1497-3555-1-sp (1)

54
Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI PEDESAAN NUR KHAIRINA MUFATTIHAH

Upload: dinar

Post on 10-Jul-2016

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1497-3555-1-SP (1)

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI

PEDESAAN

NUR KHAIRINA MUFATTIHAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: 1497-3555-1-SP (1)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Studi Pustaka yang berjudul “Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Pedesaan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawab-kan pernyataan ini.

Bogor, Desember 2014

Nur Khairina MufattihahNIM. I34110037

Page 3: 1497-3555-1-SP (1)

iii

ABSTRAK

NUR KHAIRINA MUFATTIHAH. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat di Pedesaan. Dibawah bimbingan RILUS A. KINGSENG.

Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat, secara sengaja atau pun di rencanakan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena masuknya pembangunan seperti infrastruktur maupun teknologi khususnya di kawasan pedesaan. Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mempelajari perubahan sosial budaya masyarakat di pedesaan. Dari hasil studi literatur ditemukan bahwa masyarakat mengalami perubahan karena ada faktor-faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama, perubahan itu demi menyesuaikan suatu faktor dengan faktor lain yang sudah mengalami perubahan. Perubahan sosial budaya tersebut mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap dan pola tingkah laku antar kelompok maupun komunitas dalam masyarakat.

Kata kunci: Pembangunan, Masyarakat Desa, Perubahan Sosial Budaya

ABSTRACT

NUR KHAIRINA MUFATTIHAH. Socio-cultural changes of the society in rural areas. Supervised by RILUS A. KINSENG.

There is no community that stopped its development, because every community has been changed slowly or fast, or deliberately in plotting. These changes can occur because the entry development such as infrastructure and technology especially in rural areas. The methods that be used in literature study is an analysis method of secondary data that be relevant with topic of literature study. Process of literature study writting is aimed to learn more about social change culture of the society in rural areas. From the result literature study is found that the community has been changed because there are new factors that be more satisfied for communities as a replacement for long time factors, it changes to adjust a factor with other factors that have already experienced changes. Socio-cultural changes affected social system, including social values, the attitude patterns of behavior and other groups as well as the community in the community.

Keywords: Development, Rural Community, Socio-cultural changes

Page 4: 1497-3555-1-SP (1)

iv

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI PEDESAAN

OlehNur Khairina Mufattihah

I34110037

Laporan Studi PustakaSebagai syarat kelulusan KPM 403

padaMayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatFakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 5: 1497-3555-1-SP (1)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh:Nama Mahasiswa : Nur Khairina MufattihahNomor Pokok : I34110037Judul : Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Pedesaan

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MANIP. 19590506 198703 001

MengetahuiKetua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.NIP: 19670903 199212 2 001

Tanggal Pengesahan: _______________

Page 6: 1497-3555-1-SP (1)

vi

PRAKATA

Puji Syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Pedesaan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditunjukam untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan hormat dan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Rilus A. Kingseng, MA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta, Ayah Drs. Masrukhan, Msi dan Ibu Dra. Humaidah serta adik tercinta, Muhammad Alfan Farohi yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Muhammad Zamroni, teman-teman SKPM 48, dan teman-teman asrama yang telah memberikan dukungan semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Studi Pustaka.

Semoga Laporan Studi Pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Bogor, Desember 2014

Penulis

Page 7: 1497-3555-1-SP (1)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................viii

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

Latar Belakang....................................................................................................................1

Tujuan Penulisan.................................................................................................................2

Kegunaan Penulisan............................................................................................................2

Metode Penulisan................................................................................................................2

RINGKASAN PUSTAKA......................................................................................................3

Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya).....................................................................3

Perubahan Sosial dan Budaya Mayarakat Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau Kabupateng Soppeng...........................................................................................................4

Perubahan Sosial Kultural Mayarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik).........6

Perubahan Kerja Adat Pada Upacara Perkawinan Adat Karo (Suatu Studi Pada Masyarakat Karo Baluren, Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Diri).....................................................................................................................................7

Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya Sebagai Dampak Megaurban Di Daerah Pinggiran Kota Semarang....................................................................................................................9

Fungsi Tradisi Srakalan Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Pada Tahun 1980 dan Tahun 2013 Di Desa Piyono Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Kajian Perubahan Budaya)............................................................................................................10

Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri.......................11

Bentuk dan Fungsi Tradisi Merdi Desa Terhadap Kehidupan sosial Masyarakat pada Tahun 1985 dan 2012 di Desa Karangsambung Kabupaten Kebumen (Kajian Perubahan Budaya).............................................................................................................................12

Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus Sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor................................................................................13

Makna Adat Nyambai dan Perubahannya.........................................................................15

Page 8: 1497-3555-1-SP (1)

viii

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN..............................................................................17

Perubahan Sosial di masyarakat Desa...............................................................................17

Perubahan Kekeluargaan dan Adat Istiadat di Masyarakat Desa......................................18

Proses Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Desa...............................................19

Faktor-faktor Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Desa....................................20

KESIMPULAN.....................................................................................................................21

Hasil Rangkuman dan Pembahasan..................................................................................21

Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi....................................................22

Usulan Kerangka Analisis Baru........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................................26

Page 9: 1497-3555-1-SP (1)

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Perubahan Aspek Kultural pada Masyarakat Desa Babakan ...........................................15

2. Usulan Kerangka Analisis Baru ...............................................................................................23

Page 10: 1497-3555-1-SP (1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau dan memiliki budaya yang beragam. Dari satu daerah dengan daerah yang lain memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Dengan adanya perkembangan dan perubahan sosial yang terjadi secara berbeda-beda terbentuklah apa yang dinamakan desa dan kota. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hampir sebagian besar wilayah Indonesia merupakan desa. Desa itu sendiri dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Masyarakat desa identik dengan sebutan masyarakat tradisional yang masih memegang nilai-nilai kebudayaan dan adat-adat leluhur. Karena terbatasnya pengetahuan, pendidikan serta fasilitas menjadikan kondisi desa terus terpuruk. Namun kekayaan sumberdaya alam yang melimpah di wilayah pedesaan dan lahan pertanian yang luas, membuat wilayah pedesaan menjadi sasaran utama masuknya teknologi dan pembangunan dalam berbagai bidang (Kompas, 2014).

Desa itu sendiri tidak terlepas dari pembangunan yang merupakan suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Dalam hal ini pembangunan serta masuknya teknologi ke Desa juga menimbulkan perubahan sosial (Beratha, 1982) dalam Indah Puspita Sari. Perubahan yang terjadi pada masyarakat desa tidak hanya dapat dilihat dari teknologi modern yang digunakan. Namun dapat dilihat dari kehidupan sehari-harinya. Karakteristik masyarakat desa yang mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam (Soekanto, 1994), serta berpegangan pada adat istiadat, memiliki prinsip kekeluargaan dan gotong royong saat ini kian memudar. Seperti menipisnya rasa kekeluargaan, meningkatnya sikap individualis, meningkatnya tingkat persaingan , meningkatnya pola hidup konsumtif , berkurangnya sikap gotong royong dan mulai memudarnya kepercayaan-kepercayaan yang selama ini sudah dianut.

Penerimaan terhadap teknologi bagi masyarakat terutama masyarakat desa baik itu yag dipaksakan maupun inisiatif sendiri dari masyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial (social behavior) dalam skala atau derajat yang besar. Lebih dari itu, introduksi teknologi yang tidak tepat membawa implikasi terhadap perubahan sosial kultural masyarakt menurut Munandar (1996) dalam Rauf Hatu.

