bab iv hasil pengumpulan data dan...
TRANSCRIPT
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 1
BAB IV
HASIL PENGUMPULAN DATA
DAN INFORMASI
4.1. PROFIL PELABUHAN OBYEK SURVEI
Dalam penelitian ini, beberapa pelabuhan yang dijadikan sebagai sampel, antara lain
adalah Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan
Samarinda, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Manado, Pelabuhan Sorong, dan
Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Hasil pengumpulan data sekunder pada masing-
masing pelabuhan obyek survei dapat dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1. Pelabuhan Belawan Medan
Uraian mengenai Pelabuhan Belawan Medan, meliputi gambaran umum pelabuhan,
kondisi geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar
muat, data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan
bongkar muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota
Medan.
a. Gambaran Umum Pelabuhan Belawan
Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan terbesar yang berada di wilayah PT.
Pelindo I. Berdasarkan Keputusan Administrator Pelabuhan (Adpel) Utama
Belawan Nomor UK.11/9/15/Ad.Blw-2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Teknis Operasional Kegiatan Pelayanan di Pelabuhan Belawan dinyatakan
bahwa Pelabuhan Utama Belawan adalah merupakan pelabuhan samudera
yang terbuka untuk umum juga merupakan gate way/pintu gerbang
perekonomian bagi masyarakat Sumut, baik untuk melayani kegiatan kapal
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 2
dalam negeri maupun kapal-kapal luar negeri selama 24 jam secara terus
menerus.
Produksi hinterland Pelabuhan Belawan terdiri dari hasil pertanian, perkebunan
dan kehutanan seperti minyak sawit, inti sawit, karet, teh, tembakau, sayur-
mayur, rotan dan kayu gergajian. Hampir seluruh produksi tersebut diekspor
melalui Pelabuhan Belawan.
Gambar 4.1: Pelabuhan Belawan
Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang
dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan,
kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor
penggerak roda perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang
menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 Km
dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi
perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 3
Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini
yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar muat barang setiap harinya.
Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan
penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan
berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas
tambahan yang lebih memadai. Terbatasnya daya tampung barang di
pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat
dengan pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan
Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang
usaha peti kemas dan pergudangan tersebut.
b. Kondisi Geografis Pelabuhan Belawan
Pelabuhan Belawan berada pada wilayah administratif Kota Medan Propinsi
Sumatera Utara (Sumut), tepatnya pada titik 03o47'00”LU dan 98o42'00”BT.
Pelabuhan Belawan terletak 27 Km dari pusat kota, di mana juga terletak di
Muara Sungai Belawan dan Sungai Deli. Sepanjang pantainya labil dan
berlumpur.
Pengendapan atau sedimentasi rata-rata 3 Cm/hari dipengaruhi oleh Sungai
Belawan dan Sungai Deli. Dimana debit air kedua Sungai tersebut rata-rata
331.924 M3 perbulan atau 11.064 M3 per harinya. Kecepatan arus juga
dipengaruhi oleh kedua sungai tersebut ditambah dengan keberadaan Selat
Malaka. Faktor musim juga mempengaruhi arah arus demikian juga
kecepatannya. Di mana kecepatan arus pada saat tertinggi yaitu mencapai 3
Knot dan terendah 0,2 Knot. Untuk pasang surut dengan air tertinggi: 3,30 M
LWS, air tinggi: 2,40 M LWS, air terendah: 0,50 M LWS.
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Belawan
Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Belawan terdiri atas: dermaga, alur
pelayaran, gudang dan lapangan penumpukan, terminal penumpang, dan
peralatan pelabuhan.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 4
Gambar 4.2: Tata Letak Pelabuhan Belawan
1) Dermaga:
Fasilitas dermaga pelabuhan Belawan dapat terlihat sebagaimana pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Fasilitas Dermaga Pelabuhan Belawan
NO LOKASI PANJANG (m)
LEBAR (m)
DALAM (MLWS)
MAX. DWT (T)
1 Belawan Lama 688,71 14,20 6 30.000 2 Ujung Baru 1.554,75 12,50 7 – 9 30.000 3 Ferry 115,00 5,00 7 30.000 4 Citra 625,00 14,30 6 – 7 20.000 5 IKD 150,00 25,00 6 – 7 20.000
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 5
NO LOKASI PANJANG (m)
LEBAR (m)
DALAM (MLWS)
MAX. DWT (T)
6 IKD 2 150,00 25,00 6 – 7 20.000 7 UTPK - Internasional 500,00 31,25 10 45.000
- Konvensional 350,00 26,20 10 45.000
Sumber: Pelindo I
2) Alur Pelayaran:
Fasilitas alur pelayaran, terdiri dari kondisi riil dan kebutuhan ideal
alurnya.
• Kondisi riil
Panjang (M) : 13.000;
Lebar (M) : 100;
Kedalaman (MLWS) : 9,5 – 10,5.
• Kebutuhan Alur Ideal
Panjang (M) : 13.000;
Lebar (M) : 2 x 100;
Kedalaman (MLWS) : 12.
Gambar 4.3: Alur Pelayaran Di Pelabuhan Belawan
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 6
3) Gudang dan Lapangan Penumpukan:
Tabel 4.2 Gudang dan Lapangan Penumpukan Pelabuhan Belawan
NO LOKASI UNIT LUAS (m 2)
A GUDANG 1 Gudang Lini I • Belawan Lama 6 4.981,50 • Ujung Baru 9 28.774,12 • Citra 3 16.800 2 Gudang Lini II 3 Ujung Baru 3 3.457,00 4 Citra 1 675,00 5 CFS 3 6.999,00 6 CFS UTPK Gabion 4 11.470,00 B LAPANGAN
PENUMPUKAN
1 Belawan Lama 7 11.480,12 2 Ujung Baru 8 23.435,80 3 Citra 7 25.175,84 4 IKD 1 9.390,00 5 CY 5 64.904,00 6 CY UTPK Gabion - 73.000,00
Sumber: Pelindo I
4) Terminal Penumpang:
Terminal penumpang di Pelabuhan Belawan terdiri dari terminal penumpang
untuk internasional dan domestik.
• Internasional
Luas (M2) : 539;
Kapasitas (Orang) : 720.
• Domestik
Luas (M2) : 2.300;
Kapasitas (Orang) : 2.230.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 7
5) Peralatan Pelabuhan:
Fasilitas peralatan pelabuhan Belawan sebagai berikut.
Tabel 4.3
Peralatan Pelabuhan Belawan
No JENIS KAPASITAS JML (Unit) KET
1 PERALATAN APUNG
Kapal Tunda
2.400 PK 1 Baik 1.700 PK 1 Baik 1.600 PK 1 Baik
800 PK 1 Baik
Motor Pandu 618 PK 3 Baik 275 PK 2 Baik 255 PK 1 Baik
Motor Kepil 810 PK 1 Baik 150 PK 1 Baik 100 PK 1 Baik
2 PERALATAN DARAT
Mobil Crane
10,0 Ton 1 Baik 40,0 Ton 2 Baik 15,0 Ton Baik 25,0 Ton Baik
Forklift
35,0 Ton Baik 2,5 Ton 2 Baik
15,0 Ton 1 Baik 5,0 Ton 2 Baik
10,0 Ton 1 Baik Crane Apung 40,0 Ton 1 Baik Mobil PMK 60.000 Liter 3 Baik
3 OPERASI PETI KEMAS Luas CY 54.600 m2 - Baik Luas CFS 10.400 m2 - Baik Reefer Flug 72 point - Baik
4 PERALATAN PETI KEMAS Container Crane 30,0 Ton 4 Baik Head Truck 40,0 Ton 10 Baik Chasis Combo 40,0 Ton 21 16 Baik, 5 Rusak
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 8
No JENIS KAPASITAS JML (Unit) KET
Transtainer 40,0 Ton 7 Baik Top Loader 30,5 Ton 2 Baik
Forklift 15,0 Ton 1 Baik 3,0 Ton 1 Rusak 2,5 Ton 3 Baik
Hooke Frame - 2 Baik Fixed Spreader 40,0 Ton 4 Rusak Telescopic Spreader
30,5 Ton 5 Baik
Sumber: Pelindo I
d. Kunjungan Kapal di Pelabuhan Belawan
Data kunjungan kapal di Pelabuhan Belawan selama 5 tahun terakhir, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Data Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Belawan
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Unit 1.570 1.306 1.318 1.734 1.476 GT 7.015.410 5.784.714 4.097.299 6.959.051 6.938.695
2 Dalam Negeri Unit 3.004 2.707 2.689 2.511 2.217 GT 9.442.668 3.478.529 10.919.112 7.115.965 7.706.426
JUMLAH
Unit 4.574 4.013 4.007 4.245 3.693
GT 16.458.078 9.263.243 15.016.411 14.075.016 14.645.121
Sumber: Pelindo I
e. Kinerja Pelayanan Kapal Di Pelabuhan Belawan
Data kinerja pelayanan kapal di Pelabuhan Belawan selama 5 tahun terakhir,
dapat dilihat pada tabel berikut.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 9
Tabel 4.5 Data Kinerja Pelayanan Kapal Di Pelabuhan Belawan
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A. KAPAL LUAR NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) jam 31,62 76,02 88,60 114,54 114,72
b. Waiting Time (WT) jam 0,61 1,00 1,65 2,55 3,10
c. Postpone Time (PT) jam 5,61 16,36 15,76 33,96 23,96
d. Approach Time (AT) jam 2,36 2,00 2,06 2,17 2,321
e. Berthing Time (BT) jam 23,31 56,54 69,94 80,07 85,21
- Not Operation Time (NOT) jam 4,25 30,27 37,77 43,61 48,56
- Effective Time (ET) jam 16,61 25,86 30,95 35,89 36,28
- Idle Time (IT) jam 2,58 0,41 0,31 0,54 0,33
B. KAPAL DALAM NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) jam 101,33 96,39 88,60 114,54 114,72
b. Waiting Time (WT) jam 0,88 1,74 1,65 2,55 3,10
c. Postpone Time (PT) jam 37,87 12,82 15,76 33,96 23,96
d. Approach Time (AT) jam 2,88 1,74 2,06 2,17 2,321
e. Berthing Time (BT) jam 58,86 79,94 69,94 80,07 85,21
- Not Operation Time (NOT) jam 19,27 47,03 37,77 43,61 48,56
- Effective Time (ET) jam 34,13 38,36 30,95 35,89 36,28
- Idle Time (IT) jam 6,48 0,55 0,31 0,54 0,33
Sumber: Pelindo I
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Data ekspor impor dan bongkar muat di Pelabuhan Belawan selama 5 tahun
terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 10
Tabel 4.6 Data Volume Ekspor Impor dan Bongkar Muat Di Pelabu han Belawan
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A Luar Negeri
1 Impor Ton 4.251.096 4.505.600 3.813.200 4.418.290 3.614.892
2 Ekspor Ton 2.152.250 2.192.020 2.350.690 2.602.766 2.210.830
Jumlah Ton 6.403.346 6.697.620 6.163.890 7.021.056 5.825.722
B Dalam Negeri
1 Bongkar Ton 7.250.491 6.680.043 6.537.384 7.183.537 6.436.238
2 Muat Ton 840.095 474.127 750.807 768.761 743.942
Jumlah Ton 8.090.586 7.154.170 7.288.191 7.952.298 7.180.180
TOTAL Ton 14.493.932 13.851.790 13.452.081 14.973.354 13.005.902
Sumber: Pelindo I
g. Utilisasi Pelabuhan Belawan
Data utilisasi Pelabuhan Belawan selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.7 Data Utilisasi Pelabuhan Belawan
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 70.59 71.56 61.94 66.90 B T P T/M 222.55 217.56 235.31 249.43
2 UTILISASI LAPANGAN
Y O R % 1.05 1.00 1.13 1.20 Y T P T/M2 0.32 0.30 0.37 0.38
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 15.85 14.04 12.68 13.06 S T P T/M2 0.70 0.67 30.17 31.68
Sumber: Pelindo I
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 11
h. Potret Perekonomian Kota Medan
Kota Medan merupakan kota besar sehingga menjadi daya tarik bagi investor.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan
kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena
penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga
akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output
agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan
setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan PDRB atas dasar harga konstan.
Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000 Kota Medan
selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama
periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen. Pertumbuhan
ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan
yang cukup stabil.
Gambar 4.4: Salah Satu Sudut Kota Medan
Sementara itu, komposisi kontribusi sektor perekonomian Kota Medan
mengalami perubahan ditandai oleh perubahan pada komposisi kontribusi
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 12
sektor primer, sekunder dan tertier terhadap pembentukan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan. Proses perubahan tersebut
didorong oleh proses akumulasi dan proses perubahan pola konsumsi
masyarakat yang timbul bersamaan dengan meningkatnya pendapatan
perkapita penduduk. Struktur ekonomi Kota Medan yang demikian membuat
kota ini dapat dianggap sebagai semi industrialized local.
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti
pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh
sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing
return to scale (relasi positif, antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada
kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat
semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan
semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-
faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan
baku, dan teknologi, relatif tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya
disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan
yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat
(produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan
modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha
terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan,
pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03%, sektor
sekunder sebesar 26,91% dan sektor primer sebesar 3,06%. Lapangan usaha
dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar
26,34%, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65% dan sub
sektor industri pengolahan sebesar 16,58%.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 13
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan
dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar
68,70%, sekunder sebesar 28,37% dan primer sebesar 2,93%. Masing masing
lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar
25,98%, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65%, industri jasa
pengolahan sebesar 16,58% dan jasa keuangan 13,41%.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian
Kota Medan, yaitu sebesar 69,21%, disusul sektor sekunder sebesar 27,93% dan
sektor primer sebesar 2,86%. Masing-masing lapangan usaha yang dominan
memberikan kontribusi sebesar 25,44% dari lapangan usaha
perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasil telekomunikasi sebesar
19,02% dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28%.
Tabel 4.8
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, Tahun 2005 – 2 007
NO SEKTOR / LAPANGAN USAHA
2005-2006 2006-2007
1 Pertanian 0,37 5,14 2 Pertambangan & Penggalian -6,05 -10,14 3 Industri Pengolahan 6,59 6,08 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,39 -2,81 5 Kontruksi 11,01 6,43 6 Perdagangan, Hotel &
Restoran 6,15 5,94
7 Transportasi & Telekomunikasi 13,34 10,61 8 Keuangan & jasa Perusahaan 5,08 12,81 9 Jasa-jasa 6,34 6,83 PDRB 7,76 7,78
Sumber: Medan Dalam Angka, 2007
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan
sebesar 6,56% terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor
pengangkutan dan komunikasi 9,22%. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 14
restoran 8,47%, sektor bangunan 8,22%, sektor jasa-jasa 7,42%, sektor listrik ,gas
dan air bersih 5,06%, sektor pertanian 4,18%, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan tumbuh sebesar 2,94%, sektor industri 1,71%, dan penggalian tumbuh
0,46%.
Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku
tercapai sebesar Rp. 72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000
sebesar Rp. 33,43 triliun. Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun
2009 sebesar 6,56%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang
perumbuhan sebesar 2,20% Disusul oleh sektor pengangkutan dan
komunikasi 1,85%, sektor bangunan 0,91%, sektor jasa-jasa 0,76%, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43%, sektor industri 0,25%,
sektor pertanian 0,10%, sektor listrik, gas dan air bersih 0,07%, dan sektor
pertambangan dan penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00%.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20%,
disusul oleh ekspor neto 30,53% (ekspor 50,82% dan impor 20,29%),
pembentukan modal tetap bruto 20,61%, konsumsi pemerintah 9,54%
dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64%. PDRB per Kapita atas
dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.
