bab iv hasil penelitian dan pembahasan a....
TRANSCRIPT
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru, siswa, serta
instruktur praktek kerja lapangan (PKL) pada tempat praktek kerja lapangan
diperoleh gambaran tentang Evaluasi Praktek Kerja Lapangan dalam Pembinaan
Jiwa Kewirausahaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan
Negeri (SMKN 1) Paguyaman Pantai Kabupaten Boalemo. Adapun hasil
wawancara terkait dengan Evaluasi Praktek Kerja Lapangan dalam Pembinaan
Jiwa Kewirausahaan Siswa dipaparkan berikut ini.
1.1 Perencanaan program praktek Kerja Lapangan dalam pembentukan
jiwa kewirausahaan siswa
a. Sistem yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program Praktek
Kerja Lapangan (PKL)
1) program PKL dalam kaitan dengan pembinaan jiwa kewirausahaan
siswa
Proses perencanaan program Praktek Kerja Lapangan (PKL) dipaparkan
oleh kepala sekolah bahwa:
“Pertama-tama saya akan menjelaskan lebih dahulu tentang Program PKL
yang dilaksanakan oleh siswa. PKL merupakan program yang telah
ditetapkan dalam kurikulum SMK sesuai dengan masing-masing Program
Keahlian atau jurusan. Untuk mengetahui keberhasilan program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan membandingkan tujuan yang
akan dicapai sesuai kompetensi yang akan dikuasai dalam program yang
telah disusun dan disepakati bersama dengan tempat pelaksanaan praktek.
Proses evaluasi yang ditempuh berdasarkan standar penilaian dan kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan berdasarkan bidang keahlian masing-
masing, seperti bidang keahlian Agribisnis, Agribisnis Ternak Unggas
33
34
masing-masing ada kriteria keberhasilannya”. (1.1.1/W/YM/16 April
2012)
Hasil wawancara dengan kepala sekolah dipertegas oleh salah seorang
guru pembimbing siswa, yang menjelaskan bahwa:
“Sistem evaluasi yang dilakukan berpedoman pada Petunjuk Tertulis
(Juklis) yang ditetapkan dalam kurikulum SMK sesuai dengan masing-
masing Program Keahlian atau Bidang kajian. Sistem yang ditempuh
untuk mengambil keputusan terhadap keberhasilan program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) berdasarkan standar keberhasilan dalam kurikulum SMK,
baik itu proses kerja ataun performance dari siswa peserta praktek. Hal ini
juga mengacu pada Standar Proses Penilaian sesuai arahan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”.(1.1.1/W/HT/17 April 2012)
Informasi yang sama diperoleh dari instruktur PKL pada tempat praktek,
yang menjelaskan bahwa:
“Program PKL adalah program yang wajib dilaksanakan oleh sekolah
karena tertuang dalam Kurikulum SMK yang berlaku secara nasional.
Untuk melaksanakan praktik ini sekolah bekerjasama dengan badan-badan
usaha atau perusahaan sesuai dengan kajian keahlian masing-masing, dan
hal ini wajib diikuti semua siswa karena tujuannya untuk mengaplikasikan
teori yang diterima di sekolah pada dunia usaha/industri yang relevan
dengan Program Keahlian yang dipilih. Berkaitan dengan proses evaluasi
keberhasilan program PKL berdasarkan pada standar dan proses yang
tertuang dalam kurikulum SMK dan arahan standar proses KTSP, dan
disepakati bersama antara sekolah dengan dunia usaha tempat praktek.
Dalam pelaksanaannya, ada pedoman penilaian yang disusun bersama,
namun di samping itu perusahaan kami juga menyusun pedoman penilaian
internal sebagai dasar dalam melanjutkan kerjasama dengan sekolah”.
(1.1.1/W/SRM/20 April 2012)
Berkaitan dengan ketiga informasi tersebut, salah seorang siswa peserta
praktek, menjelaskan pula bahwa :
“perencanaan yang dilakukan ada dua tahapan yaitu penilaian proses
kegiatan praktek baik penguasaan pengetahuan, keterampilan,
kedisiplinan, kerjasama, diterima di sekolah pada dunia usaha/industri
yang relevan dengan Program Keahlian yang dipilih. Dan evaluasi hasil,
yaitu penilaian terhadap kemampuan menghasilkan suatu produk sesuai
standar kegiatan yang telah ditentukan”.( 1.1.1/W/YA/23 April 2012).
35
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa informan dapat
disimpulkan bahwa proses evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada Standar
Penilaia. sesuai arahan KTSP dan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Evaluasi Kurikulum SMK dengan sasaran indikator-indikator kompetensi yang
harus dilaksanakan dan dikuasai peserta PKL baik dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, serta menghasilkan produk-produk
tertentu secara benar. Pedoman penilaian disusun bersama sekolah dengan
perusahaan, namun di samping itu, pihak perusahaan tempat praktek menyusun
pula pedoman internal untuk melakukan penilaian sesuai standar perusahaan yang
dimaksudkan untuk mengevaluasi keberlanjutan kerjasama antara sekolah dan
perusahaan yang bersangkutan.
2) Pihak-pihak yang dilibatkan dalam perencanaan program PKL yang
dilaksanakan
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam PKL dijelaskan oleh kepala sekolah
bahwa:
“Yang melakukan perencanaan PKL adalah Tim Work Program Keahlian
masing-masing yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan pihak
perusahaan” (1.1.2/W/YM/16 April 2012).
Sementara itu, dikemukakan pula oleh guru pembimbing bahwa:
“Yang melakukan perencanaan adalah Tim Work Program Keahlian
masing-masing dari sekolah bersama dengan pihak perusahaan”.
(1.1.2/W/HT/17 April 2012)
Demikian pula siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“perencanaan PKL dilakukan oleh tim (guru dari setiap program keahlian,
guru pembimbing dan ada unsur tata usaha) yang berasal dari sekolah.
Mereka melakukan penilaian bersama dengan perusahaan mitra tempat
praktek”. (1.1.2/W/YA/23 April 2012)
36
Informasi yang sama dari instruktur PKL perusahaan mitra menjelaskan
bahwa:
“ perencanaan dilakukan oleh Tim dari sekolah. Tim tersebut bersama-
sama dengan perusahaan tempat praktek melakukan evaluasi PKL siswa”,
(1.1.2/W/SRM/20 April 2012)
Informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pihak yang terlibat dalam proses evaluasi adalah Tim Wok
masing-masing Program Keahlian bersama dengan perusahaan mitra tempat
praktek kerja lapangan.
b. Aspek-aspek yang dinilai dalam perencanaan program PKL
Aspek-aspek yang dinilai dalam perencanaan program PKL di jelaskan
oleh kepala sekolah bahwa:
“ Dalam perencanaan PKL yang menjadi aspek penilaian adalah, disiplin
siswa, kerja sama dalam tim, percaya diri, ketekunan dan ketelitian
mereka. (1.2.1/W/YM/16 April 2012).
