jurnal thengkiyang vol.1, no. 1, november 2018, issn: 2541

17
Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541-3813 98 TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI UPAYA ANTISIPASI TERJADINYA PRAKTEK KORUPSI DI PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA Muhammad Syahri Ramadhan 1 Diana Novianti ABSTRAK Program CSR yang dilaksanakan oleh perusahan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seringkali disalahgunakan atau dikorupsi. Lemahnya pengawasan mulai dari penyusunan anggaran hingga laporan akhir pengelolaan dana menjadi alasan kuat dana CSR rentan untuk disalahgunakan. Adapun Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Adapun tahap tahapan penyusunan tersebut dengan memerhatikan aspek Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian tentang need, desires, wants, dan interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam komunitas, Penyelarasan. Kata kunci : CSR, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Korupsi. A. Pendahuluan Pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini merupakan salah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang bidang usahanya bergerak atau berkaitan dengan lingkungan hidup. Dalam konteks hukum perusahaan, CSR ini mempunyai definisi lain yaitu Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, 1 Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Kader Bangsa Palembang dan dapat dihubungi melalui Email : [email protected] dan [email protected]

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

98

TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

SEBAGAI UPAYA ANTISIPASI TERJADINYA PRAKTEK KORUPSI DI

PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Muhammad Syahri Ramadhan1

Diana Novianti

ABSTRAK

Program CSR yang dilaksanakan oleh perusahan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

seringkali disalahgunakan atau dikorupsi. Lemahnya pengawasan mulai dari penyusunan

anggaran hingga laporan akhir pengelolaan dana menjadi alasan kuat dana CSR rentan

untuk disalahgunakan. Adapun Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya

Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan

program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Adapun tahap – tahapan

penyusunan tersebut dengan memerhatikan aspek Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian

tentang need, desires, wants, dan interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam

komunitas, Penyelarasan.

Kata kunci : CSR, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Korupsi.

A. Pendahuluan

Pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat

CSR) ini merupakan salah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan

yang bidang usahanya bergerak atau berkaitan dengan lingkungan hidup. Dalam

konteks hukum perusahaan, CSR ini mempunyai definisi lain yaitu Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3

Undang – Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

menyebutkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

1 Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Kader Bangsa Palembang dan dapat dihubungi

melalui Email : [email protected] dan [email protected]

Page 2: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

99

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dana CSR ini merupakan

bagian dalam anggaran operasional atau hasil penyisihan dari laba Perseroan

Terbatas. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam Perseroan Terbatas

(PT) ini bersifat wajib dan apabila tidak dilaksanakan maka akan dikenakan sanksi.

Lebih jelasnya hal ini dapat dilihat dalam Pasal 74 Undang – Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan ini

merupakan upaya untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,

seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat

setempat.2 Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility

(CSR) pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi

dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. 3 Setiap

Korporat dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya berusaha untuk

mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan sosial

tentunya menjadi sasaran untuk menguatkan pendapatan finansial.4

2 Lihat penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 3 Bambang Rudito dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility), Rekayasa Sains,

Bandung, hlm. 1. 4Ibid, hlm. 1- 2.

Page 3: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

100

Salah satu perusahaan di Indonesia yang melaksanakan kegiatan CSR yaitu Badan

Usaha Milik Negara (selanjutnya disingkat BUMN), yang juga merupakan salah satu

pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi.

BUMN berperan serta dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan

dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. BUMN juga

memiliki peran sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan

swasta besar, dan turut membantu usaha mengembangan usaha kecil atau koperasi.

Hampir seluruh sektor perekonomian seperti pertanian, perikanan, perkebunan,

kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi,

transportasi, listrik, industri, dan perdagangan, serta konstruksi dikuasai oleh BUMN.

Praktek tanggungjawab sosial oleh BUMN berbeda dengan yang terjadi didalam

perusahaan non-BUMN, yaitu adanya instrumen pemaksa berupa kebijakan

pemerintah. Implementasi CSR merupakan kewajiban yang bersifat mandatory bagi

BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial

perusahaan-perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan

swasta. Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan Menteri BUMN

Nomor : Kep-236/MBU/2003 dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik

Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Kedua aturan ini pada

prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan

Program Bina Lingkungan (selanjutnya disingkat PKBL).

