bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari...

36
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 April sampai tanggal 16 Mei 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Beteleme Kecamatan lembo Kabupaten Morowali Utara provinsi Sulawesi tengah. Puskesmas Beteleme diresmikan tanggal 08 Mei 1978 terletak di Desa Beteleme Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara. Letak geografis desa Beteleme berada diantara 02 o 14’ LS dan 121 o 28’ dengan luas lokasi 5.791,5 m2. Batasan wilayah kerja Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo adalah sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Petasia, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan lembo Raya dan Provinsi Sulawesi Selatan, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mori atas, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Petasia Timur.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 April

sampai tanggal 16 Mei 2015. Penelitian ini dilaksanakan di

Puskesmas Beteleme Kecamatan lembo Kabupaten

Morowali Utara provinsi Sulawesi tengah. Puskesmas

Beteleme diresmikan tanggal 08 Mei 1978 terletak di Desa

Beteleme Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara.

Letak geografis desa Beteleme berada diantara 02o 14’ LS

dan 121o 28’ dengan luas lokasi 5.791,5 m2. Batasan

wilayah kerja Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo

adalah sebelah utara berbatasan dengan kecamatan

Petasia, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan

lembo Raya dan Provinsi Sulawesi Selatan, sebelah barat

berbatasan dengan kecamatan Mori atas, sebelah timur

berbatasan dengan kecamatan Petasia Timur.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

32

4.1.2. Struktur Organisasi Puskesmas

4.1.3 Proses Penelitian

Pada penelitian ini, yang paling pertama peneliti

lakukan adalah memberikan surat ijin penelitian dari

Fakultas Ilmu Kesehatan ke bagian tata usaha Puskesmas

Beteleme kemudian setelah mendapatkan ijin penelitian

dari Kepala Puskesmas, peneliti sudah bisa melakukan

penelitian pada saat itu. Partisipan pada penelitian ini

diperoleh peneliti dari proses wawancara pada pengurus

promosi kesehatan. Dari hasil wawancara yang peneliti

lakukan didapatkan informasi bahwa yang melakukan

promosi kesehatan ibu dan anak sebagian besar adalah

Kepala Puskesmas

Tata Usaha

Promosi Kesehatan Jaringan Pelayanan

Puskesmas Pembantu

Bidan Desa Upaya Kesehatan

Masyarakat

Upaya Kesehatan Perorangan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

33

bidan. Peneliti memperoleh data ada 13 bidan di

Puskesmas Beteleme, yang sesuai dengan kriteria

partisipan yang sudah ditentukan adalah 8 orang tetapi

yang bersedia untuk diwawancara adalah 6 orang,

sehingga total partisipan yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini sebanyak 6 partisipan. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik wawancara structured

interview dengan total pertanyaan berjumlah 10

pertanyaan, adapun lamanya proses wawancara pada

masing-masing partisipannya berkisar antara 20-45 menit

dalam 1 kali pertemuan. Pada penelitian ini, pertemuan

yang peneliti lakukan untuk membina hubungan saling

percaya dan wawancara mendalam sebanyak 3 kali

kepada masing-masing partisipannya. Pada tanggal 20

April sampai 21 April 2016 peneliti menemui tiap-tiap

partisipannya untuk membina hubungan saling percaya,

melakukan kontrak waktu dan menjelaskan hal-hal yang

berkaitan dengan wawancara peneliti, dengan maksud

agar partisipan mengetahui tujuan peneliti melakukan

penelitian ini. Wawancara yang peneliti lakukan

disesuaikan dengan aktivitas, kesediaan dan kesiapan

partisipan sendiri, sehingga proses penelitian ini tidak

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

34

mengganggu aktivitas partisipan dan guna melancarkan

jalannya proses wawancara. Saat penelitian berlangsung

semua partisipan menyambut dengan baik kehadiran

penelliti saat proses wawancara berlangsung, partisipan

terlihat antusias dan sangat terbuka dalam menjawab tiap

pertanyaan yang ada.

4.1.3 Gambaran Umum Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini memiliki pengalaman

dalam memberikan promosi kesehatan ibu dan anak yang

sudah bekerja di Puskesmas atau keperawatan komunitas

selama lebih dari 5 tahun. Adapun karakteristik partisipan

dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

Nama (Inisial)

Umur (Tahun)

Pendidikan Pekerjaan Lama Kerja

RT 34 Amd.Keb Bidan 6 tahun

NR 40 Amd.Keb Bidan 10 tahun

NN 28 Amd.Keb Bidan 7 tahun

SA 30 Amd.Keb Bidan 9 tahun

LT 26 Amd.Keb Bidan 5 tahun

LM 28 Amd.Keb Bidan 6 tahun

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

35

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian memaparkan mengenai beberapa tema

yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari

hasil sub-sub tema yang ditemui selama di lapangan. Peneliti

mendapatkan 6 tema besar yang mendasari hasil penelitian.

