bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...
TRANSCRIPT
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran SD
Penelitian akan dilaksanakan di SDN Tingkir Tengah 01 yang beralamat di
Jl. Tantung No. 3 Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Lokasi ini
dulunya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Semarang, namun karena ada
pemekaran Salatiga tahun 1993 wilayah ini menjadi milik Salatiga. Jarak SDN
Tingkir Tengah 01 dengan pusat kota Salatiga sekitar ±7 km. Lokasi SDN Tingkir
Tengah 01 ini dapat dikatakan sebagai sekolah pinggiran karena letaknya yang
cukup jauh dari pusat kota dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Semarang. Walaupun letaknya yang cukup jauh dari pusat kota namun akses
menuju ke sekolah sangat mudah yaitu naik angkutan Suruh-Salatiga ±30 menit
turun di Kelurahan Tingkir Tengah dan jalan kaki sekitar 100 m . Area sekolah
terletak diantara pemukiman warga dan persawahan penduduk sehingga
lingkungan serta udara di sekitar sekolah masih sejuk dan nyaman untuk kegiatan
belajar mengajar.
4.2 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden adalah seluruh siswa kelas IV SDN
Tingkir Tengah 01 dengan jumlah siswa 27 anak yang terdiri dari 13 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan. Dari keseluruahan anak mempunyai latar belakang
yang berbeda-beda, namun sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah yaitu sebagai petani dan buruh. Kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan masih kurang mereka cenderung lebih sibuk mencari uang
untuk kebutuhan hidup dari pada mengawasi pendidikan anaknya, dampaknya
hasil belajar yang diperolah kurang maksimal.
48
4.3 Pelaksanaan Tindakan
4.3.1 Kondisi Pra Siklus
Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti
mengadakan kegiatan pra siklus pada bulan Maret 2014. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian tindakan
kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble untuk
meningkatkan minat dan hasi belajar. Selain itu juga pengumpulan data hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa. Data nilai yang diperoleh bersumber dari
guru kelas 4 mata pelajaran IPS. Pengumpulan data ini bertujuan untuk
mengetahui pandangan awal hasil belajar selama ini. Setelah mendapatkan data
nilai siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data minat siswa.
a. Minat Siswa
Untuk mendapatkan data minat siswa terhadap mata pelajaran IPS, telah
disediakan angket yang telah disiapkan sebelumnya.
Tabel 4.1
Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus
No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1 21-38 Sangat Kurang 1 3,70
2 39-56 Kurang 7 25,93
3 57-74 Cukup 6 22,22
4 75-91 Baik 12 44,45
5 92-105 Sangat Baik 1 3,70
Jumlah 27 100
Rata-rata hasil angket minat 67.70
Skor angket minat tertinggi 95
Skor angket minat terendah 37
49
Data Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang masuk kategori sangat
kurang hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori kurang 7 siswa atau 25,93%, kategori
cukup 6 siswa atau 22,22%, kategori baik 12 siswa atau 44,45% dan kategori
sangat baik 1 siswa atau 3,70%. Rata-rata hasil angket siswa 67,70% dalam
kategori cukup. Dari data presentase minat siswa dapat digambarkan dalam
diagram lingkaran sebagai berikut:
Diagram 4.1 Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus
Dari diagram lingkaran diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai
minat terhadap mata pelajaran IPS dalam kategori sangat baik mencapai 3,7%,
kategori baik 44,45%, kategori cukup 22,22%, kategori kurang 25,93% dan
kategori sangat kurang 3,7%.
b. Hasil Belajar
Data hasil belajar ini diperlukan untuk sebagai pandangan awal
kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas. Data hasil belajar siswa diperoleh
dari guru kelas IV saat melakukan evaluasi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya. Data ketuntasan berdasarkan nilai KKM yaitu ≥70 yang telah
ditetapkan oleh guru sebelumnya sehingga dapat digambarkan dalam tabel 4.2.
3,7%
44,45%
22,22%
25,93%
3,7%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
50
44,44%55,55%
Tuntas
Tidak Tuntas
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Kategori Jumlah Siswa Persentasi
Tuntas ≥ 70 12 44,44%
Tidak Tuntas <70 15 55,56%
Rata-rata nilai IPS 66.04
Nilai tertinggi IPS 85
Nilai terendah IPS 43
Dari tabel 4.2 dapat didikripsikan bahwa siswa yang memperoleh nilai
tuntas lebih sedikit dari pada siswa yang mendapatkan nilai tidak tuntas. Siswa
yang mendapatkan nilai dibawah ketuntasan mencapai 15 siswa atau 55,56% dan
siswa yang tuntas mencapai 12 orang atau 44,44% dan rata-rata yang dihasilkan
pada tes evaluasi ini 66,04. Nilai tertinggi siswa mencapai 85dan terendah 43.
Dari presentase ketuntasan dibuat diagaram lingkaran beritkut ini :
Diagram 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Dari diagram lingkaran 4.2 dapat dilihat berbedaan yang antara siswa yang
tidak tuntas dengan siswa yang telah tuntas. Siswa yang memiliki nilai tidak
tuntas mencapai 55,56 % dan siswa yang tuntas 44,44%. Data dari skor minat dan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 yang telah dikumpulkan
menunjukkan siswa yang belum tuntas masih lebih banyak. Untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar IPS peneliti berupaya menggunakan model kooperatif tipe
scramble sesuai dengan rencana yang telah dipaparkan sebelumnya.
51
4.3.2 Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti berkordinasi dengan guru menganai pembelajaran
yang akan dilakukan serta bahan pendukung dalam pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar siklus I akan berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan. Sebelum
mengajar peneliti mempersiapkan hal-hal berikut:
1. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan.
2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran.
3. Membuat kelompok heterogen.
4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I
5. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui keberhasilah
penggunaan model kooperatif tipe scramble
6. Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa setelah
pembelajaran
7. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
8. Tes evaluasi
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama hari Jumat, 4 April 2014. Sebelum memulai
pembelajaran peneliti yang bertugas mengajar atau sebagai guru menyiapkan
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat yang mendukung
pembelajaran kemudian mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan kompetensi
dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya. Dari kompetensi dasar yang sudah titetapkan
Ada dua indikator yang akan diajarkan yaitu: Membandingkan/membedakan jenis
teknologi tradisional dan modern, dan Menceritakan penggunaan teknologi
tradisional dan modern.