Permasalahan selanjutnya ialah PKBL ini hanya dijadikan sebagai kegiatan

formalitas untuk menggunakan dana CSR milik perusahaan BUMN saja. ada beberapa

oknum yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan PKBL. Biasanya oknum yang

mencoba mengambil keuntungan ialah antara oknum perusahaan, masyarakat bahkan

hingga pemerintah. Banyak PKBL yang direalisasikan tidak jelas arah tujuannya,

bahkan dana CSR yang dikeluarkan tidak berbanding lurus dengan kualitas PKBL

yang dilaksanakan. Hal ini tentu saja dapat mengarah kepada kerugian kepada negara

atau tepatnya ada praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR. Hal ini dikarenakan

sumber dana CSR perusahaan BUMN itu sendiri bersumber dari anggaran milik

Page 4: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

101

negara. Maka sudah sepatutnya pengelolaan dana CSR tersebut harus dipertanggung

jawabkan kepada publik.

1. Rumusan Masalah

a. Apa yang menyebabkan dana CSR milik Perusahaan BUMN dapat dikorupsi ?

b. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan transparansi pengelolaan

dana corporate social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek

korupsi di perusahaan badan usaha milik negara ?

2. Tujuan Kajian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor penyebab dana CSR milik

Perusahaan BUMN dapat dikorupsi

b. Untuk mengetahui dan menganalisis transparansi pengelolaan dana corporate

social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek korupsi di

perusahaan badan usaha milik negara

3. Metode Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau bisa disebut

penelitian studi kepustakaan. Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum

yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.5 Data sekunder

yang dicari pada penelitian ini lebih diutamakan kepada peraturan perundang –

undangan yang berkaitan Corporate Social Responsibility (CSR), Badan Usaha

Milik Negara maupun Tindak Pidana Korupsi, dokumen – dokumen dan tulisan –

tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini data

yang diperoleh dari studi dokumen dan pustaka terhadap data sekunder, baik bahan

hukum primer, maupun sekunder dianalisis dengan metode kualitatif.

Istilah kualitatif mengandung arti bahwa data diuraikan secara berkualitas

dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif,

sehingga hasil analisis tersebut mudah dipahami dan ditafsirkan. 6 Dalam analisis

kualitatif ini data disajikan secara deskriptif, yaitu bersifat menuturkan dan

5 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13 – 14. 6 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.

172.

Page 5: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

102

menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan,

kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang proses yang sedang

berlangsung pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul,

kecenderungan yang menampak, dan pertentangan yang meruncing.7

4. Kerangka Teori

a. Konsep CSR

Corporate social responsibility menjadi tuntutan tak terelakkan seiring

dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar

bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh

faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. Hal

ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. 8

Korporat yang memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity

dan phylantrophy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil

dalam kelangsungan eksistensi korporat.

Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori aktivitas CSR, yaitu : Promosi

kegiatan sosial, pemasaran terkait kegiatan sosial, pemasaran kemasyarakatan

korporat, kegiatan filantropi perusahaan, pekerja sosial kemasyarakatan secara

sukarela dan praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial. 9 Adapun

penjelasannya secara lebih rinci ialah sebagai berikut :

1) Promosi Kegiatan Sosial

Dalam kegiatan CSR, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya

yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi

dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu.

7 Winarno Surakhmad, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, hlm. 139. 8 Reza Rahman, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan, Media

Pressindo, Yogyakarta, hlm. 5. 9 Dwi Kartini, 2009, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability

Management dan Implementasi di Indonesia, Fefika Aditama, Bandung, hlm. 63.

Page 6: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

103

2) Pemasaran terkait Kegiatan Sosial

Kegiatan CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan

persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial

berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini seperti program

beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan

usaha kecil dan menengah.

