bab iv hasil penelitian dan pembahasan...

17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo, kelas V dengan jumlah siswa 20 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Penelitian ini dilaksnakan dalam dua siklus , tiap siklus satu kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 19 November 2012. Proses pembelajaran Bercerita dilaksanakan dengan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana terdapat pada lampiran I halaman 54 alokasi waktu untuk setiap kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran atau 70 menit. Sebelum peneliti melukakan observasi awal terhadap subjek penelitian sabagai data awal. 4.1.1 Tahap Perencanaaan Penelitian tindakan kelas direncanakan dalam dua siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan dalam I kali pertemuan dan Siklus II juga dilaksanakan dalam I kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masinh siklus 2 jam pelajaran atau 70 menit. 4.1.2 Tahap Observasi Awal Observasi awal dilaksanakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam menyimak cerita. Berdasarkan observasi awal tentang kemampuan bercerita siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo 33

Upload: lamminh

Post on 05-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 6 Biluhu Kecamatan

Biluhu Kabupaten Gorontalo, kelas V dengan jumlah siswa 20 orang, terdiri dari

10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

Penelitian ini dilaksnakan dalam dua siklus , tiap siklus satu kali

pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 19

November 2012. Proses pembelajaran Bercerita dilaksanakan dengan mengacu

pada rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana terdapat pada lampiran I

halaman 54 alokasi waktu untuk setiap kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran atau

70 menit. Sebelum peneliti melukakan observasi awal terhadap subjek penelitian

sabagai data awal.

4.1.1 Tahap Perencanaaan

Penelitian tindakan kelas direncanakan dalam dua siklus I dan siklus II.

Siklus I dilaksanakan dalam I kali pertemuan dan Siklus II juga dilaksanakan

dalam I kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masinh siklus 2 jam

pelajaran atau 70 menit.

4.1.2 Tahap Observasi Awal

Observasi awal dilaksanakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa

dalam menyimak cerita. Berdasarkan observasi awal tentang kemampuan

bercerita siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo

33

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

34

sangat rendah. Adapun aspek yang diamati meliputi : (1) Pemilihan kosa kata ; (2)

struktur kalimat ; (3) ; Kelancaran bercerita.

Data hasil observasi awal tentang kemapuan bercerita pada siswa kelas V

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Data Observasi Awal Kemampuan Bercerita

Nilai yang diperoleh

Nilai = = 100 %

Total Nilai

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

35

Berdasarkan tabel 1 hasil observasi awal nampak bahwa dari 20 orang

siswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh nilai

ketuntasan 65 keatas dan 14 siswa atau 70% yang tidak mampu bercerita dengan

nilai 64 ke bawah.

Dari hasil pengamatan di atas, peneliti mengupayakan untuk meningkatkan

kemampuan siswa setiap aspek dalam bercerita melalui model Cooperatif Script

terhadap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini

dilakukan secara bertahap atau berkelanjutan dalam bentuk siklus pembelajaran

berdasarkan materi yang telah ditentukan dan setiap siklusnya terdiri dari empat

tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan, dan tahap

refleksi.

4.1.3 Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, peneliti merencanakan persiapan/perangkat pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan, yakni dengan

menyiapkan naskah cerita, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

media pembelajaran, lembar penilaian dan lembar observasi. Selanjutnya dalam

perencanaan terdapat tahap pelaksanaan tindakan yakni siklus I sebagai berikut.

4.1.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, perencanaan yang disusun

dalam kegiatan penelitian tindakan siklus I dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan dengan waktu pembelajaran 2 x 35 menit. Pelaksanaan pada hari

senin, 19 November l 2012. Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan dan untuk menangani permasalahan yang akan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

36

dihadapi peneliti dan guru mitra menyusun suatu persiapan yang merupakan

acuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi bercerita. Selain

itu tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini diuraikan dalam kegiatan – kegiatan

berikut :

1. Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan ini peneliti memberikan apersepsi dengan melakukan tanya

jawab tentang bercerita. Tanya jawab ini dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dalam hal bercerita. Setelah itu peneliti memberikan

motivasi kepada siswa dengan cara menyampaikan skenario pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan pertama ini peneliti mengajukan pertanyaan yang

berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan

pertanyaan tersebut secara bersama untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa

dituntut lebih mandiri dalam mengelolah informasi yang dia dapat, kemudian

peneliti meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada

tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya, pada tahap

akhir penelit i meminta kepada untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas

tentang apa yang telah mereka diskusikan, ini efektif dilakukan dengan cara

bergilliran pasangan, atas dasar hasil diskusi peneliti mengarahkan pembicaraan

pada materi / permasalahan yang belum diungkap siswa lalu siswa dibimbing

menyimpulkan materi pembelajaran.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

37

3. Kegiatan Penutup

Pada akhir pembelajaran peneliti melakukan refleksi dan menyuruh siswa

merangkum pembelajaran. Selain itu peneliti melakukan pengukuran hasil

kegiatan pembelajaran baik pada proses dan pada akhir pembelajaran serta

menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.

