bab iv hasil penelitian dan pembahasan 1.1 hasil...
TRANSCRIPT
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Plumutan dan SD N Rejosari. Sekolah
ini beraada di kecamatan Bancak, kabupaten Semarang. SD N Plumutan dan SD N
Rejosari 3 mendapat Jenjang Akreditasi DISAMAKAN. Sesuai dengan tuntutan
Mutu Pendidikan, Badan Akreditasi Nasional memberlakukan sistem akreditasi
baru yang diberlakukan bagi sekolah negeri maupun swasta. Pada tahun pelajaran
2016/2017 SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 mendapat kesempatan untuk
diakreditasi dan memperoleh hasil AMAT BAIK dengan status TERAKREDITASI
A dan status tersebut dapat dipertahankan sampai dengan sekarang. SD N Plumutan
dan SD N Rejosari 3 yang menggunakan kurikulum 2013 yang paling awal diantara
SD dalam satu gugus dan memiliki sarana / fasilitas pendukung yang sangat
memadai dan dikemas sesuai dengan kebutuhan masa kini, dikelola secara
profesional serta selalu dilakukan inovasi. Selain itu pembelajaran dan gaya belajar
kelas IV SD N Plumutan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama,
dibuktikan dengan adanya Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang sama
serta komunikasi antar kedua guru kelas yang selalu disamakan. Serta di lihat dari
nilai SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 setara.Berdasarkan hal tersebut, peneliti
memilih SD N Plumutan dan SD N Rejosari 3 sebagai tempat penelitian.
SD N Plumutan terdiri dari kelas paralel yang terdiri dari kelas A dan kelas
B. Peneliti mengambil kelas IVA dan IVB sebagai populasi penelitian yang terdiri
dari masing-masing 20 siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VA dan VB sebagai
kelas uji validitas dan reliabilitas instrument serta uji model yang berjumlah 27
orang dan 29 orang, kelas IVA sebagai kelas kontrol yang berjumlah 20 orang dan
kelas IVB sebagai kelas eksperimen 1 yang berjumlah 20 orang. Selain SD
Plumutan peneliti juga menggunakan SD N Rejosari 3 sebagai tempat
63
penelitian. SD N Rejosari terdapat 6 kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas IV
sebagai kelas eksperimen 2.
Tabel 4.1
Data Subjek Penelitian
Jenis
kelamin
SD N Plumutan SD N Rejosari 3
Kelas Kontrol
(Kelas IV A)
Kelas Eksperimen
1
(Kelas IV B)
Kelas Eksperimen 2
(Kelas IV)
Laki-laki 13 9 9
Perempuan 7 11 7
Jumlah 20 20 16
Kelas IVB SD N Plumutan dan kelas IV SD Rejosari 3 sebagai kelas
eksperimen mendapat perlakuan dengan model pembelajaran problem based
learning dan kelas IV A SD N Plumutan sebagai kelas kontrol mendapat perlakuan
dengan model problem solving dalam mata pelajaran matematika dengan pokok
bahasan permasalahan luas dan kelilig bangun datar persegi, persegi panjang dan
segitiga.
Sebelum penelitian eksperimen dilaksanakan, peneliti melakukan uji validitas
dan reliabilitas instrumen (soal tes) dan uji model. Pada kegiatan pengujian soal ini
dilakukan di kelas VA SD N Plumutan pada Rabu dan Kamis 28 Februari dan 1
Maret 2018. Setelah diketahui soal yang valid dengan mengolah lewat aplikasi
SPSS 23.00, peneliti menggunakan soal tersebut untuk pretes dan model masuk
dalam kategori memuaskan untuk penelitian.
Selanjutnya, tahap awal penelitian yaitu pretes dilaksanakan pada Senin 12
Maret 2018 di kelas eksperimen 1, kelas control dan selasa 13 Maret 2018 kelas
eksperimen 2 dengan masing-masing alokasi waktunya 2 x 35 menit. Ketiga kelas
tersebut diberikan pretes untuk mengetahui pengetahuan awal yang sudah dimiliki
siswa sebelum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model problem based
learning dan problem solving. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan
perlakuan dengan model problem based learning di kelas eksperimen selama 3 kali
pertemuan dan model proble solving di kelas kontrol selama 3 kali pertemuan.
64
Materi yang digunakan dalam penyampaian model adalah bahasan
permasalahan luas dan kelilig bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga.
Setelah mendapatkan perlakuan dengan model problem based learning dan
problem solving, ketiga kelas akan diberikan posttes. Bentuk soal posttes sama
dengan soal pretest yaitu uraian. Posttes ini diberikan dengan tujuan untuk
menganalisis perubahan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran
dengan pemberian perlakuan model problem based learning dan problem solving.
Secara rinci berikut tabel adwal pelaksanaan penelitian :
Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Kegiatan
1. Senin/ 12 Maret
2018
Pemberian soal pretest pada kelas eksperimen 1 dan
kelas control
2. Selasa/ 13 Maret
2018
Pemberian soal pretest pada kelas eksperimen 2
3. Rabu/ 14 Maret
2018
Pertemuan ke I kelas eksperimen 1 pembelajaran
PBL di jam 07.00-08.10 dan pertemuan I kelas
control dengan pembelajaran problem solving di jam
09.00-10.10
4. Kamis/ 15 Maret
2018
Pertemuan I di kelas eksperimen 2 dengan
pembelajaran PBL di jam 09.00-10.10
5. Jumat/ 16 Maret
2018
Pertemuan ke 2 kelas control dengan pembelajaran
problem solving di jam 07.00-08.10 dan kelas
eksperimen 1 pembelajaran PBL di jam 09.00-10.10
pertemuan 2
6. Senin/ 19 Maret
2018
Pertemuan ke 2 kelas eksperimen 2 di jam 07.00-
08.10
7. Selasa/ 20 Maret
2018
Pertemuan ke 3 di kelas ekperimen 2 di jam 07.00-
08.10 dan di kelas eksperimen 1 di jam 09.00-10.10
dan di kelas control di jam 10.10-11.35
4.1.2 Deskripsi Implementasi Penelitian
1.1.2.1 Kelas Eksperimen 1
Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen 1 dimulai pada senin 12 Maret
2018. Penelitian diawali dengan membuka pelajaran seperti kebiasaan dikelas
dilanjutkan dengan perkenalan peneliti oleh guru pengampu kelas 4 kepada siswa
dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti masuk dalam kelas IV A. selanjutnya
65
soal pretest diberikan kepada siswa kelas IV A. siswa sangat antusias menerima
soal pretest dan pretest dapat dikerjakan secara tertib dan kondusif selama 2 jam
pelajaran atau 1x pertemuan.
Setelah terlaksanya pretest pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari
Rabu 14 Maret 2018 di jam 07.00-08.10 dengan memberikan pembelajaran
matematika menggunakan model problem based learning. Guru membuka
pembelajaran seperti biasa dan guru memberikan apersepsi sesuai dengan model
problem based learning yaitu dengan mengorientasikan siswa pada sebuah
permasalahan yang dijadikan apersepsi dalam pembelajaran, dengan adanya
masalah ini membuat siswa menjadi antusias untuk bertanya dan mencari tahu.
