bab iv hasil penelitian dan pembahasan 1.1 hasil...

27
62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Plumutan dan SD N Rejosari. Sekolah ini beraada di kecamatan Bancak, kabupaten Semarang. SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 mendapat Jenjang Akreditasi DISAMAKAN. Sesuai dengan tuntutan Mutu Pendidikan, Badan Akreditasi Nasional memberlakukan sistem akreditasi baru yang diberlakukan bagi sekolah negeri maupun swasta. Pada tahun pelajaran 2016/2017 SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 mendapat kesempatan untuk diakreditasi dan memperoleh hasil AMAT BAIK dengan status TERAKREDITASI A dan status tersebut dapat dipertahankan sampai dengan sekarang. SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 yang menggunakan kurikulum 2013 yang paling awal diantara SD dalam satu gugus dan memiliki sarana / fasilitas pendukung yang sangat memadai dan dikemas sesuai dengan kebutuhan masa kini, dikelola secara profesional serta selalu dilakukan inovasi. Selain itu pembelajaran dan gaya belajar kelas IV SD N Plumutan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama, dibuktikan dengan adanya Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang sama serta komunikasi antar kedua guru kelas yang selalu disamakan. Serta di lihat dari nilai SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 setara.Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 sebagai tempat penelitian. SD N Plumutan terdiri dari kelas paralel yang terdiri dari kelas A dan kelas B. Peneliti mengambil kelas IVA dan IVB sebagai populasi penelitian yang terdiri dari masing-masing 20 siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VA dan VB sebagai kelas uji validitas dan reliabilitas instrument serta uji model yang berjumlah 27 orang dan 29 orang, kelas IVA sebagai kelas kontrol yang berjumlah 20 orang dan kelas IVB sebagai kelas eksperimen 1 yang berjumlah 20 orang. Selain SD Plumutan peneliti juga menggunakan SD N Rejosari 3 sebagai tempat

Upload: dinhcong

Post on 25-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Plumutan dan SD N Rejosari. Sekolah

ini beraada di kecamatan Bancak, kabupaten Semarang. SD N Plumutan dan SD N

Rejosari 3 mendapat Jenjang Akreditasi DISAMAKAN. Sesuai dengan tuntutan

Mutu Pendidikan, Badan Akreditasi Nasional memberlakukan sistem akreditasi

baru yang diberlakukan bagi sekolah negeri maupun swasta. Pada tahun pelajaran

2016/2017 SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 mendapat kesempatan untuk

diakreditasi dan memperoleh hasil AMAT BAIK dengan status TERAKREDITASI

A dan status tersebut dapat dipertahankan sampai dengan sekarang. SD N Plumutan

dan SD N Rejosari 3 yang menggunakan kurikulum 2013 yang paling awal diantara

SD dalam satu gugus dan memiliki sarana / fasilitas pendukung yang sangat

memadai dan dikemas sesuai dengan kebutuhan masa kini, dikelola secara

profesional serta selalu dilakukan inovasi. Selain itu pembelajaran dan gaya belajar

kelas IV SD N Plumutan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama,

dibuktikan dengan adanya Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang sama

serta komunikasi antar kedua guru kelas yang selalu disamakan. Serta di lihat dari

nilai SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 setara.Berdasarkan hal tersebut, peneliti

memilih SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 sebagai tempat penelitian.

SD N Plumutan terdiri dari kelas paralel yang terdiri dari kelas A dan kelas

B. Peneliti mengambil kelas IVA dan IVB sebagai populasi penelitian yang terdiri

dari masing-masing 20 siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VA dan VB sebagai

kelas uji validitas dan reliabilitas instrument serta uji model yang berjumlah 27

orang dan 29 orang, kelas IVA sebagai kelas kontrol yang berjumlah 20 orang dan

kelas IVB sebagai kelas eksperimen 1 yang berjumlah 20 orang. Selain SD

Plumutan peneliti juga menggunakan SD N Rejosari 3 sebagai tempat

63

penelitian. SD N Rejosari terdapat 6 kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas IV

sebagai kelas eksperimen 2.

Tabel 4.1

Data Subjek Penelitian

Jenis

kelamin

SD N Plumutan SD N Rejosari 3

Kelas Kontrol

(Kelas IV A)

Kelas Eksperimen

1

(Kelas IV B)

Kelas Eksperimen 2

(Kelas IV)

Laki-laki 13 9 9

Perempuan 7 11 7

Jumlah 20 20 16

Kelas IVB SD N Plumutan dan kelas IV SD Rejosari 3 sebagai kelas

eksperimen mendapat perlakuan dengan model pembelajaran problem based

learning dan kelas IV A SD N Plumutan sebagai kelas kontrol mendapat perlakuan

dengan model problem solving dalam mata pelajaran matematika dengan pokok

bahasan permasalahan luas dan kelilig bangun datar persegi, persegi panjang dan

segitiga.

Sebelum penelitian eksperimen dilaksanakan, peneliti melakukan uji validitas

dan reliabilitas instrumen (soal tes) dan uji model. Pada kegiatan pengujian soal ini

dilakukan di kelas VA SD N Plumutan pada Rabu dan Kamis 28 Februari dan 1

Maret 2018. Setelah diketahui soal yang valid dengan mengolah lewat aplikasi

SPSS 23.00, peneliti menggunakan soal tersebut untuk pretes dan model masuk

dalam kategori memuaskan untuk penelitian.

Selanjutnya, tahap awal penelitian yaitu pretes dilaksanakan pada Senin 12

Maret 2018 di kelas eksperimen 1, kelas control dan selasa 13 Maret 2018 kelas

eksperimen 2 dengan masing-masing alokasi waktunya 2 x 35 menit. Ketiga kelas

tersebut diberikan pretes untuk mengetahui pengetahuan awal yang sudah dimiliki

siswa sebelum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model problem based

learning dan problem solving. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan

perlakuan dengan model problem based learning di kelas eksperimen selama 3 kali

pertemuan dan model proble solving di kelas kontrol selama 3 kali pertemuan.

64

Materi yang digunakan dalam penyampaian model adalah bahasan

permasalahan luas dan kelilig bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga.

Setelah mendapatkan perlakuan dengan model problem based learning dan

problem solving, ketiga kelas akan diberikan posttes. Bentuk soal posttes sama

dengan soal pretest yaitu uraian. Posttes ini diberikan dengan tujuan untuk

menganalisis perubahan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran

dengan pemberian perlakuan model problem based learning dan problem solving.

