bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. …...terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1...

37
67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat SDN Mangunsari 06 berada di Jalan Walisongo, RT 03 RW 08 Tegalsari, Mangunsari, Sidomukti, Salatiga. Sarana yang ada di SDN Mangunsari 06 diantaranya 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 gudang, 1 ruang multimedia, 1 ruang gudang, 2 WC untuk guru dan 3 WC untuk siswa. Setiap ruangan memiliki keadaan yang cukup baik, terdapat ventilasi yang memadai, penerangan yang cukup dan suasan yang nyaman. Selain itu, halaman SDN Mangunsari 06 juga cukup luas yang biasanya digunakan untuk upacara bendera dan kegiatan sekolah lainnya. Media pembelajaran dan alat peraga pembelajaran yang dimiliki SDN Mangunsari 06 cukup lengkap, hanya saja media dan alat peraga tersebut jarang digunakan pada saat kegiatan pembelajaan. Koleksi buku-buku pembelajaran dan buku-buku pengetahuan umum yang dimiliki jumlahnya masih terbatas dengan kata lain masih belum mencukupi, karena jumlahnya lebih sedikit dari jumlah siswa. Adapun tenaga pengajar yang ada di SDN Mangunsari 06 ada 12 yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama islam, 1 guru mulok, 1 guru honorer dan 1 penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa SDN Mangunsari 06 sebanyak 105 siswa. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kesadaran belajar siswa SDN Mangunsari 06 umumnya masih rendah. Hanya sebagian kecil dari seluruh siswa kelas V yang mempunyai motivasi dalam pembelajaran. Hal ini juga disebabkan mayoritas orang tua siswa yang bekerja sebagai buruh bangunan dan kurang memiliki kemampuan dalam membimbing anaknya untuk belajar.

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 67

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06

    Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat SDN Mangunsari 06

    berada di Jalan Walisongo, RT 03 RW 08 Tegalsari, Mangunsari, Sidomukti,

    Salatiga. Sarana yang ada di SDN Mangunsari 06 diantaranya 6 ruang kelas, 1

    ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1

    gudang, 1 ruang multimedia, 1 ruang gudang, 2 WC untuk guru dan 3 WC untuk

    siswa. Setiap ruangan memiliki keadaan yang cukup baik, terdapat ventilasi yang

    memadai, penerangan yang cukup dan suasan yang nyaman. Selain itu, halaman

    SDN Mangunsari 06 juga cukup luas yang biasanya digunakan untuk upacara

    bendera dan kegiatan sekolah lainnya.

    Media pembelajaran dan alat peraga pembelajaran yang dimiliki SDN

    Mangunsari 06 cukup lengkap, hanya saja media dan alat peraga tersebut jarang

    digunakan pada saat kegiatan pembelajaan. Koleksi buku-buku pembelajaran dan

    buku-buku pengetahuan umum yang dimiliki jumlahnya masih terbatas dengan

    kata lain masih belum mencukupi, karena jumlahnya lebih sedikit dari jumlah

    siswa. Adapun tenaga pengajar yang ada di SDN Mangunsari 06 ada 12 yang

    terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama islam, 1

    guru mulok, 1 guru honorer dan 1 penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa

    SDN Mangunsari 06 sebanyak 105 siswa.

    Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah

    18 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kesadaran

    belajar siswa SDN Mangunsari 06 umumnya masih rendah. Hanya sebagian kecil

    dari seluruh siswa kelas V yang mempunyai motivasi dalam pembelajaran. Hal ini

    juga disebabkan mayoritas orang tua siswa yang bekerja sebagai buruh bangunan

    dan kurang memiliki kemampuan dalam membimbing anaknya untuk belajar.

  • 68

    4.2. Pelaksanaan Penelitian

    4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal

    Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas

    dilakukan. Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti

    melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati proses

    belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas V di SDN Mangunsari

    06 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil observasi yang

    telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam

    pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

    Permasalahan yang muncul terkait dengan hasil belajar yang rendah yang

    diperoleh siswa pada mata pelajaran Matematika, diduga dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Tingkat

    kemampuan siswa terhadap mata pelajaran Matematika dan konsentrasi siswa

    yang kurang dalam mengikuti setiap proses belajar mengajar merupakan salah

    satu faktor dari sisi siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar mata

    pelajaran Matematika. Masih banyaknya siswa yang asyik berbicara dengan

    teman sebangku dan sibuk dengan permainannya sendiri ketika guru mulai

    menyampaikan materi, siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang

    tengah berlangsung. Faktor dari guru dikarenakan, guru kurang memiliki

    keterampilan dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif saat

    pembelajaran, para guru masih menerapkan pembelajaran konvensional (ceramah)

    yang dianggap lebih praktis. Selanjutnya pemanfaatan media pembelajaran dan

    alat peraga juga sangat langka dilakukan oleh guru, sekolah memang sudah

    menyediakan peralatan pembelajaran namun guru masih kurang memanfaatkan

    media pembelajaran dan alat peraga tersebut di dalam setiap proses pembelajaran.

    Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan

    pembelajaran yang menyebabkan pembelajaran berjalan kurang efektif sehingga

    siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh

    dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi yang demikian

    berdampak pada perolehan hasil belajar matematika yang masih kurang dari

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) yang telah ditentukan oleh sekolah.

  • 69

    Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDN Mangunsari 06 Salatiga

    sebelum dilakukan tindakan penelitian masih rendah dan berada di bawah KKM.

    Hasil belajar PraSiklus diperoleh dari daftar nilai ulangan mata pelajaran

    Matematika pada semester II pada materi sebelumnya (Bab VII Pecahan). Dari

    data yang diperoleh tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas V

    memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Lebih

    jelasnya dapat dilihat dari tabel ketuntasan belajar PraSiklus sebagai berikut:

    Tabel 4.1

    Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

    No. Ketuntasan

    Belajar Nilai

    Jumlah Siswa

    Frekuensi Persentase (%)

    1. Tuntas ≥ 70 6 33,33

    2. Belum Tuntas < 70 12 66,67

    Jumlah 18 100

    Nilai Tertinggi 83

    Nilai Terendah 42

    Rata-rata 58,50

    Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa dari perolehan

    nilai ulangan mata pelajaran Matematika Semester II pada materi sebelumnya

    (Bab VII Pecahan) dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai di atas dari

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 6 dengan persentase 33,33%,

    sedangkan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 12 siswa

    dengan persentase 66,67%. Dengan nilai terendah 42, nilai tertinggi 83, dan nilai

    rata-rata 58,50 dapat diketahui bahwa persentase siswa yang belum tuntas masih

    tinggi dan lebih dari setengah jumlah siswa di kelas 5 SDN Mangunsari 06

    Salatiga.

    Sedangkan untuk keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian di

    kelas, peneliti melakukan observasi di dalam kelas pada saat kegiatan

    pembelajaran matematika berlangsung ketika tryout menggunakan metode

    pembelajaran problem solving. Dengan lembar observasi yang digunakan, peneliti

    dapat mengetahui keaktifan siswa pada proses pembelajaran matematika.

    Keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

  • 70

    Tabel 4.2

    Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan

    Indikator

    Aktif Tidak Aktif

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    1 11 61.11% 7 38.88%

    2 9 50% 9 50%

    3 8 44.44% 10 55.55%

    4 6 33.33% 12 66.66%

    5 6 33.33% 12 66.66%

    6 7 38.88% 11 61.11%

    7 8 44.44% 10 55.55%

    8 6 33.33% 12 66.66%

    9 5 27.77% 13 72.22%

    10 3 16.67% 15 83.33%

    Rata-rata 38.33% 61.66%

    Keterangan Indikator Pengamatan:

    1. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis,

    buku pelajaran) dengan baik.

    2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

    3. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.

    4. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah melalui berbagai sumber.

    5. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan

    pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang

    dihadapinya.

    6. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi

    kelompok.

    7. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan

    guru selama proses pembelajaran.

    8. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

    9. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kelompok lain.

    10. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran

    (dalam menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).

  • 71

    Mengacu pada tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa keaktifan siswa di SDN

    Mangunsari 06 hanya sebesar 38.33%. Sedangkan siswa yang belum memenuhi

    indikator keaktifan yang telah ditetapkan mencapai 61.66%.

    Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika

    siswa kelas V SDN Mangunsari 06 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang

    masih rendah dan kurang maksimal, maka peneliti melakukan sebuah Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan

    pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan metode

    pembelajaran Problem Solving sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dan

    keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yang akan dilakukan dalam dua

    siklus, dimana setiap siklus akan dilakukan tiga pertemuan.

    4.2.2. Pelaksanaan Siklus I

    4.2.2.1. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

    Sebelum melaksanakan tindakan pada pertemuan I, maka peneliti

    menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran diantaranya

    RPP, alat peraga stereofoam berbentuk bangun datar, lembar kerja kelompok,

    lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi keaktifan siswa. Peneliti

    merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan

    “Sifat-Sifat Bangun Datar”. Peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi

    matematika yang akan diajarkan pada siswa kelas V agar pembelajaran bisa

    berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan pada siklus I pertemuan

    pertama dapat tercapai apabila siswa menguasai indikator pada tabel dibawah:

    Tabel 4.3

    Indikator Pelajaran Siklus I Pertemuan Pertama

    Kompetensi Dasar Indikator

    Mengidentifikasi sifat-sifat

    bangun datar.

    1. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar segitiga

    2. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar persegi

    3. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar persegi panjang.

    4. Membedakan sifat segitiga sama sisi, segitiga kaki dan segitiga siku-siku

  • 72

    Tabel 4.4

    Indikator Pelajaran Siklus I Pertemuan Kedua

    Kompetensi Dasar Indikator

    Mengidentifikasi sifat-sifat

    bangun datar.

    1. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar jajar

    genjang

    2. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar trapesium

    3. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar belah ketupat

    4. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar layang-layang

    5. Menemukan sifat-sifat dari bangun datar lingkaran

    6. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun datar.

    4.2.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan,

    masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Rincian

    pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:

    1. Pertemuan Pertama

    Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada

    hari Selasa tanggal 22 April 2014 pukul 07.35-08.45 WIB dengan kompetensi

    dasar mengidentisikasi sifat-sifat bangun datar. Pada pertemuan pertama terdapat

    lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menemukan sifat-sifat

    segitiga sama sisi, menemukan sifat-sifat segitiga sama kaki, menemukan sifat-

    sifat segitiga siku-siku, menemukan sifat-sifat persegi, dan menemukan sifat-sifat

    persegi panjang. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus I

    pertemuan pertama:

    a. Kegiatan awal

    Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan

    mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk

    memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Selanjutnya

    guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya

    jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Bagaimana bentuk

  • 73

    atap rumah kalian? Bagaimana bentuk pintu rumah kalian? Adakah benda

    didalam kelas ini yang berbentuk bangun datar?” Dari berbagai jawaban

    siswa misalnya kotak, segitiga, lengkung dan lain-lain guru memilih

    segitiga sebagai jawaban yang paling tepat untuk bentuk atap rumah.

    Kegiatan apersepsi dimaksudkan untuk membangun konsep siswa tentang

    materi sifat-sifat bangun datar yang akan dipelajari. Kemudian guru

    menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan cara belajar

    yang ditempuh dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving.

    b. Kegiatan Inti

    Kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan

    konfirmasi. Siswa diminta berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan

    diberi permasalahan sifat-sifat bangun datar dalam bentuk Lembar Kerja

    Kelompok. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa

    tentang bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Guru

    mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang sifat-sifat bangun segitiga,

    persegi, dan persegi panjang. Siswa diminta untuk menyebutkan sifat-sifat

    yang terdapat pada bangun datar tersebut.

    Setelah bertanya jawab dengan siswa, siswa melakukan eksplorasi

    sumber bacaan mengenai materi sifat-sifat bangun datar dilanjutkan dengan

    penjelasan oleh guru menggunakan alat peraga dari stereofoam yang

    merupakan contoh bangun datar secara konkret. Guru melibatkan siswa

    untuk menyelidiki sifat-sifat yang terdapat pada bangun datar tersebut untuk

    mencari data tentang sifat-sifat bangun datar. Pada kegiatan elaborasi,

    mereka berpikir dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan

    sifat-sifat setiap bangun. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar

    berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan

    sifat-sifat setiap bangun dengan caranya masing-masing. Sifat-sifat yang

    telah ditemukan kemudian ditulis oleh siswa di Lembar Kerja Kelompok

    yang telah diberikan sebelumnya.

  • 74

    Ketika menyelesaikan soal-soal dalam Lembar Kerja Kelompok yang

    berkaitan dengan sifat-sifat dari bangun datar masih terlihat beberapa siswa

    yang sibuk mainan sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi kelompok.

    Pembagian kerja kelompok oleh ketua kelompok belum merata.

    Kebanyakan pengerjaan didominasi oleh siswa yang pandai saja. Namun,

    hal tersebut dapat segera diatasi oleh guru pengajar. Segera guru pengajar

    mengadakan presentasi hasil kerja kelompok dan siswa yang tadi tidak ikut

    kerja kelompok diminta untuk membacakan hasil diskusi dalam

    kelompoknya. Selama kegiatan inti berlangsung, pengajar melakukan

    penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif

    dan psikomotor siswa.

    Pada kegiatan konfirmasi, untuk memantapkan siswa mengenai materi

    yang dipelajari, guru pengajar memberikan umpan balik dan penguatan

    terhadap proses pemecahan masalah dalam menemukan sifat-sifat segitiga,

    persegi, dan persegi panjang. Guru juga melakukan kegiatan tanya jawab

    untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

    dipelajari. Kemudian guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan

    tentang materi yang telah dipelajari.

    c. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama siswa membuat penegasan

    atau kesimpulan tentang sifat-sifat segitiga, persegi, dan persegi panjang

    yang telah ditemukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika

    dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving. Dilanjutkan

    dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa,

    dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan situasi nyata

    kehidupan siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan

    dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pembelajaran

    dengan salam.

