bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. 1.etheses.uin-malang.ac.id/397/8/08220047 bab 4.pdf ·...
TRANSCRIPT
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum Koperasi Pegawai Republic Indonesia (KPRI) Al-
Ukhuwwah Kabupaten Blitar
Lembaga keuangan secara umum telah disebutkan bahwasanya lembaga
keuangan terbagi menjadi dua yaitu yang berbasis konvensional dan lembaga
keuangan yang berbasis syariah. Diluar itu, lembaga keuangan dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis tergantung dari bentuk badan hukumnya
atau dilihat dari aspek usaha yang dilakukannya, seperti bank, pegadaian,
asuransi dan Koperasi. Masing-masing lembaga keuangan ini memiliki
spesifikasi dan kelengkapan tersendiri yang menjadi ciri khas lembaga-lembaga
tersebut.
Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang merakyat dan
dipandang sebagai soko guru perekonomian Indonesia memiliki ciri tersendiri
68
dalam kinerjanya yang juga menyajikan jawaban atas kebutuhan keuangan
masyarakat luas. Tetapi terlepas dari itu, jelas kita ketahui bersama bahwa
Koperasi memiliki basis keanggotaan, jadi maksudnya adalah Koperasi
bergerak atas dan untuk anggotanya saja.
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini
adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha
yang sehat, baik, dan halal. Dan, lembaga yang seperti itu sangat dipuji Islam
seperti dalam firman Allah, “Dan bekerjasamalah dalam kebaikan dan
ketakwaan, dan janganlah saling bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.”
(Al-Maidah: 2)85
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah,86dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram87, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya88 dan 85 Qs.Al-Maa’idah, 5, ayat 2 86 Syi'ar Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat
mengerjakannya 87 Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah
Haram (Mekah) dan Ihram., Maksudnya Ialah: dilarang melakukan peperangan di bulan-bulan itu.
69
binatang-binatang qalaa-id.89 dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya90 dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Abu Daud dan Hakim. Beliau juga bersabda, “Allah akan mengabulkan doa
bagi dua orang yang bermitra selama di antara mereka tidak saling
mengkhianati.”(Al-Bukhari).91
Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun
mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit koperasi.
Pertama, kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan (trust). Kedua, keadilan
dalam usaha bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan.
Keempat, tanggung jawab dalam individualitas dan solidaritas. Kelima, paham
yang sehat, cerdas, dan tegas. Keenam, kemauan menolong diri sendiri serta
88 Ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untuk mendekatkan diri
kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam
rangka ibadat haji. 89 Ialah: binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu telah
diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah 90 Dimaksud dengan karunia Ialah: Keuntungan yang diberikan Allah dalam perniagaan. keredhaan
dari Allah Ialah: pahala amalan haji. 91 http://www.dakwatuna.com/2007/02/01/88/hukum-koperasi/#ixzz2wURYV5CQ, Rabo, 19=042014.
17.30
70
menggerakkan keswasembadaan dan otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam
kekeluargaan.92
Dari paparan sejarah di atas para anggota kementrian agama (KEMENAG)
kabupaten blitar mencetuskan/mendirikan suatu lembaga keuangan non bank,
yaitu perkoperasin para anggota, Koperasi Pegawai Republik Indonesia sebagai
wadah perjuangan ekonomi rakyat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota perorangan beserta keluarganya pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, dengan organisasi yang disusun secara bertingkat, mulai dari
koperasi primer sampai tingkat induk dan merupakan satu kesatuan organisasi
dan kekuatan ekonomi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yang
berperan dalam pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas
dan untuk menyeleraskan dengan perkembangan pembangunan nasional serta
amanat yang diemban oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia, perlu diatur
dan disempur-nakan kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengembangan koperasi, sekaligus untuk menyesuaikan terutama dengan
Undang-Undang No. 25 Tahun1992 tentang Perkoperasian, yang dituangkan
dalam Anggaran Dasar Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI)
Pada tahun 1971 tercetuslah lembaga keuangan non bank atau koperasi
para anggota, yang diberi nama “Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Al-Ukhuwwah”. Kemudian pada tanggal 20 Agustus 1996 Koperasi Pegawai
92 http://www.dakwatuna.com/2007/02/01/88/hukum-koperasi/#ixzz2wUS260iN , Rabo, 19=042014.
