bab iv nsdh

3
37 IV. ANALISA Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2002 yang merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada 01º - 03º Lintang Selatan dan 101º -104º Bujur Timur yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km2, Kepulauan Riau berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Negara Vietnam dan Kamboja Sebelah Timur dengan negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat Sebelah Selatan dengan Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi Sebelah Barat dengan Negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau Secara keseluruhan wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Bintan, Lingga, Karimun, Natuna, Kepulauan Anambas dan dan 2 kota yaitu Batam dan Tanjungpinang. Provinsi Kepulauan Riau dimana 96 persen adalah perairan memiliki 1350 pulau besar dan kecil letak paling strategis terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional yang memiliki peluang pasar yang tinggi wilayah Indonesia. Menurut Soparmoko dan Maria (2000) bahwa salah satu langkah penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah penyusunan neraca sumber daya alam dan lingkungan yang jelas, yang mencatat semua volume cadangan sumber daya alam serta perubahan-perubahannya berupa penambahan ataupun pengurangan termasuk degradasi lingkungan yang terjadi. Dengan berbagai catatan dalam Neraca Sumber daya Alam dan lingkungan, para pembuat kebijakan diharapkan akan lebih tepat dalam menentukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan.

Upload: kusmay

Post on 15-Apr-2016

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

neraca sumber daya hutan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV nsdh

37

IV. ANALISA

Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2002 yang merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada 01º - 03º Lintang

Selatan dan 101º -104º Bujur Timur yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km2, Kepulauan Riau berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut :

Sebelah Utara dengan Negara Vietnam dan Kamboja

Sebelah Timur dengan negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat

Sebelah Selatan dengan Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi

Sebelah Barat dengan Negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau

Secara keseluruhan wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Bintan, Lingga, Karimun, Natuna, Kepulauan Anambas

dan dan 2 kota yaitu Batam dan Tanjungpinang. Provinsi Kepulauan Riau dimana 96 persen adalah perairan memiliki 1350 pulau besar dan kecil letak

paling strategis terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional yang memiliki peluang

pasar yang tinggi wilayah Indonesia.

Menurut Soparmoko dan Maria (2000) bahwa salah satu langkah penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah penyusunan neraca sumber daya

alam dan lingkungan yang jelas, yang mencatat semua volume cadangan sumber daya alam serta perubahan-perubahannya berupa penambahan

ataupun pengurangan termasuk degradasi lingkungan yang terjadi. Dengan berbagai catatan dalam Neraca Sumber daya Alam dan lingkungan, para

pembuat kebijakan diharapkan akan lebih tepat dalam menentukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan.

Page 2: BAB IV nsdh

38

Hal ini diperkuat lagi oleh Suparmoko (2003), permasalahan umum yang dihadapi dalam penyusunan Neraca Sumber Daya Alam dan Lingkungan

adalah :

a. Menyatukan pandangan berbagai pihak mengenai perlunya penghitungan sumber daya dan lingkungan, karena SDA dan Lingkungan sebagai

bagian dari kekayaan suatu bangsa selalu berpotensi untuk dikembangkan.

b. Dalam menentukan prioritas sumebr daya alam yang seharusnya dihitung terlebih dahulu.

c. Dalam mendapatkan angka-angka mengenai besarnya persediaan (stock) awal, tingkat pertumbuhan SDA yang dapat diperbaharui, tingkat

eksplorasi serta tingkat kerusakan.

d. Masalah pengumpulan data mengenai persediaan SDA, data perubahan persediaan yang meliputi pertumbuhan dan penggunaan SDA tidak mudah

dikumpulkan

e. Satuan atau unit pengukur yang dipakai tidak mudah ditentukan

Sedangkan yang menjadi permasalahan khusus adalah :

a. Pada umumnya data yang tersedia, khususnya yang dipublikasikan tidak sesuai dengan kebutuhan penyusunan NSDA dan Lingkungan. Sebagai

contoh dalam kasus Neraca Sumber daya Hutan sangat sulit untuk mengetahui berapa besarnya persediaan (stock) kayu dalam hutan Indonesia.

b. Neraca fisik itu harus dinyatakan dalam neraca moneter, karena di dalam neraca moneter menyangkut penilaian untuk masing-masing jenis

produksi serta pemisahan biaya produksinya.

