bab iv pembahasan kasus - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/bab 4_09-227.pdf · dikemas...
TRANSCRIPT
32
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Deskripsi Kasus
Kala itu ditahun 2000, Edgar sebagai Managing Director PT Greenfields
Indonesia dengan memperhitungkan untuk melakukan ekspansi pasar ke luar negeri.
Singapura dan Malaysia ialah dua negara yang dipertimbangkan sebagai sasaran
utama langkah ekspansi ini.
Namun demikian Edgar mendapati bahwa langkah ini cukup beresiko
meningat besarnya investasi yang harus ditanam dan kurangnya pengetahuan akan
pasar yang dituju.
Berdiri pada tahun 1997 sebagai peternakan sapi perah, PT Greenfields
Indonesia telah mengalami berbagai rintangan ketika krisis moneter menghantam
Indonesia dan Asia Tenggara secara umumnya. Akhirnya pada tahun 1999 PT
Greenfields Indonesia mulai membangun sebuah fasilitas pengolahan susu, hal
tersebut dikarenakan mereka menyadari bahwa perubahan tidak akan terjadi apabila
mereka hanya berdiam diri saja. Setelah fasilitas pengolahan susu tersebut selesai dan
mulai beroperasi pada tahun 2000, sebuah produk susu premium berhasil diciptakan,
namun pada akhirnya PT Greenfields Indonesia dihadapkan pada sebuah dilema.
Sebuah dilema apakah mereka harus berhadapan dengan pemain lama yang sudah
eksis jauh sebelum PT Greenfields Indonesia berdiri ataukah mereka harus keluar
33
negeri sebagai langkah ekspansi karena produk yang mereka hasilkan ialah produk
premium yang mampu bersaing di pasar internasional. Jika hendak bermain di pasar
internasional, pasar manakah yang akan dimasuki.
Aktor dalam studi kasus ini ialah Bruce Warren, Marketing Manager PT
Greenfields Indonesia, dan Edgar Collins, Managing Director PT Greenfields
Indonesia. Studi kasus ini terjadi pada tahun 2000 di kantor pusat PT Greenfields
Indonesia yang berlokasi di Jakarta Timur, setelah fasilitas pengolahan susu pribadi
milik PT Greenfields Indonesia selesai dikerjakan, sampai pada awal tahun 2002
ketika keputusan untuk bermain di pasar lokal atau menuju pasar internasional dibuat.
Studi kasus ini merupakan gabungan dari hasil wawancara yang dilakukan dari
tanggal 11 sampai 20 Mei 2009 dengan kedua aktor dan hasil dari data sekunder yang
dikumpulkan dari berbagai sumber baik melalui media cetak maupun elektronik.
4.1.1 Sejarah PT Greenfields Indonesia
PT Greenfields Indonesia didirikan pada tanggal 14 Maret 1997. Berlokasi di
Dusun Maduarjo, Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten
Tingkat II Malang, Jawa Timur. Ketika pertama kali berdiri, PT Greenfields
Indonesia bernama PT Prima Japfa Jaya. PT Prima Japfa Jaya ialah perusahaan yang
berdiri dari hasil kerja sama koperasi Bina Sentosa dan PT Santosa Agrindo. Ketika
awal berdirinya, PT Prima Japfa Jaya mendatangkan 97 ekor sapi perah yang diimpor
dari Australia. Lokasi peternakan yang berada di ketinggian 1,100-1,200 m dpl (di
atas permukaan laut). Wilayah tersebut memiliki suhu udara rata-rata 18 derajat
Celcius dan curah hujan sekitar 2,750-3,200 mm/tahun dengan kelembaban sebesar
34
45%. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan memiliki udara yang segar,
bersih, dan berangin lembut, yang sangat menunjang pemeliharaan sapi impor agar
dapat hidup optimal seperti habitat asalnya di Australia. PT Prima Japfa Jaya terbagi
menjadi 2 divisi, yaitu peternakan (dairy farm) dan industri susu dibawah manajemen
yang terpisah.
Pada tahun 1998, PT Prima Japfa Jaya membangun sistem pemerahan milking
parlour dengan kapasitas 24 ekor/pemerahan. Sejak sistem pemerahan tersebut
beroperasi, PT Prima Japfa Jaya mulai menjual susu hasil perahannya ke koperasi-
koperasi yang berada di Jawa Timur dan kepada private brand.
Pada pertengahan tahun 2000, PT Prima Japfa Jaya yang merubah namanya
menjadi PT Greenfields Indonesia mulai mengoperasikan fasilitas pengolahan susu
pribadinya yang mulai dibangun sejak April 1999. Pabrik pengolahan susu modern
ini dihubungkan langsung dengan ruang mesin pemerahan susu sapi di peternakan,
yang lokasinya berdekatan. Dengan demikian susu yang dihasilkan dalam proses ini
langsung dapat didinginkan untuk diolah, tanpa tersentuh tangan manusia secara
langsung. Hal ini menjamin higienitas yang tinggi bagi produk yang dihasilkan
perusahaan. Susu segar yang dihasilkan dari peternakan ini, sesuai dengan standar
internasional yang paling ketat. Pada saat ini, sapi perah yang diimpor dari Australia
telah berjumlah 1700 ekor.
35
4.1.2 Unit Bisnis PT Greenfields Indonesia
4.1.2.1 Unit Bisnis
• Cool Storage
Unit bisnis PT Greenfields Indonesia yang berlokasi di Pakisaji,
Malang. Dengan adanya cool storage ini PT Greenfields Indonesia
tidak perlu lagi mengangkut hasil produksi dengan kontainer menuju
pabrik yang berada di Gunung Kawi. Kegunaan lain daripada cool
storage tersebut ialah memudahkan proses produksi sekaligus untuk
mendongkrak kapasitas produksi.
• Dairy Farm
Salah satu dari dua unit usaha utama PT Greenfields Indonesia.
Didirikan pada tanggal 14 Maret 1997 yang berlokasi di Dusun
Maduarjo, Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi,
Kabupaten Tingkat II Malang, Jawa Timur. Ketika pertama kali
berdiri, PT Greenfields Indonesia yang ketika itu bernama PT Prima
Japfa Jaya mendatangkan 90 ekor sapi perah bangsa Fries Holland
yang diimpor dari Australia. Pada tahun 2000, jumlah sapi perah yang
dimiliki Dairy Farm PT Greenfields Indonesia telah berjumlah 1700
ekor.
36
• Feed Processing
Untuk memudahkan proses proses pengolahan susu, PT Greenfields
Indonesia memiliki unit feed processing yang digunakan sebagai
penyedia pakan ternak milik PT Greenfields Indonesia. Unit feed
processing ini terdiri dari hijauan, yang salah satu bahan pakan
penting untuk sapi perah, seperti rumput raja (king grass), silase
jagung, cane top tebu yang dikeringkan, dan alfalfa.
• Milk Processing
Salah satu dari dua unit usaha utama PT Greenfields Indonesia.
Dengan peralatan yang dimiliki oleh PT Greenfields Indonesia di
Ngajum, Gunung Kawi, mereka mampu memproduksi pengolahan
susu dari mulai hulu sampai ke hilir secara mandiri. Sebagai salah satu
Industri Pengolahan Susu (IPS) yang telah meraih sertifikasi ISO
22000, PT Greenfields Indonesia mampu menjalankan setiap langkah
produksi sesuai quality system yang terintegrasi dalam Good
Manufacturing Practices (GMP), dan HACCP. Hal tersebut membuat
susu produksi PT Greenfields Indonesia mampu diterima pada pasar
global.
37
4.1.2.2 Produk yang Dihasilkan
• ESL
Susu Greenfields ESL (Extended Shelf Life) adalah susu yang
mengalami proses pasteurisasi dan dipanaskan pada suhu 130 derajat
Celcius selama empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun
tetap menjaga kesegarannya. Dikemas dalam kemasan Tetra Rex 1000
ml untuk menjamin kualitas susu tetap terjaga. Selama disimpan dalam
suhu dingin (0-4 derajat Celcius), kesegaran susu segar Greenfileds
mampu bertahan hingga 40 hari. Mengandung vitamin dan mineral
alami seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi kesehatan,
dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam 4 varian: Full
Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
• UHT
Susu Greenfields UHT (Ultra High Temperature) diolah dengan
teknologi mutakhir. Dipanaskan pada suhu 137 derajat Celcius selama
empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga
kesegarannya. Dengan kemasan Tetra Pak 1000 ml yang praktis
terbuat dari karton aseptis yang higienis mampu menjaga kandungan
dan kualitas susu selama sembilan bulan. Setelah dikonsumsi,
sebaiknya disimpan dalam keadaan dingin. Mengandung vitamin dan
38
mineral alami seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi
kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam
empat varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
• Whipping Cream
Susu Krim Greenfields terbuat dari susu segar dengan kualitas
premium dengan rasa yang istimewa, dan diproduksi dengan metode
dan peralatan yang modern demi menjaga kesegaran dan menjamin
kualitasnya. Cocok untuk membuat kue dan topping makanan penutup.
