pengamatan pengaruh cahaya terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan neon tetra...
DESCRIPTION
Neon tetra merupakan salah satu jenis ikan tetra yang sangat populer di kalangan pembudidaya ikan hias karena warnanya yang sangat indah. Ikan neon tetra berasal dari Amerika Utara-Amazon. Ikan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1936. Paracheirodon merupakan salah satu ikan hias air tawar yang sudah lama dikenal dan biasanya bersifat tenang. Ikan ini mempunyai warna dasar perak-kelabu dengan bentuk badan pipih. Ikan ini terkenal dengan “neon stripe” atau garis neon berwarna biru hijau yang memiliki pancaran cahaya.TRANSCRIPT
PENGAMATAN PENGARUH CAHAYA TERHADAPKELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi)
MAKALAHDisusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Metode PenelitianYang dibina oleh Bu Dra. Betty Lukiati, M.S.
OlehKelompok 1 Offering G
Denny Fahrudin Mardiansyah 120342422502Istamaya Ariani 120342400167Manzilatul Rochmah 120342422470Niken Eka Agustina 120342400170Rizal Kurniawan 120342422471Soyadesita 120342422490Sukma Qumain 120342422472Syifa Sundari 120342400173
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIDesember, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan air tawar maupun air laut dapat dinikmati dengan dua cara, yaitu
dengan dihidangkan sebagai masakan atau dapat dinikmati keindahannya. Salah
satu jenis ikan yang dinikmati keindahannya adalah ikan neon tetra
(Paracheirodon innesi). Ikan neon tetra memiliki warna yang cerah sehingga di
habitat aslinya dalam perairan sungai pedalaman yang gelap ikan ini masih tetap
terlihat. Warna yang cerah juga menjadi salah satu sebab ikan ini diminati sebagai
ikan hias komoditi ekspor. Pada tubuh ikan neon tetra terdapat garis horizontal
berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung hingga bagian
depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian posterior
bawah tubuh. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan
beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi hari. Usaha
budidaya ikan neon tetra sangat bergantung pada ketelatenan petani ikan karena
dalam usaha pemijahan hingga pembesaran telur-telurnya dibutuhkan kondisi
yang khusus. Proses pemijahan, penetasan telur, hingga perkembangan embrio
seluruhnya harus dalam kondisi gelap atau tidak terkena cahaya yang
mengenainya. Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti intensitas
dan panjang gelombang akan memengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung terhadap pergerakan atau tingkah laku ikan dan perkembangan ikan.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui dampak apabila
juvenile yang sedang tumbuh dan berkembang tersebut dikenai warna tertentu
sehingga disusunlah penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti mengambil judul penelitian “Pengamatan Pengaruh Cahaya terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi)”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Bagaimana pengaruh cahaya terhadap kelangsungan hidup ikan neon tetra?
1.2.2 Bagaimana kondisi cahaya terbaik untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan paling optimal pada ikan neon tetra?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1 Mengetahui pengaruh cahaya terhadap kelangsungan hidup ikan neon tetra.
1.3.2 Mengetahui kondisi cahaya terbaik untuk kelangsungan dan pertumbuhan
hidup ikan neon tetra.
1.4 Hipotesis
H0= Cahaya berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan neon tetra
H1= Cahaya ungu merupakan cahaya terbaik untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan paling optimal pada ikan neon tetra.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Klasifikasi dan Biologi
Klasifikasi ikan neon tetra Paracheirodon innesi adalah sebagai berikut
Gemawaty, 2006):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Ostariohysoidei
Subordo : Charachioidea
Famili : Charachidae
Subfamili : Cheirodonfinal
Genus : Paracheirodon
Species : Paracheirodon innesi
Neon tetra merupakan salah satu jenis ikan tetra yang sangat populer di
kalangan pembudidaya ikan hias karena warnanya yang sangat indah. Ikan neon
tetra berasal dari Amerika Utara-Amazon. Ikan ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1936. Paracheirodon merupakan salah satu ikan hias air tawar yang sudah
lama dikenal dan biasanya bersifat tenang. Ikan ini mempunyai warna dasar
perak-kelabu dengan bentuk badan pipih. Ikan ini terkenal dengan “neon stripe”
atau garis neon berwarna biru hijau yang memiliki pancaran cahaya. Garis ini
memanjang pada sisi badannya, mulai dari depan mata hingga samping sirip
adipose. Di bawah warna neon ini terdapat warna merah menyala hingga akhir
sirip ekor, bagian perut berwaarna abu-abu muda dan kadang-kadang terlihat
berwarna biru serta semua sirip tidak berwarna (transparan). Ikan ini tergolong
mini karena ukuran maksimumnya hanya 3,75 cm. ikan betina dan ikan jantan
dapat dibedakan dengan melihat bentuk tubuhnya yaitu ikan betina mempunyai
perut yang lebar sehingga tubuhnya terlihat lebih besar dibandingkan dengan ikan
jantan. Ikan neon tetra hidup di perairan dengan kisaran suhu 25-29°C dan pH
5,5-7,5. Ruang dan oksigen merupakan faktor yang penting bagi kehidupan ikan
neon tetra (Gemawaty, 2006).