52
Pada kegiatan awal guru melakukan doa, memberikan salam, mengabsen
siswa dan apersepsi. Kegiatan apresepsi yang dilakukan yaitu dengan bertanya
kepada siswa “Bagaimana cara kalian pergi ke sekolah? Guru memberikan
kesempatan pagi siswa untuk menceritakan perjalanan ke sekolah kemudian guru
bertanya “Alat apa yang kalian gunakan?.” Setelah itu guru menempelkan
gambar alat-alat yang digunakan siswa pergi ke sekolah. Guru meminta siswa
untuk menjelaskan pengalamannya naik alat tersebut dan meminta penjelasan
tentang perbedaan setiap alat. Dari penjelasan ini kemudian dikaitkan dengan
materi perkembangan teknologi berserta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
tidak lupa juga guru menjelaskan kegiatan pembelajaran menggunakan model
scramble.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan uraian materi yang dipelajari dan
melakukan tanya jawab yang menggali pengetahuan siswa. Setelah itu siswa
dibagi secara acak menjadi beberapa 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-3
siswa. Guru membagiakan LKS berupa 2 buah amplop yang berisi soal dan
jawaban yang telah diacak hurufnya, guru menjelaskan langkah kerja serta
peraturan pada semua kelompok. Peraturan yang telah dibuat harus ditaati semua
keompok, bila ada yang melanggar akan mendapatkan sanksi. Setiap kelompok
diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikan soal secara bersama. Guru
mengontrol setiap kelompok secara bergantian agar suasana tetap kondusif.
Setalah waktu habis kelompok harus berhenti mengerjakan soal dan permaianan
dimulai, guru akan membacakan soal secara acak setiap kelompok berlomba
menjawab, ketika menjawab soal dan jawaban harus ditempelkan pada papan
yang telah disediakan kelompok yang tercepat menjawab akan mendapatkan
bintang. Kelompok yang memiliki bintang paling banyak akan menjadi juaranya.
Pada kegitan akhir guru bertanya-jawab dengan siswa menganai materi
yang kurang dipahami, setelah siswa paham guru mengajak untuk menyimpulkan
materi serta mengaitkannya dengan kehidupan sehar-hari. Tidak lupa guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
53
Pada waktu berlangsungnya pembelajaran ada teman sejawat yang
menjadi observer mengobservasi berlangsungnya pembelajaran dengan
mengisi lembar observasi dan mengambil foto.
Hasil observasi yang diperoleh guru sudah melaksanakan pembelajaran
dengan runtut, sudah menggunakan alat peraga dengan maksimal, guru
hanya sebagai fasilitator. Siswa mulai belajar dengan serius walaupun masih ada
beberapa siswa yang belum fokus, kerja sama dengan siswa sudah cukup bagus.
Pertemua Kedua
Pelaksanaan pertemuan kedua pada Sabtu, 5 April 2014. Pada pertemua
kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Guru menyusun
rencana pembelajaran yang lebih baik menyempurnakan kekurangan pada
pertemuan pertama. Pada pertemuan ini waktu pertemuan ditambah 1 jam
pelajaran (3x35 menit) karena untuk evaluasi dan pengisian angket minat.
Kompetensi Dasar masih sama tetapi indikator dalam pembelajaran yang berbeda
yaitu: Membandingkan/membedakan teknologi produksi tradisional dan modern,
dan menyebutkan macam-macam alat teknologi produksi tradisional dan modern
Kegiatan pada pertemuan kedua diawali dengan ucapan salam yang
dilanjutkan dengan kegiatan apresepsi. Dalam kegiatan ini guru bertanya kepada
siswa “Apakah kaliah pernah pergi kesawah?” siswa bercerita secara bergantian
tentang pengalamannya pergi kesawah. Dari cerita tersebut guru bertanya kembali
“Alat apa saja yang digunakan pak tani dalam bertani di sawah?” guru
menanggapi komentar dari siswa dan guru menuliskan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru menempelkan gambar alat-alat untuk bertani dari
cerita siswa. Siswa diminta menceritakan dan membedakan kegunaan dari alat-
alat yang ada di papan tulis secara bergantian. Dari cerita tersebut guru
mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah garis besar materi sudah
dijelaskan siswa secara acak dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 3-4
54
orang anggota. Sebelum dimulai permainan guru menjelaskan langkah kerja serta
peraturan yang harus ditaati semua kelompok. Permainan dimulai, setiap
kelompok diberikan 2 buah amplop yang berisi soal serta jawaban yang telah
diacak. Dalam pengerjaan soal diberkan waktu 20 menit, semua soal dikerjakan
secara bersama. Kerjasama dalam kelompok dapat mempercepat pengerjaan soal
yang telah diberikan. Bila waktu telah habis, setiap kelompok berhenti
mengerjakan dan meletakkan alat tulis didalam meja. Permainan ketangkasan
dimulai, guru membacakan soal satu persatu secara acak. Kelompok beradu cepat
dengan menempelkan soal serta jawaban di atas papan yang telah disediakan. Bila
kelompok telah selesai tercepat dapat mengangkat papan dan mendapatkan
bintang. Kelompok yang mendapatkan bintang terbanyak akan menjadi juara.
Pada kegiatan akhir guru bertanya-jawab mengai materi yang kurang
dimengerti. Siswa diajak untuk menyimpulkan materi yang dipelajari dengan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah tidak ada pertanyaan guru
memberikan soal evaluasi dan dilanjutkan dengan mengisi angket minat. Guru
menutup pelajaran dengan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.
Dari hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1,
masih ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki yaitu:
1. Guru memberi bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang kira-kira bisa
untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab anak sibuk bermain sendiri.
2. Guru juga perlu lebih dekat kepada siswa agar proses pembelajaran dapat
menjadi lebih efektif dan siswanya dapat aktif dalam menerima pelajaran.
c. Hasil Tindakan
1) Hasil Observasi
Terdapat dua hasil observasi yaitu observasi yang diterapkan pada guru
dan siswa. lembar observasi ini gunakan untuk mengukur keberhasilan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dalam kegiatan pembelajaran.