17.35
71
Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar mendapatkan
legalitas ssdari perkoperasian Indonesia yang berbadan hukum 107/BH/II/15-
1971.93
a. Kelebihan dan Kelemahan KPRI Al-Ukhuwwah
1) Kelebihan koperasi yaitu :
a) Usaha koperasi tidak hanya diperuntukkan kepada anggotanya saja,
tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya.
b) Koperasi dapat melakukan berbagai usaha diberbagai bidang
kehidupan ekonomi rakyat.
c) Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dihasilkan koperasi dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota.
d) Membantu membuka lapangan pekerjaan.
e) Mendapat kesempatan usaha yang seluas-luasnya dari pemerintah.
f) Mendapat bimbingan dari pemerintah dalam rngka mengembangkan
koperasi.
2) Kelemahan koperasi yaitu :
a) Terdapat keterbatasan Sumber Daya Manusia, baik pengurus maupun
anggota terhadap pengetahuan tentang perkoperasian.
b) Tidak semua anggota koperasi berperan aktif dalam pengembangan
koperasi.
93 Amrur Rofiq, Wawancara (Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar Rabo, 26 Juni 2013)
72
c) ,Koperasi identik dengan usaha kecil sehingga sulit untuk bersaing
dengan badan usaha lain.
d) Modal koperasi relatif terbatas atau kecil bila dibandingkan dengan
badan usaha lain.94
b. Sumber modal KPRI Al-Ukhuwwah
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan
kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal.Adapun modal koperasi
terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.Simpanan pokok
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk
setiap bulannya.Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
94 Amrur Rofiq, Wawancara (Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar Rabo, 26 Juni 2013)
73
3) Simpanan khusus/lain-lain misalnya:
Simpanan sukarela (simpanan yang dapat diambil kapan saja),
Simpanan Qurba, dan Deposito Berjangka.
4) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri,
pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan
untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
5) Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai
dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian
dan tidak mengikat.
2. Visi dan Misi Koperasi Pegawai Republic Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar
a. Visi
Menjadi Koperasi Primer Nasional untuk memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan
pengelolaan organisasi dan usaha yang mandiri, terbuka, kokoh,
berkembang, profesional dan terpercaya.
b. Misi
1) Mengembangkan usaha dan kemandirian usaha anggota koperasi secara
berkelanjutan melalui pengembangan jaringan usaha dalam
74
penyelengaraan kegiatan melalui peningkatan fasilitas, pendapatan serta
kesempatan usaha bagi anggota secara adil.
2) Mengembangkan manajemen yang efektif dan efisien
berlandaskan prinsip dasar dan nilai-nilai koperasi dengan
memanfaatkan secara arif ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
pengelolaan organisasi yang dikelola koperasi maupun anggotanya.
3) Meningkatkan profesionalisme dan etika bisnis perkoperasian serta
siapapun yang bertugas dalam penyelenggaraan kegiatan koperasi secara
berkelanjutan.
4) Meningkatkan terus menerus komunikasi dan informasi, serta melayani
maupun memfasilitasi terjalinnya sinergi kerjasama antar koperasi
dengan prinsip saling menguntungkan dengan berlandaskan kepada jati
diri dan nilai-nilai perkoperasian.
5) Pemberdayaan Sumber Daya Perkoperasian melalui kegiatan
pembinaan, konsultatif, advokasi dan pelatihan insan koperasi dibidang
manajemen dan bisnis, sehingga tercipta kader-kader koperasi yang
handal, berbudaya dan professional.
6) Berperan aktif dalam pengembangan dan memperjuangkan eksistensi
pekoperasian di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-
Ukhuwwah Kabupaten Blitar, melalui kerjasama dengan Pemerintah
Daerah.