Dikemas dalam Tetra Pak 1000 ml.
4.1.2.3 Proses Bisnis
Sebagai salah satu dari IPS yang ada di Indonesia, PT Greenfields Indonesia
memiliki tipe proses bisnis Operational. Operational Process ialah proses bisnis
yang menjadikan, dan menciptakan suatu nilai, baik itu berupa produk atau jasa.
Secara umum, operational process terdiri dari kegiatan seperti purchasing,
manufacturing, marketing, dan sales.
4.1.2.4 Sumber Daya
Karena fokus utama PT Greenfields Indonesia kepada dairy farm ketika
pertama kali berdiri, PT Greenfields Indonesia memiliki lahan seluas 52 ha di
Dusun Maduarjo, Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten
Tingkat II Malang, Jawa Timur. Lahan tersebut digunakan untuk kandang,
pemerahan, kantor, pabrik pengolahan susu, rumah sakit, mess, pabrik pakan,
39
kebun rumput, penyimpanan pakan, rumah, genset, pos satpam, parker kendaraan,
dan tendon air.
4.1.3 Latar Belakang Industri Pengolahan Susu
Indonesia ialah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia dengan
prediksi 10 juta penduduknya memiliki penghasilan di atas US$ 5,000 per tahunnya.
Di mata dunia, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara sebagai pasar yang masih
berkembang (FAS, 2006, p2).
Pada tahun 2001, Indonesia tetap berusaha bangkit dari krisis keuangan yang
menimpanya pada tahun 1997 / 1998. Dengan GDP per capita yang meningkat
menjadi US$ 2,549.85 dari tahun sebelumnya sebesar US$ 2,435.31 dapat
disimpulkan dari kenaikan sebesar 4.70% tersebut bahwa Indonesia pada saat itu
telah berupaya pulih dari kemelut krisis keuangan.
Industri susu atau yang digolongkan menjadi Industri Pengolahan Susu (IPS)
(Data Consult, 2002, p7) pada saat itu juga mengalami ketepurukan yang disebabkan
minimnya konsumsi susu ketimbang negara lainnya. Indonesia mengkonsumsi susu
baik dalam bentuk cair maupun bubuk sebesar 6 sampai 7 liter, sangat kecil jika
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (22), Filipina (25) atau India
(75) liter per capita per tahunnya. Di tahun 2002, konsumsi produk dairy meningkat
sebesar 10% menjadi 193,000 MT dari tahun sebelumnya yang sebesar 178,000 MT.
Walaupun begitu, diperkirakan pertumbuhan konsumsi susu di Indonesia akan
meningkat sebesar 15% di tahun-tahun mendatang dengan target pasar anak bayi
maupun balita, wanita hamil, wanita yang sedang menyusui, usia lanjut. Variasi susu
40
di Indonesia juga diperkaya dengan jenis baru seperti high calcium, dan low-fat, juga
dengan hadirnya rasa-rasa baru seperti madu, pisang, coklat, stroberi, melon, dan
jeruk. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan produksi susu segar lokal yang
hanya bisa menutupi 30% dari keseluruhan konsumsi penduduknya. Di tahun 2003,
Indonesia diharapkan dapat menginpor 125,000 MT skim milk, dan 35,000 MT susu
bubuk.
Produksi domestik susu di Indonesia mayoritas berasal dari sekitar 120
koperasi yang terdiri dari hampir 100,000 peternak sapi, dimana seorang peternak
hanya memiliki 2-3 ekor sapi. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para
peternak sapi seperti buruknya sistem pemberian pangan, pengaturan peternakan,
penempatan spai berdasarkan kualitas, pendistribusian, dan cuaca yang tidak
bersahabat telah membuat rendahnya produktivitas, buruknya kualitas susu, dan
waktu pemerahan susu yang terbilang pendek untuk seekor sapi perah. Diperkirakan
jumlah total produksi susu cair untuk tahun 2002 adalah 400,000 ton, jumlah tersebut
diharapkan mampu memenuhi 30% dari jumlah permintaan. Pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) telah
mencanangkan program yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tersebut dengan
cara bantuan pinjaman dan teknis. Namun program bantuan tersebut tidak
memberikan hasil yang maksimal, bahkan mengecewakan, membuat industri susu
tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumennya. Namun bagaimanapun juga,
setelah dihadapi dengan kegagalan seperti itu, GKSI tidak berniat untuk merubah
tujuannya awalnya yaitu meningkatkan produksi susu cair sampai kepada angka 15%
41
per tahunnya pada tahun 2010. Pemerintah Indonesia juga memprediksikan bahwa
pada tahun 2010, tingkat konsumsi susu di Indonesia akan meningkat menjadi 16 liter
per kapita, naik dari 6 liter per kapita pada tahun 2001, hal tersebut juga dipengaruhi
oleh peningkatan populasi penduduk Indonesia menjadi 245 juta penduduk.
Produksi susu cair domestik umumnya digunakan untuk produksi susu bubuk.
Walaupun dihadapi dengan kenyataan bahwa pertumbuhan susu domestik yang relatif
rendah, permintaan untuk Full Fat Dairy Milk (FFDM) diperkirakan terus
berkembang dengan rata-rata 10% per tahunnya dan kesempatan import untuk FFDM
tetap terbuka. Diperkirakan pada tahun 2003, produksi FFDM akan meningkat
sebesar 10% menjadi 55,000 MT yang akan dibarengi dengan peningkatan
penggunaan FFDM sebesar 10%, menjadi 95,000 MT, dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Disebabkan tingkat produksi domestik yang rendah, Indonesia tidak
memproduksi Non-Fat Dry Milk (NFDM) dan kebutuhan akan NFDM dipenuhi oleh
produk impor.
Krisis moneter yang menyerang Indonesia pada tahun 1998 tidak memiliki
pengaruh jangka panjang kepada industri susu di Indonesia. Desentralisasi telah
membuat perekonomian dan aktifitas jual beli pada level bawah untuk berkembang,
yang secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan penduduk yang berada pada
tingkat middle-low untuk meningkatkan tingkat konsumsi produk berbahan dasar
susu mereka. Hal tersebut diperkuat dengan program sadar kesehatan yang
meningkatkan konsumsi susu rakyat Indonesia naik sebesar 10% per tahunnya.
Pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi perekonomian dan
42
infrastruktur distribusi untuk produk dairy.
Keseluruhan peternakan sapi di Indonesia berlokasi di pulau Jawa (36% di
Jawa Timur, 32% di Jawa Barat, dan 12% di Jawa Tengah), hal tersebut membuat
proses distribusi untuk daerah-daerah di luar pulau Jawa menghadapi kesulitan yang
disebabkan karena buruknya infrastruktur seperti sistem pendinginan, transportasi,
dan jalur distribusi. 70% dari produksi produk-produk dairy hanya tersedia dan
dikonsumsi oleh daerah-daerah yang tersebar di pulau Jawa, sedangkan 30% sisanya
sangat terbatas pada daerah tertentu dengan harga yang jauh lebih mahal yang
disebabkan karena proses distribusi yang panjang.