Seperti pada studi kasus di Desa Kuta yang diteliti oleh I Gde Pitana, provinsi bali dimana nilai-nilai budaya seperti upacara melasti dan upacara pawiwahan (pernikahan) adat bali yang mulai tergerus, dikarenakan masyarakat Kuta cenderung memilih hotel berbintang dalam melaksanakan prosesi pernikahan. Hilangnya tradisi pernikahan di balai desa dan rumah pribadi, dikarenakan ruang-ruang budaya masyarakat telah berubah menjadi hotel yang semakin banyak di Kuta. Diikuti dengan pengaruh style berpakaian

Page 11: 1497-3555-1-SP (1)

2

dan lifestyle masyarakat Kuta yang kini cenderung mengikuti trend kebarat-baratan. Berdasarkan studi kasus tersebut penting untuk diteliti mengenai perubahan sosial dan budaya masyarakat di pedesaan.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan studi pustaka ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana perubahan hubangan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat pedesaan

2. Mengetahui faktok-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat pedesaan

3. Mengetahui proses perubahan sosial dan budaya di masyarakat pedesaan

Kegunaan Penulisan

Penulisan studi pustaka ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perubahan sosial budaya di masyarakat pedesaan yang beberapa tahun ke belakang mengalami perubahan baik dalam sistem nilai, norma maupun kebiasaan seperti gotong royong yang kian memudar dan mendekati kehidupan masyarakat perkotaan yang individualis. Selain itu studi pustaka ini sebagai landasan awal bagi penulis untuk melakukan penelitian selanjutnya untuk keperluan skripsi.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa data sekunder yang relavan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini melalui penelusuran yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti jurnal ilmiah, skripsi, buku teks serta berbagai laporan dan hasil penelitian ilmiah lainnya yang berkaitan dengan perubahan sosial dan budaya di masyarakat pedesaan. Bahan pustaka yang sudah terkumpul selanjutnya dipahami, disusun, dan dianalisis hingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, maka disusunlah kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang akan dilakukan.

Page 12: 1497-3555-1-SP (1)

RINGKASAN PUSTAKA

1. Judul : Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya)

Tahun : 2007Jenis Pustaka : SkripsiBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Indah Puspita SariNama Jurnal : -Volume (edisi) : hal : -Alamat URL/ doi : -Tanggal diunduh : 03 September 2014, pukul 20.41 WIB

Parawisata dianggap sebagai salah satu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang memiliki objek wisata. Kehadiran objek wisata ini, di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan akan membawa perubahan-perubahan yang cukup berarti. Perubahannya dapat dilihat pada bidang ekonomi, pendidikan serta perilaku sosial. Selain itu pola matapencaharian pendudukpun juga ikut mengalami perubahan yang cukup signifikan, dimana awalnya menjadi petani berubah menjadi karyawan ataupun pedangang di sekitar objek wisata tersebut.

Salah satu objek wisata di Desa Jatiarjo yaitu objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen merupakan suatu kawasan objek wisata dengan konsep kebun binatang modern. Kehadiran kebun binatang modern ini membawa perubahan pada masyarakat Desa tersebut yang cenderung menguntungkan masyarakat yang memang memiliki status sosial lebih tinggi namun adanya perubahan-perubahan mata pencaharian dapat mengangkat masyarakat dari status sosial yang rendah.

Penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Jatiarjo dengan melihat kondisi sebelum maupun sesudah hadirnya objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen serta melihat aspek-apek aja saja yang memperngaruhi perubahan sosial masyarakat. Jenis penelitian ini bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Kata-kata dan tidakan orang yang diwawancarai atau diamati merupakan sumber data utama yang dicatat melalui catatan tertulis ataupun melalui perekaman video/audio tapes. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, dan Expert Opinion.

Berdasarkan penelitian, Desa Jatiarjo merupakan salah satu kawasan yang dapat dikatakan tertinggal. Sebelum datangnya Taman Safari II Prigen Desa ini memiliki sumber daya manusia yang rendah sehingga pendidikan formal tidak begitu menarik bagi masyarakat. Karena mereka mengganggap sekolah tidak bisa menghasilkan uang sehingga peminat ke sekolahpun sangat minim. Dengan adanya pembangunan Taman Safari II Prigen ini memiliki dampak tersendiri bagi lingkungan dan masyarakat Desa Jatiarjo. Diantaranya adalah menyempitnya lahan pertanian. Sehingga masyarakat yang

Page 13: 1497-3555-1-SP (1)

4

semula bekerja sebagai petani sudah kehilangan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain dengan bekerja di area Taman Safari Indonesia II Prigen sebagai karyawan atau berdagang.

Dalam perkembangannya, hadirnya objek wisata ini mempengaruhi kondisi masyarakat Desa Jatiarjo yang sebelum datang objek wisata ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani serta mempengaruhi pola pikir masyarakat Desa Jatiarjo yang semakin luas dan berkembang baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan sosial. Perubahan itu juga terjadi dalam bidang pembangunan. Seperti pembangunan jalan, masjid, balai desa, sekolah, dan lain-lain.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan proses pembangunan dan penembangan suatu wilayah yang ditunjang oleh potensi wisata yang dimiliki dapat mempengaruhi system sosial masyarakat yang ada disekitarnya, termasuk nilai-nilai sosial dan pola tingkah laku antar kelompok dalam masyarakat.

Penulisan tulisan ini sudah cukup baik, dimana didukung oleh teori-teori yang sesuai dengan bahasan penelitian serta adanya bukti dan data-data yang menunjukkan perubahan sebelum dan setelah adanya pembangunan berupa pembangunan objek wisata Taman Safari Indonesia II Prigen.

2. Judul : Perubahan Sosial dan Budaya Mayarakat Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau Kabupateng Soppeng

Tahun : 2012Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Muhammadiyah, Fakultas Teknis, Universitas Negeri

MakasarNama Jurnal : Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan PolitikVolume (edisi) : hal : Vol. 25, No. 1: 8-14Alamat URL/ doi : http://www.qjournal.co.id/paper-1705-perubahan-

sosial-dan-budaya-masyarakat-petani-kakao-di-kecamatan-lilirilau-kabupaten-soppeng.html

Tanggal diunduh : 03 September 2013, pukul 21.56 WIB

Masyarakat Kecamatan Lilirilau merupakan penduduk suku Bugis yang pola kehidupan mereka adalah bercocok tanam tanaman semusim seperti jagung, padi, palawija, dan tembakau. Seiiring berjalannya waktu masyarakat tersebut beralih bercocok tanam tanaman tahunan yaitu kakao. Pengelolaan tanaman kakao lebih mudah di bandingkan dengan pengelolaan tanaman tembakau. Dimana tanaman tembakau memerlukan tenaga dan fisik yang kuat, keterampilan yang khusus dan tenaga kerja yang banyak di bandingan dengan tanaman kakao yang sangat mudah pengelolaannya. Orang tua baik perempuan maupun laki-laki dan anak-anak dapat berperan dalam pengelolaan

Page 14: 1497-3555-1-SP (1)

5

tanaman kakao. Peralihan ini membawa perubahan pada komunitas petani kakao, yang berdampak pula pada pendapatan atau hasil panen. Yang dulunya hanya mampu memanen satu kali setahun, sehingga di antara musim terjadi kevakuman. Setelah menanam kakao mampu memamem tiga kali dalam setahun, yang mengakibatkan petani menjadi lebih aktif dalam usaha pertaniannya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi kasus dengan penjelajahan informasi mendalam. Penelitian ini mendeskripsikan secara komprehensif tentang perkembangan tanaman kakao dan interaksi sosial di Kecamatan Lilirilau, Soppeng. Pemilihan informan secara purposive yang terdiri dari masing-masing kelompok petani luas, kelompok petani sedang, dan kelompok petani sempit. teknik pengumpulan datanya adalah denga observasi partisipan, mengamati dan mendengar, catatan lapang, wawancara mendalam, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan tanaman kakao mempengaruhi proses perkembangan ekonomi komunitas petani kakao di Kecamatan Lilirilau, Soppeng dimana kejahteraan komunitas petani kakao semakin meningkat. Di samping itu, komunitas ini juga mengalami perkembangan kemampuan berusaha tani secara komersial. Hal ini didasari dengan kemampuan komunikasi petani untuk memeperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha taninya. Selain itu proses bercocok tanam komunitas petani berubah secara nyata. Dulu, untuk mengarahkan tenaga kerja tambahan menggunakan sistem saling bantu membantu atau biasa di sebut gotong royong. Sekarang, cara tersebut sudah tidak efektif lagi dan cenderung dirasakan merugikan mereka dilihat dari pemanfaatan waktu kerja. Dalam hal ini terjadi pergeseran proses bercocok tanam.