Selanjutnya melalui permasalahan dalam apersepsi dijelakan maksud, tujuan,
manfaat dan penilaian dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan mengorganisasikan siswa
untuk belajar dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen.
Siswa merasa gembira dengan diadakannya belajar secara berkelompok, karena
dikelas ini sendiri jarang dilakukan berlajar secara berkelompok. Dalam
mengorganisasikan ini guru bertanya jawab tentang permasalahan sebelumnya dan
mulai membimbing siswa berpikir ke arah ciri-ciri dari bangun datar yang ada
dalam permasalahan, selain itu guru juga memberikan kesempatan siswa untuk
mencari tahu bersama teman kelompoknya.
Siswa sangat antusias untuk mencoba dan mencari solusi permasalahan
sesuai dengan bimbingan guru tentang prosedure pemecahan masalah. Dimuai
dengan memahami permasalahan, siswa bersama teman dalam kelompoknya
berdiskusi memahami masalah dana pa yang harus dilakukan. Dilanjutkan dengan
procedure membuat perencanaan pemecahan, siswa saling berpendapat dalam
menyampaikan perencanaan pemecahan bersama teman kelompok. Procedure
selanjutnya dengan menerapkan perencanaan, setelah menerima antar pendapat
siswa memilih yang pantas dijadikan solusi pemecahan untuk diterapkan. Sebelum
disampaikan dalam kelas, kelompok mengevaluasi tahapan pemecahan masalah
sudah lengkap dan benar sesuai diskusi. Setelah mencari tahu, guru memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk menyampaikan hasil dari mencari tahu
66
bersama kelompok. Siswa sangat antusias untuk berebutan menyampaikan. Tidak
lupa diahir pembelajaran guru memberikan pembenaran terhadap konsep-konsep
yang ditemukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pembenaran terhadap
ciri-ciri dari bangun yang ada pada masalah yang diberikan.
Pertemuan kedua berlangsung di hari jumat 16 Maret 2018. Dalam
pembelajaran berlangsung secara semangat dan siswa antusias untuk melanjutkan
pemecahan masalah pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa
berkelompok sesuai pertemuan sebelumnya, dilanjutkan dengan memberikan
aturan dan cara pengisisna lembar jawab. Selain itu guru juga membagikan bangun
datar persegi, persegi panjang dan sgitiga serta persegi satuan. Guru meminta siswa
untuk memcehakan permasalahan dengan mencari rumus dari bangun datar dengan
persegi dan persegi satuan bersama dalam kelompoknya. Diskusi berjalan dengan
tertib dan siswa terlihat semangat dalam memecahakan, tidak lupa guru berkeliling
untuk membimbing dalam diskusi siswa. Setelah di diskusikan guru meminta
perwakilan kelompok untuk maju mebacakan hasil pemecahan permasalahan.
Presentasi berjalan dengan tertib, karena guru memberikan fasilitas dengan
memberi kesempatan di ahir pemaparan siswa untuk bertanya atau memberikan
pendapat dengan mengangkat tangan terlebih dahulu. Diahir pembelajaran guru
seperti biasa memberikan pembenaran konsep pemecahan masalah yang di dapat
siswa. Guru tidak lupa untuk memberikan reward untuk siswa-siswa dikelas karena
belajar dengan tertib dan kondusif.
Pertemuan selanjutnya adalah pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari
selasa 20 Maret 2018 di jam 09.00. Di pertemuan ini guru membahas secara singkat
apa yang dilakukan selama 2x pertemuan sebelumnya dan membuat kesimpulan
terhadap sebuah permasalahan dan bagaimana pemecahannya. Selanjutnya soal
posstest diberikan untuk dikerjakan siswa. Siswa mengerjakan dengan seksama dan
teliti. Dikarenakan waktu tidak mencukupi untuk dikoreksi bersama dihari itu guru
meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya dan bertanya jawab sekilas di bagian
no berapa yang dirasa kebingungan. Kemudian guru mengulas pemecahan secara
sekilas.
67
Berikut disajikan tabel lembar observasi terhadap pelaksanaan kelas
eksperimen 1:
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelas Eksperimen 1
No Sintaks Aktivitas Ya Tidak
1.
Mengorientasikan siswa terhadap masalah
Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar √
Mengabsensi kehadiran siswa √
Memberika arahan scenario pembelajaran yang akan dilakukan √
Memberikan soal pretest √
Menyampaikan apersepsi masalah √
Menyampaikan tujuan, manfaat dan penilaian √
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membagi siswa menjdi kelompok belajar siswa dan membantu mengerucutkan permasalahan
√
3.
Membimbing penyelidikan
Membagikan logistic dan LDS √
Membimbing jalannya diskusi kelompok belajar √
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu menyiapkan hasil diskusi dengan memfasilitasi presentasi √
5.
Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah
Membimbing siswa melakukan evaluasi dan refleksi presentasi siswa √
Memberikan penguatan hasil presentasi √
Memberikan soal evaluasi (posttest) √
Melakukan pengkoreksian terhadap pekerjaan siswa bersama siswa √
Meluruskan kesalahpahaman siswa √
Menutup pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa √
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat satu langkah aktivitas pembelajaran
dalam kegiatan menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah tidak
terlaksana. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam pembelajaran.
Langkah pembelajaran yang tidak terlaksana adalah koreksi bersama pekerjaan
posstest, guru hanya menanyakan sekilas kesulitan yang ditemukan dan
memberikan penguatan terhadap pertanyaan kesulitan siswa. Namun pembelajaran
sudah terlasana dengan runtut dan sesuai dengan sintaks, untuk itu pembelajaran di
kelas eksperimen 1 termasuk dalam kategori yang memuaskan.
Terlihat dalam sintaks sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan dilaksanakan
secara runtut. Dalam pembelajaran melaksanakan dengan pemberian masalah nyata
dengan sintaks mengorientasikan siswa dengan permasalahan nyata, diikuti dengan
mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, dalam kelompok belajara guru
tak lupa ikut serta dalam membimbing penyelidikan, kemudian juga memotivasi
dalam penyelidikan. Dalam pembelajaran ini disempurnakan dengan menajikan
hasil penyelidikan dan mengevaluasi pemecahan masalah. Guru selalu senantiasa
memberikan penguatan dan pembenaran terhadap kekeliruan yang dilakukan siswa.
Selain itu, guru juga mengajarkan demokrasi dalam hal ini dengan mengajarkan
memberikan pendapat atau masukan terhadap hasil pemecahan masalah yang
dilakukan oleh siswa.
68
1.1.2.2 Kelas Eksperimen 2
Penelitian dikelas eksperimen 2 hampir sama dengan kelas eksperimen 1.
Pelaksanaan dikelas eksperimen 2 dimuali hari Rabu 13 Maret 2018 di kelas IV SD
Rejosari 3 dengan masuk dalam kelas memperkenalkan diri dana tujuan masuk
dalam kelas. Dilanjutkan dengan memberikan soal pretest. Siswa mengerjakan soal
pretest dengan tertib.
Pertemuan ke 1 dilaksanakan pada hari Kamis 15 Maret 2017 di jam 09.00.
