bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. 4.1.1.€¦ · (bening, berwarna, dan gelap) dan...
TRANSCRIPT
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
4.1.1. Pra Siklus
Data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
kuesioner dan wawancara kepada guru kelas 5 SDN Kutowinangun 12
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, dengan tujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Didapatkan nilai pra siklus dari daftar
nilai siswa yang dijabarkan dalam distribusi ketuntasan hasil belajar
IPA pada tabel 4.1 seperti berikut.
Tabel 4.1
Deskripsi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus
Materi Ajar Sifat-sifat Cahaya (KKM) 70
Jumlah
siswa
Kriteria Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar
Tuntas Tidak
Tuntas
Maksimal Minimal
20 6 14 76 40
Tabel 4.1 menunjukkan rendahnya tingkat ketuntasan dari hasil
belajar siswa sebelum dilakukan penelitian/pra siklus dalam mata
pelajaran IPA pada materi ajar sifat-sifat cahaya dengan KKM 70
dengan jumlah siswa 20, ketuntasan siswa hanya mencapai 30% atau
6 siswa, sedangkan ketidak tuntas mencapai 70% atau 14 siswa. Pada
materi pembelajaran ini nilai tertinggi 76 dan terendah 40. Lebih
rincinya pencapaian hasil belajar siswa akan disediakan dalam bentuk
tabel yang menggunakan rentang nilai dari hasil belajar siswa.
53
Penyajian data hasil belajar siswa dengan rentang nilai IPA
siswa kelas 5 SDN Kutowinangun 12 Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut.
Tabel 4.2
Rentang Hasil Belajar IPA Pra Siklus
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase
1. ≤ 41 1 5%
2. 42-48 1 5%
3. 49-55 1 5%
4. 56-62 2 10%
5. 63-69 9 45%
6. 70-76 6 30%
7. 77-83 0 0%
Jumlah 20 100%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5
pada tahap prasiklus memiliki kecenderungan nilai maksimal hanya
mencapai interval 70-76, yaitu sebanyak 6 siswa dari 20 siswa.
sedangkan pada interval skor 77-83 frekuensinnya 0 atau tidak ada
siswa yang memperoleh nilai lebih dari 77. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
54
Gambar 4.1
Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Gambar 4.1 diagram batang hasil belajar IPA pra siklus, dapat
dijadikan dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain
itu, sejumlah informasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa perlu
digali dari guru kelas 5 berkaitan dengan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan siswa dalam
mengikuti pelajaran, siswa cenderung pasif, mudah bosan, dan kurang
memperhatikan. Hal yang dialami oleh siswa ini disebabkan oleh
pembelajaran yang dilakukan guru cenderung membosankan, dan
kurang memfasilitasi siswa untuk berfikir secara kritis, dikarenakan
penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan mata
pelajaran IPA. Sehingga memerlukan model pembelajaran yang sesuai
dengan mata pelajaran IPA, yang memberikan keleluasaan kepada
siswa untuk berfikir kritis, agar tidak membosankan dan siswa dapat
memusatkan perhatiannya pada pelajaran lebih optimal.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
≤ 41 42-48 49-55 56-62 63-69 70-76 77-83
5% 5% 5%
10%
45%
30%
0%
Jum
lah
Sis
wa
Nilai Interval
55
Solusi untuk mengatasi ketidaktuntasan hasil belajar IPA siswa
kelas 5 SDN Kutowinangun 12 Kota Salatiga adalah dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI), yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
4.1.2. Pelaksanaan Siklus I
Perbaikan pembelajaran setelah memperoleh data dari pra siklus
mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi
menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model, maka peneliti melanjutkan dengan melakukan penelitian
pada siklus I yang akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
dengan rincian sebagai berikut :
a. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus I diawali dengan pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi
dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Yang terdiri dari dua
indikator pada setiap satu pertemuan. Untuk pertemuan pertama
mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda
(bening, berwarna, dan gelap) dan mendemonstrasikan sifat cahaya
yang merambat lurus. Pertemuan kedua indikatornya adalah
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar,
cernin cembung dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan
menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan
sehari-hari melalui percobaan.
Indikator yang telah dijabarkan, peneliti dapat menentukan
metode pembelajaran, alat peraga yang akan digunakan,
menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan penilaian hasil belajar
siswa.