55
Pengisian lembar observasi ini oleh guru kelas /teman sejawat yang mengamati
aktifitas dari belakang kelas.
a) Analisis Data Hasil Observasi Guru
Lembar observasi guru bertujuan untuk mengukur pembelajaran guru
dalam penerapan model kooperati tipe scramble. Data yang terkumpul dapat
disajikan dalam tabel analisis 4.3
Tabel 4.3
Analisis Data Hasil Obervasi Guru Siklus I
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kegiatan pada siklus I pertemuan
pertama pada aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 5, pada aspek II melakukan
kegiatan inti memperoleh skor 13, dan jumlah skor pada aspek III adalah 7
sehingga jumlah akhir mendapatkan skor 25 dengan kategori cukup. Pada
pertemuan kedua aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 5, aspek II kegiatan
inti memperoleh skor 14, sedangkan aspek III penutup mendapatkan skor 8
sehingga jumlah skor akhir 27 dengan kategori baik. Jumlah skor pada pertemuan
dari pertama dan kedua mengalami peningkatan sebanyak 2 angka. Jadi rata-rata
skor pada siklus I yaitu 26 dan dapat disimpulkan bahwa mendapatkan kategori
baik.
No Pertemuan Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 5 13 7 25 Cukup
2 2 5 14 8 27 Baik
Rata-rata siklus I skor Observasi Pembelajaran Guru 26 Baik
56
b) Analisis Data Hasil Observasi Siswa
Selain menggunakan lembar observasi guru untuk mengetahui
keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scrambel juga
menggunakan lembar observasi siswa. hasil obsevasi dapata dilihat pada tabel
analisis 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus I
D
Dari tabel 4.4 dapat dilihat pertemuan pertama jumlah skor aspek I
kegiatan awal mendapatkan skor 4, pada aspek II kegiatan inti memperoleh skor
15, sedangkan aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 5. Jumlah skor dari
keseluruhan aspek 24 dalam katagori cukup. Dalam pertemuan kedua aspek I
kegiatan awal mendapatkan skor 6, pada aspek II kegiatan inti memperoleh skor
17, dan aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 5, semua skor dari aspek I-
III yaitu 28 kategori baik. Jumlah rata-rata 26 kategori baik
2) Minat Belajar Siswa
Angket minat diisi oleh siswa pada pertemuan II setelah mengerjakan tes
evaluasi. Data hasil angket minat belajar IPS siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5
No Pertemuan Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 4 15 5 24 Cukup
2 2 6 17 5 28 Baik
Rata-rata siklus I skor Observasi Pembelajaran Siswa 26 Baik
57
Tabel 4.5
Skor Angka Minat Belajar IPS Siklus I
No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1 21-38 Sangat Kurang 0 0
2 39-56 Kurang 1 3,70
3 57-74 Cukup 8 29,63
4 75-91 Baik 10 66,67
5 92-105 Sangat Baik 2 7,40
Jumlah 27 100
Rata-rata hasil angket minat 75,81
Skor angket minat tertinggi 96
Skor angket minat terendah 53
Dari tabel 4.5 dapat dilihat siswa yang masuk dalam kategori sangat
kurang menjadi 0, kategori kurang 1 siswa atau 3,70%, kategori cukup 8 siswa
atau 29,63%, kategori baik 10 siswa atau 66,67% dan kategori sangat baik 2 siswa
atau 7,40%. Rata-rata hasil angket minat siswa meningkat dari hasil pra siklus
yaitu 75,81 dalam kategori baik, skor tertinggi mencapai 96 dan terendah 53.
Berdasarkan presentase tabel 4.5 dapat dibuat diagram lingkaran berikut ini:
Diagram 4.3 Skor Angket Minat Belajar IPS Siklus I
7,40%
66,67%
29,63%
3,70%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
58
Berdasarkan diagram 4.3 dapat dilihat jelas bahwa siswa yang masuk
kategori sangat kurang 0/tidak ada, kategori kurang hanya 3,70%, kategori cukup
29,63%, kategori baik mendapatkan angka terbanyak 66,67%, dan kategori sangat
baik menjadi 7,40%. Dapat diamati bahwa setelah penerapan model kooperatif
tipe scramble pada siklus I minat siswa terhadap mata pelajaran IPS meningkat
dibandingkan minat belajar IPS siswa saat pra siklus terlihat dari skor siswa yang
mendapatkan. Kategori sangat kurang dan kurang menjadi lebih sedikit.
3) Hasil Belajar IPS
Setelah pembelajaran pertemuan I dan II dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble, maka diperoleh hasil belajar
berdasarkan nilai ketuntasan ≤70 seperti pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I
Dari tabel 4.6 dapat diamati bahwa siswa yang memperoleh nilai tunas ≥
70 sebanyak 19 siswa atau 70,37% dan siswa yang tidak tuntas mencapai 8 siswa
atau 29,63%. Sehingga rata-rata hasil nilai IPS siklus I adalah 72,93. Nilai
tertinggi siswa mencapai 91 dan terendah 51. Dari analisis pada tabel 4.6 dapat
dibuat menjadi tabel lingkaran 4.4.
Kategori Jumlah Siswa Persentasi
Tuntas≥ 70 19 70,37%
Tidak Tuntas<70 8 29,63%
Rata-rata nilai IPS 72,93
Nilai tertinggi IPS 91
Nilai terendah IPS 51
59
70,37%
29,63 %Tuntas
Tidak Tuntas
Diagram 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I
Berdasarkan analisis hasil belajar yang disajikan dalam diagram lingkaran
diatas, dapat dilihat bahwa presentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) ≥70 terdapat 70,37% sedangkan 29,63 % siswa tidak tuntas. Dari
data tersebut dapat dilihat perbandingan siswa yang lulus KKM lebih banyak
daripada yang tidak, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS pada siklus I
Iebih baik daripada hasil belajar pada pra siklus.
