bab iv pembahasan 4.1 definisi masyarakat tionghoa · 2020. 12. 8. · 19 bab iv pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi Masyarakat Tionghoa
Istilah masyarakat dalam bahasa Inggris disebut society (berasal dari kata
latin socius, yang berarti “kawan”) ini paling lazim dipakai dalam tulisan-tulisan
ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia. “Masyarakat” sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka, yang artinya
“ikut serta, berperanserta”.Jadi apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2003:119).
Istilah “orang Tionghoa “merupakan perdebatan hingga kini terus
berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada
orang Tionghoa telah dijadikan politik identitas. Politik identitas telah terjadi pada
zama penjajahan Belanda. Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi’na yang
mengacu pada Cina kunciran. Istilah Cina mengandung arti yang merendahkan,
dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang bersifat
menghina dan meremehkan (Meij Sing Lim, 2009:6).
Menurut Tetua di dalam keluarga penulis “Orang Tionghoa”adalah
sebutan masyarakat Indonesia untuk orang-orang yang keturunan China dan yang
tinggal sudah lama di Indonesia dan menjadi warga Negara Indonesia.
4.2. Mitos Pernikahan Etnis Tionghoa
Mitos pernikahan yang paling popular di dalam budaya etnis Tionghoa
adalah mitos pernikahan Nuwa dan Fuxi. Pada dasarnya keduanya merupakan
saudara. Kisahnya bermula dimana saat itu bumi belumlah memiliki populasi,
sehingga keinginan mereka untuk menikah dimaklumi namun keduanya merasa
malu akan hal tersebut. Sehingga mereka naik ke gunung Kun Lun untuk berdoa
kepada langit. Bila langit mengijinkan pernikahan mereka, buatlah keajaiban
unutk membuat mereka tidak tampak / terlihat samar-samar.
20
Kemudian langit mengijinkan pernikahan mereka dan membuat wajahnya
Nuwa menjadi samar. Namun untuk menutup rasa malunya, Nuwa menutup
wajahnya dengan kipas. Hingga saat ini di beberapa pedesaan di China masih
menggunakan kipas untuk menutup wajahnya pengantin wanita.
4.3. Upacara-Upacara dalam adat etnis Tionghoa
Upacara penikahan etnis Tionghoa sesuai dengan tradisi turun temurun.
Seiring kemajuan jaman saat ini ada beberapa acara yang sudah tidak lagi
dilakukan. Biasanya tergantung dari tradisi yang dianut oleh masing-masing
keluarga. Pesta dan upacara pernikahan merupkan saat peralihan sepanjang
kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara pernikahan
selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat
pernikahan etnis Tionghoa yang mempunyai upacara-upacara antara lain:
4.3.1 Upacara Menjelang Pernikahan
Ada lima tahapan didalam upacara menjelang pernikahan ini sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
- Lamaran atau Mahar
Kurang memahami pernik apa saja yang digunakan dalam adat upacara
pernikahan sering dijumpai dalam masyarakat modern keturunan di
Indonesia. Namun sekarang sudah terbantu dengan banyaknya dijual
bermacam-macam aksesoris untuk pernikahan dengan menyesuaikan adat
China baik yang masih otentik dan juga ada yang sebagai perhiasan untuk
memperindah prosesinya.
Dalam tradisi Tionghoa, proses lamaran dilakukan seminggu sebelum
berlangsungnya pernikahan. Lamaran merupakan pemberian barang dari
mempelai laki-laki untuk mempelai wanita yang nantinya akan digunakan
oleh kedua calon mempelai untuk kehidupan setelah masa pernikahan.
Barang yang biasanya melambangkan kelanggengan, kesuburan dan juga
kebahagiaan untuk pasangan. Yang unik dari barang lamaran pada adat ini
21
adalah banyaknya nominal 9 ((jiu) atau 8 (fat) yang menjadi kunci pokok
langgeng dan berkembangna kebahagiaan bagi kedua mempelai.
Barang yang menjadi Hantaran biasanya berupa, sebagai berikut:
• Uang; dalam masyarakat modern biasa jumlahnya sudah
ditentukan bersama contohnya Rp. 9.999.900. Perhiasan berupa
kalung, gelang, anting didalam kotak merah.
(sumber:http://www.tionghoa.info/sangjit-dalam-budaya-tionghoa/)
• Peralatan sehari-hari (peralatan mandi,peralatan makan,peralatan
make up,dll)
22
• Satu set peralatan Tea Pay
• Kue pia atau bolu (dibagikan kepada sanak saudara yang
membantu)
• Makanan laut yang sudah dikeringkan (juhi,sirip ikan “yu che”)
23
• Kacang-kacangan (almond,hijau & merah)
• Sepasang kaki babi, 2 ekor ayam dan 2 ikan untuk melambangkan
keselamatan.