Adapun tema tersebut adalah :

4.2.1. Bervariasinya Pemahaman Bidan terhadap 10

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari

semua 6 partisipan tidak semua bidan mengetahui semua

Indikator PHBS. Pernyataan ini dapat didukung dengan

kutipan wawancara berikut ini :

“10 indikator PHBS yang pertama persalinan di

tolong oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI

ekslusif, penimbangan bayi dan balita, menggunakan

air bersih, mencuci tangan dengan air sabun,

menggunakan jamban sehat, memberantas jentik

nyamuk, makan buah setiap hari, melakukan aktifitas

fisik, tidak merokok dalam rumah” (P1Q1A1)

“Yang saya tau itu pertolongan ditolong oleh tenaga

kesehatan, memberikan ASI Ekslusif, penimbangan

berat badan bayi dan balita, dan ketersediaan

jamban kalau yang lainya saya kurang ingat hanya

yang tentang kesehatan ibu dan anak saja yang saya

ingat skali (sambil ketawa)” (P3Q1A1)

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

36

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh partiisipan

lain yaitu P2Q1A1, P4Q1A1, P5A1Q1 dan P6Q1A1. Dari 6

partisipan yang mengetahui 10 indikator PHBS ada 2 orang

yaitu partisipan 1 dan 2, sedangkan 4 partisipan lainnya

hanya mengetahui 4-6 indikator PHBS. Berdasarkan

peryataan diatas, maka pengetahuan bidan tentang 10

indikator PHBS sangat bervariasi.

4.2.2. Perencanaan dan pengawasan promosi kesehatan

dilakukan secara rutin.

Sebelum dilakukan pelaksanaan promosi kesehatan

tentang kesehatan Ibu dan anak, dilakukan perencanaan

dan pengawasan setiap awal bulan dalam bentuk lokakarya

mini yang dihadiri oleh semua petugas kesehatan. Kegiatan

lokakarya mini diantaranya adalah untuk menentukan jadwal

kegiatan, teknik pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan tim

kerja. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan

wawancara berikut ini :

“Biasanya sebelum diadakan kegiatan Promosi

Kesehatan tersebut kita mengadakan lokakarya mini

atau loka karya mini setiap awal bulan” (P1Q3A1)

“Setiap awal bulan kami mengadakan lokakarya mini…

Semua petugas kesehatan Gizi, bidan, kesling,

kesmas dan staff puskesmas di kumpul untuk

membicarakan kegiatan apa yang akan dilakukan

dalam bulan tersebut termaksud untuk perencanaan

Promosi Kesehatan…” (P2Q3A1)

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

37

Selain menyusun rencana kegiatan promosi

kesehatan, dalam lokakarya mini juga sudah langsung

membicarakan evaluasi yang akan dilakukan setelah

pelaksanaan promosi kesehatan itu selesai. Evaluasi yang

dilakukan adalah melakukan wawancara kepada

masyarakat yang ikut sejauh mana mereka mengerti tentang

promosi kesehatan yang sudah diberikan, membuat laporan

pertanggungjawaban kegiatan dan pada kelas ibu hamil

melakukan post tes sebanyak 15 nomor pada pertemuan

ketiga. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan

wawancara berikut ini

“Evaluasinya itu kami wawancara mayarakatnya….

dan kami juga membuat laporan pertanggung

jawaban… untuk evaluasi kelas ibu hamil itu kami buat

post tes..” (P6Q7A1)

“post tesnya itu ada 15 soal sudah mencakup semua

materi yang diberikan selama 3 kali pertemuan..”

(P2Q7A2)

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh semua

partisipan dengan kode P1Q7A1-2, P3Q7A1, P4Q7A1-2,

P5Q7A1-2. Dalam pelaksanaan lokakarya mini selain

menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan dilakukan

juga penentuan sasaran utama dalam promosi kesehatan

ibu dan anak. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan

wawancara berikut ini:

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

38

“Sasarannya ibu hamil dan keluarganya..” (P1Q8A4)

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh semua

partisipan dengan kode P2Q8A4, P3Q8A2, P4Q8A4,

P5Q8A3 dan P6Q8A3.

4.2.3 Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Sudah Dilakukan di

Puskesmas Sesuai dengan Prosedur.

Promosi kesehatan ibu dan anak dalam 3 indikator

PHBS tentang persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

penimbangan berat badan bayi dan balita, memberikan ASI

ekslusif sudah dilaksanakan oleh Puskesmas. Pernyataan

ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini

“iya semua sudah kami laksanakan….” (P1Q2A1)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua

partisipan dengan kode P2Q2A1, P3Q2A1, P4Q2A2,

P5Q2A1 dan P6Q2A1.

Pelaksanaan promosi kesehatan ibu dan anak

dilakukan di luar gedung dengan melakukan penyuluhan

pada saat posyandu setiap 1 bulan sekali dan pelaksanaan

kelas ibu hamil setiap 3 kali pertemuan dalam sebulan.

Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh bidan desa di masing-

masing puskesmas pembantu dan salah satu rumah ibu

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

39

hamil. Kegiatannya bersifat formal, dimulai dari perkenalan,

menjelaskan tujuan, memberikan materi tentang kesehatan

ibu dan anak dengan menggunakan media, setelah itu

dilakukan sesi tanya jawab. Kelas ibu hamil ini tidak ada

batasan waktunya, biasanya paling lama 1-2 jam dan

maksimal peserta dalam kelas ibu hamil berjumlah 5 orang.

Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara

berikut ini:

“pada saat pelaksanaan posyandu tiap bulan kita

berikan Promosi Kesehatan sama dorang (kepada

mereka), dan pada saat kelas ibu hamil sebanyak 3

kali dalam 1 bulan…”( P2Q5A1)

“kalau tempat pelaksanaanya tidak menentu biasanya

dirumah salah satu ibu hamil atau di puskesmas

pembantu…” (P1Q4A7)

“kita laksanakan kelas ibu hamil ini kalau ibu hamil

didesa tersebut ada 5 orang…”(P6Q4A4)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua

partisipan dengan kode P2Q4A3-4, P4Q5A1, P5Q5A1,

P6Q5A1, P2Q4A4-7, P3Q4A2-6, P4Q1A2-6, P5Q4A2-5 dan

P6Q4A2-6.

Selain pelaksanaan promosi kesehatan dilakukan di

luar gedung ada juga yang dilakukan di dalam gedung

secara individu ketika pasien datang memeriksakan

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

40

kehamilan dan kesehatan anaknya di Puskesmas. Media

yang biasa digunakan adalah memberikan pamflet tentang

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dengan tujuan

agar Ibu hamil bisa mengerti lagi tentang keuntungan

apabila bersalin dibantu oleh tenaga kesehatan dan

pemasangan poster di ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

tentang manfaat ASI eksklusif dan persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan dan difasilitas kesehatan. Pernyataan ini

dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“didalam gedung ketika pasien datang kita langsung

berikan penyuluhan secara langsung, setelah kita

selesai memeriksa keadaan kehamilanya” (P5Q4A1)

“kalau poster itu kami tempel di ruang KIA”( P6Q4A7)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua

partisipan dengan kode P1Q4A1,8, P2Q4A9, P3Q4A1,7,

P4Q4A1,8, P5Q4A1,6 dan P6Q4A1,7.

4.2.4 Strategi Bidan dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Teridentifikasi dari hasil wawancara dan observasi

bahwa bidan melakukan strategi dalam promosi kesehatan

ibu dan anak. Strategi yang teridentifikasi antara lain

menggabungkan ibu hamil dengan desa yang lain sehingga

kelas ibu hamil dapat dilaksanakan, menciptakan suasana

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

41

yang nyaman selama pelaksanaan promkes dan melakukan

penyuluhan kepada individu serta keluarganya setelah

dilakukan pemeriksaan antenatal. Pernyataan ini dapat

didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“…kalau tidak sampai 5 orang misalnya hanya ada 2

orang, agar ibu hamil ini bisa mengikuti kelas ibu

hamil kita gabungkan dengan ibu hamil di desa

tetangga jadi ibu hamil ini tetap mengikuti kelas ibu

hamil tiap minggunya, torang semua (kita semua)

duduk melantai supaya suasana tidak tegang”

P6Q4A4

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua

partisipan dengan kode P1Q4A4, P2Q4A8, P3Q4A5,

P5Q4A4 dan P6Q4A6.

4.2.5 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat dan Fasilitas yang

Kurang Menjadi Hambatan Promosi Kesehatan.

Dari hasil wawancara dapat disimpukan bahwa latar

belakang pendidikan masyarakat yang kurang menjadi salah

satu hambatan dalam melaksanakan promosi kesehatan.

Partisipan mengatakan bahwa ibu yang memiliki latar

belakang pendidikan yang rendah, sulit untuk mengerti dan

memahami apa yang disampaikan sehingga partisipan

harus secara terus menerus memberikan informasi

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

42

sehingga dapat dimengerti. Pernyataan ini dapat didukung

dengan kutipan wawancara berikut ini:

“…kalo hambatanya biasa kalo latar belakang

pendidikanya agak kurang itu susah kita untuk berikan

Promosi Kesehatan supaya dorang (mereka)

mengerti” (P3Q6A1)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh partisipan

yang lain dengan kode P1Q6A1, P4Q6A1 dan P6Q6A1.

Selain latar belakang pendidikan yang kurang,

kurangnya fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan

hambatan dalam pelaksanaan promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa semua

partisipan mengungkapkan bahwa mereka mengalami

kesulitan pada saat memberikan penyuluhan di posyandu

karena mereka tidak memiliki pembesar suara, LCD, dan

camera untuk mendokumentasikan kegiatan, untuk

dokumentasi mereka menggunakan handphone sendiri.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas hanya

poster, pamflet dan papan informasi. Pernyataan ini dapat

didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“yang dimiliki itu hanya poster, brosur, dan papan

informasi, kalau untuk pembesar suara, leptop, lcd

kami belum punya… untuk dokumentasi kami hanya

memakai kamera hanphone sendiri.” (P2Q6A3-4)

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

43

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh partisipan

yang lain dengan kode P1Q6A2, P3Q6A2, P4Q6A2,

P5Q6A1-3, P6Q6A2-3. Berdasarkan pernyataan diatas

bahwa dari bidang promosi kesehatan sendiri belum

memiliki fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan

promosi kesehatan yang lebih baik.

4.2.6 Promosi kesehatan Ibu dan Anak berdampak baik

dikehidupan masyarakat.

Promosi kesehatan ibu dan anak berdampak baik di

masyarakat khususnya kepada ibu hamil dan ibu yang

memiliki anak. Dari hasil wawancara disimpulkan bahwa

semua ibu hamil telah memiliki perencanaan untuk bersalin

di tenaga kesehatan. Respon masyarakat yang sangat

antusias mengikuti posyandu diasumsikan sebagai salah

satu faktor berkurangnya angka kematian ibu dan anak.

Promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif juga sudah

dilakukan dengan baik dan Ibu menyusui mengerti manfaat

dari ASI ekskslusif. Setiap posyandu bidan selalu

mengingatkan bahwa anaknya tetap diberikan ASI eksklusif.

Promosi kesehatan ibu dan anak sangat berdampak positif

di masyarakat. Pernyataan ini dapat didukung dengan

kutipan wawancara berikut ini:

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

44

“Dampaknya sangat baik karna mereka bisa

mengetahui bahaya-bahaya yang timbul akibat dri

persalinan yang tidak di tolong oleh tenaga kesehatan.

Angka kematian ibu pada saat bersalin juga disni

kurang…” (P2Q8A7)

“Kalau dampaknya saya rasa baik karena semua ibu-

ibu antusias untuk membawa anakanya menimbang”

(P4Q9A6)

Pernyataan di atas juga diungkapkan oleh partisipan

yang lainnya dengan kode P3Q8A5, P4Q8A6, P5Q8A6,

P6Q8A6, P5Q9A5 dan P6Q9A5.

4.3. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam

bentuk narasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Penjabaran dalam penelitian dengan tujuan penelitian,

menggunakan beberapa teori dalam pembahasan dan

menginterpretasikan tema yang sudah didapat dari penelitian.

Dari hasil penelitian terhadap 6 riset partisipan dan didapatkan

6 tema yang dapat membantu menjawab tujuan umum dan

juga tujuan khusus.

4.3.1 Bervariasinya Pemahaman Bidan tentang 10 Indikator

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pemahaman yang didasari oleh pengetahuan akan

membantu bidan dalam mengidentifikasi permasalahan

kesehatan yang ada dimasyarakat serta dapat melakukan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

45

promosi kesehatan PHBS. Bervariasinya pemahaman

bidan mengenai PHBS diidentifikasi karena kurangnya

sumber informasi yang didapatkan. Notoadmodjo (2005)

menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala

sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan

informasi, sumber informasi dapat diperoleh dari mana

saja melalui media cetak seperti surat kabar, artikel,

pamflet, poster dan buku. Media elektronik juga

merupakan salah satu sumber informasi seperti televisi,

radio dan internet. Seiring berkembangnya teknologi akan

lebih mudah kita mendapatkan informasi yang kita

inginkan, khususnya bagi tenaga kesehatan akan lebih

cepat mengetahui informasi-informasi terbaru terkait

dengan kesehatan salah satunya informasi tentang 10

indikator PHBS. Sumber informasi tentang PHBS bisa

didapatkan melalui media cetak dan media elektronik.

Depkes (2011) menyatakan sumber informasi kesehatan

seperti indikator PHBS bisa didapatkan dari sosialisasi,

pelatihan dan pertemuan yang diadakan oleh Dinas

Kesehatan atau Rumah Sakit. Dalam penelitian ini juga

didapatkan bahwa pertemuan bulanan seperti lokakarya

mini dalam perencanaan dan pengawasan promosi

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

46

kesehatan merupakan salah satu bentuk sumber

informasi bagi tenaga kesehatan yang bekerja di

puskesmas tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terlihat

bahwa di ruang KIA tidak terdapat pamflet, poster atau buku

yang memuat informasi tentang 10 indikator PHBS, padahal

dengan menempelkan poster selain untuk dibaca oleh

pasien yang datang memeriksa secara tidak langsung dapat

membantu bidan untuk lebih memahami semua indikator

PHBS. Hasil wawancara peneliti didapatkan bahwa bidan

koordinator sudah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh

dinas kesehatan dan belum sempat mengumpulkan semua

bidan untuk melakukan sosialisasi dari hasil pelatihan yang

didapatkan karena yang mengikuti pelatihan tersebut hanya

bidan koordinatornya saja. Menurut Wigati (2006),

sosialisasi merupakan proses seseorang dalam mempelajari

sesuatu hal yang tidak diketahui sebelumnya dan dapat

membantu memberikan pemahaman. Upaya yang dapat

dilakukan untuk memberikan pemahaman dan

menyebarluaskan informasi salah satunya adalah dengan

melakukan sosialisasi. Menurut Depkes RI (2005),

sosialisasi merupakan penyebarluasan informasi dari satu

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

47

pihak kepada pihak-pihak lainnya sehingga dapat

menciptakan pemahaman yang baru. Bervariasinya

pemahaman bidan tentang 10 indikator PHBS pada studi ini

dapat diasumsikan kurangnya sosialisasi dari bidan

koordinator kepada bidan yang lainya dan kurangnya

paparan sumber informasi yang didapatkan.

Pemahaman bidan tentang semua indikator PHBS

sangat penting bagi masyarakat. Hasil penelitian Rini (2011)

menyatakan bahwa sumber informasi PHBS yang

didapatkan oleh masyarakat sebagian besar didapatkan dari

petugas kesehatan, peran dan dukungan dari petugas

kesehatan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam menjaga kebersihan. Hasil penelitian Edison, dkk.,

(2013) menyatakan bahwa sebagian besar dari

respondennya belum penah mendengar istilah PHBS,

sehingga PHBS pada tatanan rumah tangga masih belum

diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Fitri (2013), untuk meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat dibutuhkan pemberi informasi seperti dokter dan

bidan untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat

tentang perilaku hidup bersih dan sehat, serta menjadi

tempat bertanya bagi masyarakat tentang masalah-masalah

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

48

kesehatan yang terjadi. Rodiyatun (2016) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa tenaga kesehatan

memiliki peran penting dalam memberikan informasi tentang

PHBS sehingga dapat membantu untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu

pengetahuan bidan tentang 10 indikator PHBS sangatlah

penting untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan

informasi tentang kesehatan.