d. Hasil Refleksi
Pembelajaran siklus I pertemuan I dan II sudah selesai selanjutnya
diadakan refleksi untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran yang telah
berpatokan pada indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
pada siklus II pembelajaran lebih maksimal. Bahan refleksi diambil dari data hasil
observasi guru dan siswa, hasil belajar IPS, dan angket minat siswa. Berdasarkan
hasil analisis data-data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Guru
Berdasarkan data lembar observasi guru dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe scramble yang diperoleh pada pertemuan I adalah 25
dalam kategori cukup dapat dilihat pada (lampiran 11). Hal ini disebabkan karena
guru kurang menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
kegiatan awal sehingga siswa banyak yang bermain sendiri dan petunjuk guru
dalam pengerjaan LKS kurang jelas. Pada pertemuan kedua jumlah skor
mengalami peningkatan yaitu 27 dalam kategori baik dapat dilihat pada (lampiran
11). Peningkatan yang terjadi karena kekurangan yang terjadi pada pertemuan
sebelummya telah diperbaiki sehingga guru dapat memancing ketertarikian siswa
60
dalam mengikuti pembelajaran dan kurang berani dalam mengungkapkan
pendapat. Dari hasil skor pertemuan pertama dan kedua memperoleh rata-rata 26
dalam kategori baik.
2. Siswa
Hasil data lembar observasi siswa pada siklus I bahwa skor yang diperoleh
siswa pada pertemuan I adalah 24 dalam kategori cukup dapat dilihat pada
(lampiran 12). Hal ini disebabkan karena siswa belum perhatian penuh pada
pembelajaran. Situasi ini menimbulkan suasana yang kurang kondusif dalam
pembelajaran. Pada pertemuan II skor meningkat menjadi 28 dalam kategori baik
dapat dilihat pada (lampiran 12). Hal ini dikarenakan perbaikan yang telah
dilakukan guru dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih perhatian dalam belajar,
suasana menjadi lebih kondusif. Keaktifan siswa dalam mengungkapkan
pendapatnya masih kurang karena mereka belum percaya diri. Rata-rata yang
dihasilkan pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 26 dalam kategori baik..
3. Minat Belajar IPS
Pengukuran minat pada siklus I yang dilakukan pada pertemuan II atau
akhir siklus mendapatkan hasil skor minat siswa yang masuk kategori sangat
kurang 0/tidak ada, kategori kurang 3,70%, kategori cukup 29,63%, kategori baik
66,67%, dan kategori sangat baik 7,40%. Terjadi peningkatan presentase dari hasil
pra siklus, awalnya ada siswa yang masuk kategori sangat kurang pada siklus I ini
tidak ada lagi siswa yang masuk kategori tersebut dan siswa yang masuk kategori
baik semakin bertambah dapat dilihat pada (lampiran 21).
4. Hasil Belajar IPS
Hari data hasil belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan dari pada
hasil belajar pra siklus. Siswa yang mendapatkan nilai ≥70 mencapai 19 orang
atau 70,37% dan siswa yang mendapatkan nilai <70 sebanyak 8 siswa atau
29,62% dapat dilihat pada (lampiran 20). Walaupun peningkatan sudah terjadi
dari data pra siklus namun hasil ini masih kurang dari indikator kinerja yang
61
ditetapkan sebesar 74%. Perbaikan pada siklus harus dilakukan agar indikator
kinerja yang ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hambatan-
hambatan dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut:
a) Guru belum memeriksa kesiapan siswa dengan baik masih ada siswa yang
asik bermain sendiri didalam kelas ketika pembelajaran
b) .
c) Siswa masih cenderung pasif belum menunjukkan prilaku yang aktif terhadap
pembelajaran
d) Dalam melakukan permainan masih banyak siswa yang belum menaati
peraturan yang telah dibuat sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, maka kekurangan
yang perlu diperbaiki dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble pada siklus II yaitu :
a) Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bila masih
ada siswa yang belum siap diberikan teguran dan dalam kegiatan apresepsi
dibuat lebih menarik agar perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran
meningkat.
b) Guru memberikan motivasi dan latihan kepada siswa agar tidak malu dalam
menyampaikan pendapat dan bertanya
c) Guru memberikan waktu lebih kepada siswa untuk mengembangkan materi
yang dipelajari tidak terfokus pada pendapat guru saja.
d) Guru memberikan sanksi, dan yang dibuat dalam permainan harus dipertegas
agar siswa lebih sportif dalam mengikuti permainan
4.3.3 Diskrispsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil tindak lanjut
dari kekurangan siklus I. Pada siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan
62
pertama akan berlangsung 2x35 menit sedangkan pertemuan kedua akan
berlangsung 3x35 menit karena evaluasi minat dan hasil belajar akan dilaksanakan
pada pertemuan kedua. Kompetensi dasar yang akan diperlajari masih sama, tetapi
indikator pembelajaran yang berbeda. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti
yang menjadi guru mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan.
2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran.
3. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II
4. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui keberhasilah
penggunaan model kooperatif tipe scramble
5. Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa setelah
pembelajaran
6. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
7. Tes evaluasi untuk melihat hasil yang telah dilakukan pada akhir siklus
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 7 April 2014. Indikator yang
dibahas pada pertemuan kali ini adalah : membandingkan/membedakan jenis
teknologi komunikasi tradisional dan modern, dan menunjukkan peralatan
teknologi komunikasi tradisional dan modern
Kegiatan pembelajaran diawali dengan memeriksa kehadiran, kesiapan
siswa dan apresepsi, pada kesempatan ini guru menceritakan pengalamannya
menggunakan beragam komunikasi, kemudian siswa diminta untuk menanggapi
cerita yang dibawakan guru. Tidak lupa guru menuliskan tujuan pembelajaran di
papan tulis.