75
3. Struktur Organisasi di Koperasi Pegawai Republic Indonesia (KPRI) Al-
Ukhuwwah Kab. Blitar
a. Susunan Pengurus Periode Tahun 2012-201495
No Nama L/P jabatan
1 Drs. Amrur Rofiq L Ketua I
2 Drs. Ibnu Mas’ud, M.Pd.I L Ketua II
3 Abulloh Muiszaki, M.Ag. L Sekretaris I
4 H. Muzaini, M.Ag. L Sekretaris II
5 Hj. Siti Arofah, S.H. P Bendahara I
6 H. Siful Ridhwan M., M.Ag. L Bendahara II
7 Agus Priyo Utomo, S.pd. L Pleno
b. Tugas Pengurus
1) Ketua I:
a) Memimpin, mengkoordinasi, mengawasi pelaksanaan tugas anggota
pengurus lainya dan karyawan.
b) Memimpin RARK/RAT dan atas nama pengurus memberikan laporan
pertanggung jawaban RARK/RAT.
c) Memimpin rapat pengurus.rapat pengurus dengan karyawanh dan atau
pengawas.
d) Meberikan keputusan terakhir dalm kepengurusan dengan
memperhatikan usul atau saran pertimbangan dari anggota lainnya.
95 Laporan Pengurus (RAT Tutup Buku Tahun 2013)KPRI Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar, h.1
76
e) Mengesahkan surat-surat yang meliputi semua kegiatan bidang
organisasi, bidang keuangan, bidang usaha keluar maupun kedalam
bersama-sama dengan fungsionaris lainnya.
f) Mengkoordinir bidang simpan pinjam dan meneliti calon peminjam.96
2) Ketua II:
a) Mewakili ketua I apbila berhalangan.
b) Mengkoordinir, membimbing dan mengawasi pelaksanaan
administrasi organisasi.
c) Mengkoordinir bidang organisasi meliputi progam pendidikan
penyuluhan dan sosial.
d) Mengkoordinir bidang pertokoan dan meneliti tagihan hutang piutang
took secara periodic.
e) Bertanggung jawab pada ketua I dan rapat pengurus atas pelaksanaan
tugasnya.
f) Mengkoordinir bidang pertokoan serta pengadaan barang pertokoan.
3) Sekretaris I:
a) Menyelenggarakan dan memelihara buku organisasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b) Menyelenggarakn dan memelihara semua arsip
Buku keputusan rapat anggota.
96 Ibid, h. 2
77
Buku keputusan rapat pengurus
Surat keluar masuk bidang sekretraris
c) Memelihara tata kerja merencanakan peraturan khusus serta ketentuan
lainnya.
d) Menysusun laporan organisasi untuk kepentingan anggota maupun
pejabat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Bersama ketua menandatangani dan mengesahkan semua surat/ buku
keputusan rapat, notulen rapat dan surat lainnya.
f) Bertanggung jawab dalam bidang organisasi/tata usaha organisasi
kepada ketua dan rapat pengurus.97
4) Sekretaris II:
a) Mewakili sekretaris I apabila berhalangan.
b) Menghimpun dan mengolah/menyjikan data kegiatan koperasi.
c) Melaksankan bimbingan dan pengwasan tugas karyawan.
d) Mengkoordinir bidang pertokoan dan membantu mengecek tagihan
anggota secara periodic
e) Bertanggung jawab kepada ketua dan rapat pengurus atas pelaksanaan
tugasnya.
5) Bendahara I:
a) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
b) Memelihara semua harta kekayaan koperasi.
97 Ibid, h. 2
78
c) Mempersiapkan data dan informasi dibidangnya dalam rangka
menyusun laporan keuangan untuk kepentingan rapat anggota dan
pejabat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d) Menerima, menyimpan uang serta melaksanakan administrasi kas dan
menyiapkan bukti kelengkapannya.
e) Melaksanakan pembayaran atas perintah/persetujuan ketua sesuai
ketentuan yang berlaku.
f) Memberikan laporan saldo kas menurut tertib waktu yang telah
ditetapkan.
g) Bertanggung jawab kepada ketua dan rapat pengurus mengenai bidang
keuangan dan admministrasi serta semua harta kekayaan koperasi
sesuai ketentuan yang berlaku.