4.1.2. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Uraian mengenai Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, meliputi gambaran umum
pelabuhan, kondisi geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan
peralatan bongkar muat, data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus
ekspor impor dan bongkar muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret
perekonomian kota Surabaya.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 15
a. Gambaran Umum Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Pelabuhan Tanjung Perak berada di Kabupaten Surabaya Propinsi Jawa Timur
dan berada pada posisi 112º44'100” – 112º32'40”BT, 7º11'50” – 70º13'20”LS.
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di
Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan
Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang
strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial
maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran Kawasan
Timur Indonesia.
Hinterland Pelabuhan Tanjung Perak meliputi seluruh wilayah Propinsi
Jawa Timur serta sebagian Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hinterland Pelabuhan Tanjung Perak yang berpotensi antara
lain:
• Rambipuji, kira-kira berjarak 200 Km dari Surabaya yang direncanakan
mempunyai fasilitas petikemas utama;
• SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) dengan total luas wilayah
476 Ha, berada sekitar 23 Km dari Pelabuhan Tanjung Perak, saat ini
sudah digunakan secara penuh sejak tahun 1994 oleh ± 290
perusahaan;
• Zone Kawasan Berikat (Export Processing Zone) yang berlokasi di PIER
(Pasuruan Industrial Estate Rembang) dengan luas sekitar 500 Ha sekitar
60 Km dari Pelabuhan Tanjung Perak;
• Kawasan-kawasan industri tersebut merupakan pusat produksi berbagai jenis
barang baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 16
Gambar 4.5: DLKP/DLKR Pelabuhan Tanjung Perak Surab aya
b. Kondisi Geografis Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan Surabaya yang terletak pada
posisi 112043’22”BT dan 07011’54”LS, tepatnya di Selat Madura sebelah
utara kota Surabaya. Daerah perairannya seluas 1.546,3 Ha dan daerah
pelabuhannya seluas 574,7 Ha. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan
pelabuhan umum dengan status pengelolaannya adalah diusahakan.
Gambar 4.6: Situasi ( Layout) Rencana Pengembangan Pelabuhan
Tanjung Perak
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 17
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Tanjung Perak
Fasilitas pelabuhan yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,
meliputi alur pelayaran, pemanduan, bunker, fasilitas terminal
penumpang, dan lain-lain, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 4.7: Denah Fasilitas Pelabuhan yang Ada Saat Ini
Fasilitas yang ada di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, terdiri dari:
1) Alur Pelayaran:
Alur pelayaran barat merupakan alur utama memasuki pelabuhan
Tanjung Perak yang panjangnya 24 mil laut, lebarnya 100 meter dengan
kedalaman bervariasi antara 10 sampai 12 meter.
2) Pemanduan:
Untuk menjamin keselamatan bagi kapal-kapal di area Pelabuhan
Tanjung Perak telah disiapkan beberapa orang pandu. Mereka siaga di
stasiun Karang Jamuang dan siap melayani tugas pemanduan selama
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 18
24 jam. Untuk mendukung tugas pemanduan ini telah disiapkan
beberapa kapal sebagaimana pada Tabel 4.9.
Gambar 4.8: Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Perak
Tabel 4.9 Data Fasilitas Pemanduan Pelabuhan Tanjung Perak
NO NAMA UNIT TIPE KAPASITAS
1 Kapal Tunda 10 KT 800 – 2400 HP 2 Kapal Pandu 4 MP 350 – 960 HP 3 Kepil 5 MK 125 – 250 HP
Sumber: Adpel Tanjung Perak
3) Bunker:
Pelayanan bunker dilakukan oleh Pertamina melalui pipa dermaga dan
pelayanan bunker lainnya dilakukan oleh swasta melalui tongkang dan
mobil tangki. Selain fasilitas tersebut ada beberapa fasilitas lain seperti
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 19
fasilitas bongkar muat, pelayanan air bersih, pelayanan kesehatan,
pemadaman kebakaran, docking, reparasi dan pembuatan kapal.
4) Fasilitas Terminal Penumpang:
Di Pelabuhan Tanjung Perak terdapat 2 terminal penumpang untuk
kapal penumpang umum yakni Terminal Gapura Nusantara dan
Terminal Gapura Surya. Selain itu terdapat pula Terminal penumpang
untuk Kapal Ro-Ro. Uraian lebih lanjut tentang terminal tersebut
digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Data Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Perak
NO DESKRIPSI GAPURA NUSANTARA GAPURA SURYA
1 Size (M2) 4.950 5.060 2 Draft (M LWS) – 9,0 – 9,0 3 Berth Length 325 4 Building Width (M2) 2.384 4.522 5 Apron Width (M) 15 15 6 Available For Economy Class 7 Room Capacity 1.500 1.000 8 Amanda Restoran - 300 9 Mushalla
Sumber: Adpel Tanjung Perak
5) Terminal Penumpang Kapal Ro-Ro:
Tabel 4.11
Data Kapasitas Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjun g Perak
NO DESKRIPSI SAT TANJUNG PERAK
A Size: - Embarkasi M2 2.371,65 - Debarkasi M2 201,50
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 20
NO DESKRIPSI SAT TANJUNG PERAK
- Teras Sisi Barat M2 294,25 - Kapasitas Penumpang 700 - Draft M LWS – 7,2 - Panjang Dermaga M 140
B Area Parkir - Truck M2 3.870 - Car M2 515 - Kendaraan ex
Bongkaran M2 1.912
- Kapasitas Parkir Car 248
Sumber: Adpel Tanjung Perak
6) Terminal Konvensional:
Tabel 4.12 Data Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Perak
No DESKRIPSI KUANTITAS
Dermaga Nilam 1 Luas 1,4 Hektar 2 Draft – 9,2 M LWS 3 Panjang Dermaga 860 M 4 Lebar Apron 15 M 5 Luas Gudang 18.235 M2 6 Jumlah Gudang 4 Unit 7 Luas Lapangan Penumpukan 14.125 M2 8 Peruntukan Antar Pulau ( CK, GC)
Dermaga Mirah 1 Luas 1,7 Hektar 2 Draft – 6,7 M LWS 3 Panjang Dermaga 640 M 4 Lebar Apron 20 M 5 Luas Gudang 13.700 M2 6 Jumlah Gudang 4 Unit 7 Luas Lapangan Penumpukan 15.965 M2 8 Peruntukan Antar Pulau (GC)
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 21
No DESKRIPSI KUANTITAS
Dermaga Kalimas 1 Luas 5,2 Hektar 2 Draft – 2,0 M LWS 3 Panjang Dermaga 2.270 M 4 Lebar Apron 20 M 5 Luas Gudang 4.180 M2 6 Jumlah Gudang 4 Unit 7 Luas Lapangan Penumpukan 3.900 M2
8 Peruntukan Kapal Lokal & Kapal Layar
Motor
Sumber: Adpel Tanjung Perak
7) Terminal Peti Kemas:
Fasilitas dan Peralatan Terminal Peti Kemas Surabaya digambarkan
dalam tabel, sebagai berikut.
Tabel 4.13 Data Fasilitas dan Peralatan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Tanjung Perak
No FASILITAS / PERALATAN SAT KUANTITAS
1 Panjang Dermaga M 1.450
2 Terminal Internasional Draft M LWS − 10,5
3 Terminal Domestik Draft M LWS − 7,5
4 Container Yard Ha 49
5 Container Freight Station M2 16.500
6 Quays Cranes Unit 10
7 RTG Unit 23
8 Reach Stacker 40 Ton Unit 3
9 Side Container Loader 7,5 Ton Unit 2
10 Sky Stacker 8 Ton Unit 2
11 Forklift Electric 2,5 Ton Unit 12
12 Double Trailer Unit 40
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 22
13 Head Truck Unit 54
14 Chassis 20 Ft Unit 3
15 Chassis 40 Ft Unit 45
16 Chassis 45 Ft Unit 30
Sumber: Pelindo III
8) Kapal Pandu:
� Kapal pandu : 1 unit 2x380 HP dan 3 unit 2 x 490 HP;
� Kapal Tunda : 9 unit;
� Kapal Kepil : 2 unit 150 HP dan 1 unit 240 HP;
� Kapal Tongkang : 3 unit;
� Kapal Ukur : 1 unit 150 PK.
9) Peralatan bongkar muat:
� Crane : 1 unit 35 ton;
� Forklift : 1 unit 2ton, 2 unit 2,5 ton, 2 unit 3 ton, 1 unit 5
ton, dan 2 unit 7 ton;
� Head Truck : 5 unit 40 ton;
� Chasis Combo : 2 unit 20' & 5 unit 40’;
� Spreader : 2 unit 20' dan 5 unit 40’;
� Transtainer : 2 unit 40 ton.
10) Mobil PMK : 6 unit.
d. Kunjungan Kapal Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 23
Tabel 4.14 Data Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Tanjung Perak
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Unit 5,256 6,561 5,272 5,816 5,672
GT 80,880,294 84,953,046 81,874,488 90,075,974 87,537,355
2 Dalam Negeri Unit 69,735 64,257 68,005 69,002 66,808
GT 105,125,789 105,212,684 116,536,157 116,248,721 122,991,575
JUMLAH
Unit 74,991 70,818 73,277 74,818 72,480
GT 186,006,083 190,165,730 198,410,645 206,324,695 210,528,930
Sumber: Pelindo III
e. Kinerja Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Tabel 4.15 Data Kinerja Pelabuhan Tanjung Perak
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A. KAPAL LUAR NEGERI a. Turn Round Time (TRT) JAM 73.00 78.00 79.00 55.50 60.57 b. Waiting Time (WT) JAM 2.00 1.00 3.00 1.17 0.91 c. Postpone Time (PT) JAM 4.00 21.00 15.00 7.00 4.67 d. Approach Time (AT) JAM 8.00 4.00 4.00 4.00 3.00 e. Berthing Time (BT) JAM 58.25 52.00 57.00 43.33 52.00 - Not Operation Time (NOT) JAM 6.67 9.00 8.00 4.00 5.67 - Effective Time (ET) JAM 47.00 39.00 43.00 35.33 42.00 - Idle Time (IT) JAM 4.58 4.00 6.00 4.00 4.33
B. KAPAL DALAM NEGERI a. Turn Round Time (TRT) JAM 85.00 85.00 86.00 57.63 49.16 b. Waiting Time (WT) JAM 2.00 2.00 2.00 2.38 1.91 c. Postpone Time (PT) JAM 18.00 18.00 16.00 10.75 10.00 d. Approach Time (AT) JAM 4.00 4.00 3.00 4.00 2.00 e. Berthing Time (BT) JAM 61.00 61.00 65.00 40.50 35.25 - Not Operation Time (NOT) JAM 6.00 8.00 8.00 5.00 4.00 - Effective Time (ET) JAM 49.00 49.00 52.00 32.00 28.00 - Idle Time (IT) JAM 4.00 4.00 5.00 3.50 3.25
Sumber: Pelindo III
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 24
f. Arus Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya
Tabel 4.16 Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan T anjung Perak
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A Luar Negeri
1 Impor Ton 5,543,580 6,495,549 7,181,407 6,484,979 5,836,880
2 Ekspor Ton 39,512,059 45,260,183 51,164,660 59,694,370 60,860,564
Jumlah Ton 45,055,639 51,755,732 58,346,067 66,179,349 66,697,444
B Dalam Negeri
1 Bongkar Ton 22,703,671 26,562,503 30,638,692 28,176,159 26,405,828
2 Muat Ton 14,823,802 12,314,468 14,846,134 21,203,345 17,807,741
Jumlah Ton 37,527,473 38,876,971 45,484,826 49,379,504 44,213,569
TOTAL Ton 82,583,112 90,632,703 103,830,893 115,558,853 110,911,013
Sumber: Pelindo III
g. Utilisasi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Tabel 4.17 Data Utilisasi Pelabuhan Tanjung Perak
Sumber: Pelindo III
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 67 69 69 80 66
B T P T/M 1902 2716 2753 2803 2611
2 UTILISASI LAPANGAN
Y O R % 11 5 10 56 61
Y T P T/M2 33 10 10 17 26
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 10 6 8 17 13
S T P T/M2 30 11 8 4 3
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 25
h. Potret Perekonomian Kota Surabaya
PDRB Kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2003 PDRB Surabaya sebesar Rp. 61.659.66 Sementara pada tahun 2004
mengalami kenaikan menjadi Rp. 69.627.20. Pada tahun 2008 PDRB
Surabaya sebesar Rp. 141.490.66.
Tabel 4.18
PDRB Kota Surabaya Tahun 2003-2008
NO TAHUN PDRB (dalam Juta Rupiah)
1 2003 61,659.66 2 2004 69,627.20 3 2005 79,708.06 4 2006 96,386.84 5 2007 112,358.85 6 2008 141,490.66
Sumber: Bappeko Kota Surabaya
Perkembangan perekonomian kota Surabaya akhir–akhir ini sangat pesat. Hal
tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Surabaya yang semakin
berkembang pesat dan semakin banyaknya gedung–gedung perkantoran
bertingkat dibangun di kota Surabaya yang mengisyaratkan bahwa Surabaya
telah bergerak menjadi kota tujuan untuk berbisnis. Hal tersebut menyebabkan
Kota Surabaya menjadi salah satu kota tujuan utama terbesar di Indonesia
khususnya Indonesia Timur sebagai tempat tujuan untuk berbisnis.
4.1.3. Pelabuhan Samarinda
Uraian mengenai Pelabuhan Samarinda, meliputi gambaran umum pelabuhan,
kondisi geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar
muat, data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan
bongkar muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota
Samarinda.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 26
a. Gambaran Umum Pelabuhan Samarinda
Pelabuhan Samarinda yang berada di kota Samarinda, tepatnya terletak di
tepian sungai Mahakam. Pada tahun 1668 awalnya Samarinda di tempati oleh
orang-orang Bugis Wajo, karena saat itu kerajaan Gowa telah dikuasai oleh
Belanda dan tidak menyetujui perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin
dan VOC Belanda.
Gambar 4.9: Peta Lokasi Pelabuhan Samarinda
Pada tahun 1844 ditandainya Kalimantan Timur di bawah Pemerintahan
Belanda, Samarinda terus berkembang dan telah dikenal serta menarik para
pedagang maupun pelaut dari Cina, India, karena sekitar sungai Mahakam
kaya akan hasil-hasil emas, sarang burung. Madu, lilin lebah, gaharu, bulu
burung yang indah, hasil hutan lainnya, dan juga terdapat minyak kental
(Napta) yang dijual belikan secara barter dengan mata uang koin. Pada masa
penjajahan Belanda sudah dibangun dermaga dari kayu selain
menghubungkan antara Samarinda Ilir dan Samarinda Seberang juga dipakai
kegiatan bongkar muat barang. Pada tahun 1978 setelah melihat arus bongkar
muat barang dan kunjungan kapal meningkat dari waktu ke waktu, Pemerintah
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 27
Republik Indonesia memperluas Pelabuhan Samarinda dengan beton
bertulang, dan pondasi tiang pancang.
Gambar 4.10: Suasana Pelabuhan Samarinda
Pelabuhan Samarinda merupakan salah satu pelabuhan yang berada di
Kalimantan Timur dengan luas daratan 211.440 Km2. Pelabuhan Samarinda
merupakan salah satu pelabuhan yang berada di Kalimantan Timur dengan
luas daratan 211.440 Km2.
Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi di wilayah Indonesia bagian
Timur yang mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah seperti
migas dan batu bara dari hasil tambang, kayu, dan rotan dari hasil hutan, serta
kelapa sawit dari hasil perkebunan. Peran pelabuhan sangatlah dominan, di
samping sebagai terminal dan pintu gerbang arus barang, penumpang serta
hewan juga sebagai penunjang dan pemacu pertumbuhan perekonomian di
Kalimantan Timur.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 28
Gambar 4.11: DLKP/DLKR Pelabuhan Samarinda
Wilayah dan kawasan perairan Pelabuhan Samarinda yang terletak di
sepanjang sungai mahakam dengan luas 11.032 Ha dengan kedalaman alur
rata-rata 5.50 M mudah terjadi pendangkalan karena keadaan tanah dasar
pasir berlumpur. Oleh karena itu, telah dilakukan pengerukan setiap tahun oleh
Pemda Propinsi Kaltim melalui anggaran APBN. Pelabuhan Samarinda
dengan wilayah kerja pelabuhan seluas 44.297 M2 tergolong salah satu
pelabuhan yang tersibuk di wilayah kerja PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero). Hal ini terlihat dari pencapaian kinerja operasional Pelabuhan dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir, yang telah mengalami perkembangan terutama
arus barang petikemas realisasi tahun 2007 sebesar 145.554 TEUs atau
kenaikan 10.74% dari tahun 2005 sebesar 131.433 TEUs.
Seiring dengan perkembangan sistem perdagangan, sementara fasilitas
pelabuhan yang dimiliki terutama area cadangan lapangan petikemas sangat
terbatas dibandingkan dengan perkembangan traffik barang khususnya
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 29
terhadap petikemas. Hal ini menjadikan pelabuhan Samarinda senantiasa
melakukan penyempurnaan dan perbaikan pelayanan fasilitas dan
pengembangan pelabuhan yang cukup memadai, untuk itu telah dilakukan
kerja sama denga pihak ke III dan Pemda setempat untuk membangun
Pelabuhan TPK yang berlokasi di Palaran Samarinda. Potensi dan hasil
produksi Kalimantan Timur yang cukup menonjol adalah:
� Hasil Tambang : minyak, gas bumi dan batubara;
� Hasil hutan : kayu dan rotan;
� Hasil perkebunan : kelapa sawit;
� Hasil perikanan : udang ekspor.
b. Kondisi Geografis Pelabuhan Samarinda
Kota Samarinda yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur secara
geografis terletak di daerah khatulistiwa pada posisi antara 0°21'18" –
10°9'16"LS dan 116°15'16" – 117°24'16"BT. Di sebelah barat, timur, selatan
dan utara, daerahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai
Kartanegara. Kondisi topografinya datar dan berbukit dengan ketinggian sekitar
10-200 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya yang seluas 718 Km2,
secara administratif terbagi menjadi 6 kecamatan yang mencakup 53
kelurahan. Iklimnya tropis basah atau bias dikatakan hujan sepanjang tahun,
dengan temperatur udara antara 20-34°C, curah hujan rata-rata pertahun
1.980 mm dan kelembaban udara rata-rata 85%.
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Samarinda
Fasilitas pelabuhan Samarinda secara terperinci dijelaskan sebagai berikut.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 30
Gambar 4.12: Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Samarin da
1) Hidro Oseanografi:
Kondisi hidro oseanografi di pelabuhan Samarinda secara lebih detail
dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.19 Kondisi Hidro Oseanografi di Pelabuhan Samarinda
NO URAIAN KETERANGAN
1 Panjang Alur Pelayaran/Leng of Channel 37 Mil
2 Lebar Alur Pelayaran/Width of Channel 60 Meter
3 Kedalaman Minimum/Minimum depth of Channel 4.7 Meter
4 Luas Kolam Pelabuhan/Basin Area 20 Ha 5 Kedalaman Kolam
Minimum/Minimum Depth of Basin 8 Meter
6 Kedalaman Kolam Di Dermaga/Dept Along Side Wharf 5.5 Meter
7 Kecepatan Angin/Wind Velocity 2 Knot 8 Kecepatan Arus/Current Velocity 2.5 Knot
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 31
NO URAIAN KETERANGAN
9 Tinggi Gelombang/Tidal Height 0.5 Meter 10 High Water Spring 2.6 Meter
Sumber: PT. Pelindo IV
2) Alat Produksi:
Terkait dengan alat-alat produksi dan fasilitas yang dimiliki oleh
pelabuhan Samarinda, antara lain sebagai berikut.
• Low Water Spring : 0,4 Meter;
• Dermaga/Wharves : 937,0 Meter;
• Gudang/Transit Shed : 4.400,00 M2;
• Lapangan/Yards : 19.650,00 M2;
• Kapal Tunda/Towing Boats : 1 Unit;
• Kapal Pandu/Pilot Boats : 3 Unit;
• Crane/Crane : 2 Unit;
• Truck Boat/Truck Boat : 1 Unit;
• Tongkang/Barges : 2 Unit;
• Forklift/Forklift : 3 Unit;
• Mobil PMK/Fire Engines : 1 Unit.
3) Dermaga:
Berdasarkan dari hasil data sekunder, PT. Pelindo IV cabang Samarinda
informasi yang dapat disampaikan terkait dengan dermaga, yaitu
sebagai berikut.
• Dermaga I:
Nama : Dermaga 100 Pangkalan Soekarno;
Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum;
Panjang : 100 M';
Lebar : 11 M';
Kedalaman : 12 M;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 32
Konstruksi : Caison & lantai beton;
Kapasitas : 1.100 T/M2.
• Dermaga II:
Nama : Dermaga Umum;
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang; Panjang : 250 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 3.750 T/M2.
• Dermaga III:
Nama : Dermaga Umum;
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 100 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 1.500 T/M2.
• Dermaga IV:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 50 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 750 T/M2.
• Dermaga V:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 104 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 33
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 1.560 T/M2.
• Dermaga VI:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 100 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 1.500 T/M2.
• Dermaga VII:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 60 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 900 T/M2.
• Dermaga VIII:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 112 M';
Lebar : 15 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton;
Kapasitas : 1.680 T/M2.
• Dermaga Pelra:
Fungsi/Kegunaan : Bongkar Muat Barang;
Panjang : 50 M';
Lebar : 7,5 M';
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Konstruksi : Tiang pancang, & lantai kayu ulin;
Kapasitas : 375 T/M2.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 34
4) Alur Pelayaran:
Panjang : 37 mil;
Lebar : 60 Meter;
Kedalaman : 4.7 M LWS;
Pasang tertinggi : 2,6 M LWS;
Pasang terendah : 0,4 M LWS.
Gambar 4.13: Alur Pelayaran dan Lokasi Pengerukan P elabuhan Samarinda
5) Kolam Pelabuhan:
Luas : 20 Ha;
Kedalaman : 5.50 M LWS;
Pasang tertinggi : 2.6 Meter;
Pasang terendah : 0.4 Meter.
6) Gudang:
Luas : 1.200 M2;
Kapasitas : 720 T/M2;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 35
Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok, rangka baja, atap
aluminium.
7) Lapangan Penumpukan:
• Lapangan Penumpukan I:
Luas : 2.960 M2;
Kapasitas : 1.776 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
• Lapangan Penumpukan II:
Luas : 10.940 M2;
Kapasitas : 6.564 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
• Lapangan Penumpukan III:
Luas : 7.800 M2;
Kapasitas : 4.680 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
• Lapangan Penumpukan IV:
Luas : 4.200 M2;
Kapasitas : 2.520 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
• Lapangan Penumpukan V:
Luas : 2.200 M2;
Kapasitas : 1.320 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
• Lapangan Penumpukan VI:
Luas : 6.000 M2;
Kapasitas : 3.600 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 36
• Lapangan Penumpukan VII:
Luas : 4.500 M2;
Kapasitas : 2.700 T/M2;
Konstruksi : Lapisan dasar Sirtu, Permukaan Paving Block.
8) Terminal Penumpang
Luas : 800 M2;
Kapasitas : 360 orang;
Kontruksi : Lantai beton, dinding batubata/kayu, atap seng.
d. Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Samarinda
Tabel 4.20 Data Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Samarinda
URAIAN SAT 2007 2008 2009
A LUAR NEGERI : 1. Asing Call 4 13 10 Gt 3,590 58,697 10,429 2. Nasional Call 4 7 0 Gt 5,443 12,560 0 3. Khusus Call 1,046 2,343 2,289 Gt 20,192,947 23,846,134 28,199,782
JUMLAH A Call 1,054 2,363 2,299 Gt 20,201,980 23,917,391 28,210,211
B DALAM NEGERI : 1. Nasional Call 2,396 421 680 Gt 3,086,458 552,524 1,164,008 2. Asing Call 380 242 132 Gt 363,506 476,393 236,075 3. Rakyat Call 293 186 154 Gt 23,712 15,713 13,879 4. Perintis Call 0 0 0 Gt 0 0 0 5. Khusus Call 9,426 9,115 12,338 Gt 10,006,935 10,712,231 14,548,007 6. Lainnya Call 366 142 32 Gt 180,681 51,760 8,369
JUMLAH B Call 12,861 10,106 13,336 Gt 13,661,292 11,808,621 15,970,338
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 37
URAIAN SAT 2007 2008 2009
JUMLAH A + B Call 13,915 12,469 15,635
Gt 33,863,272 35,726,012 44,180,549
Sumber: PT. Pelindo IV
e. Kinerja Pelabuhan Samarinda
Tabel 4.21 Data Kinerja Pelabuhan Samarinda
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A. Kapal Luar Negeri
1. Turn Round Time (TRT) JAM 73.54 77.00 136.00 144.60 71.00
2. Waiting Time :
a. Waiting Time Net (WTN) JAM 34.80 17.00 6.00 5.00 2.00
b. Postpone Time (PT) JAM 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Approach Time (AT) JAM 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00
d. Waiting Time Gross (WTG) JAM 38.80 20.00 10.00 9.00 6.00
3. Berthing Time (BT) JAM 34.74 57.00 126.00 135.60 65.00
a. Effective Time (ET) JAM 29.41 53.00 73.00 50.85 40.00
b. Not Operating Time (NOT) JAM 3.39 2.00 50.00 82.75 23.50
c. Idle Time ( IT ) JAM 1.94 2.00 3.00 2.00 1.50
B. Kapal Dalam Negeri
1. Turn Round Time (TRT) JAM 88.79 76.00 60.00 71.93 72.00
2. Waiting Time :
a. Waiting Time Net (WTN) JAM 7.33 4.00 3.00 2.00 1.00
b. Postpone Time (PT) JAM 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Approach Time (AT) JAM 5.00 5.00 5.00 4.00 4.00
d. Waiting Time Gross (WTG) JAM 12.33 9.00 8.00 6.00 5.00
3. Berthing Time (BT) JAM 76.46 67.00 52.00 65.93 67.00
a. Effective Time (ET) JAM 59.21 62.00 30.00 41.20 45.00
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 38
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
b. Not Operating Time (NOT) JAM 10.00 3.00 20.00 22.73 20.00
c. Idle Time ( IT ) JAM 7.25 2.00 2.00 2.00 2.00
Sumber: PT. Pelindo IV
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Tabel 4.22 Data Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Di Pelabu han Samarinda
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A. Luar Negeri Impor Ton 36,193 79,836 107,781 86,398 86.241
Ekspor Ton 12,942,800 10,316,593 4,332,221 22,627,004 30.708.885
Jumlah Ton 12,978,993 10,396,429 4,440,002 22,713,402 30.795.126
B Dalam Negeri
Bongkar Ton 1,942,734 1,877,786 2,117,373 2,115,607 2.247.031
Muat Ton 2,207,748 1,062,206 785,203 918,786 841.302
Jumlah Ton 4,150,482 2,939,992 2,902,576 3,034,393 841.302
TOTAL Ton 17,129,475 13,336,421 7,342,578 25,747,795 3.088.333 Sumber: PT. Pelindo IV
g. Utilisasi Pelabuhan Samarinda
Tabel 4.23 Data Utilisasi Pelabuhan Samarinda
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 68.86 71.24 68.47 71.01 68.13
B T P T/M 2,268.67 1,855.88 1,997.30 2,234.65 2,421.86
2 UTILISASI LAPANGAN
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 39
Y O R % 66.78 79.51 79.08 77.65 79.31
Y T P T/M2 91.40 80.46 80.61 8.14 8.49
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 16.12 8.20 4.02 6.86 4.24
S T P T/M2 9.12 7.76 5.09 6.72 5.29
Sumber: PT. Pelindo IV
h. Potret Perekonomian Kota Samarinda
Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-
hasil pembangunan di daerah dalam lingkup Kabupaten/Kota adalah jumlah
nilai tambah (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu daerah dalam satu tahun, atau disebut Produk Domestik regional Bruto
(PDRB). Dengan berjalannya otonomi daerah terjadi Kenaikan jumlah produksi
dan harga barang/jasa merupakan faktor utama pendorong kenaikkan nilai
PDRB Kota Samarinda, terlebih berjalannya otonomi daerah. Pertumbuhan
ekonomi dalam periode 2000-2007 telah mencapai rata-rata diatas 7 persen
per tahun. Suatu kondisi ekonomi Daerah yang sangat bagus bahkan optimis
akan lebih baik lagi pada tahun-tahun mendatang.
Tabel 4.24 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kota Sa marinda
Tahun 2000-2007 (Juta Rupiah)
NO TAHUN PDRB ADH BERLAKU
PDRB ADH KONSTAN 2000
LAJU PERTUMBUHAN
PDRB (%) 1 2000 6.077.497 6.077.497 - 2 2001 6.993.663 6.530.617 7,46 3 2002 8.414.777 7.204.787 10,32 4 2003 9.852.073 7.890.753 9,52 5 2004 11.588.177 8.601.033 9,00 6 2005 13.125.820 9.293.066 8,05
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 40
7 2006r) 14.500.247 9.803.725 5,50 8 2007*) 15.868.881 10.089.859 2.92 9 2000-
2007 - - 7,51
Sumber: Bappeko Koda Samarinda
Pertumbuhan di atas 7%, tidak terlepas dari kontribusi beberapa sub sektor
yang mencatat angka pertumbuhan rata-rata dua digit, antara lain Bangunan
dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor yang memiliki kontribusi di
atas rata-rata pertumbuhan umum adalah sektor Perdagangan Besar serta
Angkutan dan Komunikasi. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam
persentase menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi
dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini menggambarkan ketergantungan
daerah terhadap kemampuan produksi masing-masing sektor ekonomi.
Struktur ekonomi yang disajikan dari waktu ke waktu memperlihatkan
perubahan dan pergeseran sebagai indikator adanya proses pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi yang tercipta merupakan salah satu dampak positif
pembangunan daerah, melalui peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam
pembangunan. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi ini juga tidak terlepas dari
peran swasta dalam melakukan aktivitas ekonominya di Kota Samarinda.
Sinergi serta kerjasama dari kedua pihak dalam menjamin kelangsungan
pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda masih diperlukan untuk menciptakan
lapangan pekerjaan serta kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Samarinda selalu
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini sebagai indikasi bahwa
ekonomi regional Kota Samarinda telah mencapai kondisi pemulihan ekonomi
sejak tahun 1999. Pembentukan nilai tambah bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku tanpa migas pada tahun 2000 baru mencapai dari 6,07 trilyun rupiah,
selama enam tahun meningkat menjadi 15,87 trilyun rupiah (tahun 2007). Dari
pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku ini masih mengandung inflasi atau
menurunnya nilai tukar uang terhadap barang dan jasa di wilayah Kota
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 41
Samarinda. Sedangkan pembentukan PDRB riil atau PDRB atas dasar harga
konstan tanpa migas setelah enam tahun dibanding tahun 2000 meningkat
menjadi 10,09 trilyun rupiah.