Pada kegiatan inti guru menempelkan bermacam-macam alat komunikasi,
guru mencoba menggali pengetahuan siswa tentang alat-alat tersebut. Guru
menjelaskan dan mengaitkan pengatahuan awal siswa dengan materi yang hendak
63
dibahas. Setelah garis besar materi selesai siswa dibagi menjadi 7 kelompok,
anggota kelompok seperti pada siklus I. Guru menjelaskan langkah kerja serta
peraturan yang ada didalam permainan. Setelah semua siswa mengerti, LKS
dibagikan kesetiap kelompok. LKS berisi 2 amplop, amplop berisi pertama soal
dan amplop kedua berisi jawaban yang diacak hurufnya. Semua kelompok
diberikan waktu 20 menit untuk menjawab pertannyaan. Bila waktu sudah habis
maka setiap kelompok harus berhenti mengerjakan dan meletakkkan alat tulis ke
dalam meja. Permainan dimulai, guru membacakan satu persatu secara acak
pertanyaan yang dikerjakan oleh kelompok. Setiap kelompok beradu cepat dalam
menjawabnya dengan menyusun lembar soal serta jawaban yang ditempelkan
pada papan tulis, kelompok yang tercepat akan mendapatkan bintang. Kelompok
yang mendapatkan bintang paling banyak mendapatkan juara.
Pada kegiatan akhir guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi
yang belum jelas. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani bertanya
dan mengungkapkan pendapat. Siswa secara bersama menyimpulkan materi yang
dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Guru menutup
dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran
dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014, pada pertemuan
kedua terdiri dari 3 x 35 menit karena pada akhir pembelajaran akan diadakan
evaluasi minat serta hasil belajar. Indikator yang dibahas pada pertemua kali ini
adalah : membandingkan/membedakan jenis teknologi transportasi tradisional dan
modern, dan menyebutkan alat transportasi tradisional dan modern.
Kegiatan awal dibuka memeriksa kehadiran siswa, kesiapan belajar dan
kegiatan apresepsi. Pada apresepsi kali ini guru mengajak siswa melihat keluar
jendela, mereka diminta untuk mengamati lalulalang orang yang berada di jalan
depan sekolah. Ada orang yang berjalan kaki, naik sepeda; sepeda motor dan
64
mobil. Guru mengajak siswa menganalisa perbedaannya, tidak lupa menuliskan
tujuan pembelajaran di papan tulis.
Pada Kegiatan Inti guru memancing keaktifan siswa untuk bercerita
tentang pengalaman menggunakan berbagai macam alat transportasi. Dari cerita
dari siswa guru kaitkan dangan materi yang dibahasnya. Setelah garis besar materi
telah selesai dipaparkan, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok seperti
pada pertemuan I. Kelompok mendengarkan langkah kerja serta peraturan yang
wajib ditaati dalam kegiatan ini. Guru membagikan LKS yang berisi 2 amplop
diaman amplop pertama berisi soal dan amplop kedua berisi jawaban yang telah
diacak hurufnya. Setiap kelompok diberikan waktu selama 20 menit untuk
mengerjakan, bila waktu habis maka semua kegiatan harus berhenti. Permainan
dimulai, guru mempersilahkan semua kelompok untuk bersiap-siap, pertanyaan
dipilih secara acak. Kelompok yang tercepat menjawab dengan menempelkan soal
serta jawaban dan benar akan mendapatkan bintang. Perolehan bintang akan
menentukan juara dari permainan ini.
Pada kegiatan akhir guru bertanya jawab dengan siswa menganai materi
yang belum dikuasai oleh siswa. Setelah tidak ada pertanyaan, guru membimbing
siswa untuk merumuskan pembelajaran yang dikaitakan dengan kehidupan sehari-
hari. Kegiatan penutup guru memberikan motivasi kepada siswa tentang
pentingnya aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar dan angket minat yang dikerjakan secara bergantian.
c. Hasil Tindakan
1) Hasil Observasi
Lembar observasi yang digunakan pada siklus II ini masih sama dengan
lembar observasi pada siklus I yaitu menggunakan untuk guru dan siswa. Hasil
observasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8.
65
a) Analisa Data Hasil Observasi Guru
Dalam mengukur keberhasilan penerapan model kooperatif tipe scramble
menggunakan lembar observasi guru. Analisis data dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Analisis Data Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I dan II
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada pertemuan I pada aspek I yaitu kegiatan
awal mendapatkan skor 6, aspek II kegiatan inti mendapatkan skor 20, dan aspek
ke III kegiatan penutup mendapatkan nilai 8, jadi total keseluruhan skor pada
pertemuan I adalah 34 dalam kategori sangat baik. Sedangkan pada pertemuan II
pada aspek I kegiatan awal memperoleh skor 6, aspek II kegiatan inti memperoleh
skor 22, dan aspek III kegiatan penutup memperoleh skor 8, jadi total keseluruhan
skor pada pertemua II dalah 36 dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan skor
pertemuan I dan II mendapatkan rata-rata skor 35 dalam kategori sangat baik.
b) Analisa Data Hasil Obesrvasi Siswa
Dalam melihat respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scaramble dalam pembelajaran guru menggunakan lembar
observasi siswa. Lembar observasi ini diisi oleh observer yang mamantau prilaku
siswa dalam pembelajaran. Kumpulan analisis data hasil observasi dapat dilihat
pada tabel 4.8.
No Pertemuan Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 6 20 8 34 Sangat Baik
2 2 6 22 8 36 Sangat Baik
Rata-rata siklus I skor Observasi Pembelajaran Guru 35 Sangat Baik
66
Tabel 4.8
Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus II
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat pada pertemuan I pada aspek
kegiatan awal medapatkan skor 7, aspek II kegiatan Inti mendapatkan skor 23,
aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 7, jadi jumlah skor keseluruhan
aspek adalah 37 masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan pada pertemuan II
aspek I kegiatan awal mendapatkan skor 7, aspek II kegiatan inti mendapatkan
skor 24, aspek III kegiatan penutup mendapatkan skor 8, jadi jumlah keseluruhan
skor pada pertemuan II adalah 39 masuk dalam kategori sangat baik. Dari
pertemuan I dan II jumlah total keseluruhan skor 38 masih masuk dalam kategori
sangat baik.
2) Minat Belajar Siswa
Untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran IPS guru
memberikan angket kepada keseluruhan siswa. Angket berisi pernyataan yang
dapat menunjukkan tingkat minat seorang siswa pada mata pelajaran. Angket
minat diisi oleh siswa berdasarkan perasaannya sendiri. Dari keseluruhan data
angket minat yang terkumpul dapat dilihat hasil analisis skor minat belajar siswa
pada tabel 4.9.