Secara rinci berikut tabel adwal pelaksanaan penelitian :

Tabel 4.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/ Tanggal Kegiatan

1. Senin/ 12 Maret

2018

Pemberian soal pretest pada kelas eksperimen 1 dan

kelas control

2. Selasa/ 13 Maret

2018

Pemberian soal pretest pada kelas eksperimen 2

3. Rabu/ 14 Maret

2018

Pertemuan ke I kelas eksperimen 1 pembelajaran

PBL di jam 07.00-08.10 dan pertemuan I kelas

control dengan pembelajaran problem solving di jam

09.00-10.10

4. Kamis/ 15 Maret

2018

Pertemuan I di kelas eksperimen 2 dengan

pembelajaran PBL di jam 09.00-10.10

5. Jumat/ 16 Maret

2018

Pertemuan ke 2 kelas control dengan pembelajaran

problem solving di jam 07.00-08.10 dan kelas

eksperimen 1 pembelajaran PBL di jam 09.00-10.10

pertemuan 2

6. Senin/ 19 Maret

2018

Pertemuan ke 2 kelas eksperimen 2 di jam 07.00-

08.10

7. Selasa/ 20 Maret

2018

Pertemuan ke 3 di kelas ekperimen 2 di jam 07.00-

08.10 dan di kelas eksperimen 1 di jam 09.00-10.10

dan di kelas control di jam 10.10-11.35

4.1.2 Deskripsi Implementasi Penelitian

1.1.2.1 Kelas Eksperimen 1

Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen 1 dimulai pada senin 12 Maret

2018. Penelitian diawali dengan membuka pelajaran seperti kebiasaan dikelas

dilanjutkan dengan perkenalan peneliti oleh guru pengampu kelas 4 kepada siswa

dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti masuk dalam kelas IV A. selanjutnya

65

soal pretest diberikan kepada siswa kelas IV A. siswa sangat antusias menerima

soal pretest dan pretest dapat dikerjakan secara tertib dan kondusif selama 2 jam

pelajaran atau 1x pertemuan.

Setelah terlaksanya pretest pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari

Rabu 14 Maret 2018 di jam 07.00-08.10 dengan memberikan pembelajaran

matematika menggunakan model problem based learning. Guru membuka

pembelajaran seperti biasa dan guru memberikan apersepsi sesuai dengan model

problem based learning yaitu dengan mengorientasikan siswa pada sebuah

permasalahan yang dijadikan apersepsi dalam pembelajaran, dengan adanya

masalah ini membuat siswa menjadi antusias untuk bertanya dan mencari tahu.

Selanjutnya melalui permasalahan dalam apersepsi dijelakan maksud, tujuan,

manfaat dan penilaian dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan mengorganisasikan siswa

untuk belajar dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen.

Siswa merasa gembira dengan diadakannya belajar secara berkelompok, karena

dikelas ini sendiri jarang dilakukan berlajar secara berkelompok. Dalam

mengorganisasikan ini guru bertanya jawab tentang permasalahan sebelumnya dan

mulai membimbing siswa berpikir ke arah ciri-ciri dari bangun datar yang ada

dalam permasalahan, selain itu guru juga memberikan kesempatan siswa untuk

mencari tahu bersama teman kelompoknya.

Siswa sangat antusias untuk mencoba dan mencari solusi permasalahan

sesuai dengan bimbingan guru tentang prosedure pemecahan masalah. Dimuai

dengan memahami permasalahan, siswa bersama teman dalam kelompoknya

berdiskusi memahami masalah dana pa yang harus dilakukan. Dilanjutkan dengan

procedure membuat perencanaan pemecahan, siswa saling berpendapat dalam

menyampaikan perencanaan pemecahan bersama teman kelompok. Procedure

selanjutnya dengan menerapkan perencanaan, setelah menerima antar pendapat

siswa memilih yang pantas dijadikan solusi pemecahan untuk diterapkan. Sebelum

disampaikan dalam kelas, kelompok mengevaluasi tahapan pemecahan masalah

sudah lengkap dan benar sesuai diskusi. Setelah mencari tahu, guru memberikan

kesempatan kepada kelompok untuk menyampaikan hasil dari mencari tahu

66

bersama kelompok. Siswa sangat antusias untuk berebutan menyampaikan. Tidak

lupa diahir pembelajaran guru memberikan pembenaran terhadap konsep-konsep

yang ditemukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pembenaran terhadap

ciri-ciri dari bangun yang ada pada masalah yang diberikan.

Pertemuan kedua berlangsung di hari jumat 16 Maret 2018. Dalam

pembelajaran berlangsung secara semangat dan siswa antusias untuk melanjutkan

pemecahan masalah pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa

berkelompok sesuai pertemuan sebelumnya, dilanjutkan dengan memberikan

aturan dan cara pengisisna lembar jawab. Selain itu guru juga membagikan bangun

datar persegi, persegi panjang dan sgitiga serta persegi satuan. Guru meminta siswa

untuk memcehakan permasalahan dengan mencari rumus dari bangun datar dengan

persegi dan persegi satuan bersama dalam kelompoknya. Diskusi berjalan dengan

tertib dan siswa terlihat semangat dalam memecahakan, tidak lupa guru berkeliling

untuk membimbing dalam diskusi siswa. Setelah di diskusikan guru meminta

perwakilan kelompok untuk maju mebacakan hasil pemecahan permasalahan.

Presentasi berjalan dengan tertib, karena guru memberikan fasilitas dengan

memberi kesempatan di ahir pemaparan siswa untuk bertanya atau memberikan

pendapat dengan mengangkat tangan terlebih dahulu. Diahir pembelajaran guru

seperti biasa memberikan pembenaran konsep pemecahan masalah yang di dapat

siswa. Guru tidak lupa untuk memberikan reward untuk siswa-siswa dikelas karena

belajar dengan tertib dan kondusif.

Pertemuan selanjutnya adalah pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari

selasa 20 Maret 2018 di jam 09.00. Di pertemuan ini guru membahas secara singkat

apa yang dilakukan selama 2x pertemuan sebelumnya dan membuat kesimpulan

terhadap sebuah permasalahan dan bagaimana pemecahannya. Selanjutnya soal

posstest diberikan untuk dikerjakan siswa. Siswa mengerjakan dengan seksama dan

teliti. Dikarenakan waktu tidak mencukupi untuk dikoreksi bersama dihari itu guru

meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya dan bertanya jawab sekilas di bagian

no berapa yang dirasa kebingungan. Kemudian guru mengulas pemecahan secara

sekilas.

67

Berikut disajikan tabel lembar observasi terhadap pelaksanaan kelas

eksperimen 1:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelas Eksperimen 1

No Sintaks Aktivitas Ya Tidak

1.

Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar √

Mengabsensi kehadiran siswa √

Memberika arahan scenario pembelajaran yang akan dilakukan √

Memberikan soal pretest √

Menyampaikan apersepsi masalah √

Menyampaikan tujuan, manfaat dan penilaian √

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Membagi siswa menjdi kelompok belajar siswa dan membantu mengerucutkan permasalahan

3.

Membimbing penyelidikan

Membagikan logistic dan LDS √

Membimbing jalannya diskusi kelompok belajar √

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu menyiapkan hasil diskusi dengan memfasilitasi presentasi √

5.

Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

Membimbing siswa melakukan evaluasi dan refleksi presentasi siswa √

Memberikan penguatan hasil presentasi √

Memberikan soal evaluasi (posttest) √

Melakukan pengkoreksian terhadap pekerjaan siswa bersama siswa √

Meluruskan kesalahpahaman siswa √

Menutup pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa √

Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat satu langkah aktivitas pembelajaran

dalam kegiatan menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah tidak

terlaksana. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam pembelajaran.

Langkah pembelajaran yang tidak terlaksana adalah koreksi bersama pekerjaan

posstest, guru hanya menanyakan sekilas kesulitan yang ditemukan dan

memberikan penguatan terhadap pertanyaan kesulitan siswa. Namun pembelajaran

sudah terlasana dengan runtut dan sesuai dengan sintaks, untuk itu pembelajaran di

kelas eksperimen 1 termasuk dalam kategori yang memuaskan.