Secara umum, pembentukan perekonomian Kota Samarinda (angka PDRB)
secara perlahan dan pasti menuju Kota Pelayanan (Service) meliputi sektor
perdagangan, hotel & restoran, Angkutan & Komunikasi, Keuangan,
persewaan & jasa perusahaan dan Jasa-jasa mencatat kontribusi (peranan)
sebesar 54,62% (2001) meningkat menjadi 63,96% (2007). Perubahan
perekonomian Kota Samarinda tersebut sangat dipengaruhi oleh naik turunnya
sektor-sektor tersebut. Terlihat dengan adanya pergeseran kontribusi ekonomi
Kota Samarinda dari tahun ke tahun, tampak seperti peranan sektor
Pembuatan (manufacture) dan Pertanian (agriculture) terus mengalami
penurunan. Dilihat dari tiga sektor besar, maka tampak adanya pergeseran
yang signifikan antara Pertanian (agriculture), Pembuatan (manufacture) dan
Pelayanan (service).
Tabel 4.25 Perkembangan Struktur Ekonomi Kota Samarinda
Tahun 2000-2007 (dalam %)
JENIS SEKTOR 2000 2006 R) 2007*)
NO JUMLAH
PERSENTASE (%) (MILYAR RUPIAH)
100,00 ( 6.077 )
100,00 (13.125 )
100,00 (15.868)
1 Pertanian/Agriculture 2,38 2,20 2,27 2 Pembuatan/Manufacture 43,00 34,73 33,76 3 Pelayanan/Service 54,62 63,07 63,97
Sumber: Bappeko Koda Samarinda
Selanjutnya, PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah bruto yang
bisa dihasilkan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas
komersiil ekonomi. Nilainya bisa diperoleh dari PDRB dibagi dengan jumlah
penduduk tengah tahun. Sedang pendapatan per kapita merupakan gambaran
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 42
rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk mempunyai
andil dalam proses produksi, angka ini diperoleh dengan cara membagi
pendapatan regional setelah dikurangi dengan penyusutan dan pajak tak
langsung. Kedua indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran
penduduk suatu daerah dalam periode tahun tertentu.
Nilai PDRB per kapita Kota Samarinda selama tahun 2004 – 2007 mengalami
peningkatan secara nominal rupiah. Pada tahun 2005, PDRB per kapita
atas`dasar harga konstan menunjukkan nilai 16,13 juta rupiah (1.753 US$) per
orang dan meningkat menjadi 18,41 juta rupiah (2.000 US$) per orang. Secara
nominal PDRB per kapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 22,78
juta rupiah per orang (2.476 US$) hingga diperkirakan mencapai 26,72juta
rupiah per orang (3.025 US$) pada tahun 2007.
Tabel 4.26
PDRB Per Kapita Kota Samarinda, Atas Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2004 - 2007
NO RINCIAN 2004 2005R) 2006 2007T)
1 Pertanian/Agriculture 15.115.945 16.132.479 16.669.174 16.911.244
2 Pembuatan/Manufacture 20.312.998 22.786.023 24.654.623 26.723.071
3 Pelayanan/Service 7,96 6,72 3,33 1,93
Sumber: Bappeko Koda Samarinda
4.1.4. Pelabuhan Makassar
Uraian mengenai Pelabuhan Makassar, meliputi gambaran umum pelabuhan, kondisi
geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar muat,
data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan bongkar
muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota Makassar.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 43
a. Gambaran Umum
Pelabuhan Makassar termasuk di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
IV yang berada di Sulawesi Selatan. Pelabuhan Makassar terletak di bagian
barat Kota Makassar tepat berada di bibir pantai jalur Selat Makassar, sejak
dahulu dikenal oleh para pedagang dan pelaut. Sejak abad ke-17 pada masa
pemerintahan Gowa, Pelabuhan Makassar telah ditetapkan sebagai pusat
perdagangan rempah-rempah. Setelah dikuasai oleh VOC pada tahun 1667
melalui perjanjian Bongaya atau lebih dikenal dengan Bonggay Tractate, maka
Pelabuhan Makassar semakin ramai dikunjungi pada pedagang dan pelaut dari
mancanegara serta antar pulau.
Pada tahun 1921, Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun dermaga
dengan menggunakan konstruksi beton bertulang pondasi sistem caisson,
yang kemudian dikenal dengan nama Dermaga Soekarno. Pada tahun 1957,
setelah melihat arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal-kapal yang
mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, pemerintah Republik Indonesia
memperluas Pelabuhan Makassar dengan konstruksi beton bertulang, pondasi
tiang pancang dan dermaga tersebut diberi nama Dermaga Hatta.
Dipandang dari sudut geografis, posisi Makassar memang sangat
strategis untuk transportasi. Karena posisinya yang berada di tengah-
tengah, Makassar menjadi jembatan laut maupun udara yang
menghubungkan Pulau Jawa, khususnya Jawa bagian barat dengan
daerah-daerah di timur Nusantara. Dari Barat (Jakarta dan Surabaya),
Makassar menjadi pusat distribusi penumpang maupun angkutan barang.
Begitu pula sebaliknya, penumpang dan barang datang dari berbagai
daerah, menyatu di Makassar untuk diangkut ke barat.
Untuk mendukung kegiatan perindustrian dan perekonomian di kota
Makassar, pemerintah kota Makassar membangun beberapa kawasan
khusus sebagai daerah pendukung kegiatan pelabuhan, yaitu Kawasan
Industri Makassar, Zona Kawasan Berikat Makassar, Pusat Pengolahan
Kayu dan Cargo Terminal dan Pergudangan Kota. Kawasan Industri
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 44
Makassar terletak di sebelah timur kota Makassar kurang lebih 12 Km dari
Pelabuhan Makassar sebagai pusat pengolahan limbah, pusat pelayanan
kesehatan dan keamanan. Di dalam kawasan ini dikembangkan Zona
Kawasan berikat Makassar.
Gambar 4.14: Pelabuhan Makassar
Pusat pengolahan kayu terletak di kawasan Sungai Tallo yang berfungsi
sebagai pusat pengolahan dan penampungan kayu serta hasil-hasil
pengolahan kayu. Di samping itu tempat ini juga berfungsi sebagai pusat
pelayanan bahan baku bagi industri kayu di dalam dan luar kawasan
Sungai Tallo. Cargo Terminal dan Pergudangan Kota terletak kurang lebih
5 Km dari Pelabuhan Makassar dengan fungsi sebagai tempat
penyimpanan dan distribusi barang, pusat akomodasi dan distribusi
barang, tempat pengepakan barang, pemrosesan, sortasi, making, dan
handling barang, gudang lini II untuk menunjang Pelabuhan Makassar dan
tempat handling container, serta kelengkapan integral dan penopang
kawasan ekonomi terpadu.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 45
b. Kondisi Geografis
Pelabuhan Makassar secara geografi terletak di sebelah selatan pulau
Sulawesi, tepatnya pada posisi titik koordinat 05°08’08” LS dan 119°24’02 BT.
Kondisi pantai sekitar pelabuhan pada umumnya landai, dasar laut terdiri dari
lumpur dan pasir. Alur pelayaran sepanjang 25 Mil (bouy terluar) dengan lebar
±1 Mil, kedalaman rata-rata -10 sampai dengan -14 Meter. Arus pasang
mengarah ke selatan dengan pasang tertinggi 140 dm dan pasang terendah 5
dm. Tinggi gelombang di kolam bandar antara 0 – 1 Meter dan antara 0 – 2
Meter di daerah labuh jangkar. Arah arus dominan di dalam kolam memanjang
dermaga atau dari utara ke selatan dengan kecepatan antara 0 – 2 Knots, arah
arus dipengaruhi oleh aliran Sungai Tallo yang bermuara di DLKR. Kecepatan
angin rata-rata 5 – 25 Km/Jam dengan kecepatan maksimum 60 – 70 Km/Jam
yang terjadi pada bulan Desember – Januari.
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Makassar terdiri atas dermaga, alur
pelayaran, kolam pelabuhan, gudang, dan lain-lain.
Gambar 4.15: Layout Pangkalan Soekarno-Hatta Pelabuhan Makassar
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 46
1) Dermaga:
Tabel 4.27 Fungsi dan Ukuran Dermaga Di Pelabuhan Makassar
PA
NG
KA
LA
N
DERMAGA FUNGSI DERMAGA
UKURAN
Pan
jang
(m
')
Leba
r (m
')
Ked
alam
an
(MLW
S)
Soe
karn
o
100 Umum 100,00 11 12 101 Umum 330,00 11 12 102 Umum 230,00 11 12 103 Umum 290,00 11 12 104 Umum 180,00 11 12 105 Umum 180,00 11 12
Hat
ta Container Umum 850,00 30 12
Pangkalan Hasanuddin
Umum 210,00 15 12
Kaw
asan
Pao
tere
Paotere I Umum (Kapal Rakyat) 100,00 10 12 Paotere II Umum (Kapal Rakyat) 52,36 10 12 Paotere III Umum (Kapal Rakyat) 52,00 10 12 Paotere IV Umum (Kapal Rakyat) 52,00 10 12 Paotere V Umum (Kapal Rakyat) 33,50 10 12 Paotere VI Umum (Kapal Rakyat) 33,50 10 12 Paotere VII Umum (Kapal Rakyat) 33,33 10 12 Paotere VIII Umum (Kapal Rakyat) 33,33 10 12 Paotere IX Umum (Kapal Rakyat) 52,36 10 12
Paotere X Umum (Kapal Rakyat) 33,50 10 12 Paotere XI Umum (Kapal Rakyat) 50,00 10 12
Sumber: PT. Pelindo IV
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 47
Tabel 4.28 Klasifikasi Dermaga Di Pelabuhan Makassar
PA
NG
KA
LAN
DERMAGA
KLASIFIKASI
Konstruksi
Kap
asita
s (t
/m²)
Tah
un
Pem
buat
an
PT
. Pel
indo
(P
emili
k)
Soe
karn
o
100 Caison dan lantai beton 1.100 1917 IV
101 Caison dan lantai beton 3.630 1917 IV
102 Caison dan lantai beton 2.530 1917 IV
103 Caison dan lantai beton 3.190 1917 IV
104 Caison dan lantai beton 1.980 1917 IV
105 Caison dan lantai beton 1.980 1917 IV
Hat
ta Container Caison dan lantai beton 25.500 1997 IV
Pangkalan Hasanuddin
PC Block 3.150 1997 IV
Kaw
asan
Pao
tere
Paotere I Tiang Pancang, beton dan lantai beton 1.000 1980 IV
Paotere II Tiang Pancang, beton dan lantai beton 523,60 1981 IV
Paotere III Tiang Pancang, beton dan lantai beton 520 1986 IV
Paotere IV Tiang Pancang, beton dan lantai beton 520 1989 IV
Paotere V Tiang Pancang, beton dan lantai beton 335 1989 IV
Paotere VI Tiang Pancang, beton dan lantai beton 335 1989 IV
Paotere VII Tiang Pancang, beton dan lantai beton 333,33 1989 IV
Paotere VIII Tiang Pancang, beton dan lantai beton 333,33 1989 IV
Paotere IX Tiang Pancang, beton dan lantai beton 523,60 1991 IV
Paotere X Tiang Pancang, beton dan lantai beton 335 1991 IV
Paotere XI Tiang Pancang, beton dan lantai beton 500 1995 IV
Sumber: PT. Pelindo IV
2) Alur Pelayaran:
• Panjang (Mil) : 2,5;
• Lebar (M) : 150,0;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 48
• Kedalaman (M LWS) : 10,0;
• Pasang tertinggi (M LWS) : 1,8;
• Pasang terendah (MLWS) : 0,9.
3) Kolam Pelabuhan dan Pinggiran:
• Ukuran kolam:
Luas (Ha) : 315,20;
Kedalaman (M LWS) : 9,70;
Pasang tertinggi (M LWS) : 1,80;
Pasang terendah (M LWS) : 0,90.
• Ukuran pinggiran:
Panjang (M) : 1.581;
Tahun Pembuatan : 1921.
4) Gudang:
Tabel 4.29 Gudang Di Pelabuhan Makassar
NAMA GUDANG
UKURAN KETERANGAN NO
Luas (m²)
Kap
asita
s (t
/m²)
Tah
un
Pem
buat
an
Pem
ilik
Konstruksi K
ondi
si (
%)
1 101 (Soekarno)
3.800 2.280 1990 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
75
2 102 (Soekarno)
3.800 2.280 1989 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
75
3 103 (Soekarno)
4.000 2.400 1985 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
70
4 104 (Soekarno)
3.800 2.280 1991 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
75
5 105 (Soekarno)
3.800 2.280 1992 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
75
6 CFS (Soekarno)
4.000 2.400 1994 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
90
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 49
NAMA GUDANG
UKURAN KETERANGAN NO
Luas (m²)
Kap
asita
s (t
/m²)
Tah
un
Pem
buat
an
Pem
ilik
Konstruksi
Kon
disi
(%
)
7 Api (Soekarno)
600 360 1980 Pelindo Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium
60
Sumber: PT. Pelindo IV
5) Lapangan Penumpukan:
Tabel 4.30 Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Makassar
NO LOKASI NAMA LUAS (m 2) KAPASITAS
(t/m 2) TAHUN
PEMBUATAN 1
Soekarno
Ex Gudang 100 1.254 752 N/A 2 101 1.213 728 1990 3 102 1.158 1991 4 103 3.374 2.024 1984 5 104 1.017 610 1992 6 105 1.216 730 1992 7 106 925 555 1992 8 Ex Container Yard 21.937 13.162 1985 & 1992 9 Ex Empty
Container 3.347 2.008 1991
10 Ex Kaporlap 8.001 4.801 1995 11 Ex Pusri 8.417 5.050 N/A 12 EX Gudang IMCO 2.800 1.680 N/A
13
Hatta
Petikemas 75.000 45.000 1997 14 Multi Purpose I 17.000 10.200 1997 15 Multi Purpose II 22.446 13.468 1997
16
Paotere
I 1.801 1.081 1986 17 II 1.974 1.184 1991 18 III 4.187 2.512 1990
Sumber: PT. Pelindo IV
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 50
Tabel 4.31
Kondisi Lapangan Penumpukan Di Pelabuhan Makassar
NO LOKASI NAMA PEMILIK KONSTRUKSI KONDISI (%)
1
Soekarno Hatta
Ex Gudang 100 Pelindo Aspal Hotmix 60
2 101 Pelindo Aspal Hotmix 50
3 102 Pelindo Aspal Hotmix 60
4 103 Pelindo Aspal Hotmix 60
5 104 Pelindo Aspal Hotmix 60
6 105 Pelindo Aspal Hotmix 60
7 106 Pelindo Aspal Hotmix 60
8 Ex Container Yard Pelindo Aspal Hotmix & Paving Block 60
9 Ex Empty Container Pelindo Paving Block 80
10 Ex Kaporlap Pelindo Paving Block 80
11 Ex Pusri Pelindo Tanah N/A
12 EX Gudang IMCO Pelindo Tanah N/A
13 Petikemas Pelindo Paving Block 60
14 Multi Purpose I Pelindo Paving Block 60
15 Multi Purpose II Pelindo Paving Block 60
16
Paotere
I Pelindo Aspal 60
17 II Pelindo Aspal N/A
18 III Pelindo Aspal 60
Sumber: PT. Pelindo IV
6) Terminal Penumpang:
• Luas (M2) : 4.000;
• Kapasitas (Orang) : 1.600;
• Tahun pembuatan : 1981;
• Pemilik : Pelindo;
• Konstruksi : Lantai keramik, dinding tembok/triplek,
atap aluminium;
• Kondisi (%) : 60.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 51
7) Peralatan Bongkar Muat
• Crane 40 T, 25 T, 5 T, & 3 T, masing-masing 1 Unit;
• Container Crane 2 Unit;
• Transtainer; Reach stacker; Top Laoder; Forklift; Head truck;
Chasis; Reefer.