Kelengkapan observasi pada setiap pertemuan yang harus ada
adalah lembar observasi kinerja pengajar, dan lembar peengamatan
56
siswa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation. Observer dalam setiap pertemuan dilakukan
oleh guru kelas 5 dan peneliti berperan sebagai pengajar.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa, 29 Maret 2016,
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran), pukul 07.00
hingga 08.10. Pada pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh
peneliti sebagai guru yang mengajar di kelas dengan berpedoman
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat
oleh peneliti. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Materi pokok
sifat-sifat cahaya, dengan indikator mendemonstrasikan sifat
cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan
gelap) dan mendemonstrasikan sifat cahaya yang merambat lurus.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilaksanakan yaitu pertama-tama
guru membuka pelajaran dan menanyakan kesiapan siswa
melalui lagu dan tepuk. Selanjutnya guru melakukan
apersepsi dengan bertanya mengenai benda-benda yang dapat
ditembus cahaya dan menanyakan salah satu sifat-sifat
cahaya dapat merambat lurus, yang kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit informasi untuk memancing
siswa untuk melakukan pengamatan sifat-sifat cahaya dengan
alat-alat peraga yang telah disediakan guru/pengajar.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok
heterogen dan menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk dibagikan materi secara acak sehingga kelompok
57
mendapat materi tugas yang berbeda dari kelompok lain,
kemudian masing-masing kelompok membahas materi sifat-
sifat cahaya yang berisi penemuan dari pengamatan yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok. Kemudian setelah
siswa melakukan pengamatan, siswa diberikan waktu untuk
berdiskusi mempersiapkan presentasi. Setelah diskusi selesai,
anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan
presentasi didepan kelas dan kelompok lain dapat
memberikan tanggapan. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan singkat dan kesimpulan seputar materi dan tugas
yang telah dikerjakan oleh siswa dalam kelompok. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang
mengerti atau kurang jelas mengenai materi sifat-sifat
cahaya. Bagi siswa/kelompok dengan pemikiran tertinggi
akan memperoleh penghargaan.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pelajaran siswa bersama guru
merangkum pelajaran yang telah dilaksanakan dan guru
memberi motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.
Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari selasa, 5 April 2016,
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran), pukul 07.00
hingga 08.10. Pada pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh
peneliti sebagai guru yang mengajar di kelas dengan berpedoman
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat
oleh peneliti. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Materi pokok
sifat-sifat cahaya, dengan mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang
mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau
58
cekung) dan menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya
dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal guru membuka pelajaran dan
menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan bertanya
jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat cahaya yang dapat
memantul dan pembiasan yang terjadi, kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit informasi untuk memancing
siswa untuk melakukan pengamatan sifat-sifat cahaya dengan
alat-alat peraga yang telah disediakan guru/pengajar.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok
heterogen dan menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok, guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk dibagikan materi secara acak sehingga kelompok
mendapat materi tugas yang berbeda dari kelompok lain,
kemudian masing-masing kelompok membahas materi sifat-
sifat cahaya melalui penemuan dari pengamatan yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok. Kemudian setelah
siswa melakukan pengamatan, siswa diberikan waktu untuk
berdiskusi mempersiapkan presentasi. Setelah diskusi selesai,
anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan
presentasi di depan kelas dan kelompok lain dapat
memberikan tanggapan. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan singkat dan kesimpulan mengenai materi dan
tugas yang telah dikerjakan oleh siswa dalam kelompok.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang
kurang mengerti atau kurang jelas mengenai materi sifat-sifat
59
cahaya. Bagi siswa/kelompok dengan pemikiran tertinggi
akan memperoleh penghargaan.
3) Kegiatan Akhir
Akhir pelajaran siswa merangkum materi pelajaran
yang telah dilaksanakan dan guru memberi motivasi kepada
siswa agar lebih giat belajar. Kemudian siswa diminta untuk
mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran
mengenai sifat-sifat cahaya.
c. Pengamatan/Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka.
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas 5 SDN Kutowinangun 12
yang disebut observer, sedangkan peneliti sebagai pengajar.