Produk dairy yang umumnya dikonsumsi oleh penduduk Indonesia adalah
susu bubuk (yang digunakan untuk pembuatan krim, skim milk, susu khusus bayi dan
balita, dan susu khusus ibu menyusui dan ibu hamil), susu kental manis, susu siap
konsumsi (seperti susu segar, UHT, dan susu pasteurisasi), dan sebagian kecil lainnya
untuk produk berbahan dasar susu (seperti keju, mentega, es krim, dan yogurt). Susu
bubuk dan susu siap konsumsi ialah dua produk yang paling banyak dikonsumsi oleh
penduduk dengan pendapatan menengah-atas. Tren market terbaru juga telah
menunjukkan sebuah cara untuk meningkatkan pertumbuhan produk susu tertentu
ialah dengan mengubah formula dan kemasan untuk end customer. Dari kesemua
produk dairy yang disebutkan sebelumnya, susu kental manis memiliki pasar yang
paling luas, hal tersebut disebabkan karena susu kental manis merupakan produk
dengan harga yang terjangkau untuk segala jenis lapisan masyarakat. Produksi susu
kental manis sendiri telah meningkat pada tahun 2002 sebesar 245 MT jika
43
dibandingkan dengan tahun 2001 sebesar 227 MT. Harga dari produk dairy sangat
berpengaruh dari harga bahan bakunya yaitu susu, sementara harga bahan baku impor
ditentukan dari nilai tukar Rupiah. Selain bahan baku tersebut, harga gula juga
menjadi faktor penentu kenaikan harga produk yang berbahan dasar susu. Disebabkan
harga gula yang melonjak tajam pada tahun 2001 sebesar 50%, harga retail untuk
susu kental manis (yang bahan dasarnyaterdiri dari 40% gula) telah meningkat
sebesar 21% sementara harga untuk susu bubuk meningkat sebesar 16%.
Di Indonesia sendiri, 20% dari total market share untuk produk dairy terdiri
dari produk dairy siap konsumsi merupakan produk impor, seperti pasteurized skim
milk dan susu full cream, susu berformula (untuk balita, anak-anak, ibu hamil, dan
lansia). Produk susu bubuk impor telah diakui memiliki kualitas tinggi, formula yang
telah dikhususkan untuk pasar tertentu, dan dengan harga premium.
4.1.3.1 Produk Susu di Indonesia
• Susu
Susu adalah sebuah cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu
dari mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum
mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi)
juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es
krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk
konsumsi manusia. Semua orang di dunia ini membutuhkan susu
untuk menopang kehidupannya. Baik dari bayi sampai orang yang
sudah lanjut usia.
44
Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur
produktif, susu membantu pertumbuhan mereka.Sedangkan untuk
orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak
keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan protein. Oleh karena
itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu yang
dikemas dalam bentuk yang unik.Tujuan dari ini agar orang tertarik
untuk membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk
fermentasi.
Umumnya susu yang dikonsumsi masyarakat adalah susu olahan baik
dalam bentuk cair (susu pasteurisasi, susu UHT) maupun susu bubuk.
• Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi merupakan susu yang diberi perlakuan panas sekitar
63-72 derjat Celcius selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh
bakteri patogen. Susu pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah
(5-6 derjat Celcius) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari.
• Susu UHT
Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang diolah
menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang
singkat (135-145 derjat Celcius) selama 2-5 detik. Pemanasan dengan
suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik
pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang
singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta
45
untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah
seperti susu segarnya.
• Susu Bubuk
Susu bubuk berasal susu segar baik dengan atau tanpa rekombinasi
dengan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan.
Umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer
atau roller drayer. Umur simpan susu bubuk maksimal adalah 2 tahun
dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak (full
cream milk prowder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk
powder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder).
• Susu Kental Manis
Susu kental manis adalah susu sapi yang airnya dihilangkan dan
ditambahkan gula (sekitar 40%), sehingga menghasilkan susu yang
sangat kental dan dapat bertahan selama satu tahun bila tidak dibuka.
• Yoghurt
Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi
bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang
kedelai. Tetapi produksi modern saat ini didominasi susu sapi.
Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat, yang
berperan dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel
dan bau yang unik pada yoghurt.
46
• Keju
Keju adalah makanan padat yang dibuat dari air susu hewan. Hewan
yang dijadikan sumber air susu biasanya adalah sapi. Air susu unta,
kambing, domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju
lokal. Makanan ini dikenal di seluruh dunia, namun diduga pertama
kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah.
Keju bermanfaat karena biasanya tahan lama, serta memiliki
kandungan lemak, protein, kalsium, and fosfor yang tinggi. Keju
merupakan bentuk pengawetan bagi air susu (WASPADA Online,
2007).
4.1.3.2 Pesaing PT Greenfields Indonesia
Industri dairy lokal Indonesia dikuasai oleh lima manufaktur
(Nutricia/Sari Husada, Nestlé Indonesia, Friesche Flag, Indomilk, dan
Ultrajaya) yang total volume penjualannya mencapai 90% diseluruh
Indonesia. Dengan ramalan positif mengenai permintaan konsumen akan
produk dairy, kelima manufaktur berencana untuk mengembangkan usahanya
dengan menambahkan fasilitas baru yang diharapkan meningkatkan outputnya
sebesar dua kali lipat. Para manufaktur juga berencana untuk melakukan
ekspor end product mereka ke negara tetangga, karena mereka menyukai
produk buatan Indonesia dengan harga yang rendah.
47
Gambar 4.1 The dairy processing industry market share
• PT Nestlé Indonesia
Salah satu perusahaan yang mengelola makanan berskala internasional
di Indonesia. Produksi mereka termasuk dairy (Dancow, Nan,
Lactogen, Milkmaid, Carnation, Bear Brand), kopi (Nescafe), the
(Nestea), minuman lainnya (Milo, Nesquick), saus (Maggi), coklat,
dan permen (Kit-Kat, Polo), makanan bayi, dan sereal. Sejak tahun
1971, Nestlé telah berdiri di Indonesia ketika pabrik pengolahan susu
mereka [ertama kali didirikan di Jawa Timur.
Nestlé telah mendominasi pasar produk dairy yang mana mereka telah
menduduki posisi puncak dengan total keseluruhan 49.0% market
share. Nestlé sendiri merupakan market leader dalam produk susu
bubuk di Indonesia.
• PT Frisian Flag Indonesia, Tbk
Anak perusahaan dari Royal Friesland Food N.V. yang berasal dari
Belanda. Frisian Flag memproduksi maknan bayi, makanan khusus
balita, susu kental, susu bubuk, dan susu tahan lama dibawah brand
Frisian Flag. Frisian Flag mengoperasikan dua fasilitas produksi di Jakarta (di Pasar
48
Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pabrik di Pasar Rebo memproduksi
susu bubuk dan pabrik di Ciracas memproduksi susu cair serta susu
kental manis).
Proses produksi susu di Frisian Flag menggunakan teknologi mutakhir
dan praktek sterilisasi terbaik dari awal hingga akhir untuk
menghindari kontaminasi dalam proses produksinya – praktek ini yang
dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP).
Frisian Flag mengikuti standar sertifikasi produksi kelas dunia
tertinggi untuk memastikan hasil produksi yang berkualitas tinggi bagi
konsumen. Seluruh proses ‘supply chain’, mulai dari pembelian bahan
baku sampai dengan distribusi produk akhir kepada distributor dan
grosir, diawasi oleh HACCP (Hazardous Analysis Critical Control
Point) dan sistem ISO 9001; 2000 dan sistem ISO 14000.
Frisian Flag berkantor-pusat di Jakarta dengan tujuh kantor penjualan
dan perwakilan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan lebih dari
1600 orang karyawan. Nilai-nilai perusahaan yaitu dapat-diandalkan,
berdedikasi-tinggi dan selalu berusaha memberi yang-terbaik
senantiasa dipegang teguh di hati dan pikiran para karyawan kami agar
terus fokus pada tujuan dan mencapai yang terbaik.
Produk-produk Frisian Flag dapat terbagi menjadi tiga yaitu susu
bubuk (Frisian Flag Mama, Frisian Flag Tahap 1, 2, Frisian Flag 123,
49
Frisian Flag 456, dan Frisian Flag Susu Bubuk), susu cair siap minum
(Yes! dan Frisian Flag Susu Cair), dan susu kental manis (Omela dan
Frisian Flag Susu Kental Manis)
Frisian Flag memiliki 21.9% market share untuk keseluruhan produk
susunya. Frisian Flag ialah market leader dalam produk susu kental
manis.
• PT Indomilk, Tbk
Didirikan pada tahun 1967 oleh Australian Diary Board. Pada
awalnya, Indomilk menjadi perusahaan Indonesia pertama yang
memproduksi susu kental manis di pabriknya yang terletak di Bogor.
Sejalan dengan perkembangannya produk-produk Indomilk makin
bervariasi seperti susu bubuk, UHT, mentega, yogurt, dan es krim.