3) Pemasaran Kemasyarakatan Korporasi (Corporate Social Marketing)

Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan

kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan

kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philantropy)

Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam

bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut

biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai bingkisan/paket bantuan atau

pelayanan secara cuma – cuma.

5) Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering)

Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang

eceran, atau para pemegang franchiseagar menyisihkan waktu mereka secara

sukarela guna membantu organisasi – organisasi masyarakat lokal maupun

masyarakat yang menjadi sasaran program.

6) Praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (Social Responsible

Business Practice)

Kegiatan CSR ini dilaksanakan dalam hal mendukung kegiatan sosial

dengan tujuan meningkatkan kesejahteaan komunitas dan memelihara lingkungan

hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan,

pemasok, distributor, organisasi – organisasi nirlaba yang menjadi mitra

perusahaan serta masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud

kesejahteraan mencakup dalam aspek – aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan

psikologis dan emosional.

b. Badan Usaha Milik Negara

Page 7: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

104

Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib

melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program

Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program

Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan

berpedoman pada Permen BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan

RUPS.

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk

meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 6 Permen BUMN 5/2007). Sedangkan

Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial

masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 7

Permen BUMN 5/2007).10

c. Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi diartikan sebagai setiap orang baik pejabat pemerintah

maupun swasta yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.11 Untuk konteks UU No. 20 Tahun 2001, para koruptor

itu bisa juga korporasi ( lembaga yang berbadan hukum maupun lembaga yang

bukan berbadan hukum ) atau siapa saja, entah itu pegawai negeri, tentara,

masyarakat, pengusaha dan sebagainya asal memenuhi unsur-unsur yang

terkandung dalam pasal ini.

B. Pembahasan

1. Penyebab Dana CSR Milik Perusahaan Bumn Dapat Dikorupsi

Setiap perusahaan yang didirikan tentunya mempunyai maksud dan tujuan

untuk memperoleh keuntungan terutama keuntungan finansial (uang). Termasuk

juga dengan BUMN, negara Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama,

10 Aturan-Aturan Hukum Corporate Social Responsibility,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social-responsibility Edisi Rabu 13 November 2013 diakses pada Kamis 31 Agustus 2018 Pukul 22: 27 WIB.

11 Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 8: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

105

yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan

yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor – sektor bisnis

strategis agar tidak dikuasai pihak – pihak tertentu.12 Menurut Pasal 2 ayat (1) UU

No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN menyebutkan bahwa :

(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b. Mengejar keuntungan;

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa pendirian BUMN

mempunyai tujuan sosial. Tujuan sosial inilah yang kemudian didefinisikan bahwa

setiap perusahaan – perusahaan yang termasuk bagian dari BUMN, harus

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya atau CSR. Dalam UU BUMN,

Program CSR ini termanifestasikan dalam Pasal 88 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2013

tentang BUMN yang menyebutkan BUMN dapat menyisihkan sebagian laba

bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan

masyarakat sekitar BUMN. Persoalan CSR dalam perusahaan BUMN, seyogianya

telah diatur secara komprehensif di dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha

Milik Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha

Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya

disingkat Permen BUMN No 05/2007). Program kemitraan dan bina lingkungan

yang dilaksanakan oleh persero maupun perusahaan umum (umum), sumber dana

12 Gatot Supramono, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 22 –

23.

Page 9: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

106

yang digunakan tentunya berasal dari harta kekayaan perusahaan. Menurut Pasal 9

ayat (1) dan (2) Permen BUMN No 05/2007 menyebutkan :

(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);

b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau

jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban

operasional;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

(2) Dana Program BL bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);

b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.

Program pengelolaan CSR ini meskipun program sosial yang memberikan

manfaat atau keuntungan bagi masyarakat umum. Bukan berarti tidak terlepas dari

berbagai permasalahan yang menghinggapinya. Masalah tersebut terkadang datang

dalam proses realisasi anggaran dana. Dalam proses realisasi anggaran dana CSR di

tengah masyarakat inilah yang seringkali tidak terlaksana dengan optimal. Seperti ada

contoh kasus Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya dana CSR yang

disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kegiatan sosial BUMN.