No Pertemuan
Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 7 23 7 37 Sangat Baik
2 2 7 24 8 39 Sangat Baik
Rata-rata skor Observasi Pembelajaran Siswa 38 Sangat Baik
67
Tabel 4.9
Skor Angka Minat Belajar IPS Siklus II
No Interval Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1 21-38 Sangat Kurang 0 0
2 39-56 Kurang 0 0
3 57-74 Cukup 1 3,70
4 75-91 Baik 23 85,19
5 92-105 Sangat Baik 3 11,11
Jumlah 27 100
Rata-rata hasil angket minat 81,63
Skor angket minat tertinggi 96
Skor angket minat terendah 65
Pada tabel 4.9 kategori cukup hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori baik
meningkat menjadi 23 siswa atau 85,19% , dan kategori sangat baik menjadi 3
siswa atau 11,11%. Rata-rata meningkat dari pada hasil siklus I menjadi 81,63
dalam kategori baik, skor angket tertingi 96,dan terendah 65.
Diagram 4.5 Skor Angket Minat Belajar IPS Siklus II
Dari diagram lingkaran 4.5 diatas terlihat jelas bahwa siswa yang masuk
kategori cukup hanya 1 siswa atau 3,70%, kategori baik mempunyai presentasi
terbanyak yaitu 85,16%, dan sangat baik 11,11%. Dari data tersebut dilihat bahwa
85,16%
11,11%3,70%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
68
88,89%
11,11%
Tuntas
Tidak Tuntas
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada mata pelajaran IPS
meningkatkan minat belajar siswa sehingga indikator kinerja yang ditetapkan
tercapai.
3) Hasil Belajar Siswa
Untuk mengukur hasil belajar siswa guru memberikan soal evaluasi yang
dikerjakan pada pertemuan II. Data yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.10
Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
Kategori Jumlah Siswa Persentasi
Tuntas ≥70 24 88,89 %
Tidak Tuntas <70 3 11,11 %
Rata-rata nilai IPS 75,74
Nilai tertinggi IPS 90
Nilai terendah IPS 55
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai tuntas
≥70 mencapai 24 siswa presentase 88,89% sedangkan 3 siswa mendapatkan nilai
tidak tuntas <70 dengan presntase 11,11%. Dapat dibuat diagram dibawah ini:
Diagram 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
69
Bila dilihat pada diagram 4.6 siswa yang memperoleh nilai tuntas
mencapai 88,89% sedangkan siswa yang belum tuntas hanya 11,11%. Dari data
tersebut terlihat jelas presentase ketuntasan hasil siklus II mengalami peningkatan
dari pada siklus I. Jadi dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe scramble telah mencapai indikator kinerja dari penelitian yang
ditentukan sebesar 85,19%.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran siklus II berakhir.
Tujuan adanya tahap ini adalah untuk melihat kekurangan yang terjadi saat
pembelajaran. Berdasarkan analisis data hasil obeservasi guru dan siswa, angket
minat, dan hasil belajar pada siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Guru
Dalam mengukur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
observer menggunakan lembar observasi guru. Data yang diperoleh pada
pertemuan I memperoleh skor 34 dalam kategori sangat baik dapat dilihat pada
(lampiran 18). Pertemuan II memperoleh skor 36 dalam kategori sangat dapat
dilihat pada (lampiran 18)., jadi rata-rata skor menjadi 35 masih dalam kategori
sangat baik. Penerapan rencana guru yang sudah disusun pada pertemuan I dan II
dapat berjalan dengan sangat baik. Guru dapat melatih keberanian siswa dalam
mengemukakan pendapat dan perhatian siswa terhadap pelajaran sudah baik.
2. Siswa
Dalam mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe scramble untuk siswa juga menggunakan lembar observasi. Data yang
diperoleh pada pertemuan I memperoleh skor 37 dalam kategori sangat baik dapat
dilihat pada (lampiran 19). Pertemuan II memperoleh skor 39 dalam kategori
sangat baik dapat dilihat pada (lampiran 19). Dari skor yang diperoleh pada
pertemuan I dan II mendapatkan rata-rata skor 38 masih dalam kategori sangat
baik. Dari data tersebut dapat dilihat partisipasi dari siswa dalam proses
70
pembelajaran sangat baik. Siswa mulai berani mengekspresikan hal yang ada pada
pikiran mereka. Dalam permainan siswa sangat antusias dan sportif untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
3. Minat Belajar Siswa
Pengukuran minat menggunakan angket yang diisi oleh siswa pada
pertemuan II. Data yang diperoleh 3,70% dalam kategori cukup, 85,16% kategori
baik, dan 11,11% kategori sangat baik dan rata-rata minat meningkat menjadi
81,63% masuk kategori baik dapat dilihat pada (lampiran 21). Dari data yang
diperoleh menunjukan minat siswa terhadap pelajaran IPS sangat tinggi dan
mengalami peningkatan setiap siklusnya. Rasa suka dari dalam diri siswa terhadap
mata pelajaran IPS sudah muncul bisa diamati dari perhatian dan aktifitas dalam
pembelajaran sudah baik daripada sebelumnya, peningkatan minat ini tidak
terlepas dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble.
4. Hasil Belajar Siswa
Evaluasi hasil belajar dilakukan pada akhir pertemuan II. Dari 27 siswa
kelas IV terdapat 88,89% siswa yang tuntas sedangkan 11,11% siswa yang belum
tuntas. Nilai tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa 90 dan terendah 55 dapat
dilihat pada (lampiran 29). Peningkatan hasil belajar ini tidak terlepas dari
penerapan hasil refleksi yang sudah direncanakan sebelumnya. Faktor pendekatan
dan perhatian terhadap siswa yang mendorongnya untuk lebih aktif dalam
pembelajaran.
4.4 Hasil Analisis Data
4.4.1 Minat Belajar Siswa
Pelaksanaan dimulai sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran
yang disebut pra siklus. Hasil dari minat ini dapat dijadikan bahan acuan dalam
perencanaan pembelajaran saat peneliti melakukan penelitian. Pengukuran minat
selanjutnya siklus I dan II pada akhir pertemuan. Rekapitulasi hasil data yang
diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11.