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan model PBL. Seperti pembelajaran
lainnya guru mengawali dengan membuka pembelajaran di lanjutkan dengan
menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama. Tak lupa guru meberikan
apersepsi untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Guru memberikan apersepsi
dengan memberikan sebuan kondisi permasalahan. Dengan permasalah tersebut
membuat siswa penasaran bagaimana penyelesaiannya. Terlihat dengan
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarakan oleh siswa dan terlihat beberapa siswa
mengungkapakan pendapatnya. Sehubungan dengan permasalahan yang diberikan
guru menjelaskan tujuan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin 19 Maret 2018 di jam 07.00.
di pertemuan ini guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar. Guru
membagi kelompok secara berhitung. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dan
menjelaskan ciri-ciri dari bangun datar. Tidak lupa guru membagikan bangun datar
dan persegi satuan, serta lembar diskusi. Setelah memahami ciri-ciri dari bangun
datar persegi, persegi panjang dan segitiga guru meminta untuk mendiskusikan
bagaimana mennghitung keliling dan luas dari bangun datar untuk memecahkan
permasalahan.
Guru berkeliling untuk membimbing jalannya diskusi. Dalam diskusi terlihat
siswa yang aktif bertanya dan melontarkan jawaban-jawaban mereka atau cara
penyelesaian masalah. Siswa melakukan pemecahan masalah sesuai procedure
yang dibimbing guru. Pertama siswa bersama teman kelompok memahami
permasalahan yang diberikan, siswa saling menjelasakan antar sesama
permasalahan yang dihadapi. Kedua membuat perencanaan pemecahan masalah,
siswa saling berpendapat solusi yang ditawarkan untuk pemecahan masalah.
69
Setelah derdiskusi mereka memilih yang paling tepat untuk diterpakan dengan
diahiri mengevaluasi dari awal permasalahan sampai jawaban pemecahan masalah.
Diskusi berjalan dengan tertib dibawah panduan dari guru. Selanjutnya guru
meinta perwakilan kelompok untuk menuliskan penyelesaian yang ditemukan
bersama teman kelompok. Guru memfasilitasi siswa untuk memberikan
pendapatnya terhadap hasil diskusi teman. Terlihat siswa memberikan komentar
secara berebutan, baik itu berkaitan jawaban yang sama atau terdapat kesalahan
dalam menuliskan pemecahan masalah. Di ahir pembelajaran guru memberikan
penguatan konsep dan menyimpukan bersama-sama mencari keliling dan luas
bangun datar dalam pemecahan masalah.
Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari selasa 20 Maret 2018 di jam 07.00. pada
pertemuan ini guru mengulas kemabli pembelajaran yang telah dilaksanakan
sebelumnya, selain itu guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap keliling
dan luas sebagai langkah pemecahan masalah. Setelah itu siswa diberikan soal
posttes. Sama dengan kelas eksperimen 1 posttes dilaksanakan dengan semangat
dan hati-hati. Setelah selesai dikerjakan siswa mengumpulkan kepada guru dan
dilanjutkan dengan membuat kesimpulan bersama dan mengahiri
pembelajaran.Berikut disajikan tabel lembar observasi terhadap pelaksanaan kelas
eksperimen 2:
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas Eksperimen 2
No Sintaks Aktivitas Ya Tidak
1.
Mengorientasikan siswa terhadap masalah
Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar
√
Mengabsensi kehadiran siswa √
Memberika arahan scenario pembelajaran yang akan dilakukan √
Memberikan soal pretest √
Menyampaikan apersepsi masalah √
Menyampaikan tujuan, manfaat dan penilaian √
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membagi siswa menjdi kelompok belajar siswa dan membantu mengerucutkan permasalahan
√
3.
Membimbing penyelidikan Membagikan logistic dan LDS √
Membimbing jalannya diskusi kelompok belajar √
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu menyiapkan hasil diskusi dengan memfasilitasi presentasi √
5.
Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah
Membimbing siswa melakukan evaluasi dan refleksi presentasi siswa √
Memberikan penguatan hasil presentasi √
Memberikan soal evaluasi (posttest) √
Melakukan pengkoreksian terhadap pekerjaan siswa bersama siswa √
Meluruskan kesalahpahaman siswa √
Menutup pembelajaran dengan menyanyikan lagu daerah, salam dan doa
√
70
Berdasarkan tabel 4.4 diatas terdapat satu aktivitas yang tidak dilakukan.
Aktivitas tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh dikarenakan keterbatasan
waktu dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya sudah runtut dan sesuai
dengan sintaks. Langkah yang tidak dilakukan adalah mengkoreksi bersama hasil
posstest, dikarenakan waktu yang terbatas dalam pembelajaran. Namun guru tetap
mengulas sedikit dari soal-soal yang diberikan.
Dengan demikian pembelajaran di kelas eksperimen 2 dengan model
pembelajaran problem based learning sudah terlaksana sesuai sintaks dan masuk
dalam kategori memuaskan. Terlihat dengan dilaksanaknnya proses pembelajaran
secara runtu sesuai sintaks dan sesuia denga RPP yang telah dirancang. Dalam
pelaksanaannya guru melaksanakan dengan mengorientasikan siswa terhadap
permasalahan, kemudian membentuk kelompok belajar untuk berdiskusi
memecahkan permasalahan, dilanjutkan dengan membimbing dalam penyelidikan.
Selain membimbing dalam pelaksanaan penyelidikan pemecahan masalah guru
juga memfasilitasi siswa untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah bersama
kelompok belajar. Dan yang terahir diikuti dengan mengevaluasi pemecahan
masalah secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaiakn pendapatnya.
1.1.2.3 Kelas Kontrol
Penelitian di kelas kontrol dimulai pada hari senin 12 Maret 2018. Penelitian
diawali dengan memperkenalkan diri di kelas control dan menjelaskan maksud dan
tujuan masuk dalam kelas. Siswa sangat antusias untuk mengikuti perkenalan dan
bersemangat untuk mengikuti pembelajarannya, karena selama ini belum ada yang
masuk dalam kelas ini kecuali guru kelas dan kuru mapel lalinnya. Setelah
perkenalan dilanjutkan dengan pemberian soal pretest. Awalnya mereka
kebingungan dengan soalnya, sebab belum pernah diajarkan oleh guru kelasnya.
Namun, dengan bimbingan dan arahan dari peneliti dan guru siswa sangat antusias
untuk menyelesaikannya.
Pertemuan selanjutnya adalah pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
rabu 14 Maret 2018 di jam 09.00-10.10. pembelajaran dimulai dengan membuka
pembelajaran dan menanyakan kesiapan pembelajaran. Dalam memberikan
71
apersepsi guru memberikan sebuah permasalahan yang merangsang siswa untuk
belajar dengan bantuan papan catur. Dan itu benar, siswa menjadi lebih tertarik
dengan pembelajaran dikarenakan ada permasalahan yang disajikan begitu menarik
untuk siswa. Terlihat dalam banyaknya lontaran-lontaran prediksi jawaban maupun
pertanyaan. Tidak lupa dalam pembelajaran guru menyampaiakn tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam pembelajaran guru aktif dalam
mengajak siswa untuk berkomunikasi atau bertanya jawab tentang pemecahan
permasalahan yang disajikan, tidak lupa guru memberikan sedikit uraian materi
tentang bangun datar.
Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok belajar. Dalam kelompok
belajar siswa berdiskusi menyelesaikan pemecahan masalah yang disajikan. Siswa
merasa senang dengan berdiskusi. Setelah berdiskusi, guru meminta perwakilan
kelompok menuliskan hasil dari diskusi didepan kelas. Kemudian guru
mengkoreksi bersaama siswa.
Pertemuan kedua dilaksanakan di hari jumat 16 Maret 2018. Dalam
pertemuan ini guru melanjutkan untuk belajar dalam kelompok seperti sebelumnya
namun, guru memberikan tambahan permasalahan. Siswa sangat antusias untuk
menyelesaikan dalam kelompok, tidak lupa guru mengarahkan perencanaan
pemecahan permasalahan yang diberikan. Diskusi siswa terlihat matang, di
tunjukkan dengan memahami permasalahan hingga berulang-ulang dibaca,
berdiskusi perencanaan yang sesuai untuk permasalahan, menerapakan
perencanaan dan mengevaluasi pemecahan yang dibuat seusia atau masih perlu
perbaiakn. Terlihat juga siswa yang antusias bertanya kepada guru yang dilakukan
boleh atau tidak.
Terlihat rasa ingin tahu siswa dengan mencoba mencari jawaban kemudian
dilontarkan kepada guru apakah benar penyelesaian yang diperoleh. Selain itu guru
meminta siswa untuk mengkoreksi pemecahan yang dilakukan sudah sesuai atau
masih perlu dalam perbaikan. Setelah berdiskusi guru meminta siswa untuk
membacakan pemecahan dari masing-masing kelompok. Dalam kegiatan ini guru
tidak lupa memberikan kesempatan kepada yang lain untuk memberikan
72
pendapatnya. Setelah selesai presentasi, guru dan siswa membuat menilai dan
membuat kesimpulan pemecahan permasalahan yang benar.
Pertemuan ketiga dilaksanakan dihari selasa 20 Maret 2018. Pada pertemuan
ini guru mengulas apa yang dilakukan pertemuan sebelumnya dengan bertanya
jawab kepada siswa. Siswa sangat antusias untuk menjawab pertanyaan guru
sampai berebutan. Setelah itu guru dan siswa menyimpulkan pemecahan
permasalahan yang berkaitan dengan bangun datar. Di kegiatan yang terahir siswa
diberikan soal evaluasi atau soal posttest untuk dikerjakan. Siswa mengerjakan
dengan hening dan tenang. Setelah selesai siswa mengumpulkan soal dan lembar
jawab kepada guru.Berikut disajikan tabel lembar observasi guru dan siswa
terhadap pelaksanaan kelas kontrol:
Tabel 4.5
Hasil Observasi Kelas Kontrol No Sintaks Aktivitas Ya Tidak
1. Identifikasi masalah
Membuka pembelajaran dengan memberi salam dan menanyakan kabar √
Menjawab absensi dari guru √
Mendengarkan arahan scenario pembelajaran √
Mengerjakan soal pretest √
Memperhatikan apersepsi permasalahan yang diberikan √
Mendengarkan tujuan, manfaat, rencana kegiatan dan penilaian √
Melakukan identifikasi permasalahan √
2. Penyajian masalah Siswa merumuskan permasalahan √
3. Perencanaan pemecahan
Membentuk kelompok belajar dengan tertib √
Melakukan perencanaan pemecahan masalah √
4. Implementasi perencanaan
Menerapkan rencana pemecahan masalah √
5. Menilai perencanaan Melakukan penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah melalui diskusi √
6. Menilai hasil pemecahan
Melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah (menyimpulkan) √
Mengerjakan soal evaluasi (posttest) √
Melakukan evaluasi terhadap pekerjaan bersama guru √
Mendengarkan pembenaran guru √
Menyanyikan lagu daerah, salam dan doa √
Berdasarkan tabel 4.5 diatas kegiatan sudah terlakasan dengan baik dan
runtut, namun dalam aktivitas 15 yaitu mengkoreksi hasil pekerjaan yang masuk
dalam sintaks menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah posttest secara
bersamaan tidak dilakukan dengan sepenuhnya. Kegiatan dilewatkan satu langkah
dikarenakan waktu yang digunakan dalam pembelajaran sangat terbatas. Namun
dengan demikian pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori memuaskan
dalam pembelajaran menggunakan model problem solving.
Terlihat dalam pelaksanaannya sesuai dengan RPP yang telah dibuat, serta
pelaksanannya runtut karena guru sudah memahami sintaks dari model problem
solving. Hal ini tercermin dalam sintaks pembelajarannya guru melakukan dengan
73
mengawali pemberian masalah, diikuti dengan pengumpulan informasi dan
perencanaan pemecahan masalah, menerapkan perencanaan pemecahan,
menganalisis/ membutukan pemecahan yang telah dibuat sudah sesuai atau belum,
dan yang terahir menilai pemecahan masalah.
1.2 Data Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Penilaian Aspek Kognitif
1.2.1.1 Analisis Deskriptif Statistik Pretest dan Posttest
Hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol diperoleh dari pretes
kemampuan pemecahan masalah matematika dengan materi pemecahan masalah
berkaitan denga keliling dan luas bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga
yang diberikan sebelum memberikan perlakuan model problem based learning di
kelas eksperimen dan model problem solving dikelas kontrol. Hasil pretest yang
diuji menggunakan SPSS 20. Berikut adalah tabel analisis statistic pretest:
Tabel 4.6
Analisis statistic pretest Statistics
PRETEST_EKSPERIMEN_1 PRETEST_EKSPERIMEN_2 PRETEST_KONTROL
N Valid 20 16 20 Missing 0 4 0
Mean 63,50 62,19 62,88 Median 67,50 66,25 67,50 Mode 68a 65a 70 Std. Deviation
12,365 11,828 11,901
Minimum 40 40 40 Maximum 80 75 80
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa nilai kognitif pretest siswa
kelas eksperimen 1 mempunyai nilai rata-rata 63,50 dengan nilai minimum 40 dan
nilai maksimumnya 80, sedangkan standard deviasinya 12.365. Kelas eksperimen
2 mempunyai rata-rata 62,19 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 75
dengan standard deviasinya 11.828. Nilai kognitif siswa kelas kontrol mempunyai
nilai rata-rata 62,88 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimumnya 80,
sedangkan standard deviasinya 11.901. Terlihat bahwa dalam rentang nilai rata-rata
diantara ketiga kelas tersebut setara dengan nilai > 60. Selain rata-rata nilai kelas
yang sebanding ternyata rentang nilai minimum dan maksimum di ketiga kelas juga
hampir sama yaitu di kemampuan minimumnya 40 dan maksimumnya di 75 dan
80. Walaupun siswa belum mendapat perlakuan dengan model PBL dan Problem
74
solving, tetapi nilai tertinggi mencapai 80. Hal itu menunjukkan kelas eksperimen
dan control datanya tersebar secara merata. Berikut tabel persebaran frekuensi nilai
pretest dikelas ekperimen dan kelas kontrol:
Tabel 4.7
Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen 1 PRETEST_EKSPERIMEN_1
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid 40 3 15,0 15,0 15,0
50 2 10,0 10,0 25,0
63 1 5,0 5,0 30,0
65 1 5,0 5,0 35,0
68 4 20,0 20,0 55,0
70 4 20,0 20,0 75,0
73 3 15,0 15,0 90,0
75 1 5,0 5,0 95,0
80 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Tabel 4.7 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas
eksperimen 1 dapat diketahui bahwa 15 siswa dari 20 siswa atau 75 % pada kelas
eksperimen 1 mendapat nilai > 60, sedangkan 5 siswa lainnya atau 25 % mendapat
nilai < 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen sebelum
perlakuan model PBL nilainya sudah banyak yang diatas 60 dan persebaran nilai
dikelas eksperimen 1 termasuk dalam kategori merata. Terlihat dari varian nilai
yang ada dari terrendah dan tertinggi dengan masing-masing frekuensi.
