bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...
TRANSCRIPT
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida
yang mengalami nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSB Mutiara
Bunda-Salatiga. Jumlah seluruh responden adalah 31 orang, tetapi
pada saat persalinan ternyata 6 orang diantaranya tidak memenuhi
kriteria inklusi yang telah di tetapkan maka dianggap tidak terhitung
sebagai responden. Jadi responden yang diteliti berjumlah 25
orang.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu
variabel atau tiap variabel. Analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase data tiap variabel (Notoadmodjo, 2002).
Analisa data demografi responden dapat dilihat pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Usia 27,00 3,02765 21 33
62
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia
responden penelitian adalah 27 tahun. Dengan standar deviasi
3,02765. Usia termuda responden adalah 21 tahun dan tertua
adalah 33 tahun. Dengan demikian data menunjukkan bahwa
semua responden tidak ada yang merupakan ibu beresiko.
Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden
Berdasarkan data gambar 4.1 menunjukkan bahwa responden
yang terlibat dalam penelitian berkisar antara usia 20-35 tahun.
Rentang usia ini merupakan usia produktif sehingga sangat baik
untuk ibu primigravida. Responden lebih banyak berusia 26-30
tahun sebesar 48%.
32%
48%
20%
0%
Usia
20-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
63
Gambar 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan data gambar 4.2 menunjukkan bahwa Pendidikan
tertinggi responden yaitu SMA, diploma (D3) dan sarjana (S1),
dengan angka pendidikan tertinggi adalah sarjana (S1) sebesar
36%.
Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
SD
0%SMP0%
SMA32%
Diploma (D3)32%
Sarjana36%
Tingkat pendidikan
24%
32%20%
24%
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan Swasta
Wiraswata
PNS
64
Berdasarkan data gambar 4.3 menunjukkan bahwa pekerjaan
responden yaitu ibu rumah tangga (24%), karyawan swasta (32%),
wiraswasta (20%), dan PNS (24%). Pekerjaan yang banyak digeluti
responden adalah karyawan swasta sebesar 32%.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri
Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Skala Nyeri Sebelum Perlakuan
6,60 1,08 5,00 9,00
Skala Nyeri Sesudah Perlakuan
5,84 0,94 4,00 8,00
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata skala nyeri
sebelum diberi perlakuan sebesar 6,60 (nyeri sedang) dengan
standar deviasi 1,08. Skala nyeri sebelum diberi perlakuan berada
pada rentang skala nyeri sedang (5,00)-skala nyeri berat (9,00).
Rata-rata skala nyeri sesudah diberi perlakuan sebesar 5,84 (nyeri
sedang) dengan standar deviasi 0,94. Skala nyeri sesudah diberi
perlakuan berada pada rentang skala nyeri sedang (4,00)-skala
nyeri berat (8,00).
Tabel 4.3 Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah
diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing (n=25)
No
Skala Nyeri Frekuensi Persentase (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 0 (tidak nyeri) 0 0 0% 0%
2 1-3 (nyeri ringan) 0 0 0% 0%
3 4-6 (nyeri sedang) 12 20 48 % 80%
65
4 7-10 (nyeri berat) 13 5 52% 20%
Total 25 25 100 % 100%
Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa skala nyeri pada responden
dengan nyeri persalinan berada pada rentang skala nyeri sedang
dan skala nyeri berat. Skala nyeri sebelum diberi perlakuan
distraksi imajinasi terbimbing sebanyak 12 responden (48%)
dengan skala nyeri 4-6 (nyeri sedang), dan sebanyak 13 responden
(52%) dengan skala nyeri 7-10 (nyeri berat). Sedangkan skala nyeri
sesudah diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing sebanyak
20 responden (80%) skala nyeri 4-6 (nyeri sedang ) dan sebanyak 5
responden (20%) skala nyeri 7-10 (nyeri berat).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengukuran Respon Psikologi
Pasien Terhadap Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Respon Psikologi Sebelum Perlakuan
36,16 2,74 31 41
Respon Psikologi Sesudah Perlakuan
36,76 2,38 32 41
Dari tabel 4.4 Rata-rata nilai observasi pengungkapan respon
psikologi responden terhadap nyeri pada kelompok sebelum diberi
perlakuan sebesar 36,16 dengan standar deviasi 2,74. Skor
terendah pengungkapan respon psikologi terhadap nyeri sebesar
31 dan skor tertinggi sebesar 41. Hasil ini dapat dikatakan rata-rata
responden kelompok sebelum perlakuan tidak mampu mengontrol
66
respon nyeri yang dirasakan, karena berada dalam rentang skor
rata-rata sebesar 36-48 (respon tidak terkontrol). Rata-rata nilai
observasi pengungkapan respon psikologi responden terhadap
nyeri pada kelompok sesudah diberi perlakuan sebesar 36,76
dengan standar deviasi 2,38. Skor terendah pengungkapan respon
psikologi terhadap nyeri sebesar 32 dan skor tertinggi sebesar 41.