71
Tabel 4.11
Rekapitulasi Skor Angka Minat Belajar IPS
Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Kategori
FREKUENSI PERSENTASI
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sangat Kurang 1 0 0 3,70% 0 0
Kurang 7 1 0 25,92% 3,70% 0
Cukup 6 8 1 22,22% 29,63% 3,70%
Baik 12 16 23 44,45% 66,67% 85,16%
Sangat Baik 1 2 3 3,70% 7,40% 11,11%
Jumlah 27 27 27 100,00% 100,00% 100,00%
Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan siswa yang mempunyai minat
belajar IPS. Pada pra siklus siswa masuk kategori sangat kurang 1 siswa atau
3,70% , kategori kurang 7 siswa atau 25,93%, kategori cukup 6 siswa atau
22,22%, kategori baik 12 siswa atau 44,45% , dan kategori sangat baik 1 siswa
atau 3,70%. Setelah penerapan tindakan oleh peneliti terjadi peningkatan hasil
siklus I, terjadi penurunan angka pada kategori sanngat kurang dan kurang
Kategori sangat kurang menjadi 0/tidak ada, kategori kurang menjadi 1 siswa atau
3,70%, kategori lainnya mengalami peningkatan kategori cukup menjadi 8 siswa
atau 29,63%, kategori baik menjadi 10 siswa atau 66,67%, dan kategori sangat
baik menjadi 2 siswa atau 7,40%. Sama halnya hasil siklus II juga mengalami
peningkatan. Penurunan terjadi pada kategori sangat kurang, kurang dan cukup.
Pada kategori sangat kurang dan kurang sudah tidak ada siswa yang masuk
kategori ini dan kategori cukup menjadi 1 siswa atau 3,70%. Terjadi peningkatan
pada kategori baik menjadi 23 siswa atau 85,16% dan kategori sangat baik
menjadi 3 siswa atau 11,11%. Dari data tersebut dapat disimpulkan penerapan
72
model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat meningkatkan minat belajar
IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01. Hasil perbandingan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Diagram 4.7 Rekapitulasi Skor Angka Minat Belajar IPS Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Pada tabel diatas terlihat perbandingan jumlah siswa yang minat dan
kurang minat terhadap mata pelajaran IPS. Pada kondisi pra siklus siswa yang
masuk pada kategori sangat kurang 1 siswa atau 3,70%, kategori kurang 7 siswa
atau 25,93%, kategori cukup 6 siswa atau 22,22%, kategori baik12 siswa atau
44,45% dan kategori sangat baik 1 siswa atau 3,70%. Setelah mendapatkan
tindakan pada siklus I mengalami peningkatan yang terjadi berupa penurunan
pada kategori sangat kurang tidak ada siswa yang masuk kategori ini dan kategori
kurang hanya 1 siswa atau 3,70%. Pada kategori lainnya mengalami peningkatan
yaitu kategori cukup menjadi 8 siswa atau 29,63%, kategori baik 16 siswa atau
66,67% dan kategori sangat baik 2 siswa atau 7,40%. Peningkatan tersebut juga
terjadi pada siklus II yaitu penurunan yang terjadi pada kategori sangat kurang
dan kurang tidak ada siswa yang masuk kategori ini dan kategori cukup hanya 1
siswa atau 3,70%. Sedangkan pada kategori lainnya mengalami peningkatan yaitu
kategori baik naik menjadi 23 siswa atau 85,16% dan kategori sangat baik
0
5
10
15
20
25
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
7 6
12
1 1
8
10
1 1
23
3
F
r
e
k
u
e
n
s
i
73
menjadi 3 siswa atau 11,11%. Dari kondisi tersebut terjadi peningkatan siswa
yang minat terhadap mata pelajaran IPS dan penurunan siswa yang kurang minat
mata pelajaran IPS.
4.4.2 Hasil Belajar IPS
Data hasil belajar IPS diperoleh dari hasil pra siklus yaitu nilai sebelum
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Nilai setelah melakukan
tindakan yaitu nilai hasil evaluasi siklus I dan II. Rekapitulasi nilai pra siklus,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS
Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Kategor
i
FREKUENSI PERSENTASI
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas
≥ 70 12 19 24 44,44% 70,37% 88,89%
Tidak
Tuntas
< 70
15 8 3 55,56% 29,63% 11,11%
Jumlah 27 27 27 100,00% 100,00% 100,00%
Berdasarkan Tabel hasil belajar IPS dapat dilihat kondisi pra siklus
terdapat 12 siswa atau 44,44% sudah tuntas dan 15 siswa atau 55,56% yang belum
tuntas. Setelah diadakan tindakan pada siklus I ketuntasan siswa meningkat
menjadi 19 siswa atau 70,37% dan yang belum tuntas 8 siswa atau 29,63%.
Begitu juga pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 24 siswa atau 88,89% dan
yang belum tuntas mencapai 3 siswa atau 11,11%. Dari data tersebut terjadi
peningkatan siswa yang tuntas mata pelajaran IPS . Data ketuntasan siswa dapat
dilihat pada diagram batang 4.8.
74
Diagram 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Pada diagram diatas perbandingan jumlah ketuntasan siswa dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi ketika guru
telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada pra siklus
hanya 12 siswa yang tuntas, siklus II siswa yang tuntas mencapai 19 dan pada
siklus II mencapai 24 siswa.
4.5 Pembahasan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih
dahulu di SDN Tingkir Tengah 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pada
observasi ini guru melihat nilai ulangan harian IPS terakhir siswa yang belum
diremidi, kriteria ketuntasan minimal ( KKM) ≥ 70. Dari 27 siswa yang ada di
kelas IV hanya 12 siswa yang tuntas KKM dan 15 siswa diantaranya tidak tuntas
KKM. Lebih dari setengah jumlah siswa yang belum tuntas. Setelah melihat hasil
belajar siswa peneliti melihat keadaan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Pada saat pembelajaran banyak siswa yang berbicara sendiri terutama gerombolan
siswa yang paling belakang, perhatian siswa terhadap pelajaran masih kurang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa sangat kurang hal ini
didukung oleh hasil angket pra siklus yang diperoleh rata-rata 67,70% dalam
kategori cukup.