Dalam proses berinteraksi di masyarakat tidak ada lagi perbedaan yang mencolok dari segi keturunan. Status suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab mendeteksi kelangsungan hidup dalam keluarga, dan istri mengurus rumah tangga, memelihara anak dan melayani urusan rumah tangga, kini mengalami perubahan. Istri mengurus urusan domestik juga mencari nafkah. Status suami dengan status istri setara dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tidak hanya itu, peranan keluarga di dalam pendidikan informal anak makin lama makin kecil. Dapat dilihat di dalam bidang-bidang pendidikan moral dan pengetahuan sosial. Pengikisan dari peranan keluarga ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang semakin maju dan kehidupan yang semakin kompleks.

Dapat disimpulkan perkembangan tanaman kakao membawa berbagai perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi komunitas petani di Kecamatan Lilirilau, Soppeng. Interaksi dalam komunitas menimbulkan beberapa hubungan sosial antara buruh tani, pedagang lokal, dan pemerintah dalam hal ketertiban dan kontribusi alat bahan pertanian, peningkatan pendapatan daerah, dan peralihan tanaman kakao, dalam system pertanian bentuk ekologis dapat meningkatkan nilai keseimbangan system lingkungan pertanian dataran tinggi.

Analisis

Page 15: 1497-3555-1-SP (1)

6

Pada tulisan ini, penulis menerangkan proses perubahan sosial dan budaya masyarakat petani kakao di kecamatan Lilirilau kabupaten Soppeng. Penelitian ini menambahkan pengetahuan baru yaitu disamping adanya pembangunan, masuknya tanaman baru yang di bawa oleh emigran dari Malaysia dapat mempengaruhi pola sosial dan budaya masyarakat di kecamatan Lilirilau. Pola kerja komunitas pun ikut mengalami perubahan dengan nyata. Dulu, petani hanya menggarap lahan pertanian dengan tanaman musim yang hasilnya satu kali setahun, sejak beralih ke kakao bisa panen sampai tiga kali dalam setahun.

Perubahan pada petani juga dirasakan dalam hal ekonomi, masyarakat desa sudah berorientasi kepada status sosial ekonomi sehingga mulai tergusurnya budaya masyarakat yang sudah terjaga seperti melunturnya sifat gotong royong. Penelitian ini sudah baik yaitu sudah jelas siapa sasaran penelitian dan sudah sesuai dengan judul penelitian.

3. Judul : Perubahan Sosial Kultural Mayarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik)

Tahun : 2011Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Rauf HatuNama Jurnal : Jurnal InovasiVolume (edisi) : hal : Vol. 8, No. 4, Desember 2011Alamat URL/ doi : ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/664 Tanggal diunduh : 10 September 2014, Pukul 12.07 WIB

Menurut Liner (1983) memudarnya masyarakat tradisional disebabkan oleh adanya kemampuan membaca dan menulis, urbanisasi, kemampuan mengkonsumsi media serta kesungguhan empati, seperti pada masyarakat di Timur Tengah. Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terjadi secara terus menerus, namun perubahan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya tidak selalu sama (kompleks) karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Alvin dan dukungan dari Williams, perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat disebabkan berbagai faktor dalam mempengaruhi perubahan masyarakat, dan suatu hal perlu diperhatikan dalam perubahan masyarakat.

Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan masyarakat khususnya di wilayah pedesaan. Salah satunya adalah peniruaan teknologi dalam bidang pertanian yang merupakan orientasi utama pembangunan di Indonesia. Menurut Munandar (1996) penerimaan teknologi bagi masyarakat desa baik itu dipaksakan maupun inisiatif sendiri akan mempengaruhi perubahan perilaku dalam skala yang besar. Lebih dari itu, introduksi teknologi yang tidak tepat dapat membawa implikasi terhadap perubahan sosial kultural masyarakat. Seperti perubahan struktur, kultur, dan interaksional di pedesaan. Analisis Munandar (1998) perubahan dalam satu aspek akan merembet keaspek lain. Struktur keluarga berubah, dimana buruh wanita tani biasanya menumbuk padi sekarang tinggal dirumah dan kehilangan pekerjaan. Keadaan demikan

Page 16: 1497-3555-1-SP (1)

7

dapat menyebabkan urbanisasi yang nantinya akan berimplikasi pada perubahan karakteristik masyarakat desa. Bila sebelumnya masyarakat desa memiliki sifat solidaritas yang tinggi diantara sesamanya, karena melihat perkembangan kehidupan masyarakat yang rumit dan kompleks, sehingga akan menggeser tata nilai yang telah lama terbentuk.

Berdasarkan penelitian di Desa Buhu Kecamatan Kabupaten Gorontalo telah mengalami perubahan atau pergeseran kehidupan masyarakat, seperti perubahan budaya huyula menjadi tiayo, bila sebelumnya kegiatan tiayo dilaksanakan dengan baik dan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai materi (uang), hal yang demikian telah bergeser, dimana bila ada anggota yang sedang merenovasi rumah, maka orang yang diundang tidak sekedar membantu namun kehadiran tenaganya kini dinilai dengan materi (uang).

Perubahan sosial kultural masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perkembangan pengetahuan dan teknologi, perkembangan transportasi dan komunikasi serta perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan sosial kultural masyarakat pedesaan lebih banyak focus pada segi-segi non material, sebagai akibat penemuan baru dan modernisasi. Perubahan tatanan kehidupan masyarakat Perubahan tatanan kehidupan masyarakat.

Dalam jurnal ini tidak diberitahukan menggunakan metode apa. Selain itu pada paragraph terakhir halaman 9 menyatakan bahwa, “media komunikasi seperti radio, akan berpengaruh dalam tatanan kehidupan masyarakat, sebab dengan adanya perkembangan media ini, nilai-nilai budaya masyarakat mulai bergeser, misalnya dalam bentuk pakaian.” Dalam kalimat ini tidak dijabarkan bagaimana proses terjadinya perubahan bentuk pakaian melalui siaran radio yang kita ketahui tidak menampilkan gambar namun hanya suara.

4. Judul : Perubahan Kerja Adat Pada Upacara Perkawinan Adat Karo (Suatu Studi Pada Masyarakat Karo Baluren, Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Diri)

Tahun : 2013Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Mbina PinemNama Jurnal : Jurnal Ilmu-ilmu SosialVolume (edisi) : hal : Vol. 5, No. 1, Juni 2013Alamat URL/ doi : httpjurnal.unimed.ac.idTanggal diunduh : 10 Oktober 2014, Pukul 10.34 WIB

Page 17: 1497-3555-1-SP (1)

8

Salah satu suku yang mendiami daerah Sumatera Utara adalah suku Karo. Suku Karo merupakan bagian dari suku Batak. Sebagai bagian dari suku Batak, suku Karo mempunyai identitas tersendiri meliputi : Merga, Bahasa, Kesenian dan Adat Istiadat. Daerah bermukim suku Karo tidak hanya di Kabupaten Karo saja tetapi tersebar hingga Provinsi Nanggro Aceh Darusalam. Dalam hal perkawinan adat Karo, disamping ada persamaan secara umun dengan budaya-budaya Karo lainnya terdapat juga perbedaan. Perbedaan tersebut bukan terletak pada urutan upacara perkawinan, tetapi terletak pada acara atau kegiatan di beberapa tahapan upacara perkawinan. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terdapat beberapa perubahan dalam adat perkawinan Karo Baluren yaitu : Pemakaian alat musik modern Keyboard, Tampilnya pengantin dan orangtua pengantin menari dan menyanyi, Tugas Anak beru yang semakin berkurang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Focus penelitian ini adalah: Nganting Manuk dan Mata Kerja perkawinan adat Karo, bagaimana peranan rakut sitelu dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam upacara perkawinan tersebut. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Palding Jaya Kecamatan Tiga Lingga, Kabupaten Dairi Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelitian, seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan maka kebudayaan yang sebelumnya dapat mengalami perubahan. Seperti acaraa nganting manuk dan mata kerja, perubahan tersebut berupa adanya penambahan acara, penggunaan unsur-unsur musik, cokong-cokong, pengalihan tugas dan pemanfaatan produk-produk industry modern. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan bersumber dari dalam seperti bertambahnya penduduk dan rasa kebutuhan akan hiburan, ekonomi dan efesien waktu. Sedangkan yang bersumber dari luar masyarakat yaitu, agama, inovasi dan teknologi.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dalam berdampak positif maupun negatif seperti dalam acara nganting manuk dan mata kerja telah menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak positif berupa adanya hiburan, terhimpunnya dana dan efisiensi waktu. Sedangkan dampak negatifnya yaitu bertambahnya beban ekonimi nasyarakat, beban sosial dan partisipasi (solidaritas) dari anak beru dalam acara adat yang semakin menurun.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan kerja adat pada upacara perkawinan adat karo berupa adanya penambahan acara, penggunaan unsur-unsur musik, cokong-cokong, pengalihan tugas dan pemanfaatan produk-produk industri modern. Perubahan tersebut bersumber dari dalam dan luar masyarakat, seperti bertambahnya penduduk hingga agama.

