bab iv hasil penelitian dan pembahasan -...

24
48 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria (n = 50) Hasil distribusi pada tabel 4.1 menunjukan bahwa mayoritas responden (62 %) memiliki kepercayaan kepada pria sebagai penolong persalinan sedangkan 19 responden (38 %) tidak percaya kepada pria sebagai penolong persalinan. Tingkat Kepercayaan Banyak Responden N % Percaya 31 62 Tidak percaya 19 38 Total 50 100

Upload: hoangcong

Post on 24-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

48

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran pada masing-masing variabel

independen maupun varibel dependen. Data disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria (n =

50)

Hasil distribusi pada tabel 4.1 menunjukan

bahwa mayoritas responden (62 %) memiliki

kepercayaan kepada pria sebagai penolong

persalinan sedangkan 19 responden (38 %) tidak

percaya kepada pria sebagai penolong persalinan.

Tingkat Kepercayaan

Banyak Responden

N % Percaya 31 62

Tidak percaya 19 38

Total 50 100

Page 2: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

49

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Umur

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur (n = 50)

Usia Jumlah % 20 5 10 21 5 10 22 5 10 23 4 8 24 2 4 25 3 6 26 2 4 27 2 4 28 4 8 29 2 4 30 3 6 31 1 2 32 1 2 33 1 2 34 6 12 35 4 8

Total 50 100

Mayoritas responden berada pada umur 34

tahun yaitu 6 orang (12 %), disusul pada umur 20,

21, 22 tahun masing-masing 5 orang (10 %)

selanjutnya 23-35 bervariasi dalam jumlah.

Page 3: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

50

4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n = 50)

Hasil distribusi pada tabel 4.3 menunjukkan

bahwa tidak satupun responden yang tidak sekolah

(0 %) sebanyak 5 responden (10 %) pernah sekolah

sampai tingkat SD, 13 responden (26 %) pernah

sekolah sampai tingkat SMP, 22 responden (44 %)

pernah sekolah sampai tingkat SMA, 10 responden

(20 %) pernah sekolah sampai tingkat perguruan

tinggi.

Pendidikan Banyak Responden

N % TIDAK SEKOLAH 0 0

SD 5 10

SMP 13 26

SMA 22 44

PT 10 20

TOTAL 50 100

Page 4: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

51

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat pengetahuan

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan (n = 50)

Hasil distribusi pada tabel 4.4 menunjukan

bahwa mayoritas responden yaitu 35 orang (70 %)

memiliki tingkat pengetahuan yang baik sedangkan

15 orang responden (30 %) memiliki tingkat

pengetahuan yang kurang.

4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Persepsi

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Persepsi (n = 50)

Tingkat pengetahuan

Banyak Responden

N %

Baik 35 70

Kurang 15 30

TOTAL 50 100

Persepsi Banyak Responden

N % Positif 31 70

Negatif 19 30

TOTAL 50 100

Page 5: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

52

Hasil distribusi pada tabel 4.5 menunjukkan

bahwa mayoritas responden yaitu 31 orang (70 %)

memiliki persepsi yang positif kepada pria sebagai

penolong persalinan sedangkan 19 responden (30 %)

memiliki persepsi yang negatif kepada pria sebagai

penolong persalinan.

4.1.2 Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan antara variable-variabel independen dengan

variabel dependen. Untuk membuktikan adanya

tidaknya hubungan tersebut, dilakukan uji statistic Chi-

Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05).

Bila p value < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan

variable dependen.

Page 6: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

53

4.1.2.1 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong

Persalinan Pria dengan Umur pada Pasien Ruang

VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga

Tabel 4.6 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Umur Pada Pasien

Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6

menunjukkan responden dengan umur lebih dari 27

tahun lebih percaya terhadap pria sebagai penolong

persalinan dengan presentase sebesar 28%

dibandingkan dengan yang umur kurang dari 27

tahun yaitu sebesar 20 %.

Pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

didapatkan nilai (ρ= 0,608 ; α = 0,05) yang

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna

antara umur dengan kepercayaan ibu pada pria

sebagai penolong persalinan.