Terlihat dalam sintaks sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan dilaksanakan

secara runtut. Dalam pembelajaran melaksanakan dengan pemberian masalah nyata

dengan sintaks mengorientasikan siswa dengan permasalahan nyata, diikuti dengan

mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, dalam kelompok belajara guru

tak lupa ikut serta dalam membimbing penyelidikan, kemudian juga memotivasi

dalam penyelidikan. Dalam pembelajaran ini disempurnakan dengan menajikan

hasil penyelidikan dan mengevaluasi pemecahan masalah. Guru selalu senantiasa

memberikan penguatan dan pembenaran terhadap kekeliruan yang dilakukan siswa.

Selain itu, guru juga mengajarkan demokrasi dalam hal ini dengan mengajarkan

memberikan pendapat atau masukan terhadap hasil pemecahan masalah yang

dilakukan oleh siswa.

68

1.1.2.2 Kelas Eksperimen 2

Penelitian dikelas eksperimen 2 hampir sama dengan kelas eksperimen 1.

Pelaksanaan dikelas eksperimen 2 dimuali hari Rabu 13 Maret 2018 di kelas IV SD

Rejosari 3 dengan masuk dalam kelas memperkenalkan diri dana tujuan masuk

dalam kelas. Dilanjutkan dengan memberikan soal pretest. Siswa mengerjakan soal

pretest dengan tertib.

Pertemuan ke 1 dilaksanakan pada hari Kamis 15 Maret 2017 di jam 09.00.

Pembelajaran dilaksanakan menggunakan model PBL. Seperti pembelajaran

lainnya guru mengawali dengan membuka pembelajaran di lanjutkan dengan

menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama. Tak lupa guru meberikan

apersepsi untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Guru memberikan apersepsi

dengan memberikan sebuan kondisi permasalahan. Dengan permasalah tersebut

membuat siswa penasaran bagaimana penyelesaiannya. Terlihat dengan

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarakan oleh siswa dan terlihat beberapa siswa

mengungkapakan pendapatnya. Sehubungan dengan permasalahan yang diberikan

guru menjelaskan tujuan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin 19 Maret 2018 di jam 07.00.

di pertemuan ini guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar. Guru

membagi kelompok secara berhitung. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dan

menjelaskan ciri-ciri dari bangun datar. Tidak lupa guru membagikan bangun datar

dan persegi satuan, serta lembar diskusi. Setelah memahami ciri-ciri dari bangun

datar persegi, persegi panjang dan segitiga guru meminta untuk mendiskusikan

bagaimana mennghitung keliling dan luas dari bangun datar untuk memecahkan

permasalahan.

Guru berkeliling untuk membimbing jalannya diskusi. Dalam diskusi terlihat

siswa yang aktif bertanya dan melontarkan jawaban-jawaban mereka atau cara

penyelesaian masalah. Siswa melakukan pemecahan masalah sesuai procedure

yang dibimbing guru. Pertama siswa bersama teman kelompok memahami

permasalahan yang diberikan, siswa saling menjelasakan antar sesama

permasalahan yang dihadapi. Kedua membuat perencanaan pemecahan masalah,

siswa saling berpendapat solusi yang ditawarkan untuk pemecahan masalah.

69

Setelah derdiskusi mereka memilih yang paling tepat untuk diterpakan dengan

diahiri mengevaluasi dari awal permasalahan sampai jawaban pemecahan masalah.

Diskusi berjalan dengan tertib dibawah panduan dari guru. Selanjutnya guru

meinta perwakilan kelompok untuk menuliskan penyelesaian yang ditemukan

bersama teman kelompok. Guru memfasilitasi siswa untuk memberikan

pendapatnya terhadap hasil diskusi teman. Terlihat siswa memberikan komentar

secara berebutan, baik itu berkaitan jawaban yang sama atau terdapat kesalahan

dalam menuliskan pemecahan masalah. Di ahir pembelajaran guru memberikan

penguatan konsep dan menyimpukan bersama-sama mencari keliling dan luas

bangun datar dalam pemecahan masalah.

Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari selasa 20 Maret 2018 di jam 07.00. pada

pertemuan ini guru mengulas kemabli pembelajaran yang telah dilaksanakan

sebelumnya, selain itu guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap keliling

dan luas sebagai langkah pemecahan masalah. Setelah itu siswa diberikan soal

posttes. Sama dengan kelas eksperimen 1 posttes dilaksanakan dengan semangat

dan hati-hati. Setelah selesai dikerjakan siswa mengumpulkan kepada guru dan

dilanjutkan dengan membuat kesimpulan bersama dan mengahiri

pembelajaran.Berikut disajikan tabel lembar observasi terhadap pelaksanaan kelas

eksperimen 2:

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas Eksperimen 2

No Sintaks Aktivitas Ya Tidak

1.

Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar

Mengabsensi kehadiran siswa √

Memberika arahan scenario pembelajaran yang akan dilakukan √

Memberikan soal pretest √

Menyampaikan apersepsi masalah √

Menyampaikan tujuan, manfaat dan penilaian √

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Membagi siswa menjdi kelompok belajar siswa dan membantu mengerucutkan permasalahan

3.

Membimbing penyelidikan Membagikan logistic dan LDS √

Membimbing jalannya diskusi kelompok belajar √

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu menyiapkan hasil diskusi dengan memfasilitasi presentasi √

5.

Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

Membimbing siswa melakukan evaluasi dan refleksi presentasi siswa √

Memberikan penguatan hasil presentasi √

Memberikan soal evaluasi (posttest) √

Melakukan pengkoreksian terhadap pekerjaan siswa bersama siswa √

Meluruskan kesalahpahaman siswa √

Menutup pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa

70

Berdasarkan tabel 4.4 diatas terdapat satu aktivitas yang tidak dilakukan.

Aktivitas tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh dikarenakan keterbatasan

waktu dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya sudah runtut dan sesuai

dengan sintaks. Langkah yang tidak dilakukan adalah mengkoreksi bersama hasil

posstest, dikarenakan waktu yang terbatas dalam pembelajaran. Namun guru tetap

mengulas sedikit dari soal-soal yang diberikan.

Dengan demikian pembelajaran di kelas eksperimen 2 dengan model

pembelajaran problem based learning sudah terlaksana sesuai sintaks dan masuk

dalam kategori memuaskan. Terlihat dengan dilaksanaknnya proses pembelajaran

secara runtu sesuai sintaks dan sesuia denga RPP yang telah dirancang. Dalam

pelaksanaannya guru melaksanakan dengan mengorientasikan siswa terhadap

permasalahan, kemudian membentuk kelompok belajar untuk berdiskusi

memecahkan permasalahan, dilanjutkan dengan membimbing dalam penyelidikan.

Selain membimbing dalam pelaksanaan penyelidikan pemecahan masalah guru

juga memfasilitasi siswa untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah bersama

kelompok belajar. Dan yang terahir diikuti dengan mengevaluasi pemecahan

masalah secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaiakn pendapatnya.

1.1.2.3 Kelas Kontrol

Penelitian di kelas kontrol dimulai pada hari senin 12 Maret 2018. Penelitian

diawali dengan memperkenalkan diri di kelas control dan menjelaskan maksud dan

tujuan masuk dalam kelas. Siswa sangat antusias untuk mengikuti perkenalan dan

bersemangat untuk mengikuti pembelajarannya, karena selama ini belum ada yang

masuk dalam kelas ini kecuali guru kelas dan kuru mapel lalinnya. Setelah

perkenalan dilanjutkan dengan pemberian soal pretest. Awalnya mereka

kebingungan dengan soalnya, sebab belum pernah diajarkan oleh guru kelasnya.