6) Bendahara II:
a) Mewakili bendahara I apabila berhalangan, meneliti kelengkapan dan
kebenaran bukti-bukti pembukuan.
b) Melaksanakan pembukuan sesuai dengan prosedur dan sistem yang di
tentukan berdasarkan bukti-bukti pembukuan yang lengkap dan sah.
c) Menyiapkan pemeliharaan semua dokumen, bukti-bukti pembukuan
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Menyiapkan data-data neraca berupa laporan neraca dan perhitungan
laba/rugi lengkap dengan penjelasan dan lampiran yang dibutuhkan
secara periodic setiap bulan.
79
e) Bertanggung jawab kepada ketua dan rapat pengurus dalam
bidangnya.98
7) Pleno:
a) Membantu memberikan pemikiran-pemikiran untuk kemajuan
kkoperasi.
b) Meneliti atas kebenaran tagihan baik simpan pinjam maupun toko
secara periodik.
c) Memberikan laporan hasil kerja secara periodik.
c. Pengawas
N0 Nama L/P Jabatan
1 Subkan, M.Ag. L Co. Penagawas
2 Sutrino M.Ag. L Pengawas
3 Mustofa S.Ag L Pengawas
d. Karyawan
No Nama L/P Jabatan
1 Mudrikah P Pelayanan USP
2 Kanthi Rahayu P Pelayanan Toko
3 Siti Asiyah P Pelayanan USP
4 Zaenal Abidin L Pelayanan Toko
e. Pengurus Perwakilan Di Kecamatan Dan Madrasah99
No Nama Wilayah
1 Rusmini Kec. Garum
2 Muhadi Kec. Nglegok
3 Fatkhul Habib Kec. Kanigoro
4 Zaenal Abidin Kec. Sanan Kulon
98 Ibid, h. 3 99 Ibid, h. 4
80
5 Diyanus Abd Baqi Kec. Srengat
6 Binti Wasingah Kec. Udanawu
7 Mahmud Kec. Ponggok
8 Agus Suprasmono Kec. Wonodadi
9 Mustofa Kec. Talun
10 Ach Fauzi Kec. Gandusari
11 Miftaqur Rohmah Kec. Wlingi
12 Matrojik Kec. Doko
13 Muhtarom Kec. Kesamben
14 Ulfatur Rosyidah Kec. Selorejo
15 M. Fatih Kec. Kademangan
16 Arif Rahman Kec. Binangun
17 Sumarto Kec. Panggungrejo
18 Hadi Sutomo Kec. Sutojayan
19 Tasirin Kec. Wates
20 Muhlison Kec. Selopuro
21 Sudarmanto MAN Tlogo
22 Sukarno Pengadilan Agama
4. Produk-produk Koperasi Pegawai Republic Indonesia (KPRI) Al-
Ukhuwwah Kabupaten Blitar
1. Pertokoan
Pada koperasi pegawai republic indonesia ini telah membuat produk
yang berbentuk pertokoan yang didalamnya mengandung beberapa sistem
pengambilan barang dari distributor-distributor perusahan barang kebutuhan
rumah tangga, dari kebutuhan primer, skunder maupun tersier. Dalam
pertokoan ini juga di lengkapi dengan adanya penjualan-penjualan ATK(alat
tulis kantor).
Pertokoan ini dahulunya melakukan sistem dengan stok
grosir(kulakan)/pengambilan barang dengan jumlah sangat besar, system ini
81
di gunakan pada tahun 2000-2005. Dengan adanya system ini, pengadaan
barang masih belum praktis/efisien, dikarenakan barang-barang yang di stok
grosir dapat membengkak dalam dalam penyimapananya. Barang tersebut
juga belum tentu diminati oleh para anggota dan masyarakat.
Karena sistem ini dianggap tidak efisien , maka KPRI Al-Ukhuwwah
menggunakan sistem kongsi(syirkah)/persekutuan antara dua orang atau
lebih, yang dimulai pada tahun 2009 dan ternyata sistem ini belum berjalan
efisien juga.100
Dengan tidak efisienannyan sistem kongsi, maka pada tahun 2011
sampai sekarang pertokoan ini menggunakan system pemesanan(bai’ as
salam) maksudnya pembelian barang yang di lakukan koperasi dengan
memesan terlebih dahulu setelah itu barang baru ada, dengan ketentuan
anggota harus memesan dahulu dengan jangka waktu tanggal satu sampai
lima belas. Dengan adanya system ini semua anggota merasa lebih terbantu
untuk kebutuhan sembakonya.
