bab iv temuan dan pembahasan · data hasil tes matematika terdiri dari pretes dan postes, yang...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan kemampuan koneksi matematik siswa SMA. Selain itu juga untuk
mengetahui bagaimana sikap siswa dan pendapat guru SMA terhadap
pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write. Oleh
karena itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan analisis
dan interpretasi terhadap data dari hasil penelitian ini. Dalam membahas hasil
penelitian, pertama akan ditinjau hasil dari masing-masing kelas, dengan alasan
karena karakteristik kedua kelas agak berbeda. Kemudian akan dianalisis hasil
total dari kedua kelas tersebut.
A. Hasil Penelitian
1. Data Pretes
Data hasil tes matematika terdiri dari pretes dan postes, yang didapat dari
soal berbentuk uraian sebanyak 10 nomor yang terdiri dari 5 soal untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif dan 5 soal untuk mengukur kemampuan koneksi
matematik. Sedangkan masing-masing nomor mempunyai skor maksimum 4,
dengan demikian skor ideal keseluruhan adalah 40.
59
Hasil perolehan nilai pretes kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
koneksi matematik siswa dari masing-masing kelas secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran D1 halaman 162 sampai 165. Adapun gambaran perolehan nilai
siswa tentang kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa dari
masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Data Pretes
Kelas
Berpikir Kreatif Koneksi Matematik
SMI Xmin Xmax
Rata-rata (%)
Simp baku
SMI Xmin Xmax
Rata-rata (%)
Simp baku
XI IPA 5
20 1 7 3,16
(15,81) 1,68 20 3 11
7,00 (35)
2,42
XI IPA 6
20 2 9 3,87
(19,33) 1.55 20 2 9
4,65 (23,25)
1,86
Dari Tabel 4.1. terlihat bahwa rata-rata pretes untuk aspek berpikir kreatif
dari kedua kelas, hampir sama, sedangkan untuk aspek koneksi matematik kelas
XI IPA 5 lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas XI IPA 6. Dalam
pengolahan data, peneliti mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu
kelompok siswa dengan kemampuan tingkat tinggi, kelompok siswa dengan
kemampuan tingkat sedang dan kelompok siswa dengan kemampuan tingkat
rendah. Adapun dasar pengelompokkan diambil dari nilai raport matematika siswa
semester 1. Data hasil pretes berdasarkan tingkat kemampuan anak dari masing-
masing kelas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D 3 halaman 170 sampai
181. Sedangkan rekapitulasi data pretes kemampuan berpikir kreatif dan koneksi
60
matematik berdasarkan tingkat kemampuan anak bisa dilihat pada Tabel 4.2. dan
Tabel 4.3.
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Data Pretes Berpikir Kreatif Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelas
Tingkat Tinggi Tingkat Sedang Tingkat Rendah
Rata-rata
% dari SMI
Rata-rata
%dari SMI
Rata-rata
% dari SMI
XI IPA-5 5,36 26,82 2,31 11,57 2,10 10,50
XI IPA-6 4,27 21,37 3,76 18,83 3,44 17,22
0
1
2
3
4
5
6
Rat
a-ra
ta
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.1. Rata-rata Nilai Pretes Berpikir Kreatif
61
Pada Diagram 4.1. terlihat bahwa nilai pretes aspek berpikir kreatif di
kelas XI IPA 5, bagi siwa yang berkemampuan tinggi terdapat perbedaan yang
sangat jauh jika dibanding dengan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah.
Sedangkan di kelas XI IPA 6 perbedaannya tidak terlalu jauh.
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Data Pretes Koneksi Matematik Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelas
Tingkat Tinggi Tingkat Sedang Tingkat Rendah
Rata-rata
% dari SMI
Rata-rata
%dari SMI
Rata-rata
% dari SMI
XI IPA-5 7,36 36,82 7,25 36,25 6,20 31,00
XI IPA-6 5,54 27,70 4,41 22,06 4,33 21,67
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Rat
a-ra
ta
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.2. Rata-Rata Nilai Pretes Koneksi Matematik
62
Dengan memperhatikan Diagram 4.2. ternyata nilai pretes aspek koneksi
matematik di kelas XI IPA 5 untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi,
sedang dan rendah, tidak terdapat perbedaan yang sangat mencolok. Begitupun
untuk kelas XI IPA 6 dari semua tingkat kemampuan, tidak terdapat perbedaan
yang sangat jauh. Namun kalau dilihat kemampuan dari kedua kelas, ternyata
untuk aspek koneksi matematik kelas XI IPA 5 lebih tinggi.
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diuji normalitasnya. Seandainya
perhitungan dilakukan secara manual maka digunakan uji kecocokkan Chi-
Kuadrat ( χ2 ) dengan kriteria pengujian, jika χ2hitung ≤ χ2
tabel pada taraf
signifikansi 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika χ2hitung > χ2
tabel
maka data tidak berdistribusi normal. Namun untuk menghindari kekeliruan,
proses penghitungan tidak dilakukan secara manual tetapi dengan menggunakan
program SPSS-10 dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil perhitungan uji
normalitas aspek kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik dari
masing-masing kelas dapat dilihat pada lampiran E 1 halaman 182 sampai 189.
Adapun rekapitulasi uji normalitas dengan mengunakan SPSS dapat dilihat
pada Tabel 4.4. sebagai berikut:
63
Tabel 4.4.
Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pretes
Kelas
α
Berpikir Kreatif Koneksi Matematik
Probabilitas Asymp.Sig (2-Tailed)
Ket Probabilitas Asymp.Sig (2-Tailed)
Ket
XI IPA 5 0,05 0,003 Tidak
Normal 0,387 Normal
XI IPA 6 0,05 0,292 Normal 0,197 Normal
Pada tabel terlihat bahwa di kelas XI IPA 5 probabilitasnya (Asymp.Sig 2-
Tailed) didapat nilainya 0,003. Nilai α yang digunakan adalah 0,05. dan
hipotesisnya adalah:
H0 : Populasi berdistribusi Normal
H1 : Populasi berdistribusi Tidak Normal
Sedangkan menurut Akbar (2005 : 120), H0 diterima jika probabilitas >
0,05. Sedangkan 0,003 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretes
untuk aspek berpikir kreatif di kelas XI IPA 5 datanya tidak normal. Dan untuk
data pretes aspek berpikir kreatif di kelas XI IPA 6 adalah normal karena 0,292 >
0,05. Sedangkan untuk aspek koneksi matematik dari kedua kelas ternyata
distribusinya adalah normal, karena 0,387 > 0,05 dan 0,197 > 0,05.
2. Data Postes
Setelah mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi pembelajaran Think-Talk-Write selanjutnya siswa diberikan lagi soal yang
pernah dikerjakan pada waktu pelaksanaan pretes. Dengan demikian soal pretes
64
dengan soal postes sama. Kemudian setelah dilakukan pengolahan data postes
diperoleh data yang telah direkap pada Tabel 4.5. Secara lengkap data postes
dapat dilihat pada lampiran D 2 halaman 166 sampai 169.
Gambaran untuk data postes kemampuan berpikir kreatif dan koneksi
matematik dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Rekapitulasi Data Postes
Kelas
Berpikir Kreatif Koneksi Matematik
SMI Xmin Xmax Rata-rata
Simp baku
SMI Xmin Xmax Rata-rata
Simp baku
XI IPA 5 20 6 18 11,54 3,61 20 7 19 13,78 2,81
XI IPA 6 20 4 19 10,87 4,28 20 4 20 12,57 4,24
Dengan melihat Tabel 4.5. ternyata hasil postes aspek berpikir kreatif
maupun aspek komunikasi matematik di kedua kelas tidak terdapat perbedaan
yang sangat mencolok. Walaupun terlihat bahwa rata-rata nilai di kelas XI IPA 5
dari kedua aspek ternyata lebih tinggi.