Kritik terhadap jurnal ini diantaranta terdapat kesalahan dalam pengetikan. Selain itu kurang dimasukannya teori-teori tentang perubahan kultural yang kurang mempertegas mengenai perubahan tersebut. Selain itu masih kurangnya membahas perubahan kerja adat pada acara upacara perkawinan terhadap kehidupan masyarakat sehingga hanya terlihat pada permukaan masyarakat saja tapi tidak dapt dilihat perubahan pada budaya yang ada.

Page 18: 1497-3555-1-SP (1)

9

5. Judul : Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya Sebagai Dampak Megaurban Di Daerah Pinggiran Kota Semarang

Tahun : 2010Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Teguh PrihantoNama Jurnal : Jurnal Teknik Sipil dan PerencanaanVolume (edisi) : hal : Vol. 1, No. 12, Januari 2010Alamat URL/ doi : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/article/vie

w/1346Tanggal diunduh : 09 Oktober 2014, Pukul 21.49 WIB

Kegagalan kebijakan industrialisasi modern dan kegagalan pembangunan pertanian di satu sisi membawa berbagai permasalahan seperti kerusakan berbagai infrastruktur kota, ketiadaan ruang public dan berbagai masalah sosial lainnya. Akibatnya kota-kota di Negara-negara berkembang seperti Indonesia mengalami kecenderungan untuk kehilangan identitas kulturnya karena pengaruh kapitalisme global yang terus menekan karakteristik lokal yang unik. Permasalahan ini harus dicarikan jalan keluarnya secara komprehensif, termasuk memperhatikan pembangunan kawasan pedesaan dan kawasan-kawasan pinggiran yang berbatasan dengan kota-kota besar.

Penelitian ini dilakukan di daerah pinggiran Kota Semarang. Dimana penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan makana fenomena megaurban dengan berbagai sebab dan akibatnya. Hasil penelitian di analisis secara kualitatif dengan jalan turun ke lapangan dan menggelompokkan data menurut unsur kajian yang telah di tetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian budaya perdesaan yang kental dengan perilaku guyup (pantembayan), berjiwa sosial tinggi dan semangat kebersamaan tinggi, akibat perluasan kota dan dampak langsung dari proses megaurban tata hidup masyarakat yang masih memegang budaya perdesaan pun turut berubah seiring dengan pengaruh budaya perkotaan yang lebih individualis, perhitungan profit dan berkiblat kepada budaya barat. Pengaruh perkotaan ini juga menjadi penyebab pergeseran mata pencaharian dari agraris ke non agraris.

Masuknya pendatang dengan bebagai latar sosial dan budaya memberikan nuansa baru bagi kehidupan sosial dan budaya penduduk sehari-hari. Dalam hal ini terjadi proses akulturasi budaya, yaitu penyelarasan budaya dan sosial antara pendatang dan penduduk asli. Proses akulturasi ini mempengaruhi kebiasaan dari beragam aktivitas sehari-hari khususnya dari pendatang yang mungkin berbeda dengan penduduk asli. Selain kebiasaan, faktor aktivitas juga memberikan pengaruh kehidupan bersosial. Dimana aktivitas non pertanian semakin meningkat sebagai ciri perkotaan.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan spasial dan sosial-budaya akibat megaurban di daerah pinggiran kota Semarang. Masuknya pendatang dengan latar sosial

Page 19: 1497-3555-1-SP (1)

10

dan budaya yang berbeda menyebabkan proses akulturasi budaya, yaitu penyelarasan budaya dan sosial yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat.

Kritikan untuk jurnal ini kurangnya data mengenai perubahan spasial sehingga membingungkan pembaca yang belum mengerti mengenai konsep tersebut. Selain itu penelitian ini kurang didukung oleh data-data empiris yang ada khususnya dalam aspek sosial budaya.

6. Judul : Fungsi Tradisi Srakalan Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Pada Tahun 1980 dan Tahun 2013 Di Desa Piyono Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Kajian Perubahan Budaya)

Tahun : 2014Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Ratna LestariNama Jurnal : Jurnal Program Studi Pendidikan dan Satra JawaVolume (edisi) : hal : Vol. 04, No. 01, Mei 2014Alamat URL/ doi : ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/view/1174Tanggal diunduh : 09 Oktober 2014, Pukul 21.49 WIB

Tradisi merupakan gugusan nilai-nilai budaya yang mapan dalam kurun waktu bergenerasi. Tradisi srakalan adalah upacara selamatan pasca melahirkan yang dilaksanakan setelah hari ketujuh. Hal tersebut ditunjukan agar sang Bayi kelak menjadi anak yang sholeh dan solehah. Ritual tradisi srakalan ini unik dan menarik, karena ada campuran tradisi islam dan jawa.

Penelitian ini akan mengangkat objek penelitian yaitu perubahan fungsi tradisi srakalan terhadap kehidupan sosial masyarakat pada tahun 1980 dan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dan teknik catat terhadap para informan yang telah mengetahui tradisi srakalan di desa Piyono. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti, membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2010:330).

Berdasarkan hasil penelitian, budaya srakalan di desa Piyono sebagaimana fungsi budaya yang lainnya tentunya membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Yaitu membantu dalam pembentukan karakter masyarakat yang berada di desa Piyono. Selain itu secara global dari periode tahun 1980 sampai dengan 2013, budaya srakalan juga menunjukan membawa fungsi perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam beragama dan menciptakan kebaikan bagi diri sendiri dan juga masyarakat, yang salah satunya kebaikan tersebut diwujudkan dengan memanjatkan kalimat toyibah melalui budaya srakalan. Pada tahun 1980 budaya srakalan merupakan budaya baru sebagai media dakwah kyai dan sebagai wahana pengembangan talenta dalam bidang seni. Namun pada tahun 2013, budaya srakalan di anggap sebagai salah satu bentuk ibadah maghdhoh, yaitu wujud doa orang tua terhadap

Page 20: 1497-3555-1-SP (1)

11

anaknya, bentuk aktualisasi doa orang tua, keluarga dan masyarakat, dan sebagai bentuk pendidikan orang tua kepada anak pada usia awal kelahiran sang anak.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perbedaan fungsi tradisi skarlan terhadap kehidupan sosial masyarakat pada tahun 1980 dan tahun 2013 di desa Piyono kecamatan Ngombol kabupaten Purworejo yaitu perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam beragama dan menciptakan kebaikan pada diri sendiri dan juga masyarakat. Pada jurnal ini kurang data mengenai penyebab perubahan yang terjadi pada antara tradisi skarlan pada tahun 1980 dan tahun 2013.