• Kepala bulat yang ditempel aksara Chinese berarti “Double
Happy”
24
• Tiga nampan masing-masing berisikan 18 buah (apel, jeruk, pear
atau buah yang manis lainnya sebagai lambang kedamaian,
kesejahteraan dan rejeki)
• Akar teratai “Lian au”, melambangkan rukunnya tiga generasi;
orang tua, anak dan cucu sedangkan buah teratai kering “Lian Ce”,
melambangkan keturunan.
• Permen atau gula batu melambangkan manisnya kehidupan
semanis mempelai wanita.
• Dua bundel pita berupa huruf mandarin yang berarti double
happiness, artinya agar happy atau gembira sampai tua nanti.
Selain itu juga diberikan angpau/uang sebagai “pengganti” biaya pengantin
wanita yang diberikan untuk orang tua mempelai wanita yang hanya
disediakan bila pengantin wanita akan ikut dengan penganti pria setelah
menikah nanti. Dalam pengembaliannya keluarga wanita menyiapkan 2
25
(dua) botol sirup untuk diganti dengan brandy. Semua hantaran dihitung
dengan jumlah tepak/baki/dulang yang sama dengan yang dihantarkan
sebelumnya ditambah dengan lilin phoenix atau lilin pengantin sepasang.
- Prosesi seserahan adat Tionghoa (Sangjit)
Dalam rangkaian adat Tionghoa, Sangjit dilakuakan setelah acara lamaran.
Hari dan waktu yang baik untuk melakukan Sangjit ini ditetapkan pada
saat proses lamaran tersebut. Dalam prakteknya, Sangjit sering ditiadakan
atau digabung dengan lamaran. Namun sayang rasanya meniadakan
prosesi yang satu ini, karena makna yang terkandung di dalam sebenarnya
sangat indah.
Tata cara dalam acara Sangjit:
Wakil keluarga wanita beserta para penerima seserahan (biasanya para
anggota keluarga yang telah menikah) menunggu di depan pintu rumah
menunggu rombongan pria yang datang membawa seserahan ke rumah si
wanita. Rombongan wanita dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan.
Rombongan ini terdiri dari wakil keluarga serta para gadis/pemuda yang
belum menikah pembawa nampan seserahan. Seserahan diberikan satu per
satu secara beurutan, mulai dari seserahan untuk kedua orang tua
mempelai wanita, mempelai wanita, dan seterusnya. Barang seserhan yang
sudah diterima oleh pihak mempelai wanita dibawa ke dalam kamar untuk
diambil sebagian. Sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan
seserahan pada keluarga pria berupa manisan (seperti permen/coklat) dan
berbagai keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan) wakil keluarga
wanita juga memberikan angpao /uang ke tiap-tiap pembawa seserahan
yang biasanya terdiri dari para gadis/pemuda yang belum menikah
(angpao diberikan dengan harapan agar enteng jodoh).
Barang-barang seserahan Sangjit sebelum keluarga calon pengantin pria
memutuskan barang apa saja yang akan dibawa, sebaiknya didiskusikan
terlebih dahulu bersama keluarga si wanita. Barang-barang ini tentu saja
memiliki makna simbolis yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi
mempelai pria. Setelah diputuskan, barang-barang tersebut diletakkan
26
dalam nampan-nampan yang berjumlah genap, biasanya maksimal 12
nampan.
Hal yang menarik saat ini adalah apabila sebagian besar barang-barang
seserahan ini dikembalikan lagi pada keluarga pengantin pria. Hal ini
dikarenakan bila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada,
artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya kepada
keluarga pria dan tak aka ada hubungan lagi antara si pengantin pria dan
keluarganya. Namun bila keluarga wanita mengembalikan separuh dari
barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih bisa
turut campur dalam keluarga pengantin. Masih ada satu lagi yaitu apabila
barang-barang seserahan dikembalikan semuanya ke keluarga pria maka
berarti lamaran dari keluarga pria ditolak oleh keluarga wanita.
- Menghias Kamar
Setelah semua acara lamaran sudah dipersiapkan, kini saatnya merapikan
kamar kedua mempelai. Tradisi menghias kamar pengantin dilakukan juga
seminggu sebelum hari H berlangsung. Menghias kamar merupakan salah
satu tradisi yang masih dilakukan oleh para orang tua kedua mempelai. Di
era modern, menghias kamar dapat dilakukan oleh para perias pengantin.