Namun, dengan bimbingan dan arahan dari peneliti dan guru siswa sangat antusias

untuk menyelesaikannya.

Pertemuan selanjutnya adalah pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

rabu 14 Maret 2018 di jam 09.00-10.10. pembelajaran dimulai dengan membuka

pembelajaran dan menanyakan kesiapan pembelajaran. Dalam memberikan

71

apersepsi guru memberikan sebuah permasalahan yang merangsang siswa untuk

belajar dengan bantuan papan catur. Dan itu benar, siswa menjadi lebih tertarik

dengan pembelajaran dikarenakan ada permasalahan yang disajikan begitu menarik

untuk siswa. Terlihat dalam banyaknya lontaran-lontaran prediksi jawaban maupun

pertanyaan. Tidak lupa dalam pembelajaran guru menyampaiakn tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam pembelajaran guru aktif dalam

mengajak siswa untuk berkomunikasi atau bertanya jawab tentang pemecahan

permasalahan yang disajikan, tidak lupa guru memberikan sedikit uraian materi

tentang bangun datar.

Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok belajar. Dalam kelompok

belajar siswa berdiskusi menyelesaikan pemecahan masalah yang disajikan. Siswa

merasa senang dengan berdiskusi. Setelah berdiskusi, guru meminta perwakilan

kelompok menuliskan hasil dari diskusi didepan kelas. Kemudian guru

mengkoreksi bersaama siswa.

Pertemuan kedua dilaksanakan di hari jumat 16 Maret 2018. Dalam

pertemuan ini guru melanjutkan untuk belajar dalam kelompok seperti sebelumnya

namun, guru memberikan tambahan permasalahan. Siswa sangat antusias untuk

menyelesaikan dalam kelompok, tidak lupa guru mengarahkan perencanaan

pemecahan permasalahan yang diberikan. Diskusi siswa terlihat matang, di

tunjukkan dengan memahami permasalahan hingga berulang-ulang dibaca,

berdiskusi perencanaan yang sesuai untuk permasalahan, menerapakan

perencanaan dan mengevaluasi pemecahan yang dibuat seusia atau masih perlu

perbaiakn. Terlihat juga siswa yang antusias bertanya kepada guru yang dilakukan

boleh atau tidak.

Terlihat rasa ingin tahu siswa dengan mencoba mencari jawaban kemudian

dilontarkan kepada guru apakah benar penyelesaian yang diperoleh. Selain itu guru

meminta siswa untuk mengkoreksi pemecahan yang dilakukan sudah sesuai atau

masih perlu dalam perbaikan. Setelah berdiskusi guru meminta siswa untuk

membacakan pemecahan dari masing-masing kelompok. Dalam kegiatan ini guru

tidak lupa memberikan kesempatan kepada yang lain untuk memberikan

72

pendapatnya. Setelah selesai presentasi, guru dan siswa membuat menilai dan

membuat kesimpulan pemecahan permasalahan yang benar.

Pertemuan ketiga dilaksanakan dihari selasa 20 Maret 2018. Pada pertemuan

ini guru mengulas apa yang dilakukan pertemuan sebelumnya dengan bertanya

jawab kepada siswa. Siswa sangat antusias untuk menjawab pertanyaan guru

sampai berebutan. Setelah itu guru dan siswa menyimpulkan pemecahan

permasalahan yang berkaitan dengan bangun datar. Di kegiatan yang terahir siswa

diberikan soal evaluasi atau soal posttest untuk dikerjakan. Siswa mengerjakan

dengan hening dan tenang. Setelah selesai siswa mengumpulkan soal dan lembar

jawab kepada guru.Berikut disajikan tabel lembar observasi guru dan siswa

terhadap pelaksanaan kelas kontrol:

Tabel 4.5

Hasil Observasi Kelas Kontrol No Sintaks Aktivitas Ya Tidak

1. Identifikasi masalah

Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar √

Menjawab absensi dari guru √

Mendengarkan arahan scenario pembelajaran √

Mengerjakan soal pretest √

Memperhatikan apersepsi permasalahan yang diberikan √

Mendengarkan tujuan, manfaat, rencana kegiatan dan penilaian √

Melakukan identifikasi permasalahan √

2. Penyajian masalah Siswa merumuskan permasalahan √

3. Perencanaan pemecahan

Membentuk kelompok belajar dengan tertib √

Melakukan perencanaan pemecahan masalah √

4. Implementasi perencanaan

Menerapkan rencana pemecahan masalah √

5. Menilai perencanaan Melakukan penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah melalui diskusi √

6. Menilai hasil pemecahan

Melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah (menyimpulkan) √

Mengerjakan soal evaluasi (posttest) √

Melakukan evaluasi terhadap pekerjaan bersama guru √

Mendengarkan pembenaran guru √

Menyanyikan lagu daerah, salam dan doa √

Berdasarkan tabel 4.5 diatas kegiatan sudah terlakasan dengan baik dan

runtut, namun dalam aktivitas 15 yaitu mengkoreksi hasil pekerjaan yang masuk

dalam sintaks menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah posttest secara

bersamaan tidak dilakukan dengan sepenuhnya. Kegiatan dilewatkan satu langkah

dikarenakan waktu yang digunakan dalam pembelajaran sangat terbatas. Namun

dengan demikian pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori memuaskan

dalam pembelajaran menggunakan model problem solving.

Terlihat dalam pelaksanaannya sesuai dengan RPP yang telah dibuat, serta

pelaksanannya runtut karena guru sudah memahami sintaks dari model problem

solving. Hal ini tercermin dalam sintaks pembelajarannya guru melakukan dengan

73

mengawali pemberian masalah, diikuti dengan pengumpulan informasi dan

perencanaan pemecahan masalah, menerapkan perencanaan pemecahan,

menganalisis/ membutukan pemecahan yang telah dibuat sudah sesuai atau belum,

dan yang terahir menilai pemecahan masalah.

1.2 Data Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penilaian Aspek Kognitif

1.2.1.1 Analisis Deskriptif Statistik Pretest dan Posttest

Hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol diperoleh dari pretes

kemampuan pemecahan masalah matematika dengan materi pemecahan masalah

berkaitan denga keliling dan luas bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga

yang diberikan sebelum memberikan perlakuan model problem based learning di

kelas eksperimen dan model problem solving dikelas kontrol. Hasil pretest yang

diuji menggunakan SPSS 20. Berikut adalah tabel analisis statistic pretest:

Tabel 4.6

Analisis statistic pretest Statistics

PRETEST_EKSPERIMEN_1 PRETEST_EKSPERIMEN_2 PRETEST_KONTROL

N Valid 20 16 20 Missing 0 4 0

Mean 63,50 62,19 62,88 Median 67,50 66,25 67,50 Mode 68a 65a 70 Std. Deviation

12,365 11,828 11,901

Minimum 40 40 40 Maximum 80 75 80

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa nilai kognitif pretest siswa

kelas eksperimen 1 mempunyai nilai rata-rata 63,50 dengan nilai minimum 40 dan

nilai maksimumnya 80, sedangkan standard deviasinya 12.365. Kelas eksperimen

2 mempunyai rata-rata 62,19 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 75

dengan standard deviasinya 11.828. Nilai kognitif siswa kelas kontrol mempunyai

nilai rata-rata 62,88 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimumnya 80,

sedangkan standard deviasinya 11.901. Terlihat bahwa dalam rentang nilai rata-rata

diantara ketiga kelas tersebut setara dengan nilai > 60. Selain rata-rata nilai kelas

yang sebanding ternyata rentang nilai minimum dan maksimum di ketiga kelas juga

hampir sama yaitu di kemampuan minimumnya 40 dan maksimumnya di 75 dan

80. Walaupun siswa belum mendapat perlakuan dengan model PBL dan Problem

74

solving, tetapi nilai tertinggi mencapai 80. Hal itu menunjukkan kelas eksperimen

dan control datanya tersebar secara merata. Berikut tabel persebaran frekuensi nilai

pretest dikelas ekperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.7

Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen 1 PRETEST_EKSPERIMEN_1

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 40 3 15,0 15,0 15,0

50 2 10,0 10,0 25,0

63 1 5,0 5,0 30,0

65 1 5,0 5,0 35,0

68 4 20,0 20,0 55,0

70 4 20,0 20,0 75,0

73 3 15,0 15,0 90,0

75 1 5,0 5,0 95,0

80 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Tabel 4.7 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas

eksperimen 1 dapat diketahui bahwa 15 siswa dari 20 siswa atau 75 % pada kelas

eksperimen 1 mendapat nilai > 60, sedangkan 5 siswa lainnya atau 25 % mendapat

nilai < 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen sebelum

perlakuan model PBL nilainya sudah banyak yang diatas 60 dan persebaran nilai

dikelas eksperimen 1 termasuk dalam kategori merata. Terlihat dari varian nilai

yang ada dari terrendah dan tertinggi dengan masing-masing frekuensi.

Tabel 4.8

Frekuensi Pretest Eksperimen 2 PRETEST_EKSPERIMEN_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 40 2 10,0 12,5 12,5 45 1 5,0 6,3 18,8 50 1 5,0 6,3 25,0 60 1 5,0 6,3 31,3 65 3 15,0 18,8 50,0 68 3 15,0 18,8 68,8 70 2 10,0 12,5 81,3 73 1 5,0 6,3 87,5 75 2 10,0 12,5 100,0

Total 16 80,0 100,0

Missing System 4 20,0

Total 20 100,0

Tabel 4.8 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas

eksperimen 2 dapat diketahui bahwa 12 siswa dari 16 siswa atau 75 % pada kelas

eksperimen 2 mendapat nilai > 60, sedangkan 4 siswa lainnya atau 25 % mendapat

nilai < 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen 2 sebelum

75

perlakuan model PBL nilainya sudah banyak yang diatas 60. Selain tu, persebaran

nilai dikelas eksperimen 2 terlihat merata. Seperti disebutkan diatas nilai dikelas

eksperimen 2 walaupun belum diberi perlakuan model nilai tertinggi mencapai 75

dengan frekuensi 2 anak.

Tabel 4.9

Frekuensi Pretest Kelas Kontrol PRETEST_KONTROL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 40 2 10,0 10,0 10,0

45 1 5,0 5,0 15,0

50 2 10,0 10,0 25,0

60 3 15,0 15,0 40,0

68 3 15,0 15,0 55,0

70 6 30,0 30,0 85,0

73 1 5,0 5,0 90,0

78 1 5,0 5,0 95,0

80 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Tabel 4.9 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas

kontrol dapat diketahui bahwa 15 siswa dari 20 siswa atau 75 % pada kelas control

mendapat nilai > 60, sedangkan 5 siswa lainnya atau 25 % mendapat nilai < 60.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan model

Problem Solving nilainya sudah banyak yang diatas 60. Namun, dikelas control

terlihat juga bahwa nilai pretest yang diperoleh masih ada frekuensi dengan nilai

dibawah 60. Berarti, perolehan nilai dikelas control persebarannya merata. Terdapat

nilai tertinggi dengan nilai 80 dengan frekuensi 1 anak.

Selain data pretest, terdapat juga data posttest. Data hasil posttest diperoleh

dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika dalam soal posttest

(evaluasi) yang berkaitan denga keliling dan luas bangun datar persegi, persegi

panjang dan segitiga. Posttest diberikan sesudah memberikan perlakuan model

problem based learning di kelas eksperimen dan model problem solving dikelas

control. Hasil posttest diolah menggunakan bantuan SPSS 20. Berikut adalah tabel

analisis statistik data posttest :

76

Tabel 4.10

Analisis Statistic Posttest

Statistics

POSTTEST_EKSPERIMEN_

1

POSTTEST_EKSPERIME

N_2

POSTTEST_KONTRO

L

N Valid 20 16 20

Missing 0 4 0

Mean 84.25 84.06 82.13

Median 85.00 88.75 85.00

Mode 90 90 73

Std. Deviation 10.672 12.175 8.243

Minimum 60 60 70

Maximum 100 100 93

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat nilai posttes kelas eksperimen 1

mempunyai rata-rata 84,25, dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimalnya 100,

semetara untuk standar deviasinya 10.672. Di kelas ekperimen 2 mempunyai rata-

rata 84,06 dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimalnya 100, kemudian dengan

harga standar deviasinya sebesar 12.175. Selanjutnya untuk nilai aspek kognitif

posttes di kelas control mempunyai rata-rata 82,13 dengan nilai minimum 70 dan

maksimalnya 93, untuk standar deviasinya sebesar 8.243. Hal ini berarti rentang

rata-rata dari ketiga kelas > 70 yang artinya lebih baik dibanding pretest, dan dengan

rentang nilai minimum 60, 70 dan 80 sedangkan nilai maksimum100 dan 93 dan

rentang nilai rata-rata di pretest < 70. Berikut distribusi frekuensi persebaran nilai

posttest dikelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kelas control yang diajarkan

menggunakan masing-masing model:

Tabel 4.11

Frekuensi Posttest Eksperimen 1 POSTTEST_EKSPERIMEN_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 80 1 2,8 5,0 5,0 85 4 11,1 20,0 25,0 90 11 30,6 55,0 80,0 95 2 5,6 10,0 90,0 100 2 5,6 10,0 100,0

Total 20 55,6 100,0

Missing System 16 44,4

Total 36 100,0

77

Berdasarkan tabel 4.11 distribusi frekuensi nilai postes pada kelas eksperimen

1 dapat diketahui bahwa tidak ada yang mendapat nilai < 60. Hal ini menunjukkan

peningkatan nilai setelah diberikan perlakuan dengan model PBL. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan metode

PBL nilainya meningkat dibandingkan dengan hasil pretes.

Tabel 4.12

Frekuensi Posttest Eksperimen 2

POSTTEST_EKSPERIMEN_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60 2 5,6 12,5 12,5 70 1 2,8 6,3 18,8 80 3 8,3 18,8 37,5 83 1 2,8 6,3 43,8 88 1 2,8 6,3 50,0 90 5 13,9 31,3 81,3 95 1 2,8 6,3 87,5

100 2 5,6 12,5 100,0 Total 16 44,4 100,0

Missing System 20 55,6

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai postes pada kelas eksperimen

2 dapat diketahui bahwa terdapat 2 yang mendapat nilai 60 dan tidak ada yang

mendapat nilai dibawah 60. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai setelah

diberikan perlakuan dengan model PBL. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas

eksperimen setelah mendapat perlakuan metode PBL nilainya meningkat

dibandingkan dengan hasil pretes.