Seperti yang telah dilakukan pada data pretes, maka pada data postespun
diuji normalitasnya, dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Untuk lebih
jelasnya perhitungan dapat dilihat pada lampiran E 1 halaman 182 sampai 189.
Sedangkan untuk rekapitulasi uji normalitas data postes dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
65
Tabel 4.6.
Rekapitulasi Uji Normalitas Data Postes
Kelas
α
Berpikir Kreatif Koneksi Matematik
Probabilitas Asymp.Sig (2-Tailed)
Ket Probabilitas Asymp.Sig (2-Tailed)
Ket
XI IPA 5 0,05 0,106 Normal 0,222 Normal
XI IPA 6 0,05 0,277 Normal 0,800 Normal
Pada tabel terlihat bahwa dari kedua kelas ternyata data postes
berdistribusi normal. Untuk melihat besarnya peningkatan rata-rata nilai dari
masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Persentase Peningkatan Rata-Rata Nilai
Kelas Berpikir Kreatif Koneksi Matematik
Pretes % SMI
Postes % SMI
Peningkatan % SMI
Pretes % SMI
Postes % SMI
Peningkatan % SMI
IPA-5 15,81 57,71 41,90 35,00 68,90 33,90
IPA-6 19,33 53,92 34,59 23,25 62,84 39,59
Analisis dari nilai pretes dan postes secara keseluruhan ternyata dari kedua
kelas terdapat perbedaan, untuk kelas XI IPA 5 peningkatan yang lebih besar
adalah pada aspek berpikir kreatif yaitu sebesar 41,90 % dari skor maksimum
sebesar 20. Sedangkan untuk kelas XI IPA 6 ternyata peningkatan yang lebih
66
besar adalah aspek koneksi matematiknya yaitu sebesar 39,59 % dari skor
maksimum sebesar 20.
Sedangkan untuk rekapitulasi data postes berdasarkan tingkat kemampuan
siswa, yaitu kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang
dan berkemampuan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8.
Rekapitulasi Data Postes Berpikir Kreatif Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelas Tingkat Tinggi Tingkat Sedang Tingkat Rendah
Rata-rata
% dari SMI
Rata-rata
%dari SMI
Rata-rata
% dari SMI
XI IPA-5 14,82 74,09 11,69 58,44 7,70 38,50
XI IPA-6 14,09 70,45 9,24 46,18 8,22 41,11
Untuk melihat perbandingan nilai postes kemampuan berpikir kreatif dari
kedua kelas, antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dapat
dilihat pada Diagram 4.3. sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Rat
a-ra
ta
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.3. Rata-Rata Postes Berpikir Kreatif
67
Dengan memperhatikan Tabel 4.8. dan Diagram 4.3. kalau dilihat dari
indikator penelitian, ternyata dari kedua kelas kelompok siswa yang
berkemampuan tingkat tinggi, aspek kemampuan berpikir kreatif siswa tergolong
kriteria yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang berada di kelompok
tingkat kemampuan sedang dan rendah, skor yang didapat lebih dari 70 % dari
skor maksimun ideal. Dengan demikian soal-soal untuk mengukur aspek
kemampuan berpikir kreatif dapat diselesaikan dengan baik oleh siswa yang
tergolong berkemampuan tingkat tinggi. Sedangkan untuk anak yang
berkemampuan sedang dan rendah, soal-soal tersebut kurang dapat dipecahkan
secara baik. Hal ini disebabkan karena siswa yang berkemampuan tingkat tinggi
sangat berantusias dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write.
Tabel 4.9.
Rekapitulasi Data Postes Koneksi Matematik Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelas
Tingkat Tinggi Tingkat Sedang Tingkat Rendah
Rata-rata
% dari SMI
Rata-rata
%dari SMI
Rata-rata
% dari SMI
XI IPA-5 15,88 79,40 14,06 70,32 11,20 56,00
XI IPA-6 14,64 73,18 10,71 53,53 9,89 49,45
68
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Rat
a-ra
ta
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.4. Rata-Rata Postes Koneksi Matematik
Untuk melihat aspek koneksi matematik yang ada pada Tabel 4.9. dan
Diagram 4.4. terlihat bahwa dari kedua kelas bagi siswa yang berkemampuan
tinggi skor yang didapat hampir sama keduanya mendapat skor diatas 70 % dari
skor maksimum ideal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang
berkemampuan tingkat tinggi dapat menyelesaikan soal-soal koneksi matematik
dengan lebih baik. Tetapi dalam hal ini ada juga siswa yang berkemampuan
sedang ternyata rata-rata postesnya mendekati rata-rata postes kelompok siswa
berkemampuan tinggi seperti yang terjadi di kelas XI IPA 5 , skor yang didapat
sebesar 70,32 % dari SMI.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write meningkat dengan
signifikan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
69
H0 : rata-rata pretes dan postes adalah identik (tidak ada perbedaan antara
rata-rata pretes dan rata-rata postes).
H1 : rata-rata pretes dan postes adalah tidak identik (ada perbedaan antara
rata-rata pretes dengan postes).
Adapun dasar pengambilan keputusannya berdasarkan Wahyono
(2004:69) jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan jika probabilitas < 0,05
maka H0 ditolak.
Dalam menghitung perbedaan rata-rata disini penulis menggunakan 2 cara
yang berbeda, karena distribusi ada dua macam yaitu normal dan tidak normal.
Seperti telah diketahui sebelumnya distribusi nilai pretes dari aspek kemampuan
berpikir kreatif untuk kelas XI IPA 5 ternyata tidak normal. Oleh karena itu
digunakan uji non parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon
ini sebagai pengganti dari uji t, bila datanya tidak memenuhi syarat uji t, dan uji
Wilcoxon digunakan untuk dua sampel yang berhubungan (Ruseffendi ,1993).
Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai zhitung > ztabel
maka H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan antara rata-rata nilai pretes dan
nilai postes. Perhitungan secara lengkap mengenai uji Wilcoxon bisa dilihat pada
lampiran E 3 halaman 202 sampai 204.
Tabel 4.10.
Rekapitulasi Aspek Berpikir Kreatif Kls XI IPA 5 Dengan Wilcoxon
Zhitung Ztabel Ket
Tinggi 2,949 1,96 H0 ditolak
Sedang 3,535 1,96 H0 ditolak
Rendah 2,810 1,96 H0 ditolak
70
Dari perhitungan dengan menggunakan Wilcoxon ternyata untuk semua
tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah, H0 semuanya ditolak
yang artinya terdapat perbedaan antara rata-rata pretes dengan rata-rata postes.
Kemudian untuk menguji perbedaan rata-rata sampel yang berdistribusi
normal penulis menggunakan Paired-Sampel T-Tes. Wahyono (2004:65),
mengatakan bahwa analisa Paired-Sampel T-Tes merupakan prosedur yang
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel yang berhubungan atau
berpasangan. Kita ketahui bahwa untuk variabel pretes dan variabel postes adalah
dua variabel yang berhubungan. Untuk melihat probabilitas pada output Paired-
Sampel T-Tes, bisa dilihat pada kolom Sig. (2-tailed). Perhitungan secara lengkap
untuk analisa Paired-Sampel T-Tes bisa dilihat pada lampiran E 2 halaman 190
sampai 201.
Tabel 4.11.
Rekapitulasi Perbedaan Rata-Rata Pretes-Postes Aspek Berpikir Kreatif dengan Paired-Sampel T-Tes
KLS XI IPA 6
Sig. (2-tailed) Ket
Tinggi 0,000 H0 ditolak
Sedang 0,000 H0 ditolak
Rendah 0,004 H0 ditolak
Dari Tabel 4.11. terlihat bahwa untuk aspek berpikir kreatif di kelas XI
IPA 5 maupun di kelas XI IPA 6 dari anak yang berkemampuan tingkat tinggi,
sedang maupun rendah, ternyata H0 semuanya ditolak, hal ini menunjukkan
71
bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata pretes dengan postes untuk aspek
berpikir kreatif.