Sementara itu, dikemukakan pula oleh guru pembimbing bahwa:
“aspek-aspek yang dinilai dalam perencanaan PKL adalah kedisiplinan
dalam melaksanakan tugas, kerja sama mereka, Kemampuan menjalin
hubungan yang baik dengan pembimbing, sesama dan orang-orang lain
yang berkaitan selama PKL. (1.2.1/W/HT/17 April 2012)
Informasi yang sama dari instruktur PKL perusahaan mitra menjelaskan
bahwa:
“ yang dinilai pada perencanaan PKL adalah Kehadiran dalam praktek
sesuai waktu yang direncanakan, Kemampuan kerja sama dalam bentuk
tim, tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan dan
ketekunan serta ketelitian. (1.2.1/W/SRM/20 April 2012)
37
Informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam perencanaan program praktek
kerja lapangan adalah, kedisiplinan, kerja sama, tanggung jawab, percaya diri,
ketekunan dan ketelitian.
1.2 Pelaksanaan Program praktek Kerja Lapangan dalam pembentukan
jiwa kewirausahaan siswa
a. Proses monitoring pelaksanaan PKL di lapangan
1) Langkah-langkah yang dilakukan dalam monitoring pelaksanaan PKL di
lapangan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam monioring PKL di lapangan
dijelaskan oleh kepala sekolah, bahwa:
“Monitoring yang dilakukan merupakan kegiatan untuk mengetahui
keterlaksanaan berbagai program yang akan dilaksanakan siswa. Dalam
kaitan dengan hal ini, terlebih dahulu disusun pedoman monitoring dalam
bentuk instrumen, yang selanjutnya Tim Work dari setiap Program
Keahlian datang ke tempat praktek dan mengisi instrumen monitoring
sesuai kegiatan dan aspek-aspek yang akan dimonitoring. Instrumen hasil
monitoring kemudian disahkan oleh pimpinan perusahaan”.
(2.1.1/W/YM/16 April 2012).
Sementara itu, dikemukakan pula oleh guru pembimbing bahwa:
“Pertama-tama disusun instrumen monitoring oleh Tim Work Program
Keahlian masing-masing dari sekolah. Monitoring menggunakan
instrumen yang telah disusun oleh Tim Work dari sekolah. Instrumen hasil
monitoring disahkan oleh pihak perusahaan tempat praktek”.
(2.1.1/W/HT/17 April 2012)
Demikian pula siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“Yang melakukan monitoring adalah Tim Work Program Keahlian
masing-masing. Monitoring menggunakan instrumen yang telah disusun
oleh Tim Work dari sekolah. Instrumen hasil monitoring disahkan oleh
pihak perusahaan tempat praktek”.”. (2.1.1/W/YA/23 April 2012)
38
Informasi yang sama dari instruktur PKL perusahaan mitra menjelaskan
bahwa:
“Sebelum dilakukan monitoring di lapangan terlebih dahulu disusun
instrumen monitoring oleh Tim Work Program Keahlian masing-masing.
Instrumen tersebut digunakan untuk melakukan monitoring pelaksanaan
PKL. Pihak perusahaan melakukan pengesahan Instrumen hasil
monitoring (tanda tangan dan cap dari perusahaan) tempat praktek. Selain
instrumen monitoring yang disusun oleh sekolah, pihak perusahaan juga
menyusun instrumen monitoring dan melakukan monitoring kegiatan PKL
secara internal perusahaan”.(2.1.1/W/SRM/20 April 2012).
Informasi tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
monitoring tersebut menggambarkan bahwa langkah awal yang dilakukan adalah
menyusun instrumen monitoring yang akan digunakan dalam proses monitoirng
oleh Tim Wok masing-masing Program Keahlian sekolah yang bersangkutan.
Instrumen tersebut didiskusikan dengan pihak perusahaan dan disepakati sebagai
instrumen yang akan digunakan melakukan monitoring. Di samping instrumen
monitoring yang telah disepakati bersama, pihak perusahaan menyusun pula
instrumen monitoring dan melakukan monitoring internal perusahaan terhadap
pelaksanaan PKL oleh para siswa.
2) Pihak yang dilibatkan dalam monitoring pelaksanaan program PKL
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam monitoring PKL dijelaskan oleh kepala
sekolah bahwa:
“Yang melakukan monitoring adalah Tim Work Program Keahlian
masing-masing yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan pihak
perusahaan. Tim ini terdiri dari guru pembimbing, Kepala Bagian
Kurikulum, dan pegawai”.(2.1.2/W/YM/16 April 2012).
39
Guru pembimbing bahwa memberikan pula penjelasan bahwa:
“Yang melakukan monitoring adalah Tim Work Program Keahlian
masing-masing dari sekolah bersama-sama dengan pihak perusahaan”.
(2.1.2/W/HT/17 April 2012).
Sementara itu, siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“Tim yang melakukan evaluasi, itu juga yang melakukan monitoring yaitu
guru dari setiap program keahlian, guru pembimbing dan ada unsur tata
usaha) yang berasal dari sekolah. Mereka ini bersama-sama perusahaan
melakukan monitoring pelaksanaan PKL yang datang 2 minggu
sekali”.(2.1.2/W/YA/23 April 2012)
Informasi yang sama dari instruktur PKL perusahaan mitra menjelaskan
bahwa:
“Tim dari sekolah bersama-sama dengan perusahaan tempat praktek
melakukan monitoring PKL siswa secara periodik yaitu 2 minggu sekali”,
(2.1.2/W/SRM/20 April 2012)
Informasi tentang pihak yang dilibatkan dalam proses monitoring dari
informan keempat informan tersebut menunjukkan bahwa pihak-pihak yang
melakukan monitoring PKL yang adalah Tim Wok masing-masing Program
Keahlian pihak sekolah (guru dari setiap program keahlian, guru pembimbing,
Kepala Bagian Kurikulum, tata usaha) bersama-sama dengan perusahaan mitra
tempat praktek kerja lapangan.
b. Proses evaluasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1) Teknik evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan program PKL
Penjelasan yang diperoleh dari Kepala Sekolah bahwa:
“Teknik evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi PKL sesuai dengan
teknik yang digariskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Evaluasi.