Informasi tentang PHBS yang didapatkan oleh

masyarakat tidak hanya berasal dari petugas kesehatan saja

melainkan bisa didapatkan dari sumber informasi yang lain

seperti media massa. Berdasarkan penelitian Kristiyah (2012),

siswa lebih banyak mendapatkan informasi PHBS tentang

mencuci tangan pakai sabun melalui media massa cetak

seperti koran dan juga media elektronik seperti televisi. Selain

itu penelitan Hermawan, dkk. (2013) menyatakan bahwa

peran aktif dari dinas kesehatan juga dapat membantu

masyarakat dalam menjaga kesehatan. Informasi yang

didapatkan oleh masyarakat tentang PHBS tidak semua

didapatkan dari tenaga kesehatan, tetapi juga dari media

massa dan media elektronik. Penelitian dari Windari (2005)

menunjukan bahwa adanya hubungan erat antara

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

49

pengetahuan ibu dengan penerapan PHBS pada tatanan

rumah tangga. Hal tersebut menunjukan bahwa ibu yang

berpengetahuan baik akan berpeluang besar untuk

melaksanakan PHB. Dengan demikian pengetahuan yang

baik tentang PHBS pada tatanan rumah tangga beserta

semua indikatornya akan menentukan pembentukan sikap

yang positif terhadap pelaksanaannya.

4.3.2 Perencanaan dan Pengawasan Promosi Kesehatan

Dilakukan Secara Rutin

Proses perencanaan dan pengawasan dilakukan

dalam bentuk lokakarya mini yang dilakukan setiap awal

bulan. Menurut Depkes (2012) lokakarya mini adalah suatu

bentuk upaya untuk penggalangan dan pemantauan berbagai

kegiatan puskesmas melalui pertemuan. Maulana (2009)

mengatakan bahwa dalam melakukan penyusunan

perencanaan dan evaluasi dilakukan sejalan. Nasrul (2010)

mendefenisikan lokakarya mini sebagai upaya untuk

menggalangkan kerjasama tim untuk penggerakan dan upaya

pelaksanaan kesehatan di puskesmas sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya

kesehatan pokok puskesmas, sehingga tidak terjadinya

tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

50

Perencanaan promosi kesehatan merupakan suatu

proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas,

dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan.

Perencanaan kegiatan selain lokakarya mini ada juga model

perencanaan yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter

(1991) dalam Maulana (2009) yaitu model Precede-Proceed

dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Precede digunakan pada fase

diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program,

sedangkan Proceed digunakan untuk menetapkan sasaran,

pelaksanaan dan evaluasi. Model Precede-Proceed menurut

Smitch, dkk. (2006) adalah model yang paling banyak

diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan

program-program seperti promosi kesehatan dan lebih

praktis. Hal tersebut didukung oleh Endang, dkk. (2015)

dalam penelitianya mengatakan bahwa model Precede-

Proceed dapat diaplikasikan dalam perencanaan program

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Selain

model Precede-Proceed yang dapat digunakan dalam

perencanaan program, menurut Maulana (2009) yaitu model

PERT yang dikembangkan oleh Ross dan Micco dalam

beberapa versi dan modifikasi, model ini masih digunakan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

51

dalam aplikasi kegiatan atau program. Model PERT terdiri

atas 6 fase yaitu initation, needs assesmant, goal setting,

planning, implementation, dan evaluation.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2007) evaluasi

dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk

menilai proses dari hasil pelaksanaan promosi kesehatan.

Hal tersebut sesuai dengan evaluasi yang dilakukan oleh

Puskesmas Beteleme, tetapi evaluasi yang dilakukan bukan

hanya di pertengahan dan akhir tahun, melainkan setiap

akhir bulan karena ada kegiatan rutin yang dilaksanakan

setiap bulannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menlilai

sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.

Menurut Maulana (2009), evaluasi dilakukan dengan

menggunakan indikator sebagai masukan untuk perbaikan.

Evaluasi program menurut Atik, dkk. (2009) juga dilakukan

untuk mengetahui hasil pencapaian dan keterbatasan

program. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa

program promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik

apabila melalui tahapan-tahapan tersebut.

4.3.3 Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Sudah Dilakukan di

Puskesmas Sesuai dengan Prosedur

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

52

Promosi kesehatan Ibu dan anak yang sesuai

dengan prosedur dilaksanakan dengan cara penyuluhan

secara perorangan pada saat datang berkunjung ke

puskesmas dan penyuluhan secara berkelompok pada saat

posyandu, memasang poster tentang kesehatan ibu dan

anak di puskesmas dan puskesmas pembantu di setiap

desa (Depkes, 2011). Pelaksanaan promosi kesehatan

dalam 3 indikator PHBS tentang persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan, penimbangan berat badan bayi dan

balita dan pemberian ASI eksklusif sudah dilaksanakan

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas

Beteleme.

Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia nomor

585/MENKES/SK/V/2007 menyatakan bahwa promosi

kesehatan dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung

puskesmas. Promosi kesehatan di dalam gedung

puskesmas adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan di

lingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat

pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboratorium,

kamar obat, tempat pembayaran dan halaman puskesmas.

Sebagai contohnya pemasangan poster dan selebaran di

ruang KIA dan Kamar Bersalin (KB). Hal tersebut didukung

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

53

oleh Hermina, dkk. (2015) bahwa prosedur promosi

kesehatan dengan media poster mudah dipahami oleh

masyarakat terkhususnya ibu hamil, ibu menyusui dan ibu

yang memiliki bayi dan balita. Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatan (2011) yang dilaksanakan di luar

gedung puskesmas sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan PHBS dalam 3 indikator khusus yang

berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan bahwa promosi kesehatan Ibu dan

anak diluar gedung dapat dilaksanakan di posyandu dan

program kelas Ibu hamil. Prosedur pelaksanaannya

melakukan penyuluhan, pemutaran video dan memberikan

materi pada saat kelas ibu hamil. Berdasarkan penelitian

Cahya (2007), dalam pelaksanaan promosi kesehatan

penyuluhan dan pemutaran video adalah salah satu metode

yang efektif untuk ibu memahami apa yang disampaikan

sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sehingga ibu

mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Pelaksanaan promosi kesehatan ibu dan anak yang

dilakukan salah satu tujuannya yaitu untuk mengurangi

angka kematian ibu dan anak. Promosi Kesehatan tersebut

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah tetapkan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

54

oleh pemerintah. Depkes (2010) menyatakan bahwa upaya

pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat

tidak hanya sebatas menyusun program promosi kesehatan

melainkan ada program nasional lainnya yaitu membentuk

Desa Siaga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006

tentang pedoman pelaksanaan pengembangan Desa Siaga

dapat membantu atau memfasilitasi masyarakat untuk

memanfaatkan sumber daya dalam mengatasi masalah

kesehatan dan pengembangan Desa Siaga sangat efektif

dalam membuat masyarakat sadar untuk mengenali

masalah-masalah kesehatan. Berdasarkan penelitian Nuring

(2008) mengemukakan bahwa mayarakat sangat antusias

untuk mengikuti program Desa Siaga tersebut seperti

sosialisasi dan penyuluhan kesehatan. Berdasarkan

penelitian Tri (2015), peran desa siaga efektif dalam

meningkatkan peran aktif masyarakat untuk merubah

perilaku yang kurang mendukung kesehatan masyarakat

menuju PHBS dan menjaga lingkungannya. Puskesmas

Beteleme sudah menjalankan promosi kesehatan ibu dan

anak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh

pemerintah atau dari Dinas Kesehatan setempat yang

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

55

sudah disepakati oleh puskesmas, akan tetapi dalam

pelaksanaan prosedur yang sudah ditetapkan kurang sesuai

dengan keadaan masyarakat. Oleh karena itu, bidan dalam

hal ini adalah tim pelaksana promosi kesehatan memiliki

strategi tersendiri agar promosi kesehatan tersebut tetap

dijalankan.

4.3.4 Strategi Bidan dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bidan

melakukan strategi tersendiri dalam prosedur pelaksanaan

promosi kesehatan. Ditemukan bahwa pada saat promosi

kesehatan bidan berusaha untuk menciptakan suasana

yang santai agar selama pelaksanaan promosi kesehatan

tidak terlalu tegang dan bidan juga memberikan promosi

kesehatan bukan hanya fokus kepada sasaran utamanya

saja melainkan dengan anggota keluarganya dan

masyarakat disekitarnya. Hal ini sesuai dengan WHO (2011)

bahwa untuk mencapai tujuan promosi kesehatan salah satu

strategi yang digunakan adalah bina suasana. Bina

suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan

sosial yang mendorong individu anggota masyarakat

untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

56

apabila lingkungan sosial dimana ia berada seperti

keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan,

kelompok arisan dan bahkan masyarakat umum memiliki

opini yang positif terhadap perilaku tersebut.

Untuk mendukung proses promosi kesehatan

dalam membawa masyarakat melakukan PHBS,

khususnya dalam upaya mengajak para individu

mengubah perilaku dari fase tahu ke fase mau, perlu

dilakukan bina suasana. Menurut Depkes (2006) pada

pelaksanaannya terdapat pendekatan dalam bina

suasana yang dapat dilakukan yaitu pendekatan individu,

melalui pendekatan tersebut diharapkan mereka akan

menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku

yang sedang diperkenalkan dan mereka juga diharapkan

dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal

perilaku yang sedang diperkenalkan dan bersedia atau

mau mempraktikkan perilaku yang sudah diperkenalkan

tersebut dalam hal ini yang sudah diberikan promosi

kesehatan dan dapat menciptakan suasana yang

kondusif bagi perubahan perilaku individu. Liliweri (2007)

menjadikan strategi promosi kesehatan sebagai

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

57

determinan penting dari perilaku sehat dan menjadikan

strategi promosi kesehatan sebagai program untuk

meningkatkan perilaku sehat atau perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dari masyarakat, keluarga, dan

individu. Keberhasilan suatu program dapat dipengaruhi

oleh strategi yang digunakan.