Tabel 4.12.
Rekapitulasi Perbedaan Rata-Rata Pretes-Postes Aspek Koneksi Matematik dengan Paired-Sampel T-Tes
KLS XI IPA 5 KLS XI IPA 6
Sig. (2-tailed) Ket Sig. (2-tailed) ket
Tinggi 0,000 H0 ditolak 0,000 H0 ditolak
Sedang 0,000 H0 ditolak 0,000 H0 ditolak
Rendah 0,000 H0 ditolak 0,000 H0 ditolak
Pada Tabel 4.12. terlihat bahwa untuk aspek koneksi matematikapun baik
untuk kelas XI IPA 5 maupun kelas XI IPA 6, dari semua tingkat kemampuan
ternyata H0 ditolak. Sehingga untuk aspek koneksi matematik juga sama, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata pretes dan postes terdapat perbedaan.
Kemudian untuk melihat apakah perbedaan rata-rata pretes dengan postes
adalah signifikan, maka digunakan rumus satistik uji t yang dilihat dari analisis
gain absolutnya. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran E 4
halaman 205 sampai 306. Adapun pengambilan kesimpulan didasarkan dengan
membandingkan thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel maka perbedaan antara
pretes dengan postes adalah signifikan, dan jika thitung < ttabel maka perbedaan
antara pretes dengan postes tidak signifikan.
Adapun rekapitulasi nilai gain (rata-rata postes – rata-rata pretes) dapat
dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14. sebagai berikut:
72
Tabel 4.13.
Rekapitulasi Analisis Gain Berpikir Kreatif
Kelas XI IPA 5 Kelas XI IPA 6
thitung ttabel Ket thitung ttabel Ket
Tinggi 9,258 1,812 Sig 7,012 1,812 Sig
Sedang 14,259 1,752 Sig 6,052 1,746 Sig
Rendah 9,969 1,833 Sig 3,974 1,860 Sig
Tabel 4.14.
Rekapitulasi Analisis Gain Koneksi Matematik
Kelas XI IPA 5 Kelas XI IPA 6
thitung ttabel Ket thitung ttabel Ket
Tinggi 8,924 1,812 Sig 8,686 1,812 Sig
Sedang 6,669 1,752 Sig 9,829 1,746 Sig
Rendah 6,228 1,833 Sig 6,178 1,860 Sig
Dari Tabel 4.13. dan Tabel 4.14. terlihat bahwa dari kelas XI IPA 5
maupun XI IPA 6, dari semua tingkatan kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan siswa untuk aspek
berpikir kreatif maupun aspek koneksi matematik adalah signifikan.
Untuk melihat sejauh mana kualitas peningkatan kemampuan berpikir
kreatif dan koneksi matematik siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi. Secara lengkap
73
perhitungan nilai gain ternormalisasi dapat dilihat pada lampiran E 5 halaman 217
sampai 228.
Adapun rekapitulasi dari nilai gain ternormalisasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16. sebagai berikut:
Tabel 4.15.
Rekapitulasi Rata-rata Gain Ternormalisasi Aspek Berpikir Kreatif
Kemampuan KELAS XI IPA 5 KELAS XI IPA 6
Rata-rata g Kriteria Rata-rata g Kriteria
TK Tinggi 0,639 Sedang 0,627 Sedang
TK Sedang 0,567 Sedang 0,419 Sedang
TK Rendah 0,313 Sedang 0,282 Rendah
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
Rat
a-ra
ta
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.5. Rekapitulasi Rata-Rata Gain Ternormalisasi
Aspek Berpikir Kreatif
74
Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan tingkat tinggi baik di kelas XI IPA 5 maupun XI IPA 6 terjadi
peningkatan nilai untuk aspek kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik dan
hampir sama yaitu mendekati 0,600, walaupun keduanya hanya tergolong kualitas
peningkatan yang sedang. Peningkatan nilai aspek kemampuan berpikir kreatif
untuk kelompok siswa yang berkemampuan sedangpun ternyata mendapatkan
kualitas peningkatan yang sedang. Sedangkan untuk kelompok siswa yang
mempunyai tingkat kemampuan yang rendah ternyata peningkatan nilainyapun
tergolong kualiatas yang rendah walaupun di kelas XI IPA 5 rata-rata gain yang
didapat tergolong kategori sedang namun nilai tersebut sangat mendekati ke
kriteria yang rendah.
Tabel 4.16.
Rekapitulasi Rata-rata Gain Ternormalisasi Aspek Koneksi Matematik
Kemampuan KELAS XI IPA 5 KELAS XI IPA 6
Rata-rata g Kriteria Rata-rata g Kriteria
TK Tinggi 0,661 Sedang 0,839 Tinggi
TK Sedang 0,588 Sedang 0,388 Sedang
TK Rendah 0,350 Sedang 0,350 Sedang
75
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9R
ata-
rata
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kemampuan
XI IPA 5
XI IPA 6
Diagram 4.6. Rekapitulasi Rata-Rata Gain Ternormalisasi
Aspek Koneksi Matematik
Dengan melihat Tabel 4.16. ternyata untuk kelas XI IPA 5 untuk semua
tingkatan kemampuan, aspek koneksi matematik kualitas peningkatannya
tergolong kategori sedang, sedangkan untuk kelas XI IPA 6 kelompok siswa yang
berkemampuan tingkat tinggi peningkatannya tergolong kategori yang tinggi,
sedangkan kriteria untuk siswa yang berkemampuan sedang dan rendah tergolong
kualitas yang sedang.
Setelah dianalisis dari masing-masing kelas, selanjutnya akan dianalisis
bagaimana seandainya hasil penelitian dari kedua kelas digabungkan, artinya akan
dilihat total data secara keseluruhan. Dengan demikian jumlah siswa keseluruhan
adalah 74. Selanjutnya data pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan
koneksi matematik secara total dapat dilihat pada lampiran G 1 halaman 251
sampai 258. Adapun rekapitulasi rata-rata pretes-postes secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 4.17.
76
Tabel 4. 17. Rekapitulasi Rata-Rata Pretes-Postes Secara Total
x BERPIKIR KREATIF x KONEKSI MATEMATIK
Pretes %(SMI) Postes %(SMI) Gain Pretes %(SMI) Postes %(SMI) Gain
3,50 17,5 11,20 56,02 38,52 5,82 29,12 13,18 65,9 36,78
Dengan memperhatikan persentase gain pada Tabel 4.17. dapat dikatakan
bahwa persentase peningkatan untuk aspek berpikir kreatif dari keseluruhan siswa
sebesar 38,52 %, sedangkan peningkatan untuk aspek koneksi matematik sebesar
36,78 %, kedua nilai tersebut tidak terlalu jauh perbedaannya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa peningkatan aspek berpikir kreatif dan koneksi
matematik secara keseluruhan dapat dikatakan hampir sama. Sedangkan untuk
nilai gain kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik secara keseluruhan
dapat dilihat pada lampiran H 2 halaman 259 sampai 264. Untuk rekapitulasi rata-
rata pretes-postes berdasarkan tingkat kemampuan siswa secara total dapat dilihat
pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18.