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation oleh pengajar ataupun oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Dari hasil pengamatan pada penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) Siklus I oleh pengajar
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
60
Tabel 4.3
Pengamatan Aktivitas Pengajar dalam Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Siswa IPA
Kelas 5 Siklus I
No Kreatifitas Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
1
Skor rata-rata penggunaan
model pembelajaran
kooperatif tipe Group
Investigation oleh pengajar
3,5 3,7
2 Total skor 3,6
Tabel 4.3, disimpulkan bahwa pada pertemuan I dan II
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) oleh
pengajar sudah mencapai kategori baik, yaitu melebihi rata-rata
indikator rentang nilai 3,2. Terdapat peningkatan penggunaan
model pembelajaran Group Investigation (GI). Skor pertemuan I
mencapai 3,5 dan pada pertemuan II mencapai 3,7. Jika dirata-rata
maka pencapaiannya 3,6. Sehingga dapat disimpulkan penerapan
model pembelajaran Group Investigation (GI) sudah sesuai.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I,
mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) pada mata pelajaran IPA oleh siswa diperoleh
data skor sebagai berikut.
61
Tabel 4.4
Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation IPA Kelas 5
Siklus I
No Kreatifitas Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
1
Skor rata-rata penggunaan
model pembelajaran
kooperatif tipe group
investigation oleh siswa
3,47 3,52
2 Total skor 3,5
Tabel 4.4, disimpulkan bahwa pada pertemuan I dan II
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) oleh
siswa sudah mencapai kategori baik, yaitu melebihi rata-rata
indikator rentang nilai 3,2. Dimana terdapat peningkatan
penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI). Skor
pertemuan I dan pertemuan II adalah 3,47 dan 3,52, dengan rata-
rata 3,5. Sehingga dapat disimpulkan penerapan model
pembelajaran Group Investigation (GI) sudah sesuai.
Hasil belajar pelaksanaan pembelajaran siklus I, terhadap
hasil belajar siswa diperoleh data nilai siswa sebagai berikut.
Tabel 4.5
Deskripsi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I
Materi Sifat-sifat Cahaya (KKM 70)
Jumlah
siswa
Kriteria Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar
Tuntas Tidak Tuntas Maksimal Minimal
20 14 6 90 50
62
Tabel 4.5 diketahui, setelah dilakukan tindakan pada siklus I
pembelajaran dengan menggunakan Group Investigation (GI),
siswa yang tidak tuntas yaitu mendapat nilai di bawah KKM dari
jumlah siswa 20 orang yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa dan
siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa, dengan nilai maksimal 90
dan nilai minimal 50. Agar lebih jelas, peneliti akan menyajikan
data dalam bentuk tabel rentang nilai hasil belajar siswa.
Rentang nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN Kutowinangun
12 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada siklus I dalam daftar
atau tabel sebagai berikut.
Tabel 4.6
Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I
KKM IPA Kelas 5 adalah 70
Rentang Nilai
Jumlah
Siswa Persentase Ketuntasan
≤53 2 10% Tidak Tuntas
54-61 1 5% Tidak Tuntas
62 – 69 3 15% Tidak Tuntas
70 – 77 8 40% Tuntas
78 – 85 4 20% Tuntas
86–93 2 10% Tuntas
≥ 94 0 0% -
Siswa Tuntas 14 70%
SiswaTidak Tuntas 6 30%
Nilai Rata-Rata Kelas 71,7
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil belajar
siklus I siswa kelas V SDN Kutowinangun 12 sebanyak 2 siswa
yang mandapat nilai ≤53 dengan presentase 10%, sebanyak 1 siswa
yang mendapat nilai 62 – 69 dengan persentase 15%, sebanyak 8
63
siswa mendapat nilai 70 – 77 dengan persentase 40%, sebanyak 4
siswa mendapat nilai 78 – 85 dengan persentase 20%, dan
sebanyak 2 siswa mendapat nilai 86 – 93 dengan persentase 10%.
Dengan persentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar 70%.