7. Judul : Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri

Tahun : 2012Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Kuat Ismanto, H. Misbahul Huda, Chusna Maulida,

STAIN PekalonganNama Jurnal : Jurnal PenelitianVolume (edisi) : hal : Vol. 9, No. 1, Mei 2012 : 35-48Alamat URL/ doi : e-journal.stain pekalongan.ac.id/index.php/pen

elitian/Article/view/129/103Tanggal diunduh : 12 September 2014, Pukul 13.11 WIB

Tergusurnya lahan petani “proses proletarisasi” dalam kehidupan desa bukanlah fenomena yang baru di Indonesia. Perkembangan kota Semarang yang ditunjukan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut juga kebutuhan lahan yang semakin besar. Keterbatasan lahan di kota Semarang menyebabkan kota ini mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota, seperti kecamatan Mraggen Kabupaten Demak. Sebagian besar masyarakat Mraggen awalnya sangat bergantung hidupnya pada lahan pertanian telah bergeser pada sektor usaha perdagangan, jasa, dan industry yang mencapai rata-rata hingga 8º per-tahunnya (BPS,2004).

Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Dengan menggunakan studi lapang, dimana deskripsi kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk memproses data untuk menggambarkan proses industrialisasi yang berimplikasi pada tatanan sosial, dan kehidupan agama yang mereka jalani sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi.

Berdasarkan hasil penelitian, industrialisasi di Mraggen mendapatkan respon beragam dari masyarakat karena pada kenyataannya memang sebagian masyarakat membentuk suatu kegiatan atau usaha yang mendukung aktivitas dari industry tersebut. Namun banyak dari masyarakat Mraggen menjadi pekerja di industry, seseorang atau kelompok masyarakat yang mulai beralih dari ciri-ciri masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan beragam aktivitas yang ada.

Page 21: 1497-3555-1-SP (1)

12

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Mranggen disebabkan oleh pembangunan kawasan industri serta perumahan pada wilayah tersebut. Dengan adanya rangsangan dari lingkungan maka masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada untuk meraih kesempatan ekonomi. Bentuk-bentuk perubahan sosial yang menyertai proses industrialisasi mempengaruhi secara negatif pada kehidupan keagamaan. Semakin dominan peranan ilmu pengetahuan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat industri.

Faktor yang menyebabkan adanya pergeseran di Mraggen adalah ketidakmampuan generasi muda sebagai generasi penerus dalam menjaga nilai-nilai leluhur. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari budaya metropolitan yang secara langsung atau tidak, telah mengontaminasi masyarakat terutama para pemuda yang merupakan golongsn yang mudah menerima pengaruh dari budaya luar.

Analisis

Penelitian ini sudah menjelaskan dengan baik bagaimana transformasi masyarakat petani mraggen menuju masyarakat industri. Akan tetapi kurang adanya data yang menjelaskan perubahan yang terjadi, kebanyakan penulis hanya mendapatkan dari data sekunder dan mengulas teori-teori yang sudah ada.

8. Judul : Bentuk dan Fungsi Tradisi Merdi Desa Terhadap Kehidupan sosial Masyarakat pada Tahun 1985 dan 2012 di Desa Karangsambung Kabupaten Kebumen (Kajian Perubahan Budaya)

Tahun : 2014Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Suci WulandariNama Jurnal : Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

JawaVolume (edisi) : hal : Vol. 04, No. 02, Mei 2014Alamat URL/ doi : ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article

/view/1187Tanggal diunduh : 09 Oktober 2014, Pukul 09.36 WIB

Tradisi Merdi Desa merupakan tradisi warisan leluhur yang dilaksanakan oleh Desa Karangsambung sampai sekarang. Tradisi ini muncul karena masih percayanya masyarakat Kebumen khususnya Karangsambung dengan arwah-arwah nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal yang dipandang sebagai roh yang menjaga dan mengawasi seluruh masyarakat desa. Merdi Desa mengandung pengertian memelihara desa, menjaga dan melestarikan dengan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan agar pertanian warga terhindar dari hama dan mempererat persatuan warga masyarakat karangsambung.

Page 22: 1497-3555-1-SP (1)

13

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Karangsambung, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang sumber data diperoleh dengan wawancara mendalam. Peneliti ini menggunakan teknik triangulasi sumber berarti, membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Pelaksanaan tradisi merdi desa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pra pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Pra pelaksanaannya yaitu pembentukan struktur organisasi panitian merdi desa dan penarikan dana masyarakat. Pelaksanaan merdi desa dilaksanakan bulan Sura, Kamis Wage sampai Jumat Kliwon. Pasca pelaksanaan merdi desa dengan pementasan wayang kulit dengan lakon Antasena Gugat semalam suntuk.

Dari hasil penelitian, perubahan bentuk tadisi merdi desa yang terjadi pada tahun 1985 dan 2012 yaitu sudah adanya pembentukan system organisasi, adanya pelaksanaan tahlilan dan kendhuri di perempatan desa dengan perwakilan beberapa orang saja. Perubahan penggunaan sesaji yaitu penggunaan lima sesaji pokok dalam prosesi tadisi merdi desa dan sesaji yang dilekatkkan di sudut-sudut desa sudah tidak dilaksanakan lagi. Fungsi tadisi merdi desa terhadap kehidupan sosial masyarakat masih sama dan tidak mengalami perubahan, yaitu sebagai wujud rasa syukur masyarakat Karangsambung terhadap Allah Swt. Atas hasil bumi yang diperoleh dan sebagai sarana pemersatu antar warga masyarakat Karangsambung. Tradisi ini tetap lestari dan berkembang di desa Karangsambung, karena adanya keterkaitan fungsi dan makna dalam suatu system sosial budaya, yaitu wayang kulit.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan bentuk tradisi merdi desa yang terjadi pada tahun 1985 dan 2013 yaitu sudah adanya pembentukan system organisasi, adanya pelaksanaan tahlilan dan kendhuri. Perubahan tersebut dikarenakan banyaknya tokoh islam yang menjadi panitia. Namun kurang dijabarkan dengan data-data yang dapat memperkuat pernyataan tersebut dan faktor apa saja yang menimbulkan adanya perubahan itu. Selain itu secara fungsi dan kandungannyanya tradisi ini tidak mengalami perubahan yaitu sebagaiwujud rasa syukur masyarakat terhadap Allah Awt serta memelihara desa, menjaga dan melestarikan dengan sebaik mungkin. Dalam pernyataan tersebut dirasa kurang diterangkan secara terperinci siapa sasaran informan untuk penggalian data.

Page 23: 1497-3555-1-SP (1)

14

9. Judul : Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus Sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor

Tahun : 2014Jenis Pustaka : SkripsiBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : : Sri Wulan RahmawatiNama Jurnal : -Volume (edisi) : hal : -Alamat URL/ doi : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/6

8904/I14swr.Pdf?sequence=1Tanggal diunduh : 12 Oktober 2014, Pukul 23.47 WIB

Perkembangan yang terjadi dalam masyatakat saat ini merupakan bentuk dari perubahan sosial. Perkembangan dan perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor-faktor yang menjadi penyebab baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan infrastruktur pendidikan seperti perguruan tinggi merupakan salah satu akibat dari perkembangan yang dapat menggerakan aktivitas dan dinamika kependudukan yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan dan aktivitas di kawasan di sekitarnya hingga mendorong munculnya kegiatan baru yang terpola di masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur pendidikan dan fasilitas publik lain di suatu daerah tentu akan membawa perubahan baik secara sosial, ekonomi, dan budaya bagi masyarakat di wilayah sekitarnya.

Penelitian ini mengambil lokasi di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi yang terpandang di Indonesia yang setiap tahunnya menerima kurang lebih 3.700 mahasiswa baru yang berasal dari penjuru Indonesia. Kehadiran IPB membawa masuk budaya teknologi serta pendatang yang menuntut Desa di sekitarnya untuk berbenah diri dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan wilayah lingkar kampus. Selain itu adanya kampus IPB membawa perubahan baik pada aspek strultural dan aspek kultural. Perubahan tersebut terjadi agar masyarakat di sekitar kampus dapat bertahan dan beradaptasi terhadap gempuran perubahan yang terjadi.