Rekapitulasi Rata-Rata Pretes-Postes Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara Total
KEL. x BERPIKIR KREATIF x KONEKSI MATEMATIK
Pretes % Postes % Gain Pretes % Postes % Gain
Tinggi 4,15 20,75 16,00 80,00 59,25 6,05 30,25 17,50 87,50 57,25
Sedang 3,29 16,45 11,26 56,30 39,85 6,32 31,6 13,32 66,60 35,00
Rendah 3,20 16,00 6,30 31,50 15,50 4,75 23,75 8,60 43,00 19,25
Dari Tabel 4.18. terlihat bahwa siswa yang berkemampuan tinggi untuk
aspek berpikir kreatif maupun aspek koneksi matematik, ternyata rata-rata nilai
77
postesnya mencapai ≥ 80 % dari skor maksimum ideal. Dengan demikian untuk
siswa yang berkemampuan tinggi, pembelajaran dengan Think-Talk-Write dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematiknya lebih tinggi
jika dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah.
Sebelum data diolah lebih lanjut, data pretes dan postes secara keseluruhan
diuji dulu kenormalannya dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov,
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiranG 3 halaman 265. Ternyata
dari hasil uji tersebut didapat data pretes maupun postes aspek berpikir kreatif
maupun koneksi matematik secara total, datanya berdistribusi normal. Sedangkan
untuk uji kemormalan berdasarkan tingkat kemampuan dapat dilihat pada
lampiran G 4 halaman 266 sampai 267. Adapun rekapitulasinya dapat dilihat pada
Tabel 4.19.
Tabel 4.19.
Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pretes Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara Total
KELOMPOK αααα
BERPIKIR KREATIF KONEKSI MATEMATIK
Pretes Postes Pretes Postes
Prob Ket Prob Ket Prob Ket Prob Ket
Tinggi 0,05 0,58 Normal 0,76 Normal 0,89 Normal 0,54 Normal
Sedang 0,05 0.01 Tidak
Normal 0,00
Tidak Normal
0,51 Normal 0,05 Normal
Rendah 0,05 0,33 Normal 0,19 Normal 0,39 Normal 0,10 Normal
Dari Tabel 4.19. ternyata data pretes dan postes untuk aspek berpikir
kreatif di kelompok siswa yang berkemampuan sedang datanya tidak normal,
sedangkan data yang lainnya normal. Oleh karena itu untuk menguji perbedaan
rata-rata pretes dengan postes digunakan dua cara yaitu Paired Sample T-Tes
78
untuk data yang normal, dan Wilcoxon untuk data yang tidak normal. Perhitungan
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran G 5 halaman 268 sampai 270.
Rekapitulasi uji perbedaan rata-rata pretes-postes berdasarkan tingkat kemampuan
secara total dapat dilihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20.
Rekapitulasi Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes-Postes Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara Total
KELOMPOK BERPIKIR KREATIF KONEKSI MATEMATIK
Tinggi H0 Ditolak
(Paired Sample T-Tes) H0 Ditolak
(Paired Sample T-Tes)
Sedang H0 Ditolak (Wilcoxon)
H0 Ditolak (Paired Sample T-Tes)
Rendah H0 Ditolak
(Paired Sample T-Tes) H0 Ditolak
(Paired Sample T-Tes)
Dari Tabel 4.20. ternyata aspek berpikir kreatif dan koneksi matematik,
dari berbagai tingkatan kemampuan didapat H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan antara nilai pretes dan nilai postes. Kemudian untuk melihat apakah
peningkatannya itu signifikan, digunakan uji t seperti yang telah dilakukan
sebelumnya untuk masing-masing kelas. Perhitungan dengan uji t secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran G 6 halaman 271 sampai 276. Rekapitulasi dengan uji
t dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21.
Rekapitulasi Analisis Gain Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara Total
KELOMPOK BERPIKIR KREATIF KONEKSI MATEMATIK
thitung ttabel Ket thitung ttabel Ket
Tinggi 31,87 1,73 Sig 16,99 1,73 Sig
Sedang 20,30 1,70 Sig 15,88 1,70 Sig
Rendah 11,07 1,73 Sig 9,34 1,73 Sig
79
Dari Tabel 4.21. ternyata aspek berpikir kreatif maupun aspek koneksi
matematik dari semua tingkatan kemampuan, didapat peningkatannya adalah
signifikan. Karena didapat dari semua data, ternyata nilai t hitung > dari t tabel.
Untuk selanjutnya akan dilihat bagaimana kualitas peningkatannya, maka
digunakan rumus gain ternormalisasi dari Meltzer. Perhitungan secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran G 7 halaman 277 sampai 282. Adapun rekapitulasinya
disajikan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22
Rekapitulasi Rata-Rata Gain Ternormalisasi Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara Total
KELOMPOK BERPIKIR KREATIF KONEKSI MATEMATIK
Rata rata g Kriteria Rata rata g Kriteria
Tinggi 0,75 Tinggi 0,81 Tinggi
Sedang 0,47 Sedang 0,49 Sedang
Rendah 0,19 Rendah 0,26 Rendah
Dengan memperhatikan Tabel 4.22. ternyata aspek kemampuan berpikir
kreatif maupun aspek koneksi matematik bagi yang berkemampuan tinggi didapat
kualitas peningkatan yang tinggi, sedangkan untuk siswa yang berkemampuan
tingkat sedang didapat kualitas peningkatan yang sedang, dan untuk siswa yang
berkemampuan tingkat rendah kualitas peningkatannyapun hanya mencapai yang
rendah pula.
Selanjutnya untuk melihat gambaran kemampuan berpikir kreatif
berdasarkan indikator-indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman, kelancaran
dan perluasan dari hasil postes dari kedua kelas berdasarkan tingkat kemampuan
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.23. Tabel tersebut memberikan gambaran
80
kemampuan aspek berpikir kreatif siswa berdasarkan persentase siswa yang
masuk kategori pemula, biasa, pandai dan istimewa. Adapun yang dimaksud
dengan kategori pemula adalah jika skor jawabannya mendapat nilai 1, kategori
biasa yang mendapat nilai 2, kategori pandai yang mendapat nilai 3 dan kategori 4
untuk jawaban yang mendapat nilai 4, untuk masing-masing soal (lihat kriteria
Feldmann, 2001 pada lampiran B 8 hal 142). Untuk melihat proporsi siwa dari
masing-masing kelas, yang termasuk kategori kreatif pemula, biasa, pandai dan
istimewa dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23.
Persentase Siswa Berdasar Kategori Kemampuan Kreatif Pemula, Biasa, Pandai dan Istimewa
No. Soal dan Indikator Kelas
Tingkat Kemam
puan
Pemula %
Biasa %
Pandai %
Istimewa %
Jumlah diatas
kategori biasa
1 (Fleksibilitas)
IPA 5 Tinggi 9,09 0,00 27,27 63,63 90,90 Sedang 6,25 25,00 62,5 6,25 68,75 Rendah 0,30 0,60 0,10 0,00 0,10
IPA 6 Tinggi 9,09 27,27 36,36 27,27 63,64 Sedang 17,65 23,53 47,06 11,76 58,02 Rendah 11,11 33,33 55,56 0,00 55,56
2 (Elaborasi)
IPA 5 Tinggi 0,00 18,18 54,54 27,27 81,81 Sedang 12,50 37,50 43,75 6,25 50,00 Rendah 0,40 0,50 0,10 0,00 0,10
IPA 6 Tinggi 18,18 18,18 45,45 27,27 81,81 Sedang 32,25 41,18 23,53 0,00 23,53 Rendah 44,44 33,33 22,22 0,00 22,22
3 (Pemahaman)
IPA 5 Tinggi 0,00 18,18 36,36 45,45 81,81 Sedang 0,00 68,75 25,00 8,25 31,25 Rendah 0,40 0,60 0,00 0,00 0,00
IPA 6 Tinggi 18,18 9,09 9,09 63,64 73,73 Sedang 29,41 58,82 11,76 0,00 11,76 Rendah 22,22 44,44 33,33 0,00 33,33
4 (Kelancaran)
IPA 5 Tinggi 18,18 18,18 9,09 54,54 63.64 Sedang 25,00 25,00 18,75 31,25 50,00 Rendah 0,60 0,40 0,00 0,00 0,00
IPA 6 Tinggi 0,00 18,18 18,18 63,64 81,82 Sedang 58,82 17,65 17,65 5,88 23,53
81
No. Soal dan Indikator Kelas
Tingkat Kemam
puan
Pemula %
Biasa %
Pandai %
Istimewa %
Jumlah diatas
kategori biasa
Rendah 33,33 33,33 11,11 22,22 33,33
5 (Perluasan)
IPA 5 Tinggi 27,27 54,54 0,00 18,18 18,18 Sedang 37,50 62,50 0,00 0,00 0,00 Rendah 0,80 0,20 0,00 0,00 0,00
IPA 6 Tinggi 36,36 27,27 0,00 36,36 36,36 Sedang 70,59 17,65 0,00 11,76 11,76 Rendah 66,67 22,22 0,00 11,11 11,11
Dari tabel terlihat bahwa untuk indikator fleksibilitas, elaborasi,
pemahaman, dan kelancaran ternyata dari masing-masing kelas, untuk kelompok
siswa yang berkemampuan tinggi, yang termasuk kategori pandai dan istimewa
mencapai persentase yang tinggi. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan
tingkat rendah dari kedua kelas tidak ada seorangpun yang termasuk kategori
istimewa. Tetapi untuk indikator perluasan dari kedua kelas walaupun siswa
tersebut tergolong berkemampuan tinggi tetapi persentase siswa yang tergolong
pandai dan istimewa sangat kecil jika dibandingkan dengan indikator yang lain.
