pembahasan tionghoa

31
5/17/2018 pembahasanTionghoa-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 1/31 BAB I IDENTIFIKASI Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Salah satunya adalah suku Tionghoa. Kebanyakan orang Indonesia asli telah banyak bergaul dengan orang Tionghoa Indonesia, tetapi sebagian besar belum mengenal golongan penduduk ini sebenarnya.Orang Tionghoa yang ada di Indonesia,sebenarnya bukan merupakan satu kelompok yang asal dari satu daerah saja di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua propinsi, yaitu Fukien dan Kwngtung. Ada empat bahasa Cina di Indonesia ialah bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton. Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan leluhur mereka yang berimigrasi secara  periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti- dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang menyuburkan perdagangan dan lalu lintas  barang maupun orang dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya. Para imigran Tionghoa tersebar di Indonesia mulai dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Hokkien adalah yang pertama ke Indonesia yang berasal dari propinsi Fukien bagian selatan. Di antara pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia, merekalah yang paling berhasil, karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan uji dan rajin. Mereka dan keturunannya telah  berasimilasi sebagai keseluruhan paling banyak terdapat di Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur dan pantai Barat Sumatra. Imigran yang lain adalah orang Teo-Chiu yang berasal dari pantai selatan negeri Cina di  bagian timur propinsi Kwantung. Orang Teo-Chiu dan Hakka (Khek) disukai sebagai kuli  perkebunan dan pertambangan di Sumatra Timur, Bangka dan Biliton. Di sebelah barat dan selatan daerah asal orang Hakka di propinsi Kwantung, tinggallah orang-orang Kanton (Kwong Fu). Di Indonesia, mereka terkenal sebagai ahli dalam pertukangan,  pemilik toko-toko besi dan industri kecil. Mereka lebih tersebar merata dibandingkan dengan yang lain. Walaupun orang Tionghoa perantau itu terdiri dari paling sedikit enpat suku bangsa, namun dalam pandangan orang Indonesia pada umumnya mereka terbagi ke dalam dua golongan, yaitu 1

Upload: panggaran

Post on 19-Jul-2015

1.137 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 1/31

BAB I

IDENTIFIKASI

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Salah satunya adalah suku Tionghoa.

Kebanyakan orang Indonesia asli telah banyak bergaul dengan orang Tionghoa Indonesia, tetapi

sebagian besar belum mengenal golongan penduduk ini sebenarnya.Orang Tionghoa yang ada di

Indonesia,sebenarnya bukan merupakan satu kelompok yang asal dari satu daerah saja di negara

Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua propinsi, yaitu Fukien dan

Kwngtung. Ada empat bahasa Cina di Indonesia ialah bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan

Kanton.

Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan leluhur mereka yang berimigrasi secara

 periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok 

menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-

dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang menyuburkan perdagangan dan lalu lintas

 barang maupun orang dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

Para imigran Tionghoa tersebar di Indonesia mulai dari abad ke-16 sampai pertengahan

abad ke-19. Hokkien adalah yang pertama ke Indonesia yang berasal dari propinsi Fukien bagian

selatan. Di antara pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia, merekalah yang paling berhasil,karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan uji dan rajin. Mereka dan keturunannya telah

 berasimilasi sebagai keseluruhan paling banyak terdapat di Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa

Timur dan pantai Barat Sumatra.

Imigran yang lain adalah orang Teo-Chiu yang berasal dari pantai selatan negeri Cina di

 bagian timur propinsi Kwantung. Orang Teo-Chiu dan Hakka (Khek) disukai sebagai kuli

 perkebunan dan pertambangan di Sumatra Timur, Bangka dan Biliton.

Di sebelah barat dan selatan daerah asal orang Hakka di propinsi Kwantung, tinggallah

orang-orang Kanton (Kwong Fu). Di Indonesia, mereka terkenal sebagai ahli dalam pertukangan,

 pemilik toko-toko besi dan industri kecil. Mereka lebih tersebar merata dibandingkan dengan yang

lain. Walaupun orang Tionghoa perantau itu terdiri dari paling sedikit enpat suku bangsa, namun

dalam pandangan orang Indonesia pada umumnya mereka terbagi ke dalam dua golongan, yaitu

1

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 2/31

Peranakan dan Totok.

Pada masa sekarang, terdapat dua penggolongan suku bangsa Tionghoa yang bermukim di

wilayah Indonesia. Golongan pertama adalah golongan Tionghoa peranakan yang merupakan

keturunan Tionghoa asli yang bersatu dengan penduduk Indonesia melalui ikatan pernikahan atau

orang Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia. Tionghoa peranakan ini mulai tumbuh ketika pada

awal masa perantauan penduduk Cina ke Indonesia masih sedikit golongan wanita yang ikut

sehingga para pria memilih untuk menikahi para wanita pribumi. Masyarakat Tionghoa peranakan

itu kini ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai dengan ciri-ciri fisik masyarakat Indonesia asli.

Populasinya tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Golongan kedua dari suku bangsa Tionghoa di Indonesia adalah golongan Tionghoa totok 

atau Tionghoa asli, tidak menjalin ikatan pernikahan dengan bangsa pribumi, bahkan ada di antara

mereka yang sampai saat ini masih belum bisa berbahasa Indonesia dan ciri-ciri fisiknya masih

menyerupai ciri-ciri fisik orang Cina. Selain itu golongan masyarakat Tionghoa ini agak susah

dalam melakukan akulturasi terhadap budaya setempat karena pengaruh adat istiadat mereka

sendiri. Biasanya mereka hidup dalam desa-desa orang Tionghoa yang mereka bangun sendiri.

Populasi Tionghoa totok terdapat di wilayah Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bagan Siapiapi.

Orang Peranakan bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia, melainkan juga

hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan orang Indonesia. Sedangkan orang Totok 

 bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di negara Cina, melainkan juga orang yang lahir di negara

lain. Penggolongan tersebut juga menyangkut soal derajat penyesuaian dan akulturasi dari para

 perantau Tionghoa terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya.

Demikianlah terdapat orang Tionghoa Peranakan di Jawa Timur dan Tengah sekarang ini,

yang dalam banyak unsur kehidupannya telah menyerupai orang Jawa, yang telah lupa akan bahasa

asalnya dan bahkan dalam ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai orang Indonesia asli. Adapun proses

akulturasi itu kurang sifatnya di Jawa Barat dan lebih kurang lagi di Kalimantan Barat.

Walaupun banyak di antara oang Tionghoa di Kalimantan Barat dan daerah-daerah lain itu

sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi toh mereka masih akan disebut orang Tionghoa

Totok oleh orang Indonesia asli. Orang Tionghoa Totok banyak bertambah dengan gelombang

imigrasi yang terjadi di antara tahun 1920-1930 di Jawa. Hal itu terjadi karena keadaan tekanan di

negara Cina yang waktu itu mengalami zaman pergolakan dan revolusi.

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 3/31

Proses Masuknya Bangsa Tionghoa Ke Indonesia

Suku bangsa tionghoa merupakan suku bangsa yang telah mendiami tanah air sejak 

zaman prasejarah. Proses masuknya suku bangsa tionghoa ke nusantara telah terjadi sejak 

migrasi besar-besaran manusia prasejarah yang masuk ke wilayah Nusantara (yang kini

dikenal sebagai melayu tua dan juga melayu muda ). Kemudian hal ini berlanjut pada masa

kerajaan-kerajaan mulai berdiri di wilayah Nusantara yang bukti peninggalan yang dapat

merekam kedatangan bangsa tionghoa tersebut terdapat pada beberapa prasasti yang

menuliskan mengenai berita kedatangan bangsa tionghoa tersebut. Suku bangsa tionghoa

tersebut kebanyakan datang dan masuk ke wilayah Nusantara karena alasan perdagangan dan

kemudian bangsa tionghoa atau bangsa Cina tersebut melakukan akulturasi dengan penduduk 

sekitar, bahkan ada yang sampai menikahi penduduk sekitar tersebut sehingga mereka

memiliki keturunan yang bertahan hingga sekarang. Orang-orang Tionghoa yang berada di

Indonesia berasal dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua propinsi di Cina, yaitu

Fukien dan Kwangtung. Perbedaan asal masyarakat Tionghoa di Indonesia ini kemudian

menyebabkan perbedaan kebudayaan tiap suku bangsa beserta dengan bahasanya sehingga di

Indonesia terdapat bermacam bahasa Cina yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa

Indonesia. Bahasa tersebut antara lain bahasa Hokkien, Teo Chiu, Hakka, dan Kanton.

Terdapat perbedaan yang besar antara masing-masing bahasa tersebut sehingga pembicara

yang menggunakan satu bahasa akan tidak dapat dimengerti oleh pengguna jenis bahasa yanglain.