Tabel 4.8
Frekuensi Pretest Eksperimen 2 PRETEST_EKSPERIMEN_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 40 2 10,0 12,5 12,5 45 1 5,0 6,3 18,8 50 1 5,0 6,3 25,0 60 1 5,0 6,3 31,3 65 3 15,0 18,8 50,0 68 3 15,0 18,8 68,8 70 2 10,0 12,5 81,3 73 1 5,0 6,3 87,5 75 2 10,0 12,5 100,0
Total 16 80,0 100,0
Missing System 4 20,0
Total 20 100,0
Tabel 4.8 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas
eksperimen 2 dapat diketahui bahwa 12 siswa dari 16 siswa atau 75 % pada kelas
eksperimen 2 mendapat nilai > 60, sedangkan 4 siswa lainnya atau 25 % mendapat
nilai < 60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen 2 sebelum
75
perlakuan model PBL nilainya sudah banyak yang diatas 60. Selain tu, persebaran
nilai dikelas eksperimen 2 terlihat merata. Seperti disebutkan diatas nilai dikelas
eksperimen 2 walaupun belum diberi perlakuan model nilai tertinggi mencapai 75
dengan frekuensi 2 anak.
Tabel 4.9
Frekuensi Pretest Kelas Kontrol PRETEST_KONTROL
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 40 2 10,0 10,0 10,0
45 1 5,0 5,0 15,0
50 2 10,0 10,0 25,0
60 3 15,0 15,0 40,0
68 3 15,0 15,0 55,0
70 6 30,0 30,0 85,0
73 1 5,0 5,0 90,0
78 1 5,0 5,0 95,0
80 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Tabel 4.9 diatas menunjukkan distribusi frekuensi nilai pretes pada kelas
kontrol dapat diketahui bahwa 15 siswa dari 20 siswa atau 75 % pada kelas control
mendapat nilai > 60, sedangkan 5 siswa lainnya atau 25 % mendapat nilai < 60.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan model
Problem Solving nilainya sudah banyak yang diatas 60. Namun, dikelas control
terlihat juga bahwa nilai pretest yang diperoleh masih ada frekuensi dengan nilai
dibawah 60. Berarti, perolehan nilai dikelas control persebarannya merata. Terdapat
nilai tertinggi dengan nilai 80 dengan frekuensi 1 anak.
Selain data pretest, terdapat juga data posttest. Data hasil posttest diperoleh
dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika dalam soal posttest
(evaluasi) yang berkaitan denga keliling dan luas bangun datar persegi, persegi
panjang dan segitiga. Posttest diberikan sesudah memberikan perlakuan model
problem based learning di kelas eksperimen dan model problem solving dikelas
control. Hasil posttest diolah menggunakan bantuan SPSS 20. Berikut adalah tabel
analisis statistik data posttest :
76
Tabel 4.10
Analisis Statistic Posttest
Statistics
POSTTEST_EKSPERIMEN_
1
POSTTEST_EKSPERIME
N_2
POSTTEST_KONTRO
L
N Valid 20 16 20
Missing 0 4 0
Mean 84.25 84.06 82.13
Median 85.00 88.75 85.00
Mode 90 90 73
Std. Deviation 10.672 12.175 8.243
Minimum 60 60 70
Maximum 100 100 93
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat nilai posttes kelas eksperimen 1
mempunyai rata-rata 84,25, dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimalnya 100,
semetara untuk standar deviasinya 10.672. Di kelas ekperimen 2 mempunyai rata-
rata 84,06 dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimalnya 100, kemudian dengan
harga standar deviasinya sebesar 12.175. Selanjutnya untuk nilai aspek kognitif
posttes di kelas control mempunyai rata-rata 82,13 dengan nilai minimum 70 dan
maksimalnya 93, untuk standar deviasinya sebesar 8.243. Hal ini berarti rentang
rata-rata dari ketiga kelas > 70 yang artinya lebih baik dibanding pretest, dan dengan
rentang nilai minimum 60, 70 dan 80 sedangkan nilai maksimum100 dan 93 dan
rentang nilai rata-rata di pretest < 70. Berikut distribusi frekuensi persebaran nilai
posttest dikelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kelas control yang diajarkan
menggunakan masing-masing model:
Tabel 4.11
Frekuensi Posttest Eksperimen 1 POSTTEST_EKSPERIMEN_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 80 1 2,8 5,0 5,0 85 4 11,1 20,0 25,0 90 11 30,6 55,0 80,0 95 2 5,6 10,0 90,0 100 2 5,6 10,0 100,0
Total 20 55,6 100,0
Missing System 16 44,4
Total 36 100,0
77
Berdasarkan tabel 4.11 distribusi frekuensi nilai postes pada kelas eksperimen
1 dapat diketahui bahwa tidak ada yang mendapat nilai < 60. Hal ini menunjukkan
peningkatan nilai setelah diberikan perlakuan dengan model PBL. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan metode
PBL nilainya meningkat dibandingkan dengan hasil pretes.
Tabel 4.12
Frekuensi Posttest Eksperimen 2
POSTTEST_EKSPERIMEN_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60 2 5,6 12,5 12,5 70 1 2,8 6,3 18,8 80 3 8,3 18,8 37,5 83 1 2,8 6,3 43,8 88 1 2,8 6,3 50,0 90 5 13,9 31,3 81,3 95 1 2,8 6,3 87,5
100 2 5,6 12,5 100,0 Total 16 44,4 100,0
Missing System 20 55,6
Total 36 100,0
Berdasarkan tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai postes pada kelas eksperimen
2 dapat diketahui bahwa terdapat 2 yang mendapat nilai 60 dan tidak ada yang
mendapat nilai dibawah 60. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai setelah
diberikan perlakuan dengan model PBL. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas
eksperimen setelah mendapat perlakuan metode PBL nilainya meningkat
dibandingkan dengan hasil pretes.