Selanjutnya dianalisis kemampuan kreatif siswa yang tergolong kreatif
pemula, biasa, pandai dan istimewa secara total keseluruhan siswa seperti terlihat
pada Tabel 4.24.
82
Tabel 4.24.
Persentase Siswa Berdasar Kategori Kemampuan Kreatif Pemula, Biasa, Pandai dan Istimewa
No. Soal dan Indikator
Tingkat Kemam
puan
Pemula %
Biasa %
Pandai %
Istimewa %
Jumlah diatas
kategori biasa
1 (Fleksibilitas)
Tinggi 0,00 5,00 45,00 50,00 95,00 Sedang 0,29 32,35 58,82 05,88 64,70 Rendah 50,00 40,00 10,00 0,00 10,00
2 (Elaborasi)
Tinggi 0,00 25,00 50,00 25,00 75,00 Sedang 05,88 47,06 44,12 0,29 44,41 Rendah 80,00 20,00 0,00 0,00 0,00
3 (Pemahaman)
Tinggi 0,00 20,00 20,00 60,00 80,00 Sedang 2,94 64,71 29,40 2,94 32,34 Rendah 60,00 40,00 0,00 0,00 0,00
4 (Kelancaran)
Tinggi 5,00 0,00 20,00 75,00 95,00 Sedang 29,40 38,24 14,71 17,65 32,36 Rendah 70,00 25,00 5,00 0,00 5,00
5 (Perluasan)
Tinggi 15,00 50,00 0,00 35,00 35,00 Sedang 47,06 47,06 0,00 05,88 05,88 Rendah 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pada Tabel 4.24. ternyata dari total keseluruhan siswapun, untuk
kemampuan berpikir kreatif dengan indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman,
dan kelancaran, dari kelompok siswa yang berkemampuan tingkat tinggi yang
termasuk kriteria pandai dan istimewa mencapai persentase yang sangat tinggi,
begitu juga untuk aspek perluasan walaupun siswa tersebut ada dikelompok yang
tinggi tetapi yang termasuk kriteria siswa pandai dan istimewa, untuk aspek
tersebut persentasenya sangatlah kecil.
3. Skala Sikap
Untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi think-talk-write siswa diberi angket. Angket tersebut
83
berisikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika, sikap siswa terhadap strategi pembelajaran think-talk-
write, dan sikap siswa terhadap soal-soal berpikir kreatif dan koneksi matematik
yang diberikan. Adapun jumlah keseluruhan dari pernyatan-pernyataan tersebut
ada 30, terdiri dari 20 pernyataan yang positif dan 10 pernyataan yang negatif.
Angket disusun dengan menggunakan skala Likert. Perhitungan skor skala sikap
terhadap pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write dari masing-
masing kelas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran F 2 halaman 221 sampai
232. Sedangkan rekap hasil perhitungan skor skala sikap dapat dilihat pada Tabel
4.25.
Tabel 4.25.
Rekapitulasi Skor Sikap dan Skor Netral
No Sikap Siswa
Deskripsi dan
Indikator
Nomor Soal
Kelas XI IPA 5 Kelas XI IPA 6
Skor Netral
Skor Sikap
Skor Netral
Skor Sikap
1 Terhadap Matemati
ka
Minat (me-nunjukkan kesukaan terhadap matematika)
1,2,12, 14
1,50 2,26 2,25 3,16
Motivasi (menunjuk-kan keseriu-san belajar)
3,21 1,63 1,80 1,75 2,34
Aktivitas siswa menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam diskusi kelas
10,17 1,75 2,23 1,50 1,52
84
No Sikap Siswa
Deskripsi dan
Indikator
Nomor Soal
Kelas XI IPA 5 Kelas XI IPA 6
Skor Netral
Skor Sikap
Skor Netral
Skor Sikap
2
Terhadap Strategi Think-Talk-Write
Metode Pembelajaran (Menunjuk-kan kesukaan terhadap TTW)
6,11,20 1,42 1,11 2,25 1,59
Aktivitas siswa (Menunjuk-kan persetu-juan aktivits selama proses TTW)
4,8,16, 18,25,
26 1,58 1,63 2,50 2,50
3
Terhadap soal-soal berpikir Kreatif
dan koneksi
matematik yang
diberikan
Aplikasi (menunjuk-kan kreati-vitas berpikir dengan menguasai soal-soal berpikir kreatif dan koneksi matematik)
9 1,75 1,97 3 3,20
Minat (me-nunjukkan kesukaan ter-hadap soal-soal yang diberikan)
13,22, 30
1,67 1,74 2,08 2,26
Motivasi (menunjukan keunggulan dalam me-nyelesaikan soal-soal yang diberikan)
6,7,15, 19,23, 24,27, 28,29
1,69 1,66 2,19 2,30
85
a. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika
Hasil perhitungan mengenai distribusi skor skala sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika secara lengkap dapat dilihat pada lampiran F 3. halaman
243. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dianalisis melalui beberapa
indikator diantaranya adalah minat yaitu untuk menunjukkan kesukaan siswa
terhadap pelajaran matematika, motivasi untuk menunjukkan keseriusan siswa
dalam mengikuti pelajaran matematika, dan aktivitas siswa untuk menunjukkan
keinginan siswa berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Ternyata minat siswa terhadap pelajaran matematika yang terdapat pada
pernyataan 1 dan 2 sebagai pernyataan positif dan nomor 12 dan 14 sebagai
pernyataan yang negatif, dari kedua kelas secara umum menunjukkan bahwa sikap
siswa terhadap pelajaran matematika menunjukkan sikap yang positif, walaupun
di kelas XI IPA 5 ada 4 orang yang tidak senang matematika, tetapi sebagian
besar siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap matematika. Hal ini juga
bisa dilihat dari skor sikap siswa pada tabel distribusi skor skala sikap yang ada
pada lampiran F 3 halaman 243 sampai 250, yaitu untuk kelas XI IPA 5 sebesar
2,26 , yang mana skor ini lebih besar jika dibanding dengan skor netral sebesar
1,50. Begitupun di kelas XI IPA 6 skor yang didapat sebesar 3,16 yang nilainya
lebih besar jika dibanding dengan skor netral sebesar 2,25.