d. Kunjungan Kapal Pelabuhan Makassar
Tabel 4.32 Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Makassar
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Unit 243 298 321 319 178
GT 2,078,469 2,205,392 2,370,052 2,003,927 1,704,046
2 Dalam Negeri Unit 4,596 4,687 5,075 4,897 3175
GT 15,909,786 16,235,159 16,817,364 16,358,498 16,516,855
JUMLAH
Unit 4,839 4,985 5,396 5,216 3,353
GT 17,988,255 18,440,551 19,187,416 18,362,425 18,220,901
Sumber: ADPEL Makassar dan PT. Pelindo IV
e. Kinerja Pelabuhan Makassar
Tabel 4.33 Kinerja Pelabuhan Makassar
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
A. Kapal Luar Negeri
1. Turn Round Time (TRT) JAM 124.25 69.88 69.77 70.15 67.35
2. Waiting Time :
a. Waiting Time Net (WTN) JAM 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23
b. Postpone Time (PT) JAM 0.04 1.01 1.02 0.53 0.91
c. Approach Time (AT) JAM 3.00 3.00 3.00 2.87 2.24
d. Waiting Time Gross (WTG)
JAM 3.04 4.01 4.02 3.40 3.38
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 52
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
3. Berthing Time (BT) JAM 121.21 65.87 65.75 66.74 63.97
a. Effective Time (ET) JAM 93.43 51.54 50.68 52.06 55.24
b. Not Operating Time (NOT) JAM 15.15 8.00 8.22 7.71 4.50
c. Idle Time ( IT ) JAM 12.63 6.33 6.85 6.97 4.23
B. Kapal Dalam Negeri
1. Turn Round Time (TRT) JAM 39.85 33.20 36.56 34.79 32.84
2. Waiting Time :
a. Waiting Time Net (WTN) JAM 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23
b. Postpone Time (PT) JAM 5.93 6.34 8.18 3.72 1.08
c. Approach Time (AT) JAM 3.00 2.64 2.64 2.71 1.54
b. Waiting Time Gross (WTG) JAM 8.93 8.98 10.82 6.43 2.85
3. Berthing Time (BT) JAM 30.92 24.22 25.74 28.36 29.99
a. Effective Time (ET) JAM 23.83 18.67 19.84 21.89 24.74
b. Not Operating Time (NOT) JAM 3.86 3.03 3.22 3.57 3.19
c. Idle Time ( IT ) JAM 3.23 2.52 2.68 2.90 2.06
Sumber: PT. Pelindo IV
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Tabel 4.34 Ekspor Impor dan Bongkar Muat Di Pelabuhan Makassar
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
I a. Luar Negeri
Impor Ton 690,222 806,723 848,289 800,580 855,113
Ekspor Ton 1,036,423 1,110,486 967,868 434,289 384,149
Jumlah Ton 1,726,645 1,917,209 1,816,157 1,234,869 1,239,262
II b. Dalam Negeri
Bongkar Ton 4,863,016 4,648,548 4,627,879 3,011,778 6,668,790
Muat Ton 3,092,141 3,171,314 3,420,481 1,801,064 3,904,998
Jumlah Ton 7,955,157 7,819,862 8,048,360 4,812,842 10,573,788
TOTAL Ton 9,681,802 9,737,071 9,864,517 6,047,711 11,813,050
Sumber: ADPEL Makassar dan PT. Pelindo IV
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 53
g. Utilisasi Pelabuhan Makassar
Tabel 4.35 Utilisasi Pelabuhan Makassar
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 43.25 45.93 51.03 49.15 48.39
B T P T/M 1,686.72 1,303.73 1,495.14 1,275.82 N/A 2 UTILISASI
LAPANGAN
Y O R % 5.00 8.77 3.58 2.97 15.25
Y T P T/M2 48.38 45.61 37.31 32.44 N/A
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 15.20 24.03 23.88 17.65 13.24
S T P T/M2 37.18 28.84 17.66 13.31 N/A
Sumber: ADPEL Makassar dan PT. Pelindo IV
h. Potret Perekonomian Kota Makassar
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan
jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari
wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari
wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dari gambaran selintas
mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar, memberi penjelasan
bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat
dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar
menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan
daerah lain.
Kota Makassar terletak antara 119º24'17'38” Bujur Timur dan 5º8'6'19” Lintang
Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah
timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat
adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 Km2
yang meliputi 14 kecamatan.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 54
Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2002, nilai PDRB kota Makassar
atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9.664.573,14 miliar rupiah. Sedangkan
pada tahun 2004 nilai PDRB mencapai Rp 13.143.238 miliar. Nilai PDRB
tertinggi untuk 5 tahun terakhir dicapai pada tahun 2006 dengan nilai sebesar
Rp 18.165.876,32 miliar.
Tabel 4.36 PDRB Kota Makassar Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Juta Rupiah)
NO TAHUN PDRB
1 2002 9.664.573,14 2 2003 11.131.684,21 3 2004 13.143.238,00 4 2005 15.744.193,91 5 2006 18.165.876,32
Sumber: Makassar Dalam Angka, 2007
PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah,
yang di definisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam waktu 1 tahun di wilayah tersebut Berdasarkan hasil
penghitungan PDRB tahun 2006, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga
berlaku telah mencapai Rp. 18.165,876 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan 2006, nilainya sebesar Rp. 11.341,848 milliar rupiah.
Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam
pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu
sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian
daerah. Struktur Kota Makassar masih didominasi oleh sektor Perdagangan,
Restoran, dan Hotel.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 55
4.1.5. Pelabuhan Manado
Uraian mengenai Pelabuhan Manado, meliputi gambaran umum pelabuhan, kondisi
geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar muat,
data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan bongkar
muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota Manado.
a. Gambaran Umum
Kota Manado, di salah satu sisinya terdapat pelabuhan yang telah dibangun
sejak jaman kolonial dahulu. Motto kota, yang dipopulerkan oleh Sam
Ratulangi, Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat
Minahasa yang berarti: "Manusia hidup untuk memajukan orang lain" atau "Orang
hidup menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan bahasa Manado, seringkali
dikatakan: "Baku beking pande", yang secara harafiah berarti "Saling menambah
pintar [orang lain]". Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu
Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada
tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara
orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam
dokumen-dokumen sejarah. Pelabuhan Manado merupakan pelabuhan rakyat
yang telah ramai sejak dahulu, menjadi tempat untuk berlabuh kapal-kapal
antar pulau, menghubungkan penduduk dan barang, dan distribusi hasil bumi.
Ketika memasuki gerbangnya, tampaklah bangunan-bangunan tua yang
menjadi saksi sejarah di pelabuhan tersebut. Gudang kuno dengan gaya
arsitektur khas peninggalan Belanda tetap berdiri kokoh.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 56
Gambar 4.16: Pelabuhan Manado
Pelabuhan Manado merupakan pelabuhan yang digunakan untuk para nelayan
untuk membawa hasil tangkapannya ke pasar, yang bersebelahan dengan
Pelabuhan. Pelabuhan ini juga merupakan pelabuhan Kapal penumpang menuju
Kabupaten Sangihe, Kabupaten Sitaro, dan Kabupaten Talaud. Kabupaten ini
adalah Kabupaten Kepulauan yang ada di Sulawesi Utara dan berbatasan
langsung dengan Filipina. Untuk menuju Pulau Bunaken yang terkenal dengan
taman lautnya, setiap pengunjung akan mengunakan pelabuhan ini.
b. Kondisi Geografis
Letak geografis Pelabuhan Manado terletak pada posisi 01°30'-02” LU /
24°50'12” BT, yang merupakan pelabuhan umum diusahakan dan tidak
terbuka untuk perdagangan luar negeri. Temperatur udara berkisar 26°–31°
Celcius, curah hujan 2.500 – 3.500 mm/tahun. Ketinggian tempat 0 – 800
Meter DPL, kecerahan 10 – 30 Meter, dan pasang surut 2,5 Meter.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 57
Gambar 4.17: Kondisi Sekitar Pelabuhan Manado
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
Fasilitas dan peralatan Pelabuhan Manado secara garis besar dijelaskan
sebagai berikut.
1) Dermaga:
Konstruksi : Beton;
Kekuatan/Kapasitas : 1.500 M3;
Panjang : 240 M;
Kedalaman : 2,50 M;
Peruntukan : AP/LN/Pnp/curah.
2) Gudang:
Luas : 6.648 M2;
Kapasitas : 1.500 M2.
3) Alur Masuk Pelabuhan:
Panjang : 250 mile;
Lebar : 70 M;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 58
Kedalaman : 4-5 M.
4) Kolam Pelabuhan:
Luas : 6.000M2;
Kedalamam Minimum : 1,7 M;
Kedalaman Maximum : 3 M.
d. Kunjungan Kapal Pelabuhan Manado
Data kunjungan kapal di pelabuhan Manado selama kurun waktu 5 tahun
terakhir sebagai berikut.
Tabel 4.37 Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Manado
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Unit - - - - - GT - - - - -
2 Dalam Negeri Unit 1,689 1,463 1,776 1,684 1,444 GT 540,171 502,585 542,927 552,213 541,077
JUMLAH
Unit 1,689 1,463 1,776 1,684 1,444 GT 540,171 502,585 542,927 552,213 541,077
Sumber: PT. Pelindo IV
e. Kinerja Pelabuhan Manado
Kinerja pelabuhan Manado 5 tahun terakhir sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 4.38.
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Untuk ekspor impor dan bongkar muat barang melalui pelabuhan Manado
adalah sebagai berikut.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 59
Tabel 4.38 Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan M anado
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Impor Ton - - - - - Ekspor Ton - - - - -
Jumlah Ton - - - - -
2 Dalam Negeri Bongkar Ton 21,541 21,881 18,645 14,875 15,971 Muat Ton 67,226 59,806 66,924 61,414 62,536
Jumlah Ton 21,541 21,881 18,645 14,875 15,971
TOTAL Ton 67,226 59,806 66,924 61,414 62,536
Sumber: PT. Pelindo IV
g. Potret Perekonomian Kota Manado
Kota Manado adalah sebuah Kota di Propinsi Sulawesi Utara yang sekaligus
merupakan ibu kota propinsi. Letak Manado berada di ujung Utara pulau
Sulawesi. Motto kota ini Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat
Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, berarti: "Manusia hidup untuk
memajukan orang lain" atau "Orang hidup menghidupkan orang lain". Dalam
bahasa Manado sering dikatakan: "Baku beking pande", yang berarti "Saling
menambah pintar orang lain".
Kota Manado dikelilingi oleh wilayah pegunungan dan oleh karena itu terkenal
dengan udaranya yang sejuk. Manado juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi
persisnya di Teluk Manado. Pulau Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota
Manado. Penduduknya dikenal ramah dan terbuka.
Sebagai kota Pantai (waterfront city), Pemerintah Kota Manado
mencanangkan wisata bahari sebagai jenis wisata andalan. Hal ini
didukung oleh keindahan alam dan potensi yang ada. Dengan keindahan
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 60
dan kekayaan hayati perairan, Taman Laut Pulau Bunaken dan sekitarnya
merupakan tujuan utama wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara. Taman Nasional Laut
Bunaken sudah terkenal di dunia dengan kekayaan alamnya dan
keindahan kehidupan di bawah laut dengan flora dan fauna yang khas
dan bervariasi. Khusus bagian utara, Taman Nasional Laut Bunaken
meliputi Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Manado Tua, Pulau
Mantehage, dan Pulau Nain (Kabupaten Minahasa). Selain terkenal
dengan taman lautnya, Kota Manado juga membangun Kawasan Bisnis
Bahu Mall sebagai pusat rekreasi pantai dan arena pusat hiburan.
Dari seluruh aktivitas ekonomi tersebut, mendorong sektor perdagangan
hotel dan restoran terus tumbuh dan mendominasi kontribusi
pembentukan PDRB. Berdasarkan harga konstan 2000, kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran mencapai 27,69% pada pembentukan
PDRB 2005.
Dengan semakin digiatkan proyek pariwisata, Kota Manado terus tumbuh dan
menciptakan klaster hotel dan restoran. Jumlah hotel yang ada di kota ini
mencapai 61 unit usaha dimana hotel berbintang berjumlah 9 unit usaha dan
hotel melati berjumlah 72 unit usaha. Adapun fasilitas perdagangan internal
kota, banyak terkonsentrasi di Kecamatan Wenang. Sekitar 164 unit ruko,
358 kios, dan 686 tenda. Ramainya kecamatan ini sebagai wilayah
perdagangan domestik, membuat kecamatan ini layak dijadikan klaster
perdagangan dalam kota.
Sektor lain yang juga mempengaruhi aktivitas perekonomian Kota Manado
adalah sektor angkutan dan komunikasi. Kontribusi sektor ini pada
pembentukan PDRB Manado mencapai 24,07%. Besaran kontribusi
perdagangan dapat tercermin dari tingginya aktivitas di Pelabuhan Manado
dimana pelabuhan ini sangat ramai sebagai pelabuhan kapal pelayaran
dalam negeri, pelayaran luar negeri, pelayaran khusus dan pelayaran
masyarakat.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 61
Tabel 4.39 PDRB Kota Manado Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Ju ta Rupiah)
NO TAHUN PDRB
1 2000 3001.264,83 2 2001 3317.545,48 3 2002 3721.586,89 4 2003 4145.161,14 5 2004 4688.396,65 6 2005 5534.373,74 7 2006 6319.699,65 8 2007 7288.779,10 9 2008 8559.816,99
Sumber: Manado Dalam Angka 2008
4.1.6. Pelabuhan Sorong
Uraian mengenai Pelabuhan Sorong, meliputi gambaran umum pelabuhan, kondisi
geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar muat,
data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan bongkar
muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota Sorong.
a. Gambaran Umum Pelabuhan Sorong
Pelabuhan Sorong merupakan pelabuhan yang diusahakan dengan jenis
pelabuhan umum dan sebagai Pelabuhan Kelas I. Kepanduan pelabuhan wajib
pandu dengan koordinat pandu 00°53'00”LS/ 131°10'00”LT - 00°51'00”LS/
131°13'12”LT. Pelabuhan Sorong terletak di Kabupaten Sorong yang
merupakan bagian dari wilayah Provinsi Irian Jaya Barat merupakan
provinsi hasil pemekaran Provinsi Papua menurut letak geografisnya di
sebelah utara berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sebelah
selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah barat berbatasan dengan
Laut Seram, dan sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Papua. Adapun
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 62
Luas wilayah provinsi ini sekitar 115.363,50 Km2 yang dihuni oleh 651.958
jiwa (tahun 2006) dengan rata-rata kepadatan penduduknya 6 jiwa per
Km2. Secara administratif, Irian Jaya Barat terbagi menjadi 8 kabupaten
dan satu kota, yaitu Kabupaten Fak-Fak, Kaimana, Teluk Wondama, Teluk
Bintuni, Manokwari, Sorong Selatan, Sorong, Raja Ampat, dan Kota Sorong
dengan Manokwari sebagai ibukota provinsi.
Laut terdalam, demikian arti kata sorong dalam bahasa Biak. Orang Biaklah
yang pertama kali menemukan daerah Sorong sebelum Belanda tiba di
Papua. Di masa selanjutnya, sebuah perusahaan minyak Belanda memulai
eksploitasi minyak di Klamone dan membangun permukiman di Sorong.