Indomilk berganti tangan pada tahun 1986 ketika Salim Group
memiliki mayoritas sahamnya. Produksi es krim Indomilk merupakan
hasil kerja sama dengan Meiji Dairies dari Jepang.
Produk-produk yang dihasilkan oleh indomilk antara lain adalah
Indomilk Susu Kental Manis, Indomilk Susu Bubuk, Indomilk
BioKids (susu bubuk), Indomilk Calciskim (susu bubuk), Susu Cair
Indomilk, Indomilk Pasteurised Milk (susu cair), Susu Segar Indomilk
Non Fat (susu cair), Kotak Susu Indomilk (susu cair), dan Kotak Susu
Indomilk Kids (susu cair).
Indomilk menguasai sekitar 14.3% untuk market share produk dairy di
50
Indonesia dan menempati posisi market leader untuk produk
pasteurisasi.
• PT Ultrajaya Milk, Tbk
Pada tahun 1958, Ultrajaya mendirikan usaha dairy operation kecil.
Barulah pada tahun 1971 PT Ultrajaya Milk resmi didirikan. Selain
bergerak di bidang produk dairy, Ultrajaya juga memiliki produk
lainnya seperti jus segar di bawah brand Buavita dan teh dalam
kemasan karton di bawah brand Teh Kotak. Ultrajaya memegang 4.3%
market share dalam industri dairy.
4.1.3.3 Pasar Internasional
• Singapura
Singapura adalah salah satu dari negara tetangga Indonesia yang
berbatasan langsung dengan Kepulauan Riau. Sebagai salah satu
tujuan wisata, terutama wisatawan asal Indonesia, Singapura memiliki
keunggulan dalam penyediaan sektor jasa terutama transportasi,
akomodasi, dan pariwisata (FAS, 2004, pp2-7).
Sebagai negara kota yang terletak di sebuah pulau dengan luas 707,1
km2 dan berpenduduk sekitar 4,2 juta jiwa, Singapura sangat
tergantung dari hasil makanan hasil impor untuk memenuhi konsumsi
penduduknya dan turis yang berwisata disana. Beberapa dari produk
yang diimpor ke Singapura adalah dairy, buah dan sayuran segar,
daging mentah, ayam, unggas, minuman beralkohol, makanan ringan,
51
dan produk yang berorientasi pada konsumen lainnya. Pertumbuhan
untuk produk-produk berorientasi pada konsumen tersebut memiliki
growth rate sebesar 2% per tahun selama dua tahun terakhir.
Diperkirakan sekitar 70% penjualan daripada retail makanan yang
total penjualan tersebut bernilai 4 juta Dollar Amerika berada di
supermarket, sementara sisanya terbagi kepada mini market, pasar
tradisional, dan petrol station. Namun pada beberapa tahun belakangan
ini, banyak rumah tangga yang mulai beralih berbelanja di
supermarket untuk keperluan sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan
segar mereka. Pada umumnya, importir yang mewakili brand asing
bertanggung jawab terhadap perkembangan market dari brand
miliknya, iklan, promosi, dan juga distribusi kepada setiap retail.
Malaysia, sebagai negara tetangga, merupakan tujuan ekspor produk
asal Singapura yang telah menyerap sekitar 18% dari total keseluruhan
ekspornya. Malaysia juga merupakan importir utama Singapura.
Tingkat kelahiran penduduk Singapura selama satu dekade terakhir
juga telah mengalami penurunan (sekitar 0.6%), namun jumlah
penduduk Singapura tetap bertambah yang disebabkan oleh warga
negara asing yang datang dan menetap disana. Baik warga sementara
maupun tetap, Singapura telah menjadi tempat persinggahan bagi
warga negara asing yang pindah dan bekerja di Singapura. Dari total
4.3 juta penduduk Singapura, terhitung 3.4 jutanya ialah penduduk asli
52
Singapura dan 800,000 lainnya ialah pendatang asing yang datang
untuk bekerja, kunjungan jangka panjang untuk bekerja atau belajar.
Proporsi dari manula di Singapura telah bertumbuh dengan pesat
selama satu dekade terakhir. 7.3% dari total penduduk Singapura
adalah manula yang berusia 65 tahun. Populasi tersebut diperkirakan
akan bertambah sebesar 20% pada tahun 2050. Dilain pihak,
prosentase penduduk usia produktif (15-29 tahun) telah menurun
menjadi 20% dari 25% selama satu dekade terakhir. Tapi di sisi
baiknya, tingkat pendidikan wajib meningkat menjadi 12 tahun dari 10
tahun pada tahun-tahun sebelumnya.
Produk susu sendiri di Singapura terbagi menjadi beberapa kategori
seperti yogurt, keju, susu kental manis, susu bubuk, dan susu cair.
Sebagai negara pulau yang hanya memiliki sedikit industri lokal dan
sangat tergantung dengan hasil impor negara lain, pasar untuk industri
dairy di Singapura dikuasai oleh tiga negara importir produk dairy.
Yang pertama adalah Australia dengan market share sebesar 32%,
New Zealand dengan 29%, dan Malaysia sebesar 9%. Para importir
selain dari ketiga negara yang sudah disebutkan barusan hanya
memiliki market share sekitar atau kurang dari 3% (Amerika Serikat
sebagai contohnya) (FAS, 2007, p15).
Tidak seperti kebanyakan pasar di Asia Tenggara, produk makanan
asing dengan mudahnya membaur dengan makanan khas lokal.
53
Beberapa produk yang mudah diterima masyarakat ialah produk-
produk mainstream seperti bir, soft drink, susu cair, roti, pizza, ham,
coklat, potato chip, es krim, kue, dan pastry (FAS, 1998, p67).
• Malaysia
Malaysia adalah salah satu negara paling berkembang di Asia
Tenggara. Dengan populasi 26 juta penduduk, sekitar 61% dari
penduduknya memiliki pendapatan yang dapat digolongkan kepada
kelas menengah-atas dengan pendapatan per kapita sebesar 3,380
dollar Amerika Serikat. Perekonomian Malaysia ditunjang dengan
sector usaha manufaktur, jasa, dan pertanian yang kuat. Selain itu,
pemerintah Malaysia juga meningkatkan perkembangan di bidang
bioteknologi, teknologi komunikasi dan informasi, produk-produk
halal, dan sector perbankan berbasiskan Islam sebagai sumber baru
untuk pertumbuhan ekonominya.
Kestabilan ekonomi dan potlitik Malaysia telah menjadi sebuah alasan
tersendiri untuk masuknya investor asing. Hal tersebut juga didukung
oleh transportasi, telekomunikasi, perbankan, dan jasa pelayanan
kesehatan yang canggih dan efisien.
Malaysia sebagai negara yang terdiri dari berbagai ras memiliki nilai
tersendiri di mata investor dunia. 60% dari penduduknya memeluk
agama Islam, sekitar 20% penduduk Malaysia yang merupakan
keturunan etik Tionghoa memeluk agama Buddha atau Kristen.
54
Pendatang atau warga keturunan India, yang berjumlah sekitar 7.1%,
memeluk agama Hindu. Itu semua belum termasuk ekspatriat yang
datang sebagai turis maupun bekerja dalam jangka waktu tertentu di
Malaysia.
Pasar untuk makanan dan minuman Malaysia yang telah dimasuki
oleh produk impor maupun lokal telah menjadi daya tarik tersendiri
bagi Malaysia. Pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 80an dan awal
tahun 90an telah banyak memberikan kontribusi kepada perubahan
besar-besaran kepada pola konsumsi penduduknya. Penduduk
Malaysia yang tinggal di daerah perkotaan lebih memilih berbelanja di
toko yang mudah dijangkau dan memiliki produk dengan brand yang
sesuai dengan selera mereka.
Petumbuhan ekonomi Malaysia telah berujung pada meningkatnya
tingkat konsumsi penduduk dengan pendapatan menengah yang mulai
mengkonsumsi produk yang bervariasi dan mengharapkan kualitas
produk yang lebih baik. Lokasi perbelanjaan seperti supermarket dan
hypermarket menjadi sangat populer di Malaysia. Beberapa
supermarket dan hypermarket baru di Malaysia memiliki target pasar
yang spesifik, yaitu mereka yang memiliki pendapatan menengah-atas.
Kehadiran supermarket dan hypermarket tersebut menjadi akses untuk
mensupply lebih banyak produk makanan beku atau minuman dingin
karena mereka memiliki fasilitas cool dan cold storage.