Kendala dalam penyusunan NSDH Provinsi Kepulauan Riau adalah sulitnya rekapitulasi data perhitungan saldo awal kawasan hutan, dimana

perhitungan saldo awal menggunakan perangkat SIG terhadap peta penunjukan kawasan hutan di Provinsi Kepulauan Riau. Menurut Krimunadi

(2008) adapun Perhitungan dengan menggunakan perangkat SIG tentu memiliki kelemahan terutama tingkat ketelitian perhitungan. Dalam

penyusunan NSDH Provinsi Kepulauan Riau lebih disebabkan beberapa hal seperti yang di sebutkan oleh yaitu :

a. Perubahan tidak berdasarkan fungsi, kondisi penutupan lahan dan tipe hutan.

b. Lokasi perubahan sebagai bahan informasi dalam peta NSDH tidak ada.

Page 3: BAB IV nsdh

39

c. Hasil monitoring setiap perubahan oleh instansi yang berwenang kurang lengkap datanya.

d. Masalah pengumpulan data mengenai potensi kayu dan non kayu serta satwa.

e. Satuan atau unit pengukur yang dipakai tidak mudah ditentukan.

Saldo awal luas kawasan hutan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 diperoleh dari peta penunjukan kawasan hutan Provinsi Kepulauan Riau sesuai

dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986 Tanggal 6 Juni 1986 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Dati I

Riau dan SK Menteri Kehutanan No : 47/Kpts-II/1987 Tanggal 24 Pebruari 1987 Tentang Penunjukan Kawasan Areal Hutan di Wilayah Kotamadya Batam

yang disesuaikan dengan PDTK Provinsi Kepulauan Riau menggunakan perangkat SIG, yaitu peta TGHK Provinsi Kepulauan Riau Tahun 1986, saldo awal

Tahun 2012 adalah + 751,896,73 Ha dan saldo akhir Tahun 2012 adalah + 751,896,73 Ha tidak terdapat Perubahan pada luas kawasan hutan.

Pada Tahun 2012 terdapat perubahan luas penutupan lahan yaitu dengan menggunakan perhitungan luas penutupan lahan di Provinsi Kepulauan Riau

dari hasil citra satelit landsat Tahun 2011 yang telah ditafsir Tahun 2012 yaitu kondisi hutan yaitu kondisi hutan primer seluas ± 16.880,68 Ha, hutan

sekunder ± 228.845,57 Ha dan non hutan 506.170,49 Ha, hal ini dikarenakan terdapat perubahan penambahan pada hutan sekunder seluas ± 325

Ha yaitu kegiatan penanaman rehabilitasi lahan serta mengalami perubahan pengurangan pada non hutan seluas ± 325. Data volume potensi kayu

belum dapat mewakili keseluruhan fungsi hutan Potensi kayu untuk semua jenis baik jenis kayu perdagangan maupun kayu lokal, serta potensi dari

beberapa komoditas non kayu tidak dapat disajikan dalam laporan ini karena datanya didapatkan dari hasil kegiatan Klaster TSP/PSP serta

wawancara di Dinas Kabupaten. Dari rekapitulasi data Jenis satwa yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi banyak ditemukan akan tetapi

potensi secara pasti tidak dapat disajikan karena belum ada penelitian ataupun survei yang mendukung, sehingga datanya belum akurat. Data

potensi satwa yang dilindungi berdasarkan penangkaran/sitaan diperoleh dari Seksi Wilayah Besar Konservasi Sumber Daya Hutan Provinsi Riau

Seksi Wilayah di Kota Batam, melaksanakan inventarisasi satwa liar di dalam dan di luar kawasan hutan (penangkaran, titipan negara dll).