Sejak itu, Sorong yang letaknya berada di Kepala Burung Pulau Papua
menjadi pusat kegiatan dan pintu gerbang masuk dan keluar Papua.
Kabupaten Sorong perannya sebagai pusat kegiatan perekonomian sudah
dikenal sejak masih menjadi bagian dari Kabupaten Sorong, bahkan jauh
sebelum itu. Berbagai julukan kerap terdengar, mulai dari kota minyak, kota
niaga, hingga kota pintu masuk ke Papua.
Gambar 4.18: Pelabuhan Sorong
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 63
Gambar 4.19: Peta Lokasi Pelabuhan Sorong
Letaknya yang berada di Kepala Burung menjadikan Kabupaten Sorong
strategis sebagai pintu gerbang Papua. Semua itu tergambar pada lambang
kota yang diwujudkan dalam rupa bangunan gedung bertingkat warna putih
dan di depannya terdapat gambar kapal laut. Gambar itu selain diartikan
sebagai pintu gerbang masuk dan keluar kapal laut ke Papua, juga sebagai kota
perdagangan, industri, dan jasa.
b. Kondisi Geografis Di Pelabuhan Sorong
Berdasarkan pembacaan pada Peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL skala
1:250.000, wilayah Kabupaten Sorong tersebut secara geografis terletak di antara :
130o30’ – 133o20’BT dan 0o20’ – 1o40’LS. Batas wilayah Kabupaten Sorong
tersebut adalah sebagai berikut :
• sebelah utara : Samudera Pasifik dan Selat Dampir;
• sebelah timur : Kabupaten Manokwari;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 64
• sebelah selatan : Kabupaten Sorong Selatan dan Laut Seram;
• sebelah barat : Kota Sorong, Kab. Raja Ampat dan Laut Seram.
Secara topografi dan morfologi, Kabupaten Sorong mencakup wilayah dengan
ketinggian 0 sampai 2.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah
dan berawa dengan ketinggian 0 – 100 M DPL. terdapat di bagian barat dan
selatan wilayah (sekitar 25% dari wilayah kabupaten), dan morfologi
bergelombang hingga pegunungan dengan ketinggian 100 – 2.500 M DPL.
terdapat di bagian utara dan timur (sekitar 60% dari wilayah kabupaten).
Iklim wilayah Kabupaten Sorong termasuk ke dalam iklim tropis yang lembab
dan panas. Suhu udara berkisar 25,52o – 30,7o C, dengan kelembaban udara
84%, curah hujan rata-rata 2.836,4 mm/tahun, dengan hari hujan 107 – 185
hari/tahun.
Gambar 4.20: Rencana Pengembangan Transportasi Laut Di Povinsi Irianjaya Barat
Kondisi hidrologi, dilihat dari pola aliran sungai, secara umum terdiri dari
sungai- sungai yang mengalir ke utara (Samudera Pasifik) dan ke selatan (Laut
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 65
Seram), dengan bagian hulu (upstream) adalah di pegunungan bagian tengah dan
timur wilayah (kompleks Pegunungan Tamrau, dan lain-lain). Sungai-sungai yang
mengalir ke arah utara yang relatif besar antara lain adalah Sungai Warsamson,
Sungai Mega, Sungai Kwoor, sementara sungai-sungai lainnya relatif lebih kecil dan
pendek, yang selaras dengan posisi pegunungan yang lebih dekat ke bagian utara
tersebut. Sungai-sungai yang mengalir ke arah selatan yang relatif besar, antara lain
adalah Kla Segun, Sungai Beraur, Sungai Klabra atau Kla Dut, dan Sungai
Seremuk.
Penggunaan lahan di Kabupaten Sorong dominan merupakan hutan,
sementara peruntukan lainnya adalah tegalan/perkebunan dan
perkampungan/perumahan yang relatif masih sangat kecil. Hutan yang
terdapat di Kabupaten Sorong terdiri atas hutan dengan fungsi lindung (hutan
lindung, hutan PPA), dan hutan produksi (hutan produksi tetap, hutan produksi
terbatas, dan hutan produksi konversi).
c. Fasilitas dan Peralatan Di Pelabuhan Sorong
Pelabuhan Sorong terletak di Kota Sorong sebagai pintu gerbang dalam
membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk
menanamkan modalnya. Pelabuhan laut dan udara menjadi faktor penting
dalam membuka peluang investasi.
Gambar 4.21: Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Sorong
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 66
1) Dermaga I:
Nama : Ahmad Yani;
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum;
Panjang : 120 M';
Lebar : 12 M';
Kedalaman : 9 M LWS;
Konstruksi : Tiang Pancang, beton, balok & Lantai Beton;
Kapasitas : 1.440 T/M2.
2) Dermaga II:
Nama : Ahmad Yani;
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum;
Panjang : 80 M';
Lebar : 22 M';
Kedalaman : 9 M LWS;
Konstruksi : Tiang Pancang, beton, balok & Lantai beton;
Kapasitas : 1.760 T/M2.
3) Dermaga III:
Nama : Ahmad Yani;
Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum;
Panjang : 80 M';
Lebar : 22 M';
Kedalaman : 9 M LWS;
Konstruksi : Tiang Pancang, beton, balok & Lantai beton;
Kapasitas : 1.760 T/M2.
4) Alur Pelayaran:
Panjang : 3,5 Mil;
Lebar : 926 Meter;
Kedalaman : 20 M LWS;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 67
Pasang tertinggi : 1,8 M LWS;
Pasang terendah : 0,1 M LWS.
5) Kolam Pelabuhan:
Luas : 11 Ha;
Kedalaman : 20 M LWS;
Pasang tertinggi : 1,8 M LWS;
Pasang terendah : 0,1 M LWS.
6) Gudang:
Luas : 1.950 M2;
Kapasitas : 1.170 T/M2;
Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok, rangka baja,
atap asbes.
7) Lapangan Penumpukan:
Luas : 6.400 M2;
Kapasitas : 3.840 T/M2;
Tahun Pembuatan : 1978/1994.
8) Terminal Penumpang
Luas : 2.000 M2;
Kapasitas : 900 Orang.
9) Gedung Kantor:
Luas : 400 M2;
Tahun Pembuatan : 1982.
10) Peralatan Bongkar Muat:
Forklift 2 Ton : 1 unit;
Forklift 3 Ton : 1 unit;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 68
Crane : 1 unit;
PMK : 1 unit.
d. Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Sorong
Kunjungan kapal di pelabuhan Sorong selama 5 tahun terakhir sebagai berikut.
Tabel 4.40 Data Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Sorong
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luar Negeri Unit 69 61 78 67 53
GT 191,686 460,515 260,111 318,659 466,565
2 Dalam Negeri Unit 1,616 1,225 1,196 1,309 1,104
GT 4,444,555 4,342,514 4,657,681 5,220,725 3,851,917
JUMLAH Unit 1,685 1,286 1,274 1,376 1,157
GT 4,636,241 4,803,029 4,917,792 5,539,384 4,318,482
Sumber: PT. Pelindo IV
e. Kinerja Pelabuhan Sorong
Tabel 4.41 Data Kinerja Pelabuhan Sorong
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
A. KAPAL LUAR NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) JAM 50.00 280.00 297.00 66.00
b. Waiting Time (WT) JAM 6.00 11.00 - 13.00
c. Postpone Time (PT) JAM - - - -
d. Approach Time (AT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
e. Berthing Time (BT) JAM 43.00 268.00 296.00 52.00
- Not Operation Time (NOT) JAM 20.00 155.00 176.00 23.00
- Effective Time (ET) JAM 22.00 103.00 116.00 25.00
- Idle Time (IT) JAM 1.00 10.00 4.00 4.00
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 69
B. KAPAL DALAM NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) JAM 50.00 58.00 71.00 66.00
b. Waiting Time (WT) JAM 6.00 13.00 15.00 13.00
c. Postpone Time (PT) JAM - - 1.00 -
d. Approach Time (AT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
e. Berthing Time (BT) JAM 43.00 44.00 54.00 52.00
- Not Operation Time (NOT) JAM 20.00 18.00 24.00 23.00
- Effective Time (ET) JAM 22.00 23.00 28.00 25.00
- Idle Time (IT) JAM 1.00 3.00 2.00 4.00
Sumber: PT. Pelindo IV
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Tabel 4.42 Data Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Di Pelabu han Sorong
Sumber: PT. Pelindo IV
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008 2009
1. Luar Negeri
Impor Ton 5,248 18,709 6,063 2 27
Ekspor Ton 71,495 43,467 34,150 1,273 3,412
Jumlah Ton 76,743 62,176 40,213 1,275 3,439
2. Dalam Negeri
Bongkar Ton 368,681 293,536 320,898 405,010 242,563
Muat Ton 201,314 71,962 96,532 55,003 50,073
Jumlah Ton 569,995 365,498 417,430 460,013 292,636
TOTAL Ton 646,738 427,674 457,643 461,288 296,075
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 70
g. Utilisasi Pelabuhan Sorong
Tabel 4.43
Data Utilisasi Pelabuhan Sorong
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 80.00 87.53 83.13 72.21
B T P T/M 777.00 923.45 836.91 474.68
2 UTILISASI LAPANGAN
Y O R % 21.00 17.42 10.21 7.92
Y T P T/M2 45.00 52.67 30.38 22.56
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 13.00 4.03 4.53 5.90
S T P T/M2 19.00 13.06 12.57 10.87
Sumber: PT. Pelindo IV
h. Potret Perekonomian Kota Sorong
Untuk mengetahui gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Sorong dapat ditunjukkan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menurut harga tetap dan harga yang berlaku. Pertumbuhan PDRB Atas Harga
Berlaku dan Atas Harga Konstan Kabupaten Sorong Tahun 2000–2003.
Tabel 4.44 Pertumbuhan PDRB Atas Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan
Kabupaten Sorong Tahun 2000–2003
TAHUN PDRB ATAS HARGA BERLAKU PDRB ATAS HARGA KONSTAN
(Rp. 000.000,-) Pertumbuhan (%) (Rp. 000.000,-) Pertumbuhan
(%)
2000 1.373.555,90 - 365.347,33 -
2001 1.338.755,51 -2,53 365.328,87 -0,005
2002 1.399.700,67 4,55 378.988,05 3,740
2003 1.530.365,84 9,33 401.323,96 5,890
Sumber: Kabupaten Sorong Dalam Angka
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 71
PDRB Atas Harga Berlaku menunjukan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,78%
per tahun, dengan kisaran minimum sebesar –2,53% pada tahun 2001 dan
maksimum sebesar 9,33% pada tahun 2003. Demikian pula PDRB Atas Harga
Konstan juga menunjukan pertumbuhan, rata-rata sebesar 3,21% per tahun,
dengan kisaran minimum sebesar –0,005 pada tahun 2001 dan maksimum
sebesar 5,89 pada tahun 2003.
Menurunnya pertumbuhan PDRB Atas Harga Berlaku hingga bertanda negatif
(-2,53%) maupun PDRB Atas Harga Konstan (-0,005%) pada tahun 2001
disebabkan terbentuknya Kota Sorong definitif yang terpisah dari Kabupaten
Sorong pada tahun 2000. Pemisahan Kota Sorang dari Kabupaten Sorong
berdampak pada pemisahan PDRB yang berasal dari sumber-sumber ekonomi
yang berada di wilayah Kota Sorong definitif, atau pengurangan PDRB bagi
Kabupaten Sorong.
Meningkatnya PDRB Atas Harga Berlaku maupun Atas Harga Konstan setelah
tahun 2001 disebabkan meningkatnya harga-harga berbagai kebutuhan dasar
masyarakat umum. Pada tahun 2003, PDRB menurut haga yang berlaku
mengalami kenaikan sebesar 9,33%, sedangkan menurut harga tetap
kenaikkannya lebih kecil yakni 5,89%. Artinya, secara kasar dapat ditaksir
bahwa tingkat inflasi dalam tahun 2003 mencapai kurang lebih 3,44%.
Sementara itu, untuk PDRB daerah Kabupaten Sorong dilihat pertumbuhannya
dari sector lain menunjukkan tingkat pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini dapat
dilihat dari tabel pertumbuhan PDRB menurut harga konstan pada tahun 2005-
2006.
Rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sorong Atas Harga
Berlaku menurut sektor tahun 2005-2006 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, dengan sector yang paling menympang pertumbuhan terbesar dari
sector tambang, kemudian secara berurutan sector industry pengolahan, dan
pertanian. Selain itu dapat pula dikatakan bahwa perekonomian Kabupaten
Sorong masih sangat tergantung pada sektor pertambangan dan galian. Oleh
karena itu perlu digerakkan sector pertanian yang sudah mulai menunjukkan
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 72
tingkat pertumbuhan yang baik. Hal ini perlu ditunjang dengan saran
transportasi untuk memperlancar pola distribusi pada daerah-daerah yang
lokasinya belum terjangkau sarana transportasi laut dalam menumbuhkan
ekonomi wilayah/daerah.
Tabel 4.45 PDRB Daerah (Harga Konstant) Kabupaten Sorong
No SEKTOR
TAHUN 2005 2006
Rupiah (Juta) % Rupiah
(Juta) %
1 Pertanian 222.822 14,10 231.216 12,64 2 Pertambangan 743.512 47,04 981.518 53,67 3 Industri Pengolahan 417.145 26,39 406.535 22,23 4 Listrik dan Air Bersih 1.281 0,08 1.318 0,07 5 Bangunan 36.163 2,29 37.995 2,08 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 33.720 2,13 34.560 1,89 7 Angkutan/Komunikasi 14.860 0,94 15.782 0,86 8 Bank/Keu/Perum 2.596 0,16 2.395 0,13 9 Jasa 108.406 6,86 117.580 6,43
Total 1.580.505 100,00 1.828.900 100,00
Sumber: Kabupaten Sorong Dalam Angka
4.1.7. Pelabuhan Tanjung Priok
Uraian mengenai Pelabuhan Tanjung Priok, meliputi gambaran umum pelabuhan,
kondisi geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, fasilitas dan peralatan bongkar
muat, data kunjungan kapal, data kinerja pelabuhan, data arus ekspor impor dan
bongkar muat barang, data utilisasi pelabuhan, dan potret perekonomian kota
Tanjung Priok.
a. Gambaran Umum
Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Jakarta Utara, Pelabuhan Tanjung Priok
merupakan pelabuhan dan tersibuk di Indonesia. Pelabuhan ini menangani
lebih dari 30% komoditi Non Migas Indonesia, disamping itu 50% dari seluruh
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 73
arus barang yang keluar/masuk Indonesia melewati pelabuhan ini. Karenanya
Tanjung Priok merupakan barometer perekonomian Indonesia. Fasilitas
intermoda yang lengkap di pelabuhan ini mampu menghubungkan Tanjung
Priok dengan seluruh kota di Indonesia. Dengan Teknologi dan fasilitas
modern, Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir
yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional
(direct call).
Pengembangan pelabuhan ini diarahkan mampu mengantisipasi percepatan
bongkar muat barang melalui penyediaan dan kelengkapan fasilitas pelayanan
spesialisasi. Pembangunan inner road, pelebaran alur dan pintu gerbang masuk
kapal (menjadi two way traffic) dan pendalaman alur hingga mencapai -14 M LWS
merupakan prioritas program yang dilakukan.
Apabila dilihat dari sejarahnya sejak dulu nusantara memang telah menjadi
perhatian berbagai bangsa di Eropa, misalnya Portugis, Spanyol, Belanda dan
Inggris. Karena itu kapal-kapal mereka menjelajah samudera untuk sampai ke
negeri ini. Tujuan semula sebenarnya hanya untuk mencari rempah-rempah.
Tetapi, belakangan persaingan di antara mereka timbul, karena masing-masing
ingin menancapkan kuku di negeri kita.