Hasil ini, dapat dikatakan rata-rata responden kelompok sesudah
perlakuan tidak mampu mengontrol respon nyeri yang dirasakan,
karena berada dalam rentang skor rata-rata sebesar 36-48 (respon
tidak terkontrol).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri Respon Fisiologi Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Respon Fisiologi (TDS*) Sebelum Perlakuan
122,40 13,31 90 160
Respon Fisiologi (TDS*) Sesudah Perlakuan
117,60 7,23 110 140
TDS* Tekanan Darah Sistole
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan
darah sistole sebelum diberi perlakuan sebesar 122,40 dengan
standar deviasi 13,31. Tekanan darah sistole sebelum diberi
perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (90mmHg)
dan dan tekanan darah tertinggi (160mmHg). Rata-rata tekanan
darah sistole sesudah diberi perlakuan sebesar 117,60 dengan
standar deviasi 7,23. Tekanan darah sistole sesudah diberi
67
perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah
(110mmHg) dan tekanan darah tertinggi (140mmHg).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri
Respon Fisiologi Tekanan Darah Diastole Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Respon Fisiologi (TDD*) Sebelum Perlakuan
78,40 9,86 60 110
Respon Fisiologi (TDD*) Sesudah Perlakuan
76,80 6,90 70 100
TDD* Tekanan Darah Diastole
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan
darah diastole sebelum diberi perlakuan sebesar 78,40 dengan
standar deviasi 9,86. Tekanan darah diastole sebelum diberi
perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (60 mmHg)
dan dan tekanan darah tertinggi (110 mmHg). Rata-rata tekanan
darah diastole sesudah diberi perlakuan sebesar 76,80 dengan
standar deviasi 6,90. Tekanan darah diastole sesudah diberi
perlakuan berada pada rentang tekanan darah terendah (70 mmHg)
dan dan tekanan darah tertinggi (100 mmHg).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Respon
Fisiologi Tekanan Darah Responden Terhadap Nyeri Sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
No
Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sistole
86 - 100 mmHg 1 - 4% 0%
101 - 115 mmHg 3 9 12% 36%
68
116 -130 mmHg 16 15 64% 60%
131 -145 mmHg 4 1 16% 4%
146 - 160 mmHg 1 - 4% 0%
Diastole
67- 77 mmHg 8 10 32% 40%
78 - 88 mmHg 12 14 48% 56%
89 - 99 mmHg 4 - 16% 0%
100-110 mmHg 1 1 4% 4%
Berdasarkan data tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tekanan darah
sistole dikategorikan dalam 5 kelas, diastole sebanyak 4 kelas.