Umur

Tingkat Kepercayaan Total

P Tidak

percaya Percaya

n % n % N

<27 tahun 9 18 10 20 19 31 0,608 >27 tahun 17 34 14 28

Total 19 38 31 62 50

Page 7: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

54

4.1.2.2 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong

Persalinan Pria dengan Pendidikan pada Pasien

Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga

Tabel 4.7 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Pendidikan Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga

Bulan Maret-April 2013 (N=50)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7

menunjukkan responden yang menempuh

pendidikan lebih dari 12 tahun cenderung lebih

percaya kepada pria sebagai penolong persalinan

dengan presentase sebesar 22% dibandingkan

dengan responden yang menempuh pendidikan

kurang dari 12 tahun yaitu sebesar 18%.

Hasil uji statistik berdasarkan uji Chi Square

(x2) didapatkan (ρ= 0,020 ; α = 0,05). Hal ini

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan kepercayaan ibu pada pria

sebagai penolong persalinan

Pendidikan

Tingkat kepercayaan Total

P Tidak

percaya Percaya

n % n % N

<12 tahun 1 20 9 18 19 31 0,020

>12 tahun 20 40 11 22

Total 19 38 31 62 50

Page 8: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

55

4.5.2.3 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong

Persalinan Pria dengan Tingkat pengetahuan

pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota

Salatiga

Tabel 4.8 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Tingkat

Pengetahuan Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8

menunjukkan 40% responden yang memiliki tingkat

tingkat pengetahuan yang baik lebih percaya kepada

pria sebagai penolong persalinan dibandingkan

dengan responden yang memiliki tingkat tingkat

pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 30%.

Hasil uji statistik berdasarkan uji Chi Square

(x2) didapatkan (ρ= 0,280; α = 0,05). Hal ini

menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan dengan kepercayaan ibu

pada pria sebagai penolong persalinan.

Tingkat pengetahuan

Tingkat kepercayaan Total

P Tidak

percaya Percaya

n % n % N

Kurang 4 8,0 15 30 19 31

0,280 Baik 11 22 20 40

Total 19 38 31 62 50

Page 9: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

56

4.5.2.4 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong

Persalinan Pria dengan Persepsi pada Pasien

Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga

Tabel 4.9 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Persepsi Pada

Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9

menunjukkan 38 % responden memiliki persepsi

yang positif lebih percaya terhadap pria sebagai

penolong persalinan, dibandingkan responden

dengan persepsi yang negatif yaitu sebesar 24%.

Pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

nilai ρ= 0,895 yang menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara persepsi dengan

kepercayaan ibu terhadap pria sebagai penolong

persalinan.

Persepsi

Tingkat kepercayaan Total

P Tidak

percaya Percaya

n % n % N

Negatif 7 14 12 24 19 31

0,895 Positif 12 24 19 38

Total 19 38 31 62 50

Page 10: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

57

4.2 Pembahasan

4.2.1 Umur

Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau

ada sejak dilahirkan (Kamus Bahasa Indonesia

Milenium, 2002). Umur sangat berpengaruh terhadap

proses reproduksi, umur dianggap optimal untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun,

sedangkan yang dianggap berbahaya adalah umur 35

tahun ke atas dan dibawah 20 tahun (Prawiroharjo,

2007). Hal serupa juga diungkapkan Rustam Mochtar

(2008) bahwa usia yang baik untuk usia kehamilan dan

persalinan antara umur 20-35 tahun, ini disebut juga

dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan

di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan

mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu maupun

bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

umur responden yaitu usia 27 tahun. Pada usia di atas

27 tahun ibu lebih percaya kepada pria sebagai

penolong persalinan dibandingkan dengan usia yang

kurang dari 27 tahun. Selama penelitian memang

terlihat lebih antusias ibu yang berumur lebih dari 27

tahun untuk menjadi responden. Berbeda dengan

Page 11: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

58

kebanyakan ibu yang berumur kurang dari 27 tahun,

peneliti harus menjelaskan dengan sangat detail

tentang penelitian, manfaat, dan kerahasian ibu

dikarenakan ibu merasa curiga dan tidak nyaman

dengan kehadiran pria. Hal ini menurut peneliti sudah

menggambarkan kepercayaan ibu usia <27 tahun

terhadap pria. Hal ini sesuai dengan penelitian Nelli

Susanti (2007) di Pariaman bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan

pemilihan tenaga penolong persalinan. Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji chi square didapatkan tidak

ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

kepercayaan ibu pada pria sebagai penolong persalinan

(α = 0,60).

Menurut Kristiani dan Abbas (2006) faktor umur

berpengaruhi terhadap pemanfaatan pelayanan tenaga

profesional juga termasuk faktor lain yaitu faktor

lingkungan tempat bidan bertugas, kesadaran

masyarakat, bidan yang bertugas di tempatnya,

termasuk juga keadaan kemampuan biaya dari

masyarakat. Bungsu (2001) berpendapat, faktor umur

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam

Page 12: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

59

memilih tenaga kesehatan untuk membantu

persalinannya.