  • 75

    2. Pertemuan Kedua

    Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

    Rabu, 23 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Pertemuan kedua pada siklus I ini

    merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua kali ini

    terdapat enam indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menemukan sifat-

    sifat jajar genjang, menemukan sifat-sifat trapesium, menemukan sifat-sifat belah

    ketupat, menemukan sifat-sifat layang-layang dan menemukan sifat-sifat

    lingkaran . Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran Siklus I pada pertemuan

    kedua:

    a. Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan

    mengucapkan salam, berdoa bersama, kemudian melakukan kegiatan

    presensi. Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya

    jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Bagaimana bentuk

    roda sepeda kalian? Bagaimana bentuk ketupat lebaran? Adakah benda

    didalam kelas ini yang berbentuk lingkaran dan belah ketupat?” dari

    berbagai jawaban siswa misalnya bundar, lingkaran, belah ketupat, dan lain-

    lain. Guru memilih lingkaran sebagai jawaban yang tepat untuk bentuk roda

    sepeda dan belah ketupat untuk bentuk ketupat lebaran. Guru memberikan

    motivasi kepada siswa dengan memperlihatkan stereofoam yang berbentuk

    bangun datar jajar genjang, trapesium, belah ketupat, layang-layang dan

    lingkaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak

    dicapai.

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti yang dilakukan oleh guru pengajar hampir sama

    pada kegiatan inti pada pertemuan pertama. Pada kegiatan eksplorasi ini

    guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Guru pengajar

    mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan

    bangun datar jajar genjang, trapesium, belah ketupat, layang-layang,

    lingkaran dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan

    dengan sifat-sifat bangun datar. Dari bangun datar tersebut secara

  • 76

    berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan data.

    Kemudian siswa diminta untuk menyampaikan gagasannya tentang sifat-

    sifat bangun datar yang telah diamati. Beberapa siswa juga diminta oleh

    guru untuk menuliskan sifat-sifat bangun datar di papan tulis. Setelah guru

    memberikan penjelasan singkat tentang materi yang dipelajari, dilanjutkan

    dengan kegiatan elaborasi.

    Pada kegiatan elaborasi ini siswa mulai mengerjakan tugas yang telah

    diberikan oleh guru pengajar dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok. Pada

    pembelajaran kali ini suasana lebih kondusif, karena siswa sudah mengerti

    langkah-langkah pembelajaran problem solving. Setelah menyelesaikan

    tugas yang telah diberikan oleh guru pengajar, secara bergantian siswa

    mempresentasikan hasil diskusi tentang sifat-sifat bangun datar yang

    ditemukannya di depan kelas. Suasana pada tahap ini juga lebih kondusif

    dari pada pertemuan pertama. Lebih banyak siswa yang memberikan

    tanggapan dan komentar dari hasil presentasi. Selama kegiatan inti

    berlangsung, guru pengajar melakukan penilaian proses meliputi penilaian

    afektif dan psikomotor siswa.

    Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan penguatan terhadap

    materi yang telah dipelajari oleh siswa, guru juga melakukan kegiatan tanya

    jawab untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

    dipelajari. Guru pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk

    menanyakan hal-hal yang belum dipahami atau hal-hal yang belum jelas.

    c. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan penutup, guru pengajar bersama dengan siswa membuat

    penegasan atau kesimpulan tentang sifat-sifat bangun datar jajar genjang,

    trapesium, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran yang telah ditemukan

    oleh siswa. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru

    bersama dengan siswa dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari

    dengan situasi nyata kehidupan siswa. Setelah itu guru pengajar

    menyampaikan informasi kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya

    akan diadakan evaluasi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

  • 77

    3. Pertemuan Ketiga

    Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari

    Jumat, 25 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Pembelajaran pada pertemuan

    ketiga ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran pada pertemuan pertama dan

    pertemuan kedua yang telah guru pengajar laksanakan pada hari Selasa dan Rabu

    secara berturut-turut. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru

    pengajar melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan

    untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika setelah

    dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode

    pembelajaran problem solving pada siswa kelas V SDN Mangunsari 06.

    a. Kegiatan Awal

    Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan

    berdoa, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa

    untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang

    sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,

    trapesium, belah ketupat, layang layang, dan lingkaran. Selanjutnya guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang

    belum dipahami oleh siswa.

    b. Kegiatan Inti

    Sebelum guru pengajar mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35

    menit, guru pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam

    mengerjakan soal tes evaluasi hasil belajar, kemudian guru pengajar

    membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal

    evaluasi dengan baik dan guru pengajar mengawasi jalannya tes dari awal

    sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru

    pengajar bersama siswa mengkoreksi jawaban pada soal evaluasi tersebut.

    c. Kegiatan Penutup

    Kegiatan diakhiri dengan mengumumkan hasil perolehan nilai tes

    siswa dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

    berikutnya. Guru pengajar mengucapkan salam penutup.

  • 78

    4.2.2.3. Tahap Observasi Tindakan Siklus I

    Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan

    tindakan. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan

    lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan

    pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana

    pengaruh upaya tindakan perbaikan melalui penerapan metode pembelajaran

    problem solving terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    Kegiatan observasi dilakukan oleh guru pengamat/teman sejawat (observer)

    untuk mengamati aktivitas selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, baik

    itu aktivitas guru maupun keaktifan siswa. Hasil observasi atau pengamatan

    kegiatan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 20 aspek

    aktivitas guru dan 10 aspek keaktifan siswa. Masing-masing aspek dalam lembar

    observasi tersebut hanya terdapat jawaban “ya” atau “tidak”. Untuk jawaban “ya’

    berarti aspek dalam lembar observasi tersebut dilakukan, dan untuk jawaban

    “tidak” berarti aspek dalam lembar observasi tersebut tidak dilakukan.

    Berdasarkan hasil observasi tindakan guru pada siklus 1 pertemuan pertama

    dan pertemuan kedua dalam penerapan metode pembelajaran problem solving

    dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

  • 79

    Tabel 4.5

    Hasil Observasi Metode Pembelajaran Problem Solving Siklus I

    No Uraian kegiatan guru dan siswa

    Pertemuan

    1 2

    Ya Ya

    1 Apakah guru melakukan apersepsi dan motivasi? √ √

    2 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

    3 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan

    ditempuh? √ √

    4 Apakah guru memberi penjelasan dan gambaran umum

    mengenai materi yang akan dipelajari? √ √

    5 Apakah guru melakukan tanya jawab kepada siswa terkait

    materi yang akan dipelajari? √ √

    6 Apakah guru meminta siswa membentuk kelompok belajar? √ √

    7 Apakah guru memberi siswa permasalahan yang berkaitan

    dengan materi pelajaran? √ √

    8 Apakah guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi

    masalah? √ √

    9 Apakah guru membimbing siswa dalam mengumpulkan

    informasi melalui buku maupun sumber lain? x √

    10 Apakah guru membimbing siswa dalam menganalisis

    informasi yang telah di dapat? x x

    11 Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    saling mengeluarkan gagasan/pendapat dalam kerja kelompok? √ √

    12

    Apakah guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan

    memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan

    bantuan?