Sebanyak 16 responden (64%) memiliki tekanan darah sistole
antara 116-130 mmHg sebelum diberi perlakuan. Sedangkan
sesudah diberikan perlakuan sebanyak 15 responden (60%)
memiliki tekanan darah sistole antara 116-130 mmHg. Sebanyak 1
(4%) responden memiliki tekanan darah sistole antara 86-100
mmHg sebelum diberi perlakuan. Sebanyak 3 (12%) responden
memiliki tekanan darah sistole antara 101-115 mmHg sebelum
diberi perlakuan, sedangkan sesudah diberi perlakuan responden
bertambah sebanyak 9 (36%) responden. Sebanyak 1 (4%)
responden memiliki tekanan darah sistole antara 100-110 mmHg
sebelum diberi perlakuan.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengukuran Skala Nyeri
Respon Fisiologi Nadi Sebelum diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD Minimal Maksimal
Respon Fisiologi Nadi Sebelum Perlakuan
76,80 11,74 54 96
Respon Fisiologi Nadi Sesudah Perlakuan
75,44 9,47 52 92
69
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rata-rata denyut nadi
sebelum diberi perlakuan sebesar 76,80 dengan standar deviasi
11,74. Denyut nadi sebelum diberi perlakuan berada pada rentang
nadi rendah (54 x/menit) dan nadi normal (96 x/menit). Rata-rata
denyut nadi sesudah diberi perlakuan sebesar 75,44 dengan
standar deviasi 9,47. Denyut nadi sesudah diberi perlakuan berada
pada rentang nadi rendah (52 x/menit) dan nadi normal (92
x/menit).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Respon
Fisiologi Denyut Nadi Responden Terhadap Nyeri Sebelum diberi Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
No
Denyut Nadi Frekuensi Persentase (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
< 60 x/menit
60-100 x/menit
> 100 x/menit
4
21
-
1
24
-
16%
84 %
0%
4%
96%
0%
Pada tabel 4.9 didapat bahwa denyut nadi seluruh ibu bersalin
adalah 52 - 96 kali/menit. Denyut nadi terendah yaitu < 60
kali/menit (52, 54, 56 kali/menit) sebanyak 4 (16%) responden
sebelum diberi perlakuan. Sedangkan setelah diberi perlakuan
sebanyak 1 (4%) responden. Sebanyak 21 (84%) responden
memiliki denyut nadi sebesar 60-100 kali/menit sebelum diberi
70
perlakuan dan 24 (96%) responden setelah diberi perlakuan
dengan denyut tertinggi sebesar 96 kali/menit.
4.2.2. Uji Normalitas
Pada penelitian ini penulis menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk menguji normalitas data. Dari hasil uji normalitas
diperoleh skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi
perlakuan berdistribusi normal terlihat dari nilai koefisien uji
Kolmogorov-Smirnov, p=0,323 dan p=0,094 (p > 0,05). Uji
normalitas juga dilakukan untuk menguji data respon psikologi dan
respon fisiologi responden terhadap nyeri sebelum dan sesudah
diberi perlakuan dengan hasil (p < 0,05) yang berarti data
berdistribusi tidak normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
bagian lampiran 9.
4.2.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisa bivariat
dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh teknik distraksi
imajinasi terbimbing terhadap intensitas nyeri inpartu kala 1 fase
aktif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian dapat
ditunjukkan pada tabel 4.10.
71
Tabel 4.10 Hasil Uji Pair t-test Intensitas Nyeri Inpartu Sebelum dan Sesudah diberi Distraksi Imajinasi Terbimbing
Variabel Mean SD df P-value
Intensitas Nyeri
0,76 0,66 24 0,000
Data responden sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
merupakan data rasio. Hasil rata-rata Uji Pair t-test adalah 0,76
dengan standar deviasi sebesar 0,66. Pada pengujian Pair t-test
kriteria pengujian: jika pvalue < 0,05, maka H0 ditolak, jika pvalue >
0,05, maka H0 diterima. Dari hasil pengujian Pair t-test pada
penelitian ini, diketahui pvalue adalah 0,000. Karena pvalue < 0,05,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan dari hasil
penelitian ini bahwa ada pengaruh teknik distraksi imajinasi
terbimbing terhadap penurunan intensitas nyeri inpartu kala 1 fase
aktif pada persalinan normal ibu primigravida di Rumah Sakit
Bersalin Mutiara Bunda-Salatiga.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Intensitas Nyeri Responden Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Berdasarkan pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum diberi
perlakuan, didapatkan bahwa intensitas nyeri responden berada
pada rentang skala nyeri sedang dan nyeri berat dengan posisi
nyeri berat yang lebih banyak dirasakan responden (52%). Sesudah
diberi perlakuan, nyeri yang dirasakan responden mengalami
72
penurunan skala nyeri beratnya dari rentang sebesar 52% menjadi
20% yang artinya sebanyak 32% responden mengalami penurunan
skala nyeri beratnya menjadi nyeri sedang. Pada hasil penelitian
juga diperoleh bahwa ketika diberi perlakuan distraksi imajinasi
terbimbing skala nyeri sedangnya mengalami peningkatan sebesar
48% menjadi 80 %. Hal ini disebabkan karena, nyeri persalinan
bersifat alamiah sehingga tidak dapat dihilangkan. Hasil ini
menunjukkan bahwa intensitas nyeri sedikit menurun sesudah
diberi distraksi imajinasi terbimbing. Price & Wilson (2005)
mengatakan bahwa teknik distraksi dapat membantu mengurangi
nyeri. Lubkin (2006) juga mengatakan bahwa mengalihkan
perhatian ke hal yang lain dapat menurunkan persepsi nyeri
seseorang.