Perubahan pada aspek struktural masyarakat meliputi 1) Perubahan dinamika pemerintahan, masyarakat semakin memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin dan peningkatan kesadaran demokrasi bahwa setiap warga desa memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjadi pemimpin. 2) Perubahan ragam mata pencaharian, adanya peralihan dari masyarakat yang bercorak agraris menjadi masyarakat perdagangan. 3) Perubahan stratifikasi sosial, perubahan ditandai dengan bertambahnya lapisan menengah dalam masyarakat desa dan bertambahnya lapisan atas yang dominan diisi oleh pengusaha dan pedagang. 4) Perubahan pola kependudukan, semakin majemuknya komunitas di Desa Babakan membuat penduduk di desa ini dapat dibagi-bagi menjadi penduduk asli, pendatang dan penduduk yang berstatus sebagai komuter dan sirkuler. 5) Perubahan interaksi sosial masyarakat yang sudah semakin

Page 24: 1497-3555-1-SP (1)

15

memudar yang ditandai dengan kurangnya keguyuban baik antar masyarakat lokal maupun antara masyarakat lokal dengan pendatang yang berstatus mahasiswa. 6) Terbentuknya kelompok-kelompok sosial baru yang ada dalam masyarakat.

Perubahan pada aspek kultural yang terjadi sekitar kampus IPB meliputi perubahan pada sistem budaya, nilai dan norma serta gaya hidup masyarakat desa. dimana masyarakat yang tradisional kea rah masyarakat semi urban yang bercirikan perdagangan barang dan jasa. Pergeseran nilai ini ditandai dengan pudarnya nilai-nilai tradisional dan digantikan dengan nilai keagamaan. Selain itu masyarakat lebih mencerminkan sifat yang semakin konsumtif dan materialistis

Gambar 1 Perubahan aspek kultural pada masyarakat Desa Babakan

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan sosial budaya masyarakat desa lingkar kampus sebagai dampak keberadaan institut pertanian Bogor. Kehadiran IPB yang membawa masuk budaya, teknologi serta pendatang yang menuntut Desa Babakan untuk berbenah diri dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan wilayah lingkar kampus. Selain itu terjadinya perubahan pada aspek struktural dan kultural, pada aspek kultural diantaranya perubahan pada sistim budaya, nilai dan norma dan gaya hidup masyarakat desa. pergeseran nilai dan norma yang berlaku di masyarakat ditandai dengan pudarnya nilai-nilai tradisional dan digantikan dengan nilai keagamaan.

Page 25: 1497-3555-1-SP (1)

16

10. Judul : Makna Adat Nyambai dan PerubahannyaTahun : 2012Jenis Pustaka : Jurnal SosiologiBentuk Pustaka : ElektronikNama Penulis : Andika, Bartoven Vivit NurdinNama Jurnal : Jurnal SosiologiVolume (edisi) : hal : 14 : 1Alamat URL/ doi : http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.

php/sosiologi/Article/view/155/165Tanggal diunduh : 12 Oktober 2014, Pukul 23.47 WIB

Adat nyambai merupakan prosesi ritual nayuh atau acara pernikahan. Adat ini hanya dilaksanakan oleh masyarakat adat Saibatin di Lampung Barat yang memiliki tata cara yang baku (ditentukan oleh Sutan atau ketua Adat Saibatin setempat). Kegiatan penayuhan atau ritual pernikahan merupakan upacara adat yang memiliki makna sakral, yang dialami seorang insan atau individu sebagai seorang makhluk yang menghambakan Allah Swt sebagai Tuhan. Bentuk kegiatan upacara pernikahan ini merupakan salah satu ketaatan. Upacara atau ritual nayuh ini merupakan bentuk aksi yang timbul dari reaksi atas ketaatan seorang individu yang akan melaksanakan pernikahan. Dimana apabila seseorang akan menikah harus melewati tahapan – tahapan atau proses kegiatan tertentu yang harus dijalani baik secara agama (yang hubungannya dengan makna sakral) dan adat istiadat (profan atau bersifat duniawi dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama). Van Gennep (1960), dalam bukunya Rites Of Passage menjelaskan bahwa sejatinya masyarakat tidak dapat melewati satu posisi ke posisi lain tanpa melalui yang namanya tahap peralihan (passage).

Disadari atau tidak, perubahan masyarakat marga Liwa Lampung Barat terjadi, hal ini ditandai dengan penemuan – penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan baik yang mempunyai pengaruh luas dan terbatas terhadap perubahan yang terjadi itu sendiri, “Ada pula perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan – perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat” (Soekanto, 2005:301). Perubahan ini menuntut manusia untuk berinovasi. Inovasi inilah yang kemudian menjadi suatu penuntun daya kreatifitas masyarakat untuk melakukan percobaan – percobaan yang kemudian menjadi suatu penemuan baru. Inovasi pada pakaian kain sarung yang digunakan oleh muli meghanai dan alat pendukung dalam prosesi adat nyambai pada ritual nayuh masyarakat adat Saibatin Lampung Barat memiliki pengakuan di masyarakat.

Pelaksanaan ritual nyambai yang terdiri dari beberapa permaianan dari sepuluh tahun yang lalu apabila dilakukan pengamatan secara seksama akan menunjukkan suatu perbandingan antara susunan kehidupan masa lampau dan masa kini. Disadari atau tidak, perubahan masyarakat marga Liwa Lampung Barat terjadi, hal ini ditandai dengan penemuan – penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan baik yang mempunyai pengaruh luas dan terbatas terhadap perubahan yang terjadi itu sendiri, “Ada pula perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan –

Page 26: 1497-3555-1-SP (1)

17

perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat” (Soekanto, 2005:301).

Perubahan bentuk alat – alat yang mengikuti perkembangan zaman dan keterbatasan ketersedian alam menuntut manusia untuk berinovasi. Inovasi inilah yang kemudian menjadi suatu penuntun daya kreatifitas masyarakat untuk melakukan percobaan – percobaan yang kemudian menjadi suatu penemuan baru.

Analisis

Pada tulisan ini, penulis menerangkan perubahan pada adat nyimbai yang disebabkan oleh adanya inovasi atau penemuan-penemuan baru pada suatu masyarakat sehingga terjadi perubahan pada kain yang dikenakan oleh muli atau gadis Liwa dan penggunaan alat untuk menentukan giliran nengah dan perubahan pada penyebutan Kepala Bujang.

Pada jurnal ini kurang didukung oleh data yang sesuai dengan judul tulisan sehingga kurang terlihat perubahan yang berarti dan dampak dari perubahan tersebut pada adat nyimbai dan masyarakat yang menganutnya.

Page 27: 1497-3555-1-SP (1)

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN

Perubahan Sosial di masyarakat Desa

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan tak terkecuali perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Himes dan Moore (1968) mengkatagorikan perubahan sosial dalam tiga bentuk, atau dimensi meliputi; (a) dimensi struktural, (b) dimensi kultural, dan (c) dimensi interaksional. Ketiga dimensi tersebut diberi penjelasan pada masing-masing dimensi; pertama, dimensi struktural; dimensi perubahan struktural mengacu kepada perubahan-perubahan dalm bentuk struktural masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembaga sosial. Kedua, dimensi kultural; perubahan dalam dimensi kultural mengacu kepada perubahan kebudayaan dalam masyarakat misalnya adanya penemuan (discovery) dalam berfikir (ilmu pengetahuan), pembaharuan hasil (invention) teknologi, kontak dengan budaya lain yang menyebabkan terjadinya difusi dan peminjaman kebudayaan. Ketiga, dimensi interaksional; perubahan sosial mengacu kepada adanya hubungan sosial dalam masyarakat yang diindentifikasi dalam beberapa dimensi. Modifikasi dan perubahan dalam struktur dari pada komponen-komponen masyarakat bersamaan dengan pergeseran dari kebudayaan yang membawa perubahan dalam relasi sosial.

Perubahan sosial merupakan salah satu dari konsep pembangunan. Masalah pembangunan bukan hanya persoalan tentang ekonomi tetapi juga menyangkut aspek perubahan sosial. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Beratha (1982) dalam Puspita Sari pembangunan adalah suatu usaha perubahan menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu. Perubahan yang direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam, manusia, dan sosial budaya. Sehingga Pembangunan di suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat khususnya di pedesaan, sehingga pembangunan memungkinkan untuk terjadinya perubahan sosial. Seperti pada kasus pembangunan taman safari Indonesia II di Desa Jatiarjo telah membuat perubahan pada masyarakat di sekitarnya dimana perubahan tersebut dapat dilihat dari berubahnya mata pencaharian masyarakat yang semula petani menjadi pedagang atau pekerja di taman safari tersebut.