Namun bagi masyarakat Tionghoa dulu, menghias kamar menjadi tradisi
yang ditunggu-tunggu oleh para keluarga kedua calon mempelai. Orang
yang menghias kamar pengantin biasanya adalah kerabat yang sudah
menikah dan kehidupan pernikahannya terkenal langgeng, ini
melambangkan agar dapat menjadi contoh bagi kedua calon mempelai.
Menghias kamar pengantin dengan warna merah melambangkan
kebahagiaan dan semangat hidup, lampu lentera juga kerap diletakkan di
dalam kamar.
Dengan maraknya lampu yang ada, diharapkan pernikahan ini akan
menerangi bagi pasangan dalam melangkah kehidupan bersama. Sebagai
simbol lancarnya keturunan mempelai, kamar yang sudah rapih biasanya
ditiduri oleh bayi atau balita. Semua benda didalam kamar ditempelkan
dengan sticker tulisan double joy mulai dari barang-barang pribadi sampai
27
meja rias dan lainnya. Selain itu hiasan yang umumnya digunakan saat
jaman dinasti adalah potongan kertas/gambar bebek peking, naga dan
burung phoenix dan semuana ditempelkan sepasang.
Dari semua arti positif yang terkandung dalam setiap barang dan
perbuatan, ada juga larangan yang tidak boleh dilakukan oleh para
mempelai di dalam kamar ini yaitu salah seorang mempelai baik pria
maupun wanita, tidak diperkenankan tidur sendiri tanpa pendampng.
Secara tidak langsung hal ini berarti menjauhkan mereka dari kehilangan
salah satu pasangan, entah karena perceraian atau meninggal.
- Upacara
Pagi hari sesaat sebelum upacara dilakuakan setelah mandi, mempelai pria
dan wanita diharuskan memakai pakaian putih sambil disisir 4 kali dari
kepala hingga ujung rambut oleh kerabat dekat yang masih lengkap
keluarganya, diucapkanlah juga empat kalimat ini : sisiran pertama “hidup
bersama sampai rambut beruban”sisiran kedua “rumah tangga
harmonis”sisiran ketiga “diberkati dengan banyak keturunan” sisiran
keempat “diberkati dengan panjang umur”. Setelah melakukan ritual pagi,
tibalah saatnya untuk upacara. Upacara dimulai dengan berdoa untuk para
leluhur demi meminta ijin berlangsungnya acara, setelah itu keluarga
beserta kedua calon mempelai menikmati hidangan kue onde-onde, ini
melambangkan agar acara yang akan dilangsungkan berjalan dengan
lancar, lanyaknya bola yang bergelinding.
- Acara tea pay
Acara ini bermaksud adalah layaknya perkenalan bagi para calon
mempelai dengan keluarga dari kedua belah pihak. Selain itu upacra yang
dapat berarti “jualan teh” ini juga sebagai penghormatan dari kedua calon
mempelai kepada orang tua dan kerabat sepuh mendoakan mempelai
menjadi pasangan yang bahagia lahir batin dalam susah maupun senang.
28
4.3.2. Upacara Pernikahan
3-7 hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga
mempelai pria dan keluarga dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai
wanita. Mereka membawa beberapa perangkat untuk menghias kamar pengantin.
Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (utuh)
dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan emas kawin.
Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon
mempelai wanita sampai hari pernikahan tiba. Malam dimana besok akan
diadakan upacara pernikahan, ada upacara “Liauw Tiaa”. Upacara ini biasanya
dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi
ada kalanya diadakan pesta besar-besaran sampai larut malam.
Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon
mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini
juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari
pacar atau pasangan).
4.3.3. Upacara berdoa / sembahyang kepada Tuhan (Cio Tao)
Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun,
adakalanya upacara sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam
menjelang pernikahan. Upacara Cio Tao ini terdiri dari beberapa upacara yaitu:
- Penghormatan kepada Tuhan
- Penghormatan kepada Alam
29
- Penghormatan kepada Leluhur
- Penghormatan kepada Orang Tua
- Penghormatan kepada kedua mempelai
Meja sembahyang berwarna merah tiga tingkat dibawahnya diberi tujuh macam
buah, dan satu Srikaya yang melambangkan kekayaan. Dibawah meja harus ada
jambangan atau tempat yang berisi air, rumput berwarna hijau yang
melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan garis
tengah 2 meter dan diatasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan, sumpit, dan
lain-lain yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang umur
dan setia. Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran China yang
disebut baju “Pao”. Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan
memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut
serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.
