bab iv sari baru
DESCRIPTION
bab IVTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan
Oktober 2013. Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 104 sampel terdiri dari 52
sampel kasus dan 52 sampel kontrol. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan
pendeskripsian data untuk masing-masing variabel.
Dari ke sembilan variabel tersebut akan dilakukan dua analisis. Pertama analisis
univariat yakni suatu analisis yang tujuannya memberikan gambaran informasi frekuensi
pada masing-masing variabel. Kedua yakni bivariat, dalam hal ini adalah pengujian
keterkaitan pola asuh dengan diagnosa skizofrenia.
A. STATISTIKA DESKRIPTIF
1. Variabel Suku
BATAK BETAWI JAWA MELAYU SUNDA TIONGHOA
SKIZO 6 2 1 4 38 1
TIDAK 6 2 1 4 38 1
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
37.5
SUKU
FREK
UENS
I
Diagram 4.1 Distribusi variabel independent Suku pada responden di poli psikiatri RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Diagram di atas memperlihatkan adanya persamaan frekuensi dari masing-
masing suku responden terhadap diagnosa skizofrenia. Terlihat Suku Sunda
mendominasi penelitian ini, yakni sebanyak 38 responden yang anaknya didiagnosa
skizofrenia maupun tidak didiagnosa skizofrenia, diikuti Suku Batak, Suku Melayu,
Suku Jawa, dan Suku Tionghoa. Peneliti meggabungkan menjadi 2 kategori yaitu
suku Sunda dan bukan Sunda, dengan hasil berikut:
Suku N %
Bukan Sunda 28 26,92Sunda 76 73,08Total 104 100
Tabel 4.1 Persentase Karakteristik Suku
Tabel di atas memperlihatkan sebanyak 28 responden (26,92%) untuk
penelitian ini berasal dari suku di luar Sunda, sedangkan 76 responden (73,08%)
berasal dari Suku Sunda.
2. Variabel Pendidikan Orang Tua
TDK SEKO-LAH
SD SMP SMU S1 S2
SKIZO 8 24 7 11 1 1
TIDAK 9 23 7 11 2 0
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
PENDIDIKAN ORANG TUA
FREK
UENS
I
Diagram 4.2 Distribusi Pendidikan Terakhir Orang Tua (responden) di Poli
Psikiatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Tingkat pendidikan terakhir orang tua yang paling mendominasi pada penelitian ini
adalah SD, sebanyak 24 responden atau sekitar 15,4 % orang tua yang anaknya
didiagnosa skizofrenia dan 23 responden atau sekitar 17,3 % tidak didiagnosa
skizofrenia. Diikuti SMU masing-masing 11 responden, kemudian tidak sekolah
masing-masing 8 responden dan 9 responden, SMP masing-masing 7 responden, S1
masing-masing 1 responden dan 2 responden, dan S2 1 sekitar 1,9 % responden untuk
orang tua yang anaknya didiagnosa skizofrenia. Peneliti menggabungkan kategori
pendidikan menjadi 2 yaitu Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP dan sederajat lainnya)
dan Tinggi (SMU, D3, S1,S2 dan sederajat).
Pendidikan Orang Tua N %Rendah 78 75Tinggi 26 25
Total10
4 100Tabel 4.2 Persentase Karakteristik Pendidikan Orang Tua
Sebanyak 78 responden (75%) untuk penelitian ini memiliki tingkat pendidikan
rendah dan 26 responden (25%) memiliki tingkat pendidikan tinggi.
3. Variabel Pekerjaan
BURUH IRT PEG. SWASTA
PENSIUN PNS
PNS WIRASWASTA
WIRAUSAHA
SKIZO 7 29 2 5 2 5 2
TIDAK 7 30 2 5 2 4 2
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
PEKERJAAN
FREK
UENS
I
Diagram 4.3 Distribusi Pekerjaan Orang Tua (responden) di Poli Psikiatri RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Diagram di atas memperlihatkan adanya persamaan jumlah frekuensi dari
masing-masing pekerjaan responden terhadap anak yang didiagnosa skizofrenia.
Pekerjaan responden pada penelitian ini didominasi oleh ibu rumah tangga kemudian
buruh, pensiun PNS, wiraswasta, pegawai swasta, PNS, dan wirausaha. Paling banyak
adalah IRT yaitu sekitar 55,8 % pada orang tua dari pasien skizofrenia dan 57,7 %
pada orang tua kontrol yang tidak skizofrenia. Peneliti menggabungkan kategori
menjadi 2 yaitu Bekerja dan Tidak bekerja.