Teknik-teknik yang digunakan disesuaikan dengan sasaran yang akan
dievaluasi, yaitu: kinerja, penugasan (proyek), hasil kerja (produk),
40
portofolio, sikap dan kepribadian siswa. Untuk itu, digunakan rating scale
dan checklist melalui pedoman observasi, Portofolio, observasi perilaku,
wawancara, dan jurnal (laporan pribadi)”.(2.2.1/W/YM/16 April 2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL bahwa:
“Teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pelaksanaan program PKL dalam bentuk penguasaan kompetensi yang
dipersyaratkan berpedoman pada teknik-teknik yang ditetapkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, misalnya untuk menilai
pengetahuan dalam proses pengolahan ikan digunakan tes untuk
kemampuan kognitif, sedangkan prosesnya melalui tes performance
(penguasaan langkah-langkah pengolahan secara benar), sedangkan
produk yang dihasilkan menggunakan tes kinerja. Sikap dan aspek
kepribadian lainnya dilakukan dengan Chek List melalui pedoman
observasi. Jadi teknik evaluasi yang digunakan secara simultan”.
(2.2.1/W/SRM/20 April 2012)
Informasi yang senada dari guru pembimbing yang menjelaskan bahwa:
“Dalam melakukan evaluasi menggunakan teknik sesuai tujuan yang akan
dievaluasi, maksudnya kompetensi yang akan dievaluasi. Kompetensi ini
mencakup kognitif, afektif dan keterampilan. Pengetahuan secara simultan
dievaluasi melalui proses dan kinerja. Oleh karena itu, teknik untuk
mengukur keberhasilan PKL menggunakan beberapa teknik secara
bersama-sama, yaitu: rating scale dan checklist melalui pedoman
observasi, Portofolio, observasi perilaku, wawancara, dan jurnal (laporan
pribadi)”. (2.2.1/W/HT/17 April 2012)
Sementara itu, siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“Banyak teknik yang digunakan untuk menilai keberhasilan PKL yang
kami lakukan, ada pedoman observasi yang diisi oleh tim evaluasi, ada
jurnal pribadi, portofolio, wawancara, bahkan kami juga mendapat tes
tentang penguasaan terhadap proses-proses yang kami lakukan pada
penguasaan keterampilan tertentu, seperti pada pemeliharaan
ikan”.(2.2.1/W/YA/23 April 2012).
Informasi yang digambarkan oleh informan di atas, menjelaskan bahwa
dalam mengevalusi keberhasilan PKL digunakan banyak teknik sesuai dengan
kompetensi yang akan dievaluasi, yaitu chek list, rating scale, portofolio, jurnal,
wawancara, observasi perilaku.
41
2) Kriteria keberhasilan program praktek kerja lapangan (PKL)
Mengenai kriteria keberhasilan dalam evaluasi PKL dijelaskan Kepala
Sekolah bahwa:
“Berpedoman pada standar keberhasilan sesuai penggarisan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu Standar Proses Penilaian.
Kriteria dalam hal ini menggunakan Rentang Skor Capaian yang beranjak
dari 10 sampai dengan 100”. (2.2.2/W/YM/16 April 2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL bahwa:
“Kriteria keberhasilannya sesuai dengan ketentuan dari sekolah
menggunakan rentang skor dari 10 sampai dengan 100”. (2.2.2/W/SRM/20
April 2012)
Informasi yang senada dari guru pembimbing yang menjelaskan bahwa:
“Kriteria keberhasilannya sesuai dengan ketentuan dari sekolah
menggunakan rentang skor dari 10 sampai dengan 100”. (2.2.2/W/HT/17
April 2012)
Sementara itu, siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“Kami tidak terlalu tahu aturan yang dijadikan kriterianya, tapi nilainya
memiliki rentang skor terendah 10 dan tertinggi 100”.(2.2.2/W/YA/23
April 2012).
Informasi yang digambarkan oleh informan di atas, menjelaskan bahwa
kriteria yang digunakan dalam mengevalusi keberhasilan PKL sesuai standar
proses penilaian yang ditetapkan dalam KTSP, yang memiliki rentang skor
keberhasilan yang berkisar dari skor terendah 10 dengan skor tertinggi 100.
42
1.3 Evaluasi pengelolaan PKL
a. Mekanisme pengelolaan PKL
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, diperoleh penjelasan bahwa:
“ pedoman yang menjadi acuan dalam pengelolaan evaluasi PKL adalah
pedoman penilaian pembelajaran sekolah menengah kejuruan (SMK)
berbasis KTSP. Dalam melaksanakan penilaian PKL, disusun dahulu
instrumennya sesuai dengan kompetensi dan aspek yang akan dinilai,
seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dibentuk
melalui PKL misalnya menghargai waktu, kerja sama, keharmonisan
antar siswa dalam melaksanakan PKL. Jadi, pada prinsipnya, penilaian
berdasarkan Juklis dan instrumen penilaian yang telah disusun oleh Tim
Work masing-masing program keahlian”. (3.1.1/W/YM/16 April 2012)
Dijelaskan pula oleh guru pembimbing PKL bahwa:
“Pedoman evaluasi PKL adalah pedoman penilaian pembelajaran sekolah
Menengah kejuruan (SMK) berbasis KTSP. Berdasarkan pedoman
tersebut, dilakukan penyusunan instrumen sesuai dengan aspek dan
kompetensi yang akan dinilai, yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dibentuk melalui PKL. Jadi, Juklis adalah pedoman
penilaian kurikulum SMK sesuai KTSP, berdasarkan pedoman tersebut
disusun instrumen penilaian oleh Tim work masing-masing program
keahlian”. (3.1.1/W/HT/17 April 2012).
Demikian pula oleh siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“ yang kami tahu penilaian berdasarkan pedoman kurikulum SMK, dan
ada instrumen penilaian yang dibawa dan diisi oleh Tim Work setiap
ada kunjungan”. (3.1.1/W/YA/ 23 April 2012).
Informasi yang diperoleh dari instruktur PKL perusahaan mitra menjelaskan
bahwa:
“menurut pengetahuan kami selaku instruktur bahwa pedoman tertulis
yang menjadi acuan evaluasi pelaksanaan PKL yang dilakukan oleh
sekolah adalah pedoman evaluasi kurikulum PKL kemudian instrumen
evaluasi disusun oleh tim work bersama kami dari perusahaan tempat
praktek. Tapi selain itu, kami menyusun instrumen evaluasi secara
internal perusahaan. (3.1.1/W/SRM/20 April 2012)
43
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pedoman yang menjadi acuan dalam pengelolaan
evaluasi PKL adalah pedoman penilaian pembelajaran sekolah menengah
kejuruan (SMK) berbasis KTSP, pedoman penilaian PKL operasional yang
digunakan berupa instrumen sesuai aspek dan kompetensi yang akan dinilai.
b. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengelolaan PKL
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam melakukan penilaian terhadap peserta
PKL, dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa:
“yang melakukan penilaian adalah Tim Work program keahlian masing-
masing yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan pihak perusahaan”.