Suku bangsa Hokkien, salah satu suku bangsa Tionghoa yang berasal dari wilayah

 propinsi Fukien bagian selatan dan masuk ke wilayah Nusantara dari abad ke-16 sampai kira-

kira pertengahan abad ke-19, membawa keahlian berdagang yang telah diwariskan secara

turun temurun ketika bermigrasi ke Indonesia. Kepandaian berdagang ini yang terus bertahan

hingga sekarang sehingga suku bangsa Hokkian merupakan suku bangsa yang paling sukses

dan berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan

ujian, dan rajin. Sementara itu, keturunan orang Hokkien di Indonesia mendiami daerah

Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan pantai Barat Sumatera.

Suku bangsa Tionghoa lainnya yang mendiami wilayah Indonesia adalah suku bangsa

Teo Chiu yang berasal dari pedalaman Swatow, bagian timur propinsi Kwantung. Orang-

orang ini banyak berperan sebagai kuli perkebunan dan pertambangan bersama dengan orang

3

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 4/31

Hakka di daerah Sumatera Timur, Bangka dan Belitung. Kebiasaan merantau orang-orang

Hakka terjadi karena desakan kebutuhan hidup sehingga orang Hakka merupakan yang

termiskin diantara para perantau dari Tionghoa. Kini populasi orang Hakka banyak terdapat di

daerah Jakarta dan Jawa Barat.

Suku bangsa Tionghoa terakhir yang akan dijelaskan yang merantau ke Indonesia

adalah suku bangsa Kanton yang berasal dari propinsi Kwantung sebelah barat dan selatan.

Orang Kanton ini pun terkenal sebagai kuli pertambangan dengan modal yang besar dan

keterampilan teknis serta pertukangan yang tinggi sehingga mereka terkenal ahli dalam

 pertukangan, pemilik toko besi dan industri kecil. Penyebaran orang Kanton di Indonesia

terjadi lebih merata namun populasi terbesar terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bangka, dan Sumatera Tengah.

Sistem Religi Masyarakat Tionghoa

Masyarakat bangsa Tionghoa khususnya di Indonesia, sangat menarik untuk dibahas

lebih mendalam dalam sisi religinya. Orang Tionghoa di Cina mayoritas memeluk agama

Buddha. Walaupun begitu orang Tionghoa di Indonesia memeluk agama Buddha, Kung Fu-

tse, Tao, Kristen, Katolik, dan Islam.Untuk agama Buddha, Kung Fu-tse, dan Tao dipuja

 bersama-sama oleh perkumpulan Sam Kuw Hwee (Perkumpulan Tiga Agama).

Pada awalnya, bangsa Tionghoa menjadikan aliran Kong Hu Chu sebagai alirankepercayaan. Aliran ini mengajarkan bahwa manusia untuk hidup dengan baik dan untuk 

mengetahui hakikat kehidupannya di dunia, selain itu manusia juga harus bersikap adil

terhadap sesama dan sesuai dengan peranannya di masyarakat. Kepercayaan lain yang dianut

oleh penduduk Tionghoa adalah ajaran Sidharta Gauthama atau ajaran Budha dan juga aliran

Taoisme yang diajarkan oleh Tao. Ketiga aliran ini tidak bisa dipisahkan dari perjalanan religi

 bangsa Tionghoa sehingga aliran-aliran ini disebut Tridharma.

 Namun banyak juga orang Tionghoa yang tetap melakukan suatu ritual peribadatan

 berupa pemujaan terhadap leluhur dengan cara memelihara abu dari seseorang yang telah

meninggal kemudian dikremasi. Dalam sebuah keluarga, ayah menjadi pemuka upacara,

kemudian kewajiban ini diteruskan secara turun temurun kepada anak-anaknya. Hal yang

menarik adalah ketika anak perempuan tidak disebutkan dalam pemujaan terhadap leluhur 

karena anak perempuan setelah menikah akan langsung ikut dengan suaminya sehingga ia

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 5/31

akan turut mengurus pemujaan leluhur pihak suaminya. Dapat dikatakan bahwa dalam budaya

masyarakat Tionghoa berbakti, terutama kepada orang-orang yang telah mendahului,

merupakan hal yang sangat keramat dan wajib untuk dilaksanakan.

Oleh karena itu masyarakat Tionghoa menilai bahwa sangat penting suatu keluarga

untuk memiliki anak lelaki karena kelak anak lelaki ini yang akan melanjutkan nama keluarga

dan suatu saat nanti akan melanjutkan ayahnya untuk memelihara abu leluhur.

Sementara itu mengenai tata cara pemujaan terhadap abu leluhur dilakukan oleh

anggota keluarga, khususnya laki-laki, dengan cara melakukan upacara pemujaan di tempat

abu leluhur yang sengaja dibuat khusus untuk keperluan itu. Tempat itu berupa sebuah meja

 panjang dan tinggi dan di bawahnya terdapat meja lain yang lebih pendek. Meja tersebut

selalu diletakkan di bagian depan ruangan rumah dan pada umunya berwarna merah tua

dihiasi oleh ukiran beraneka ragam. Di meja panjang ada satu atau lebih hio lau ( tempat

menancapkan batang dupa ). Hio lau ini diapit oleh lilin/pelita di bagian kiri dan kanannya dan

tiap tanggal satu dan lima selalu dinyalakan dan digunakan untuk membakar dupa. Sementara

di bagian meja pendek yang berada di paling depan terdapat pula sepasang lilin merah di

kedua sudut meja dan digunakan untuk upacara sembahyang tertentu.

Orang Tionghoa biasanya tidak mengenal pemeluk agama yang melakukan upacara

keagamaan, kecuali bagi pemeluk agama Buddha. Pendeta Buddha biasanya diminta

 pertolongannya pada waktu ada kematian. Kebanyakan pendeta Buddha yang melakukanupacara tersebut adalah wanita dan mereka membacakan kitab suci sepanjang malam sebelum

 jenazah dimakamkan. Gambar Buddha yang cukup besar digantungkan pada dinding tetarap

yang didirikan di muka rumah. Sejumlah lima sampai enam orang pendeta berkali-kali

mengelilingi peti jenazah sambil membacakan doa dan membakar dupa serta diiringi oleh

genderang. Hal ini diikuti oleh anak-anak dan anggota keluarga dari orang yang wafat.

Sebagaimana suku-suku bangsa lainnya, masyarakat Tionghoa pun memiliki

 pandangan hidupnya sendiri. Pada masyarakat Tionghoa, pandangan hidup tersebut terbagi

dalam beberapa hal, seperti Konfusianisme dan Taoisme.

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga : Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam

 bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang lembut

hati, terpelajar dan berbudi luhur. Konghucu merupakan suatu pengajaran filsafat untuk 

meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Agama Konghucu juga mengajarkan tentang

5

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 6/31

 bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut Ren Dao dan bagaimana kita

melakukan hubungan dengan sang khalikpencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut

dengan istilah Tian Di atau Shang Di.

Suku bangsa Tionghoa identik sekali dengan Hari Raya Imlek yang merupakan sebuah

 pesta musim semi dan juga sebagai tahun baru tradisional orang Cina yang dihitung

 berdasarkan sistem penanggalan bulan. Imlek biasanya diperingati dengan meriah karena

dunia serasa hidup lagi setelah berada dalam keadaan mati saat musim dingin yang gelap dan

suram. Oleh karena itu Imlek diperingati setiap awal musim semi sebagai tanda terima kasih

manusia terhadap alam. Orang-orang Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek dengan

melakukan sembahyang di kuil atau di muka meja abu mereka. Sembahyang ini dilakukan

dalam keadaan lahir dan batin yang sebersih-bersihnya.

Dalam ajaran Taoisme ada mitologi delapan dewa. Delapan Dewa (Ba Xian) berasal

dari mitologi Taoisme dan termasuk dewa-dewi terkenal dalam kisah klasik Tionghoa. Mereka

adalah simbol keberuntungan masyarakat Tionghoa. Masing-masing dewa mewakili 8 kondisi

kehidupan : anak muda, lansia, kemiskinan, kekayaan, rakyat jelata, ningrat, pria, dan wanita

Kedelapan dewa tersebut adalah :Zhong Li Quan, Li Tie Guai, Lu Dong Bin, Zhang Guo Lao,

He Xian Gu, Lan Cai He, Han Xiang Zi, Cao Guo Jiu.

Sistem Ilmu PengetahuanFeng Shui

Kebudayaan bangsa Tionghoa mengenal pula aliran mengenai peruntungan dan hal

ini dalam kebudayaan Tionghoa disebut ilmu Feng Shui atau ilmu yang menganalisis

mengenai aliran energi dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia baik dari segi peruntungan,

karir, atau kesehatan. Ilmu Feng Shui ini diterapkan dalam semua aspek kehidupan

masyarakat Tionghoa.