Jenis-jenis ikan tetra terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis tetra
yang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, Neon
Tetra & banyak lagi yang lain. Neon Tetra merupakan ikan hias yang termasuk ke
dalam kelompok ikan hias yang paling menarik. Tubuhnya berjalur merah dan
biru hijau sepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Ikan hias ini mudah
dipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati (Dinas Perikanan, 1996).
2.2 Cahaya
2.2.1 Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menentukan
tingkah laku ikan di laut. Faktor yang menentukan penetrasi cahaya masuk ke
dalam perairan adalah absorbsi cahaya dari partikel-partikel air, kecerahan,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Nilai
iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin
meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut dan nilainya akan berkurang
apabila cahaya tersebut masuk ke dalam air karena mengalami pemudaran.
Besarnya iluminasi cahaya (E satuannya lx) ditentukan dari intensitas
penyinaran (I satuannya cd) dan jarak dari sumber cahaya (r satuannya m)
yang diformulasikan sebagai berikut (Utami, 2006):
E =
Bentuk distribusi intensitas cahaya lampu di bawah air tergantung dari
tipe lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya. Pengamatan distribusi
intensitas cahaya di bawah air menunjukkan bahwa pada garis luar iso- lux
dari 4 lampu kerosene (lampu petromaks), bentuknya oval, intensitas cahaya
maksimum (250 lx) di permukaan air dan 0,1 lx di kedalaman 14. Lampu
listrik jenis metal halide mempunyai bentuk sebaran intensitas cahaya seperti
angka delapan yang diputar 90ke kiri dan ke kanan (Utami, 2006).
2.2.2. Panjang Gelombang Cahaya
Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan sangat kompleks antara lain
intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama
penyinarannya. Nicol 1963 telah melakukan suatu telaah mengenai
penglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan menyimpulkan bahwa
mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitifitasnya terhadap cahaya. Tidak
semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Cahaya yang dapat diterima
memiliki panjang gelombang pada interval 400 – 750 mμ (Utami, 2006).
Penetrasi cahaya dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang
gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang
gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya ke dalam perairan.
Panjang gelombang dari masing-masing warna cahaya dapat dilihat pada
Tabel 1 (Utami, 2006).
Tabel 1. Panjang gelombang dari masing- masing warnaWarna Panjang gelombang (nm)Violet 3.900-4.550Biru 4.550-4.920Hijau 4.920-5.770
Kuning 5.770-5.970Orange 5.970-6.220Merah 6.220-7.700
2.3 Tingkah Laku Ikan terhadap Cahaya
Tingkah laku ikan menurut He (1989) adalah adaptasi dari badan ikan
terhadap lingkungan internal dan eksternal, sedangkan reaksi ikan merupakan respon
yang berhubungan dengan tingkah laku ikan karena adanya rangsangan eksternal.
Terdapat dua bentuk reaksi dari hewan terhadap cahaya yaitu fotokinesis dan
fototaksis. Fotokinesis adalah respon dalam kecepatan perubahan arah gerakan
terhadap suatu intensitas cahaya, sedangkan fototaksis adalah tindakan lokomotor dari
suatu organisme mendekat (positif) atau menjauhi (negatif) dari suatu sumber cahaya
(Utami, 2006).
Pandangan beberapa ahli tentang tertariknya ikan terhadap cahaya lampu
berbeda-beda. Ikan melihat sumber cahaya dalam keadaan gelap di malam hari,
menjadi disorientasi secara optik dan bereaksi, dimana hanya satu mata yang
dirangsang sehingga terjadi gerakan yang tidak beraturan dan tidak menentu dari ikan
pada area iluminasi (Utami, 2006).