(3.2.1/W/YM/16 April 2012)
Sementara itu, dikemukakan pula oleh guru pembiming bahwa:
“yang melakukan penilaian adalah Tim Work program keahlian masing-
masing yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan pihak perusahaan”.
(3.2.1/W/HT/17 April 2012)
Demikian pula siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“penilaian dilakukan oleh tim (guru dari setiap program keahlian, guru
pembimbing dan ada unsur tata usaha) yang berasal dari sekolah. Mereka
melakukan penilaian bersama dengan perusahaan mitra tempat praktek”.
(3.2.1/W/YA/ 23 April 2012)
Informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pihak yang terlibat dalam melakukan penilaian adalah Tim Work masing-
masing program keahlian bersama dengan perusahaan mitra tempat praktek kerja
lapangan.
44
1.4 Dampak Program Praktek kerja Lapangan yang telah dilaksanakan
dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa
a. Bekal Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari PKL
untuk melakukan wirausaha setelah tamat
Mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari PKL
sebagai bekal untuk berwirausaha setelah tamat, dijelaskan oleh Kepala Sekolah
bahwa:
“Jika berbicara tentang pengetahun dan keterampilan yang diperoleh siswa
untuk menjadi bekal berwirausaha setelah tamat, saya percaya bahwa apa
yang dimiliki siswa sudah sangat memadai, karena sebelum diturunkan
PKL sesungguhnya siswa sudah banyak melakukan praktek sesuai dengan
bidang kajian mereka masing-masing. Di tempat praktek, mereka
mengembangkan dan memperdalam dan memantapkan pengetahuan dan
keterampilan yang telah diperoleh di sekolah. Karena itu, kami simpulkan
bahwa para siswa telah memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya setelah mereka
tamat”.(3.1/W/YM/16 April 2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL bahwa:
“Saya berpendapat bahwa para siswa sudah memiliki bekal yang sangat
banyak dan bahkan lebih dari cukup, tinggal tergantung pada siswa yang
bersangkutan, apa mereka akan memanfaatkannya setelah tamat atau tidak.
Saya katakan seperti itu, karena mereka dalam praktek memantapkan dan
memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh
dari sekolah”.(3.1/W/SRM/20 April 2012)
Informasi yang senada dari guru pembimbing yang menjelaskan bahwa:
“Kalau berbicara bekal pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup
mereka baik dari sekolah maupun PKL sangat memadai, karena sebelum
turun PKL, mereka sudah banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang kajian mereka. Yang paling penting di sini adalah
kemampuan para siswa setelah tamat menangkap peluang yang ada dalam
pasar kerja”.(3.1/W/HT/17 April 2012)
Sementara itu, siswa peserta PKL, menjelaskan bahwa:
“Kalau berbicara pengetahuan dan keterampilan, kami semua sudah
memiliki sangat banyak, hanya saja kalau sudah tamat nanti mungkin di
antara kami akan dihadapkan pada masalah modal, karena kalau mau
berusaha kan butuh modal. Tapi dengan pembinaan yang selama ini kami
45
terima bagaimana melakukan wirausaha, Insya Allah kami akan berupaya
keras sehingga ilmu kami dapat bermanfaat paling tidak bagi diri kami dan
keluarga sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari”.(3.1 /W/YA/23 April 2012).
Informasi yang digambarkan oleh informan di atas, menunjukkan bahwa
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari PKL sudah sangat memadai
untuk melakukan wirausaha, dan untuk kelanjutannya tergantung pada setiap
individu siswa bagaimana menangkap peluang bisnis dan usaha yang ada dalam
masyarakat/pasar kerja.
b. Komitmen dan tanggung jawab, keberanian mengambil resiko,
perubahan sikap dan perilaku wirausaha yang terbentuk melalui PKL
1) Komitmen dan tanggung jawab siswa setelah mengikuti PKL dalam
melakukan wirausaha
Dijelaskan oleh Kepala Sekolah bahwa:
“Mengenai komitmen dan tanggung jawab saya tidak dapat memprediksi
karena hal itu terlalu abstrak. Tetapi aspek-aspek tersebut telah dibina baik
di sekolah maupun di tempat praktek, mereka diberikan tugas dengan satu
prinsip bahwa tugas itu harus berhasil. Jadi keberhasilan melaksanakan
tugas dengan baik di sini menurut kami adalah salah satu bentuk
komitmen dan pelaksanaan tanggung jawab. Demikian pula di tempat
PKL, proses-proses seperti yang dilakukan oleh para siswa. Di tempat
praktek mereka juga dibina tentang disiplin, bekerjasama dan aspek-aspek
lainnya. Jadi, walaupun aspek tersebut abstrak, tetapi saya yakin bahwa
PKL dapat membentuk komitmen dan tanggung jawab yang akan
mengarahkan mereka melakukan wirausaha”.(3.2.1/W/YM/16 April
2012).
Informasi yang senada dari guru pembimbing yang menjelaskan bahwa:
“Di tempat PKL mereka melakukan banyak kegiatan praktikum yng di
dalamnya mengandung pembinaan komitmen dan tanggung jawab.
Contohnya, mereka melakukan pembenihan nener, dalam kegiatan tersebut
membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi untuk berhasil. Dalam
pelaksanaan tugas mereka, para siswa diberikan rambu-rambu yang
menjadi panduan agar dapat berhasil dengan baik. Karena itu, saya
berpendapat bahwa PKL dapat membina komitmen dan tanggung jawab
46
yang dapat dijadikan bekal dalam berwirausaha setelah mereka
tamat”.(3.2.1/W/HT/17 April 2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL bahwa:
“Mengenai komitmen dan tanggung jawab dalam proses PKL merupakan
sasaran utama dalam pembinaan, sehingga kedua aspek ini walaupun
sifatnya abstrak tetapi dapat diketahui melalui berbagai tugas yang
dibebankan kepada siswa untuk diselesaikan yang diiringi dengan berbagai
sanksi jika gagal. Dengan demikian, saya menyimpulkan bahwa
”.(3.2.1/W/SRM/20 April 2012)
Informasi dari siswa peserta PKL menjelaskan bahwa:
“Dalam PKL kami semua punya tugas masing-masing. Dalam pelaksanaan
tugas, dan tugas tersebut harus berhasil. Kalau tidak maka kami mendapat
sanksi sesuai dengan berat ringannya kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan. Karena itu, kami dituntut memiliki komitmen dan tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu”.(3.2.1 /W/YA/23 April
2012).