Bidang Pengobatan

Pengobatan Tradisional Tionghoa adalah praktek pengobatan tradisional yang

dilakukan di Tiongkok dan dan telah bertahan selama ribuan tahun. Praktek pengobatan

termasuk pengobatan herbal, akupuntur, dan pijat Tui Na. Pengobatan ini digolongkan

sebagai kedokteran timur, yang termasuk didalamnya pengobatan tradisional Jepang dan

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 7/31

Korea.

Pengobatan tradisional Tiongkok percaya bahwa segala proses dalam tubuh manusia

 berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, penyakit yang diderita

oleh seseorang dalam pandangan masyarakat Tionghoa disebabkan oleh ketidakharmonisan

antara lingkungan di dalam dan di luar tubuh seseorang. Gejala ketidakseimbangan ini

digunakan dalam pemahaman, pengobatan dan pencegahan penyakit.

Teori yang digunakan dalam pengobatan didasarkan pada beberapa acuan filsafat

termasuk teori Yin Yang, lima unsur (wu xing), sistem meridian tubuh manusia (jing-luo),

teori organ Zang Fu, dan lainnya. Diagnosis dan perawatan dirujuk pada konsep tersebut.

Pengobatan tradisional Tiongkok tidak jarang berselisih dengan kedokteran barat, namun

 beberapa praktisi mengombinasikannya dengan prinsip kedokteran berdasarkan pembuktian.

Pengobatan tradisional merupakan bentuk intervensi terapi yang tidak invasive,

 berakar dari kepercayaan kuno termasuk didalamnya konsep kepercayaan kuno.Tidak seperti

 beberapa bentuk pengobatan tradisional yang telah punah, pengobatan tradisional Tionghoa

kini menjadi bagian dari pengobatan modern dan bagian sistem kesehatan di Tiongkok.

Mereka menggunakan teori yang telah berumur ribuan tahun yang didasarkan pengalaman

dan pengamatan serta sebuah sistem prosedur yang menjadi dasar pengobatan dan diagnosis.

Pengobatan tradisional Tiongkok sering diterapkan dalam membantu penanganan

efek samping kemoterapi., membantu perawatan ketergantungan obat terlarang, dan merawat berbagai kondisi kronis yang oleh pengobatan konvensional dianggap mustahil disembihkan.

Banyak ahli kedokteran barat yang juga meneliti kebenaran pengobatan tradisional Tionghoa

ini.

Bidang Astronomi

Macan Putih (Rasi Bintang)

Macan Putih (Bai Hu) adalah salah satu dari empat symbol pada rasi bintang Tionghoa.

Bai Hu dipercaya dapat melindungi daerah barat dari bumi, maka itu Bai Hu disebut juga

Macan Putih Penjaga Barat.

Shio

Shio adalah zodiac Tionghoa yang memakai hewan-hewan untuk melambangkan tahun,

 bulan, dan waktu dalam astrologi Tionghoa. Setiap individu diasosiasikan dengan satu

shio sesuai dengan tanggal kelahirannya. Dua belas shio digabung dengan lima elemen

7

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 8/31

membentuk periode 60 tahun. Keduabelas shio tersebut, yaitu : Tikus, Kerbau, Macan,

Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam , Anjing , Babi.

Orang Tionghoa dalam pilihan hidupnya baik masalah karir dan percintaan mempercayai

semua hal dalam hidupnya tidak terlepas dari pengaruh shio dan elemen shio yang

melekat pada dirinya. Bahkan orang tionghoa percaya bahwa orang yang memiliki shio

naga emas(yang lahir dalam kurun waktu 60 tahun sekali), orang itu akan sukses dalam

semua hal yang digelutinya.

Bahasa

Perkembangan bahasa Tionghoa lisan sejak masa-masa awal sejarah hingga sekarang

merupakan perkembangan yang sangat kompleks. Klasifikasi di bawah menunjukkan

 bagaimana kelompok-kelompok utama bahasa Tionghoa berkembang dari satu bahasa yang

sama pada awalnya.

Subbahasa Bahasa Tionghoa:

Bahasa Hokkien

Bahasa Hokkien atau bahasa Hokkian yang kita kenal sebenarnya adalah dialek Min Selatan

(Min-nan) yang merupakan bagian dari bahasa Han. Dialek ini terutama digunakan secara luas

di provinsi Fujian (Hokkien), Taiwan (Taiwan), sebelah utara Guangdong (Kengtang) dan di

Asia Tenggara di mana konsentrasi Tionghoa perantauan adalah mayoritas berasal dari provinsi Fujian. Bahasa Hokkian juga dikenal sebagai bahasa Holo di daratan Tiongkok dan

Taiwan.

Bahasa Hokkien ini sendiri terbagi atas banyak logat di antaranya logat Ciangciu

(Zhangzhou), logat Cuanciu (Quanzhou) dan logat Emui (Xiamen, dulu Amoy). Bahasa 

Tiochiu (Chaozhou) adalah juga salah satu logat dalam bahasa Hokkien, namun karena

 penduduk Tiochiu tersebar di daerah Guangdong utara, maka bahasa Tiochiu kemudian

mendapat pengaruh dari bahasa Kanton menjadi logat dalam bahasa Hokkien yang dekat

dengan bahasa Kanton.

Di Indonesia sendiri, bahasa Hokkien umumnya dikenal sebagai bahasa ibu (mother tongue)

komunitas Tionghoa di Medan, Pekanbaru, Palembang dan beberapa daerah lainnya.

Bahasa Tiochiu

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 9/31

Dialek Tiochiu atau Tiociu atau teochew atau diojiu (kadang juga dieja sebagai Chiu Chow di

Amereika Serikat dan Hong Kong) adalah sebuah dialek bahasa yang termasuk  rumpun 

 bahasa  bahasa Sino-Tibet. Dialek ini cukup mirip dengan   bahasa Hokkien  (Tiochiu dan

Hokkien/Min-nan diklasifikasikan dalam rumpun Min) dan penutur kedua bahasa dapat cukup

mengerti kedua bahasa meski tidak seluruhnya.

Di Indonesia, terdapat banyak penutur Tiochiu di Pontianak dan Ketapang, Kalimantan Barat;

Jambi, Riau, Kepri dan Sumatera Utara serta Selatan.

Bahasa Hakka

Bahasa Hakka (secara harafiah berarti "bahasa keluarga tamu") atau di Indonesia umumnya

dipanggil Khek adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Hakka yang merupakan suku Han

yang tersebar di kawasan pegunungan provinsi Guangdong, Fujian dan Guangxi di Tiongkok.

Masing-masing daerah ini juga memiliki khas dialek Hakka yang agak berbeda tergantung

 provinsi dan juga bagian gunung sebelah mana mereka tinggal.

Penutur bahasa Hakka di Indonesia banyak terdapat di Aceh, Bangka-Belitung, Jawa, serta

Kalimantan Barat.

Bahasa Kantonis

Bahasa Kanton atau Yuè (secara harafiah: bahasa Guangdong; di Indonesia sering disebut

 bahasa Konghu) adalah salah satu dari dialek  bahasa Tionghoa yang dituturkan di barat daya

China,  Hong Kong, Makau, masyarakat keturunan Tionghoa  di  Asia Tenggara dan jugamasyarakat Tionghoa di belahan dunia lain.

Bahasa Kanton ini juga punya pembicara di kalangan Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Di

Indonesia, bahasa Kanton biasa dikenal dengan sebutan bahasa Konghu.

Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin atau Beifanghua (secara harafiah: “bahasa percakapan utara” atau “dialek 

utara”) adalah dialek bahasa Tionghua yang dituturkan sepanjang utara dan barat daya

Republik Rakyat Cina (RRC). Kata mandarin dalam bahasa Inggris dan Indonesia digunakan

untuk menerjemahkan beberapa istilah Tionghoa yang berbeda yang merujuk kepada kategori-

kategori bahasa Tionghoa lisan.

Bahasa Mandarin dikenal juga dengan nama Bahasa Guoyu (secara harafiah: bahasa nasional),

sesuai dengan kenyataan bahwa bahasa Mandarin ditetapkan sebagai bahasa resmi

 pemerintahan dan nasional di beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina (RRC) dan

9

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 10/31

Taiwan.

BAB II

MATA PENCAHARIAN HIDUP

Sebagian besar orang Tionghoa di Indonesia berdagang ada juga yang bergerak di bidang

 pertanian dan pertambangan. Sebesar 50% dari orang Hokkien di Indonesia adalah pedagang,

tetapi di Jawa Barat dan di pantai barat Sumatra ada banyak orang Hokkien yang bekerja sebagai

 petani dan penanam sayuran. Sedangkan di Bagan Siapiapi (Riau) sebagian besar orang Hokkien

menjadi penangkap ikan.

Orang Hakka di Jawa dan Madura sebagian menjadi pedagang. Di Sumatra, orang Hakka

 bekerja di sektor pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi petani.