Walaupun sudah terjadi kenaikan, namun hasil tersebut belum
optimal karena target keberhasilan ketuntasan siswa harus
mencapai 90%. Selain itu, dapat dilihat juga pada tabel, nilai rata-
rata pada siklus I adalah 71,7. Lebih jelasnya data nilai hasil belajar
siswa pada tabel 4.6 dapat dibuat diagram seperti tampak pada
gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2
Diagram Batang Hasil Belajar Siswa IPA Kelas 5 Siklus I
d. Refleksi
1. Penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation oleh
guru dan siswa
Berdasarkan hasil observasi, penggunaan model
pembelajaran tipe Group Investigation oleh guru dan siswa pada
0
1
2
3
4
5
6
7
8
≤53 54-61 62 – 69 70 – 77 78 – 85 86–93 ≥ 94
10%
5%
15%
40%
20%
10%
0
Jum
lah
Sis
wa
Nilai Interval
64
siklus I pertemuan I dan II, terdapat kekurangan guru dalam
proses pembelajaran yaitu guru tidak bisa melaksanakan diskusi
yang kondusif, selain itu guru tidak melakukan refleksi
pembelajaran dengan melibatkan siswa. Untuk yang lainnya
sudah cukup. Selanjutnya dalam pertemuan II terdapat
kekurangan guru dalam proses pembelajaran yaitu guru tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa
Evaluasi hasil tes yang diperoleh di siklus I pada
pertemuan pertemuan II menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-
rata kelas yang semula pada pra siklus 61,75 meningkat menjadi
71,7 dan nilai ketuntasan siswa dari pra siklus yang hanya 30%
menjadi 70%.
e. Tindak lanjut
Berdasarkan hasil observasi, disimpulkan bahwa penggunaan
pembelajaran tipe Group Investigation (GI) oleh guru dari cukup
baik pada pertemuan I dan baik pada pertemuan II, tingkat dan
hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Meskipum demikian
nilai siswa belum mencapai indikator kinerja yang mengharuskan
tercapai ketuntasan ≥ 90%. Kekurangan yang ada pada penerapan
pembelajaran tipe Group Investigation oleh guru, pada siklus I
akan diperbaiki pada pelaksanaan pembelajar siklus II dan
kelebihan yang ada akan dipertahankan.
4.1.3. Pelaksanaan Siklus II
Setelah melakukan analisis, evaluasi dan refleksi, kemudian
diperoleh data dari siklus I mengenai penggunaan model pembelajaran
65
kooperatif tipe Group Investigation dan hasil belajar siswa, maka
peneliti melanjutkan dengan melakukan perencanaan penelitian pada
siklus II.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II diawali dengan pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi
dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Yang terdiri dari dua
indikator yang berbeda dalam pertemuan I dengan pertemuan II.
Untuk pertemuan I pada Siklus II dengan materi memberikan
contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dan mendeskripsikan cahaya dapat diserap benda. Pertemuan II
Kompetensi Dasar adalah membuat suatu karya/model, misalnya
periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-
sifat cahaya dengan indikator menentukan model yang akan dibuat
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa
sederhana.
Indikator peneliti ini terlebih dulu dijabarkan sesuai SK dan
KD, sebagai dasar menentukan metode pembelajaran, alat peraga
yang akan digunakan, menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan
penilaian hasil belajar siswa.
Kelengkapan observasi pada setiap pertemuan yang harus ada
adalah lembar observasi kinerja pengajar, dan lembar pengamatan
siswa dalam menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation. Observer dalam setiap pertemuan dilakukan
oleh guru kelas 5 dan peneliti berperan sebagai pengajar.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa, 12 April 2016,
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran), pukul 07.00
66
hingga 08.10. Pada pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh
peneliti sebagai guru yang mengajar dikelas dengan berpedoman
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat
oleh peneliti. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Materi pokok
sifat-sifat cahaya, dengan indikator mendemonstrasikan sifat
cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan
gelap) dan mendemonstrasikan sifat cahaya yang merambat lurus.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilaksanakan yaitu pertama-tama
guru membuka pelajaran dan menanyakan kesiapan siswa
melalui lagu dan tepuk. Selanjutnya guru melakukan
apersepsi dengan bertanya mengenai cahaya dapat diserap
benda dan cahaya dapat diuraikan, yang kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit informasi untuk memancing
siswa untuk melakukan pengamatan sifat-sifat cahaya dengan
alat-alat peraga yang telah disediakan guru/pengajar.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok
heterogen dan menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok, guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk dibagikan materi secara acak sehingga kelompok
mendapat materi tugas yang berbeda dari kelompok lain,
kemudian masing-masing kelompok membahas materi sifat-
sifat cahaya dan melakukan pengamatan terhadap alat peraga
yang disediakan oleh guru pada masing-masing kelompok
sesuai dengan topik yang diamati kelompok. Kemudian
setelah siswa melakukan pengamatan, siswa diberikan waktu
untuk berdiskusi mempersiapkan presentasi. Setelah diskusi
selesai, anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi
67
dengan presentasi didepan kelas dan kelompok lain dapat
memberikan tanggapan. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan singkat dan kesimpulan seputar materi dan tugas
yang telah dikerjakan oleh siswa dalam kelompok. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang
mengerti atau kurang jelas mengenai materi sifat-sifat
cahaya. Bagi siswa/kelompok dengan pemikiran tertinggi
akan memperoleh penghargaan.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pelajaran siswa bersama guru
merangkum pelajaran yang telah dilaksanakan dan guru
memberi motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.
Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari selasa, 19 April 2016,
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran), pukul 07.00
hingga 08.10. Pada pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh
peneliti sebagai guru yang mengajar dikelas dengan berpedoman
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat
oleh peneliti. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Materi pokok
membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, dengan
indikator membuat alat peraga dengan menerapkan sifat-sifat
cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal guru membuka pelajaran dan
menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan bertanya
jawab dengan siswa mengenai alat-alat optik dengan sifat-
68
sifat penggunaan sama dengan sifat-sifat cahaya, kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit informasi untuk memancing
siswa untuk melakukan pengamatan dan membuat alat-alat
optik sederhana yang mengaplikasikan sifat-sifat cahaya.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok
heterogen dan menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk dibagikan materi secara acak sihingga kelompok
mendapat materi tugas yang berbeda dari kelompok lain,
kemudian masing-masing kelompok membahas materi sifat-
sifat cahaya yang berisi penemuan dari pengamatan yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok. Kemudian setelah
siswa melakukan pengamatan, siswa diberikan waktu untuk
berdiskusi mempersiapkan presentasi dan membuat alat-alat
optik sederhana. Setelah membuat alat optik sederhana,
kelompok mempersiapkan untuk presentasi hasil karya yang
telah dibuat. Anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi
dengan presentasi didepan kelas dan kelompok lain dapat
memberikan tanggapan. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan singkat dan kesimpulan mengenai materi dan
tugas yang telah dikerjakan oleh siswa dalam kelompok.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang
kurang mengerti atau kurang jelas mengenai materi sifat-sifat
cahaya. Bagi siswa/kelompok dengan pemikiran tertinggi
akan memperoleh penghargaan.
3) Kegiatan Akhir
Akhir pelajaran siswa merangkum pelajaran yang telah
dilaksanakan dan guru memberi motivasi kepada siswa agar
lebih giat belajar. Kemudian siswa diminta untuk
69
mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa setelah melakukan proses pembelajaran
mengenai pembuatan alat peraga dengan menerapkan sifat-
sifat cahaya.
c. Pengamatan/Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka.
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas 5 SDN Kutowinangun 12
yang disebut observer, sedangkan peneliti sebagai pengajar.
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation oleh pengajar ataupun oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Dari hasil pengamatan pada penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation Siklus I oleh pengajar dapat
dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Pengamatan Aktivitas Pengajar dalam Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Siswa IPA
Kelas 5 Siklus II
No Kreatifitas Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
1
Skor rata-rata penggunaan
model pembelajaran
kooperatif tipe Group
Investigation oleh pengajar
3,8 3,9
2 Total skor 3,85
Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I dan II
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) oleh
pengajar sudah mencapai kategori baik hampir mencapai sangat
70
baik, yaitu melebihi rata-rata indikator rentang nilai 3,2 dan hampir
mencapai 4. Dimana terdapat peningkatan penggunaan model
pembelajaran Group Investigation (GI). Skor pertemuan I
mencapai 3,8 dan pada pertemuan II mencapai 3,9. Jika dirata-rata
maka pencapaiannya 3,85. Sehingga dapat disimpulkan penerapan
model pembelajaran Group Investigation (GI) oleh pengajar sudah
sesuai. Sedangkan untuk hasil pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II, perolehan hasil pengamatan pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation oleh siswa dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation IPA Kelas 5
Siklus II
No Kreatifitas Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
1
Skor rata-rata penggunaan
model pembelajaran
kooperatif tipe Group
Investigation oleh siswa
3,7 3,8
2 Total skor 3,75
Tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I dan II
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) oleh
siswa sudah mencapai kategori baik hampir mencapai sangat baik,
yaitu melebihi rata-rata indikator rentang nilai 3,2 dan hampir
mencapai 4. Dimana terdapat peningkatan penggunaan model
pembelajaran Group Investigation (GI). Aktivitas penggunaan
model oleh siswa pada pertemuan I dan pertemuan II adalah 3,7
dan 3,8, dengan rata-rata 3,75. Sehingga dapat disimpulkan
71
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) sudah
sesuai.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus II,
diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai siswa sebagai berikut.