4.3.2 Respon Psikologi Responden Terhadap Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Kozier (2010) mengatakan bahwa ketika mengalami nyeri tubuh
akan mengalami perubahan pada aspek psikologi dan fisiologi.
Faktor-faktor yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan secara
psikologis yaitu panik, ketakutan, otot rahim tegang, ligamen uterus
meregang (Regina, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
respon psikologi yang tampak pada saat responden tidak mampu
mengontrol nyeri seperti tidak tenang, berkeringat, merasa lelah,
kening berkerut, lemas, mengeluh, mengadu, menjerit, menangis,
73
berteriak dsbnya. Bobak (2005) juga berpendapat bahwa ketika
responden mengalami nyeri maka ekspresi sikap juga mengalami
perubahan meliputi peningkatan kecemasan dengan penurunan
lapang persepsi, menangis, mengerang, tangan mengepal dan
menggengam serta otot mudah terangsang.
4.3.3 Respon Fisiologi Responden Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Perlakuan Distraksi Imajinasi Terbimbing
Berbagai sistem tubuh ibu beradaptasi selama proses
persalinan. Selama proses persalinan terjadi perubahan pada
beberapa sistem diantaranya sistem kardiovaskular, respirasi,
termoregulasi, perkemihan dan persarafan.
Hasil penelitian didapat bahwa tekanan darah sistole pada
responden sebelum diberi perlakuan ada yang termasuk dalam
kategori tekanan darah sistole melebihi batas normal (TD > 120
mmHg) yaitu pada responden dengan nomor urut 3, 5, 6, 20 dan
24, sedangkan sesudah diberi perlakuan tekanan darah responden
kembali dalam batas normal hanya responden dengan nomor urut
24 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah sistole dalam
batas normal. Peningkatan tekanan darah ibu selama kala I
persalinan dapat disebabkan berbagai hal. Ibu bersalin yang
bereaksi terhadap nyeri dengan rasa takut dan kecemasan akan
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan hasilnya adalah
74
peningkatan sekresi katekolamin (Kinney, 2000). Berdasarkan data
tekanan darah sistole keseluruhan reponden maka rata-rata
tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberi perlakuan
distraksi imajinasi terbimbing berada dalam rentang normal (90-120
mmHg). Rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberi perlakuan
sebesar 122,40 mmHg sedangkan rata-rata tekanan sistole
sesudah diberi perlakuan sebesar 117,60 mmHg. Peningkatan
tekanan darah yang terjadi tiba-tiba sebanyak lebih dari 30 mmHg
pada sistole dan 15 mmHg pada diastole dari batas normal
menunjukkan tanda munculnya preeklampsia (Detiana Prilia, 2010).
Tekanan darah diastole responden sebelum diberi perlakuan
distraksi imajinasi terbimbing berada dalam kategori tekanan darah
diastole normal (60-90 mmHg), kecuali responden dengan nomor
urut 24 yang memilki tekanan darah diastole melebihi batas normal
sebesar 110 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastole responden
sebelum dan sesudah diberi perlakuan berada dalam rentang
normal (60-90 mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole sebelum
diberi perlakuan sebesar 78,40 mmHg sedangkan rata-rata tekanan
darah diastole sesudah diberi perlakuan sebesar 76,80 mmHg.
Denyut nadi yang stabil menandakan bahwa ibu dalam kondisi
yang baik. Kecepatan denyut nadi normal adalah 60 sampai 100
kali per menit (Hillman, 2011). Jika denyut nadi meningkat menjadi
lebih dari 100 kali per menit, maka dapat mengindikasikan
75
terjadinya infeksi, ketosis atau hemoragi (Uprichard, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebelum diberi
perlakuan denyut nadi responden dengan nomor urut 3, 5, 6 dan 24
berada pada rentang dibawah batas normal, sedangkan sesudah
diberi perlakuan denyut nadi seluruh responden berada pada batas
normal, kecuali responden dengan nomor urut 24. Rata-rata denyut
nadi responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berada
dalam rentang normal (60-100 x/menit). Rata-rata denyut nadi
sebelum diberi perlakuan sebesar 76,80 kali/menit sedangkan rata-
rata denyut nadi sesudah diberi perlakuan sebesar 75,44 kali/menit.