Tabel 4.13
Frekuensi Posttest Kelas Kontrol POSTTEST_KONTROL
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 70 1 5,0 5,0 5,0
73 6 30,0 30,0 35,0
80 1 5,0 5,0 40,0
83 1 5,0 5,0 45,0
85 4 20,0 20,0 65,0
88 2 10,0 10,0 75,0
90 1 5,0 5,0 80,0
93 4 20,0 20,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai postes pada kelas kontrol dapat
diketahui bahwa tidak ada yang mendapat nilai dibawah 60. Hal ini menunjukkan
78
peningkatan nilai setelah diberikan perlakuan dengan model Problem Solving. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa siswa kelas control setelah mendapat perlakuan model
problem solving nilainya meningkat dibandingkan dengan hasil pretes.
1.2.1.2 Uji Prasyarat
1.2.1.2.1 Normalitas Pretest dan Postest
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data pretest dan
posttes berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal dengan nilai
signifikansinya > 0,05, jika < 0,05 dikatakan tidak berdistribusi normal. Apabila
data berdistribusi norma maka dapat digunakan statistic parametric, sedangkan
apabila data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan statistic non
parametrik.Dalam penelitian ini uj normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dalam SPSS 20. Adapun uji normalitas dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4.14
Uji Normalitas Aspek Kognitif Pretest dan Posstest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pretest_eks
_1 posttest_ek
s_1 pretest_e
ksp_2 post_ek
sp_2 pretest_c
ontrol post_cont
rol
N 20 20 16 16 20 20 Normal Parametersa,
b
Mean 63,50 84,25 62,19 84,06 62,88 82,13 Std. Deviation 12,365 10,672 11,828 12,175 11,901 8,243
Most Extreme Differences
Absolute ,277 ,155 ,281 ,187 ,251 ,229 Positive ,133 ,109 ,139 ,125 ,125 ,229 Negative -,277 -,155 -,281 -,187 -,251 -,186
Kolmogorov-Smirnov Z 1,238 ,693 1,126 ,748 1,124 1,022 Asymp. Sig. (2-tailed) ,093 ,723 ,158 ,630 ,160 ,247
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 yang berbunyi data populasi berdistribusi
normal diterima. Sehingga Ha yang berbunyi data populasi tidak berdistribusi
normal ditolak. Bedasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas, pada taraf
signifikansi diketahui nilai signifikansi kelas eksperimen 1 sebesar 0.093 dan 0,723
atau lebih besar dari 0.05 (0.093 dan 0,723 > 0.05) maka Ho diterima atau data
populasi berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi kelas eksperimen 2
sebesar 0.158 dan 0,630 atau lebih besar dari 0.05 (0.158 dan 0,630 > 0.05) yang
berarti Ho diterima artinya data populasi di kelas eksperimen 2 berdistribusi
normal dan untuk nilai signifikansi kelas kontrol sebesar 0.160 dan 0,247 atau lebih
besar dari 0.05 (0.160 dan 0,247 > 0.05) maka Ho diterima yang artinya data
79
populasi berdistribusi normal. Dengan demikian data pretest dan posttes yang
diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan data yang
berdistribusi normal.
1.2.1.2.2 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian
populasi data adalah sama atau tdak. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikan
data kelas eksperimen dan kelas kontrol > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa varian
dari ketiga kelompok data adalah sama. Berikut adalah table uji homogenitas hasil
belajar aspek kognitif pretest dan posttes kelas eksperimen dan kelas kontrol:
Tabel 4.15
Uji Homogenitas Aspek Kognitif Pretest dan Posttest
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
PRET
EST
Based on Mean .014 2 53 .986
Based on Median .012 2 53 .988
Based on Median and with adjusted df .012 2 52.750 .988
Based on trimmed mean .021 2 53 .979
POS
TTES
T
Based on Mean .504 2 53 .607
Based on Median .251 2 53 .779
Based on Median and with adjusted df .251 2 45.055 .779
Based on trimmed mean .464 2 53 .631
Berdasarkan uji homogenitas dapat dilihat dari output The of Homogeneity
of Variances. Dapat diketahui bahwa signifikansi based on mean pretest sebesar
0.986, untuk based on medianpretest 0,988, probabilitas based on trimmed mean
pretest sebesar 0,979. Signifikansi based on mean postest sebesar 0.607, untuk
based on median postest 0,779, probabilitas based on trimmed mean postest sebesar
0,631. Bila dirumuskan dalam sebuah hipotesis Ho adalah varian data dalam tiap
kelompok sama atau homogen dan Ha adalah varian data dalam tiap kelompok tidak
sama atau tidak homogen. Karena signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Artinya bahwa varian data dalam tiap kelompok sama atau homogen. Dapat
disimpulkan bahwa ketiga kelompok, yaitu 2 kelas eksperimen dan kelas kontrol
80
mempunyai varian yang sama atau homogen atau data pretest berasal dari populasi-
populasi yang sama.
1.2.1.3 Uji Beda
Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang
diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah
melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada hasil
belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametik, yaitu menggunakan uji-t
atau one sample t- test independent, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Berikut tabel uji-t dari aspek kognitif pretest:
Tabel 4.16
Uji-t Aspek Kognitif Pretest dan Posttest Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
PRETEST
Equal variances assumed
.024 .878 .323 34 .749 1.313 4.069 -6.956 9.581
Equal variances not assumed
.324 32.863 .748 1.313 4.048 -6.925 9.550
POSTEST
Equal variances assumed
.235 .631 .049 34 .961 .188 3.810 -7.555 7.930
Equal variances not assumed
.048 30.122 .962 .188 3.868 -7.710 8.085
Berdasarkan pada output Independent sample T-Test diatas, diperoleh nilai
sig(2-tailed) sebesar 0,749 dan 0,961 yaitu lebih dari 0,05, maka sesuai dasar
pengambilan keputusan dalam uji Independent Sample Test, maka dapat di
simpulkan Ho diterima dan Ha di tolak, yang artinya tidak terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV SD N Plumutan dan SD Rejosari
3.
1.2.1.4 Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis didasarkan pada hasil uji beda nilai pretest dan postets
kelas eksperimen dan kelas control. Berdasarkan uji kesamaan varian
(homogenitas) diketahui kedua varian sama, dengan ini penggunaan uji t
81
menggunakan Equal Variance Assumed. Pengujian menggunakan uji dua sisi
dengan tingkat signifikansi 0.05. Kriteria berdasarkan signifikansi adalah jika
signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan jikasignifikansi < 0.05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah:
H0: artinya, tidak ada perbedaan pengaruh dalam penerapan model
pembelajaran problem based learning dan problm solving terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD.
Ha: artinya, ada perbedaan pengaruh dalam penerapan model pembelajaran
problem based learning dan problm solving terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas IV SD.
Berdasarkan hasil uji beda nilai pretest dan posttest kelompok kelas
eksperimen dan kelas control diperoleh hasil probabilitas/ signifikansinya sebesar
0,749 dan 0,961 atau > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan pengaruh dalam penerapan model pembelajaran problem based learning
dan problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas IV SD.