Tabel 4.9
Deskripsi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus II
Materi Sifat-sifat Cahaya (KKM 70)
Jumlah
siswa
Kriteria Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar
Tuntas Tidak Tuntas Maksimal Minimal
20 20 0 93 76
Tabel 4.9 diketahui, pada siklus II pembelajaran dengan
menggunakan Group Investigation (GI), semua siswa tuntas, dari
jumlah siswa 20 orang, dengan nilai maksimal 93 dan nilai minimal
76. Agar lebih jelas, peneliti akan menyajikan data dalam bentuk
daftar atau tabel yang akan menggunakan rentang nilai hasil belajar
siswa.
Maka disajikan rentang nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN
Kutowinangun 12 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada siklus II
dalam daftar atau tabel sebagai berikut.
72
Tabel 4.10
Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus II
KKM IPA Kelas 5 adalah 70
Rentang Nilai
Jumlah
Siswa Persentase Ketuntasan
≤75 0 0% -
76–78 8 40% Tuntas
79 – 81 6 30% Tuntas
82 – 84 3 15% Tuntas
85 – 87 0 0% Tuntas
88–90 2 10% Tuntas
91–93 1 5% Tuntas
≥ 94 0 0%
Siswa Tuntas 20 100%
SiswaTidak Tuntas 0 0%
Nilai Rata-Rata Kelas 80,5
Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa hasil
belajar siklus II siswa kelas 5 SDN Kutowinangun 12 dari 20
siswa, semuanya tuntas dengan nilai rata-rata mencapai 80,5.
Sebanyak 8 siswa yang mendapat nilai 76 – 78 dengan persentase
40%, sebanyak 6 siswa mendapat nilai 79 – 81 dengan persentase
30%, sebanyak 3 siswa mendapat nilai 82 – 84 dengan persentase
15%, sedangkan tidak ada yang mendapatkan nilai pada interval
85 – 87. Kemudian sebanyak 2 siswa mendapat nilai 88–90 dengan
persentase 10%, sebanyak 1 siswa mendapat nilai 91–93 dengan
presentase 5%. Dari keseluruhan persentase keberhasilan atau
ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 pada siklus II adalah 100%.
Dengan demikian tingkat ketuntasan telah tercapai, dimana tingkat
ketuntasan hasil belajar mencapai 90%. Untuk lebih jelasnya data
73
nilai hasil belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dibuat diagram seperti
tampak pada gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.3
Diagram Batang Hasil Belajar Siswa IPA Kelas 5 Siklus II
d. Refleksi
1. Penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation oleh
guru dan siswa
Berdasarkan hasil observasi, penggunaan model
pembelajaran tipe Group Investigation oleh guru dan siswa pada
siklus II pertemuan I dan II, diperoleh hasil penerapan guru
dalam proses pembelajaran sudah sangat baik, karena hampir
semua indikator sudah terpenuhi atau terlaksana dengan baik.
2. Hasil belajar siswa
Berdasarkan evaluasi hasil tes yang diperoleh di siklus II
pada pertemuan pertemuan II menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas yang semula pada siklus I hanya mencapai 71,7
0
1
2
3
4
5
6
7
8
≤75 76–78 79 – 81
82 – 84
85 – 87
88–90 91–93 ≥ 94
0%
40%
30%
15%
0%
10%
5%
0%
Jum
lah
Sis
wa
Nilai Interval
74
meningkat menjadi 80,5 dan nilai ketuntasan siswa dari pra
siklus yang hanya 30%. menjadi 100%.
e. Tindak lanjut
Dilihat dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pembelajaran tipe Group Investigation oleh guru dari
cukup baik pada pertemuan I dan baik pada pertemuan II, tingkat
dan hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Kekurangan
yang ada pada penerapan pembelajaran tipe Group Investigation
oleh guru, pada siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan
pembelajar siklus II dan kelebihan yang ada akan dipertahankan.