Informasi yang digambarkan oleh informan di atas, menunjukkan bahwa
komitmen dan tanggung jawab yang diperoleh dari PKL sudah dibina sangat
memadai untuk melakukan wirausaha setelah tamat. Namun demikian, komitmen
dan tanggung jawab yang telah dibentuk dan dibina pada siswa baik melalui
sekolah maupun PKL dalam aktualisasi selanjutnya banyak ditentukan oleh
individu siswa itu sendiri.
2) Keberanian mengambil resiko setelah siswa mengikuti PKL dalam
melakukan wirausaha
Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Sekolah menjelaskan bahwa:
“Keberanian mengambil resiko dalam melakukan wirausaha merupakan
salah satu sifat yang harus dimiliki oleh siswa. Aspek tersebut juga
memperoleh pembinaan dari guru pembimbing dan instruktur PKL di
tempat praktek. Dari pemantauan kami selama ini, beberapa siswa yang
telah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, melakukan wirausaha
sambil kuliah. Hal ini membutuhkan suatu keberanian, karena biaya kuliah
saat ini cukup tinggi, di sisi lain wirausaha membuthkan modal. Jadi ini
47
merupakan bukti bahwa melalui PKL dapat membentuk keberanian
mengambil resiko untuk berwirausaha”.(3.2.2/W/YM/16 April 2012).
Informasi senada dari guru pembimbing yang menjelaskan bahwa:
“Pembinaan jiwa keberanian mengambil resiko dalam berwirausaha salah
satu sasaran PKL. Sudah banyak bukti pada alumni kami, ketika mereka
melakukan usaha dari kecil-kecilan akhirnya menjadi suatu usaha yang
cukup besar. Salah satu contoh, ada beberapa orang siswa kami
berwirausaha ternak unggas, padahal kalau dipikir mereka masih dalam
proses pendidikan dan membutuhkan biaya. Modalnya dengan
menyisihkan sebagian kecil dari biaya sekolah yang dikirimkan orang
tuanya. Usahanya pernah gagal karena adanya serangan penyakit, tapi
mereka melanjutkan usaha tersebut sampai saat ini”.(3.2.2/W/HT/17 April
2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL tentang jiwa keberanian mengambil resiko,
bahwa:
“Kami di sini bertugas membina siswa dengan mengajarkan berbagai
keterampilan sesuai dengan bidang kajian masing-masing dan membina
sikap bagaimana memiliki sifat berwirausaha yang baik. Jadi kami yakin
bahwa para siswa sudah memiliki hal ini, tetapi aktualisasinya di lapangan
tentu banyak faktor yang dapat mempengaruhinya”.(3.2.2/W/SRM/20
April 2012).
Informasi dari siswa peserta PKL menjelaskan bahwa:
“Setiap pekerjaan punya resiko. Jadi kalau mau berwirausaha, harus
memiliki sifat berani mengambil resiko. Melalui PKL bahkan sejak dari
sekolah kami telah diberikan berbagai pengetahuan, wawasan dan
pandangan bagaimana membentuk sifat berani mengambil resiko kalau
mau berwirausaha. Jadi kami sudah memiliki itu, tapi sekali lagi saya
bilang bahwa walaupun keberanian itu ada tapi modalnya belum ada tentu
belum dapat berbuat banyak”.(3.2.2 /W/YA/23 April 2012).
Bartitik tolak dari informasi yang telah dipaparkan tentang pembinaan jiwa
keberanian mengambil resiko menunjukkan telah dilakukan sangat memadai
untuk melakukan wirausaha. Namun demikian, para siswa menekankan bahwa
bukan hanya keberanian yang dibutuhkan tetapi modal usaha walaupun itu hanya
48
usaha kecil-kecilan. Jadi untuk aktualisasi hal tersebut banyak faktor yang
menentukan.
3) Sikap dan perilaku wirausaha siswa setelah mengikuti PKL dalam
melakukan wirausaha
Kepala Sekolah menjelaskan bahwa:
“Sikap dan perilaku wirausaha merupakan muara dari semua sifat
wawasan dan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa untuk
melakukan wirausaha setelah tamat. Aspek tersebut telah memperoleh
perhatian yang sangat tinggi dari para guru di sekolah yang dilanjutkan
dengan PKL di lapangan. Telah banyak bukti pada alumni sekolah ini,
karena tidak punya biaya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi,
sehingga meminta modal sedikit dari orang tua kemudian dikembangkan
sendiri meskipun dimulai dari usaha kecil. Dan sebagian lagi melakukan
usaha bersama dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Ini bukti
nyata bahwa sikap dan perilaku wirausaha yang telah dibina dari sekolah
dan perusahaan tempat PKL dapat membangkitkan semangat berwirausaha
setelah mereka tamat”.(3.2.3/W/YM/16 April 2012).
Demikian pula informasi yang diperoleh dari guru pembimbing yang
menjelaskan bahwa:
“Sikap dan perilaku wirausaha siswa yang terbentuk melalui pembelajaran
di sekolah dan PKL di lapangan.telah terbukti pada alumni kami,
walaupun dengan modal sedikit dapat mengembangkan sendiri usaha
walaupun usaha kecil-kecilan. Dan bagi alumni lainnya yang memiliki
biaya berusaha menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Ini merupakan
bukti bahwa sikap dan perilaku wirausaha yang telah dibina dari sekolah
dan perusahaan tempat PKL dapat diaktualisasikan dalam kehidupan
mereka di masyarakat”.(3.2.3/W/HT/17 April 2012).
Penjelasan dari Instruktur PKL tentang sikap dan perilaku wirausaha siswa
PKL, bahwa:
“Mengenai sikap dan perilaku wirausaha bagi siswa, kami juga telah
memberikan pembinaan dan bimbingan, seperti bagaimana menghargai
setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan di sini ketika mereka PKL,
membimbing mereka melakukan proses secara benar, dan mendapatkan
hasil yang benar juga. Misalnya proses pembenihan ikan kerapu, ini hal
yang sulit dan rumit karena banyak faktor yang berpengaruh seperti faktor
49
lingkungan, maka dalam kaitan dengan hal itu, mereka dibimbing
bagaimana menghadapi perubahan lingkungan yang ekstrim. Dengan cara
ini mereka dapat memperbaiki sikap dan perilaku mereka dalam
mengerjakan pekerjaan tertentu. Jadi saya simpulkan bahwa sikap dan
perilaku wirausaha yang telah dibina sejak di sekolah dan dimantapkan
dalam PKL akan menjadi bekal dalam hidup bermasyarakat
nanti”.(3.2.3/W/SRM/20 April 2012).