Sebanyak 40% dari populasi orang Kanton atau Kwong Fu di Jawa mempunyai

 perusahaan-perusahaan industri kecil dan perusahaan dagang hasil bumi. Di Sumatra banyak orang

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 11/31

Kanton yang menjadi petani, penanam sayur-sayuran dan buruh tambang. Di Bangka mereka

merupakan kelompok yang penting sebagai pekerja tambang, sedangkan di Palembang ada banyak 

orang Kanton uang bekerja sebagai tukang dalam industri minyak.

Usaha perdagangan orang Tionghoa di Indonesia tidak tetap, sering terancam

kebangkrutan. Sehingga, banyak perusahaan mereka tidak bisa bertahan lebih dari 3 generasi.

Organisasi perdagangan yang kecil dan pembagian yang tidak merata pada keturunan-

keturunannya menyebabkan mereka selalu memulai suatu usaha dengan modal yang kecil. Banyak 

anak yang tidak memperhatikan usaha ayahnya, sehingga usaha itu mati bersama-sama dengan

kematian ayahnya. Hak milik dipegang seluruhnya dalam lingkungan keluarga dan famili dekat.

Sehingga usaha anggota keluarga dapat dengan mudah dipersatukan.

BAB III

SISTEM KEMASYARAKATAN DAN KEKERABATAN MAYARAKAT TIONGHOA

Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi secara

 periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok menyatakan

 bahwa kerajaan-kerajaan kuna di  Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang

 berkuasa di Tiongkok . Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas

 barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

. Suku bangsa Cina tersebut melakukan akulturasi dengan penduduk sekitar, bahkan ada yang

sampai menikahi penduduk sekitar tersebut sehingga mereka memiliki keturunan yang bertahan

hingga sekarang. Orang-orang Tionghoa yang berada di Indonesia berasal dari beberapa suku

 bangsa yang berasal dari dua propinsi di Cina, yaitu Fukien dan Kwangtung. Perbedaan asal

11

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 12/31

masyarakat Tionghoa di Indonesia ini kemudian menyebabkan perbedaan kebudayaan tiap suku

 bangsa beserta dengan bahasanya sehingga di Indonesia terdapat bermacam bahasa Cina yang

digunakan oleh masyarakat Tionghoa Indonesia. Bahasa tersebut antara lain bahasa Hokkien, Teo

Chiu, Hakka, dan Kanton.

Orang Tionghoa di Indonesia terbiasa menyebut diri mereka sebagai Tenglang (Hokkien),

Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Sedangkan dalam dialek  Mandarin disebut Tangren

(Hanzi:唐人, bahasa Indonesia: Orang Tang). Ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa

Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang

Tang, sedangkan Tiongkok Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, hanyu 

 pinyin: hanren, bahasa Indonesia: Orang Han).

Pada masa sekarang, terdapat dua penggolongan suku bangsa Tionghoa yang bermukim di

wilayah Indonesia. Golongan pertama adalah golongan Tionghoa peranakan yang merupakan

keturunan Tionghoa asli yang bersatu dengan penduduk Indonesia melalui ikatan pernikahan atau

orang Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia. Tionghoa peranakan ini mulai tumbuh ketika pada

awal masa perantauan penduduk Cina ke Indonesia masih sedikit golongan wanita yang ikut

sehingga para pria memilih untuk menikahi para wanita pribumi. Masyarakat Tionghoa peranakan

itu kini ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai dengan ciri-ciri fisik masyarakat Indonesia asli.Populasinya tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Golongan kedua dari suku bangsa Tionghoa di Indonesia adalah golongan Tionghoa totok 

atau Tionghoa asli, tidak menjalin ikatan pernikahan dengan bangsa pribumi, bahkan ada di antara

mereka yang sampai saat ini masih belum bisa berbahasa Indonesia dan ciri-ciri fisiknya masih

menyerupai ciri-ciri fisik orang Cina. Selain itu golongan masyarakat Tionghoa ini agak susah

dalam melakukan akulturasi terhadap budaya setempat karena pengaruh adat istiadat mereka

sendiri. Biasanya mereka hidup dalam desa-desa orang Tionghoa yang mereka bangun sendiri.

Populasi Tionghoa totok terdapat di wilayah Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bagan Siapiapi.

Sebagaimana suku bangsa lainnya yang memiliki kultur kebudayaan, masyarakat Tionghoa

memiliki sistem kekerabatan yang digunakan, salah satunya untuk mengidentifikasikan keturunan

masyarakat tionghoa yang akan mewariskan nama keluarganya. Sistem kekerabatan ini juga

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 13/31

 berhubungan dengan tata cara pemilihan jodoh dan tata cara pernikahan.

Adat Pernikahan Dan Bentuk Keluarga

Adat pernikahan dan berkeluarga dalam masyarakat Tionghoa melalui beberapa

tahapan. Dalam bab ini hal-hal mengenai adat pernikahan tersebut akan dibahas. Adat

menikah dalam masyarakat Tionghoa dimulai dari adat pemilihan jodoh dan akn diteruskan

dengan adat lainnya dalam proses pernikahan itu. Meskipun sudah jarang ditemui, sampai

 pada awal abad 20, perkawinan diatur oleh orang tua kedua belah pihak. Yang menjadi calon

mempelai tidak mengetahui calon pasangannya. Dalam pemilihan jodoh orang tionghoa

 peranakan mempunyai pembatasan-pembatasannya. Perkawinan terlarang adalah antara orang-

orang yang mempunyai nama keluarga, nama she, yang sama. Namun, kini perkawinan antara

orang-orang yang mempunyai nama she yang sama tetapi bukan kerabat dekat dibolehkan.

Perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita yang masih ada hubungan

kekerabatan tetapi dari generasi yang lebih tua dilarang. Sebaliknya, perkawinan seorang anak 

 perempuan dengan seorang anggota keluarga dari generasi yang lebih tua (atas), dapat

diterima. Hal ini disebabkan bahwa seorang suami tidak boleh lebih muda atau rendah

tingkatnya dari isterinya. Peraturan lainnya ialah seorang adik perempuan tidak boleh

mendahului kakak perempuannya kawin. Peraturan ini juga berlaku bagi saudara sekandung

laki-laki. Pelanggaran terhadap hal ini mengakibatkan si adik harus memberikan hadiah

tertentu bagi kakaknya. Akan tetapi adik perempuan boleh mendahului kakak laki-lakinya,demikian juga adik laki-laki boleh mendahului kakak perempuannya menikah.

Perkawinan itu menutup suatu masa tertentu dalam hidup seseorang yaitu masa bujang

dan hidup tanpa beban keluarga. Orang Cina baru dianggap dewasa atau “menjadi orang” bila

ia telah menikah. Oleh karena itu, upacara perkawinan harus mahal, rumit, dan agung agar 

 perkawinan menjadi kejadian yang penting bagi kehidupan seseorang. Upacara perkawinan

Tionghoa di Indonesia tergantung pada agama yang dianut. Selain itu upacara etnis Tionghoa

Totok berbeda dengan Tionghoa peranakan.

Kebudayaan Tionghoa, pada saat pernikahan selalu menggunakan busana pengantin

 berwarna merah. Begitu juga dengan dekorasi ruangan kamar pengantin menggunakan warna

merah. Sebab warna merah mempunyai arti keberuntungan dan kebahagian.

Sejak zaman nenek moyang terdahulu, baju pengantin berwarna merah. Bahkan,

orang Tionghoa pantang menggunakan busana warna putih dan hitam pada saat berbahagia.

13

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 14/31

 pernikahan.

Sekedar diketahui, pada zaman dulu pengantin yang turunan dari kerjaan atau istana. Bahkan

anak pejabat. Pada saat pernikahan menggunakan Hong Koan untuk pengantin wanitanya.

Putri dan istri raja harus menggunakan Hong koan pada saat menikah. Karena itu tanda yang

sangat penting bagi pengantin perempuan.

Upacara yang dilaksanakan dalam Pernikahan

Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan atas dan bersumber 

kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga.

Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat

 berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka

 pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau.

Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia

yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara perkawinan selalu ada pada hampir setiap

kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang Tionghoa yang mempunyai

upacara-upacara antara lain:

1. Upacara Menjelang Pernikahan :

Upacara ini terdiri atas 5 tahapan yaitu :

Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak 

comblang biasanya dari pihak pria.Penentuan : Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana

antaran/mas kawin boleh dilaksanakan.

“Sangjit” / Antar Contoh Baju : Pada hari yang sudah ditentukan, pihak pria/keluarga pria

dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat lengkap pakaian

mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan gengsi, kaya atau

miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus dengan kertas merah

dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu (ang pauw) dan 2 pasang

lilin. Biasanya “ang pauw” diambil setengah dan sepasang lilin dikembalikan

Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan

 panggilan masing-masing, seperti yang telah diuraikan pada Jelajah No. 3.

Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap

melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 15/31

 pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka.

Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba

muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan bulan

Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang purnama.

2. Upacara Pernikahan

3 - 7 hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan

famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa

 beberapa perangkat untuk meng-hias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan

oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur 

diletakkan mas kawin. Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang

menemui calon mempelai wanita sampai hari H.

Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara “Liauw Tiaa”.

Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua

mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini

diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda

sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk 

kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari pacar).

3. Upacara Sembahyang Tuhan (”Cio Tao”)

Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun, adakalanya upacaraSembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam menjelang pernikahan. Upacara Cio

Tao ini terdiri dari :

Penghormatan kepada Tuhan

Penghormatan kepada Alam

Penghormatan kepada Leluhur 

Penghormatan kepada Orang tua

Penghormatan kepada kedua mempelai.

Meja sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, a.l.

Srikaya, lambang kekayaan. Di bawah meja harus ada jambangan berisi air, rumput

 berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah

dengan garis tengah 2 meter dan di atasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan, sumpit,

dll. yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.

15

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 16/31

Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju “Pao”.

Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang

dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat

sakral dan memberikan arti secara simbolik.

4. Ke Kelenteng

Sesudah upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan kepada

tuhan dan para leluhur.

5. Penghormatan Orang tua dan Keluarga

Kembali ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga, kerabat

dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan “ang pauw” baik berupa uang maupun

emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan bangun. Dapat juga sebentar,

dengan disambut oleh yang dihormati.

6. Upacara Pesta Pernikahan

Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian “ala barat”. Pesta

 pernikahan di hotel atau tempat lain.

Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ). Mengundang kiangsay

untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum boleh menginap di rumah

mempelai wanita.

7. Upacara Sesudah PernikahanTiga hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :

Cia Kiangsay

Cia Ce’em

Pada upacara menjamu mempelai pria (”Cia Kiangsay”) intinya adalah memperkenalkan

keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria sudah boleh

tinggal bersama.

Sedangkan “Cia Ce’em” di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh keluarga besar 

mempelai wanita. Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-

rumah famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang

lebih sederhana.

Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang

terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan Tionghoa mengalami masa

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 17/31

transisi. Hal ini ditandai dengan terpisahnya masyarakat dari adat pernikahan tersebut

melalui pergeseran motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.

Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara adat.

Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan upacara pernikahan

 berdasarkan dari agama yang dianut.

Tempat tinggal setelah kawin bagi masyarakat Tionghoa adalah di rumah orang tua

suami. Hal ini erat hubungannya dengan tradisi Tionghoa sendiri bahwa hanya anak laki-laki

tertualah yang merupakan ahli waris dan yang akan meneruskan pemujaan terhadap

leluhurnya. Putra-putra berikutnya tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan tempat

tinggal patrilokal ini. Mereka bebas memilih sendiri apakah ingin menetap pada keluarga istri

(uxorilokal) atau pada keluarga sendiri (virilokal) atau tinggal sendiri di rumah keluarga yang

 baru (neolokal).

Berhubungan dengan tradisi orang tua, perceraian diizinkan beradasarkan beberapa

alasan. Perceraian dapat terjadi apabila si istri tidak memberikan anak laki-laki pada keluarga

si suami.. Dalam hal ini, suami dapat mengambil hak istimewanya. Perceraian dapat terjadi

apabila si istri tidak mau tinggal bersama istri kedua suaminya. Meskipun demikian,

 perceraian jarang terjadii karena merupakan perbuatan yan tercela dan akan mencemarkan

nama keluarganya. Keluarga yang akan menikahkan calon suami bagi anak perempuannyaakan menasihati anaknya untuk menghindari perceraian.

Dalam adat Tionghoa, laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri, tetapi ia dapat

mengambil sejumlah wanita sebagai istri mudanya. Sebelum abad ke-20, perkawinan

demikian banyak terjadi. Bahkan istri-istri itu dibawa tinggal bersama-sama, istrri pertama

tetap menjadi istri yang utama; yang mengatur rumah tangga, yang mendampingi suaminya

dalam pertemuan-pertemuan serta menjadi ibu dari semua anak-anak baik anaknya sendiri

maupun anak dari istri yang lainnya. Istri muda hanya berkedudukan sebagai pembantu saja.

Kadang-kadang seorang suami menikah kembali atas anjuran istri pertama karena ia tidak 

mempunyai anak laki-laki. Biasanya istri kedua berasal dari keluarga yang sangat miskin dan

 pernikahannya tidak dirayakan. Kebiasaan ini sudah sangat jarang dan umumnya orang

Tionghoa menganut monogami.

17

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 18/31

Berdasarkan sistem kekerabatan Tionghoa, maka bentuk rumah tangganya adalah

keluarga-luas. Keluarga-luas Tionghoa ini terbagi dalam dua bentuk :

Bentuk keluarga luas virilokal yang terdiri keluarga orang tua dengan hanya anak laki-laki

tertua beserta istri dan anak-anaknyadan saudaranya yang belum kawin.

Benuk keluarga virilokal yang terdiri dari keluarga orang tua dengan anak-anak laki-laki

 beserta keluarga batih mereka masing-masing.

Kedudukan wanita pada orang Tionghoa dulu adalah sangat rendah. Pada waktu masih

anak-anak, saudara laki-laki mereka memperlakukan mereka dengan baik, tetapi pada waktu

meningkat dewasa mereka dipingit di rumah. Sesudah kawin mereka harus tunduk kepada

suami mereka dan dikuasai oleh suami mereka.Mereka tidak mendapat bagian di kehidupan di

luar rumah. Akan tetapi keadaan ini sudah ditinggalkan. Wanita sudah memperoleh hak di

 bidang politik, ekonomi, pendidikan, dll. Bahkan kaum perempuan terkadang mendapat tugas

mengurus abu leluhurnya sehingga suaminya yang harus ikut tinggal di rumah orang tuanya

secara uxorilokal. Sehngga tidak ada lagi kecendeungan mengharapkan anak laki-laki.

SISTEM KEKERABATAN MASYARAKAT TIONGHOA

Orang Tionghoa menganut sistem patrilineal. Kelompok kekerabatan terkecil bukanlah

keluarga batih tetapi keluarga luas yang virilokal. Karena itu hubungan dengan kaum kerabat pihak ayah lebih erat dibandingkan dengan kaum kerabat pihak ibu. Meskipun di zaman

sekarang menunjukkan hubungan yang sama eratnya.

Panggilan Kekerabatan Dalam Tradisi Tionghua

Keterangan:

L: lelaki

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 19/31

P: perempuan

|: hubungan orang tua-anak 

-: hubungan saudara

x: hubungan perkawinan

 ——————————————————– 

Sebutan Bhs. Hokkian dialek Xiamen (Padanan dalam Bhs. Indonesia)

Oleh:

8P:

1 [Lao Pe老父], Pa Pa爸爸, A Pa阿爸, A Tia阿爹 (Ayah)

2 [Lao Bu老母], Ma Ma媽媽, A Bu阿母, A Nia阿娘 (Ibu)

1&2 [Pe Bu父母] (Orang tua)

3 Chin Ke親家 (Besan Lelaki)

4 Chni M親姆 (Besan Perempuan)

5 Tua Hnia大兄, A Hnia阿兄, Tua Ko大哥, Ko Ko哥哥 (Abang)

6 Tua So大嫂, A So阿嫂 (Kakak Ipar)

7 Ang翁, Ang Sai翁婿 (Suami)

8 Gua Ka Ki我自己 (Saya)

9 Be Sai妹婿 (Adik Ipar)

10 Sio Be小妹 (Adik Perempuan)

11 Sio Ti小弟 (Adik Lelaki)

12 Kim A妗仔 (Adik Ipar)

19

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 20/31

Oleh 11L:

1 [Lao Pe老父], Pa Pa爸爸, A Pa阿爸, A Tia阿爹 (Ayah)

2 [Lao Bu老母], Ma Ma媽媽, A Bu阿母, A Nia阿娘 (Ibu)

1&2 [Pe Bu父母] (Orang tua)

3 [Tniu Lang丈人] (Mertua Lelaki)

4 [Tniu M丈姆] (Mertua Perempuan)

5 Tua Hnia大兄, A Hnia阿兄, Tua Ko大哥, Ko Ko哥哥 (Abang)

6 Tua So大嫂, A So阿嫂 (Kakak Ipar)

7 Ci Hu姐夫 (Kakak Ipar)

8 Tua Ci大姐, A Ci阿姐, Ci Ci姐姐 (Kakak Perempuan)

9 Ci Hu姐夫 (Kakak Ipar)

10 A Ci阿姐, Ci Ci姐姐, Ji Ci二姐 (Kakak Perempuan)

11 Gua Ka Ki我自己 (Saya)

12 Bou某 (Istri)

19 Hao Sni孝生 (Anak Lelaki), Tua Han Knia大漢囝 (Anak Sulung)

20 Sim Pu新婦 (Menantu Perempuan)

21 Knia Sai囝婿 (Menantu Lelaki)

22 Ca Bou Knia查某囝 (Anak Perempuan)

19&22 Gin Na囝仔, Knia囝/子 (Anak)