Hal lain yang bisa dilakukan bidan dalam strategi

promosi kesehatan adalah pemberdayaan. Pemberdayaan

adalah proses pemberian informasi kepada individu,

keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta

proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari

tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari

tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi

mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek

practice). Berdasarkan hasil penelitian Suci (2008) bahwa

pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang

relatif lebih besar terhadap tingkat PHBS dibanding bina

suasana dan advokasi. Berdasarkan penelitian tersebut

dapat diketahui bahwa semakin baik pelaksanaan strategi

promosi akan dapat membantu atau mendorong

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

58

peningkatan mutu perilaku hidup sehat dari masyarakat,

keluarga atau individu.

Strategi lain yang dapat digunakan dalam promosi

kesehatan adalah advokasi dengan pendekatan dan

motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan

dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari

segi materi maupun non materi. Pentingnya advokasi

sebagai bentuk pendekatan dengan para pembuat

keputusan setempat dapat dilihat melalui penelitian yang

dilakukan oleh Rachman (2009) tentang penerapan

strategi promosi kesehatan pada pemberian inisiasi

menyusu dini di Rumah Bersalin Sophiara Makassar,

bahwa kurang berhasil atau kegagalan suatu program

kesehatan sering disebabkan oleh karena kurang atau

tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan,

baik di tingkat nasional maupun lokal. Berbeda halnya

dengan penelitian Rezki, dkk. (2013) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara advokasi dengan PHBS

individu pada masyarakat Perkebunan di wilayah

Puskesmas Seikijang Kabupaten Pelalawan. Hasil

penelitian tersebut yang menyatakan bahwa ada

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

59

hubungan advokasi terhadap peningkatan PHBS pada

tatanan rumah tangga. Strategi advokasi dapat tercapai

jika ada peran aktif dari masyarakat, dinas terkait, dan

pemegang kebijakan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa

strategi promosi kesehatan sangat berpengaruh terhadap

PHBS terkhususnya dalam 3 indikator, yaitu persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan bayi dan

balita, serta pemberian ASI eksklusif.

4.3.5 Latar Belakang Pendidikan Ibu dan Sarana Prasarana

yang Kurang Menjadi Hambatan Promosi Kesehatan Ibu

dan Anak

Sebagian besar partisipan mengatakan latar

belakang pendidikan ibu menjadi salah satu hambatan

dalam efektifitas promosi kesehatan. Walaupun peneliti tidak

melakukan survei terhadap populasi area penelitian, terlihat

bahwa pendidikan perempuan di Desa Beteleme sebagian

besar rendah, berdasarkan data dari Profil Daerah

Kabupaten Morowali Utara (2015) sebanyak 68,5%

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

60

pendidikan perempuan di Desa Beteleme hanya sampai

sekolah menengah pertama (SMP). Oleh karena itu latar

belakang pendidikan ibu menjadi salah satu hambatan

promosi kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Beteleme.

Ibu yang memiliki pendidikan yang rendah sulit untuk

diberikan pemahaman dan susah untuk menerima apa yang

disampaikan. Upaya untuk mengatasi hambatan tersebut,

promosi kesehatan tentang ibu dan anak dilakukan secara

terus menerus sampai mereka bisa memahami dan

menerima apa yang disampaikan. Hasil penelitian Shinta,

dkk. (2013) menyatakan bahwa pendidikan seseorang akan

mempengaruhi pola hidup dan proses penerimaan materi

lebih mudah dipahami sehingga orang tersebut akan

merubah perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan

tujuan. Menurut Hasanbasri (2007), semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan ibu tentang

kesehatan. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

tingginya pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi

pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang kesehatan.

Menurut Sari (2006), ada keeratan hubungan antara

pengetahuan dalam upaya memperbaiki perilaku. Dengan

demikian meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

61

yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku. Semakin

tinggi pendidikan ibu, semakin baik pengetahuan tentang

kesehatan ibu dan anak. Hal yang berbeda ditemukan oleh

penelitian Kresno, dkk. (2008), yang mengemukakan bahwa

semakin tinggi pendidikan, ada kecenderungan kurang

memanfaatkan posyandu sebagai bagian dari promosi

kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti

berpendapat bahwa salah satu faktor keberhasilan promosi

kesehatan bergantung pada latar belakang pendidikan ibu.

Agar pelaksanaan program promosi kesehatan dapat

berjalan dengan baik, maka harus didukung dengan

ketersediaan sarana. Dalam melaksanakan program

promosi kesehatan di puskesmas Beteleme salah satu yang

menjadi kendala adalah ketersediaan sarana dan prasarana.

Media promosi kesehatan pada dasarnya adalah alat bantu

pendidikan, disebut media promosi kesehatan karena alat-

alat tersebut merupakan saluran untuk menyampaikan

informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan

bagi masyarakat atau klien (Notoatmodjo, 2007).

