bekerja secara maksimal dalam mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion Na da K+ sehingga blokade konduksi saraf belum terjadi secara maksimal, dan sebagian rangsang masih diteruskan ke membran sel saraf yang terdapat pada lapisan sub mukosa urethra, akibatnya nyeri masih bisa dirasakan. Sedangkan pada tehnik penggunaan jelly yang dimasukan pada meatus urethra selain kerja anestesi yang telah maksimal ialah ketika memasukan jelly ke meatus urethra ini, tekanan yang dihasilkan akan membuka lumen urethra, sehingga memudahkan saat melakukan insersi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya, Riadino et al (2008) menunjukan hasil penelitian bahwa pemasangan folley kateter menggunakan jelly yang dimasukan pada uretra dinilai lebih efektif dibanding dengan jelly dioleskan pada kateter dalam mengurangi respon nyeri pada pasien. Hal ini dapat dipengaruhi oleh fungsi jelly sebagai pelumas tidak berfungsi melapisi seluruh mukosa uretra secara maksimal pada penggunaan jelly yang dioleskan pada kateter, dimana jelly akan banyak tertinggal dipermukaan gland pada saat insersi folley kateter. Berbeda dengan jelly yang dimasukan pada uretra, jelly berperan secara maksimal pada saat insersi folley kateter karena seluruh jelly melapisi seluruh mukosa uretra.Hasil penelitian lain dari Retno I dkk (2012), menyebutkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas tehnik pengolesan jelly pada kateter dan teknik memasukan pada meatus urethra terhadap skala nyeri pada pemasangan kateter urin. Dimana teknik memasukan jelly langsung ke meatus urethra lebih efektif dalam mengurangi nyeri dari pada tehnik pengolesan jelly pada kateter. Penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Clin J (2010), dengan hasil penelitian bahwa penggunaan jelly lidokain yang dimasukan pada pada uretra dapat menambah manfaat dalam mengurangi ketidak nyamanan dan nyeri pada saat melakukan pemasangan folley kateter pada pasien. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Kozier et al (2011) mengemukakan bahwa untuk meminimalisir komplikasi trauma uretra dan mengurangi intensitas nyeri, dilakukan pemasangan folley kateter menggunakan jelly dengan memasukan pada uretra.Penelitian ini dilakukan tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri lainnya, diantaranya: usia, jenis kelamin, kebudayaan, perhatian, gaya koping, keluarga dan dukungan sosial.

4.3 Keterbatasan PenelitianPenelitian ini hanya melihat dari satu faktor penyebab timbulnya respon nyeri pada pasien yang dilakukan pemasangan folley kateter. Masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya respon nyeri pasien yang dilakukan pemasangan folley kateter, diluar faktor yang telah dikemukakan oleh peneliti dalam pembahasan.Dalam penelitian ini dapat melanggar etika dalam penelitian, berhubungan dengan dilakukannya dua tindakan keperawatan yang berbeda pada dua orang yang berbeda pula. Sehingga apabila dilihat dari sudut pandang keuntungan, pasien yang dijadikan kelompok kontrol akan mengalami kerugian, karena akan mengalami sakit yang lebih dibandingkan dengan pasien dijadikan kelompok intervensi.Pada desain penelitian ini hanya menggunakan post test pada skala nyeri tanpa melakukan pre test terlebih dahulu sebelum tindakan. Sehingga tidak dapat menghomogenkan data pada skala nyeri sebelum tindakan.