Keefisienannya sistem pemesanan, diantaranya:
a) Barang sangat laku.
b) Tidak mudah rusak.
c) Tidak penumpukan barang di gudang.101
100 Ibnu Mas’ud, (KEMENAG Kabupaten BLitar Wawancara. Senin, 10 Maret 2014) 101 Ibnu Mas’ud, (KEMENAG Kabupaten BLitar Wawancara. Senin, 10 Maret 2014)
82
2. Unit Simpan Pinjam
Dalam koperasi pegawai republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar juga terdapat produk simpan pinjam, yang bertujuan untuk
mensejahterakan kehidupan dalam keluarganya, produk ini sangat membantu
dalam perekonomian para anggota dalam menjani kehidupan.102
Unit simpan pinjam ini di koordinir langsung dari ketua koperasi
pegawai republik Indonesi (KPRI) Al-Ukhuwwah, yaitu Bapak Drs. Amrur
Rofiq. Dimana dalam melakukan pinjamannya harus memakaiperaturan
yang sudah diterapkan oleh koperasi.
1. Peraturan Simpan Pinjam Kpri Al-Ukhuwwah Kab. Blitar
a) Peminjam adalah anggota KPRI Al-Ukhuwwah yang telah memenuhi
kewajiban membayar Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib paling
sedikit selama setahun.
b) Jumlah pinjaman maksimal disesuaikan dengan kemampuan cicilan
dari gaji bersih bulan terakhir anggota.
c) Tingkat jasa pinjaman disesuaikan dengan tingkat jasa pinjaman yang
telah disetujui dan disahkan oleh keputusan RAT terakhir.
d) Setiap peminjam dikenakan potongan untuk:
1) Biaya administrasi dan jumlah pinjaman.
102 Amrur Rofiq, Wawancara (Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar Rabo, 26 Juni 2013)
83
2) Simpanan Idul Fitri (SIF) dari jumlah pinjaman, yang akan
dikembalikan menjelang hari raya.
e) Jangka waktu (lama) angsuran maksimal tiga tahun.
f) Cara waktu angsuran, dipotong langsung dari gaji masing-masing
anggota peminjam melalui juru potong yang ada di instansi (unit kerja)
masing-masing anggota peminjam.
g) Pengajuan pinjaman:
1) Peminjam mengisi formulir yang telah disediakan, dan disetujui/
ditandatangani oleh Juru Potong Komisariat dan Ketua
Komisariat.
2) Besarnya pinjaman disetujui oleh Bendahara KPRI Al-
Ukhuwwah.
h) Jika pelunasan dipercepat peminjam hanya membayar sisa utangnya
tanpa dibebani jasa pinjaman.
i) Priontas pinjaman dengan urutan:
1) Biaya rumah sakit, sekolah dan perhelatan.
2) Jumlah pinjaman yang kecil didahulukan.
j) Semua simpanan yang ada di KPRI Al-Ukhuwwah dijadikan agunan.
2. Manfaat simpan pinjam:
a) Anggota dapat memperoleh pinjaman dengan mudah dan tidak
berbelit-belit
84
b) Proses bunganya adil karena disepakati dalam rapat anggota
c) Tidak ada sayarat meminjam memakai jaminan103
B. Paparan Data
1. Transaksi (akad) Pada Produk-Produk di KPRI Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar.
Para pedagang kadang kala kedatangan konsumen yang ingin membeli
barang dengan spesifikasi dan jumlah atau ukuran tertentu. Sayangnya, stok
barang tersebut sedang kosong. Peluang keuntungan ini tentu sayang kalau
dilewatkan begitu saja, apalagi kalau pembeliannya dalam jumlah besar.