Diantaranya adalah dana CSR untuk biaya naik haji pegawai dan pimpinan BUMN

serta kegiatan Dharma Wanita. 13 Hal ini tentu saja telah melanggar dari hakekat

pengelolaan dana CSR itu sendiri yaitu untuk kesejahteraan masyarakat umum

terutama masyarakat miskin.

Adanya praktek korupsi di dalam pengelolaan dana CSR bukanlah sebuah hal

yang tidak mungkin, mengingat perilaku korupsi merupakan tindakan memperkaya

diri sendiri dan atau kelompoknya dengan cara melanggar hukum dan merugikan

negara. Maka, para pegawai maupun pihak – pihak terkait perusahaan BUMN yang

mempunyai sifat tamak, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif tersebut

13 BPK Melarang Keras Dana CSR BUMN untuk Kegiatan Aneh-aneh, edisi Jumat 23 Desember 2011

diakses melalui https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1798784/bpk-melarang-keras-dana-csr-bumn-untuk-kegiatan-aneh-aneh pada Minggu, 09 September 2018 Pukul 10 : 29 WIB.

Page 10: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

107

dapat saja memanfaatkan pengelolalan dana CSR tersebut hanya untuk kepentingan

pribadi atau kelompok mereka saja.14

Salah satu bukti bahwa program CSR juga dapat dijadikan sebagai modus

operandi terbatu dalam praktek tindak pidana korupsi ialah kasus suap yang menimpa

Walikota Cilegon, Iman Ariyadi. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) menetapkan

Wali Kota Cilegon Iman Ariyadi sebagai tersangka. Iman diduga menerima suap 1,5

miliar rupiah terkait izin pembangunan Transmart di Kota Cilegon. Terdapat modus

baru dalam penyerahan uang dari pihak swasta kepada Iman dan Kepala Badan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Cilegon Ahmad Dita Prawira. Modus

operandi baru yang dimanfaatkan tersebut ialah menggunakan saluran dana CSR

kepada klub sepak bola di daerah. 15 Kasus lainnya ialah seperti yang terjadi di

Muntok, kabupaten Bangka Barat yaitu terkati korupsi penggunaan dana Corporate

Social Responsibility (CSR) dari PT Timah untuk membantu penyelenggaraan Home

Stay Fair di Muntok. Dana CSR sebesar 500 juta rupiah yang diberikan pihak PT

Timah, Tbk kepada Asosiasi Homestay untuk mensukseskan penyelenggaraan event

international tersebut yang diduga telah diselewengkan. Dana itu disumbangkan PT

Timah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam gelaran

Homestay Fair dan Work Shop Old Town pada bulan September 2015.16

Melihat fenomena praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR tersebut,

dapat terjadi dikarenakan beberapa sebab. Adapun faktor penyebab dana CSR dalam

perusahaan BUMN dapat dikorupsi dikarenakan :

a. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR

Adanya kasus penggunaan dana CSR untuk kegiatan nonsosial seperti

penyelenggaraan dana haji dan kegiatan dharma wanita bagi pegawai dan

14 Bambang Rudito dan Melia Famiola, op. cit, hlm. 357 – 358. 15 Abba Gabrillin , Modus Suap Wali Kota Cilegon, Dana CSR untuk Klub Sepak Bola, edisi 23/09/2017,

Pukul 19:32 WIB diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/19322641/modus-suap-wali-kota-cilegon-dana-csr-untuk-klub-sepak-bola pada Minggu, 09 September 2018.

16 Dana CSR PT Timah Diduga Dikorupsi, edisi 24 Maret 2016 diakses melalui http://www.rakyatpos.com/dana-csr-pt-timah-diduga-dikorupsi.html/ pada Minggu 09 September 2018 Pukul 18 : 02 WIB.