Tabel 4.13

Frekuensi Posttest Kelas Kontrol POSTTEST_KONTROL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 70 1 5,0 5,0 5,0

73 6 30,0 30,0 35,0

80 1 5,0 5,0 40,0

83 1 5,0 5,0 45,0

85 4 20,0 20,0 65,0

88 2 10,0 10,0 75,0

90 1 5,0 5,0 80,0

93 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai postes pada kelas kontrol dapat

diketahui bahwa tidak ada yang mendapat nilai dibawah 60. Hal ini menunjukkan

78

peningkatan nilai setelah diberikan perlakuan dengan model Problem Solving. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa siswa kelas control setelah mendapat perlakuan model

problem solving nilainya meningkat dibandingkan dengan hasil pretes.

1.2.1.2 Uji Prasyarat

1.2.1.2.1 Normalitas Pretest dan Postest

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data pretest dan

posttes berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal dengan nilai

signifikansinya > 0,05, jika < 0,05 dikatakan tidak berdistribusi normal. Apabila

data berdistribusi norma maka dapat digunakan statistic parametric, sedangkan

apabila data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan statistic non

parametrik.Dalam penelitian ini uj normalitas menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov dalam SPSS 20. Adapun uji normalitas dapat dilihat berdasarkan tabel

berikut:

Tabel 4.14

Uji Normalitas Aspek Kognitif Pretest dan Posstest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pretest_eks

_1 posttest_ek

s_1 pretest_e

ksp_2 post_ek

sp_2 pretest_c

ontrol post_cont

rol

N 20 20 16 16 20 20 Normal Parametersa,

b

Mean 63,50 84,25 62,19 84,06 62,88 82,13 Std. Deviation 12,365 10,672 11,828 12,175 11,901 8,243

Most Extreme Differences

Absolute ,277 ,155 ,281 ,187 ,251 ,229 Positive ,133 ,109 ,139 ,125 ,125 ,229 Negative -,277 -,155 -,281 -,187 -,251 -,186

Kolmogorov-Smirnov Z 1,238 ,693 1,126 ,748 1,124 1,022 Asymp. Sig. (2-tailed) ,093 ,723 ,158 ,630 ,160 ,247

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Jika signifikansi > 0,05 maka H0 yang berbunyi data populasi berdistribusi

normal diterima. Sehingga Ha yang berbunyi data populasi tidak berdistribusi

normal ditolak. Bedasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas, pada taraf

signifikansi diketahui nilai signifikansi kelas eksperimen 1 sebesar 0.093 dan 0,723

atau lebih besar dari 0.05 (0.093 dan 0,723 > 0.05) maka Ho diterima atau data

populasi berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi kelas eksperimen 2

sebesar 0.158 dan 0,630 atau lebih besar dari 0.05 (0.158 dan 0,630 > 0.05) yang

berarti Ho diterima artinya data populasi di kelas eksperimen 2 berdistribusi

normal dan untuk nilai signifikansi kelas kontrol sebesar 0.160 dan 0,247 atau lebih

besar dari 0.05 (0.160 dan 0,247 > 0.05) maka Ho diterima yang artinya data

79

populasi berdistribusi normal. Dengan demikian data pretest dan posttes yang

diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan data yang

berdistribusi normal.

1.2.1.2.2 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian

populasi data adalah sama atau tdak. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikan

data kelas eksperimen dan kelas kontrol > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa varian

dari ketiga kelompok data adalah sama. Berikut adalah table uji homogenitas hasil

belajar aspek kognitif pretest dan posttes kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.15

Uji Homogenitas Aspek Kognitif Pretest dan Posttest

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

PRET

EST

Based on Mean .014 2 53 .986

Based on Median .012 2 53 .988

Based on Median and with adjusted df .012 2 52.750 .988

Based on trimmed mean .021 2 53 .979

POS

TTES

T

Based on Mean .504 2 53 .607

Based on Median .251 2 53 .779

Based on Median and with adjusted df .251 2 45.055 .779

Based on trimmed mean .464 2 53 .631

Berdasarkan uji homogenitas dapat dilihat dari output The of Homogeneity

of Variances. Dapat diketahui bahwa signifikansi based on mean pretest sebesar

0.986, untuk based on medianpretest 0,988, probabilitas based on trimmed mean

pretest sebesar 0,979. Signifikansi based on mean postest sebesar 0.607, untuk

based on median postest 0,779, probabilitas based on trimmed mean postest sebesar

0,631. Bila dirumuskan dalam sebuah hipotesis Ho adalah varian data dalam tiap

kelompok sama atau homogen dan Ha adalah varian data dalam tiap kelompok tidak

sama atau tidak homogen. Karena signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Artinya bahwa varian data dalam tiap kelompok sama atau homogen. Dapat

disimpulkan bahwa ketiga kelompok, yaitu 2 kelas eksperimen dan kelas kontrol

80

mempunyai varian yang sama atau homogen atau data pretest berasal dari populasi-

populasi yang sama.

1.2.1.3 Uji Beda

Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang

diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah

melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada hasil

belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametik, yaitu menggunakan uji-t

atau one sample t- test independent, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Berikut tabel uji-t dari aspek kognitif pretest:

Tabel 4.16

Uji-t Aspek Kognitif Pretest dan Posttest Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

PRETEST

Equal variances assumed

.024 .878 .323 34 .749 1.313 4.069 -6.956 9.581

Equal variances not assumed

.324 32.863 .748 1.313 4.048 -6.925 9.550

POSTEST

Equal variances assumed

.235 .631 .049 34 .961 .188 3.810 -7.555 7.930

Equal variances not assumed

.048 30.122 .962 .188 3.868 -7.710 8.085

Berdasarkan pada output Independent sample T-Test diatas, diperoleh nilai

sig(2-tailed) sebesar 0,749 dan 0,961 yaitu lebih dari 0,05, maka sesuai dasar

pengambilan keputusan dalam uji Independent Sample Test, maka dapat di

simpulkan Ho diterima dan Ha di tolak, yang artinya tidak terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV SD N Plumutan dan SD Rejosari

3.

1.2.1.4 Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis didasarkan pada hasil uji beda nilai pretest dan postets

kelas eksperimen dan kelas control. Berdasarkan uji kesamaan varian

(homogenitas) diketahui kedua varian sama, dengan ini penggunaan uji t

81

menggunakan Equal Variance Assumed. Pengujian menggunakan uji dua sisi

dengan tingkat signifikansi 0.05. Kriteria berdasarkan signifikansi adalah jika

signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan jikasignifikansi < 0.05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah:

H0: artinya, tidak ada perbedaan pengaruh dalam penerapan model

pembelajaran problem based learning dan problm solving terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD.

Ha: artinya, ada perbedaan pengaruh dalam penerapan model pembelajaran

problem based learning dan problm solving terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD.

Berdasarkan hasil uji beda nilai pretest dan posttest kelompok kelas

eksperimen dan kelas control diperoleh hasil probabilitas/ signifikansinya sebesar

0,749 dan 0,961 atau > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada

perbedaan pengaruh dalam penerapan model pembelajaran problem based learning

dan problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

kelas IV SD.