4.2.2 Hasil Penilaian Aspek Afektif
Penilaian aspek afektif dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Dikelas eksperimen penilaian berlangsung selama pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran problem based learning dan dikelas control
menggunakan model pembelajaran problem solving. Melalui rubric penilaian sikap
di dapat kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dalam tabel
dibawah :
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Afektif
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Control
F % F % F %
1. Tuntas ≥ 70 20 100 16 100 20 100
2. Belum Tuntas < 70 0 0 0 0 0 0
Jumlah 20 100 16 100 20 100
Nilai rata-rata 84,7 86,2 83,5
Nilai tertinggi 95 95 90
Nilai terendah 75 75 75
82
Berdasarkan tabel 4.17 diatas bahwa keseluruhan siswa telah melaksanakan
kegiatan afektif sesuai dengan kriteria indicator penilaian afektif. Dari data tersebut
dpat dilihat semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik, dibuktikan
dengan seluruh siswa tuntas dengan rata-rata 84,7 dikelas eksperimen 1, kemudian
86,2 dikelas eksperimen 2 dan 83,5 dikelas control. Dalam aspek afektif antara
kelas eksperimen dan kelas control setara, hal tersebut disebabkan guru
memberikan aturan dalam bersikap dalam mengikuti pembelajaran.
4.2.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotor
Penilaian aspek psikomotor dilakukan selama pembelajaran berlangsung
Melalui rubric penilaian sikap di dapat kemampuan pemecahan masalah
matematika berdasarkan kriteria ketuntasan minimal dalam pembelajaran
matematika dapat dilihat dalam tabel dibawah :
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Aspek Psikomotor
Berdasarkan tabel 4.18 diatas bahwa keseluruhan siswa telah melaksanakan
kegiatan afektif sesuai dengan kriteria indicator penilaian psikomotor. Dari data
tersebut dpat dilihat semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan dengan baik,
dibuktikan dengan seluruh siswa tuntas dengan rata-rata 85 dikelas eksperimen 1,
kemudian 84,5 dikelas eksperimen 2 dan 85 dikelas control. Dalam aspek afektif
dikelas eksperimen dan kelas control sebanding, hal tersebut disebabkan kegiatan
psikomotor lebih banyak dilakukan oleh siswa dari guru baik dalam kelas
eksperimen maupun kelas control yang mempunyai sintaks pembelajaran masing-
masing.
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Control
F % F % F %
1. Tuntas ≥ 70 20 100 16 100 20 100
2. Belum Tuntas < 70 0 0 0 0 0 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Nilai rata-rata 85 84,5 85
Nilai tertinggi 95 100 95
Nilai terendah 75 75 75
83
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan ini mengacu pada data-data yang diperoleh selama
pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dan Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas IV SD. Terdapat 2 kelompok ekperimen dan 1 kelompok
control dalam penelitian. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang
diberikan perlakuan dengan model problem based learning dan kelompok control
dengan diberikan perlakuan model problem solving.
Hasil statistic pretest menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
diantara kelas eksperimen dan kelas control. Dengan rentang rata-rata kelas
eksperimen 1sebesar 63,50, eksperimen 2 sebesar 62,19, dan kelas control sebesar
62,88. Setelah diberikan perlakuan dalam masing-masing kelas, rata-rata nilai
menunjukkan kelas eksperimen 1 sebesar 84,25, kelas eksperimen 2 sebesar 84,06
dan kelas control sebesar 82,13. Dari rentang rata-rata terlihat nilai yang diperoleh
setelah diberikan perlakuan adalah setara yaitu > 70. Namun antara rerata pretest
dan postes terdapat perbedaan rentang rata-rata, nilai pretetst didapat < 70. Dengan
kata lain pemberian perlakuan masing-masing kelas memberikan pengaruh
terhadap nilai siswa.
Pembelajaran problem based learning dan problem solving menjadikan
siswa lebih aktif dan lebih antusias dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk
melakukan penyelidikan dalam pemecahan sebuah permasalahan yang diberikan,
sehingga siswa belajar berdasarkan apa yang ia lakukan dan apa yang ia temukan
disaat penyelidikan berlangsung, hal ini berpengaruh terhadap daya ingat siswa
dalam mengkonstruk sebuah pengetahuan dalam dirinya yang tentunya dapat
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Pembelajaran
berbasis masalah menciptakan suasana pembelajaran siswa yang lebih aktif baik
dari segi afektif maupun psikomotor, antusias, saling menghargai pendapat dan
mampu menemukan atau mengkonstruk penyelesaian sebuah permasalahan. Selain
itu siswa juga dapat belajar dari kelompok lain, yaitu saat kelompok lain
mempresentasikan hasil pemecahan masalah, kelompok lain diberikan kesempatan
84
dalam menyampaikan pendapat, memambahakan ataupun menyanggah pendapat
kelompok lain.
Selain Kemampuan pemecahan masalah dalam aspek kognitif terdapat
juga dalam aspek afektif dan psikomotor. Dalam aspek afektif rerata 84,7 dikelas
eksperimen 1, 86,2 dikelas eksperimen 2, dan 83,5 dikelas control. Dengan rata-
rata lebih dari batas ketuntasan minimal. Dalam pelaksaannya semua siswa dalam
kategori diatas batas ketuntasan minimal. Selain itu, dalam psikomotor rentang rata-
rata memperlihatkan diatas batas minimal, dengan rentang masing-masing rerata 85
dikelas eksperimen 1, 84,5 dikelas eksperimen 2, dan 85 dikelas control. Dengan
rincian tidak ada siswa dibawah batas ketuntasan minimal. Artinya pemberian
perlakuan dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa baik di aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan control
berpengaruh terhadap siswa yang semula hasil belajar kemampuan pemecahan
masalah kurang dari batas ketuntasan, kemudian menjadi lebih baik. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa dapat belajar berdasarkan aktivitas yang dilakukan,
merancang dan melakukan penyelidikan sendiri untuk memecahkan permasalahan
yang diberikan. Hal ini terlihat disaat pembelajaran pemecahan masalah pada
masing-masing kelas dilakukan sesuai dengan indicator. Terlihat dalam diskusi
siswa melakukan sesuai tahapan indicator pemecahan masalah. Diawali dengan
memahami permasalahan yang dilakuakan berulang-ualang, diikuti dengan
perencanaan pemecahan yang didiskusikan bersama teman kelompok, kemudian
menerapkannya dalam pemecahan masalah dan diahiri dengan mengevaluasi
perencanaan yang telah diterapkan. Dengan adanya perlakuan pembelajaran
menggunakan model problem based learning dan problem solving yang melibatkan
penyelidikan terhadap pemecahan masalah, siswa melakukan kerjasama,
merancang, dan melakukan penyelidikan sendiri yang dapat memotivasi siswa
dalam belajar yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil kemampuan pemecahan
masalah siswa.
Penelitian ini menujukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Sejalan dengan Slameto
85
(2015:407) menerangkan bahwa pembelajaran berbasis masalah melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Keuntungan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah
melatih siswa untuk mempunyai sifat inquiri dalam mengkonstruk pengetahuannya
dengan melakukan penyelidikan kemudian dianalisis dan menafsirkan hasil
pemecahan masalah. Kelebihan dari problem based learning memupuk sifat inquiri
siswa (Trianto, 2012:96-97). Pembelajaran yang menitikberatkan kepada siswa
sebagai pembelajar untuk dapat mencari pengetahuannya melalui sumber apapun
kemudian diteliti, sejalan dengan kelebihan dari problem solving yang
menyebutkan melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan (Asyirint, 2010:69).