Dalam situasi seperti ini, pedagang tidak jarang langsung melakukan jual-beli
dengan konsumen, seolah-olah dia telah memiliki barang yang dikehendaki,
kemudian ia mencari barang tersebut ke pedagang lain. Setelah barang
didapat, baru ia serahkan kepada si pembeli. Praktek seperti ini dilarang oleh
Rasulullah saw. karena menjual sesuatu yang belum dimiliki, sebagaimana
diterangkan dalam hadits:
جل فيريد منى البيع ليس عندى يأتينى الره عن حكيم بن حزام قال يا رسول للاه
وق فقال «عندك ال تبع ما ليس » أفأبتاعه له من الس
Dari Hakim bin Hizam, beliau berkata: Aku berkata, “wahai Rasulullah, ada
seseorang yang mendatangiku, kemudian dia ingin aku melakukan jual-beli
103 Amrur Rofiq, Wawancara (Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar Rabo, 26 Juni 2013)
85
barang yang belum aku miliki. Bolehkah aku membelikan untuknya barang
yang dia inginkan di pasar?” Kemudian, Nabi bersabda, “Janganlah kau
menjual barang yang belum kau miliki”. (H.R. Abu Dawud, An Nasa’i, At
Tirmidzi, Ibnu Majjah, Malik, Ahmad, Ath Thoroni, Al Baihaqi dengan lafadz
dari Abu dawud).104
Syariah Islam yang luas menawarkan solusi menarik, yaitu model jual-
beli salam atau salaf. Dengan jual-beli model ini, penjual harus jujur kepada
calon pembeli bahwa barang yang dia inginkan tidak ada, namun penjual
boleh memberi tawaran bebas kepada calon pembeli apakah dia mau memesan
barang tersebut kepadanya sehingga penjual itu dapat menyerahkan barang
tersebut pada masa yang akan datang. Kalau pembeli menolak maka
urusannya selesai, tapi jika dia menerima maka dilakukan jual-beli salam
(pemesanan dengan bayaran di depan).
Pada transaksi (akad) as salam sudah sepatutnya dilakukan dengan ijab
qabul seperti biasa, akad ini telah dituliskan pada buku II Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah (KHES) BAB V, pasal 100, yang isinya:105
(1) Akad bai’ salam terikat dengan adanya ijab dan kabul seperti dalam
penjualan biasa.
(2) Akad bai’ salam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan kebiasaan dan kepatutan.
104 www.titokpriastomo.com, Kamis, 27 Maret 2014. 22.36 105 Mahkamah agung republik Indonesia, kompilasi hukum ekonomi syariah, (buku II, 2008), h.28-29
86
Sedang pada pasal 101 yang berbunyi:106
(1) Jual-beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas
barang sudah jelas.
(2) Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan atau
meteran.
(3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh
para pihak
Pada pasal 101, ayat (1). Telah diterangkan syarat kuantitas dan kualitas
barang harus jelas. Dalam implementasinya barang yang ada di KPRI
biasanya sudah lama dan kulitasnya masih lumayan, tapi masih
diperdagangkan.
Sedangkan pada ayat (3) memebicarakan spesifikasi barang harus
diketahui sempurnaoleh para pihak, setelah dilakukan dengan penelitian,
implementasi barang yang ada, seadanya langsung dimasukan kedalam
paketan. Walupun para pihak sudah mengetahui dan di karenakan para pihak
butuh pada saat itu juga.
Dalam jasa perbankan syari’ah atau LKS lainnya biasanya ada jenis
pinjaman qardh. Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan,
biasanya untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang-barang yang
dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).
106 Mahkamah agung republik Indonesia, kompilasi hukum ekonomi syariah, (buku II, 2008), h. 29
87
Dalam KHES tidak disinggung tentang status hukum riba dalam akad
qardh, dipihak lain disebutkan bahwa biaya administrasi dalam akad qardh
dibebankan kepada nasabah dengan tidak diberi batasaan. Hal ini akan
menimbulkan masalah ketika kreditur menafsirkan secara berlebihan dalam
mengambil biaya administrasi sehingga bisa saja terlalu membebani debitur.
Maka ditakutkan akan ada riba terselubung. Agar biaya admnintrasi tidak
menjadi bunga terselubung maka biaya ini tidak boleh dibuat proposrsional
terhadap jumlah pinjaman.107
Pada KPRI Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar implementasi transaksinya
masih menggunakan konvensional, jadi istilah “bunga” masih ada di dalam
Unit Simpan Pinjam di KPRI Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar. Didalam
ekonomi syariah istilah bunga tersebut dinamakan Akad Riba. Seharusnya
KPRI tersebut sudah menggunakan transaksi ekonomi syariah tersebut, karena
para anggotanya mayoritas dari kementrian agama (KEMENAG), agar supaya
tidak membebankan para nasabahnya.