Informasi dari siswa peserta PKL menjelaskan bahwa:
“Kami telah memperoleh pembinaan dan bimbingan yang sangat banyak
tentang bagaimana menghargai setiap usaha dan cara-cara melakukannya,
baik di sekolah dan terlebih-lebih ketika kami PKL, seperti disiplin,
melakukan cara-cara yang benar sesuai dengan arahan instruktur. Hal ini
sangat bermanfaat dalam memperbaiki tingkah laku kami selama ini, yang
biasanya siswa itu menganut istilah tiba masa tiba akal”.(3.2.2 /W/YA/23
April 2012).
Bertitik tolak dari informasi yang telah dipaparkan tentang pembinaan
sikap dan perilaku siswa dalam berwirausaha menunjukkan telah dilakukan sangat
memadai untuk melakukan wirausaha. Ditekankan pula oleh siswa peserta PKL,
bahwa sangat banyak pengalaman yang diperoleh yang mengubah pandangan
mereka terhadap waktu, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
suatu usaha.
2. Temuan Hasil Penelitian
a. Perencanaan Program praktek Kerja Lapangan dalam pembentukan
jiwa kewirausahaan siswa
1. Sistem yang dilakukan dalam pengelolaan PKL
Proses perencanaan dilakukan berdasarkan pada Standar Proses sesuai
arahan KTSP dan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman Evaluasi
Kurikulum SMK dengan sasaran indikator-indikator kompetensi yang harus
dilaksanakan dan dikuasai peserta PKL baik dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, serta menghasilkan produk-produk
50
tertentu secara benar. Pedoman penilaian disusun bersama sekolah dengan
perusahaan, namun di samping itu, pihak perusahaan tempat praktek menyusun
pula pedoman internal untuk melakukan penilaian sesuai standar perusahaan yang
dimaksudkan untuk mengevaluasi keberlanjutan kerjasama antara sekolah dan
perusahaan yang bersangkutan.
2.Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai dalam PKL adalah, kedisiplinan, kerja sama,
tanggung jawab, percaya diri, ketekunan dan ketelitian.
Kerangka konseptual tentant prosedur evaluasi program praktek kerja
lapangan (PKL) dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa dapat
divisualisasikan pada bagan berikut.
Gambar 4.1: Diagram konteks prosedur evaluasi program praktek kerja lapangan
dalam Pembinaan Jiwa Kewirausahaan Siswa.
Prosedur Evaluasi Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam pembinaan jiwa
kewirausahaan siswa
Aspek-aspek yang dinilai
Sistem yang dilakukan dalam perencanaan PKL
Keefektifan proses kegiatan PKL
51
b. Pelaksanaan Program praktek Kerja Lapangan dalam pembentukan
jiwa kewirausahaan siswa
1. Proses monitoring pengelolaan PKL di lapangan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses monitoring ditempuh
melalui tahapan, yaitu: langkah awal yang dilakukan adalah menyusun instrumen
monitoring yang akan digunakan dalam proses monitoirng oleh Tim Wok masing-
masing Program Keahlian. Selanjutnya format monitoring dikomunikasikan
dengan perusahaan tempat praktek untuk memperoleh kesepakatan sebagai
instrumen untuk memantau pelaksanaan PKL dari waktu ke waktu. Namun
demikian. pihak perusahaan menyusun pula instrumen monitoring dan melakukan
monitoring internal perusahaan terhadap pelaksanaan PKL oleh para siswa, di
samping instrumen monitoring yang digunakan oleh pihak sekolah.
2. Proses pengelolaan program PKL
Teknik yang digunakan dalam melaksanakan keberhasilan PKL
disesuaikan dengan kompetensi yang akan dilaksanakan. Teknik-teknik secara
simultan digunakan melalui chek list, rating scale, portofolio, jurnal, wawancara,
observasi perilaku.
52
Terkait dengan strategi evaluasi program praktek kerja lapangan dalam
pembinaan jiwa kewirausahaan siswa dapat dilihat pada peta konsep berikut:
Gambar 4.2: Diagram konteks strategi evaluasi program praktek kerja lapangan
dalam Pembinaan Jiwa Kewirausahaan Siswa
c. Evaluasi dalam Pengelolaan PKL
1. Mekanisme pengelolaan PKL
Pedoman yang menjadi acuan dalam pengelolaan evaluasi PKL adalah
pedoman penilaian pembelajaran sekolah menengah kejuruan (SMK) berbasis
KTSP, pedoman penilaian PKL operasional yang digunakan berupa instrumen
sesuai aspek dan kompetensi yang akan dinilai baik aspek kognitif, afektif,
maupun keterampilan yang harus dibentuk melalui PKL.
2. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengelolaan PKL
Informasi tentang pihak yang dilibatkan dalam melakukan penilaian Tim Work
masing-masing program keahlian bersama dengan perusahaan mitra tempat
praktek kerja lapangan.
Strategi evaluasi PKL dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa
Proses Monitoring pelaksanaan PKL di lapangan
Proses evaluasi pelaksanaan program PKL
Pencapaian tujuan Praktek kerja Lapangan
53
Kerangka konseptual tentang evaluasi pengelolaan program PKL adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.3: diagram konteks tentang evaluasi pengelolaan PKL
d. Dampak Program Praktek kerja Lapangan yang telah dilaksanakan
dalam Pembinaan Jiwa Kewirausahaan Siswa
1. Bekal Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari PKL
untuk melakukan wirausaha setelah tamat
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari PKL sudah sangat
memadai untuk melakukan wirausaha, dan untuk kelanjutannya tergantung pada
setiap individu siswa bagaimana menangkap peluang bisnis dan usaha yang ada
dalam masyarakat/pasar kerja.
2. Komitmen dan tanggung jawab,keberanian mengambil resiko, perubahan
sikap dan perilaku wirausaha yang terbentuk melalui PKL
Komitmen dan tanggung jawab yang diperoleh dari PKL sudah dibina
sangat memadai untuk melakukan wirausaha setelah tamat. Namun demikian,
komitmen dan tanggung jawab yang telah dibentuk dan dibina pada siswa baik
melalui sekolah maupun PKL dalam aktualisasi selanjutnya banyak ditentukan
oleh individu siswa itu sendiri.