    √ √

    13 Apakah guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respon

    siswa? √ √

    14 Apakah guru memantau hasil kerja kelompok siswa? √ √

    15

    Apakah guru melibatkan siswa aktif bertanya dan

    menyampaikan pendapat pada saat kerja kelompok /

    presentasi?

    √ √

    16 Apakah guru menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa

    dalam belajar? √ √

    17 Apakah guru membimbing dalam kegiatan presentasi hasil

    kerja kelompok? √ √

    18 Apakah guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja

    siswa? x √

    19

    Apakah guru melibatkan siswa dalam membuat penegasan atau

    kesimpulan pembelajaran dengan mengacu pada hasil

    pemecahan siswa?

    √ √

    20 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan

    rumah kepada siswa? x √

    Jumlah 16 19

  • 80

    Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada tindakan siklus I dari

    pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semua langkah-langkah metode

    pembelajaran problem solving telah dilakukan dengan baik. Pelaksanaan tindakan

    guru selama kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang disusun

    dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru pengajar dapat mengendalikan

    mengendalikan kelas sehingga keberlangsungan kegiatan pembelajaran dapat

    berjalan. Guru pengajar juga terlihat mulai menarik minat siswa untuk belajar

    sehingga tercipta suatu keaktifan dalam diri siswa untuk berpatisipasi aktif dalam

    kegiatan pembelajaran didalam kelas.

    Meskipun pada saat awal pembelajaran tepatnya pada pertemuan pertama

    masih terdapat banyak langkah-langkah pembelajaran yang belum sempat

    dilakukan namun pada pertemuan selanjutnya, yaitu pertemuan kedua dan ketiga

    tindakan guru sudah mencerminkan dan sesuai dengan langkah-langkah metode

    pembelajaran problem solving yang telah ditetapkan. Hal tersebut telah

    menunjukkan keberhasilan penerapan metode pembelajaran problem solving

    karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (≥ 16 langkah

    dari semua langkah yang telah ditetapkan). Berarti pada siklus I ini, variabel

    tindakan telah mencapai indikator keberhasilan.

    Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa yang dilakukan oleh observer

    terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

    matematika dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving

    berlangsung. Keaktifan siswa yang ditunjukkan adalah terlihatnya aktifitas siswa

    yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran,

    seperti ketertarikan terhadap masalah yang disajikan, keterlibatan siswa, keaktifan

    siswa dan kerja sama siswa dalam pembelajaran.

    Meskipun pada saat awal pembelajaran masih banyak siswa yang masih

    bermain sendiri, masih terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran tetapi dari

    pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga pada siklus 1 sudah mulai terlihat

    adanya peningkatan keaktifan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

    Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1 pertemuan pertama dan pertemuan

    kedua dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut.

  • 81

    Tabel 4.6

    Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 Pertemuan 1

    Indikator

    Aktif Tidak Aktif

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    1 16 88.88% 2 11.11%

    2 15 83.33% 3 16.67%

    3 14 77.77% 4 22.22%

    4 9 50% 9 50%

    5 13 72.22% 5 27.77%

    6 17 94.44% 1 5.5%

    7 16 88.88% 2 11.11%

    8 15 83.33% 3 16.67%

    9 11 61.11% 7 38.88%

    10 10 55.55% 8 44.44%

    Rata-rata 75.55% 24.44%

    Tabel 4.7

    Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 Pertemuan 2

    Indikator

    Aktif Tidak Aktif

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    1 17 94.44% 1 5.5%

    2 16 88.88% 2 11.11%

    3 14 77.77% 4 22.22%

    4 11 61.11% 7 38.88%

    5 14 77.77% 4 22.22%

    6 18 100% 0 0%

    7 16 88.88% 2 11.11%

    8 16 88.88% 2 11.11%

    9 11 61.11% 7 38.88%

    10 12 66.66% 6 33.33%

    Rata-rata 80.55% 19.44%

    Keterangan Indikator Pengamatan:

    1. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis, buku

    pelajaran) dengan baik.

    2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

  • 82

    3. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.

    4. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah melalui berbagai sumber.

    5. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan

    pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang

    dihadapinya.

    6. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi

    kelompok.

    7. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan guru

    selama proses pembelajaran.

    8. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.

    9. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kerja kelompok lain

    10. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran (dalam

    menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).

    Berdasarkan tabel 4.6 diatas keaktifan pada siklus I pertemuan pertama

    menunjukkan 75.55% telah masuk dalam kategori aktif dan 24.44% siswa yang

    belum aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan pada tabel 4.7 siklus I

    pertemuan kedua menunjukkan 80.55% telah masuk dalam kategori aktif dan

    19.44% siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran.

    Sementara itu hasil tes evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar

    mata pelajaran matematika dengan metode pembelajaran problem solving pada

    siswa kelas V SDN Mangunsari 06. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

    berarti tuntas dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berarti belum tuntas.

    (Untuk hasil tes evaluasi dapat dilihat dalam tabel analisis data).

    4.2.2.4. Tahap Refleksi Siklus I

    Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

    telah dilakukan pada setiap pertemuan dalam 1 siklus. Refleksi bertujuan untuk

    mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan

    refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan

  • 83

    perwakilan beberapa siswa. Rincian tahapan refleksi pada setiap pertemuan

    sebagai berikut:

    a) Pertemuan Pertama

    Kegiatan refleksi pada pertemuan pertama diadakan pada akhir

    kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru

    kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa

    kelas V. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan

    pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

    Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui observasi

    aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama masih terdapat 4 langkah-

    langkah pembelajaran yang belum dijalankan. Dari hasil observasi pada

    pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20

    item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan pertama

    sebesar 80%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada

    siklus I pertemuan pertama, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada

    pertemuan pertama sebesar 75.55%.

    Dari hasil refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan

    pertemuan pertama siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan

    kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan

    metode pembelajaran problem solving. Kelebihan dan kekurangan tersebut

    diantaranya:

    1) Kelebihan

    a. Rancangan pembelajaran sudah terprogram.

    b. Siswa mulai tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

    2) Kekurangan

    a. Guru kolaborator belum begitu mengerti dengan baik tentang metode

    pembelajaran problem solving.

    b. Guru belum membimbing siswa dalam menganalisi informasi yang

    didapat siswa.

    c. Guru belum memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.

  • 84

    d. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal

    dalam kegiatan kerja kelompok.

    Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses

    pembelajaran pada pertemuan pertama, maka yang menjadi bahan

    pertimbangan dalam perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

    pertemuan kedua pada siklus I sebagai berikut:

    a) Guru pengajar lebih mendalami langkah demi langkah dalam

    menerapkan metode pembelajaran problem solving pada saat kegiatan

    pembelajaran matematika berlangsung.

    b) Guru pengajar lebih membimbing siswa dalam menyelenggarakan

    kegiatan pembelajaran pada saat menerapkan metode pembelajaran

    problem solving.

    b) Pertemuan Kedua

    Kegiatan refleksi pada pertemuan kedua dilaksanakan bersama guru

    kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa

    kelas V. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan

    observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua masih terdapat 2

    langkah-langkah pembelajaran yang belum dijalankan. Dari hasil observasi

    pada pertemuan kedua dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak

    20 item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan kedua

    sebesar 95%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada

    siklus I pertemuan kedua, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada

    pertemuan kedua sebesar 80.55%.

    Adapun hasil refleksi yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan

    pertemuan kedua siklus I terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan

    dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode

    pembelajaran problem solving. Kelebihan dan kekurangan tersebut

    diantaranya:

  • 85

    a) Kelebihan

    1) Guru pengajar sudah menerapkan langkah-langkah pembelajaran

    problem solving dengan baik dan sesuai rencana.

    2) Siswa mulai terlihat antusias dalam kegiatan pembelajaran.

    3) Siswa mampu bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya.

    4) Siswa mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

    b) Kekurangan

    1) Guru belum terlihat membimbing siswa dalam menganalisis informasi

    yang diperoleh siswa.

    Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus I baik pertemuan

    pertama maupun pertemuan kedua menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari

    hasil pengamatan aktivitas guru terbukti hasil perolehan pada lembar observasi

    yang diamati pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara berturut-turut

    sebesar 80% dan 95%. Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa pada

    pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara berturut-turut sebesar 75.55%

    dan 80.55%. Melalui hasil refleksi ini, peneliti memutuskan untuk mengadakan

    tindakan pembelajaran pada siklus II sebagai pemantapan keberhasilan

    pembelajaran setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving.

    4.2.3. Pelaksanaan Siklus II

    4.2.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II

    Setelah diperoleh informasi pada pelaksanaan siklus 1, maka peneliti

    menyusun materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang

    perlu digunakan diantaranya RPP, alat peraga stereofoam berbentuk bangun datar,

    lembar kerja kelompok, lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi

    keaktifan siswa. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    dengan pokok bahasan “Kesebangunan dan Simetri”. Keberhasilan pada siklus II

    pertemuan pertama dapat tercapai apabila siswa menguasai indikator pada tabel

    4.8 dan 4.9 berikut.

  • 86

    Tabel 4.8

    Indikator Pelajaran Siklus II Pertemuan Pertama

    Kompetensi Dasar Indikator

    Menyelidiki sifat-sifat

    kesebangunan dan simetri.

    1. Menunjukkan sifat-sifat kesebangun antar

    bangun datar.

    2. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

    dengan kesebangun antar bangun datar.

    Tabel 4.9

    Indikator Pelajaran Siklus II Pertemuan Kedua

    Kompetensi Dasar Indikator

    Menyelidiki sifat-sifat

    kesebangunan dan simetri.

    3. Menentukan simetri lipat pada bangun datar

    segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,

    belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran.

    4. Menentukan simetri putar pada bangun datar

    segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang,

    belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran.

    5. Menyelesaikan permasalahan yang bekaitan

    dengan simeti lipat dan simetri putar bangun

    datar.

    4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

    Pembelajaran pada siklus II terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan pertama

    dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada

    tanggal 30 April 2014, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 2 Mei

    2014, dengan alokasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

    Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut:

    1. Pertemuan Pertama

    a. Kegiatan awal

    Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan

    mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk

    memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi. Selanjutnya

    guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya

    jawab. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan “Apakah kalian

    pernah melihat miniatur mobil, bus, dan miniatur rumah?”. Kegiatan

  • 87

    apersepsi dimaksudkan untuk membangun konsep siswa tentang materi

    sifat-sifat kesebangunan yang akan dipelajari. Kemudian guru

    menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan cara belajar

    yang ditempuh dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving.

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

    sifat-sifat kesebangunan. Kemudian siswa diminta berkelompok yang terdiri

    dari 4-5 orang dan diberi permasalahan tentang kesebangunan bangun datar

    dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok. Pada kegiatan eksplorasi, guru

    menggali pengetahuan siswa tentang kesebangunan pada bangun datar.

    Siswa diminta untuk menyebutkan sifat-sifat kesebangunan yang terdapat

    berbagai bangun datar.

    Setelah bertanya jawab dengan siswa, siswa melakukan eksplorasi

    sumber bacaan mengenai materi sifat-sifat kesebangunan dilanjutkan

    dengan penjelasan oleh guru menggunakan alat peraga dari stereofoam yang

    merupakan contoh bangun datar secara konkret. Guru melibatkan siswa

    untuk menyelidiki bangun datar tersebut untuk mencari data tentang sifat-

    sifat kesebangunan. Pada kegiatan elaborasi, siswa berpikir dan berdiskusi

    dengan kelompoknya untuk menemukan kesebangunan bangun datar.

    Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator

    dan motivator bagi siswa untuk menemukan kesebangunan dengan caranya

    masing-masing. Kesebangunan yang telah ditemukan kemudian ditulis oleh

    siswa di Lembar Kerja Kelompok yang telah diberikan sebelumnya.

    Ketika menyelesaikan soal-soal dalam Lembar Kerja Kelompok yang

    berkaitan dengan materi kesebangunan, terlihat hampir semua siswa mulai

    terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pembagian kerja kelompok sudah

    terlihat baik. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaan ini sudah nampak

    serta sesuai seperti yang diharapkan. Setelah semua kelompok selesai

    mengerjakan lembar diskusi, guru menugaskan masing-masing kelompok

    maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

  • 88

    Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk menanggapi/bertanya

    kepada kelompok yang presentasi serta mencatat hasil kerja kelompok lain.

    Pada kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab dengan siswa tentang

    kejelasan materi, meluruskan pemahaman dan memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk bertanya untuk memantapkan siswa mengenai materi

    yang telah dipelajari.

    c. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan ini guru melakukan refleksi yaitu dengan menanyakan

    manfaat yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

    Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan

    dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, kemudian guru menutup

    pembelajaran dengan mengucapkan salam.

    2. Pertemuan Kedua

    a. Kegiatan Awal

    Pada pertemuan kedua, guru mengawali kegiatan pembelajaran

    dengan mengucapkan salam. Dalam kegiatan apersepsi guru bertanya

    “Apakah persegi jika dilipat kedua bagiannya sama atau setangkup?