Pekerjaan N %Buruh 14 13,5IRT 59 56,7Peg. Swasta 4 3,85Pensiun PNS 10 9,62PNS 4 3,85Wiraswasta 9 8,65Wirausaha 4 3,85
Total10
4 100Tabel 4.3 Persentase Pekerjaan Responden (Orang Tua)
Tabel di atas memperlihatkan profesi/pekerjaan responden. Sebanyak 14
responden (13,5%) bekerja sebagai buruh, 59 responden (56,7%) sebagai IRT, 4
responden (3,85%) bekerja sebagai pegawai swasta. Sebanyak 10 responden (9,62%)
berprofesi sebagai pensiun PNS. Sedangkan 4 responden (3,85%) berprofesi sebagai
PNS. Sembilan responden (8,65%) bekerja sebagai wiraswasta. Terakhir, 4 responden
(3,85%) berprofesi sebagai wirausaha.
4. Variabel Penghasilan
< 1 JUTA 1 - 3 JUTA > 3 JUTA
SKIZO 34 13 5
TIDAK 35 12 5
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
37.5
PENGHASILAN
FREK
UENS
I
Diagram 4.4 Distribusi Penghasilan Keluarga Pasien perbulan di RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor tahun 2013
Responden dengan pendapatan kurang dari satu juta rupiah merupakan
responden yang paling banyak dalam penelitian ini baik untuk responden yang
anaknya didiagnosa skizofrenia maupun yang tidak didiagnosa skizofrenia. Diikuti
dengan responden yang memiliki penghasilan 1 sampai 3 juta (menengah), lalu paling
sedikit adalah responden dengan penghasilan lebih dari 3 juta (tinggi). Penghasilan
perbulan < 1 juta (Rendah) mendominasi pada responden kasus dan kontrol. Sekitar
65,4 % pada orang tua pasien skizofrenia dan 67,3 % pada orang tua tidak
dkizofrenia. Paling sedikit adalah > 3 juta yaitu 9,6 % pada kedua responden kasus
dan kontrol.
Penghasilan N %Rendah 70 67,31Menengah 25 24Tinggi 9 8,65Total 104 100
Tabel 4.4 Pesrentase Penghasilan Keluarga
Sebanyak 70 responden (67,31%) memiliki pengahasilan dengan kategori
rendah, 25 responden (24%) memiliki penghasilan dengan kategori menengah, dan 9
responden (8,65%) memiliki penghasilan dengan kategori tinggi.
5. Variabel Jenis Kelamin Pasien
LAKI-LAKI PEREMPUAN
SKIZO 39 13
TIDAK 39 13
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
37.5
42.5
JENIS KELAMIN PASIEN
FREK
UENS
I
Diagram 4.5 Distribusi Jenis kelamin Pasien baik yang Skizofrenia maupun tidak di
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Kelamin Pasien N %Laki-laki 78 75Perempuan 26 25Total 104 100
Tabel 4.5 Persentase Jenis Kelamin Pasien
Sebanyak 78 responden (75%) memiliki anak dengan jenis kelamin laki-laki
dan 26 responden (25%) memiliki anak dengan jenis kelamin perempuan.
6. Variabel Usia Pasien
< 18 TAHUN 19 - 30 TAHUN > 30 TAHUN0
5
10
15
20
25
30
35
USIA PASIEN
FREK
UENS
I
Diagram 4.6 Distribusi Umur Pasien skizofrenia dan non skizofrenia di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Usia anak 19 hingga 30 tahun mendominasi penelitian ini sekitar 57,7 %
berpotensi mengalami skizofrenia. Dari tabel di atas juga menunjukkan adanya
persamaan jumlah frekuensi untuk masing-masing kelompok usia anak terhadap
diagnosa skizofrenia
Usia Pasien N % 18 tahun 14 13,4619-30 tahun 60 57,69> 30 tahun 30 28,85Total 104 100
Tabel 4.6 Persentase Usia Pasien
Tabel di atas memperlihatkan sebanyak 14 responden (13,46%) memiliki
pasien dengan usia kurang dari atau sama dengan 18 tahun. Sebanyak 60 responden
(57,69%) memiliki anak dengan usia 19-30 tahun. Terakhir, sebanyak 30
responden(28,85%) memiliki anak dengan usia lebih dari 30 tahun.
7. Variabel Pendidikan Pasien
TDK SEKO-LAH
SD SMP SMU D3 S1
SKIZO 1 6 16 27 1 1
TIDAK 1 5 17 27 1 1
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
PENDIDIKAN ANAK
FREK
UEND
I
Diagram 4.8 Distribusi Pendidikan anak dengan Skizofrenia maupun tidak di RS Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Diagram di atas memperlihatkan sebanyak 27 anak dalam sampel ini baik
yang didiagnosa skizofrenia maupun yang tidak didiagnosa skizofrenia merupakan
lulusan SMU yaitu sekitar 51,9 %. Terbanyak kedua adalah SMP, kemudian SD.