4.1.5 Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan peneliti, kegiatan belajar siswa, serta kemampuan siswa dalam

bercerita Pengamatan terhadap pembelajaran tersebut diamati menggunakan

lembar observasi yang telah dipersiapkan. Adapun kegiatan pembelajaran siklus 1

diperoleh data sebagai berikut :

1. Hasil Pengamatan Aktivitas guru dalam Proses pembelajaran

Hasil pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran diadakan perbandingan

antara peneliti dan guru mitra. Adapun hasil perbandingan antara peneliti dan

guru mitra dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

38

Dari tabel nampak pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan

oleh peneliti dan guru mitra sedikit ada perbedaan yang diperoleh pada aktifitas

pembelajaran yang menerapkan Model Coopetive Script pada pembelajaran

bercerita. Kegiatn guru dalam pembelajaran diamati oleh pengamat atau observer

dengan menggunakan lembar observasi adapun kegiatan guru dalam pembelajaran

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

39

yang diamati terdiri dari 24 aspek. Keseluruhan aspek tersebut disusun peneliti

bersama guru mitra berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan model

pembelajaran cooperatif script. Adapun yang diperoleh peneliti 16 aspek atau

63%. Artinya masih 8 aspek yang harus dilakukan peneliti dalam melaksanakan

pembelajaran guna meningkatkan kemampuan bercerita

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Pada kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran diamati

oleh peneliti, kegiatan siswa yang diamati selama mengikuti proses pembelajaran

berjumlah 7 aspek, dari aspek kegiatan siswa yang diamati dan dinilai 4 aspek

atau 57% mencapai kriteria (B), sedangkan 3 aspek atau 43% mencapai

kriteria cukup (C). Uraian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 1 secara

lngkap terdapat pada lampiran 4. Hasil pengamatan kemampuan bercerita pada

siklus 1 dinilai berdasarkan insrumen yang terdapat pada lampiran 4.

3. Evaluasi ini dilakukan untuk memenuhi efek pelaksanaan tindakan dengan

melihat proses pada saat pembelajaran berlangsung dalam hal proses bercerita

dari 20 orang siswa yang dikenakan tindakan,12 orang atau 60% mampu bercerita

dengan nilai 65 keatas, sedangkan yang tidak mampu bercerita sebanyak 8 orang

atau 40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

40

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model

Cooperatif Script dari Aspek Siswa Siklus I

Keterangan :

1. Kemampuan memilih kosa kata

2. Kemampuan menyusun struktur kalimat

3. Kemampuan bercerita

Dari data tabel 3 terlihat bahwa dari 20 orang siswa yang dikenakan tindakan,

12 orang atau 60% mampu bercerita dengan nilai 65 ke atas, sedangkan yang

tidak mampu bercerita sebanyak 8 orang atau 40% dengan nilali 64 ke bawah.

a. Tahap Analisis dan refleksi

Refleksi terhadap pembelajaran siklus I dilakukan melalui diskusi dengan

guru mitra sebagai sebagai pengamat tentangn pelaksanaan pembelajaran, baik

menyangkut kegiatan guru membelajarkan materi bercerita melalui model

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

41

Cooperative Script dan kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran,

serta dampaknya terhadap peningkatan kemampuan bercerita. Pada tahap

ini peneliti dan pengamat melakukan diskusi guna melihat kembali pelaksanaan

siklua apakah tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan

serta mampu meningkatkan kemampuan bercerita.

Dari kegiatan refleksi tersebut diketahui bahwa masih ada beberapa

aspek kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran yang perlu perbaikan

dan penyempurnaan, karena belum terlaksana secara optimal. Demikian halnya

dengan kemampuan bercerita yang berlum mencapai indikator keberhasilan

yang ditetapkan.