12P:

1 [Ta Knua大官/唐官] (Mertua Lelaki)

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 21/31

2 [Ta Ke大家/唐家] (Mertua Perempuan)

3 [Lao Pe老父], Pa Pa爸爸, A Pa阿爸, A Tia阿爹 (Ayah)

4 [Lao Bu老母], Ma Ma媽媽, A Bu阿母, A Nia阿娘 (Ibu)

3&4 [Pe Bu父母] (Orang tua)

11 Ang翁, Ang Sai翁婿 (Suami)

12 Gua Ka Ki我自己 (Saya)

19 Hao Sni孝生 (Anak Lelaki), Tua Han Knia大漢囝 (Anak Sulung)

20 Sim Pu新婦 (Menantu Perempuan)

21 Knia Sai囝婿 (Menantu Lelaki)

22 Ca Bou Knia查某囝 (Anak Perempuan)

19&22 Gin Na囝仔, Knia囝/子 (Anak)

19L:

1L A Kong阿公

, An Kong安公

(Kakek)

2P A Ma阿媽, An Ma安媽 (Nenek)

3L Gua Kong外公 (Kakek)

3P Gua Ma外安 (Nenek)

5L A Peq阿伯, Tua Peq大伯 (Paman, Pakde)

6P A M阿姆, Tua M大姆 (Bibi, Bude)

7L Ko Tniu姑丈 (Paman, Pakde)

8P A Kou阿姑, Tua Kou大姑 (Bibi, Bude)

9L Kou Tniu姑丈 (Paman, Pakde)

21

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 22/31

10P A Kou阿姑 (Bibi, Bude)

11L [Lao Pe老父], Pa Pa爸爸, A Pa阿爸, A Tia阿爹 (Ayah)

12P [Lao Bu老母], Ma Ma媽媽, A Bu阿母, A Nia阿娘 (Ibu)

13L A Ku阿舅, Tua Ku大舅 (Paman)

14P A Kim阿妗, Tua Kim大妗 (Bibi)

15L Yi Tniu姨丈 (Paman)

16P A Yi阿姨, Yi Yi姨姨 (Bibi)

17L A Ku阿舅 (Paman)

18P A Kim阿妗 (Bibi)

Marga

Masyarakat Tionghoa menganut sistem pemargaan dalam mengidentifikasikan

keturunannya. Mungkin melalui sistem marga inilah yang menimbulkan perasaan

 persaudaraan yang erat di kalangan masyarakat Tionghoa khususnya bagi masyarakat

Tionghoa yang merantau sehingga akan timbul kepedulian dan saling tolong menolong diantara masyarakat Tionghoa. Marga Tionghoa merupakan  marga yang digunakan orang

Tionghoa. Marga (Hanzi: 姓氏 , hanyu pinyin: xingshi) biasanya berupa satu karakter Han 

(Hanzi) yang diletakkan di depan nama seseorang. Ada pula marga yang terdiri dari 2 atau

 bahkan 3 sampai 9 karakter – marga seperti ini disebut marga ganda (Hanzi: 復姓 , hanyu

 pinyin: fuxing). Marga Tionghoa juga diadopsi oleh suku-suku minoritas yang sekarang

tergabung dalam entitas Tionghoa. Marga dalam suku-suku minoritas ini biasanya berupa

 penerjemahan pelafalan dari bahasa suku-suku minoritas tadi ke dalam Hanzi. Penggunaan

marga di dalam kebudayaan Tionghoa telah mempunyai sejarah selama 5.000 tahun lebih.

Di zaman dulu, marga-marga tertentu mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada

marga-marga lainnya. Pandangan ini terutama muncul dan memasyarakat pada zaman

Dinasti Jin dan sesudahnya. Ini dikarenakan sistem  Men Di yang serupa dengan sistem

kasta di India. Pengelompokan tingkatan marga ini terutama juga dikarenakan oleh sistem

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 23/31

feodalisme yang mengakar zaman dulu di Cina. Ini dapat dilihat di zaman Dinasti Song 

misalnya, Bai Jia Xing yang dilafalkan pada masa tersebut menempatkan marga Zhao yang

merupakan marga kaisar menjadi marga pertama.

Marga Tionghoa di Indonesia terutama ditemukan di kalangan suku Tionghoa-

Indonesia. Suku Tionghoa-Indonesia walau telah berganti nama Indonesia, namun masih

 banyak yang tetap mempertahankan marga dan nama Tionghoa mereka yang masih

digunakan di acara-acara tidak resmi atau yang bersifat kekeluargaan.

Diperkirakan ada sekitar 300-an marga Tionghoa di Indonesia, data di PSMTI 

(Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) mencatat ada sekitar 160 marga Tionghoa

di Jakarta. Di  Singapura sendiri ada sekitar 320 marga Tionghoa. Atas dasar ini, karena

daerah asal suku Tionghoa di Indonesia relatif dekat dengan Singapura maka dapat diambil

kesimpulan kasar bahwa jumlah marga Tionghoa di Indonesia melebihi 320 marga.

Macam-macam Marga

Marga Feng

Marga Feng (mandarin), Pang (hokkian), Fung (kanton) atau Pung (hakka)

 berasal dari marga Ji dan telah ada sejak zaman Dinasti Zhou (abad 11 SM). Anak ke-15

dari Raja Zhou Wen Wang yang bernama Bi Gong Gao dihadiahkan wilayah Bi,

selanjutnya berkuasa di kota Feng (sekarang di kabupaten Ying-yang, propinsi Henan).

Keturunannya kemudian mengambil nama kota sebagai marga mereka dan merupakanleluhur orang bermarga Feng yang pertama. Masuk ke zaman Musim Semi dan Gugur 

(abad 8 SM~5 SM), ada seorang bermarga Gui yang menjadi pejabat di negara Zheng.

Karena dihadiahkan wilayah Feng (sekarang di kabupaten Ying-yang, propinsi Henan)

maka ia mengganti marganya menjadi Feng. Ia kemudian dikenal dengan nama Feng

Jian-ze dan keturunannya kemudian bermarga Feng. Tokoh2 terkenal dari marga ini

semisal Feng Meng-long, seorang sastrawan dari dinasti Ming dan Feng Yu-xiang yang

merupakan jenderal terkenal dalam perang melawan Jepang dan pernah menjabat

sebagai Gubernur Henan di masa republik nasionalis

Marga Guan

Marga Guan1 (mandarin), Kuan (hokkian), Kwan (kanton) dan Kuan (hakka)

adalah marga yang telah sangat tua umurnya. Menurut catatan sejarah, telah mulai ada

sejak akhir Dinasti Xia (abad 18 SM) sehingga telah berumur lebih 3700 tahun. Marga

23

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 24/31

Guan yang tertua adalah berasal dari keturunan seorang menteri negara di zaman Dinasti

Xia akhir. Menteri yang bernama Huan Long Feng yang mengabdi pada Kaisar Jie

(kaisar terakhir Dinasti Xia) dibunuh oleh sang kaisar karena menasehatinya untuk 

menghentikan kelaliman dan ketidakpeduliannya pada pemerintahan negara. Karena

karakter Huan dan Guan bernada sama pada masa itu, maka kemudian sejarah ada

mencatat nama menteri tersebut sebagai Guan Long Feng. Keturunan sang menteri

kemudian menggunakan Guan sebagai marga mereka. Marga Guan yang lain berasal

dari masa Musim Semi dan Gugur (abad 8 SM ~ 5 SM) dari seorang pejabat bernama

Yin Xi. Ia merupakan komandan Gu Guan (pos yang menghubungkan antara satu kota

dengan kota lainnya) dan jabatan seperti itu disebut sebagai Guan Ling pada masa itu.

Yin Xi ini kemudian menjadi terkenal setelah menyebarluaskan kitab Tao Te Ching

yang ditulis Lao Zi dan dihadiahkan kepadanya sewaktu Lao Zi melewati pos tersebut.