Page 11: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

108

pimpinan BUMN menunjukan lemahnya pengawasan dalam tahap

pelaksanaaan anggaran dana CSR.

b. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai17.

Perusahaan apabila belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang

idembannya dan juga belum merumuskan dengan benar program CSR

yang dibuat. Akibatnya, perusahaan tersebut sulit dilakukan penilaian

apakah perusahaan tersebut berhasil mencapai sasarannya atau tidak.

Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi pengelolaan

dana CSR tersebut, maka akan memunculkan situasi perusahaan yang

kondusif untuk praktek korupsi.

c. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan18.

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak

pelanggaran korupsi dalam sebuah perusahaan. Semakin longgar/lemah

pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka

perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai perusahaan di dalamnya.

d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan19.

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang

dilakukan oleh segelintir oknum dalam perusahaan. Akibat sifat tertutup

ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk salah

satunya ialah pengelolaan dana CSR.

e. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar20.

Kultur perusahaan biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.

Kultur perusahaan apabila tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan

berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan perusahaan. Pada

posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi dalam pengelolaan dana

CSR memiliki peluang untuk terjadi.

17 Diolah oleh penulis berdasarkan tulisan dari Bambang Rudito dan Melia Famiola, op .cit, hlm. 359. 18 Ibid. 19 Ibid. 20 Ibid.

Page 12: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

109

2. Transparansi Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility Sebagai Upaya

Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan Badan Usaha Milik

Negara

Membahas transparansi pengelolaan dana CSR, erat kaitannya dengan prinsip

Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG). GCG adalah rangkaian

aturan yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu

perusahaan atau korporasi.21 Untuk mengetahui dasar hukum GCG dalam UU No.

19 Tahun 2013 tentang BUMN, prinsip – prinsip yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat

(3) dan Pasal 6 ayat (3) UU No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN mengenai tata kelola

yang baik ada 5 (lima) macam yang harus dijalankan, yaitu meliputi22 :

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan

relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan dan

prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas , yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi

yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang

sehat.

Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi

Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan

program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Tahap – tahap seperti

21 Gatot Supramono, op. cit, hlm. 152. 22 Ibid, hlm. 154 – 155.

Page 13: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

110

identifikasi masalah, menyusun perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi

adalah hal yang mutlak ada.23 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perusahaan

BUMN dalam menyusun program CSR adalah24 :

a. Segmentasi

Para pegawai perusahaan BUMN harus memastikan penerima dana CSR

tersebut dengan memerhatikan faktor demografis, yaitu segmentasi

berdasarkan kependudukan; faktor psikografis, yaitu berdasarkan

ketertarikan, pendapat, kepentingan, gaya dan nilai hidup; faktor

geografis, yaitu penggolongan berdasarkan wilayah lokal, regional,

nasional hingga internasional.

b. Skala Prioritas

Skala prioritas para penerima dana CSR ini dapat digolongkan dari

kelompok primer yaitu kelompok yang menjadi sasaran utama dari

aktivitas CSR, disusul kelompok sekunder yaitu kelompok yang

ditafsirkan sebagai kelompok tetangga yang mempunyai relevansi dengan

kelompok primer, dan kelompok tersier yaitu yang bisa jadi hanya terpaan

(exposure) karena perannya kecil.

c. Penelitian tentang need, desires, wants, dan interest komunitas.

Tahapan ini merupakan langkah yang mutlak dilakukan guna mendapatkan

data tentang komunitas yang nantinya digunakan sebagai dasar

pertimbangan penyusunan program CSR.

d. Dialog dengan opinian leader dalam komunitas

Setiap perusahaan BUMN yang ingin mendapatkan data asli terkait

masyarakat penerima dana CSR. Tentunya dapat dilakukan dengan cara

adanya komunikasi dengan perwakilan atau ketua dari anggota masyarakat

itu sendiri. Misalnya, pihak perwakilan perusahaan dapat berinteraksi

secara langsung dengan kepala desa, ketua adat, atau pemuka agama di

suatu wilayah tersebut untuk membahas program – program apa saja yang

relevan dilaksanakan di desa tersebut.