Jika dihubungkan hasil pengamatan pembelajaran yang menggunakan

Cooperative Script dengan hasil pengamatan kemampuan bercerita, jelaslah

bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I memberi efek pada kemampuan

bercerita, yaitu 20 siswa yang dikenakan tindakan 14 siswa atau 70% memiliki

kemampuan bercerita. Hal ini berarti masih terdapat 6 siswa atau 30% siswa yang

dinyatakan tidak mampu bercerita.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus

I, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah standar

ketuntasan minimal dan oleh sebab itu harus dilanjutkan ke siklus berikutnya

yakni siklus II.

4.2 Tahap Persiapan

Pelaksanaan tindakan siklus II ini diawali dengan penyajian materi yang

merupakan lanjutan kegiatan siklus I.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

42

Mengacu pada hasil refleksi pembelajaran siklus I, maka sebelum

pembelajaran siklus II dilaksanakan penelitian merencanakan perbaikan dan

penyempurnaan terhadap aspek-aspek pembelajaran yang belum terlaksana

dengan baik pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa

selama proses pembelajaran serta menggunakan Cooperative Script dalam

pembelajaran siklus II peneliti lebih mengoptimalkan keunggulan Cooperative

Script dan mengatasi pengaruh kelemahan model Cooperative Script

Menyangkut penggunaan Cooperative Script, dalam melaksanakan

pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Aspek-aspek dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Guru lebih memperdalam materi

2) Pemberian latihan untuk menyimak cerita masih perlu ditingkatkan.

Selanjutnya menyangkut kegiatan siswa yang berhubungan dengan

menggunakan Cooperative Script

1) Menjawab pertanyaan tentang cerita yang didengar

2) Mengemukakan tanggapan terhadap cerita yang didengar

3) Menceritakan secara ringkas cerita yang baru didengarnya

4.2.1 Tahap Pelaksanaan Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Novemberl 2012

dengan materi bercerita. Jumlah siswa yang hadir pada pelaksanaan siklus II

sebanyak 20 orang siswa.

Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan guru adalah mula-mula guru

menggali pengetahuan awal siswa dengan melakukan tanya jawab tentang cerita

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

43

yang pernah didengar. Selanjutnya guru mengoptimalkan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai siswa, guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi

siswa secara berpasangan, guru membagi siswa secara berpasangan, guru

membagi lembar kerja siswa serta lembar cerita. Melalui lembar kerja siswa

(LKS) siswa melakukan kegiatan dalam kelompok pasangan sesuai apa yang

ada dalam LKS. Siswa secara berpasangan melakukan kegiatan bercerita dan

mengisi setiap anjuran yang ada dalam LKS. Siswa dan guru menyimpulkan

materi pembelajaran, kemudian siswa siap diuji untuk bercerita.

4.2.2 Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukanb pemantauan terhada kegiatan pembelajaran yang

dilakukan guru, kegiatan belajar siswa, serta kemampuan siswa dalam bercerita.

Pengamatan terhadap pembelajaran tersebut diamati menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan. Adapun kegiatan siklus II diperolah data

sebagai berikut.

1. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran

Pengamatan terhadap proses pembekajaran dilakukan oleh guru mitra sebagai

pengamat penelitian yang dimaksudkan untuk melihat jalannya kegiatan

pembelajaran yang menggunakan model cooperatif script pada pembelajaran

bercerita. Aspek kegiatan guru yang menjadi sasaran pengamatan dari 24

aspek. Keseluruhan aspek tersebut disusun peneliti bersama guru mitra

berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan model Cooperatif Script.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

44

Dari tabel 4 nampak pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan

oleh penelti dan guru mitra sedikit ada perbedaan yang diperoleh pada aktivitas

pembelajaran yang menerapkan Model Cooperatif Script pada pembelajaran

bercerita. Kegiatan guru dalam pembelajaran diamati oleh pengamat atau observer

dengan menggunakan lembar observasi. Adapun kegiatan guru dalam

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

45

pembelajaran yang diamati terdiri dari 24 aspek. Keseluruhan aspek tersebut

disusun peneliti bersama guru mitra berdasarkan teori-teori yang berkaitan

dengan model pembelajaran Cooperatif Script. Adapun yang diperoleh guru mitra

sebanyak 21 aspek atau 88% dan yang diperoleh 22 aspek atau 92% aspek yang

dilaksanakan.