Setelah menempuh pelayaran cukup lama, akhirnya perahu Portugis pertama
merapat ke Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1522. Saat itu pulalah rakyat
negeri ini berkenalan dengan orang Portugis, perkenalan yang ternyata
member akibat jauh. Dengan cara halus mereka berhasil membujuk Raja
Sunda Kelapa bekerja sama dengan mereka. Dari kerjasama ini mereka
mengambil kesempatan dan mendirikan benteng, dengan alasan untuk
menghadapi lasakar Islam yang mengganggu mereka dari Jawa. Padahal,
sebenarnya mereka ingin menguasai Sunda Kelapa dan memperluas wilayah
perdagangan.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 74
Gambar 4.22: Pelabuhan Tanjung Priok
Kejayaan Portugis di Sunda Kelapa ternyata tidak lama. Tahun 1527 Sultan
Demak memerintahkan Fatahillah untuk mengerahkan 2.000 pasukannya
menyerang Sunda Kelapa. Serangan tersebut tidak dapat dipatahkan Portugis
sehingga Sunda Kelapa direbut Fatahillah. Fatahillah kemudian menggantikan
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti Kota Kemenangan.
Karena Jayakarta semakin kesohor di bawah pemerintahan Fatahillah, Bandar
tersebut dikenal secara Internasional. Setelah Fatahillah yang cukup lama
meninggal, kekuasaan dipegang putranya, Pangeran Jayakarta.
Ketika Pangeran Jayakarta berkuasa itulah, pasukan VOC datang, dan
berusaha merebut Jayakarta. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung
tahun 1619 itu Pangeran Jayakarta dilumpuhkan dan VOC Belanda mengambil
alih kekuasaan.Tahun 1796, VOC menyerahkan Batavia ke Bataafche
Republiek, yang merupakan perwakilan berbagai propinsi di negeri Belanda.
Sementara itu perkembangan terjadi di berbagai penjuru dunia. Salah satu di
antaranya ialah pembukaan Terusan suez tahun 1896.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 75
Gambar 4.23: Aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok
Dengan dibukanya terusan itu, jalur pelayaran perdagangan dari Eropa ke Asia
semakin dekat dan betambah ramai termasuk Indonesia. Sejak itu pula,
Pelabuhan Sunda Kelapa bukan hanya menjadi tempat berlabuh kapal-kapal
dagang Inggris, Portugis, Belanda dan Cina, tetapi juga menjadi tempat
persinggahan kapal-kapal musafir dari berbagai penjuru dunia. Kesibukan pun
meningkat di Pelabuhan itu.
Karena perkembangan pelayaran berlangsung begitu cepat, lama kelamaan
Pelabuhan Sunda Kelapa tidak mampu lagi menampung kapal-kapal dari
berbagai penjuru dunia. Pemerintah Belanda menyadari kenyataan tersebut.
Akhirnya mereka memutuskan, Sunda Kelapa harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan. Karena itu, pelabuhan baru segera di bangun sebelah
timur Sunda Kelapa. Kemudian diberi nama Tanjung Priok.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 76
Gambar 4.24: Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok
b. Kondisi Geografis
Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Pantai Utara Pulau Jawa tepatnya di Teluk
Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, dengan batas perairan meliputi
daerah yang dibatasi garis lurus yang menghubungkan titik-titik koordinat yaitu:
� 06-07-15S dan 106-49-18E;
� 06-04-00S dan 106-51-24E;
� 06-04-00S dan 106-55-10E;
� 06-06-05S dan 106-55-10E.
Keadaan pantai di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok landai dan dasar lautnya
lumpur pasir kedalaman alur masuk sekitar 10-14 M.
c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Tanjung Priok terdiri atas dermaga, alur
pelayaran, kolam pelabuhan, gudang dan lapangan penumpukan, terminal
penumpang, listrik, air, dan peralatan pelabuhan.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 77
Gambar 4.25: Layout Pelabuhan Tanjung Priok
1) Dermaga:
Tabel 4.46 Dermaga Pelabuhan Tanjung Priok
DERMAGA
OPERATOR
UKURAN
No Urut Nama
Panjang (m)
Lapangan Penumpukan
(m)
Gudang (m)
1 I 001 002 003
PT. Hamparan Jala Segara 420,00 6.146,65 12.075,00
2 II 004 PT. Kharisma Bintang Samudera 448,20 5.895,00 4.000,00
3 III 004 U PT. Prima Nur Panurjwan 514,00 2.500,00 -
4 IV 005 006 007
PT. Sarana Bandar Nasional 544,50 11.546,00 16.965,00
5 V 005 S PT. Multi Terminal Indonesia 14,60 - -
6 VI 007 U PT. Multi Terminal Indonesia 75,00 - -
7 VII 009 PT. Multi Terminal Indonesia 404,00 50.000,00 -
8 VIII Walie Jaya
PT. Walie Citra Teladan 400,00 28.783,00 -
9 IX 100 PT. Trimulia Baruna Perkasa 64,00 - -
10 X 101 U PT. Trimulia Baruna Perkasa 522,50 8.122,00 2.817,50
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 78
DERMAGA
OPERATOR
UKURAN
No Urut Nama
Panjang (m)
Lapangan Penumpukan
(m)
Gudang (m)
102
11 XI 103 104 105
PT. Adipurusa 445,00 9.989,00 15.873,99
12 XII 106 107
Cabang Tanjung Priok 380,00 - -
13 XIII 108 109 110
PT. Mahardi Sarana Tama 464,00 9.430,00 12.907,00
14 XIV 111 112 113
PT. Dwipahasta Utama Duta 450,00 12.997,10 13.494,50
15 XV 114 PT. Multi Terminal Indonesia 170,00 900,00 4.950,00
16 XVI 115 / 200
Cabang Tanjung Priok 287,00 12.525,00 -
17 XVII 201 202 203
PT. Kaluku Maritim Utama 506,00 14.805,88 8.219,96
18 XVIII 207 PT. Multi Terminal Indonesia 144,00 - 14.805,88
19 XIX 208 209
PT. Prima Nur Panurjwan 420,00 10.340,20 7.002,98
20 XX 210 211
Cabang Tanjung Priok 276,00 5.775,00 3.513,57
Sumber: www.inaport2.co.id
2) Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan:
• Alur Pelayaran:
Panjang (Mil) : 16.853;
Kedalaman (M LWS) : – 5 s/d – 14;
• Kolam Pelabuhan:
Luas (Ha) : 424;
Kedalaman (M LWS) : – 5 s/d – 14;
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 79
3) Gudang dan Lapangan Penumpukan:
• Luas gudang (M2) : 180.367,00;
• Kapasitas gudang (T/M2) : 26,35.
• Luas lapangan penumpukan (M2) : 341.711,00.
4) Terminal Penumpang, Listrik dan Air, dan Pemadam Kebakaran:
• Luas terminal penumpang (M2) : 7.266;
• Kapasitas terminal penumpang (Orang) : 5.000;
• Daya Listrik PLN (KVA) : 12.810;
• Kapasitas air PDAM (M3) : 2.350;
• Pemadam Kebakaran (Unit) : 8.
5) Peralatan Bongkar Muat:
Tabel 4.47 Peralatan Bongkar Muat Di Pelabuhan Tanjung Priok
No PERALATAN UNIT
1 Container 28
2 Transtainer 94
3 Top Loader 7
4 Side Loader 7
5 Reach Stacker 5
6 Mobile Crane 4
7 Head Truck 196
8 Chassis 314
9 Diesel Forklift 42
10 Spreader 80
11 Hopper Box 4
12 Conveyor Belt 6
13 Transveyor 10
14 Grab 6
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 80
No PERALATAN UNIT
15 Pneumatic Unloader 2
16 Pneumatic Unlosder 1
17 Scrap Iron Crane 2
18 Super Stacker 5
Sumber: www.inaport2.co.id
d. Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Tanjung Priok
Tabel 4.48 Data Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Tanjung Priok
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
1 Luar Negeri Unit 4,843 5,269 5,351 5,775
GT 57,572,005 61,191,510 59,330,955 61,024,195
2 Dalam Negeri Unit 11,314 12,105 10,863 12,054
GT 29,966,316 28,613,070 27,496,632 28,006,329
JUMLAH Unit 16,157 17,374 16,214 17,829
GT 87,538,321 89,804,580 86,827,587 89,030,524
Sumber: PT. Pelindo II
e. Kinerja Pelabuhan Tanjung Priok
Kinerja pelabuhan Tanjung Priok adalah sebagai berikut.
Tabel 4.49 Data Kinerja Pelabuhan Tanjung Priok
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
A. KAPAL LUAR NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) JAM 54.24 44.50 53.77 38.63
b. Waiting Time (WT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
c. Postpone Time (PT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 81
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
d. Approach Time (AT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
e. Berthing Time (BT) JAM 51.24 41.50 50.77 35.63
- Not Operation Time (NOT) JAM 4.18 3.94 4.80 4.23
- Effective Time (ET) JAM 43.25 34.74 42.03 29.61
- Idle Time (IT) JAM 3.81 2.82 3.94 1.79
B. KAPAL DALAM NEGERI
a. Turn Round Time (TRT) JAM 47.58 45.37 48.39 42.85
b. Waiting Time (WT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
c. Postpone Time (PT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
d. Approach Time (AT) JAM 1.00 1.00 1.00 1.00
e. Berthing Time (BT) JAM 44.58 42.34 45.39 39.85
- Not Operation Time (NOT) JAM 4.59 4.20 4.44 5.45
- Effective Time (ET) JAM 36.15 34.98 36.79 30.77
- Idle Time (IT) JAM 3.84 3.16 4.16 3.63
Sumber: PT. Pelindo II
f. Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang
Tabel 4.50 Data Ekspor Impor dan Bongkar Muat Barang Di Pelabu han Tanjung
Priok
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
A. Luar Negeri
Impor Ton 11,738,888 11,551,523 11,996,578 12,336,717
Ekspor Ton 7,622,715 7,216,030 7,379,221 5,479,989
Jumlah Ton 19,361,603 18,767,553 19,375,799 17,816,706
B Dalam Negeri
Bongkar Ton 13,054,157 14,020,612 15,787,613 16,868,999
Muat Ton 5,738,610 5,948,414 6,817,502 7,363,821
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 82
NO URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
Jumlah Ton 18,792,767 19,969,026 22,605,115 24,232,820
TOTAL Ton 38,154,370 38,736,579 41,980,914 42,049,526
Sumber: PT. Pelindo II
g. Utilisasi Pelabuhan Tanjung Priok
Tabel 4.51 Data Utilisasi Pelabuhan Tanjung Priok
No. URAIAN SAT 2005 2006 2007 2008
1 UTILISASI DERMAGA
B O R % 66.45 62.15 63.23 58.81
B T P T/M 4,482.59 4,487.22 4,893.61 4,900.31
2 UTILISASI LAPANGAN
Y O R % 43.88 42.75 42.72 41.36
Y T P T/M2 86.24 105.96 122.78 141.67
3 UTILISASI GUDANG
S O R % 44.43 34.87 35.93 44.62
S T P T/M2 20.03 16.43 16.41 22.57
Sumber: PT. Pelindo II
h. Kondisi Perekonomian Kota Jakarta Utara
PDRB Jakarta Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2002 PDRB Jakarta Utara sebesar Rp. 56.519.051,56. Sementara pada tahun
2004 mengalami kenaikan sebesar Rp. 70.851.106,20. Kurun waktu 2002-
2006, kenaikan tertinggi PDRB terjadi pada tahun 2005 menuju 2006.
PDRB Per Kapita Kota Jakarta Utara atas dasar harga berlaku pada tahun
2007 mencapai Rp. 108.142.875 . Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 13%. Sama halnya
dengan tahun 2005, nilai PDRB Per Kapita Jakarta Utara atas dasar harga
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 83
berlaku tahun 2007 juga mengalami peningkatan sebesar 31% bila
dibandingkan dengan perolehan nilai pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp.
25.870.252.
Jika dilihat kontribusinya menurut sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB
atas dasar harga berlaku, selama kurun waktu tahun 2005-2007 sektor Industri
Pengolahan merupakan penyumbang terbesar terhadap total PDRB (44,08%
pada tahun 2005, 43,97% pada tahun 2006, dan 43,64% pada tahun 2007).
Kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;
dan sektor Pengangkutan dan Komunkasi masing-masing sebesar 17,71% dan
12,21% terhadap pembentukan PDRB tahun 2007.
Tabel 4.52 PDRB Kota Jakarta Utara (dalam Juta Rupiah)
NO TAHUN PDRB
1 2002 56.519.051,56 2 2003 62.981.887,51 3 2004 70.851.106,20 4 2005 82.272.623,14 5 2006 95.218.349,33 6 2007 108.142.875,00
Sumber: Kantor Perencanaan Pembangunan, Kotib Jakut
4.2. KLASIFIKASI PELABUHAN STRATEGIS YANG TERBUKA U NTUK
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Klasifikasi pelabuhan strategis berdasarkan bahan paparan Kementerian
Perhubungan yakni 25 pelabuhan strategis, apabila dilihat memiliki keragaman, di
mana pelabuhan-pelabuhan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini,
direncanakan sebagai pelabuhan strategis dan terbuka untuk perdagangan luar
negeri dari 141 pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri. Namun
demikian masih dilakukan pengkajian secara mendalam terhadap optimalisasi
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 84
pelabuhan untuk lebih efektif dan efisien serta memenuhi syarat dan kriteria sebagai
pelabuhan yang terbuka untuk perdangan luar negeri.
Tabel 4.53 Klasifikasi 25 Pelabuhan Strategis yang Terbuka unt uk Perdagangan Luar
Negeri
No PELABUHAN STATUS JENIS KELAS KETERANGAN
1 Belawan Umum Konvensional Utama
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
2 Dumai Umum Konvensional I (satu)
3 Lhokseumawe Umum Konvensional II (dua)
4 Pekanbaru Umum Konvensional II (dua)
5 Tanjung pinang Umum Konvensional II (dua)
6 Banten Persero Umum II (dua)
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II
7 Palembang Diusahakan Sungai I (satu)
8 Panjang Diusahakan Internasional I (satu)
9 Pontianak Diusahakan Samudera I (satu)
10 Tanjung Priok Diusahakan Umum Utama
11 Teluk Bayur Diusahakan Umum I (satu)
12 Banjarmasin Diusahakan Umum I (Satu)
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III
13 Benoa Internasional Umum II (dua)
14 Tenau Diusahakan Umum II (dua)
15 Tanjung Emas Diusahakan Umum I (satu)
16 Tanjung Perak Komersial Umum Utama
17 Ambon Diusahakan Umum I (satu)
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV
18 Biak Diusahakan Umum III (tiga)
19 Bitung Diusahakan Umum I (satu)
20 Balikpapan Diusahakan Umum I (satu)
21 Jayapura Cabang Umum II (dua)
22 Makassar Diusahakan Umum Utama
23 Samarinda Diusahakan Umum I (satu)
24 Sorong Diusahakan Umum I (satu)
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 85
No PELABUHAN STATUS JENIS KELAS KETERANGAN
25 Batam Otorita Batam Kargo/Umum I (satu) Otorita Batam dan
Ditjen Hubla
Sumber: Direktorat jenderal Perhubungan laut
4.3. HASIL PENGUMPULAN DATA PRIMER
Berdasarkan 7 aspek yang ditanyakan kepada responden, kecenderungan pendapat
responden terhadap hal-hal yang terkait dengan upaya optimalisasi jumlah
pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri dalam rangka efisiensi
perekonomian nasional, dapat disimpulkan sebagai berikut.