Dalam buku II Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) BAB
XXVII, pasal.614, yang berbunyi “pemberi pinjaman dapat meminta jaminan
kepada nasabah bilamana dipandang perlu”.108 Jadi KPRI Al-Ukhuwwah
107 Taufik R. Syam, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah: Sebuah Tinjauan Singkat Tentang Materi
Khes Dan Positivisasi Hukum Islam Di Indonesia http://www.badilag.net (cakim ciamis) diakses
tanggal 20 maret 2014h.15 108 Mahkamah agung republik Indonesia, kompilasi hukum ekonomi syariah, (buku II, 2008), h.136
88
dapat meminta jaminan asalkan tidak membertkan para nasabahnya. Dengan
ketentuan yang wajar dan tidak memberatkan hak manusiawi.
Syariat islam tidak memperbolehkan adanya bunga(riba) dalam akad
qardh pada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), pasal 615, yang
berbunyi “Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela
kepada pemberi pinjaman selama tidak diperjanjikan dalam transaksi”.
Sementara pada implementasi (penerapan) yang terjadi di Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar
berbanding terbalik dengan aturan yang berada di Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah (KHES) pasal 615, karena pada penerapannya KPRI ini bebaban
tanggungan masih diberatkan kepada para nasabahnya.
Jadi untuk penerapan simpan pinjam di KPRI Al-ukhuwwah Kabupaten Blitar
tidak sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). Berarti
transaksi (Akad) yang ada di Unit Simpan Pinjam (USP) KPRI Al-Ukhuwwah
Kabupaten Blitar “Batal” dan mengandung unsur “Ribawi”.
2. Implementasi Transaksi (akad) Syariah Pada Produk di KPRI Al-
Ukhuwwah Kabupaten Blitar ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah.
Pada dasarnya akad yang dipakai KPRI Al-Ukhuwwah Kabupaten Blitar
sama dengan akad yang biasa dilakukan sehari-hari dalam kehidupan
bermasyarakat, menggunakan prinsip suka sama suka(tidak merugikan satu
sama lain).
89
Pada produk pertokoan sekarang memakai sistem akad salam, yaitu para
anggota yang ingin membeli barag harus memesan terlebih dahulu, yang
pemesanan tersebut dilakukan dengan cara, anggota memesan dahulu kepada
KPRI Al-Ukhuwwah dengan jangka waktu dua minggu (awal bulan mulai
tanggal 1-15). Setalah pemesanan dilakukan oleh para anggota, KPRI Al-
Ukhuwwah melakukan pesanan kepada perusahaan(supplayer), kemudian pihak
KPRI melakukan pengecekan barang yang sudah dikirimkan oleh
perusahaan(supplayer).
Tahap selanjutnya setelah pihak KPRI setelah melakukan pengecekan
barang, pihak KPRI melakukan penyerahan barang kepada pihak
anggota(pemesan), yang sudah melakukan pemesanan terlebih dahulu.109
Dalam pengertian yang sederhana bai’ as-salam berarti pembelian barang
yang diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan di
muka.110
Bai’ as-salam adalah jual beli dengan ketentuan si pembeli membayar saat ini
untuk barang yang akan diterimanya di masa mendatang.
Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh
Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah
disebutkannya syari'at jual-beli salam seusai larangan memakan riba. Allah
Ta'ala berfirman:
109 Wawancara dengan Bapak Drs. Ibnu Mas’ud, M.Pd.I., Senin, 10 Maret 2014 110 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd,Bidayatul Mujtihad wa Nihayatul Muqtashia
(Beirut:Darul-Qalam,1988)al,Mabsuth vol.X11,hlm.124
90
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak dengan
secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya." (Qs.
Al Baqarah: 282)
Para fuqaha (ahli Hukum Islam) menamainya dengan al-mahawij yang
dalam istilah indonesianya diartikan sebagai barang mendesak. Sebab dalam
jual beli barang yang menjadi obyek perjanjian jual beli tidak ada ditempat.