4.3.4. Upacara Penghormatan Leluhur
Sesudah upacara dirumah, dilanjutkan ke Vihara atau Gereja. Di sini
upacara penghormatan kepada Tuhan Allah dan para leluhur.
4.3.5. Penghormatan orang tua dan keluarga
Kedua mempelai kembali ke rumah dan diadakan penghormatan kepada
kedua orang tua, keluarga, kerabat dekat. Setiap penghormatan harus dibalas
dengan “ang pao” baik berupa uang maupun emas, permata. Penghomatan dapat
terjadi lama karena bersujud dan bangun. Dapat juga sebentar dengan disambut
oleh yang dihormati.
4.3.6. Upacara setelah pesta pernikahan
Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran diganti dengan pakaian
“ala barat” atau pakaian modern. Pesta pernikahan diadakan di hotel atau tempat
lain. Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria (kiangsay). Mengundang
kiangsay untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum bleh
30
menginap dirumah mempelai wanita. Tiga hari sesudah menikah diadakan
upacara yang terdiri dari:
1. Teh Pai
Teh pai adalah setelah acara pernikahan dimana seluruh sanak saudara
dari keluarga suami maupun istri memberikan hadiah sebagai dasar
pembangunan keluarga yang menikah, dimana dalam teh pai ini pihak
tertua biasanya memberikan petuah-petuah kepada orang yang telah
menikah, dalam membina rumah tangga mereka. Selesai memberi petuah
mereka memberikan hadiah biasanya berbentuk perhiasan, uang, alat
kebutuhan rumah tanga sebagai tanda membantu perekonomian keluarga
mereka.
2. Cia Kiangsay
Pada upacara yang dilakukan dirumah mempelai wanita. Menjamu
mempelai pria (“Cia Kiangsay”) intinya adalah memperkenalkan
keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria
sudah boleh tinggal bersama.
3. Cia Ce’em
Merupakan upacara yang dilakukan dirumah mempelai pria,
memperkenalkan seluruh keluarga besar mempelai wanita. Tujuh hari
sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah keluarga
yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat China
yang lebih sederhana. Prosesinya pun cukup mudah, kedua mempelai
berlutut atau membungkuk, sambil menjamu dan mempersilahkan kedua
orang tua menikmati teh yang telah dituang oleh mempelai pria dan
diberikan oleh mempelai wanita. Lalu setelah prosesi jamuan minum
selesai, kedua mempelai dibayar atau diberi hadiah berupa ang pao yang
biasanya berisi perhiasan ataupun uang. Untuk perhiasan, orang tua
biasanya langsung memakaikan kepada mempelai wanita dan untuk uang
ang pao akan diletakkan di atas nampan atau saku mempelai pria.
31
No Ikon Indeks Simbol
1
Rp.
9.999.999
Uang
Angka 9, adalah angka terbesar
sebelum angka nol (0) dan angka ini
dipercaya sebagai angka
hoki/keberuntungan oleh para nenek
moyang etnis tionghoa.
2
Kue
Kue ini harus ada karena untuk
diberikan kepada orang-orang yang
telah membantu dalam tiap acara
mempelai. Sebenarnya tidak harus
bolu yang penting kue.
3
Kacang – kacangan
Kacang memiliki arti agar pernikahan
bahagia,anak cucu berbakti dan
berhasil menjadi Orang Besar.
4
2 pasang Kaki babi , ayam dan ikan
Melambangkan keselamatan dan agar
kedua keluarga menjadi bahagia dan
saling menerima keadaan masing-
masing. Dan dengan 3 itu mereka
dapat menjalani kehidupan di 3 alam.
5
Kepala bulat
Melambangkan kebahagiaan ganda
untuk mempelai berdua.
32
No Ikon Indeks Simbol
6
18 tiap
buah
Buah agar pernikahan selalu segar tiap
hari dan selalu harmonis berdua atau
berkeluarga.
7
Permen melambangkan kemanisan
keluarga yang dibangun agar selalu
manis hingga tua.
8
Pita Merah bertuliskan aksara
mandarin adalah tentang kebahagiaan
yang telah turun temurun dari nenek
moyang Tionghoa yang dipercaya
membawa kebahagiaan.
9
sepasang Wine dan lilin phoenix ini
melambangkan bahwa pihak laki-laki
di terima oleh pihak perempuan
sebagai calon menantu dan
sebaliknya.dan melambangkan
keeratan hubungan dari kedua pihak
keluarga.