Evaluasi pelaksanaan
PKL
Pencapaian
pengelolaan PKL
Aspek-aspek yang
dinilai
Mekanisme
pelaksanaan PKL
54
Dampak Program PKL yang telah dilaksanakan dalam pembinaan jiwa
kewirausahaan siswa dapat dilihat pada peta konsep berikut.
Gambar 4.2: Diagram konteks dampak program praktek kerja lapangan yang telah
dilaksanakan dalam Pembinaan Jiwa Kewirausahaan Siswa
3. Pembahasan
Masalah pokok yang dibahas adalah evaluasi PKL untuk membina jiwa
kewirausahaan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri1 Paguyaman Pantai
Kabupaten Boalemo. Kegiatan ini secara kontekstual di lapangan bersangkut paut
dengan permasalahan pokok yang dikaji melalui penelitian. Untuk lebih jelasnya,
pembahasan temuan penelitian ini mencakup tiga hal pokok, yaitu: 1) prosedur
evaluasi program PKL, 2) strategi evaluai program PKL, dan 3) dampak hasil
PKL terhadap jiwa kewirausahaan siswa, yang akan dipaparkan berikut ini.
Dampak program PKL yang telah dilaksanakan dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa
Bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari PKL untuk melakukan wirausaha setelah tamat
Komitmen dan tanggung jawab, keberanian mengambil resiko, perubahan sikap dan perilaku wirausaha yang terbentuk dari PKL
Penguasaan Kompetensi Kewirausahaan
55
1. Perencanaan program praktek kerja lapangan yang ditempuh sekolah
dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa di SMK Negeri 1 Paguyaman
Pantai Kabupaten Boalemo
Perencanaan program praktek kerja lapangan berkaitan erat dengan sistem
dan mekanisme evaluasi yang harus dilakukan dengan tujuan untuk
mengefektifkan proses praktek kerja lapangan. Sistem evaluasi praktek kerja
lapangan mengikuti suatu alur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam
melakukan proses dengan melibatkan berbagai komponen baik manusia maupun
non manusia.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa proses evaluasi yang dilakukan
dalam pelaksanaan PKL berpedoman pada Standar Penilaian yang telah
ditetapkan Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) dan arahan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Evaluasi Kurikulum SMK dengan sasaran indikator-indikator kompetensi yang
harus dilaksanakan dan dikuasai peserta PKL baik dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, serta menghasilkan produk-produk
tertentu secara benar.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu proses pembelajaran dalam
bentuk aplikasi pemantapan berbagai pengetahuan dan keterampilan, sikap yang
telah diperoleh melalui proses pembelajaran di sekolah pada situasi sesungguhnya
di lapangan sesuai bidang ilmu masing-masing siswa. Sebagai suatu proses
pembelajaran yang memantapkan pengetahuan dan keterampilan memerlukan
suatu evaluasi untuk mengetahui keberhasilan seluruh program PKL yang
dilaksanakan pada tempat PKL. Seperti ditekankan oleh Sudjana, bahwa evaluasi
56
program akan memberikan gambaran keberhasilan pelaksanaan di lapangan yang
selanjutnya menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan (2006:52). Dengan demikian, evaluasi terhadap program PKL
merupakan proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas
atau kecocokan proses yang dilaksanakan dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas
perbandingan terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standar
tertentu yang telah dibakukan.
2. Pelaksanaan program praktek kerja lapangan yang ditempuh sekolah
dalam pembinaan jiwa kewirausahaan siswa di SMK Negeri 1 Paguyaman
Pantai Kabupaten Boalemo
Pelaksanaan program PKL berkaitan dengan kegiatan monitoring dan
kegiatan evaluasi keberhasilan PKL.Temuan penelitian pada kegiatan monitoring
menunjukkan bahwa proses monitoring diawali dengan penyusunan instrumen
monitoring oleh Tim Work sebagaimana dilakukan pada prosedur evaluasi yang
telah dikemukakan. Instrumen monitoring tersebut dikomunikasikan dengan
perusahaan tempat praktek sebagai suatu proses penyusunan secara komprehensif.
Di sisi lain, walaupun instrumen monitoring sudah disusun bersama, namun pihak
perusahaan juga menyusun instrumen monitoring yang akan digunakan secara
internal perusahaan.
Berkaitan dengan proses pelaksanaan, temuan penelitian menunjukkan
pula bahwa dalam proses tersebut digunakan teknik-teknik yang mengacu pada
arahan jenis-jenis teknik sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Teknik-teknik tersebut secara simultan dilaksanakan dalam mengukur proses dan
57
hasil PKL secara komprehensif, yaitu chek list, rating scale, portopolio, jurnal,
wawancara, observasi sikap dan perilaku. Rentang skor keberhasilan berkisar
antara 10 – 100. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa
sasaran evaluasi dalam kaitan pembinaan jiwa kewirausahaan siswa sangat erat
kaitannya dengan perubahan pandangan, sikap dan perilaku wirausaha yang perlu
dibentuk sejak dini, utamanya melalui PKL. Karena itu, dalam evaluasi
keberhasilan PKL perlu dititikberatkan pada aspek-aspek pembentukan sikap dan
perilaku serta aspek-aspek kepribadian, seperti minat, motivasi, komitmen,
tanggung jawab, kepemimpinan dalam berusaha, keberanian mengambil resiko.
Karena menurut Kamil (2009:78), aspek-aspek tersebut merupakan motor
penggerak untuk melakukan wirausaha dan faktor inti untuk berhasil dalam
wirausaha. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keberhasilan PKL dalam
pembinaan jiwa kewirausahaan bukan hanya penguasaan pengetahuan dan
keterampilan dalam proses kegiatan yang menjadi titik berat, tetapi lebih dari itu,
aspek-aspek kepribadian sebagai faktor utama yang menggerakkan seseorang
untuk berwirausaha yang sangat perlu diperhatikan. Karena itu, dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKL, faktor-faktor tersebut menjadi
sasaran utama. Dengan teraktualisasikannya faktor-faktor tersebut dalam proses
monitoring dan evaluasi, maka pada gilirannya penguasaan kompetensi
kewirausahaan secara komprehensif akan terwujud.
3. Evaluasi pengelolaan PKL
Evaluasi dalam PKL adalah proses terarah pada pengukuran dan penilaian,
pengukuran karena untuk membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan yang
58
ingin dicapai menggunakan besaran angka sebagai tolok ukur pencapaian
kompetensi. Dan penilaian merupakan pengambilan keputusan berhasil tidaknya
proses PKL yang telah dilaksanakan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan suatu pedoman penilaian secara operasional dalam bentuk instrumen
penilaian yang akan digunakan pada setiap jenis kompetensi yang akan diukur.