Untuk melihat bagaimana motivasi anak dalam pembelajaran matematika
atau keseriusan anak dalam mengikuti pembelajaran matematika tertuang dalam
pernyataan nomor 3 dan nomor 21, Dari Tabel yang ada pada lampiran F 3.
ternyata dari kedua kelas menunjukkan bahwa motivasi atau keseriusan anak
86
dalam mengikuti pelajaran matematika menunjukkan sikap yang positif hal ini
terlihat dari persentase anak yang setuju dengan yang sangat setuju sangat besar,
apalagi dikelas XI IPA 6 pernyataan 21 yang menunjukkan bahwa anak tidak mau
ketinggalan dalam pelajaran matematika, tidak ada seorangpun anak yang
menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Dengan demikian berarti semua
siswa di kelas XI IPA 6 tidak mau ketinggalan dalam pelajaran matematika.
Walaupun di kelas XI IPA 5 ada 5 orang yang menjawab setuju dan tidak setuju
tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh kepada kesimpulan bahwa sikap anak
terhadap pelajaran matematika menunjukkan sikap yang positif. Hal ini juga
diperkuat oleh hasil perhitungan skor yang didapat dari kedua kelas skor sikap
lebih besar jika dibanding dengan skor netral.
Kemudian untuk melihat partisipasi anak dalam diskusi kelas tertuang
dalam pernyataan nomor 10 dan 17. Terlihat bahwa partisipasi anak dalam diskusi
di kelas menunjukkan sikap yang positif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang
didapat dari kedua kelas lebih besar jika dibandingkan dengan skor netral.
b. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Strategi Think-Talk-Write
Untuk melihat sikap siswa terhadap strategi pembelajaran think-talk-write,
ada 2 indikator, pertama indikator metode pembelajaran yaitu untuk melihat
kesukaan anak terhadap strategi think-talk-write tertuang dalam pernyataan nomor
6,11,dan 20. Sedangkan indikator aktivitas siswa untuk melihat aktivitas anak
selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write adalah
pernyataan dengan nomor 4,8,16,18,25 dan 26.
87
Dari Tabel yang ada pada lampiran F 3, ternyata dari kelas XI IPA 5 untuk
pernyataan nomor 6 diketahui bahwa sebagian besar anak kurang menyenangi
pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write, tetapi
berbeda dengan kelas XI IPA 6, dari 37 siswa ternyata 25 atau sebanyak 67,58%
siswa menyenangi strategi pembelajaran think-talk-write. Tetapi untuk pernyataan
nomor 11 dan nomor 20, ternyata dari kedua kelas sebagian besar anak masih
kesulitan belajar matematika walaupun dengan strategi think-talk-write, dan
sebagian besar anak masih menyenangi guru mengajar dengan cara guru
menjelaskan dan anak mendengarkan. Hal ini juga diperkuat dengan hasil skor
sikap siswa dari kedua kelas ternyata lebih kecil dari skor netral.
Untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
strategi think-talk-write tertuang dalam pernyataan nomor 4,8,16,18,25 dan 26.
Dari pernyataan nomor 4 dan nomor 8 yang menyatakan bahwa dengan strategi
think-talk-write dapat membantu dan memacu anak dalam belajar matematika,
ternyata dari kedua kelas sebagian besar anak menyatakan setuju terhadap
pernyataan tersebut. Hal ini juga diperkuat dari pernyataan nomor 16 yang
menyatakan bahwa belajar matematika dengan menggunakan strategi think-talk-
write tidak memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, ternyata sebagian besar
siswa menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Dari pernyataan nomor 18, ternyata sebagian besar anak menyatakan
bahwa pembelajaran think-talk-write adalah pembelajaran yang biasa saja, namun
untuk siswa yang berkemampuan tinggi, tidak seperti itu, hal ini dibuktikan
beberapa orang dari kelompok yang berkemampuan tinggi yang menyatakan
88
bahwa strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write
bukanlah pembelajaran yang biasa, hal ini dapat dilihat dari pernyataan anak yang
ada pada lampiran.
Dari pernyataan nomor 25 dan 26, ternyata dari kedua kelas sebagian besar
anak menunjukkan keaktifannya selama mengikuti pembelajaran dengan strategi
think-talk-write, sebagian besar anak jengkel seandainya ada temannya yang
mengganggu ketika sedang belajar dan tidak malu dalam menyanggah temannya.
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa aktifitas anak selama
pembelajaran dengan strategi think-talk-write menunjukkan sikap yang positif, hal
ini terbukti dari hasil skor sikap siswa lebih besar dari skor netral.
c. Sikap Siswa Terhadap Soal-Soal Berpikir Kreatif dan Koneksi
Matematik
Untuk melihat sikap siswa terhadap soal-soal berpikir kreatif dan koneksi
matematik, secara lengkap dapat dilihat pada lampiran F 3 .
Dari Tabel yang ada pada lampiran F 3, ternyata dari kedua kelas untuk
pernyataan nomor 9, sebagian besar siswa menyatakan bahwa soal-soal yang
diberikan guru, dapat membantu meningkatkan kemampuan koneksi matematik
dan berpikir kreatif siswa. Hal ini juga diperkuat dari hasil skor sikap siswa dari
kedua kelas hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan skor netral.
Untuk melihat kesukaan anak dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan
tertuang dalam pernyataan nomor 13, 22 dan 20. Untuk pernyataan nomor 13
yang menyatakan bahwa siswa tidak bersemangat dalam menyelesaikan soal-soal
89
yang diberikan ternyata sebagian besar anak menyatakan tidak setuju bahkan di
kelas XI IPA 6 tidak ada seorang anakpun yang mengatakan sangat setuju. Untuk
pernyataan nomor 22 yang menyatakan bahwa seringnya mengerjakan soal-soal
yang diberikan guru membuat saya lebih siap menghadapi ujian ternyata dari
kedua kelas sebagian besar anak menyatakan setuju dan hanya satu orang yang
menyatakan sangat tidak setuju. Kemudian untuk pernyataan nomor 30 sebagian
besar siswa menyatakan bahwa dengan strategi pembelajaran think-talk-write
dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dibahas.
Dengan demikian untuk analisis siswa terhadap minat atau kesukaan anak
dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan ternyata sikap siswa menunjukkan
sikap yang positif, hal ini diperkuat juga dari hasil perolehan skor sikap siswa dari
kedua kelas ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan skor netral.
Untuk melihat motivasi atau kesungguhan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang diberikan tertuang dalam pernyataan nomor 5,7,15,19,23,24,27,28
dan 29. Untuk pernyataan nomor 5 dari kedua kelas ternyata sebagian besar siswa
menyatakan bahwa belajar dengan menggunakan think-talk-write dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Begitupun untuk pernyataan nomor 7
sebagian besar siswa menyatakan bahwa soal-soal matematika yang diberikan
sangat menantang siswa sehingga siswa selalu berusaha untuk memecahkannya.
Untuk pernyataan nomor 19 dan nomor 23 yang menyatakan bahwa siswa tidak
dapat menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan bila tidak dibantu
teman atau guru dan kadang frustasi bila tidak bisa memecahkan soal-soal
matematika yang diberikan banyak anak yang menjawab setuju tetapi untuk
90
pernyataan lain yaitu nomor 24, 27, 28 dan 29 yang menyatakan bahwa siswa
berusaha mengerjakan soal matematika yang sulit dan mencoba mengerjakannya
kembali di rumah, hal ini menunjukkan bahwa kesungguhan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan menunjukkan sikap yang positif. Hal ini
juga bisa dilihat dari skor sikap siswa yang lebih besar dari skor netral.
Untuk analisis selanjutnya akan dilihat bagaimana sikap siswa secara total
terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write.