4.2.2 Hasil Penilaian Aspek Afektif

Penilaian aspek afektif dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Dikelas eksperimen penilaian berlangsung selama pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran problem based learning dan dikelas control

menggunakan model pembelajaran problem solving. Melalui rubric penilaian sikap

di dapat kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dalam tabel

dibawah :

Tabel 4.17

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Afektif

No Ketuntasan

Belajar Nilai

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Control

F % F % F %

1. Tuntas ≥ 70 20 100 16 100 20 100

2. Belum Tuntas < 70 0 0 0 0 0 0

Jumlah 20 100 16 100 20 100

Nilai rata-rata 84,7 86,2 83,5

Nilai tertinggi 95 95 90

Nilai terendah 75 75 75

82

Berdasarkan tabel 4.17 diatas bahwa keseluruhan siswa telah melaksanakan

kegiatan afektif sesuai dengan kriteria indicator penilaian afektif. Dari data tersebut

dpat dilihat semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik, dibuktikan

dengan seluruh siswa tuntas dengan rata-rata 84,7 dikelas eksperimen 1, kemudian

86,2 dikelas eksperimen 2 dan 83,5 dikelas control. Dalam aspek afektif antara

kelas eksperimen dan kelas control setara, hal tersebut disebabkan guru

memberikan aturan dalam bersikap dalam mengikuti pembelajaran.

4.2.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotor

Penilaian aspek psikomotor dilakukan selama pembelajaran berlangsung

Melalui rubric penilaian sikap di dapat kemampuan pemecahan masalah

matematika berdasarkan kriteria ketuntasan minimal dalam pembelajaran

matematika dapat dilihat dalam tabel dibawah :

Tabel 4.18

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Psikomotor

Berdasarkan tabel 4.18 diatas bahwa keseluruhan siswa telah melaksanakan

kegiatan afektif sesuai dengan kriteria indicator penilaian psikomotor. Dari data

tersebut dpat dilihat semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik,

dibuktikan dengan seluruh siswa tuntas dengan rata-rata 85 dikelas eksperimen 1,

kemudian 84,5 dikelas eksperimen 2 dan 85 dikelas control. Dalam aspek afektif

dikelas eksperimen dan kelas control sebanding, hal tersebut disebabkan kegiatan

psikomotor lebih banyak dilakukan oleh siswa dari guru baik dalam kelas

eksperimen maupun kelas control yang mempunyai sintaks pembelajaran masing-

masing.

No Ketuntasan

Belajar Nilai

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Control

F % F % F %

1. Tuntas ≥ 70 20 100 16 100 20 100

2. Belum Tuntas < 70 0 0 0 0 0 0

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Nilai rata-rata 85 84,5 85

Nilai tertinggi 95 100 95

Nilai terendah 75 75 75

83

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan ini mengacu pada data-data yang diperoleh selama

pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning dan Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas IV SD. Terdapat 2 kelompok ekperimen dan 1 kelompok

control dalam penelitian. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang

diberikan perlakuan dengan model problem based learning dan kelompok control

dengan diberikan perlakuan model problem solving.

Hasil statistic pretest menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata

diantara kelas eksperimen dan kelas control. Dengan rentang rata-rata kelas

eksperimen 1sebesar 63,50, eksperimen 2 sebesar 62,19, dan kelas control sebesar

62,88. Setelah diberikan perlakuan dalam masing-masing kelas, rata-rata nilai

menunjukkan kelas eksperimen 1 sebesar 84,25, kelas eksperimen 2 sebesar 84,06

dan kelas control sebesar 82,13. Dari rentang rata-rata terlihat nilai yang diperoleh

setelah diberikan perlakuan adalah setara yaitu > 70. Namun antara rerata pretest

dan postes terdapat perbedaan rentang rata-rata, nilai pretetst didapat < 70. Dengan

kata lain pemberian perlakuan masing-masing kelas memberikan pengaruh

terhadap nilai siswa.

Pembelajaran problem based learning dan problem solving menjadikan

siswa lebih aktif dan lebih antusias dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk

melakukan penyelidikan dalam pemecahan sebuah permasalahan yang diberikan,

sehingga siswa belajar berdasarkan apa yang ia lakukan dan apa yang ia temukan

disaat penyelidikan berlangsung, hal ini berpengaruh terhadap daya ingat siswa

dalam mengkonstruk sebuah pengetahuan dalam dirinya yang tentunya dapat

berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Pembelajaran

berbasis masalah menciptakan suasana pembelajaran siswa yang lebih aktif baik

dari segi afektif maupun psikomotor, antusias, saling menghargai pendapat dan

mampu menemukan atau mengkonstruk penyelesaian sebuah permasalahan. Selain

itu siswa juga dapat belajar dari kelompok lain, yaitu saat kelompok lain

mempresentasikan hasil pemecahan masalah, kelompok lain diberikan kesempatan

84

dalam menyampaikan pendapat, memambahakan ataupun menyanggah pendapat

kelompok lain.

Selain Kemampuan pemecahan masalah dalam aspek kognitif terdapat

juga dalam aspek afektif dan psikomotor. Dalam aspek afektif rerata 84,7 dikelas

eksperimen 1, 86,2 dikelas eksperimen 2, dan 83,5 dikelas control. Dengan rata-

rata lebih dari batas ketuntasan minimal. Dalam pelaksaannya semua siswa dalam

kategori diatas batas ketuntasan minimal. Selain itu, dalam psikomotor rentang rata-

rata memperlihatkan diatas batas minimal, dengan rentang masing-masing rerata 85

dikelas eksperimen 1, 84,5 dikelas eksperimen 2, dan 85 dikelas control. Dengan

rincian tidak ada siswa dibawah batas ketuntasan minimal. Artinya pemberian

perlakuan dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah siswa baik di aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan control

berpengaruh terhadap siswa yang semula hasil belajar kemampuan pemecahan

masalah kurang dari batas ketuntasan, kemudian menjadi lebih baik. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa dapat belajar berdasarkan aktivitas yang dilakukan,

merancang dan melakukan penyelidikan sendiri untuk memecahkan permasalahan

yang diberikan. Hal ini terlihat disaat pembelajaran pemecahan masalah pada

masing-masing kelas dilakukan sesuai dengan indicator. Terlihat dalam diskusi

siswa melakukan sesuai tahapan indicator pemecahan masalah. Diawali dengan

memahami permasalahan yang dilakuakan berulang-ualang, diikuti dengan

perencanaan pemecahan yang didiskusikan bersama teman kelompok, kemudian

menerapkannya dalam pemecahan masalah dan diahiri dengan mengevaluasi

perencanaan yang telah diterapkan. Dengan adanya perlakuan pembelajaran

menggunakan model problem based learning dan problem solving yang melibatkan

penyelidikan terhadap pemecahan masalah, siswa melakukan kerjasama,

merancang, dan melakukan penyelidikan sendiri yang dapat memotivasi siswa

dalam belajar yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil kemampuan pemecahan

masalah siswa.

Penelitian ini menujukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah

sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Sejalan dengan Slameto

85

(2015:407) menerangkan bahwa pembelajaran berbasis masalah melatih dan

mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi

pada masalah otentik dari kehidupan siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir

tingkat tinggi. Keuntungan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah

melatih siswa untuk mempunyai sifat inquiri dalam mengkonstruk pengetahuannya

dengan melakukan penyelidikan kemudian dianalisis dan menafsirkan hasil

pemecahan masalah. Kelebihan dari problem based learning memupuk sifat inquiri

siswa (Trianto, 2012:96-97). Pembelajaran yang menitikberatkan kepada siswa

sebagai pembelajar untuk dapat mencari pengetahuannya melalui sumber apapun

kemudian diteliti, sejalan dengan kelebihan dari problem solving yang

menyebutkan melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan (Asyirint, 2010:69).