4.2. Hasil Analisis Data
Berikut ini dapat dilihat tabel hasil belajar siswa sebelum tindakan
(pra siklus), siklus I dan siklus II serta rekapitulasi perbandingan hasil
belajar dalam tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Indikator Hasil
Belajar
Hasil Belajar siswa Keterangan
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata 61,75 71,7 80,5 Rata-rata kelas
meningkat
Jumlah siswa
yang tuntas
6 14 20 20 siswa secara
keseluruhan
Berdasarkan perbandingan hasil belajar berkaitan nilai, presentase,
dan jumlah siswa dalam pada Tabel 4.11, diketahui bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini dapat dilihat pada tabel 4.12
75
perbandingan ketuntasan siswa dan ketidaktuntasan siswa pada pra siklus,
siklus I dan siklus II.
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
1 Tuntas 6 30 14 70 20 100
2 Tidak
Tuntas 14 70 6 30 0 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Tabel 4.12, hasil belajar siswa dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II,
terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah siswa untuk hasil belajar yang
masuk dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) dalam mata
pelajaran IPA. Untuk klasifikasi nilai ketuntasan hasil belajar, pada Pra
Siklus terdapat 6 siswa yang mendapat nilai tuntas, sedangkan pada Siklus I
terdapat 14 siswa yang mendapat nilai tuntas dan pada Siklus II terdapat 20
siswa yang mendapat nilai tuntas. Hal ini membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa. Sedangkan pada klasifikasi tidak tuntas, pada Pra
Siklus terdapat 14 siswa yang mendapat nilai tidak tuntas, sedangkan pada
Siklus I terdapat 6 siswa yang mendapat nilai tidak tuntas dan pada Siklus II
tidak terdapat siswa yang mendapat nilai taidak tuntas atau semuanya
tuntas. Dari data jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas dari pra
siklus, siklus I dan siklus II, terlihat bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat mengurangi
jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas, bahkan keseluruhan siswa
mendapat nilai tuntas. Lebih jelasnya perolehan hasil belajar dapat dilihat
pada gambar berikut.
76
Gambar 4.4
Diagram Batang Perolehan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pada pra siklus yang dilakukan di kelas 5
SD Negeri Kutowinangun 12 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, ditemukan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat dikatakan rendah,
karena dari 20 siswa kelas 5, hanya terdapat 6 siswa tuntas dengan
persentase 30% dan 14 siswa belum tuntas dengan persentase 70%. Selain
itu pemerolehan nilai juga sangat rendah dimana nilai tertinggi adalah 76
dan terendah adalah 40. Ini membuktikan bahwa pembelajaran memang
kurang menarik untuk dipelajari siswa sehingga siswa mudah bosan dan
kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena guru dalam
mengajar hampir sebagian menggunakan model pembelajaran yang kurang
sesuai sehingga lebih berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran sehingga siswa pasif dan tidak tertarik dalam
pembelajaran. Padahal pembelajaran IPA di SD harusnya memfasilitasi
siswa untuk berfikir kritis dan bukan sekedar menghafal pengetahuan,
namun juga merupakan sebuah penemuan.
0
5
10
15
20
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas 6 14 20
Tidak Tuntas 14 6 0
Jum
lah
Sis
wa
77
Pendapat diatas sesuai dengan teori H. Isjoni yang mengatakan bahwa
pembelajaran Group Investiagation (GI) ini dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dengan memberi peluang kepada siswa untuk lebih
mempertajam gagasan. Oleh karena itu sangat tepat digunakan dalam proses
pembelajaran IPA SD karena siswa dapat memperoleh pengalaman belajar
secara aktif, mampu berpikir secara mandiri dan dapat membantu siswa
untuk lebih mempertajam gagasan yang diperolehnya dalam kegiatan
pembelajaran. maka didapat perolehan nilai dari hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II sebagai berikut.
1. Siklus I
Siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI) pada pokok bahasan “sifat-sifat cahaya”
diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 70,
sebanyak 14 siswa atau 70% dan siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM sebanyak 6 siswa atau 30%. Adapun nilai rata-rata siswa adalah
61,75 dengan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50.
2. Siklus II
Siklus II dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI) pada pokok bahasan “membuat suatu
karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya” diperoleh siswa yang mencapai
ketuntasan dengan KKM 70, sebanyak 20 siswa atau 100%. Adapun
nilai rata-rata siswa adalah 80,5 dengan nilai tertinggi 93 dan nilai
terendah adalah 76.
Berdasarkan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas 5 Semester II pada pokok bahasan “menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model”.