Perhitungan skor sikap siswa secara total dapat dilihat pada lampiran G 9 halaman
284 sampai 289, dan distribusi skor skala sikap ada pada lampiran G 10 halaman
290 sampai 293. Adapun rekapitulasi total skor sikap siswa jika dibandingkan
dengan skor netral dapat dilihat pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26.
Rekapitulasi Total Skor Sikap dan Skor Netral
No Sikap Siswa
Deskripsi dan Indikator
Nomor Soal
Skor Netral
Skor Sikap
1 Terhadap Matemati
ka
Minat (menunjukkan kesukaan terhadap matematika)
1,2,12, 14
1,50 2,37
Motivasi (menunjuk-kan keseriu-san belajar)
3,21 1,63 2,02
Aktivitas siswa menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam diskusi kelas
10,17 1,75 2,21
2
Terhadap Strategi Think-Talk-Write
Metode Pembelajaran (Menunjukkan kesukaan terhadap TTW)
6,11,20 1,42 1,18
Aktivitas siswa (Menunjukkan persetujuan aktivits
4,8,16, 18,25,
26 1,63 1,80
91
No Sikap Siswa
Deskripsi dan Indikator
Nomor Soal
Skor Netral
Skor Sikap
selama proses TTW)
3
Terhadap soal-soal berpikir Kreatif
dan koneksi
matematik yang
diberikan
Aplikasi (menunjuk-kan kreati-vitas berpikir dengan menguasai soal-soal berpikir kreatif dan koneksi matematik)
9 1,75 2,00
Minat (me-nunjukkan kesukaan ter-hadap soal-soal yang diberikan)
13,22, 30
1,58 1,88
Motivasi (menunjukan keunggulan dalam me-nyelesaikan soal-soal yang diberikan)
6,7,15, 19,23, 24,27, 28,29
1,58 2,54
Dari Tabel 4.26. ternyata jika berbicara data secara totalpun hasilnya tidak
jauh berbeda dengan hasil yang didapat dari masing-masing kelas. Seperti sikap
siswa terhadap matematika dari semua indikator ternyata skor sikap lebih besar
dari skor netral, yang artinya sikap siswa terhadap matematika menunjukkan hal
yang positif. Kemudian sikap siswa terhadap strategi pembelajaran think-talk-
write dari keseluruhan siswa, walaupun sebagian besar anak kurang menyenangi
strategi think-talk-write tetapi mereka menunjukkan aktivitas yang positif selama
mengikuti pembelajaran tersebut, ini terbukti dengan skor siswa mengenai
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran ternyata lebih besar jika
dibandingkan dengan skor netral. Selanjutnya sikap siswa terhadap soal-soal
aspek berpikir kreatif dan koneksi matematik dari semua indikator ternyata skor
sikap lebih besar jika dibanding dengan skor netral, hal ini menunjukkan bahwa
92
sikap siswa terhadap soal-soal berpikir kreatif dan koneksi matematik
menunjukkan sikap yang positif.
4. Observasi
Untuk melihat bagaimana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write, maka peneliti meminta
2 orang guru matematika untuk menjadi pengamat. Kemudian berdasarkan format
yang telah diisi oleh 2 orang pengamat itu, ternyata selama proses pembelajaran
dengan menggunakan strategi think-talk-write, anak bisa mengikuti aturan main
yang harus diikuti dalam strategi pembelajaran think-talk-write, walaupun pada
awal-awal pertemuan anak masih terlihat kaku dalam mengikuti proses
pembelajaran seperti ini, tetapi untuk pertemuan pertemuan selanjutnya anak
dapat mengikuti aturan main pembelajaran dengan menggunakan strategi think-
talk-write dengan baik.
B. Pembahasan
Sebelum membahas lebih lanjut dari hasil penelitian, terlebih dahulu akan
dibahas bagaimana karakteristik dari sampel yang dipakai dalam penelitian ini.
Peneliti tidak menggunakan kelas yang biasa peneliti pegang sehari-hari tetapi
meminjam kelas teman untuk dipakai dalam penelitian ini. Kelas yang digunakan
adalah dua kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan kelas XI IPA 6. Adapun karakteristik
dari kedua kelas ini memang agak berbeda, kelas XI IPA 5 memang agak sulit di
atur, sedikit agak kesulitan dalam mengkondisikan anak dalam pembelajaran
93
tetapi waktu diskusi mereka ikut aktif dan situasi kelas agak rame. Berbeda
dengan kelas XI IPA 6 situasi kelas agak mudah diatur, tetapi waktu berdiskusi
terkadang hanya mengandalkan ketua kelompoknya saja.
Dengan melihat rata-rata nilai rapor matematika pada semester 1 dan
dengan melihat kemampuan siswa waktu mengikuti proses pembelajaran, maka
peneliti membagi siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Yaitu kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Di kelas XI IPA 5 kelompok siswa yang berkemampuan tingkat tinggi
rata-rata nilai raportnya 80,73, kelompok sedang 73,19 dan kelompok rendah
69,50. Dan kelas XI IPA 6 rata-rata nilai raportnya 77,00, kelompok sedang 68,77
dan kelompok rendah 65,00. Dengan memperhatikan latar belakang dari
kemampuan kedua kelas tersebut ternyata kelas XI IPA 5 kemampuan
matematiknya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan matematik kelas
XI IPA 6.
Selama pelaksanaan penelitian, terkadang ada saja kendala yang tidak
diduga sebelumya baik terhadap siswa maupun terhadap peneliti itu sendiri.
Sehingga waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya, tidak dapat dilaksanakan
sesuai rencana sehingga peneliti harus mencari waktu penggantinya, terkadang
peneliti meminjam jam orang lain agar bisa masuk ke kelas, walaupun waktu itu
siswa tidak siap untuk belajar matematika. Kemudian dari pihak siswa terkadang
harus mengikuti kegiatan lain sehingga siswa mau tidak mau harus meninggalkan
pembelajaran matematika.
94
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
Dari data pretes kedua kelas didapat rata rata yang tidak jauh berbeda antara
kelas XI IPA 5 dan kelas XI IPA 6. Rata-rata pretes untuk kelas XI IPA 5 adalah
3,16 dan untuk kelas XI IPA 6 adalah 3,87. Sedangkan untuk nilai postes kelas XI
IPA 5 meningkat sebesar 11,54 dan untuk kelas XI IPA 6 meningkat sebesar
10,86. Dengan melihat skor pretes dan skor postes maka untuk meyakinkan
bahwa nilai pretes dan postes ada perbedaan, dilakukan uji perbedaan rata-rata
dengan menggunakan Paired Sample T-Test untuk kelas XI IPA 6 karena data
tersebut berdistribusi normal. Berbeda dengan kelas XI IPA 5 pengujian
menggunakan Uji Wilcoxon karena datanya tidak normal. Ternyata dari pengujian
rata-rata tersebut didapat bahwa rata-rata pretes dengan postes tidak identik,
artinya terdapat perbedaan rata antara skor pretes dan skor postes.
Kemudian untuk melihat apakah perbedaan rata-ratanya itu signifikan atau
tidak. Maka dilakukan analisis nilai gain, dengan menggunakan pengujian nilai t
dan ternyata dari kedua kelas dan dari semua tingkat kemampuan baik itu tinggi,
sedang dan rendah ternyata perbedaan rata-ratanya itu signifikan. Lebih lanjut lagi
untuk melihat sejauh mana kualitas peningkatannya maka dilakukan lagi
pengujian dengan menggunakan rumus dari Meltzer, ternyata hasilnya untuk
kelas XI IPA 5 dari tingkatan kemampuan tinggi, sedang dan rendah termasuk
peningkatan dengan kualitas yang sedang dan untuk kelas XI IPA 6 untuk tingkat
kemampuan yang tinggi dan sedang mendapat kualitas yang sama yaitu kualitas
sedang, sedangkan untuk tingkat kemampuan siswa rendah hanya mendapat
kualitas peningkatan yang rendah.