Pembelajaran dengan model problem based lerarning dan problem solving

menekankan pada permasalahan yang dijadikan sebagai bahan utama dalam belajar

untuk dilakukannya sebuah penyelidikan pemecahan suatu permasalahan kemudian

menganalisis hasil dari penyelidikan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

Di dalam kelas siswa belajar menemukan pemecahan masalah dengan berdiskusi

dalam kelompok dan melakukan penyelididkan pemecahan. Siswa akan lebih aktif

dan antusias dalam pembelajaran, karena mengkonstruk pengetahuannya sendiri

dan dituntut untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. Pembelajaran ini

menjadikan siswa tertarik sehingga siswa aktif dan antusias karena siswa

dihadapkan pada permasalahan yang harus dipecahkan dengan berbagai cara yang

akan dilakukan dalam pemecahan masalah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran untuk

membelajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat dilakukan

dengan menggunakan model PBL ataupun PS, dikarenakan kedua model ini

berpengaruh dalam memberikan hasil kontribusi dalam pembelajaran. Dari sintaks

pembelajarannya yang hampir sama. Terlihat dalam hasil kemampuan pemecahan

masalah di aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang setara dalam penelitian ini

seperti yang telah diuraian sebelumnya.

Penelitian ini menunjukkan kedua model ini sama-sama berpengaruh

namun, tidak terdapat perbedaan dalam pengaruhnya. Namun dalam PBL dan PS

86

berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Ani (2012), yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model

Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis yang

menunjukkan bahwa model berbasis masalah memberi pengaruh signifikan

terhadap KPS siswa ditinjau secara keseluruhan, pada masing-masing kategori

KAM (tinggi, sedang, rendah), maupun pada masing-masing level sekolah (atas,

tengah). Selanjutnya penelitian yang dilakukan.

Novita (2012), menjelaskan bahwa Dengan menggunakan model

Problem-Solving Ability berbantuan Doing Tasks Like PISA's Question

menunjukkan bahwa tugas pemecahan masalah matematika yang telah

dikembangkan memiliki potensi efek dalam mengeksplorasi kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil

kerja mereka dalam memecahkan masalah dimana semua indikator kompetensi

pemecahan masalah telah terbilang cukup baik. Selain itu, berdasarkan hasil

wawancara dari beberapa siswa, diketahui bahwa mereka suka melakukan tugas

seperti itu karena bisa meningkatkan kemampuan berpikir, kreativitas dan berfikir

mereka.

Selain berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, PBL dan

PS berperngaruh terhadap kemampuan lainnya, hal ini di tunjukkan penelitian yang

dilakukan oleh Pricilla Anindyta (2014), dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan antara

kelas yang diajar dengan menggunakan problem based leaning dan kelas yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, dengan nilai sig. 0,040;

selain itu juga terdapat perbedaan regulasi diri siswa yang signifikan antara kelas

yang diajar dengan menggunakan problem based learning dan kelas yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, dengan nilai sig. 0,005; penerapan

problem based learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

keterampilan berpikir kritis dan regulasi diri siswa, dengan nilai sig 0,021.

Ristiasari, T., Priyono, B., & Sukaesih, S (2012), yang menunjukkan

bahwa hasil penelitian meliputi hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas

siswa, keterlaksanaan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping,

87

tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, serta tanggapan guru terhadap

pembelajaran. Hasil penelitian diperoleh peningkatan tes kemampuan berpikir kritis

siswa kelas eksperimen sebesar 0,40 (sedang) sedangkan untuk kelas kontrol

sebesar 0,23 (rendah).

Keberhasilan penelitian ini sejalan dengan kerangka pikir yang telah

dipaparkan di Bab 2, dalam pelaksanaan penelitian ini berhasil menerapkan model

pemebelajaran berbasis masalah yang membuat siswa belajar cara menemukan

sebuah solusi atau pemecahan permasalahan secara sistematis sesuai dengan

permasalahan yang dihadapai. Dalam penelitian ini juga membantu siswa dalam

mengkonstruk atau membangun pengetahuannya sendiri melalui permasalahan

nyata yang dipecahkan. Sehingga model PBL dan PS dapat dipilih guru sebagai

model pembelajaran yang membantu siswa dalam belajar memecahkan

permasalahan.

Namun, dalam penelitian ini juga tak luput dari keterbatasan penelitian.

Penelitian ini masih banyak kekurangan/keterbatasan yang mengakibatkan kurang

sempurnanya penelitian ini. Diantaranya peneliti belum mampu menganalisis lebih

dalam perbedaan atau kesenjangan model yang digunakan. Selain itu juga dalam

pemilihan sampel peneliti ini dilakukan tidak secara random, namun peneliti

menunjuk beberapa SD di Gugus Ki Hajar Dewantara sebagai sampel penelitian.

Belajar dari kelemahan penelitian ini, maka dihimbau kepada peneliti berikutnya

untuk merancang penelitian secara matang sehingga dapat menghindari atau

meminimalisir kelemahan yang sudah ada.

4.3.1 Implikasi Teoritis

Pembelajaran dengan model problem based learning dan problem solving

menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran. Siswa dituntut

untuk mengkonstruk pengetahuannya atau kemampuannya dalam pemecahan

masalah. Melalui permasalahan yang diberikan, siswa merancang dan melakukan

penyelidikan sendiri kemudian menganalisis untuk menemukan pemecahan

masalah yang diberikan. Siswa menemukan cara belajar yang baru denga cara

88

belajar yang digunakan sebelum-sebelumnya. Siswa dapat melaukan penyelidikan

dalam pemecahan masalah, dapat menyanggah atau berargumen dalam

penyampaian hasil penyelidikan. Selain itu siswa antar kelompok juga dapat belajar

dari hasil penelitian masing-masing kelompok yang sudah dilakukan dan

dipresentasikan. Jika terdapat kesalahpahaman yang dilakukan antar kelompok

mengenai hasil penelitian, guru bertugas untuk meluruskannya.

Dari pembahasan penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan

masalah kelompok eksperimen dan control menunjukkan hasil setara. Dengan kata

lain pemberian perlakuan model pembelajaran problem based learning dan problem

solving sama-sama berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah. Untuk

itu, guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran problem based

learning dan problem solving dalam pembelajaran untuk kemampuan pemecahan

masalah.

4.3.2 Implikasi Praktis

Implikasi praktis berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi guru dan

siswa. Pemebelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning dan problem solving dapat digunakan sebagai salah satu rujukan atau

pilihan yang dapat menunjang dalam pelaksanaan pemebelajaran berbasis

kurikulum 2013. Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based

learning dan problem solving menekankan pada aktivitas siswa untuk melakukan

penyelidikan mencari solusi pemecahaan suatu permasalahan yang diberikan.

Dengan permasalahan yang diberikan siswa melakukan penyelidikan tentunya

siswa memperoleh pengalaman dan mengkonstruk pengetahuannya sendiri dalam

kemampuan pemecahan masalah.