Sementara itu, keduabelah pihak (pejual dan pembeli) telah sepakat untuk
melakukan pembayaran terlebih dahulu.111
Dalam perjanjian as salam pembeli barang disebut as salam (yang
menyerahkan). Penjual disebut dengan al-muslamu ilihi (orang yang diserahi),
dan barang yang dijadikan sebagai objek perjajian disebut dengan al-muslam
fiih (barang yang akan diserahkan), serta harga barang yang diserahkan kepada
pihak penjual diistilahkan dengan ra’sumaalis salam (modal as salam)
Pada produk Unit Simpan Pinjam (USP) transaksi (akad) yang digunakan
pada simpan pinjamnya yaitu menggunakan akad qardh. Yang mana
peraturan tersebut telah ditetapkan dan di setujui oleh para anggota KPRI Al-
Ukhuwwah Kabupaten Blitar.
111 Suhrawardi K. Lubis, dan farid wajdi, Hukum ekonomi islam, (jakart, sinar grafika, 2012), h.152
91
Al-Qardh adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana) kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya
kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati
antara nasabah dan LKS.
Pinjam-meminjam dalam ketentuan syariat Islam serupa dengan pinjam
pakai yang dijumpai dalam ketentuan pasal 1740 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dalam pasal tersebut, dinyataknan bahwa pinjam pakai adalah
suatu perjanjian dengan memberikan sutu barang kepada pihak lain untuk
dipakai dengan cuma-cuma. Syaratnya setelah menerima dan memakai barang,
dalam jangka waktu tertentu harus di kembalikannya.112
Transaksi qardl diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadits
riwayat Ibnu Majjah dan ijma’ ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT
mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi “agama Allah”.
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”113
112 Suhrawardi K. Lubis, dan farid wajdi, Hukum ekonomi islam, h.136 113 QS. al-Baqarah (2): 245
92
Dari penjelasan ayat di atas, KPRI Al-Ukhuwwah sudah menerapkan
pinjam-meminjam. Tapi dalam penerapan transaksinya yang dipakai masih
menggunakan konvensional, padahal para anggotanya terdiri dari pegawai
kementian agama (KEMENAG) Kabupaten Blitar. Dimana yang sudah
seharusnya memakai akad qardh (transaksi pinjam-meminjam).
Syarkhul Islam Abi Zakaria al-Ansari memberi penjelasan bahwa rukun hutang
piutang itu sama dengan jual beli yaitu:
1)‘Âqid yaitu yang berhutang dan yang berpiutang.
2)Ma‘qud ‘alaih
3)Sighat yaitu ijab qabul, bentuk persetujuan antara kedua belah pihak.114
Para ulama sepakat bahwa jika pemberi hutang mensyaratkan kepada
pengutang untuk mengembalikan utangnya dengan adanya tambahan atau
manfaat, kemudian si pengutang menerimanya maka itu adalah riba. Namun
apabila kelebihan atau manfaat tidak diisyaratkan pada waktu akad maka
hukumnya boleh. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:115
Dari Jabir RA. ia menuturkan, “aku mendatangi Nabi SAW, sementara beliau
mempunyai suatu” (hutang kepadaku, lalu beliau melunasinya dan
menambahinya”. (Muttafaq‘Alaih
114Ghufron A. Mas‘adi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 173. 115 Faishal bin ‘Abdul ‘Aziz, “Mukhtashar Nailul Authar”, diterjemahkan Amir H. Fachrudin dan
Asep Saefullah, Ringkasan Nailul Authar (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 118.
93
“Dari Anas, ia ditanya, “seseorang di antara kami meminjamkan uang kepada
saudaranya, lalu si peminjam memberi hadiah kepada yang meminjaminya?”
Anas menjawab, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila seseorang di antara
kalian memberi pinjaman, lalu yang diberi pinjaman memberi hadiah
kepadanya atau membawanya di atas kendaraan, maka janganlah ia
menaikinya dan jangan menerimanya, kecuali jika hal itu memang biasa ia
lakukan antara si peminjam dan si pemberi pinjaman.” (HR. Ibnu Majah)