95
Pembahasan selanjutnya yaitu data kedua kelas digabung, sehingga menjadi
skor total. Perhitungan sama seperti yang telah dilakukan di masing-masing kelas,
pertama diuji dulu kenormalannya. Ternyata didapat data yang tidak normal yaitu
untuk data pretes-postes berpikir kreatif di kelompok yang sedang. Sedangkan
yang lainnya didapat data yang normal. Kemudian diuji perbedaan rata-rata pretes
dengan rata-rata postes, dengan menggunakan Paired Sample T-Tes untuk data
normal dan Wilcoxon untuk data yang tidak normal. Dari hasil perhitungan
didapat bahwa terdapat perbedaan rata-rata pretes dengan rata-rata postes aspek
kemampuan berpikir kreatif. Kemudian untuk melihat apakah peningkatannya itu
signifikan, digunakan uji t, dan didapat bahwa peningkatannya adalah signifikan.
Untuk melihat sejauh mana peningkatannya maka digunakan rumus dari Meltzer,
dan ternyata untuk siswa yang berkemampuan tinggi didapat kualitas peningkatan
yang tinggi, untuk siswa yang berkemampuan sedang kualitas peningkatannya
sedang, dan untuk siswa yang berkemampuan rendah didapat kualitas yang
rendah.
Menurut Tabel 4.23. dan Tabel 4.24. ternyata dari masing-masing kelas
maupun dari total keseluruhan siswa persentase siswa yang tergolong di atas
biasa yaitu pandai dan istimewa paling tinggi terletak pada kelompok siswa yang
berkemampuan tingkat tinggi untuk indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman
dan kelancaran. Sedangkan untuk indikator perluasan baik kelompok tinggi
sedang dan rendah masih tergolong kriteria yang rendah. Dengan demikian
pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write untuk siswa yang
berkemampuan tingkat tinggi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
96
untuk indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman dan kelancaran. Tetapi untuk
siswa yang berkemampuan tingkat sedang dan rendah masih harus ditingkatkan
lagi cara memotivasi anak dalam meningkatkan aspek berpikir kreatif.
2. Kemampuan Koneksi Matematik
Dari data pretes kemampuan koneksi matematik didapat untuk kelas XI IPA
5 rata-ratanya 7,00 dengan simpangan baku 2,41, dan untuk kelas XI IPA 6
didapat rata-ratanya 4,65 dengan simpangan baku 1,86. Dengan demikian tampak
bahwa nilai kelas XI IPA 5 lebih menyebar jika dibanding dengan kelas XI IPA 6.
Sedangkan untuk data postes kemampuan koneksi matematik kelas XI IPA 5 rata-
ratanya 13,78 dan untuk kelas XI IPA 6 rata-ratanya 12,57. Secara keseluruhan
terlihat bahwa rata-rata dari kedua kelas ternyata kelas XI IPA 5 lebih tinggi jika
dibanding dengan kelas XI IPA 6. Hal ini disebabkan walaupun kondisi kelas sulit
diatur tetapi waktu berdiskusi kelas mereka mengikutinya dengan baik sehingga
situasi kelas agak rame dan waktu berdiskusi tidak hanya mengandalkan ketua
kelompok saja.
Jika dilihat dari tingkat kemampuan siswa yang digolongkan kemampuan
tingkat tinggi, sedang dan rendah, didapat kelas XI IPA 5 rata-rata nilai postes
kemampuan koneksi matematik untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi
sebesar 15,88, tingkat sedang 14,06, dan tingkat rendah sebesar 11,20. Sedangkan
untuk kelas XI IPA 6 siswa yang berkemampuan tingkat tinggi rata-ratanya 14,64,
tingkat sedang 10,71, dan tingkat rendah 9,89. Dengan demikian kelompok siswa
97
yang berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal-soal koneksi matematik
dengan baik.
Sedangkan seandainya dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi, ternyata
untuk kelas XI IPA 5 untuk semua tingkatan kemampuan tinggi, sedang dan
rendah, peningkatannya tergolong kriteria yang sedang. Tetapi untuk kelas XI IPA
6 untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi peningkatannya tergolong
kriteria yang tinggi dan untuk siswa yang berkemampuan sedang dan rendah
tergolong kriteria yang sedang. Hal ini disebabkan siswa yang berkemampuan
tinggi di kelas XI IPA 6 mereka sangat berantusias dalam mengikuti
pembelajaran. Ditambah lagi waktu berdiskusi mereka sangat dominan dalam
menyampaikan pendapatnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi think-talk-write, di kelas XI IPA 5 dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematik dengan kualitas yang sedang untuk
semua tingkatan kemampuan siswa. Sedangkan di kelas XI IPA 6 didapat
kualitas peningkatan yang tinggi untuk kelompok siswa yang berkemampuan
tinggi sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang dan rendah hanya
mendapat kriteria yang sedang.
Selanjutnya jika datanya digabungkanpun ternyata untuk aspek koneksi
matematik terdapat perbedaan rata-rata pretes dan rata-rata postes, dengan
peningkatan yang signifikan. Adapun kualitas peningkatannya yaitu tinggi untuk
siswa yang berkemampuan tinggi, kualitas sedang untuk siswa yang
98
berkemampuan sedang dan kualitas rendah untuk siswa yang berkemampuan
rendah.
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Strategi Think-Talk-Write
Sikap siswa terhadap strategi pembelajaran, walaupun tidak semua siswa
setuju dengan strategi pembelajaran think-talk-write, tetapi banyak juga anak yang
menyatakan bahwa dengan pembelajaran think-talk-write dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan koneksi matematik. Kemudian
diperkuat lagi dengan pernyataan yang menunjukkan persetujuan selama aktivitas
dalam mengikuti pembelajaran dengan strategi think-talk-write skor sikap lebih
besar dari skor netral untuk kelas XI IPA 5 maupun Kelas XI IPA 6, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi think-talk-write sebenarnya dapat diterima secara positif oleh siswa.
Terlihat juga waktu anak mengikuti proses pembelajaran walaupun pada
pertemuan pertama anak masih terlihat kaku, hal ini dapat dimaklumi karena anak
baru mengenal strategi pembelajaran tersebut, tetapi untuk pertemuan selanjutnya
anak dapat mengikuti aturan main dari strategi pembelajaran think-talk-write.
Antusias siswa terhadap pembelajaran dengan strategi think-talk-write bagi anak
yang berkemampuan tinggi sangatlah menonjol jika dibanding dengan siswa yang
berkemampuan sedang dan rendah. Mereka sangatlah tertantang dalam
mengerjakan soal-soal dalam Lembar Aktivitas Siswa, walaupun guru tidak
menerangkan materi tersebut, tetapi guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Guru
hanya mambantu seandainya ada siswa yang masih kebingungan terhadap materi.
99
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write secara umum
memberikan respon yang positif.
Untuk data skala sikap dari keseluruhan siswapun, hasilnya tidak ada
perbedaan dari kesimpulan yang didapat dari masing-masing kelas. Dari semua
siswa dapat dikatakan bahwa sikap siswa terhadap strategi pembelajaran think-
talk-write menunjukkan sikap yang positif.
4. Hasil observasi
Dari hasil observasi yang didapat dari 2 orang pengamat, ternyata selama
proses pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write
mereka menilai bahwa selama proses pembelajaran, anak dapat mengikuti aturan
main yang harus diikuti pada pembelajaran dengan strategi think-talk-write
dengan baik. Walaupun pada awalnya siswa agak kaku, tetapi siswa dengan cepat
dapat mnyesuaikan dengan aturan yang ada pada strategi think-talk-write. Hasil
observasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran H.