4.3.4 Pengaruh Teknik Distraksi Imajinasi Terbimbing
terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Primigravida
Berdasarkan hasil uji Paired t-test menunjukkan bahwa secara
signifikan terdapat pengaruh teknik distraksi imajinasi terbimbing
terhadap intensitas nyeri inpartu kala 1 fase aktif. Didapatkan nilai
koofisien pvalue 0,000 (p < 0,05). Hasil ini didukung oleh National
Safety Council (2004) yang mengatakan bahwa ketika seseorang
mampu mencapai efek positif misalnya imajinasi terbimbing maka
akan membawanya menuju ketenangan. Selain itu, Brunner &
Suddarth (2002) juga mengungkapkan bahwa dengan mengalihkan
perhatian responden ke hal lain dapat menurunkan persepsi nyeri
yang dirasakan. Teknik ini hanya bekerja pada waktu singkat pada
nyeri untuk beberapa menit selama prosedur invasif (Brunner &
76
Suddarth, 2002). Dr. Prabowo PB, MM (2009) juga mengungkapkan
bahwa sebuah sensasi lembut atau perhatian yang teralihkan
merupakan suatu stimuli yang dapat mengubah keseimbangan
aktivitas neuron sensorik yang ikut mengatur proses nyeri.
Walaupun teknik distraksi imajinasi terbimbing menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan tetapi kalau dilihat dari mean
tingkat nyeri sesudah diberi perlakuan distraksi imajinasi terbimbing
responden masih mengalami nyeri hal ini mengiindikasikan pasien
belum terbebas dari rasa nyeri tetapi tujuan dari imajinasi
terbimbing bukan untuk menghilangkan rasa nyeri sekaligus tetapi
bagaimana responden dapat mengontrol nyerinya sehingga pada
saat memasuki kala 2 persalinan dapat berlangsung dengan lancar
(Mander, 2002). Muttaqin (2008) juga berpendapat bahwa imajinasi
terbimbing bisa efektif jika dipraktekkan secara terus menerus dan
membutuhkan waktu yang banyak agar dapat menjelaskan
tekniknya sehingga responden juga dapat mempraktekkannnya
dengan baik.
Penelitian teknik distraksi imajinasi terbimbing terhadap
intensitas nyeri pasien inpartu kala 1 fase aktif terhadap persalinan
normal ibu primigravida sampai saat ini masih jarang yang
menggunakan teknik ini dalam kasus yang diangkat peneliti
sehingga menyebabkan kesulitan terhadap penulis untuk dijadikan
sebagai bahan acuan. Untuk mendukung penelitian ini penulis
77
mendapat beberapa penelitian yang juga mendukung hasil
penelitian penulis tetapi dalam kasus yang berbeda, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Urip Rahayu, S.Kp.,M.Kep (2010)
Hasilnya menunjukkan guided imagery berpengaruh dalam
menurunkan tingkat nyeri pada pasien cedera kepala ringan secara
signifikan dengan uji statistik (p=0,01), tetapi pasien belum terbebas
rangsang nyeri karena metode ini hanya bersifat meminimalkan
rasa nyeri. Hal ini juga didukung oleh Aprilina Nurhayati dkk (2012)
dalam penelitiannya dengan hasil yang diperoleh teknik relaksasi
imajinasi terbimbing mampu menurunkan hipertensi dengan uji
statistik (p=0,01).
Kwekkeboom, et al (2006) dalam penelitiannya dengan hasilnya
menunjukkan guided imagery berpengaruh dalam menurunkan
nyeri pada pasien kanker dengan uji statistik (p=0,01). Maj Eric A.
et al (2010) dalam penelitiannya dengan hasil yang diperoleh guide
imagery berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan
pasien (p=0,002). Kelompok yang mengalami nyeri mengalami
penurunan intensitas nyeri (p=0,041).
Moffatt FW, et al (2010) dalam penelitiannya dengan hasil yang
diperoleh guided imagery berpengaruh dalam menurunkan
hipertensi pada wanita hamil dengan uji statistik (p=0,02).
78
4.4 Keterbatasan Penelitian
- Pada penelitian ini penulis hanya memberikan perlakuan
pada satu kelompok yaitu kelompok sebelum perlakuan
dan kelompok sesudah perlakuan tanpa menggunakan
kelompok kontrol sebagai pembanding akibatnya bisa
berpengaruh pada hasil penelitian.
- Kurangnya tenaga profesional dalam penelitian ini
sehingga penulis harus menangani beberapa responden
yang akan diberikan perlakuan.
- Terbatasnya sampel yang digunakan.