Pembelajaran dengan model problem based lerarning dan problem solving
menekankan pada permasalahan yang dijadikan sebagai bahan utama dalam belajar
untuk dilakukannya sebuah penyelidikan pemecahan suatu permasalahan kemudian
menganalisis hasil dari penyelidikan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.
Di dalam kelas siswa belajar menemukan pemecahan masalah dengan berdiskusi
dalam kelompok dan melakukan penyelididkan pemecahan. Siswa akan lebih aktif
dan antusias dalam pembelajaran, karena mengkonstruk pengetahuannya sendiri
dan dituntut untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. Pembelajaran ini
menjadikan siswa tertarik sehingga siswa aktif dan antusias karena siswa
dihadapkan pada permasalahan yang harus dipecahkan dengan berbagai cara yang
akan dilakukan dalam pemecahan masalah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran untuk
membelajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat dilakukan
dengan menggunakan model PBL ataupun PS, dikarenakan kedua model ini
berpengaruh dalam memberikan hasil kontribusi dalam pembelajaran. Dari sintaks
pembelajarannya yang hampir sama. Terlihat dalam hasil kemampuan pemecahan
masalah di aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang setara dalam penelitian ini
seperti yang telah diuraian sebelumnya.
Penelitian ini menunjukkan kedua model ini sama-sama berpengaruh
namun, tidak terdapat perbedaan dalam pengaruhnya. Namun dalam PBL dan PS
86
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Ani (2012), yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model
Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis yang
menunjukkan bahwa model berbasis masalah memberi pengaruh signifikan
terhadap KPS siswa ditinjau secara keseluruhan, pada masing-masing kategori
KAM (tinggi, sedang, rendah), maupun pada masing-masing level sekolah (atas,
tengah). Selanjutnya penelitian yang dilakukan.
Novita (2012), menjelaskan bahwa Dengan menggunakan model
Problem-Solving Ability berbantuan Doing Tasks Like PISA's Question
menunjukkan bahwa tugas pemecahan masalah matematika yang telah
dikembangkan memiliki potensi efek dalam mengeksplorasi kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil
kerja mereka dalam memecahkan masalah dimana semua indikator kompetensi
pemecahan masalah telah terbilang cukup baik. Selain itu, berdasarkan hasil
wawancara dari beberapa siswa, diketahui bahwa mereka suka melakukan tugas
seperti itu karena bisa meningkatkan kemampuan berpikir, kreativitas dan berfikir
mereka.
Selain berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, PBL dan
PS berperngaruh terhadap kemampuan lainnya, hal ini di tunjukkan penelitian yang
dilakukan oleh Pricilla Anindyta (2014), dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan antara
kelas yang diajar dengan menggunakan problem based leaning dan kelas yang
diajar dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, dengan nilai sig. 0,040;
selain itu juga terdapat perbedaan regulasi diri siswa yang signifikan antara kelas
yang diajar dengan menggunakan problem based learning dan kelas yang diajar
dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, dengan nilai sig. 0,005; penerapan
problem based learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
keterampilan berpikir kritis dan regulasi diri siswa, dengan nilai sig 0,021.
Ristiasari, T., Priyono, B., & Sukaesih, S (2012), yang menunjukkan
bahwa hasil penelitian meliputi hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas
siswa, keterlaksanaan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping,
87
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, serta tanggapan guru terhadap
pembelajaran. Hasil penelitian diperoleh peningkatan tes kemampuan berpikir kritis
siswa kelas eksperimen sebesar 0,40 (sedang) sedangkan untuk kelas kontrol
sebesar 0,23 (rendah).
Keberhasilan penelitian ini sejalan dengan kerangka pikir yang telah
dipaparkan di Bab 2, dalam pelaksanaan penelitian ini berhasil menerapkan model
pemebelajaran berbasis masalah yang membuat siswa belajar cara menemukan
sebuah solusi atau pemecahan permasalahan secara sistematis sesuai dengan
permasalahan yang dihadapai. Dalam penelitian ini juga membantu siswa dalam
mengkonstruk atau membangun pengetahuannya sendiri melalui permasalahan
nyata yang dipecahkan. Sehingga model PBL dan PS dapat dipilih guru sebagai
model pembelajaran yang membantu siswa dalam belajar memecahkan
permasalahan.
Namun, dalam penelitian ini juga tak luput dari keterbatasan penelitian.
Penelitian ini masih banyak kekurangan/keterbatasan yang mengakibatkan kurang
sempurnanya penelitian ini. Diantaranya peneliti belum mampu menganalisis lebih
dalam perbedaan atau kesenjangan model yang digunakan. Selain itu juga dalam
pemilihan sampel peneliti ini dilakukan tidak secara random, namun peneliti
menunjuk beberapa SD di Gugus Ki Hajar Dewantara sebagai sampel penelitian.
Belajar dari kelemahan penelitian ini, maka dihimbau kepada peneliti berikutnya
untuk merancang penelitian secara matang sehingga dapat menghindari atau
meminimalisir kelemahan yang sudah ada.
4.3.1 Implikasi Teoritis
Pembelajaran dengan model problem based learning dan problem solving
menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran. Siswa dituntut
untuk mengkonstruk pengetahuannya atau kemampuannya dalam pemecahan
masalah. Melalui permasalahan yang diberikan, siswa merancang dan melakukan
penyelidikan sendiri kemudian menganalisis untuk menemukan pemecahan
masalah yang diberikan. Siswa menemukan cara belajar yang baru denga cara
88
belajar yang digunakan sebelum-sebelumnya. Siswa dapat melaukan penyelidikan
dalam pemecahan masalah, dapat menyanggah atau berargumen dalam
penyampaian hasil penyelidikan. Selain itu siswa antar kelompok juga dapat belajar
dari hasil penelitian masing-masing kelompok yang sudah dilakukan dan
dipresentasikan. Jika terdapat kesalahpahaman yang dilakukan antar kelompok
mengenai hasil penelitian, guru bertugas untuk meluruskannya.
Dari pembahasan penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan
masalah kelompok eksperimen dan control menunjukkan hasil setara. Dengan kata
lain pemberian perlakuan model pembelajaran problem based learning dan problem
solving sama-sama berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah. Untuk
itu, guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran problem based
learning dan problem solving dalam pembelajaran untuk kemampuan pemecahan
masalah.
4.3.2 Implikasi Praktis
Implikasi praktis berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi guru dan
siswa. Pemebelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning dan problem solving dapat digunakan sebagai salah satu rujukan atau
pilihan yang dapat menunjang dalam pelaksanaan pemebelajaran berbasis
kurikulum 2013. Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based
learning dan problem solving menekankan pada aktivitas siswa untuk melakukan
penyelidikan mencari solusi pemecahaan suatu permasalahan yang diberikan.
Dengan permasalahan yang diberikan siswa melakukan penyelidikan tentunya
siswa memperoleh pengalaman dan mengkonstruk pengetahuannya sendiri dalam
kemampuan pemecahan masalah.