    Bagaimana cara mengetahui bahwa bangun datar persegi panjang atau

    trapesium simetri?”. Kemudian guru menyampaikan cara belajar yang akan

    ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

    contoh-contoh simetri lipat dan simetri putar. Guru kemudian membagi

    siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

    Guru kemudian membagikan lembar diskusi kepada masing-masing

    kelompok dan meminta siswa mengerjakan soal-soal dalam lembar diskusi

    dengan langkah-langkah metode pembelajaran problem solving yang telah

    dijelaskan.

  • 89

    Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar diskusi, guru

    menugaskan masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk

    mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru meminta siswa yang

    tidak presentasi untuk menanggapi/bertanya kepada kelompok yang

    presentasi serta mencatat hasil kerja kelompok lain. Guru memberikan

    reward kepada siswa yang aktif pada saat presentasi, baik itu siswa yang

    bertanya maupun siswa yang menjawab petanyaan. Setelah selesai

    presentasi, guru memberikan penguatan secara lisan (pujian) dengan kata

    pintar, bagus, dan kata-kata positif lainnya terhadap hasil kerja masing-

    masing kelompok. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang

    kejelasan materi, meluruskan pemahaman dan memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk bertanya.

    c. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan penutup, guru pengajar bersama dengan siswa membuat

    penegasan atau kesimpulan tentang simetri lipat dan simetri putar yang telah

    ditemukan oleh siswa. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan

    oleh guru bersama dengan siswa dengan mengaitkan materi yang telah

    dipelajari dengan situasi nyata kehidupan siswa. Setelah itu guru pengajar

    menyampaikan informasi kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya

    akan diadakan evaluasi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

    3. Pertemuan Ketiga

    Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru pengajar

    melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus II, kegiatan ini dimaksudkan

    untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika

    setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode

    pembelajaran problem solving pada siswa kelas V SDN Mangunsari 06.

    a. Kegiatan Awal

    Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan

    salam, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa

  • 90

    untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang

    sifat-sifat kesebangunan, simetri lipat dan simetri putar. Selanjutnya guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang

    belum dipahami oleh siswa.

    b. Kegiatan Inti

    Sebelum guru pengajar mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35

    menit, guru pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam

    mengerjakan soal tes evaluasi hasil belajar, kemudian guru pengajar

    membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal

    evaluasi dengan baik dan guru pengajar mengawasi jalannya tes dari awal

    sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru

    pengajar bersama siswa mengkoreksi jawaban pada soal evaluasi tersebut.

    c. Kegiatan Penutup

    Kegiatan diakhiri dengan mengumumkan hasil perolehan nilai tes

    siswa dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

    berikutnya. Guru pengajar mengucapkan salam penutup.

    4.2.3.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus II

    Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan

    tindakan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh

    upaya tindakan perbaikan melalui penerapan metode pembelajaran problem

    solving terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    Berdasarkan hasil observasi tindakan guru pada siklus II pertemuan pertama

    dan pertemuan kedua dalam penerapan metode pembelajaran problem solving

    dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

  • 91

    Tabel 4.10

    Hasil Observasi Metode Pembelajaran Problem Solving Siklus II

    No Uraian kegiatan guru dan siswa

    Pertemuan

    1 2

    Ya Ya

    1 Apakah guru melakukan apersepsi dan motivasi? √ √

    2 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

    3 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan

    ditempuh? √ √

    4 Apakah guru memberi penjelasan dan gambaran umum

    mengenai materi yang akan dipelajari? √ √

    5 Apakah guru melakukan tanya jawab kepada siswa terkait

    materi yang akan dipelajari? √ √

    6 Apakah guru meminta siswa membentuk kelompok belajar? √ √

    7 Apakah guru memberi siswa permasalahan yang berkaitan

    dengan materi pelajaran? √ √

    8 Apakah guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi

    masalah? √ √

    9 Apakah guru membimbing siswa dalam mengumpulkan

    informasi melalui buku maupun sumber lain? √ √

    10 Apakah guru membimbing siswa dalam menganalisis

    informasi yang telah di dapat? √ √

    11 Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    saling mengeluarkan gagasan/pendapat dalam kerja kelompok? √ √

    12

    Apakah guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan

    memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan

    bantuan?

    √ √

    13 Apakah guru menunjukkan sikap terbuka terhadap respon

    siswa? √ √

    14 Apakah guru memantau hasil kerja kelompok siswa? √ √

    15

    Apakah guru melibatkan siswa aktif bertanya dan

    menyampaikan pendapat pada saat kerja kelompok /

    presentasi?

    √ √

    16 Apakah guru menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa

    dalam belajar? √ √

    17 Apakah guru membimbing dalam kegiatan presentasi hasil

    kerja kelompok? √ √

    18 Apakah guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja

    siswa? x √

    19 Apakah guru melibatkan siswa dalam membuat penegasan atau

    kesimpulan pembelajaran dengan mengacu pada hasil siswa? √ √

    20 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan

    rumah kepada siswa? √ √

    Jumlah 19 20

  • 92

    Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pada tindakan siklus II dari

    pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semua langkah-langkah metode

    pembelajaran problem solving telah dilakukan dengan baik. Hal ini berarti

    penerapan metode pembelajaran problem solving oleh guru sudah sangat baik.

    Hasil pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran siklus II pertemuan pertama

    dan pertemuan kedua secara garis besar sangat memuaskan. Dalam kegiatan awal

    pembelajaran guru sudah memeriksa kesiapan siswa, guru melakukan apersepsi

    juga menyampaikan tujuan pembelajaran.

    Dalam kegiatan inti guru sudah menguasai materi pelajaran dan mampu

    berinteraksi dengan siswa dengan baik. Kegiatan penutup guru bersama siswa

    menyimpulkan materi dan memberikan refleksi.

    Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa yang dilakukan oleh observer

    terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

    matematika dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving

    berlangsung. Keaktifan siswa yang meningkat terlihat dari partisipasi siswa pada

    saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi keaktifan siswa pada

    siklus II pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 berikut.

    Tabel 4.11

    Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1

    Indikator

    Aktif Tidak Aktif

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    1 18 100% 0 0%

    2 17 94.44% 1 5.5%

    3 15 83.33% 3 16.67

    4 12 66.66% 6 33.33%

    5 14 77.77% 4 22.22%

    6 17 94.44% 1 5.5%

    7 16 88.88% 2 11.11%

    8 17 94.44% 1 5.5%

    9 12 66.66% 6 33.33%

    10 13 72.22% 5 27.77%

    Rata-rata 83,88% 16,11%

  • 93

    Tabel 4.12

    Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 2

    Indikator

    Aktif Tidak Aktif

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    Frekuensi

    Siswa Presentase

    1 18 100% 0 0%

    2 17 94.44% 1 5.5%

    3 15 83.33% 3 16.67%

    4 13 72.22% 5 27.77%

    5 15 83.33% 3 16.67%

    6 18 100% 0 0%

    7 17 94.44% 1 5.5%

    8 17 94.44% 1 5.5%

    9 12 66.66% 6 33.33%

    10 14 77.77% 4 22.22%

    Rata-rata 86.66% 13.33%

    Keterangan Indikator Pengamatan:

    11. Siswa mempersiapkan diri dan peralatan sekolah (buku tulis, alat tulis, buku

    pelajaran) dengan baik.