Masuknya pembangunan tentu diikuti oleh masuknya teknologi yang dapat menjadi faktor terjadinya perubahan sosial yang dapat menimbulkan perubahan kebiasaan-kebiasaan. Pernyataan tersebut di dukung oleh Ogbum (1932) dalam Rauf Hatu (2011) perubahan sosial meliputi perubahan teknologi yang mengakibatkan perubahan lingkungan material dan mengaturnya. Hal tersebut menimbulkan perubahan atau modifikasi kebiasaan-kebiasaan dan lembaga sosial. Seperti pada kasus masyarakat Karo Baluren, masuknya teknologi yang ditandai oleh penggunaan alat musik modern seperti keyboard untuk upacara perkawinan adat karo telah merubah suasana pesta perkawinan sintengah dan menyebabkan berkurangnya tugas anak beru.

Page 28: 1497-3555-1-SP (1)

19

Ketika teknologi berupa traktor atau mesin penggiling padi sekitar tahun 60-an masuk ke desa, banyak buruh tani di pedesaan menjadi pengangguran. Keadaan ini menimbulkan perubahan struktur, kultur, dan interaksional di pedesaan. Analisis menurut munandar (1998) dalam Rauf Hatu (2011) perubahan dalam satu aspek akan merembet keaspek lain. Seperti struktur keluarga berubah, dimana biasanya buruh tani wanita menumbuk padi, sekarang tidak lagi menumbuk padi dan hanya tinggal di rumah. Masuknya teknologi dalam pertanian seperti traktor menyebabkan buruh tani kehilangan pekerjaan dan kejadian demikian menyebabkan terjadinya urbanisasi. Muhammadiyah (2012) juga melihat bahwa perubahan juga mencakup dalam aspek memudarnya tradisi, hilangnya nilai budaya seperti memudarnya sopan santun kepada seseorang yang lebih tua, dan berubahnya sistem adat istiadat masyarakat.

Perubahan Kekeluargaan dan Adat Istiadat di Masyarakat Desa

Perkembangan tanaman kakao pada masyarakat desa di Kecamatan Lilirilau Soppeng mengakibatkan perubahan pada kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat desa yang sudah berorientasi kepada status sosial ekonomi. Status suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam kelangsungan hidup dalam keluarga, dan istri mengurus urusan rumah mengalami perubahan. Istri mengurus urusan domestik juga mencari nafkah. Status suami dengan status istri setara dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal tersebut diperkuat dengan teori perubahan sosial dari Soemarjan dalam Soekanto (1982) perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan orientasi tersebut mengakibatkan nilai-nilai, sikap serta pola periku peran istri yang mengalami pengikisan.

Perkembangan tanaman kakao ini juga menyebabkan pergeseran peranan keluarga di dalam pendidikan informal anak yang makin lama makin kecil, teutama dalam bidang-bidang pendidikan moral dan pengetahuan sosial. Pengikisan dari peranan keluarga terjadi akibat perkembangan teknologi yang semakin maju dan kehidupan yang semakin kompleks. Sesuai dengan pendapat Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982) bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik Karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, materill, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial merujuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ektern.

Selain itu pada studi kasus Huyula yang merupakan sistem tolong menolong yang menjadi ciri khas antara anggota-anggota masyarakat Gorontalo untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama yang didasarkan pada solidaritas sosial melalui ikatan kekeluargaan, tetangga, dan kerabat. Seiring berjalannya waktu sistem tolong menolong ini telah bergeser, dimana anggota masyarakat yang membantu memenuhi kebutuhan anggota masyarakat lain kehadirannya tidak sekedar membantu, akan tetapi kehadiran tenaganya telah dinilai dengan materi (uang) karena masyarakat yang

Page 29: 1497-3555-1-SP (1)

20

melaksanakan kerja bakti lebih banyak yang tidak mengecam pendidikan dan faktor komunikasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Liner (1983) memudarnya budaya masyarakat disebabkan oleh adanya kemampuan membaca dan menulis, berurbanisasi, kemampuan mengkonsumsi media serta kesungguhan empati.

Penemuan baru berupa teknologipun dapat mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut di perkuat oleh Ogbum (1932) yang mengatakan perubahan sosial meliputi perubahan teknologi mengakibatkan perubahan lingkungan material dan mengaturnya, sehingga menimbulkan perubahan dan modifikasi kebiasaan-kebiasaan dalam lembaga sosial.

Proses Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Desa

Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupaka keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi.1 Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat menolaknya dengan maksud menerima unsur baru. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan berpengaruh olehnya dan dapat berfungsi secara wajar.

Seiring perkembangan zaman dan banyaknya tokoh islam yang menjadi panitia penyelenggara tradisi merdi desa di Desa Karangsambung yang diteliti oleh Suci Wulandari (2014) yang telah mengalami pergeseran dan perubahan bahkan dalam prosesi upacara tersebut yang terdapat praktek-praktek dalam ajaran Islam. Proses inilah yang menyebabkan adanya perubahan budaya dan nilai-nilai luhur yang telah di wariskan oleh nenek moyang.

Menurut Soekanto (1982) adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat yang dapat menunjukan adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka dinamakan ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.

Menurut Soekanto (1982) Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.

Perubahan pada lembaga kemasyarakatan akan membawa dampak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya karena lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Seperti pada kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen di Desa Jatiarjo yang membuat dampak tersendiri pada lingkungan sekitar lokasi

1 Selo Soemardjan, op.cit dalam Soekanto (1982)

Page 30: 1497-3555-1-SP (1)

21

serta seluruh rangkaian kehidupan sosial masyarakatnya. Diantranya adalah menyempitnya lahan pertanian warga karena digunakan untuk pembangunan yang membuat pertain berubah menjadi pedagang ataupun pegawai swasta. Pola piker masyarakat semakin luas dan berkembang baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan sosial. Selain perubahan pola piker, perubahan juga terjadi dalam bidang pembangunan. Seperti pembangunan jalan yang mendapat sumbangan dari Taman Safari serta anggaran dari pemerintah daerah.

Dengan singkat menurut Soekanto (1982) dapat dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat, mengalami proses pelembagaan (institutionalization).

Faktor-faktor Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat di Desa

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Pada umumnya, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat di golongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar (Soekanto, 1999) dalam Martono (2011).

Menurut Soekanto (1982) masyarakat mengalami perubahan mungkin karena ada faktor-faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama, atau mungkin saja perubahan itu demi menyesuaikan suatu faktor dengan faktor lain yang sudah mengalami perubahan. Faktor-faktor tersebut, antara lain.1. Bertambah atau Berkurangnya Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan struktur masyarakat. Seperti, orang lantas mengenal hak milik individual. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan oleh perpindahan penduduk akan mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.

2. Penemuan-penemuan BaruPenemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat

dibedakan dalam pengertian discovery atau penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Penemuan-penemuan ini dapat menjadi faktor pendorong oerubahan bagi masyarakat karena setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Disamping penemuan-penemuan baru di bidang jasmaniah, terdapat pula penemuan-penemuan baru di bidang unsur-unsur kebudayaan rohaniah misalnya ideologi baru, aliran-aliran kepercayaan baru, dan seterusnya.

3. Kontak dengan budaya lain Pertemuan antara individu dari satu masyarakat dengan individu dari

masyarakat lainnya akan memungkinkan terjadinya difusi. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Sebagai contoh, unsur-unsur kebudayaan asing yang di bawa oleh para pedagang

4. Sistem pendidikan formal yang maju

Page 31: 1497-3555-1-SP (1)

22

Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.