55
Walaupun disebutkan sebelumnya bahwa Malaysia memiliki sector
pertanian, namun jumlah yang dihasilkan olehnya tidak mampu
mencukupi tingkat konsumsi penduduknya. Beberapa dari jenis
makanan yang diimpor ke Malaysia adalah sayuran segar dan
beberapa jenis buah-buahan tertentu, selain itu Malaysia juga
mengimpor produk makanan seperti daging sapi, domba, kambing,
keju, mentega, dan pasta.
Produk susu sendiri di Malaysia terbagi menjadi beberapa kategori
seperti yogurt, keju, susu kental manis, susu bubuk, dan susu cair.
Segmen pasar untuk susu cair pasteurisasi didominasi oleh F&N
Foods (Malaysia) Sdn Bhd (dengan brandnya seperti Farmhouse,
Daisy, dan Magnolia) sebesar 25%, Dutch Lady Milk Industries Sdn
Bhd (melalui brand Dutch Lady) sebesar 20%, Malaysia Milk Sdn
Bhd (melalui brand Marigold HL), dan Susu Lembu Asli Sdn Bhd
(melalui brand Godday) (FAS, 2008, pp3-7).
Impor susu Malaysia dimulai dari skala kecil pada tahun 1998. Pada
saat itu, Australia dan New Zealand ialah pemasok asing satu-satunya
yang mencoba memasuki pasar susu Malaysia yang telah didominasi
oleh produk lokal. Halangan utama bagi pemasok asing pada saat itu
ialah menghadapi persaingan ketat dari pemain utama seperti Nestlé
dan Dutch Baby (FAS, 2000, p44).
56
4.1.3.4 Consumer Behaviour
• Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki populasi penduduk
sekitar 213 juta jiwa. Walaupun Indonesia memiliki penduduk yang
cukup banyak, namun sebagian besar penduduknya jatuh kedalam
kategori menengah ke bawah. Lebih dari 80% penduduknya memeluk
agama Islam yang berarti mereka tidak mengkonsumsi produk yang
tidak Halal.
Regulasi impor produk ke dalam Indonesia sendiri terbilang rumit dan
sering kali tidak transparan. Hal tersebut membuat para eksportir
mendekati atau memiliki kedekatan dengan importir lokal atau agen.
Dikarenakan sebagian penduduk Indonesia masih menganggap produk
asal Amerika Serikat memiliki nama dan reputasi terutama dalam hal
kualitas yang baik, produk asal Amerika Serikat memiliki nilai tambah
tersendiri pagi penduduk Indonesia, terutama mereka dengan
pendapatan menengan ke atas. Walaupun begitu, tidak sedikit
penduduk Indonesia yang mengkonsumsi produk-produk yang diimpor
dari Malaysia, Filipina, Thailand, dan China.
Secara umum, terutama penduduk di kota-kota besar, penduduk
Indonesia lebih memilih berbelanja di supermarket atau outlet modern
dengan alasan kenyamanan berbelanja, banyaknya variasi produk yang
tersedia, kualitas produk yang terjamin, harga yang bersaing,
57
pelayanan yang baik, dan mudah dijangkau dari daerah perumahan.
Para customer mulai beradaptasi untuk mebayar harga yang lebih
mahal untuk produk makanan impor maupun produk makanan lokal.
Namun mereka juga tetap memilih ketika hendak membeli sebuah
produk dan akan tetap memilih produk dengan harga yang murah
dengan kualitas yang bagus.
Beberapa retailer telah menyediakan kemudahan dan pelayanan
tambahan bagi konsumennya, seperti menerima pembayaran melalui
kartu kredit / debit, tersedianya laundry counter, food court yang
berdekatan dengan daerah perbelanjaan, sampai pengantaran barang
sampai rumah. Beberapa retailer bahkan menyediakan pelayanan
berupa cash-back untuk menarik pelanggannya. Beberapa pihak
menekankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan efisiensi
ketimbang menambahkan jenis pelayanan baru.
Diperkirakan pada lima tahun mendatang, makanan siap saji dan
makanan siap masak trend yang disebabkan karena gaya hidup orang
modern dimana kedua orang tua yang bekerja dan pengaruh budaya
luar (FAS 2002, pp1-5).
Ketika sebuah perusahaan hendak mempromosikan produk barunya,
ada beberapa faktor yang harus diingat. Konsumer Indonesia memiliki
keraguan terhadap produk berkualitas rendah dan memiliki
ketertarikan kepad aproduk bermerk. Mereka juga sangat
58
mementingkan image dan sangat sensitive terhadap harga. Brand
loyalty tidak menjadi jaminan karena penduduk Indonesia akan lebih
memilih produk lainnya yang memiliki kualitas bagus, dikemas dalam
kemasan yang menarik, memiliki jalur distribusi yang baik, promosi
yang dikenal masyarakat, harga bersaing ketimbang produk murahan
(FAS, 2005, p6).
• Singapura
Berkembangnya tingkat pendidikan di Singapura berakibat langsung
pada meningkatnya pendapatan penduduk Singapura secara langsung.
Hal tersebut juga secara tidak langsung mempengaruhi kecenderungan
untuk memilih produk yang berkualitas tinggi ketimbang harga yang
murah untuk kuantitas yang banyak.
Sebagai salah satu dari negara di dunia yang memiliki perekonomian
terbuka, Singapura tidak memberikan pajak kepada produk makanan
dan minuman terutama minuman beralkohol. Alhasil, berbagai ragam
produk makanan dari seluruh dunia dapat ditemui di supermarket yang
berada di Singapura ini.
Diperkirakan sekitar 70% penjualan retail di Singapura yang
berjumlah sekitar 4 juta dollar Amerika Serikat berasal dari penjualan
di supermarket. Secara umum, importir yang membawa sebuah brand
masuk ke Singapura bertanggung jawab akan perkembangan market,
promosi, periklanan, dan distribusi.
59
Singapura memiliki dua nama yang menguasai outlet-outlet
supermarket. Yang pertama adalah NTUC Fairplace dimana hampir
semua produknya berasal dari importir lokal. Sedangkan yang kedua
adalah Cold Storage yang memiliki 42 cabang diseluruh Singapura.
Cold Stone dimiliki oleh grup Dairy Farm dengan target pasar
menengah ke atas. Sebagian besar produk mereka ialah produk asal
Erpoa, Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat. Procurement
untuk Cold Storage sangat tergantung dari kualitas dan kesegaran
sebuah produk (FAS, 2004, pp4-7).
• Malaysia
Dengan 60% populasi Muslim di Malaysia, permintaan untuk
makanan halal terus meningkat tiap tahunnya. Permintaan produk
makanan halal bukan hanya terbatas pada daging dan produk yang
berbahan dasar daging, namun juga kepada produk yang tidak
mengandung daging seperti makanan ringan, manisan, dairy, roti, dan
lain-lain. Istilah halal sendiri telah berkembang menjadi suatu
landasan bagi kualitas, kebersihan, dan keamanan sebuah produk
makanan. Produk yang telah mendapatkan sertifikasi halal memiliki
nilai jual lebih di Malaysia. Oleh sebab itu, banyak pemasok produk-
produk mulai berlomba-lomba mengambil sertifikasi halal untuk
produk mereka, terutama produk yang tidak mengandung daging.
Sertifikasi halal dapat diperoleh setelah lolos inspeksi yang dilakukan
60
oleh dokter hewan dan pemuka agama (JAKIM, Jabatan Kemajuan
Islam Malaysia) Malaysia. Konsumer Malaysia sangat memperhatikan
harga sebuah produk, hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi
produk lokal maupun produk impor yang berasal dari negara tetangga
Malaysia.
Penambahan jumlah populasi dengan pendapatan menengan ke atas
telah meningkatkan permintaan akan produk berkualitas tinggi.
Permintaan akan ikan segar dan hasil laut impor kebanyakan
digunakan dan dikonsumsi oleh restoran makanan laut khas China.
Sedangkan restaurant barat lebih menggunakan produk makanan,
terutama daging dan ikan, yang sudah dibekukan (FAS, 2008, p6).
Dengan pengaruh yang tinggi dari tingkat pendidikan yang ada,
kebiasaan makan dan berbelanja penduduk Malaysia telah banyak
berubah. Penduduk Malaysia, terutama yang tinggal di kota-kota besar
lebih memilih untuk berbelanja di retail outlet modern, yang
menyediakan segala kebutuhan dalam satu lokasi. Namun, pilihan
tradisional seperti pasar, yang berlokasi di lokasi-lokasi strategis sejak
dahulu kala tetap populer.