    12. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

    13. Siswa segera melakukan tindakan setelah mendapat petunjuk dari guru.

    14. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah melalui berbagai sumber.

    15. Siswa berani mengemukakan pendapatnya ketika guru memberikan

    pertanyaan dan bertanya apabila tidak memahami persoalan yang

    dihadapinya.

    16. Siswa mampu bekerja sama saling berinteraksi dalam kegiatan diskusi

    kelompok.

    17. Siswa bertanggungjawab dengan menyelesaikan tugas yang diberikan guru

    selama proses pembelajaran.

    18. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.

    19. Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi hasil kerja kelompok lain

    20. Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya selama pembelajaran (dalam

    menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi).

  • 94

    Berdasarkan tabel 4.11 diatas, keaktifan siswa pada siklus II pertemuan

    pertama menunjukkan 83,88% siswa telah masuk dalam kategori aktif dan

    24.44% siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pada tabel

    4.12 siklus II pertemuan kedua menunjukkan 86.66% telah masuk dalam kategori

    aktif dan hanya 13.33% siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

    Sementara itu hasil tes evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar

    mata pelajaran matematika dengan metode pembelajaran problem solving pada

    siswa kelas V SDN Mangunsari 06. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

    berarti tuntas dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berarti belum tuntas.

    (Untuk hasil tes evaluasi dapat dilihat dalam tabel analisis data).

    4.2.3.4 Tahap Refleksi Siklus II

    Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

    telah dilakukan pada setiap pertemuan dalam siklus II. Refleksi bertujuan untuk

    mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan

    refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan

    perwakilan beberapa siswa. Rincian tahapan refleksi pada setiap pertemuan

    sebagai berikut:

    1. Pertemuan Pertama

    Kegiatan refleksi pada pertemuan pertama diadakan dalam bentuk

    diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti,

    dan perwakilan dari beberapa siswa kelas V. Kegiatan diskusi tersebut berisi

    tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

    pembelajaran problem solving.

    Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi

    aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama menunjukkan hasil yang

    sangat bagus, terbukti hanya ada 1 langkah metode pembelajaran problem

    solving yang belum dilakukan. Dari hasil observasi pada pertemuan pertama

    dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil persentase

    perolehan aktivitas guru pada pertemuan pertama sebesar 95%.

  • 95

    Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa pada siklus

    II pertemuan pertama, hasil persentase perolehan keaktifan siswa pada

    pertemuan pertama sebesar 83,88%.

    Dari hasil refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus II

    pertemuan pertama dapat diketahui beberapa kelebihan dalam pelaksanaan

    tindakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem

    solving. Kelebihan tersebut diantaranya:

    1. Kelebihan

    a. Guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terprogram.

    b. Siswa mulai terlihat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

    2. Pertemuan Kedua

    Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi

    aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua menunjukkan hasil yang

    sangat bagus, terbukti dalam kegiatan pembelajaan semua langkah metode

    pembelajaran problem solving dilakukan. Dari hasil observasi pada

    pertemuan kedua dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20

    item, hasil persentase perolehan aktivitas guru pada pertemuan kedua

    sebesar 100%. Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan siswa

    pada siklus II pertemuan kedua, hasil persentase perolehan keaktifan siswa

    pada pertemuan kedua sebesar 86,66%.

    Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sangat bagus.

    Pertemuan pertama dan pertemuan kedua menunjukkan hasil yang sangat

    memuaskan. Dari hasil pengamatan aktivitas guru terbukti hasil perolehan

    pada lembar observasi yang diamati pada pertemuan pertama dan pertemuan

    kedua secara berturut-turut sebesar 95% dan 100%. Sedangkan hasil

    pengamatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan

    kedua secara berturut-turut sebesar 83,88% dan 86,66%. Sehingga penulis

    memutuskan penerapan metode pembelajaran dengan metode problem

    solving dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

  • 96

    4.3 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus I & II

    1. Hasil Belajar Siklus I

    Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jumat 25 April

    2014 didapatkan hasil belajar 18 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I

    dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06 adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4.13

    Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siklus I

    No Nilai

    Siklus I

    Jumlah

    Siswa

    Presentase

    (%)

    1

  • 97

    Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal

    sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Dimana pada kondisi awal sebelum

    tindakan untuk nilai terendah adalah 42, nilai tertinggi adalah 83 dan rata-rata

    nilai siswa pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan penelitian adalah

    58,50. Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:

    Tabel 4.14

    Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

    No Nilai

    Siklus I

    Keterangan Jumlah

    Siswa

    Presentase

    (%)

    1 < 70 3 16,67 Belum Tuntas

    2 ≥ 70 15 83,33 Tuntas

    Jumlah 18 100

    Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I

    dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06, menunjukkan

    bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=70) sebanyak 3 siswa atau sebesar 16,67% dari total keseluruhan siswa.

    Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau sebesar 83,33% dari total keseluruhan siswa.

    Kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada kondisi awal sebelum

    tindakan. Dimana pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan, siswa yang

    hasil belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70)

    sebanyak 12 siswa atau sebesar 66,67% dari total keseluruhan siswa. Kini setelah

    dilaksanakan tindakan pada siklus 1, siswa yang belum tuntas turun menjadi 3

    siswa atau sebesar 16,67% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan untuk tingkat

    ketuntasan pada kondisi awal jumlah siswa yang hasil belajarnya telah dinyatakan

    tuntas hanya sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,33% dari total keseluruhan siswa.

    Kini setelah dilaksanakan tindakan penelitian pada siklus 1, siswa yang hasil

    belajarnya dinyatakan tuntas naik menjadi 15 siswa atau sebesar 83,33% dari total

    keseluruhan siswa.

  • 98

    2. Hasil Belajar Siklus II

    Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jumat 2 Mei 2014

    didapatkan hasil belajar 18 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II

    dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06 adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4.15

    Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siklus II

    No Nilai

    Siklus II

    Jumlah

    Siswa

    Presentase

    (%)

    1

  • 99

    Berdasarkan data perolehan hasil belajar siklus II dan mengacu pada

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.16

    berikut:

    Tabel 4.16

    Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II

    No Nilai

    Siklus II

    Keterangan Jumlah

    Siswa

    Presentase

    (%)

    1 < 70 1 5,55 Belum Tuntas

    2 ≥ 70 17 94,44 Tuntas

    Jumlah 18 100

    Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II

    dalam mata pelajaran matematika kelas V SDN Mangunsari 06, menunjukkan

    bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=70) sebanyak 1 siswa atau sebesar 5,55% dari total keseluruhan siswa.

    Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=70) sebanyak 17 siswa atau sebesar 94,44% dari total keseluruhan siswa.