Menurut Utami (2006), terdapat teori tentang ikan berenang mendekati
sumber cahaya (fototaksis) yaitu forced movement theory, adaptation theory dan
feeding phototaxis theory, sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi fototaksis
pada ikan adalah faktor internal seperti umur, jenis kelamin dan kepenuhan isi
lambung serta faktor eksternal seperti temperatur air, level lingkungan cahaya (dini
hari dan bulan purnama), intensitas dan warna dari sumber cahaya, ada tidaknya
makanan dan kehadiran predator.
2.4 Mekanisme Diskriminasi Warna
Menurut Utami (2006), suatu objek yang dilihat oleh hewan tergantung dari
sifat-sifat fisik khusus dari cahaya yang sensitif untuk matanya. Pada serangga hanya
dapat mendeteksi warna dan polarisasi. Pada ikan yang matanya sangat mirip dengan
mata manusia dan mempunyai kemampuan untuk membedakan warna.
Ketika spektrum cahaya masuk ke mata diterima lensa dan diteruskan ke
retina maka spektrum cahaya merah tersebut merangsang sel kerucut merah untuk
aktif dan memberikan signal merah karena adanya eksitasi dari sel-sel ganglion
merah hijau (red green ganglion cell). Ketika spektrum cahaya hijau sampai di retina
maka cahaya hijau merangsang sel kerucut hijau dengan menghambat sel-sel ganglion
merah hijau (red green ganglion cell). Ketika spektrum cahaya warna kuning sampai
ke retina, maka cahaya kuning merangsang sel-sel kerucut merah dan hijau secara
bersamaan yang menyebabkan eksitasi ganglion merah hijau (red green ganglion
cell) tanpa mempengaruhi sel kerucut biru. Demikian pula untuk spektrum cahaya
warna biru masuk ke retina, sel kerucut merah dan hijau dirangsang yang
menyebabkan eksitasi sel ganglion kuning biru (yellow-blue ganglion) memberikan
signal biru (Utami, 2006).
Selanjutnya dari penelitian Mc Farland dan Munz (1975) menunjukkan bahwa
pigmen visual pada sel batang dari beberapa jenis ikan karang Pasifik memiliki
kemampuan menyerap gelombang warna berkisar 480-502 nm. Kisaran tersebut
berbeda dan lebih sempit kisarannya dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang
menyebutkan bahwa kisaran spektrum gelombang untuk pigmen sel batang untuk
ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 467-551 nm. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Lythgoe (1966) yang mendapatkan nilai yang hampir sama sekitar 490-503
nm pada tujuh sampel ikan dari Laut Mediterania. Berdasarkan penelitian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa adaptasi absorbs gelombang maksimal dari pigmen
visual ikan karang adalah berkisar 493 nm (Utami, 2006).
2.5 Teknik Budidaya Ikan Neon Tetra
2.5.1 Tempat Pemijahan
Tempat pemijahan ikan neon tetra biasanya berupa akuarium
dengan ukuran 30 cm x 25 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm x 20 cm. Kaca
diketiga sisinya dapat dibuat polos tanpa pulasan cat. Sebagai media
penempel telur dapat digunakan tanaman air, seperti Hydrilla atau
Myriophyllum. Tanaman harus steril, bebas dari lumpur dan telur siput.
Untuk itu, tanaman air dapat direndam dalam larutan PK encer sebelum
dimasukkan ke dalam akuarium (Gemawaty, 2006).
Air pemijahan untuk neon tetra agak berbeda dengan ikan lainnya.
Persyaratannya agak khusus sehingga dibutuhkan ketelatenan ekstra. Air
yang biasa dipakai berupa air suling (destilasi) ditambah dengan rendaman
air kayu asam kering dalam air selama beberapa hari (Gemawaty, 2006).
2.5.2 Memilih Induk
Jenis kelamin neon tetra antara lain dapat dibedakan berdasarkan
ukuran dan bentuk tubuh serta bentuk garis neon. Induk jantan tubuhnya
relatif langsing, agak panjang dan bentuk garis neon lurus. Sebaliknya,
induk betina berbentuk pendek bulat dan perut memebesar dengan bentuk
garis neon bengkok. Induk yang dipilih harus sudah berukuran 3,0 cm.
induk-induk yang telah dipilih dipisahkan dari kelompoknya dan dirawat
di akuarium tersendiri. Induk diberi pakan jentik-jentik nyamuk untuk
menjaga kondisi tubuhnya dan lebih mematangkan telur yang
dikandungnya. Dengan ukuran akuarium pemijahan seperti di atas,
perbandingan induk betina dan induk jantan adalah 6:3 (Gemawaty, 2006).