Keturunannya kemudian menggunakan nama jabatannya (Guan) sebagai marga. Tokoh

terkenal dari marga ini adalah Guan Yu (Kuan Kong) yang merupakan jenderal terkenal

dari negara Shu pada masa Tiga Negara (Samkok). Juga ada perdana menteri Guan Bo

 pada zaman Dinasti Tang. Sekarang ini ada olahragawati (peselancar es) tingkat dunia

yang terkenal Guan Ying-shan (Michelle Kwan). Rinto Jiang

Marga Wu

Marga Wu2 (mandarin) = Go/Goh (hokkian) = Ng (kanton) adalah marga yang

telah sangat tua sejarahnya. Marga ini telah ada tercatat sebelum zaman Dinasti Xia di

zamannya Kaisar Shun4 (abad 23 SM).Dikisahkan, keturunan Kaisar Shun ada yang

 berkuasa di daerah Yu dan dikarenakan Yu bernada hampir sama dengan Wu, maka

keturunannya itu kemudian ada yang bermarga Wu.Ada pula marga Wu yang berasal

dari keturunan Raja Dinasti Zhou bermarga Ji. Gu-gong Dan-fu adalah kakek dari

 pendiri Dinasti Zhou (Zhou Wen-wang) mempunyai 3 anak, Tai Bo, Zhong Yung dan Ji

Li. Karena Gu-gong Dan-fu menginginkan cucunya Ji Chang (yang nantinya bertahtadengan gelar Zhou Wen-wang) meneruskan tahtanya, maka kedua anaknya yang lain,

Tai Bo dan Zhong Yung kemudian setuju dengan keputusan ayah mereka untuk 

menjadikan Ji Li sebagai penerusnya untuk kemudian meneruskannya kepada Ji Chang.

Kedua bersaudara tadi kemudian mencari daerah baru ke selatan (Jiang Nan) dan

mendirikan negara Wu (sekarang di propinsi Jiangsu). Keturunan mereka kemudian

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 25/31

mengambil nama negara sebagai marga mereka.Tokoh terkenal dari marga ini seperti

Wu Qi, seorang ahli perang dari zaman Negara2 Berperang dan Wu Cheng-en yang

menulis novel klasik Xi You Ji (Perjalanan ke Barat) dari zaman Dinasti Ming. Di

zaman sekarang ini ada PM Singapura, Goh Chok-tong atau Wu Zuo-dong (mandarin).

Marga Tionghoa di Indonesia mayoritas dilafalkan dalam dialek Hokkian (Minnan). Hal ini

tidak mengherankan karena mayoritas keturunan Tionghoa-Indonesia adalah berasal dari

Provinsi Fujian (Provinsi Hokkian).

Marga yang lazim di kalangan Tionghoa-Indonesia semisal:

Cia/Tjia (Hanzi:謝, hanyu pinyin: xie)

Gouw/Goh (Hanzi:吳, hanyu pinyin: wu)

Kang/Kong (Hanzi:江, hanyu pinyin: jiang)

Lauw/Lau (Hanzi:劉, hanyu pinyin: liu)

Lee/Lie (Hanzi:李, hanyu pinyin: li)

Oey/Ng/Oei (Hanzi:黃, hanyu pinyin: huang)

Ong (Hanzi:王, hanyu pinyin: wang)

Tan (Hanzi:陳, hanyu pinyin: chen)

Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi:張, hanyu pinyin: zhang)

Lim (Hanzi:林, hanyu pinyin: lin)

Masih banyak lagi marga-marga lain yang dapat ditemui. Salah satu fenomena umum di

Indonesia adalah karena marga dilafalkan dalam dialek Hokkian, sehingga tidak ada satu

standar penulisan (romanisasi) yang tepat. Hal ini juga menyebabkan banyak marga-marga

yang sama pelafalannya dalam dialek Hokkian terkadang dianggap merupakan marga yang

sama padahal sesungguhnya tidak demikian.

Tio selain merujuk kepada marga Zhang (張 ) dalam Mandarin, juga merupakan dialek 

Hokkian dari marga Zhao (趙).

Ang selain merujuk kepada marga Hong (洪 ) dalam Mandarin, juga merupakan dialek 

Hokkian dari marga Weng (翁).

Sistem Kemasyarakatan Masyarakat Tionghoa Di Indonesia

Stratifikasi Sosial

25

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 26/31

Dalam masyarakat tradisional orang Tionghoa di Indonesia ada perbedaan antara

lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya.

 Namun perbedaan ini tidak begitu mencolok oleh kedua belah pihak. Karena kedua belah

 pihak masih terkadang masih mempunyai hubungan kekerabatan. Sebuah perusahaan

(kongsi) orang Tionghoabiasanya merupakan perusahaan yang dikerjakan oleh suatu

kelompok kekerabatan dan kadang-kadang merupakan usaha sekelompok orang di China

sebelum ke Indonesia.

Tionghoa peranakan-kebanyakan orang Hokkien-merasa dirinya lebih tinggi dari

orang Tionghoa Totok karena menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal dari kuli

dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa peranakan karena

mereka dianggap mempunyai darah campuran.

Selain itu stratifikasi sosial dilakukan beradasarkan orientasi pendidikan. Dengan

adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa, yaitu sebagian yang mengikuti

 pendidikan yang berorientasi ke China dan sebagian lagi berorientasi ke barat maka

timbul pemisahan antara kedua kelompok ini. Masing-masing menganggap lawannya

sebagai kelompok yang lebih rendah.

Pimpinan Masyarakat Tionghoa

Pada zaman kolonial, pemerintah Belanda mengangkat pemimpin bagi masyarakatTionghoa dengan pangkat majoor (pangkat tertinggi), kapitein, luitenant dan wijkmeester 

(ketua RW). Tugasnya adalah sebagai perantara yang menghubungkan antara orang

Tionghoa dengan pemerintah Belanda. Para pemimpin orang Tionghoa ini disebut

kongkoan oleh orang Tionghoa. Kongkoan sendiri adalah kantor diamana para pemimpin

tadi bekerja untuk kepentingan orang Tionghoa.

Tugas utama pemimpin adalah menjaga ketertiban dan keamanan dari masyarakat

Tionghoa yang terdapat di suatu daerah atau kota, mengurus adat istiadat, kepercayaan,

 perkawinan, perceraian dan memutuskan segala hal. Mereka mencatat perkawinan,

kelahiran dan kematian dan mengangkat sumpah. Kongkoan ini mempunyai hak 

mengadili segala perkara di antara orang Tionghoa. Mereka juga berfungsi sebagai

 penasihat pemerintah Belanda terutama dalam masalah penarikan pajak dan merupakan

saluran dari peraturan-peraturan pemerintah terhadap masyarakat Tionghoa. Umumnya

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 27/31

mereka dipilih karena memiliki pengaruh dan dihormati oleh orang Tionghoa dan orang

kaya. Selain itu mereka juga memiliki kedekatan dengan orang Belanda.

Perkumpulan dan Organisasi Orang Tionghoa

Pada mulanya orang Tionghoa di kota besar mendirikan kamar dagang

(sianghwee). Kamar dagang ini merupakan perkumpulan pedagang Tionghoayang

 bekerja untuk kepentingan anggota-anggotanya terutama dalam mengurus pajak. Di

samping itu ada perkumpulan yang berdasar asal desa di China.

Awal abad ke-20, nasionalisme orang Cina cepat menyebar sebagai bentuk 

kekecewaan terhadap orang Belanda. Tahun 1900, didirikan perkumpulan yang bertujuan

memajukan nasionalisme Cina berdasarkan Religi Kong-Fu-Tse dan menyatukan orang

Tionghoa yang masih provinsialistis..

Organisasi-organisasi politik yang dibentuk etnis Tionghoa, masing-masing

memiliki perbedaan aliran. Pertama yang berorientasi ke Tiongkok, kedua yang

 berorientasi ke Hindia Belanda, dan ketiga yang berorientasi ke Indonesia. Organisasi

yang berorientasi ke Tiongkok adalah Tiong Hoa Hwee Koan – Rumah Perkumpulan

Tionghoa – (”THHK”, 1900), Siang Hwee (1908), dan Soe Po Sia (1908). Organisasi ini

didukung oleh orang Tionghoa Totok, yang baru datang ke Indonesia sekitar akhir abad

ke 19 s/d awal abad ke 20. Organisasi yang berorientasi ke Hindia Belanda adalah Chung

Hwa Hui yang didirikan pada tahun 1920. Para pendirinya adalah orang TionghoaPeranakan yang berpendidikan Belanda, yang sudah beberapa generasi tinggal di

Indonesia. Karena terlalu "kebelanda-belandaan", organisasi ini akhirnya terpecah dua.

Yang tidak setuju kemudian mendirikan partai politik yang pro-lndonesia, yaitu Partai

Tionghoa Indonesia (PTI) pada tahun 1932.

Dalam perkembangannya etnis Tionghoa di Hindia Belanda terbagi menjadi tiga:

Yang pro Belanda mendirikan Chung Hwa Hui dengan corongnya Harian Perniagaan

(Siang Po).

Yang Pro Tiongkok dipimpin Harian Sin Po.

Yang Pro Kemerdekaan terhimpun di Partai Tionghoa Indonesia (PTI) di bawah pimpinan

Liem Koen Hian dengan corongnya Harian Sin Tit Po.