Ketersediaan sarana dan prasarana tentunya sangat

mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan. Idealnya

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

62

dalam melaksanakan promosi kesehatan salah satunya

adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Menurut

Kementrian Kesehatan (2007) standar sarana atau

peralatan minimal promosi kesehatan yang harus dimiliki

oleh puskesmas adalah flipcharts dan stands, poster, papan

informasi, projector, amplifier dan wireless microphone,

kamera foto, megaphone, selain peralatan tersebut yang

sama pentingnya dan mendukung dalam pelaksanaan

promosi kesehatan yaitu alat peraga seperti phantom bayi

dan phantom breast care khususnya dalam promosi

kesehatan ASI eksklusif, karena dengan menggunakan alat

peraga tersebut bisa langsung dipraktekkan dan lebih cepat

dipahami. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh

puskesmas Beteleme untuk pelaksanaan promosi

kesehatan adalah poster dan papan informasi. Microphone

dan LCD tersedia di puskesmas tetapi bukan meruapakan

alat khusus untuk promosi kesehatan dan belum memiliki

alat peraga dalam melaksanakan promosi kesehatan.

Lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh

puskesmas dapat membantu pelaksanaan promosi

kesehatan lebih baik lagi. Berdasarkan hasil penelitian oleh

Triar (2009), sarana dan prasarana yang digunakan dalam

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

63

pelaksanaan promosi kesehatan dengan menggunakan

poster dan leafleat saja dianggap dapat membantu dalam

menyebarluaskan informasi kesehatan.

4.3.6 Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Berdampak Baik di

Kehidupan Masyarakat.

Promosi kesehatan ibu dan anak dalam 3 indikator

PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

penimbangan berat badan bayi dan balita, serta

memberikan ASI eksklusif sudah dilaksanakan oleh

puskesmas Beteleme dan terlihat adanya peningkatan sikap

dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. Hal tersebut

didukung oleh penelitian Fitrianingsih (2010) yang

menyebutkan adanya peningkatan sikap PHBS setelah

dilakukan intervensi promosi kesehatan. Terlihat adanya

perubahan perilaku dalam menjaga kesehatan dalam profil

kesehatan puskesmas Beteleme (2015) yaitu cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 100%,

pemberian ASI eksklusif sebanyak 72% dan penimbangan

berat badan bayi dan balita sebanyak 100%. Jumlah balita

yang tersebar di 14 posyandu adalah 383 orang dan

semuanya tercatat dalam melakukan penimbangan setiap

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

64

bulan pada saat posyandu. Selain itu pada pemantauan

status gizi balita puskesmas Beteleme tahun 2015, tercatat

status gizi baik sebanyak 98,2% dan pada angka kematian

ibu yaitu 26/100.000 KH dan angka kematian bayi 15/1.000

KH. Dari data yang sudah disajikan diatas, terlihat bahwa

ibu yang akan bersalin sudah mengerti kalau akan

melakukan persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan

dan sudah melakukan penimbangan berat badan bayi dan

balita di posyandu, walaupun pemberian ASI eksklusif

belum sepenuhnya 100% tetapi dari data tersebut sudah

menunjukan bahwa sebagian besar dari ibu menyusui

sudah memberikan dan mengerti dengan pemberian ASI

eksklusif.

Berdasarkan uraian diatas, keberhasilan promosi

kesehatan ibu dan anak dalam 3 indikator PHBS berdampak

baik pada kehidupan masyarakat khususnya pada Ibu dan

anak dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Pelaksanaan promosi kesehatan yang dilakukan dengan

berbagai bentuk akan membawa dampak yang positif bagi

masyarakat. Kelas ibu hamil merupakan salah satu upaya

promosi kesehatan di Puskesmas Beteleme. Hal ini

memberikan dampak yang sangat besar kepada ibu karena

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

65

dapat membantu untuk perlahan-lahan dapat merubah

perilaku dalam menjaga kesehatan ibu maupun anaknya,

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Noviati (2015) bahwa

promosi kesehatan yang dilakukan melalui kelas ibu hamil

dapat merubah perilaku ibu hamil walaupun tidak dapat

dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut

dapat membuktikan bahwa promosi kesehatan dapat

memberikan sesuatu hal yang positif. Selain itu berdasarkan

penelitian dari Elly, dkk. (2006) promosi kesehatan dengan

menggunakan peer education lebih efektif dalam

meningkatkan perilaku ibu.

Promosi kesehatan memberikan dampak yang

sangat baik bagi kesehatan ibu dan anak, berdasarkan

hasil penelitian Dewi (2008), dengan adanya promosi

kesehatan ibu yang akan berhasil lebih mengerti resikonya

apabila tidak bersalin dengan tenaga kesehatan dan

sebagian besar sudah mengerti manfaat dari pemberian ASI

eksklusif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wahyu, dkk.

(2010) bahwa ibu yang akan bersalin melakukan persalinan

dengan dukun, merubah perilaku setelah dilakukan promosi

kesehatan secara terus menerus, yaitu bersalin yang

dibantu oleh tenaga kesehatan dan rajin pergi ke posyandu

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting … · 2017. 8. 2. · yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama

66

untuk menimbang anaknya. Promosi kesehatan ibu dan

anak merupakan determinan yang sangat penting dalam

merubah perilaku masyarakat sehingga dapat memberikan

dampak yang positif bagi kesehatan.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengidentifikasi keterbatasan dalam penelitian

ini adalah keterbatasan waktu di karenakan partisipan sibuk

melayani pasien sehingga peneliti dan partisipan sulit

menemukan waktu yang tepat untuk melakukan proses

wawancara.