    3. Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

    Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan

    siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

    Tabel 4.17

    Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

    No

    Nilai

    Ketuntasan

    Pra Siklus Siklus I Siklus II

    Jumlah

    Siswa

    Persen

    (%)

    Jumlah

    siswa

    Persen

    (%)

    Jumlah

    siswa

    Persen

    (%)

    1

  • 100

    Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah

    siswa yang tuntas dalam belajar. Sebelum diadakan tindakan, siswa yang tuntas

    belajar hanya 6 siswa dan 12 siswa belum tuntas dalam belajar matematika.

    Setelah dilaksanakan siklus I terdapat 15 siswa tuntas dalam belajar dan hanya 3

    siswa yang belum tuntas. Selanjutnya dilaksanakan siklus II dimana keseluruhan

    siswa mengalami ketuntasan belajar 17 siswa dan 1 siswa belum tuntas. Hal ini

    membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran problem solving dalam

    mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan

    ini terjadi akibat dilakukannya tindakan berupa penerapan metode pembelajaran

    problem solving dalam pembelajaran matematika.

    4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

    Pembahasan Siklus I

    Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri

    Mangunsari 06 Salatiga terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah

    diadakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran problem

    solving, dengan nilai rata-rata 58,50 sebelum diadakan tindakan dan setelah

    dilakukan tindakan pada siklus I skor rata-rata menjadi 78,33 dengan nilai

    tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Berarti pembelajaran telah berhasil baik

    dengan indikator keberhasilan ≥ 80 dengan tingkat keberhasilan 83,33 % dari

    jumlah siswa sebanyak 18 siswa, dan pada siklus I ini hasil belajar siswa

    meningkat, tetapi masih ada yang belum tuntas dengan persentase 16,67%.

    Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan pembelajaran problem solving

    menciptakan belajar yang bermakna dan menimbulkan kebanggaan bagi siswa

    karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep ilmiah dari materi yang

    dipraktekkan.

    Perolehan hasil belajar pada siklus I ini masih belum optimal, beberapa

    kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain guru belum guru

    tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga siswa kurang mengerti apa

    yang harus dipahami ketika pembelajaran. Selain itu guru kurang mengkonfirmasi

    gagasan siswa sebagi wujud tindak lanjut dari pemahaman siswa, perlu

  • 101

    pendampingan yang baik sehingga semua siswa dapat terlayani semua. Semua

    siswa harus mempersiapkan diri dan beraktifitas positif sehingga siswa

    memperoleh manfaat pembelajaran melalui metode pembelajaran problem

    solving.

    Pembahasan Siklus II

    Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan kegiatan pembelajaran

    difokuskan pada kekurangan siklus I. Pada penelitian siklus I ketuntasan hasil

    belajar sebesar 83,33% dan skor rata-rata 78,33 dengan nilai tertinggi 100 dan

    nilai terendah 50. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi

    94,44% dan skor rata-rata 87,78 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.

    Meskipun belum mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah

    mencapai ketuntasan belajar karena telah memenuhi indikator hasil 80%.

    Terjadinya peningkatan ini karena pembelajaran yang menciptakan kreatifitas

    siswa sehingga tercipta suasana yang nyaman, kreatif dan ada kerjasama antar

    siswa. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, partisipasi

    siswa dalam pembelajaran cukup besar. Siswa lebih aktif mengikuti proses

    pembelajaran, lebih berani mengemukakan gagasan dan pendapat.

    Dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving ternyata sudah

    memberikan antusias kepada siswa di dalam menyampaikan materi pada

    pembelajaran matematika. Hal ini terlihat pada nilai siswa yang meningkat.

    Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

    Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka diperoleh hasil bahwa

    penilaian hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran problem

    solving pada pokok bahasan sifat-sifat bangun datar di SD Negeri Mangunsari 06

    Salatiga mengalami peningkatan. Selain itu keaktifan siswa dalam mata pelajaran

    matematika juga meningkat. Berdasarkan hasil observasi kegiatan yang dilakukan

    kepada siswa dapat diketahui bahwa siswa terlibat aktif dan antusias dalam

    kegiatan kerja kelompok. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan terhadap

    guru menunjukkan tingkat kemampuan guru dalam menguasai kondisi kelas pada

    saat melakukan pembelajaran menunjukkan peningkatan.

  • 102

    Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II SD

    Negeri Mangunsari 06 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 juga meningkat

    dengan keberhasilan penelitian tindakan kelas mencapai 94,44% dari jumlah

    siswa kelas V semester II SD Negeri Mangunsari 06 Salatiga dapat memenuhi

    nilai KKM ≥ 70.

    Penggunaan metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran

    matematika menunjukkan terjadinya peningkatan dari nilai rata-rata hasil belajar

    siswa. Hal ini berdasarkan pada peningkatan frekuensi ketuntasan belajar siswa,

    ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari prasiklus ke siklus I

    dan siklus II. Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat dijelaskan

    beberapa manfaat sebagai berikut:

    1) Pembelajaran dengan metode pembelajaran problem solving dapat digunakan

    sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika.

    2) Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving

    berpengaruh pada peningkatan keaktifan belajar siswa. Siswa yang semula

    pasif setelah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran problem

    solving menjadi aktif untuk belajar sehingga hasil belajar meningkat

    3) Metode pembelajaran problem solving berpengaruh terhadap peningkatan

    hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 06 Salatiga pada pokok

    bahasan sifat-sifat bangun datar.

    4.4.1 Implikasi Teoritis

    a. Keaktifan dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Keaktifan

    adalah kemauan individu dalam melakukan tindakan positif terhadap diri

    sendiri, lingkungan atau situasi yang dihadapi yang berupa sikap untuk

    dapat mengurangi pengaruh negatif dan keragu-raguan, menerima dan

    berani mengembangkan kemampuan diri, menghargai diri serta mampu

    membuat keputusan sendiri. Dengan penelitian ini terbukti bahwa

    penggunaan metode pembelajaran problem solving pada mata pelajaran

    matematika dapat meningkatkan keaktifan siswa.

  • 103

    b. Setelah membandingkan teori penggunaan metode pembelajaran problem

    solving dengan penelitian ini maka didapatkan hasil yang sejalan dan saling

    melengkapi. Setelah pembelajaran disesuaikan dengan standar proses maka

    didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

    pembelajaran problem solving pada mata pelajaran matematika dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    4.4.2 Implikasi Praktis

    Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving

    pada dapat digunakan dalam mata pelajaran matematika dan dapat meningkatkan

    keaktifan serta hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran

    problem solving memfasilitasi diperolehnya pengetahuan melalui penalaran dan

    penyelidikan terhadap suatu benda. Selain itu dapat mengkonkritkan materi

    pelajaran yang abstrak. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode

    pembelajaran problem solving siswa dituntut untuk dapat berpikir secara logis

    dengan mengumpulkan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi pengetahuan menjadi

    pengetahuan utuh yang disetujui oleh seluruh angoota kelompok. Siswa dituntut

    untuk mampu mengungkapkan pendapat dan mempertahankan pendapatnya

    sehingga dapat meningkatkan keaktifan diri siswa.