12
19
24
15
8
3
0
5
10
15
20
25
30
Pra siklus Siklus I Siklus II
Series 1 Series 2Tuntas Tidak tuntas
F
r
e
k
e
n
s
i
75
Berdasarkan data obsevasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, maka
peneliti tergerak untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SDN Tingkir Tengah 01 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
scramble. Model ini dipilih karena memiliki keunggulan dalam hal latihan soal
yang dapat dibuat lebih menarik.
Sebelum melakukan pembelajaran peneliti telah mempersiapkan instrumen
pembelajaran yang berkaitan dengan indikator yang telah ditetapkan. Pada Siklus
I penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki oleh guru. Pada pertemuan I guru belum
berhasil menarik semua perhatian siswa sehingga banyak siswa yang belum siap
untuk belajar mereka lebih asyik berbicara sendiri, bermain, dan melamun. Pada
kegiatan inti yaitu permainan acak kata siswa belum antusias, mereka cenderung
ribut dan kurang konsetrasi. Skor hasil observasi pada pertemuan ini yang
diperoleh 23 dalam kategori cukup. Dalam pelaksanaan pertemuan ke II guru
berusaha memperbaiki kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Guru berusaha
lebih menarik perhatian siswa dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berimajinasi dan kesempatan mengemukakan pendapat. Cara ini cukup efektif
dalam menarik perhatian siswa dalam belajar namun masih ada segelintir siswa
yang masih belum siap belajar, siswa masih malu-malu dalam menyampaikan
pendapatnya. Pada permainan acak kata siswa saat penyusunan jawaban ada
anggota kelompok yang menyontek pekerjaan kelompok lain sehingga permainan
kurang adil bagi kelompok lainnya. Ketika guru memulai membacakan
pertanyaan dari soal yang telah dikerjakan sebelumnya dan tugas kelompok
berlomba menjawabnya dengan cepat, antusias siswa sangat tinggi. pembelajaran
pada pertemuan II dapat berjalan baik. Skor yang didapatkan pada pertemuan II
ini meningakat menjadi 27 dalam kategori baik. Sebelum menutup pelajaran guru
melakukan evaluasi dengan memberikan soal dan angket minat belajar. Hasil rata-
rata angket minat pada siklus I ini mencapai 75,81% dalam kategori baik dan hasil
belajar 19 siswa atau 70,37% yang tuntas, 8 siswa atau 29,63% yang belum
tuntas. Data ini menunjukkan kenaikan hasil yang diperoleh daripada hasil pra
76
siklus, namun perolehan ini masih belum memenuhi indikator kinerja yang
ditetapka sebelumnya.
Sebelum melakukan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan refleksi
atas tindakan pada siklus I. Perbaikan dilakukan agar pada siklus II ini minat dan
hasil belajar lebih meningkat. Pertemuan I peneliti strategi masih sama seperti
pada siklus I namun menambahkan beberapa hal yaitu kedekatan dengan siswa
dan ketegasan dalam pembelajaran. Pada saat semua strategi diterapkan kondisi
pembelajaran berjalan kondusif. Semua siswa perhatian mulai dari kegiatan awal,
inti hingga penutup. Siswa sudah mulai berani bertanya dan menjawab pertanyaan
dari guru. Dalam permainan acak kata siswa sudah teratur tidak ada yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Skor observasi guru yang diperoleh
mencapai 34 dalam kategori sangat baik. Pada pertemua II ini rencana yang
digunakan masih sama pada pertemuan I karena pembelajaran pada pertemuan ini
sudah baik. Kondisi pembelajaran pada pertemuan ini juga kondusif siswa sudah
mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Skor yang
diperoleh pada pertemuan kali ini adalah 36 masih dalam kategori sangat baik.
Sebelum kegiatan pembelajaran ditutup guru melakukan evaluasi dengan
membagikan soal dan angket minat. Data minat belajar siswa setelah penerapan
model kooperatif tipe scramble pada siklus II mendapatkan rata-rata 81,83% dan
data hasil belajar (KKM) ≥ 70 dari 24 siswa atau 88,89% tuntas, 3 siswa atau
11,11% tidak tuntas. Penyebab 3 siswa tidak tuntas dikarenakan perhatian
terhadap pembelajaran masih kurang baik, pergaulan mereka yang terlalu
dibebaskan oleh orang tua, tidak ada orang yang mengawasinya di luar sekolah.
Sehingga siswa tersebut cenderung malas ketika diajak berfikir lebih sulit
menerima materi yang diajarkan.
Dari data observasi siswa dan guru, angket minat dan evaluasi hasil belajar
pada pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa: telah terjadi
peningkatan minat dan hasil belajar yang telah memenuhi indikator kinerja yang
ditetapkan. Hal ini dapat terjadi karena penerapan model kooperatif tipe scramble.
Menurut Sharan (Isjoni, 2009:43), berpendapat bahwa siswa yang belajar
77
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki minat
yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya sehingga hasil
belajar juga akan maksimal. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan
peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, dan
meningkatkan minat siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar
mengurangi perilaku yang kurang baik. Begitu juga untuk belajar sangat
diperlukan adanya minat. Makin tepat minat yang diberikan, maka pembelajaran
yang diaksanakan makin berhasil (Sardiman, 2011:84).
Minat belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena
fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
(Oemar Hamalik, 2001). Minat belajar siswa dapat tumbuh dalam
pembelajaran yang menyenangkan. Model Pembelajaran Kooperatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa salah satunya adalah
Scramble. Siswa dengan model kooperatif tipe scramble dapat menyusun
jawaban sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang
menyenangkan (Miftahul Huda, 2011: 135). Seiring dengan semakin berminatnya
siswa terhadap mata pelajaran IPS maka hasil belajar yang akan diperoleh juga
maksimal. Scramble dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran pada tingkatan
kelas tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
memuat konsep dan topik materi yang sangat luas. Scramble dapat digunakan
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPS. Untuk
itu bgai guru yang masih menggunakan model kovensional dalam pembelajaran
cobalah untuk berinovasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
salah satunya model kooperatif tipe scramble. Model ini sudah terbukti dapat
meningakatkan minat siswa terhadap matapelajaran IPS dan mendapatkan hasil
belajar yang maksimal.