Penduduk Malaysia sendiri merupakan orang-orang yang memiliki
hasrat untuk terus mencoba jenis makanan baru. Trend makan di luar
telah lama menjadi suatu kebiasaan yang bisa dikategorikan kedalam
kebiasaan yang umum dan tidak tergolong dalam hal yang mewah.
61
Restoran mewah dan outlet foodservice yang bekerja sama dengan
pihak dari luar negeri banyak dijumpai di Klang Valley dan kota-kota
besar. Kebanyakan penduduk Malaysia memilih gaya restoran seperti
itu guna merasakan gaya dan style yang berbeda dalam culinary
standard mereka. (FAS, 2004, pp3-5).
4.1.3.5 Persiapan Menuju Pasar Luar Negeri
• Singapura
Untuk memasuki pasar Singapura, ada dua jalur transportasi yang
dapat dipilih yaitu jalur darat dan jalur udara. Untuk jalur udara,
bandar udara internasional Changi menjadi pilihan utama. Sementara
untuk jalur laut, kapal-kapal barang dapat berlabuh dan menurunkan
muatannya di Port of Singapore, salah satu pelabuhan paling sibuk dan
aktif di dunia. Port of Singapore selaku pelabuhan utama Singapura
telah lama menjadi tempat masuknya produk impor dari negara lain,
maupun tempat persinggahan kapal barang yang hendak berlabuh
menuju salah satu diantara 123 negara yang berlokasi di enam benua
di dunia.
Singapura memiliki peraturan yang amat terbuka terhadap produk
makanan impor. Produk-produk impor tersebut bebas pajak, terkecuali
minuman beralkohol dan rokok. Hal tersebut disebabkan karena
sedikitnya produksi lokal dan kebijakan pemerintah yang berniat
mengimpor segala jenis produk makanan dari seluruh dunia.
62
Pengecekan akan produk makanan impor dilakukan dengan teknologi
mutakhir dan proses tersebut mampu diselesaikan dalam kurun waktu
48 jam (FAS, 2004, pp2-4).
• Malaysia
Bagi para importir, ada dua jalur untuk memasuki pasar Malaysia,
yaitu jalur laut dan udara. Untuk jalur laut, Malaysia memiliki
pelabuhan yang terdapat di Klang, Penang, dan Johor. Pada tahun-
tahun sebelumnya, para importir akan melakukan transshipment
produk melalui Singapura, namun hal tersebut sudah tidak dilakukan
lagi mengingat meningkatnya fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh
pemerintah Malaysia. Westport yang berlokasi di Klang dan
Pelabuhan Tanjung Pelepas yang berlokasi di Johor menjadi contoh
keinginan Malaysia untuk pusat perkapalan.
Malaysia sendiri memiliki tujuh bandara internasional, termasuk Kuala
Lumpur International Airport (KLIA) yang baru diresmikan beberapa
tahun silam. KLIA ialah bandara terbesar dan paling modern di
Malaysia.
Jaringan jalan tol di Malaysia telah menjadi tulang punggung
transportasi di Malaysia. Hal tersebut sangat mempengaruhi 90%
pergerakan penumpang dan kargo dari satu daerah ke daerah lain yang
melalui jalur darat. Jalur darat telah menghubungkan hampir semua
kota di Malaysia, berkat itu pula distribusi antara kota dan daerah
63
terpencil dapat terjalin dengan lancar. Jalur kereta api juga menjadi
penghubung antara daerah-daerah semenanjung Malaysia (FAS, 2004,
p5).
4.1.4 Dilema PT Greenfields Indonesia
Pada tahun 2000, seusai pembangunan fasilitas pengolahan susunya, Edgar
selaku Managing Director PT Greenfields Indonesia kembali mengumpulkan timnya
guna membahas kelanjutan langkah yang harus diambil oleh PT Greenfields
Indonesia. Edgar beserta timnya merumuskan berbagai hal dan melihat ada dua jalan
keluar yaitu bermain pada pasar lokal atau mulai merambah pasar global.
Pada akhirnya, PT Greenfields Indonesia mengambil langkah untuk
ekspansi ke luar negeri. Negara yang pertama kali dimasuki ialah Singapura karena
Malaysia memberlakukan persyaratan yang ketat, walaupun permintaan di Malaysia
yang tinggi (Agrina, 2009).
64
4.2 Analisa Kasus
4.2.1 SWOT PT Greenfields Indonesia
Analisa SWOT ialah sebuah metode yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisa SWOT digunakan untuk melihat apakah keunggulan dan kelemahan
PT Greenfields Indonesia secara internal dan melihat peluang dan ancaman dari pihak
eksternal yang disebabkan PT Greenfields Indonesia ialah perusahaan yang masih
dalam tahap Growth.
• Strength
Kekuatan utama PT Greenfields Indonesia terletak pada produknya
yang merupakan produk susu premium yang terbilang masih langka.
Susu premium tersebut dihasilkan dari sapi-sapi yang diimpor
langsung dari Australia tetapi dikembangbiakkan di Indonesia dan
ditempatkan pada habitat yang dibuat sedemikian rupa agar sapi
tersebut mampu menghasilkan susu secara berkala dengan kualitas
yang tidak kalah dari kualitas susu asal Australia. Fasilitas pemerahan
susu yang dimiliki oleh Greenfields juga merupakan fasilitas dengan
teknologi tinggi dimana proses pemerahan susu sama sekali tidak
tersentuh tangan manusia (terkecuali untuk memasangkan cupnya).
65
• Weakness
Brand Greenfields ialah brand yang baru dan belum dikenal baik
secara lokal maupun global. Brand asal Indonesia memiliki citra yang
buruk di pasar luar negeri karena kualitas yang tidak konsisten.
• Opportunity
Banyaknya ekspartiat di Indonesia dan gaya hidup sehat yang mulai
menjadi gaya hidup, membuat produk susu premium milik Greenfields
memiliki pangsa pasar tersendiri.
• Threat
Ancaman yang terbesar bagi Greenfields datang dari dalam Indonesia
sendiri, dimana market share untuk produk susu cair secara
keseluruhan selama ini telah kuasai oleh pemain-pemain lama.
Ancaman lain yang juga datang dari Indonesia adalah sedikitnya
penduduk Indonesia yang mengkonsumsi susu selain disebabkan
masalah budaya, masalah ekonomi juga menjadi hambatan tersendiri.
4.2.2 4P PT Greenfields Indonesia
• Product
Produk Greenfields secara umum adalah produk susu cair dengan
kualitas premium. Produk tersebut dihasilkan dari sapi perah yang
berasal dari Australia yang dikembangbiakkan di Indonesia dengan
menciptakan habitat yang menyerupai habitat aslinya di Gunung
Kawi. Setelah susu tersebut diperah, susu tersebut diolah melalui
66
fasilitas dengan teknologi tinggi yang seluruh prosesnya dilakukan
oleh mesin. Kualitas premium yang telah disebutkan telah diakui oleh
berbagai sertifikasi dalam hal standart internasional. Disebabkan
produk susunya merupakan produk susu murni, yang mana masih
sangat jarang di Indonesia, produk susu Greenfields membutuhkan
waktu dan biaya lebih untuk edukasi pasar agar diterima oleh
masyarakat umum Indonesia, berbeda dengan masyarakat luar negri
yang terbiasa meminum susu murni.
• Price
Dengan produk premium (seperti yang sudah dijelaskan pada poin
Product), Greenfields merupakan produk yang memiliki segmen pasar
menengah ke atas. Hal tersebut dikarenakan biaya perawatan peralatan
dan pengasuhan sapi perah miliknya lebih mahal. Walaupun begitu,
harga produk susu Greenfields tidak akan jauh melebihi produk susu
impor yang sudah memiliki brand terkenal dan kualitas yang telah
diakui. Namun dengan harga yang “tidak akan jauh melebihi produk
susu impor” akan membuat produk susu Greenfields tidak akan
mampu bersaing karena brand Greenfields sendiri akan dianggap
sebagai produk kelas dua dan bukannya produk premium.