4.3.1. Persyaratan yang seharusnya dimiliki oleh pe labuhan untuk menjadi
pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri
Dalam pandangan ADPEL sebagai unsur regulator pada lini yang paling depan,
pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri harus dapat berperan sebagai
pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
Internasional, sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti kemas, dapat
melayani pergerakan peti kemas lebih dari 1.500.000 TEUs per tahun atau jenis
muatan angkutan laut lain yang setara, letak geografisnya dekat dengan jalur
pelayaran Internasional (± 500 Mil), dengan kedalaman kolam pelabuhan setidaknya
– 9 M LWS, serta memiliki potensi hinterland yang mampu mendukung
berkesinambungannya kegiatan distribusi industri dan pangsa pasar komiditas yang
kondusif. Di samping itu, pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri juga
harus memiliki standar keamanan internasional (ISPS Code), fasilitas pelabuhan
memadai, dan mampu menekan biaya transportasi distribusi barang atau komoditas
ekspor maupun impor.
Dalam perspektif penyedia jasa atau operator pelabuhan, pelabuhan yang terbuka
bagi perdagangan luar negeri harus dapat memberi kemudahan layanan pengurusan
surat atau dokumen ekspor impor, memiliki standar pelayanan yang baik dan
tersertifikasi secara internasional, memiliki peralatan bongkar muat peti kemas yang
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 86
canggih, bertaraf internasional, dan sesuai dengan perkembangan teknologi terkini.
Di samping itu, standar keamanannya juga sudah harus sesuai dengan ketentuan
ISPS Code, memiliki SDM yang berkualitas, berkompetensi tinggi sesuai bidangnya,
serta memahami tentang perkembangan teknologi informatika, memiliki dukungan
infrastruktur dan suprastruktur yang memadai, mempunyai status dan fungsi yang
terpadu dalam tatanan kepelabuhanan nasional, dilengkapi dengan fasilitas
penunjang lainnya, seperti perbankan, telekomunikasi, dan lainnya, untuk
menciptakan penyederhanaan birokrasi dalam rangka efektivitas dan efisiensi
pelayanan oleh para stakeholder yang terkait di pelabuhan.
Sedangkan dari sudut pandang kepentingan pengguna jasanya, harus memiliki
sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pelabuhan, memiliki jaringan
dengan pelabuhan di luar negeri, memelihara aspek keselamatan dan keamanan,
memiliki rambu navigasi yang memadai di access cannel, dikelola oleh lembaga yang
memiliki kualitas SDM mumpuni, berorientasi pada mutu pelayanan dan kepuasan
pelanggan, serta beroperasi 24 jam.
4.3.2. Jumlah ideal pelabuhan yang terbuka bagi per dagangan luar negeri saat
ini
Menurut ADPEL sebagai peran regulator di lapangan, jumlah pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri saat ini masih belum ideal, karena dengan
adanya perdagangan bebas dan pembebasan bea masuk bagi negara-negara
tertentu dapat memberi peluang investasi untuk daerah. Sedangkan menurut
pendapat beberapa penyedia jasa atau operator pelabuhan, jumlah pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri saat ini masih belum ideal. Hal ini, dilandasi
alasan bahwa masih banyak kegiatan ekspor atau impor barang dari atau ke suatu
wilayah di Indonesia harus transit melalui pelabuhan besar dan tidak dilakukan
secara langsung dari pelabuhan di wilayah tersebut ke negara tujuan. Di samping itu,
baru ada beberapa pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
diharapkan dapat bertambah seiring dengan adanya pola perdagangan bebas, tetapi
penetapan pelabuhan terbuka harus melalui kajian yang komprehensif dan dari
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 87
berbagai aspek. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera,
cenderung masih bersifat untuk melayani kapal-kapal feeder ke luar negeri. Namun
demikian, pelabuhan-pelabuhan yang sudah ditetapkan sebagai pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri, seperti Pelabuhan Bitung, harus didukung
dengan kebijakan pemerintah dalam rangka memperkuat fungsi dan perannya, serta
harus memiliki standar pelayanan bertaraf internasional.
Menurut Pengguna Jasa, jumlah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar
negeri saat ini belum ideal, karena masih perlu penambahan pelabuhan dari yang
ada saat ini, terutama untuk Kawasan Timur Indonesia yang pada umumnya masih
melakukan ekspor melalui pelabuhan yang ada di Kawasan Barat Indonesia. Alasan
lain bahwa semakin banyak pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri
dapat memperlancar arus barang, namun pelabuhan yang akan dibuka untuk
perdagangan luar negeri harus ditentukan atau dipilih secara cermat dengan
mempertimbangkan prospek perdagangan luar negeri di masa mendatang,
keamanan, maupun efektivitas dan efisiensi pergerakan barang ekspor dan
impornya..
4.3.3. Perlu tidaknya optimalisasi jumlah pelabuhan yang terbuka untuk
perdagangan luar negeri
Menurut pendapat ADPEL sebagai ujung tombak sisi regulator, optimalisasi jumlah
pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri perlu dilakukan untuk menunjang
meningkatnya pertumbuhan ekonomi wilayah, mengingat selama ini masih banyak
wilayah yang bergantung pada pasokan dari pulau Jawa sehingga menimbulkan
ekonomi biaya tinggi akibat jarak tempuh yang terlalu jauh. Sedangkan menurut
pendapat penyedia jasa atau operator pelabuhan, optimalisasi jumlah pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri perlu dilakukan, karena untuk meningkatkan
kinerja pelayanan dan kepuasan pelanggan, sehingga dalam kegiatan ekspor atau impor
barang dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dapat meningkatkan daya saing dan
mendukung kebijakan perekonomian nasional, serta setiap daerah tidak perlu
berlomba-lomba ingin memiliki dan membangun pelabuhan ekspor sendiri. Jadi,
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 88
pelabuhan yang sudah ada saat ini dioptimalkan secara proporsional sesuai dengan
potensi pelabuhan masing-masing.
Dari sudut pandang pengguna jasa kepelabuhanan, optimalisasi jumlah pelabuhan
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri perlu dilakukan agar Indonesia yang
berupa kepulauan dan kebergantungan terhadap sektor transportasi laut ini dapat
meningkatkan arus barang, penumpang, dan kapal, dengan biaya operasi yang
efektif dan efisien sehingga harga komoditasnya dapat bersaing di pasar
internasional. Di samping itu, semakin banyak pelabuhan akan semakin banyak
kapal-kapal yang akan masuk, dan pada gilirannya akan menambah devisa negara
dari sektor transportasi.
4.3.4. Dampak yang akan timbul apabila pelabuhan ya ng semula terbuka
menjadi tertutup untuk perdagangan luar negeri
Dampak yang akan timbul apabila pelabuhan yang semula terbuka menjadi tertutup
untuk perdagangan luar negeri, menurut ADPEL, adalah bahwa dunia usaha di
daerah tidak akan berkembang dengan baik, pengangguran akan meningkat, dan
investasi tidak akan berjalan maksimal. Sedangkan menurut penyedia jasa atau
operator pelabuhan, kalau berubah menjadi tertutup berarti pertumbuhan ekonomi
dari suatu daerah akan menurun dan pendapatan akan menurun juga, dampaknya
para shipper tidak dapat melakukan kegiatan ekspor impor secara langsung sehingga
menimbulkan biaya tinggi untuk ke pelabuhan berikutnya, dapat mengganggu
perekonomian di wilayah yang bersangkutan, berdampak ekonomi bagi daerah sekitar,
serta berdampak sosial bagi hinterland-nya. Biaya per unit dari komoditas impor
relatif akan naik dan jumlah komoditas menurun. Di samping itu, kegiatan pelayaran
samudera di suatu wilayah akan ditutup, industri atau perusahaan yang bergerak di
bidang ekspor juga akan gulung tikar, pengangguran tenaga kerja meningkat, dan
akan terjadi perlambatan pembangunan daerah tersebut.
Dari perspektif pengguna jasa, pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar
negeri ada kalanya diperlukan untuk mengembangkan potensi daerah, sehingga
dampak yang akan timbul apabila pelabuhan yang semula terbuka menjadi tertutup,
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 89
adalah arus barang menjadi tidak lancar, perusahaan pelayaran akan merugi, biaya
distribusi komoditas semakin besar, tidak meratanya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi wilayah, terjadi banyak pengangguran di bidang pelayaran,
berkurangnya devisa negara, dan berimbas pada daya beli masyarakat yang akan
menurun karena roda ekonomi tidak berputar serta lalulintas devisa akan terhenti.
4.3.5. Usaha yang akan dilakukan untuk meningkatka n pelayanan pelabuhan
apabila pelabuhan tetap terpilih menjadi pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri
Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan apabila
pelabuhan tetap terpilih menjadi pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar
negeri, menurut pendapat salah satu ADPEL yang menjadi responden, harus dilakukan
adalah memangkas birokrasi yang berlebihan, meningkatkan pengamanan dan
kenyamanan pelabuhan, serta menyediakan fasilitas pelabuhan yang memenuhi syarat.
Sedangkan menurut perspektif penyedia jasa atau operator pelabuhan, perlu dilakukan
peningkatan pelayanan kepada pelanggan, peningkatan kualitas fasilitas pelabuhan,
peningkatan profesionalisme SDM dalam pengelolaan pelabuhan, penerapan sistem
manajemen yang modern, memaksimalkan penggunaan teknologi informatika dalam
pelayanan administrasi secara komputerisasi untuk kecepatan dan akurasi transaksi,
sehingga meningkatkan kinerja operasional di pelabuhan. Di samping itu, juga perlu
dukungan otoritas pelabuhan terhadap kewenangan operator pelabuhan dalam rangka
peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan. Dari sudut pandang pengguna jasa
kepelabuhanan, kebersamaan semua pihak, baik penyedia jasa maupun pengguna jasa
kepelabuhanan, perlu meningkatkan pelayanan dan keamanan arus barang, sarana dan
prasarana pelabuhan, pemangkasan birokrasi dalam pelayanan kapal dan barang.
Jika suatu pelabuhan terpilih kembali sebagai pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri, berarti pelabuhan tersebut selama ini sudah memenuhi
syarat untuk itu. Selanjutnya, kinerjanya lebih ditingkatkan lagi.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 90
4.3.6. Standar pelayanan yang diberikan pelabuhan u ntuk memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien
Menurut pendapat salah satu ADPEL yang menjadi responden, untuk pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri harus mempunyai standar pelayanan berupa
prosedur tetap pelayanan maksimal, mengingat selama ini standar pelayanan yang
efektif dan efisien belum terpenuhi karena fasilitas yang belum memadai. Sedangkan
menurut responden yang berasal dari penyedia jasa atau operator pelabuhan, operator
pelabuhan harus mempunyai standar pelayanan yang bertaraf internasional, seperti
waktu operasi 24 jam pelayanan, menerapkan sistim jemput bola (logistik), dan sudah
tersertifikasi sesuai ISO 9001–2008. Sebetulnya, standar pelayanan yang diberikan
pelabuhan tentang sistem dan prosedur pelayanan jasa kepelabuhanan sudah ada.
Dari sudut pandang beberapa responden yang berasal dari pengguna jasa, untuk
memberikan pelayanan yang egfektif dan efisien, pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri harus memiliki akses dengan pelabuhan luar negeri, memiliki
sarana dan prasarana pelabuhan yang standar untuk mendukung kegiatan pelabuhan,
keamanan kawasan pelabuhan yang terjamin, karena kapal-kapal niaga asing yang
datang di pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri menganggap sarana,
prasarana dan pelayanannya sudah menganut standar pelayanan internasional.
4.3.7. Masalah yang sering timbul dalam upaya membe rikan pelayanan
pelabuhan yang efektif dan efisien
Menurut salah satu responden dari ADPEL, masalah yang sering timbul dalam upaya
memberikan pelayanan pelabuhan yang efektif dan efisien adalah terbentur pada
meja birokrasi yang terlalu banyak, kualitas SDM yang berkaitan dengan
pemeriksaan kapal tidak merata, dan masih adanya pungutan-pungutan yang tidak
sesuai ketentuan. Sedangkan opini responden yang berasal dari penyedia jasa atau
operator pelabuhan, masalah yang sering timbul dalam upaya memberikan
pelayanan pelabuhan yang efektif dan efisien antara lain karena TKBM yang bekerja
belum optimal akibat fasilitas atau peralatan yang kurang mendukung, birokrasi yang
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 91
panjang, belum diterapkannya pelayanan administrasi dengan system on-line,
gudang Lini II yang belum mendukung pola kerja 24 jam, kapasitas fasilitas
pelabuhan masih terbatas, peran dan fungsi lembaga-lembaga yang terkait di
pelabuhan masih belum maksimal, cenderung keluar dari fungsinya masing-masing
dan belum terpadu dalam suatu sistem, keterbatasan pemanfaatan kemajuan
teknologi di bidang IT untuk pelayanan administrasi, serta budaya kerja masih kurang
sesuai dengan yang diterapkan. Dari sudut pandang pengguna jasa kepelabuhanan,
birokrasi yang masih menimbulkan kondisi tidak efektif, kondisi geografis pelabuhan
yang kurang mendukung, keterbatasan sarana dan prasarana pelabuhan, serta
jumlah petugas yang melayani tidak seimbang dengan jumlah pelanggannya.
4.4. INDONESIA DALAM RUTE PERDAGANGAN DUNIA
Posisi Indonesia dalam rute perdagangan dunia, berpengaruh pada penentuan letak
pintu keluar masuk wilayah Indonesia. Pintu keluar masuk ekspor maupun impor
komoditas Indonesia menuju ke atau dari belahan bumi sebelah barat, melalui Selat
Malaka, baik secara langsung maupun melalui transit di Singapura. Untuk
pergerakan komoditas ekspor maupun impor Indonesia menuju ke atau dari arah
utara, cenderung keluar masuk melalui pintu transit di Singapura, Pelabuhan Bitung,
atau Pelabuhan Makassar. Pergerakan komoditas ekspor maupun impor Indonesia
menuju ke atau dari arah selatan, cenderung keluar masuk melalui Selat Sunda atau
Pelabuhan Tenau Kupang. Sedangkan pergerakan komoditas ekspor atau impor
Indonesia menuju ke atau dari arah timur, cenderung melalui Pelabuhan Bitung di
Sulawesi Utara atau Pelabuhan Jayapura di Papua. Hal ini, karena pelabuhan-
pelabuhan tersebut secara geografis dekat dengan ALKI.
Pada Gambar 4.26 , terlihat pola lalulintas pergerakan kapal perdagangan lintas
dunia cenderung dominan dari arah barat ke timur atau sebaliknya, melalui Selat
Malaka menuju Laut China Selatan ke arah Hongkong, Jepang, Korea, dan
seterusnya. Demikian juga pergerakan perdagangan ke arah Pasific, cenderung
menyusur menyusur melalui Jepang dan Korea. Sedangkan di Indonesia,
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 92
penempatan pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri cenderung
berada di sekitar ALKI, baik ALKI I, II, maupun ALKI III.
Gambar 4.26: Pola Pergerakan Kapal Perdagangan Duni a
Dengan demikian, pelabuhan-pelabuhan yang secara geografis terletak atau
berdekatan dengan ALKI berpotensi besar difungsikan menjadi pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri dan sebagai pintu keluar atau masuk
komoditas ekspor maupun impor Indonesia. Namun demikian, pelabuhan-pelabuhan
tersebut perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui sampai sejauhmana tingkat
kelayakannya, baik berdasarkan besarnya volume pergerakan komoditas ekspor
impornya maupun volume pergerakan barang antar pulaunya.
2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA
DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL
PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT IV - 93
Gambar 4.27: Peta Posisi ALKI