Lulusan D3 dan S1 masing-masing 1 orang baik baik yang didiagnosa skizofrenia
maupun yang tidak didiagnosa skizofrenia atau sekitar 1,9%. Sebanyak 1 anak baik
yang didiagnosa skizofrenia maupun yang tidak didiagnosa skizofrenia tidak pernah
mengenyam bangku pendidikan. Peneliti menggabungkan menjadi 2 kategori yaitu
Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP dan sederajat lainnya) dan Tinggi (SMU, D3,
S1,S2 dan sederajat).
PendidikanPasien N %Rendah 46 44,23Tinggi 58 55,77
Total10
4 100Tabel 4.7 Persentase Pendidikan Pasien
Tabel di atas menunjukkan sebanyak 46 responden (44,23%) memiliki anak
dengan kategori pendidikan anak adalah rendah. Sedangakan 58 responden (55,77%)
memiliki anak dengan kategori pendidikan anak adalah tinggi.
8. Variabel Pola Asuh
Diagram 4.8 Distribusi Variabel independent Tipe Pola Asuh Orang Tua pada anak
Skizofrenia maupun tidak di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun
2013
Diagram di atas memperlihatkan adanya dominasi pola asuh demokratis yang
diberikan orang tua baik untuk anak yang diagnosa skizofrenia maupun yang anak
yang tidak didiagnosa skizofrenia. Sedangkan untuk jumlah orang tua yang
memberikan pola asuh otoriter dan permisif, tidak berbeda jauh baik untuk anak yang
didiagnosa skizofrenia maupun anak yang tidak didiagnosa skizofrenia.
Pola Asuh N %Demokratis 71 68,27Otoriter 19 18,27Permisif 14 13,46
Total 104 100
Tabel di atas menunjukkan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak.
Sebanyak 71 responden (68,27%) menerapkan pola asuh demokratis, 19 responden
(18,27%) menerapkan pola asuh otoriter, dan 14 reponden (13,46%) menerapkan pola
asuh permisif.
9. Variabel Diagnosa
SKIZOFRENIA TIDAK SKIZOFRENIA
Series1 52 52
5
15
25
35
45
55
DIAGNOSA
FREK
UENS
I
Diagram 4.9 Distribusi Variabel Dependent Kejadian Skizofrenia di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2013
Jumlah sampel untuk masing-masing kasus dalam hal ini anak yang didiagnosa
skiofrenia maupun yang tidak didiagnosa skizofrenia adalah 52 responden.
Diagnosa N %Skizofrenia 52 50Tidak Skizofrenia 52 50Total 104 100
Tabel 4.9 Persentase Variabel dependen atau Diagnosa Skizofrenia
Tabel di atas memperlihatkan jumlah responden yang anaknya didiagnosa skizofrenia
dan tidak didiagnosa skizofrenia masing-masing sebanyak 52 responden (50%).
B. STATISTIKA INFERENSIA
Dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui kaitan antara
pola asuh dengan diagnosa skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Pola Asuh N %
Demokratis 71 68,27
Otoriter 19 18,27
Permisif 14 13,46
Total 104 100
Pola AsuhDiagnosa
TOTAL Chi- Square db p-valueSkizofrenia Tidak SkizofreniaN % N % N %
1,11 1 0,292Demokratis 33 46,48 38 53,52 71 100
Tidak Demokratis 19 57,58 14 42,42 33 100TOTAL 52 50 52 50 104 100
Sebanyak 71 responden yang menerapkan pola asuh demokaratis, sebanyak, 33
responden (46,53%) anaknya didiagnosa skizofrenia dan 38 responden (53,52%)
anaknya tidak didiagnosa skizofrenia. Sedangkan sebanyak 33 responden yang
menerapkan pola asuh tidak demokratis, 19 responden (57,58%) anaknya didiagnosa
skizofrenia dan 14 responden (42,42%) anaknya tidak didiagnosa skizofrenia.
Nilai p- value untuk pengujian ini adalah 0,292 > α (0.05), maka H0 gagal ditolak.
Kesimpulannya tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
OR Interval konvidensi 95% untuk OR
0,64 0,278 ≤ OR ≤ 1,472
Risiko skizofrenia untuk anak yang diasuh orang tua dengan metode demokratis
adalah 0.64 kali dibandingkan anak yang diasuh orang tua dengan metode tidak
demokratis. Namun memperlihatkan nilai interval konvidensi 95% yang melewati angka
1. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian
skizofrenia.