Gibson dalam Sutanto, 2002 mengatakan umur

merupakan variabel individu yang pada dasarnya

semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak

menyerap informasi dari sekitar kehidupannya yang

akan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong

persalinan. seperti halnya yang diungkapkan oleh

Conner (1996). Semakin berumur seseorang

seharusnya pola pikirnya semakin terasah dalam

menanggapi suatu masalah yang terjadi, hal itu

berdasarkan banyaknya masalah yang sudah dialami

dan berpikir bagaimana menanganinya.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap

dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Page 13: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

60

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan

mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional. 2002 : 263).

Pendidikan dapat mempengaruhi daya pikir

seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk

penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang

kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih

terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh

keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya

atau orang yang dituakan. Pendidikan seseorang

dikategorikan kurang bila ia hanya memperoleh ijazah

SMP atau setara lainnya ke bawah, yaitu pendidikan

dasar 9 tahun. Sementara pendidikan reproduksi baru

diajarkan secara lebih mendetail di jenjang pendidikan

SMA ke atas (Depdiknas, 2007). Tapi pada saat ini, di

Indonesia, tepatnya dimulai pada tahun 2013

pemerintah akan mulai menerapkan wajib belajar 12

tahun yang mencangkup SD, SMP, dan SMA. Tujuan

dari program ini adalah untuk meningkatkan standar

pendidikan dan meningkatkan intelektual generasi

penerus Indonesia (Kemendikbud, 2012)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 % ibu

yang menempuh lama pendidikan lebih dari 12 tahun

Page 14: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

61

cenderung lebih percaya terhadap pria sebagai

penolong persalinan dibandingkan dengan 18 % ibu

yang menempuh lama pendidikan kurang dari 12 tahun.

Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut

menerima informasi sehingga makin banyak pula tingkat

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Kuncoroningrat, 1997). Menurut Jihadin, dkk (2012),

ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya

mempunyai kesadaran pentingnya pemeriksaan

antenatal. Kunjungan pemeriksaan antenatal ibu yang

berpendidikan tinggi rata-rata lebih sering dibanding

dengan yang berpendidikan rendah.

Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan

signifikan antara tingkat pendidikan dengan

kepercayaan ibu kepada pria sebagai penolong

persalinan (p= 0,020). Pada penelitian ini ditemukan

adanya hubungan antara pendidikan dan pemilihan pria

sebagai penolong persalinan.

Adanya hubungan tingkat pendidikan dengan

usaha pencaharian pelayanan kesehatan terhadap janin

Page 15: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

62

yang dikandungnya. Tingkat pendidikan ibu akan

memberi pengaruh dalam penerimaan informasi yang

diberikan sehingga dapat meningkatkan tingkat

pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi.

Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana,

teroganisir dan dilaksanakan di dalam kelas. Melalui

proses ini seseorang belajar memperoleh tingkat

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap

serta nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar

tersebut ke arah kedewasaan dalam bertindak. Dapat

diartikan bahwa pendidikan formal merupakan sarana

yang dapat mengubah pola pikir, sikap dan tindakan

seseorang kearah kualitas pribadi yang lebih baik,

dengan tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi

akan membantu seseorang untuk memperoleh tingkat

pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang

akan membantu seserang berpikir rasional. Hal ini

sesuai dengan pendapat Lukito (2003) bahwa

pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

sekitarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

ditempuh oleh seseorang, maka akan semakin mudah

Page 16: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

63

bagi seseorang itu untuk memahami sebuah perubahan

dan manfaat dari sebuah perubahan tersebut,

khususnya bidang kesehatan (Lukito, 2003).

Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya

intelektualnya juga masih terbatas sehingga,

perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya

ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang

mereka tuakan (Depdiknas, 2007). Hal serupa juga

dikemukakan oleh hasil penelitian yang dilakukan

Bungsu pada tahun 2001 pada ibu yang pendidikannya

rendah cendrung memanfaatkan tenaga persalinan

seadanya (dukun) untuk membantu persalinan. Hasil ini

mirip dengan apa yang dikemukan oleh Ejaz et al.