Page 32: 1497-3555-1-SP (1)

KESIMPULAN

Hasil Rangkuman dan Pembahasan

Perubahan sosial merupakan suatu proses yang meliputi bentuk keseluruhan dari aspek kehidupan masyarakat yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat perkotaan namun juga dirasakan oleh masyarakat pedesaan. Pada umumnya perubahan yang terjadi di Indonesia merupakan proses yang terkendali oleh pola perencanaan seperti pembangunan dan masuknya budaya lain, secara alami maupun karena rekayasa sosial. Pembangunan adalah perubahan yang direncanakan dengan penyadagunaan potensi alam, manusia, dan sosial budaya (Beratha, 1982) dalam Indah Puspita Sari.

Perubahan-perubahan yang diakibatkan karena pembangunan tersebut dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi maupun komunitas masyarakat desa, susunan-susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Sehingga Himes dan Moore (1968) mengkatagorikan perubahan sosial dalam tiga bentuk, atau dimensi meliputi; (a) dimensi struktural, (b) dimensi kultural, dan (c) dimensi interaksional. Dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan pada masyarakat dan dimensi interaksional ,mengacu pada hubungan sosial dalam masyarakat.

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Pada umumnya, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat di golongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar (Soekanto, 1999) dalam Martono (2011). Menurut Soekanto (1982) masyarakat mengalami perubahan mungkin karena ada faktor-faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama, atau mungkin saja perubahan itu demi menyesuaikan suatu faktor dengan faktor lain yang sudah mengalami perubahan. Faktor-faktor tersebut seperti bertambahnya atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, berinteraksi dengan budaya lain, serta perubahan maupun masuknya teknologi.

Menurut Ogbum (1932) dalam Rauf Hatu perubahan sosial meliputi perubahan teknologi yang mengakibatkan perubahan lingkungan material dan mengaturnya, sehingga menimbulkan perubahan atau modifikasi kebiasaan-kebiasaan dan lembaga sosial. Pernyataan tersebut serupa dengan Soekanto (1982) yang menyatakan adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat yang dapat menunjukan adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Menurut Munandar (1998) dalam Rauf Hatu perubahan dalam satu aspek akan merembet keaspek lain.

Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi

Berdasarkan rangkuman, pembahasan, dan simpulan yang telah dipaparkan, maka menarik untuk dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak pembagunan terhadap interaksi masyarakat adat ?2. Bagaimana dampak pembangunan terhadap nilai-nilai adat masyarakat adat ?

Page 33: 1497-3555-1-SP (1)

24

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat adat dengan adanya pembangunan di sekitar lokasi mereka?

Usulan Kerangka Analisis Baru

Pembangunan daerah merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menaikan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan laju pertumbuhan antar wilayah perdesaan. Salah satu bentuk kegiatan pembangunan ini ialah pembangunan infrastruktur seperti ruko-ruko, perumahan dan perbaikan jalan serta kelancaran teknologi seperti masuknya jaringan interner (warnet) ke desa. Masuknya pembangunan tersebut tentunya akan berdampak pada masyarakat adat yang berada disekitar lokasi pembangunan dan menjadi motor penggerak terjadinya perubahan baik bagi wilayah dan masyarakat adat. Aktivitas dan perkembangannya tentu akan mempengengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat serta akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya analisis untuk melihat pengaruh atau dampak pembangunan di sekitar wilayah masyarakat adat pada perubahan sosial budaya serta melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adat setempat.

Gambar 2 Usulan kerangka analisis baruKeterangan :

: Mempengaruhi: Saling mempengaruhi

Perubahan Sosial - Interaksi Sosial - Stratifikasi

Pembangunan- Infrastruktur- Teknologi

MasyarakatAdat

Perubahan Budaya - Nilai-nilai - Pola/gaya hidup

Tingkat Kesejahteraan- Tingkat pendapatan- Kepemilikan rumah- Kepemilikan harta

Page 34: 1497-3555-1-SP (1)

DAFTAR PUSTAKA

Andika, Nurdin BV. 2012. Makna Adat Nyambai dan Perubahannya. Jurnal Sosiologi. [Internet]. [dikutip 12 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://publikasi.fisip.unila. ac.id/index.php/sosiologi/Article/view/155/165

Hatu, Rauf. 2011. Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan . Jurnal Inovasi. [Internet]. [dikutip 10 September 2014]. 8 (4). Dapat diunduh dari : http://ejurnal.ung .ac.id/index.php/JIN/article/view/721/664

Ismanto K, et al. 2012. Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri. Jurnal Penelitian. [Internet]. [dikutip 12 September 2014]. 9 (1). Dapat diunduh dari: e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/penelitian/ Article/view/ 129/103

Lestari, Ratna. 2014. Fungsi Tradisi Srakalan Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Pada Tahun 1980 dan Tahun 2013 Di Desa Piyono Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Kajian Perubahan Budaya). Jurnal program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa. [Internet]. [dikutip 09 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari ejourna l.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/view/1174

Muhammadiyah. 2012. Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Serpong. Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik. [Internet]. [dikutip 03 September 2013] 25 (1) : 8-14. Dapat diunduh dari http://www.qjournal.co.id/paper-1705-perubahan-sosial-dan-budaya-masyarakat-pe tani- kakao-di-kecamatan-lilirilau-kabupaten-soppeng.html

Pinem, Mbina. 2013. Perubahan Kerja Adat Pada Upacara Perkawinan Adat Karo (Suatu Studi Pada Masyarakat Karo Baluren, Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Diri). Jurnal Ilmu-ilmu sosial. [Internet]. [dikutip 10 Oktober 2014] 5 (1). Dapat diunduh dari httpjurnal.unimed.ac.id

Prihanto, Teguh. 2010. Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya Sebagai Dampak Megaurban Di Daerah Pinggiran Kota Semarang. Jurnal Elektronik. [Internet]. [dikutip 09 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ jtsp/article/view/1346

Rahmawati, Sri Wulan. 2014. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus Sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor. Skripsi. [Internet]. [dikutip 12 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hand le/123456789/68904/I14swr.Pdf?sequence=1

Salim, Agus. 2002. Perubahan sosial: sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia. Yogyakarta [ID]. PT Tiara Wacana Yogya .

Sari, Indah Puspita. Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia II Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya). [Skripsi]. [dikutip 3 September 2014].

Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID]: PT Grafindo Persada.

Wulandari, Suci. 2014. Bentuk dan Fungsi Tradisi Merdi Desa Terhadap Kehidupan sosial Masyarakat pada Tahun 1985 dan 2012 di Desa Karangsambung Kabupaten

Page 35: 1497-3555-1-SP (1)

26

Kebumen (Kajian Perubahan Budaya). Jurnal program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa. [Internet]. [dikutip 09 Oktober 2014] 4 (2). Dapat diunduh dari ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/view/1187

Page 36: 1497-3555-1-SP (1)

27

RIWAYAT HIDUP

Nur Khairina Mufattihah dilahirkan di Jombang pada tanggal 18 Januari 1993 anak sulung dari pasangan Masrukhan dan Humaidah. Penulis memiliki satu orang adik, yaitu Muhammad Alfan Farohi. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Islam As-syafi’iyah 02 Jatiwaringin periode 1998-1999, SD Islam As-syafi’iyah 02 Jatiwaringin periode 1999-2004, SD Negeri 04 Pagi Lubang Buaya periode 2004-2005, SMP Negeri 81 Jakarta periode 2005-2008, SMA Negeri 113 Jakarta periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SMPTN undangan.

Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah menjadi Anggota Dewan Gedung Asrama Putri A3 periode 2011-2012, Anggota Teather Kandang periode 2012 – sekarang, Anggota Departemen SOSLING (Sosial Lingkungan) di BEM FEMA (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Ekologi Manusia pada masa kepengurusan 2012-2013 dan periode 2013/2014, Anggota Bedah Desa I-Share tahun 2014. Selain itu penulis juga aktif dalam acara kepanitiaan yang diadakan dikampus, diantaranya Anggota Panitia Divisi Acara dalam acara Communication Day (COMDAY) tahun 2012, Panitia Divisi Acara IPB Festival tahun 2013, Ketua panitia Kemah Riset (KERIS) tahun 2013, Panitia Divisi Publikasi dan Dokumentasi dalam acara INDEX tahun 2013 dan 2014, serta bendahara Kemah Keris (KERIS) tahun 2014.