Perkumpulan dan Organisasi Orang Tionghoa era Orde Lama

Salah satu organisasi Tionghoa terkenal yang lahir pada masa ini adalah Badan

27

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 28/31

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Baperki yang didirikan pada

tahun 1954 merupakan organisasi sosial politik yang dapat diterima oleh berbagai

kalangan orang Tionghoa, baik Totok maupun Peranakan. Masalah yang dihadapi para

tokoh Baperki yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan (Siauw) pada masa itu adalah

diskriminasi rasial di berbagai bidang.

Baperki ikut serta dalam Pemilu 1955 untuk memilih anggota DPR (29 September 

1955) dan anggota Konstituante (15 Desember 1955). Dalam kedua Pemilu ini, Baperki

memperoleh 178.887 suara untuk DPR dan 160.456 suara untuk Konstituante, atau 70%

suara dari golongan Tionghoa di Jawa. Dengan jumlah suara sebanyak ini, Baperki

 berhasil memperoleh satu kursi di DPR.

Perkumpulan dan Organisasi Orang Tionghoa era Orde Baru dan Orde Reformasi

Selain itu selama tiga puluh dua tahun pemerintahan Orde Baru, etnis Tionghoa

diisolasi dari kegiatan politik. Penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan massal

terhadap orang-orang yang berindikasi G30S/PKI termasuk tokoh, anggota dan

simpatisan Baperki dan organisasi-organisasi Tionghoa lainnya, telah menimbulkan

trauma yang berkepanjangan di kalangan masyarakat Tionghoa.

Timbulnya tragedi Mei 1998 membangkitkan kesadaran etnis Tionghoa bahwa

selama ini mereka secara politis mereka tidak berdaya sama sekali. Ini terbukti setelah

 jatuhnya rezim Orde Baru, berbagai kelompok peranakan Tionghoa segera membentuk  partai politik, paguyuban, perhimpunan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

sebagainya, antara lain Partai Reformasi Tionghoa Indonesia (“PARTI”), Partai Bhineka

Tunggal Ika (“PBI”), Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (“PSMTI”),

Perhimpunan Indonesia Tionghoa (“INTI”), Solidaritas Nusa Bangsa (“SNB”), Gerakan

Anti Diskriminasi (“GANDI”), Solidaritas Pemuda Pemudi Indonesia Untuk Keadilan

(“SIMPATIK”), dsb.

Pasca reformasi 1998, terdapat beberapa sikap politis kaum Tionghoa dalam menghadapi

masalah kewarganegaraan, antara lain:Sebagian besar akan tetap bekerja dengan tenang, acuh tak acuh, tanpa partisipasi politis

apapun, kecuali hanya berharap dan berdoa agar keluarganya tidak diganggu.

Sebagian yang lain menolak sikap pasrah. Mereka beranggapan bahwa keturunan

Tionghoa sama seperti warga negara yang lain harus aktif berpartisipasi langsung

dalam politik dan ikut mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 29/31

terutama di lembaga legislatif.

Kelompok ketiga adalah mereka yang merasa lebih membutuhkan kelompok pendukung

yang disebut “paguyuban” demi saling menopang diantara teman senasib.

Kelompok keempat yaitu mereka yang bergabung dengan atau memberi suara kepada

 parpol yang sudah ada, ataupun yang baru dibentuk yang akan memperjuangkan

kepentingan mereka.

Dewasa ini, organisasi Tionghoa memiliki fungsi yang berbeda-beda, diantaranya:

Partai politik seperti Partai Reformasi Tionghoa, dan Partai Bhinneka Indonesia yang

mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan baik eksekutif (pemerintah), maupun

legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat).

Organisasi yang berdasarkan kebangsaan, organisasi ini mempunyai tujuan, aspirasi

kebangsaan, terbuka untuk semua suku Warga Negara Indonesia.

Organisasi yang berdasarkan ikatan sebagai suku Tionghoa yang merasa senasib dan

sepenanggungan, ingin memperjuangkan nasib sebagai orang Tionghoa Bangsa

Indonesia (PSMTI).

Organisasi yang berdasarkan kesamaan sub etnis (Hakka, Hokian, Konghu dan lain-lain),

marga (Lim, Tan, Oey dan lain-lain), asal kampung (Meizou, Taipu, Nan An dan lain-

lain). Organisasi ini bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sesuai ikatan

tersebut.Organisasi yang berdasarkan kesamaan agama (Matakin, Walubi, Paguyuban Tao

Indonesia dan lain lain), tujuan organisasi ini adalah untuk peningkatan penghayatan

keagamaan umatnya masing-masing.

Organisasi berdasarkan kesamaan alumni sekolah dengan tujuan biasanya memperhatikan

guru-guru yang sudah tua, penyiapan beasiswa, membangun sekolah dan kegiatan lain

yang berkaitan dengan pendidikan.

Organisasi yang berdasarkan kesamaan kegiatan seperti, bantuan bencana alam,

 perkumpulan paduan suara, olahraga, penggemar lukisan, pelawatan, kedukaan,

 pendidikan, dan lain-lain.

Pada zaman sekarang telah lahir beberapa organisasi yang menaungi warga

Tionghoa :

Perhimpunan Indonesia Tionghoa 

29

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 30/31

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia 

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia

Selain itu, beberapa orang Tionghoa juga telah masuk ke dalam beberapa

organisasi sosial maupun politik yang ada di Indonesia.

Pola Perkampungan Etnis Tionghoa

Karena sebagian besar dari orang Tionghoa di Indonesia tinggal di kota kota,

maka hanya dibicarakan di sini perkampungan Tionghoa di kota-kota. Perkampungan

Tionghoa di kota-kota itu biasanya merupakan deretan rumah-rumah yang berhadap-

hadapan di sepanjang jalan pusat pertokoan. Deretan rumah-rumah itu, merupakan rumah-

rumah petak di bawah satu atap, yang umumnya tidak mempunyai pekarangan. Sebagai

ganti pekarangan, di tengah rumah biasanya ada bagian tanpa atap untuk menanam tanam-

tanaman, untuk tempat mencuci piring dan menjemur pakaian. Ruangan paling depan dari

rumah selalu merupakan ruangan tamu dan tempat meja abu. Biasanya ruang ini dipakai

sebagai toko, sehingga meja abu harus ditempatkan di ruangan di belakangnya. Sesudah

itu ada lorong dengan di sebelah kanan-kirinya ada kamar-kamar tidur. Di bagian

 belakang ada dapur dan kamar mandi.

Ciri khas dari rumah-rumah orang Tionghoa dengan tipe yang kuno adalah bentuk 

atapnya yang selalu melancip pada ujung-ujungnya, dan dengan ukir-ukiran yang berbentuk naga. Pada rumah-rumah orang yang berada, terdapat banyak ukir-ukiran pada

tiang-tiang dari balok dan sebagainya.

5/17/2018 pembahasan Tionghoa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-tionghoa 31/31

BAB IV

MODERNISASI TIONGHOA

 pada kelompok orang-orang tionghoa di Indonesia, terdapat 3 macam kelompok:

Kelompok Pertama (Flight) adalah kelompok “Apatis,” yang tidak mau terlibat sedikitpun dengan

masalah politik di Indonesia. Tidak Mau bukan berarti tidak ada keinginan, tapi Tidak Mau

karena Takut. Kelompok ini biasanya datang dari kalangan bisnis atau professional. Kelompok 

ini berusaha melawan rasa takutnya dengan cara Melarikan Diri. Tapi untuk “melarikan diri,”

mereka butuh dana atau keahlian tertentu untuk diterima di negara lain

Kelompok ke-2 adalah kelompok yang cenderung melakukan perlawanan (Fight) sebagai respon

dari rasa takut pada kelangsungan nasib kehidupan mereka di Indonesia. Mereka percaya

 bahwa tekanan politik dan sosial dapat memaksa masyarakat untuk menerima golongan

tionghoa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Masalahnya, seringkali ketika

melakukan tekanan sosial, mereka hanya dengan bersosialisasi dengan segelintir pejabat elite

atau militer.

Kelompok Asimilasi dan Integrasi. Kelompok lain adalah kelompok yang sadar bahwa harus

terjadi pembauran kelompok etnis tionghoa ke dalam masyarakat Indonesia. Tapi biarpun

 bertujuan sama, kelompok ini terbagi menurut cara pembaurannya, yaitu kelompok Asimilasi

dan kelompok Integrasi. Kelompok Asimilasi menginginkan pembauran dalam suatu

masyarakat menjadi yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya dengan

menghilangkan identitas dan budaya asal menjadi satu masyarakat yang satu dan seragam

(melting pot), sedangkan Integrasi menginginkan pembauran dalam suatu masyarakat yang

terdiri dari berbagai macam suku dan budaya tanpa menghilangkan identitas atau budaya asal

(multikulturalisme).

31