• Place
Sebagai produsen produk susu cair, jalur distribusi yang digunakan
oleh Greenfields adalah supermarket dan hypermarket. Hal tersebut
67
dikarenakan segmentasi pasar susu Greenfields yang merupakan
mereka yang berpendapatan menengah ke atas.
• Promotion
Strategi promosi yang digunakan oleh Greenfields adalah strategi
Push. Dimana brand Greenfields sendiri merupakan sebuah brand
yang baru di pasar. Promosi yang dilakukan sangat menggantungkan
diri pada distribusi dan iklan melalui media massa maupun media
elektronik untuk mengedukasi pasar.
4.2.3 Brand Equity PT Greenfields Indonesia
Dikarenakan Greenfields sendiri merupakan brand yang baru di pasaran dan
masih belum memiliki nama, brand equity Greenfields sendiri belum memiliki nilai
tambah lebih. Seperti yang dikatakan sebelumnya, brand equity adalah nilai tambah
yang diberikan apabila sebuah brand telah memiliki nama di pasaran, namun
disebabkan karena brand Greenfields yang baru maka brand equity milik mereka
masih lemah. Terlepas dari itu semua, Greenfields telah membangun brand mereka
agar menjadi brand produk susu murni premium dengan fasilitas pengolahan susu dan
peternakan yang didukung dengan teknologi yang mutakhir.
4.2.4 Porter’s Five Forces PT Greenfields Indonesia
• Threat of Substitute Products
Produk susu bukanlah produk yang mewah, walaupun ada beberapa
diantaranya yang memiliki pasar yang khusus, namun secara umum
produk susu terutama susu cair merupakan produk yang mampu dibeli
68
dan dikonsumsi mayoritas penduduk Indonesia. Banyaknya produk
susu yang telah memiliki pelanggan loyal dan tetap menjadikannya
tantangan bagi mereka yang hendak memasuki pasar ini.
• Potential New Entrants
Memasuki industri susu tidaklah mudah. Selain mereka harus
memiliki pemasok susu sendiri, baik membeli dari para peternak,
koperasi ataupun memiliki peternakan pribadi, mereka juga harus
memiliki fasilitas yang memadai dan mengikuti standart terutama oleh
pemerintah lokal.
• Rivalry among Competitors
Sebagai pemain baru di industri yang sudah dikuasai oleh para pemain
lama. Greenfields mau tidak mau harus langsung menghadapi para
pesaingnya tersebut, terutama para market leader yang sudah memiliki
customer yang setia.
• Bargaining Power of Buyers
Brand yang baru di pasaran terkadang memiliki permasalahan dengan
consumer yang masih enggan memilih produk dari brand yang baru
tersebut. Sama halnya dengan Greenfields yang baru masuk di pasar
industri susu. Dengan produk premium dari hasil susu dan pengolahan
yang bermutu tinggi, produk Greenfields yang memiliki target pasar
menengah keatas akan berhadapan dengan consumer yang telah
memiliki selera tersendiri dan umumnya telah dipenuhi oleh produk
69
susu lainnya. Tetapi hal tersebut bukan berarti mereka harus
menurunkan harga atau mengganti formula untuk menarik para
consumer karena menurunkan harga produk dapat berarti menurunkan
kelas produk tersebut.
• Bargaining Power of Suppliers
Greenfields yang memiliki sumberdaya berupa peternakan pribadi
tidak akan begitu menggantungkan hidupnya pada para pemasok susu.
Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan Greenfields daripada
produsen produk susu cair yang membeli susunya dari para pemasok
yang ada.
4.2.5 Imperative of Global Marketing
PT Greenfields Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam
industri susu yang peternakannya berlokasi di Gunung Kawi, Jawa Timur, Indonesia.
Alasan Greenfields memilih lokasi peternakannya di Gunung Kawi ialah agar dapat
menciptakan suatu habitat buatan yang menyerupai habitat asli dari sapi perah
miliknya yang diimpor langsung dari Australia. Sapi perah merupakan suatu hewan
ternak yang cukup sulit dipelihara, karena apabila mereka tidak merasa aman dan
nyaman dengan habitat mereka, mereka tidak akan menghasilkan susu yang
berkualitas atau dalam kuantitas yang sedikit. Greenfields menciptakan sebuah
peternakan di Gunung Kawi yang berlokasi di ketinggian 1,100–1,200 m dpl dengan
harapan sapi perah mereka merasa nyaman dan mampu memproduksi susu terus-
menerus.
70
Disebutkan sebelumnya bahwa sapi-sapi milik Greenfields ialah sapi yang
diimpor langsung dari Australia. Australia dan New Zealand ialah dua negara
penghasil susu sapi dengan tujuan utama ekspornya adalah wilayah Asia Tenggara.
Kualitas susu sapi produksi mereka sudah tidak lagi diragukan, hal tersebut karena
fasilitas pemerahan susu, perawatan sapi yang mutakhir, dan standart yang tinggi.
Dengan mengimpor sapi-sapi yang berasal dari Australia, Greenfields bermaksud
mendapatkan kualitas susu yang sama dengan yang dihasilkan di Australia namun
dengan harga yang lebih murah, karena diproduksi di dalam negeri.
Setelah fasilitas pemerahan susu Greenfields selesai dikerjakan dan mulai
beroperasi pada tahun 2000. Greenfields memiliki dua alternatif untuk melakukan
ekspansi usahanya, yaitu memasuki pasar lokal yang berarti harus berhadapan dengan
pesaing dalam industri susu lokal lainnya atau melakukan ekspansi keluar negeri.
Jika dilihat dari analisa SWOT, Greenfields memiliki keunggulan (Strength)
pada fasilitas pemerahan susunya yang berteknologi mutakhir dan produk susunya
yang berkualitas premium, namun karena Greenfields merupakan pemain baru di
pasar yang sudah lama eksis, mereka memerlukan waktu dan biaya tambahan untuk
promosi dan mengedukasi pasar akan produk mereka. Kelemahan (Weakness)
sekaligus ancaman (Threat) Greenfields ialah para pesaingnya dari dalam negeri yang
merupakan market leader dalam berbagai produk dairy, terutama susu, yang sudah
memiliki nama dan market share yang cukup besar ketimbang Greenfields yang baru
berdiri.
Dari analisa SWOT tersebut, pilihan Greenfields yang paling bijak untuk
71
mengembangkan sayapnya ialah menuju pasar luar negeri dimana mereka tidak harus
bersaing langsung dengan pasar dalam negeri, karena permintaan susu di luar negeri
adalah susu dengan kualitas premium. Didukung dengan produk premium yang
berasal dari bahan baku berkualitas tinggi dan fasilitas pengolahan berteknologi
canggih, Greenfields memiliki keunggulan tersendiri dalam kualitas produknya.
Ditambah dengan harga produk yang berasal dari Indonesia yang relatif murah, oleh
sebab itu Greenfields memiliki keunggulan tambahan di pasar luar negeri.
4.2.6 Global Market Entry Strategies
1. Target Market Selection
Produk susu cair, terutama susu pasteurisasi seperti yang diproduksi
oleh Greenfields memiliki kendala utama pada umur simpan yang
terbilang singkat (sekitar 14 hari). Dari alasan tersebut, sebuah strategi
yang paling tepat digunakan dalam hal ini adalah Geographic
Expansion ke wilayah yang berdekatan dengan Indonesia.
Dari empat strategic alternatives yang dijabarkan oleh Keegan
menyangkut grgraphic expansion, strategi yang paling cocok
digunakan oleh Greenfields adalah strategi dual expansion.
Dual expansion ialah strategi dimana sebuah perusahaan menjual
produk atau jasa dengan cara promosi yang sama dengan yang
dilakukan di negara asalnya. Cara ini tidak selalu berhasil digunakan
karena setiap pasar berbeda-beda, namun tidak menutup kemungkinan
cara ini berhasil digunakan pada pasar yang memiliki kemiripan
72
dengan negara asal produk. Strategi Dual Expansion ini biasa
digunakan untuk menghemat biaya (Keegan, 1995).
Dari data yang diberikan sebelumnya, Greenfields memiliki dua tujuan
pasar di luar negeri yang dipilih karena lokasi yang berdekatan dengan
wilayah Indonesia. Kedua tujuan tersebut adalah Singapura dan
Malaysia.