2.5.3 Pemijahan
Ikan neon tetra memijah pada malam hari dalam keadaan gelap
yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Untuk menyesuaikan
dengan habitat asal maka akuarium pemijahan ditutup dengan plastik
warna hitam sampai keadaan benar-benar gelap. Penutupan dengan plastik
warna hitam ini dapat dilakukan juga pada rak pemijahan dengan prinsip
sama yaitu terciptanya suasana gelap. Sedikit cahaya saja yang berhasil
menembus masuk ke dalam akuarium bisa dipastikan bahwa ikan tetra
tidak akan memijah. Selama pemijahan berlangsung induk tidak diberi
makan agar proses pemijahan dan telur yang dihasilkan tidak terganggu
oleh sisa-sisa pakan. Telur ikan tetra bersifat photophobic yakni sangat
sensitif terhadap cahaya (Bidang Budidaya Ikan, 2003).
2.5 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot maupun panjang dalam suatu
periode waktu tertentu. Pertumbuhan yang terjadi karena pertambahan jaringan
akibat dari pembelahan sel secara mitosis (Gemawaty, 2006).
2.6 Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai
persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Tingkat
kelangsungan hidup Survival Rate (RT) akan sangat erat kaitannya dengan ukuran
ikan yang dipelihara. Ikan yang masih berukuran kecil akan lebih rentan terhadap
penanganan yang kurang hati-hati (Gemawaty, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 5
perlakuan dan masing masing 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah berupa
perbedaan warna lampu neon. yaitu P1 warna merah , P2 warna kuning, P3
warna hijau, P4 warna biru, P5 warna ungu, dan perlakuan kontrol yaitu tanpa
cahaya atau gelap.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah juvenile ikan neon tetra (Paracheirodon
innesi) berusia satu hari berukuran rata-rata 0,5 cm yang didapat dari peternak
ikan. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 ekor Paracheirodon innesi yang
diambil dari setiap akuarium untuk diukur panjang dan beratnya setiap satu
minggu sekali.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
a. Variabel bebas : Warna.
b. Variabel kontrol : Jenis bahan dan ukuran akuarium, kualitas dan jumlah air
akuarium, jumlah air dari habitat sebelumnya, warna lampu,
suhu air dan ruangan, sirkulasi air, jenis bahan dan luas
penutup akuarium, jumlah dan jenis pakan ikan, waktu
terkena cahaya luar ketika pengambilan data, dan usia
embrio ikan neon tetra.
c. Variabel moderator : Kualitas internal ikan neon tetra.
d. Variabel terikat : Derajat kelangsungan hidup, panjang, dan bobot ikan neon
tetra.
3.4 Parameter Penelitian
Parameter yang digunakan untuk mengetahui kelangsungan hidup juvenile
Paracheirodon innesi adalah selisih jumlah ikan yang ditebar dengan jumlah
ikan yang hidup pada saat dilakukan pengontrolan setiap tiga hari sekali dan saat
akhir penelitian. Parameter untuk pertumbuhan Paracheirodon innesi adalah
panjang dan berat ikan yang diukur setiap satu minggu.
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
1200 juvenile ikan Paracheirodon innesi berusia 1 hari dengan ukuran
kurang lebih 0,5 cm.
cacing sutera Tubifex sp.untuk pakan ikan
kertas karton untuk menutup akuarium
air yang telah didiamkan selama satu malam sebagai pengisi akuarium
3.5.2 Alat
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
Aerator
Akuarium ukuran 30cm x 20cm x 20 cm sebanyak 16 buah
DO meter
Gunting
Jangka sorong
Kabel
Kain lap/spons kering
Lampu neon 20 watt warna merah, kuning, biru, hijau dan ungu
Lem
Neraca digital
pH meter
Serok halus
Selang kecil diameter 0,5 cm
Tali
3.6 Tahap Penelitian
3.6.1 Tahap persiapan wadah (akuarium)
1. Menyiapkan wadah yaitu akuarium kaca berukuran 30cm x 20cm x
20cm dengan ketebalan kaca 0,5 cm.
2. Membersihkan, dan mencuci wadah hingga bersih
3. Wadah diberi desinfektan larutan kalium permanganat (PK) dan
didiamkan selama 24 jam untuk mencegah tumbuhnya bakteri, jamur,
dan penyakit kulit pada Paracheirodon innesi. Setelah 24 jam, wadah
dicuci hingga bersih dan dikeringkan.