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti diamati

oleh guru mitra sebagai pengamat menggunakan lembar pengamatan kegiatan

siswa, uraian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus II secara lengkap

terdapat lampiran 10, hasi l pengamatan kemampuan bercerita pada siklus II

dinilai berdasarkan instrumenyang terdapat pada lampiran 11. Data hasil

pengamatan diperoleh data kemampuan bercerita pada siklus II siswa kelas V

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

46

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Berderita Melalui Model

Cooperatif Script dari Aspek Siswa Siklus II

Dari data tabel 4 terlihat bahwa dari 20 siswa yang dikenakan tindakan

bercerita, 17 orang atau 85% yang memiliki kemampuan bercerita dan 3 orang

atau 15% tidak mampu bercerita.

4.2.3 Refleksi Pembelajaran Siklus II

Refleksi dilaksanakan bersama guru melalui diskusi pada akhir

pembelajaran siklus II. Refleksi dimaksudkan untuk melihat pelaksanaan

pembelajaran dan dampaknya terhadap kemampuan bercerita. Berdasarkan

kegiatan refleksit tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

47

pembelajaran, baik menyangkut kegiatan guru dalam menggunakan Cooperative

Script maupun kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut berdampaka pada peningkatan

kemampuan bercerita. Hal ini sesuai hasil pengamatan kemampuan siswa

bercerita selama proses pembelajaran siklus II, dimana siswa yang dinyatakan

mampu bercerita cerita berjumlah 17 orang atau 85%.

Memperhatikan analisis data hasil pelaksanaan pembelajaran dan

dampaknya terhadap kemampuan bercerita, diketahui indikator yang ditetapkan

telah tercapai. Dari refleksi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan

dinyatakan selesai.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian, baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan

bahwa ada peningkatan kemampuan bercerita melalui model Cooperative

Script pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten

Gorontalo. Hal ini nampak dari hasil analisis data, baik data menyangkut

pengamatan kegiatan guru dan siswa maupun pengamatan kemampuan bercerita

baik secara individual maupun klasikal.

Peningkatan kemampuan bercerita ini erat kaaitannya dengan penggunaan

model Cooperative Script yang diterpakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

Meskipun kemampuan bercerita, tetapi masih perlu pengembangan

lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis dat masih terdapat 3 (tiga) orang siswa

yang dinyatakan tidak mampu bercerita. Pada pembelajaran siklus II, karena tidak

mencapai skor minimal yang ditetapkan. Ketiga siswa tersebut masih memerlukan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

48

pengananan lebih lanjut setelah tindakan kelas dilaksanakan, yakni dengan

memberikan tugas individual agar mereka mampu bercerita.

Hal yang perlu diperhatikan oelh guru dalam menerapkanb model

Cooperative Script dalam pembelajaran bercerita yaitu mengoptimalkan

bimbingan kepada siswa yang tidak mampu menjawab cerita tentang cerita,

menanggapi cerita yang disimak serta menceritakan dengan ringkasan cerita yang

disimak. Beberapa aspek tersebut diperlukan agar penyajian materi bercerita

menjadikan siswa mampu pada pembelajaran pertama, tanpa ada lagi

pembelajaran perbaikan atau pengayaan. Tetapi pada penelitian tindakan kelas ini

yang dilakukan terhadap pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu

Kabupaten Gorontalo, pembelajaran perbaikan tetap dilakukakan, karena hasil

yang diperoleh dari pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan

penelitian yang ditetapkan.

Untuk lebih jelasnya, perbandingan kemampuan bercerita, pada observasi

awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6. Perbandingan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model

Cooperative Script pada siswa Kelas V SDN 6 Biluhu

Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo

Kegiatan Jumlah Siswa

yang Mampu

Persentase

(%)

Jumlah Siswa

Tidak Mampu

Persentase

(%)

Observasi Awal

Siklus I

Siklus II

6

12

17

30

60

85

14

8

3

70

40

15

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4eprints.ung.ac.id/1497/9/2012-2-86206-151411429-bab4-05022013020558.pdfsiswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh

49

Berdasarkan data pada tabel 6 dapat dilihat bahwa kemampuan bercerita

pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo,

mengalami peningkatan dari 6 orang siswa atau 30% menjadi 12 orang siswa atau

60% pada siklus I, selanjutnya menjadi 17 orang siswa atau 85% pada siklus II,

dengan demikian, hipotesis tindakan kelas yaitu “Jika guru menggunakan model

pembelajaran Cooperative Script maka kemampuan bercerita pada siswa kelas V

SDN 6 Biluhu dapat meningkat” dinyatakan diterima, sehingga penelitian

tindakan kelas ini dikatan berhasil.