2. Mode of Entry
• Market Size and Growth
Singapura, seperti yang sudah dijelaskan pada data di atas,
ialah sebuah negara pulau yang memiliki penduduk sekitar 4,2
juta penduduk dimana sekitar 800,000 penduduknya ialah
warga negara asing. Perkembangan pendidikan di Singapura
yang mulai meningkat dalam satu dekade terakhir ini secara
tidak langsung akan berakibat langsung pada meningkatnya
penilaian dan kecenderungan memilih produk yang berkualitas
tinggi dengan harga yang terjangkau.
Berbeda dengan halnya dengan Malaysia yang 61% dari total
penduduknya telah masuk dalam kategori menengah ke atas.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan terus meningkat akan
menambah jumlah penduduk dengan pendapatan menengah ke
atas pada tahun-tahun mendatang. Disebabkan meningkatnya
taraf hidup masyarakat Malaysia, secara tidak langsung trend
73
untuk berbelanja di pasar tradisional mereka tinggalkan dan
mereka mulai beralih kepada pasar modern seperti supermarket
dan hypermarket untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
mereka. Supermatket dan hypermarket memiliki akses untuk
memasukkan produk impor dan memiliki fasilitas cool dan
cold storage yang amat membantu untuk menyimpan produk
yang memiliki umur simpan relatif sebentar.
• Risk
Sebagai salah satu negara tujuan wisata yang di wilayah Asia
Tenggara, Singapura memiliki resiko baik dalam bidang politik
maupun ekonomi yang minim. Hal tersebut dikarenakan pada
tahun 2001, perekonomian Singapura sedang mengalami
penurunan yang disebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat, Jepang, dan Eropa yang mengalami kemunduran,
terutama dalam produk elektronik.
Malaysia selaku negara importir utama Singapura tidak begitu
merasakan dampak dari efek tersebut. Malaysia yang ketika itu
sedang bangkit dari krisis moneter yang melanda Asia pada
tahun 1997, sedang mengalami peningkatan dalam bidang
perkonomian dengan perkiraan GDP sebesar 5.8%.
74
• Government Regulations
Singapura ialah negara yang terbuka, terutama pada produk
impor. Hal tersebut disebabkan karena minimnya produksi
lokal dan kebijakan pemerintah yang berniat mengimpor segala
jenis produk makanan dari seluruh dunia.
Sebagai negara dimana 60% penduduknya memeluk agama
Islam, Malaysia memberlakukan produk halal yang pada
awalnya dikhususkan kepada produk yang aman dikonsumsi
oleh kaum Muslim. Namun seiring dengan perjalanan wkatu,
produk halal tersebut menjadi sebuah indikator bagi produk
yang aman dan higienis untuk dikonsumsi, menjadikan produk-
produk yang memiliki sertifikat halal memiliki nilai tambah.
• Competitive Environment
Baik di Singapura maupun Malaysia memiliki kondisi dan
kendala yang hampir serupa dalam hal persaingan antar produk
susu cair. Produk-produk impor yang sudah ada sejak dahulu di
Singapura dan Malaysia akan menjadi pesaing Greenfields
begitu masuk ke pasar-pasar tersebut. Namun persaingan
antara brand, harga, dan kualitas akan menjadi penentu
persaingan tersebut.
75
• Local Infrastructure
Bersumber dari buku Global Market Management karangan
Kotabe, Singapura adalah negara yang termasuk dalam
Platforms yang berarti negara tersebut cocok untuk dijadikan
tempat mengumpulkan informasi dan membangun jaringan.
Malaysia dilain pihak masuk dalam kategori Growth yang
memudahkan early mover untuk membangun dan
mempersiapkan diri menghadapi pasar di masa mendatang.
• Company Objectives
Greenfields selaku perusahaan yang baru berdiri namun
mampu menghasilkan produk susu premium hanya memiliki
satu pilihan pada awal ekspansinya yaitu ekspor.
• Need for Control
Sebagai perusahaan dengan produk susu premium di pasar
yang sudah lama ada dan dikuasai oleh pesaing dari berbagai
negara lain, Greenfields memiliki pilihan untuk memfokuskan
diri pada Promotion dan Price. Promotion digunakan untuk
memperkenalkan pada pasar akan produk susu Greenfields
yang walaupun berasal dari Indonesia namun memiliki kualitas
premium dengan harga (Price) yang lebih rendah ketimbang
produk dari negara lain.
76
• Internal Resources, Assets, and Capabilities
Walaupun Greenfields sebuah perusahaan baru yang mampu
memproduksi produk susu premium. Susu tersebut ialah hasil
pengolahan susu sapi yang diekspor dari Australia namun
dikembangbiakkan di Gunung Kawi, sebuah lokasi peternakan
yang dipilih karena menyerupai habitat asli sapi perah tersebut.
Selain itu, Greenfields juga memiliki fasilitas pengolahan susu
dengan teknologi tinggi dimana semua proses dilakukan tanpa
tersentuh tangan manusia.
• Flexibility
Sebuah strategi akan terus berkembang seiring dengan
berjalannya waktu dan perubahan pasar. Jika pada awalnya
Greenfields hanya mengekspor produknya, maka langkah
selanjutnya setelah berhasil melakukan ekspor produk adalah
membangun kantor perwakilan atau kantor cabangnya di
Singapura atau Malaysia. Hal tersebut sesuai dengan definisi
daripada Geographic Expansion dimana sebuah kantor
perwakilan atau kantor cabang yang memiliki wujud fisik
(nyata) harus ada demi melayani customernya secara langsung.
Memiliki kantor perwakilan atau cabang di luar negeri akan
memberikan kemudahan bagi Greenfields untuk
mengembangkan produknya di pasar luar negeri.
77
Seperti yang didefinisikan pada Local Infrastructure, Singapura
adalah wilayah yang baik untuk mengumpulkan informasi dan
mendirikan jaringan untuk ekspansi di masa mendatang.
Berbeda dari Sinmgapura, Malaysia ialah negara yang telah
mencapai Growth, yang berarti jika Greenfields mendirikan
kantor perwakilan atau cabang di Malaysia, mereka harus siap
untuk bersaing demi menghadapi perkembangan pasar di masa
mendatang. Namun keunggulan lain mendirikan kantor
perwakilan atau cabang di Malaysia adalah kemudahan untuk
masuk ke Singapura karena Malaysia adalah supplier terbesar
Singapura.
3. Exporting
Dari poin-poin sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa langkah yang
harus diambil oleh Greenfields untuk melakukan ekspansi ke luar
negeri adalah mengambil langkah ekspor.
Ekspor sendiri, menurut Kotabe, terdiri dari 3 pilihan, yaitu indirect
exporting, cooperative exporting, dan direct exporting.
Menurut definisi dan skala bisnis Greenfields pada saat ini, langkah
ekspor yang paling cocok digunakan oleh Greenfields adalah indirect
exporting. Indirect exporting ialah sebuah langkah ekspor dimana
perusahaan akan menggunakan jasa dari export management company
(EMC) untuk menjalankan langkah ekspornya.
78
Jika menggunakan langkah lain seperti cooperating export atau direct
exporting, Greenfields akan membutuhkan dana tambahan yang tidak
lebih sedikit untuk awal ekspansinya ke luar negrei. Namun tidak
menutup kemungkinan bagi Greenfields untuk merubah strateginya
menjadi direct exporting atau bahkan cooperative exporting begitu
mereka sudah dirasa memiliki fondasi dan memiliki market share yang
kuat di luar negeri atau sudah mengerti jalur distribusi untuk pasar luar
negeri.
4. Timing of Entry
Waktu menjadi suatu pendukung yang amat penting dalam ekspansi
Greenfields. Waktu terbaik bagi Greenfields untuk melakukan
ekspansi ialah sesegera mungkin, setelah menemukan export
management company yang akan mengurus segala hal untuk
ekspansinya pertama kali. Melakukan ekspansi sesegera mungkin
bukan hanya disebabkan keinginan untuk cepat melakukan ekspansi,
namun juga karena didukung oleh beberapa faktor seperti
meningkatnya GDP, taraf hidup, dan mulai berubahnya selera terhadap
consumer goods di Malaysia. Sedangkan pada Singapura yang dalam
kondisi terpuruk akibat kemunduran perekonomian Amerika Serikat,
Jepang, dan Eropa dalam produk elektronik akan memudahkan
Greenfields untuk memasuki pasar tersebut, terlebih lagi karena
kebijaksanaan, dan kemudahan impor produk makanan atau minuman
79
akan lebih melancarkan jalan Greenfields untuk memasuki Singapura.