(2007) yang menyatakan analisis berbagai tingkat

pendidikan menunjukkan bahwa perempuan yang

memiliki tingkat pendidikan rendah sangat cenderung

terlambat menerima informasi dikarenakan terbatasnya

topik pembicaraan seputar kesehatan dan ekonomi,

dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi.

Page 17: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

64

4.2.3 Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan suatu hal yang

sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir

dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Menurut

Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan adalah

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu.

Tingkat pengetahuan seseorang dapat

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Hasil

penelitian menunjukkan 70% responden memiliki

tingkat pengetahuan yang baik lebih percaya terhadap

pria sebagai penolong persalinan dibandingkan

responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang

kurang yaitu sebesar 30%.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Parit pada tahun 2008 di wilayah kerja Puskesmas

juga. Didapatkan lebih dari separuh responden yang

memiliki tingkat tingkat pengetahuan tinggi yaitu

sebanyak 57,5%. Salah satu tingkat pengetahuan yang

dimaksud adalah tentang tugas dan fungsi pria sebagai

penolong persalinan.

Page 18: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

65

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 0,280

karena Tingkat pengetahuan tidak menjadi indikator

yang sangat penting dalam pemilihan tenaga penolong

persalinan oleh pria, karena ibu biasanya hanya pasrah

dan percaya saja menerima pelayanan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan. Sedangkan tingkat

pengetahuan biasanya didapatkan dari media yang

tersedia di sekitar ibu selama ibu hidup atau

dikarenakan ibu malas mencari informasi terbaru yang

berhubungan dengan dengan proses dan tenaga

penolong persalinan, tapi ibu juga tidak dapat

disalahkan secara menyeluruh, hal-hal yang mungkin

membuat tingkat pengetahuan ibu kurang juga

dikarenakan kurangnya media informasi atau keadaan

sekitar kehidupan ibu yang tidak mendukung mendapat

informasi lebih tentang persalinan (Yenita, 2011).

Menurut Green (1991) banyak ibu yang tidak

memanfaatkan fasiltas yang tersedia di masyarakat

terutama tentang persalinan. Karena masih banyak

yang mengaggap nasehat dari orang terdekat yang

telah pernah atau melihat persalinan sudah cukup. Ini

dikarenakan kurangnya kepercayaan yang ditanamkan

oleh tenaga kesehatan dalam mempromosikan

Page 19: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

66

kesehatan kehamilan ibu. Kurangnya tingkat

pengetahuan ibu juga akibat kurang pedulinya dan

masih tradisionalnya pemikiran tokoh masyarakat atau

orang yang dipercayai oleh masyarakat dalam suatu

komunitas tertentu untuk membantu tenaga kesehatan

dalam memberikan tingkat pengetahuan dan pelayanan

kesehatan ibu hamil.

Seperti halnya yang diungkapkan oleh

Notoatmojdo, 2003 bahwa tingkat pengetahuan akan

sesuatu adalah hasil dari tahu setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu

melalui panca indera, walaupun mereka memiliki tingkat

pengetahuan yang baik, sedang atau rendah tentang

perawatan kehamilan, persalinan, nifas dan tenaga

penolong persalinan. Banyak ibu sebenarnya bertingkat

pengetahuan baik tentang persalinan, tapi karena

budaya yang ada, yaitu budaya mendengarkan yang

lebih tua, pernah mengalami atau berpengalaman

membuat ibu cendrung hanya pasrah terhadap siapa

yang akan menolong persalinannya. Seandainya ibu

hamil sudah mengetahui dan mengerti kebaikan

perawatan kehamilan atau siapa yang sebaiknya

menolong persalinan akan timbul pemikiran yang positif.

Page 20: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

67

Pemikiran ini akan menghasilkan sikap positif yaitu

setuju dalam hal tersebut dan selanjutnya ibu hamil

berniat untuk memeriksakan kehamilan atau melahirkan

di tempat yang aman dan sehat buat ibu dan bayinya.

4.2.4 Persepsi

Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu

berpersepsi positif terhadap pria sebagai penolong

persalinan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian yaitu

sebesar 70% atau 31 responden berpersepsi positif

cenderung lebih percaya terhadap pria sebagai

penolong persalinan.