Temuan penelitian menunjukan bahwa instrumen penilaian disusun
bersama sekolah dengan perusahaan yang digunakan untuk mengukur proses dan
hasil PKL. Namun disamping itu, pihak perusahaan tempat praktek menyusun
pula pedoman dalam bentuk instrumen penilaian secara internal untuk melakukan
penilaian sesuai standar perusahaan.
Pelaksanaan program PKL melibatkan pihak-pihak terkait. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam proses evaluasi adalah
Tim Wok masing-masing Program Keahlian bersama dengan perusahaan mitra
tempat praktek kerja lapangan. Tim Work dari sekolah merupakan tim yang terdiri
dari guru bidang studi masing-masing, guru pembimbing, bidang kurikulum dan
tata usaha sebagai pendamping dalam hal administrasi. Berkaitan dengan tersebut,
hal yang patut diperhatikan oleh sekolah dalam seluruh rangkaian kegiatan
evaluasi PKL kepala sekolah perlu melibatkan pihak lain (pengawas, komite
sekolah sebagai wakil unsur masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkompeten
dalam bidang evaluasi pembelajaran), mulai dari proses perencanaan hingga
kegiatan tindak lanjut dari hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
sangat penting, karena keterlibatan mereka akan memperbaiki kualitas keputusan
yang akan diambil, utamanya guru dan komite sekolah sebagai pihak yang banyak
59
berperan dalam usaha sekolah untuk menyediakan berbagai fasilitas yang
diperlukan oleh sekolah. Guru dan pihak-pihak lainnya adalah partner kepala
sekolah dalam menyelenggarakan kurikulum baik intra kurukuler maupun ekastra
kurikuler, sehingga keterlibatan pihak-pihak lain sangat penting untuk
memberikan masukan terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Sementara
itu, komite sekolah adalah suatu unsur pendukung keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah sebagai aktualisasi partisipasi masyarakat dalam
pendidikan, yang membantu memikirkan berbagai aspek fasilitas pendukung yang
dibutuhkan sekolah. Selain itu, pengawas sekolah merupakan supervisor
(pembina) guru dalam proses pendidikan di sekolah. Keterlibatan pengawas
sekolah sangat penting karena pengawas adalah supervisor partner guru yang
dapat memberikan berbagai ide dalam peningkatan kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan-tujuan PKL dan pengalaman belajar yang akan ditempuh oleh para siswa
dalam proses PKL.
Dengan keterlibatan pihak-pihak tersebut pada sistem dan mekanisme
evaluasi Praktek kerja Lapangan akan lebih mengefektifkan proses kegiatan PKL
yang pada gilirannya akan diperoleh hasil yang optimal dalam pembinaan jiwa
kewirausahaan siswa.
60
4. Dampak hasil praktek kerja lapangan dalam pembinaan jiwa
kewirausahaan siswa di SMK Negeri 1 Paguyaman Pantai Kabupaten
Boalemo
Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari PKL sudah sangat memadai untuk melakukan wirausaha, dan
untuk kelanjutannya tergantung pada setiap individu siswa bagaimana menangkap
peluang bisnis dan usaha yang ada dalam masyarakat/pasar kerja.
Komitmen dan tanggung jawab yang diperoleh dari PKL sudah dibina
sangat memadai untuk melakukan wirausaha setelah tamat. Namun demikian,
komitmen dan tanggung jawab yang telah dibentuk dan dibina pada siswa baik
melalui sekolah maupun PKL dalam aktualisasi selanjutnya banyak ditentukan
oleh individu siswa itu sendiri.
Pembinaan jiwa keberanian mengambil resiko telah dilakukan sangat
memadai untuk melakukan wirausaha. Namun demikian, bukan hanya keberanian
yang dibutuhkan tetapi modal usaha walaupun itu hanya usaha kecil-kecilan. Jadi
untuk aktualisasi hal tersebut banyak faktor yang menentukan.
Pembinaan sikap dan perilaku siswa dalam berwirausaha menunjukkan
telah dilakukan sangat memadai untuk melakukan wirausaha setelah tamat.
Ditekankan pula oleh siswa peserta PKL, bahwa sangat banyak pengalaman yang
diperoleh yang mengubah pandangan mereka terhadap waktu, dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usaha.
61
Pembahasan diatas secara keseluruhan diperjelas dengan diagram
berikut ini :
Perencanaan program
praktek kerja dalam
pembentukan jiwa
kewirausahan siswa.
Pelaksanaan program
praktek kerja lapangan
dalam pembentukan jiwa
kewirausahaan siswa
Dampak program PKL
yang telah dilaksanakan
dalam pembinaan jiwa
kewirausahaaan peserta
Sistem yang dilakukan
dlm pengelolaan PKL
Aspek-aspek yang
dinilai
Proses monitoring
pelaksanaan PKL di
lapangan
Proses evaluasi
pelaksanaan program
PKL
Bekal pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh
siswa dari PKL untuk
melakukan wirausaha setelah
tamat
Komitmen dan tanggung
jawab, keberanian
mengambil resiko,
perubahan sikap dan
perilaku wirausaha yang
terbentuk melalui PKL
Pengelolaan PKL
dalam pembinaan
jiwa kewirausahaan
siswa di SMK
Negeri I Paguyaman
Pantai kab.Boalemo
Pencapaian
keefektifan
proses dan hasil
PKL
Evaluasi
pengelolaan PKL
Mekanisme pelaksanaan
evaluasi PKL
Aspek-aspek yang
dinilai
62
5. Keterbatasan Penelitian
Masih sangat banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada, baik itu keterbatasan dari dalam diri
peneliti sendiri maupun dari luar kendali peneliti. Adapun keterbatasan-
keterbatasan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan peneliti dalam memahami permasalahan penelitian dalam kaitan
dengan referensi pendukung masih sangat terbatas.
2. Kemampuan peneliti dalam menggali data-data dan informasi pada informan
pada saat melakukan wawancara masih kurang, karena pengetahuan masih
sangat minim.
3. Waktu informan yang tersedia untuk wawancara sangat terbatas, karena
kesibukan informan.
4. Data-data yang dibutuhkan dalam bentuk dokumen tidak dapat diperoleh
secara keseluruhan karena ada sejumlah faktor yang dipertimbangkan oleh
pihak sekolah, apabila dokumen diakses oleh pihak luar.