23 Reza Rahman, op. cit, hlm. 62.

24 Ibid, hlm. 68 – 70.

Page 14: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

111

e. Penyelarasan

Sejumlah data yang dihasilkan oleh penelitian tentang komunitas

merupakan pijakan dari penentuan program CSR yang pas. Sinkronisasi

jenis program dengan target, pilihan pesan/isu, pemilihan media, dan

metode komunikasi yang digunakan dalam CSR dilakukan guna

meningkatkan efektivitas program CSR yang diselenggarakan.

Kelima tahapan di atas apabila memang dilaksanakan secara baik dan benar,

maka proses pengimplementasian dana CSR tersebut akan terealisasi dengan tepat.

Hal tidak kalah pentingnya ialah adanya laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat

umum sebagai wujud social reporting seperti yang dikehendaki dalam reflexive law

theory.25 Laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat ini tentu saja dapat dilalui

dengan aktivitas pengkomunikasian program CSR yang terdiri dari beberapa langkah

yakni26 :

a. Pemilihan media yang tepat

b. Mengungkapkan program CSR dari perusahaan BUMN berdasarkan fakta

c. Mengajak seluruh stakeholders (mulai dari masyarakat, perusahaan, aparat

penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, BPK, bahkan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), dan pihak terkait lainnya) untuk terlibat,

mengkritisi, ataupun menyebarluaskan informasi tentang esensi program

CSR

Adanya laporan pelaksanaan dana CSR melalui tahapan pengkomunikasian

program CSR di atas, masyarakat tentunya akan memberikan respon dalam bentuk

reward bagi perusahaan BUMN yang berperilaku baik. Sebaliknya masyarakat akan

memberikan punishment bagi perusahaan BUMN yang kaya tetapi tidak mempunyai

25 Mukti Fajar ND, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi tentang Penerapan

Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan

Usaha Milik Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 280. 26 Reza Rahman, op. cit, hlm. 76 – 86.

Page 15: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

112

kepedulian sosial atau menngkorupsi dana CSR tersebut untuk kepentingan pribadi

atau kelompo tertentu.27

C. Penutup

1. Kesimpulan

a. faktor penyebab dana CSR dalam perusahaan BUMN dapat dikorupsi

dikarenakan :

1. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR

2. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai.

3. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan.

4. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan.

5. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar.

b. Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi

Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari

penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran.

Adapun tahap – tahapan penyusuna tersebut dengan memerhatikan aspek

Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian tentang need, desires, wants, dan

interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam komunitas,

Penyelarasan.

2. Saran

Perusaahaan BUMN di Indonesia harus melaksanakan secara komprehensif terkait

pengelolaan dana CSR mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan, hingga

laporan akhir evaluasi. Hal yang tidak kalah pentingnya diperlukan hubungan

sinergis yang lebih kuat antara perusahaan BUMN dan aparat penegak hukum

khususnya baik dari kepolisian, kejaksaan atau pun KPK agar dana CSR tidak

disalahgunakan untuk kejahatan korupsi.

27 Mukti Fajar ND, op. cit, hlm. 280.

Page 16: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

113

D. Daftar Referensi

1. Buku

Muhammad,Abdulkadir 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

ND, Mukti Fajar, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi

tentang Penerapan Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada

Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik

Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rahman, Reza, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan,

Media Pressindo, Yogyakarta.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility),

Rekayasa Sains, Bandung.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.

Supramono, Gatot, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta,

Jakarta.

Surakhmad, Winarno, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.

2. Internet

www.detik.com

www.hukumonline.com

www.kompas.com

www.rakyatpos.com

3. Peraturan Perundang – Undangan

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas Undang - Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007

Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

Page 17: Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN: 2541

Jurnal Thengkiyang

Vol.1, No. 1, November 2018,

ISSN: 2541-3813

114

Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah

dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013

Tahun 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tentang Program

Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program

Bina Lingkungan