4. Wadah diisi dengan 15 liter air. Setelah itu, didiamkan selama 24 jam
sehingga gas berbahaya yang ada di air menguap dan air menjadi
lebih stabil.
5. Memasang alat sirkulasi udara yaitu aerator untuk pertukaran udara
akuarium.
6. Membuat penutup akuarium dari kertas karton. Penutup yang
digunakan berbentuk kubus tanpa penutup berukuran 40cm x 30cm x
50cm.
7. Memasang lampu dengan warna yang berbeda yaitu pada P1 dipasang
lampu neon berwarna merah, P2 dipasang lampu neon berwarna
kuning, P1 dipasang lampu neon berwarna hijau, P1 dipasang lampu
neon berwarna biru, P1 dipasang lampu neon berwarna ungu, dan
perlakuan kontrol tanpa dipasang lampu neon atau gelap. Jarak antara
lampu dengan akuarium adalah 10 cm.
8. Kualitas awal air, yaitu pH dan suhu, diukur menggunakan pH meter
dan termometer
9. Lampu neon dinyalakan terus selama 30 hari penelitian.
Gambar : A. Akuarium kaca, lampu neon dan aerator B. Penutup dari karton
40 cm
50 cm
30 cm
30 cm
20 cm
20 cm
3.6.2 Tahap persiapan ikan neon tetra
1. Menyiapkan 1200 juvenil ikan neon tetra berumur satu hari berukuran
rata-rata 5 mm yang dibeli dari peternak ikan hias.
2. Menebar 80 ekor ikan neon tetra ke dalam setiap akuarium dengan
menyertakan sebagian airnya.
3. Menutup akuarium dengan kotak karton
3.6.3 Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Penelitian dilaksanakan selama 30 hari
1. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan 3 hari sekali dengan
menghitung jumlah ikan yang hidup dari setiap ulangan. Penghitungan
harus dilakukan secara cepat untuk menghindari dari paparan cahaya
luar terlalu lama. Caranya dengan membuka tutup karton selama 5
menit kemudian menghitung secara langsung ikan yang hidup dan
yang mati. Selain itu, pada akhir penelitian jumlah ikan yang hidup
dari setiap akuarium dihitung untuk dibandingkan dengan jumlah ikan
yang ditebar pada awal penelitian.
2. Setiap satu minggu sekali diambil 15 ekor ikan Paracheirodon innesi
dari setiap ulangan untuk mengamati pertumbuhan ikan. Panjang ikan
diukur menggunakan jangka sorong, sedangkan bobot ikan ditimbang
menggunakan neraca digital.
3. Kualitas air yaitu pH, Suhu dan Oksigen terlarut diukur setiap hari. pH
diukur dengan menggunakan pH meter, Suhu diukur denagan
thermometer dam oksigen terlarut diukur dengan DO meter.
4. Pemberian pakan berupa cacing sutra (Tubifex sp.) dilakukan setiap
hari pada jam 08.00 WIB dan 17.00 WIB. Diberikan 5 gram cacing
sutra (Tubifex sp.) untuk satu kali pemberian pakan pada setiap
akuarium.
5. Pengumpulan data untuk mendapatkan derajat kelangsungan hidup
dapat menggunakan penghitungan jumlah ikan yang masih hidup
dibagi dengan jumlah ikan saat awal penebaran. Panjang dan berat ikan
diukur menggunakan jangka sorong dan neraca digital. Data derajat
kelangsungan hidup, panjang, dan berat ikan dicatat dalam tabel.
6. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Varian Tunggal (Anava) Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan apabila
terdapat perbedaan hasil dalam setiap perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Daftar Rujukan
Bidang Budidaya Ikan. 2003. Budidaya Ikan Hias Jenis Tetra, Modul: Pemijahan
Induk Ikan Tetra. Departemen Pendidikan Nasional.
Dinas Perikanan. 1996. Penuntun Kearah Menternakkan Ikan Hias Jenis Tetra.
Pemerintah DKI Jakarta.
Gemawaty, Nursyamsi. 2006. Produksi Ikan Neon Tetra Paraclreirodon innesi
Ukuran L pada Padat Tebar 20,40 dan 60 Ekor/Liter dalam Sistem
Resirkulasi. Skripsi diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Utami, Eva. 2006. Analisis Respons Tingkah Laku Ikan Pepetek (Secutor
insidiator) terhadap Intensitas Cahaya Berwarna. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.