bab iv tetanus
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 BAB IV Tetanus
1/5
BAB IV
ANALISIS KASUS
Penderita datang dengan keluhan utama tidak bisa bekerja akibat mengalami
kekakuan seluruh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba. Selain itu, pasien mengalami sukar
membuka mulut (trismus). Sulitnya membuka mulut (trismus) dapat disebabkan berbagai
penyakit seperti infeksi pada gigi contohnya abses gigi, atau penyakit lain seperti abses
retrofaringeal atau sulbluksasi mandibula. Tetapi pada anamnesis didapatkan penyakit
yang berhubungan dengan sukarnya membuka mulut, yaitu gigi berlubang namun hal ini
telah berlangsung lama (1 tahun) sehingga hal ini bisa disingkirkan. Pada anamnesis
lebih lanjut didapatkan kaku dan nyeri pada perut diikuti dengan nyeri punggung
belakang, dan kekakuan pada leher, lengan, dan tungkai.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya trismus pada saat membuka mulut (!)
" jari, tonus meningkat, refleks fisiologis meningkat, dan terdapat kekakuan pada perut.
#itemukan luka ibu jari kaki kanan akibat tertusuk benda tajam. Pada pemeriksaan
neurologis tidak ditemukan kelainan. Selain itu juga tidak ditemukan gambaran adanya
gerakan abnormal, maupun gerak rangsang meningeal.
$erdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di dapatkan beberapa diagnosis
banding topik dan etiologi antara lain%
&angguan 'erebelu
m
* +* * Penderit
a
Peningkatan
Tonus
aTidak a Tidak a a
&angguan &ait a aTidak a aTidak Tidak
/emipareseplegi
Tidak a Tidak Tidak Tidak
&ang. 0ungsi
+uhur
Tidak aTidak Tidak Tidak Tidak
Spastisitas aTidak a a a a
43
-
7/26/2019 BAB IV Tetanus
2/5
#istress napas Tidak Tidak Potensia
l
Potensia
l
Tidak
Trismus Tidak Tidak Tidak aTidak a
$erdasarkan paparan di atas maka diagnosis topik pada pasien ini yaitu
Neuromuscular Junction. Salah satu etiologi yang dapat menyebabkan gangguan
spastisitas, peningkatan tonus, dan trismus kemungkinan adalah tetanus.
Pada tabel diagnosis banding etiologi di baah ini, gejala yang paling mirip
dengan penyakit tetanus adalah keracunan strychnine. Strychnine merupakan suatu
bahan kimia yang bersifat alkaloid yang digunakan sebagai pestisida. Strychninejika
terhisap, tertelan, atau terabsobsi melalui mata atau mulut dapat menyebabkan
keracunan, yang akan menyebabkan terjadinya kaku otot muka dan leher, dan kon2ulsi
tubuh menjadi lengkung pada hiperekstensi sehingga memungkinkan hanya ubun-ubun
kepala dan tumit yang menyentuh lantai sama seperti gejala pada tetanus yaitu
opisthotonus. 3eracunanstrychnine dapat dibedakan dengan gejala tetanus yaitu riayat
terpaparnya pasien dengan 4at kimia ini, namun pada kasus ini tidak ada.
&ejalaeningi
tisS5/
6nfeksi
orofasi
al
7abi
es
3eracun
an
strychni
ne
Tetan
us
Penderi
ta
Trismus - - - - ! ! !
3ekakuan
+eher
! - - - - ! !
7hisussardonikus
- - - - - ! !
#isfagia - - - ! - ! -
#emam - !- ! ! - !- -
7iayat !- - ! ! - ! !
44
-
7/26/2019 BAB IV Tetanus
3/5
+uka
7iayat
Trauma
tumpul
- ! - - - - -
8pisthoton
us- - - - ! ! !
#efans
uskular- - - - - ! !
3ejang
7angsang
- - - - ! ! !
Penderita juga memiliki riayat tertusuk benda tajam pada ibu jari kaki kanan "
hari yang lalu. 7iayat luka mengarah pada kemungkinan port d9entry masuknya bakteri
Clostridium tetani kedalam tubuh karena biasanya bakteri ini dalam bentuk spora akan
masuk ketubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan tanah, debu, tinja binatang atau
pupuk. asa inkubasi dari 'lostridium tetani biasanya : ; hari ( organisme yang terdapat
dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin berlanjut> toksin
yang terdapat dalam tubuh, diluar sistem saraf pusat hendaknya dinetralisasi> dan efek dari
toksin yang telah terikat pada sistem saraf pusat diminimalisasi. Penatalaksanaan yang
diberikan pada pasien ini dapat berupa penatalaksanaan non farmakologis dan
farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dapat berupa komunikasi, informasi, dan
edukasi. #imana dijelaskan mengenai informasi penyakit yang diderita pasien kepada
keluarga dan pasien serta memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar
mengkonsumsi obat dengan teratur dan hendaknya panderita diraat di ruangan isolasi
45
-
7/26/2019 BAB IV Tetanus
4/5
untuk menghindari terjadinya kejang berulang atau kejang rangsang yang dapat timbul
karena rangsangan baik dari cahaya ataupun suara. Sedangkan untuk tatalaksana
farmakologis pasien diberikan 5TS, metronida4ol, dia4epam, dan peraatan luka. Pada
pasien ini 5TS telah diberikan pada penatalaksanaan aal di dan metronida4ole telah
diberikan selama 1 hari.
5TS diberikan dengan tujuan untuk menetralisasi toksin yang beredar di sirkulasi
dan toksin pada luka yang belum terikat. ntuk menyingkirkan sumber infeksi dapat
diberikan antibiotic yaitu metronida4ol. etronida4ol aktif melaan bakteri anaerob dan
proto4oa. #apat diabsobsi kedalam sel dan senyaa termetabolisme sebagian yang
terbentuk mengikat #*5 dan menghambat sintesis protein, yang menyebabkan kematian
sel. #ia4epam dipergunakan sebagai terapi spasme tetanik dan kejang tetanik. #an
dilakukan peraatan pada luka dengan menggunakan po2idon iodine
Pada penderita tetanus prognosis bisa ditentukan dengan menggunakan grading
tingkat keparahan menggunakan criteria Pattel Joag atauDakars Score. Semakin kecil
derajat keparahan atau skor yang didapat semakin kecil angka mortalitas, sebaliknya
semakin besar derajat keparahan atau skor yang didapat semakin tinggi angka
mortalitasnya. Pada kasus ini, menggunakan grading criteria Pattel Joag, dan didapatkan
3" yaitu> spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya. #an berdasarkan criteria
tersebut termasuk dalam derajat ", yaitu% kasus sedang minimal " kriteria (31!3"),
biasanya inkubasi lebih dari ; hari, onset lebih dari " hari, mortalitas 1?.
DAFTAR PUSTAKA
46
-
7/26/2019 BAB IV Tetanus
5/5
1. Subandi @ #anuaji 7. "1A. Neurologi untuk dokter umum. Surakarta% *S
Press.
2. 0auci 5.S., et all"B.Harrisons Principles of Internal edicine !"th#dition.