Persepsi tentang risiko-risiko dan bahaya dalam

persalinan memicu ibu hamil dan keluarga untuk

mencari orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan

ahli seperti dokter, bidan, dan professional kesehatan

lain untuk memberikan bimbingan dan pertolongan saat

melahirkan (Lupton, dalam Carlson 2009). Hal-hal

menurut peneliti yang mempengaruhi persepsi ibu

adalah budaya dan agama. Proses berbudaya dan

beragama sangat mempengaruhi persepsi ibu dalam

memilih penolong persalinan. Ini dikarenakan budaya

Islam yang kuat dalam mengatur hubungan suami istri,

Page 21: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

68

Jika bukan muhrimnya ibu, pria manapun dilarang untuk

melihat daerah sensitif sang ibu. Tapi pada saat ini

banyak ibu dan suami yang mulai terbuka pemikirannya

dalam hal menolong persalinan. Jika ibu ingin ditolong

dalam persalinan oleh penolong pria maka hal itu dapat

dilakukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat

Notoatmodjo (2007) bahwa tindakan individu untuk

mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan

didorong oleh keseriusan penyakit tersebut atau

ancaman yang dilihat mengenai gejala dan penyakit

terhadap individu atau masyarakat. Bila ibu hamil

merasakan ada ancaman keselamatan terhadap dirinya

dan bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan

untuk menolong persalinannya. Pada saat menghadapi

ancaman yang dianggap serius ibu hamil dan keluarga

akan cendrung melihat kepada seseorang yang

dianggap ahli dan mampu untuk membantu persalinan,

maka orang tersebut bisa menjadi pilihan dalam

membantu persalinan.

Menurut Notoatmodjo (2007), jika menghendaki

suatu perilaku yang memasyarakat, maka diperlakukan

adanya tingkat pengetahuan dan keyakinan/attitude

yang positif tentang apa yang akan dikerjakan.

Page 22: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

69

Seseorang yang memperoleh rangsangan dari luar akan

timbul proses pengenalan sesuatu. Hal ini akan

membangkitkan faktor kognitif (tingkat pengetahuan)

dari orang tersebut. Menurut Edberg (2009) hasil dari

apa yang dialami dan dipelajari akan menciptakan

stimulus yang membuat munculnya suatu pola

pemikiran akan suatu hal.

Berdasarkan teori tersebut bahwa keyakinan

atau persepsi sangat erat kaitannya dengan tingkat

pengetahuan yang disosialisasikan atau disebarkan.

Dibuktikan dengan hasil uji Chi Square yang didapatkan

sebesar 0,895 (α >0,005). Oleh sebab itu kalau kita

menginginkan seseorang mempunyai persepsi yang

positif terhadap pria sebagai penolong persalinan maka

diperlukan adanya komunikasi, informasi dan edukasi

yang berkesinambungan seperti penyuluhan pada

setiap kali posyandu. Demikian juga mengaktifkan

kelas ibu dalam rangka meningkatkan tingkat

pengetahuan ibu tentang perkembangan pelayanan

kesehatan ibu hamil oleh pria yang telah ada saat ini

dimasyarakat. Hal ini juga diperkuat dengan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mullen (1987), bahwa

sekarang ini keselamatan yang terancam bukan

Page 23: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

70

dipersepsikan lagi dengan terlihatnya tanda-tanda

bahaya yang ada pada ibu saat hamil ataupun

melahirkan, tapi saat awal kehamilan pun sudah sangat

diwaspadai semua kemungkinan buruk yang akan

terjadi, salah satunya dengan cara memilih tenaga

persalinan yang dianggap mampu dalam menolong

persalinan yang akan dihadapi. Persepsi ini juga muncul

dari apa yang sudah masyarakat lihat, dengar dan

alami, pada saat tenaga kesehatan yang ada dalam

menangani, melayani dan berusaha untuk

menyelamatkan nyawa ibu dan anak.

Page 24: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3845/5/T1_462009011_BAB IV.pdf · Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden

71

4.3 Kendala dalam penelitian

a. Pada awal penelitian, peneliti sulit meminta ibu

menjadi responden dikarenakan peneliti datang ke

RS pada saat ibu beristirahat. Selain itu kendala

dengan bahasa yang digunakan. Karena hampir

semua ibu menggunakan bahasa jawa.

b. Perbedaan gender menyebabkan 10 orang ibu

menolak menjadi responden. Mereka ini yang

menolak berpendidikan kurang dari 12 tahun, yaitu 3

orang berpendidikan SD, 5 orang berpendidikan

SMP, dan 2 orang berpendidikan SMA. Peneliti tidak

menemukan ibu yang tidak sekolah.

c. Kendala budaya, cukup banyak ibu yang menaruh

curiga pada peneliti. Namum setelah diberikan

informasi yang lengkap, mereka bersedia menjadi

responden.