bab iii metode penelitian a. metode dan desain...

20
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Adapun alasan memilih metode eksperimen ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan CTL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan diri siswa. Seiring dengan pendapat Hatimah, dkk. (2010) bahwa tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya sebab-akibat berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian eksperimen menurut Maulana (2009, hlm. 23) adalah sebagai berikut. a. Membandingkan dua kelompok atau lebih. b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok- kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara random. c. Minimal ada dua kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda. d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan. e. Menggunakan statistika inferensial. f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). g. Setidaknya terdapat satu variabel yang dimanipulasikan. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan, maka dalam penelitian ini akan membandingkan dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol digunakan pendekatan konvensional, sementara pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan CTL. 2. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design). Adapun bentuk desainnya menurut Ruseffendi (2010. hlm. 51) adalah sebagai berikut ini. A 0 X 0 A 0 0

Upload: others

Post on 10-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Adapun alasan memilih metode eksperimen ini adalah ingin mengetahui seberapa

besar pengaruh pendekatan CTL terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis dan kepercayaan diri siswa. Seiring dengan pendapat Hatimah, dkk.

(2010) bahwa tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya

sebab-akibat berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental

dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian

eksperimen menurut Maulana (2009, hlm. 23) adalah sebagai berikut.

a. Membandingkan dua kelompok atau lebih.

b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-

kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara

random.

c. Minimal ada dua kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan.

e. Menggunakan statistika inferensial.

f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables).

g. Setidaknya terdapat satu variabel yang dimanipulasikan.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan sebab-akibat yang

ditimbulkan, maka dalam penelitian ini akan membandingkan dua kelompok yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol digunakan pendekatan

konvensional, sementara pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan CTL.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok

kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design). Adapun bentuk

desainnya menurut Ruseffendi (2010. hlm. 51) adalah sebagai berikut ini.

A 0 X 0

A 0 0

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

35

Keterangan :

A = pemilihan secara acak

0 = pretes dan postes

X = perlakuan terhadap kelas eksperimen

Dari bentuk desain di atas dapat dijelaskan bahwa baik kelas kontrol

maupun eksperimen pemilihannya dilakukan secara acak (A). Dalam desain

tersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta kelas eksperimen

diberikan perlakuan (X) yakni pembelajaran volume kubus dan balok dengan

menggunakan pendekatan CTL, sedangkan pada kelas kontrol dilakukan

pembelajaran konvensional yang hanya diberi perlakuan biasa. Terakhir, kedua

kelas diberikan postes (0) untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman

matematis kedua kelompok serta melihat perbedaan kemampuan pemahaman

matematis kedua kelompok terhadap materi volume kubus dan balok.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (Hatimah, dkk., 2010. hlm. 173) menyatakan bahwa “populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arifin (2011, hlm. 215),

“populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti baik berupa orang, benda,

kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi”. Berdasarkan paparan tersebut,

populasi merupakan suatu wilayah yang terdiri dari objek yang akan diteliti, objek

dalam wilayah tersebut memiliki karakteristik dan kualitas yang sama sehingga

hasil penelitian akan dapat digeneralisasikan di wilayah tersebut.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-

Kecamatan Cimalaka. Data yang diambil merupakan hasil nilai ujian nasional

(UN) mata pelajaran matematika tingkat SD/MI tahun 2014/2015 yang diperoleh

dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Terdapat 29 SD di Kecamatan

Cimalaka. Adapun alasan memilih SD di Kecamatan Cimalaka adalah karena

cukup banyak SD di Kecamatan Cimalaka yang memenuhi syarat untuk dijadikan

tempat penelitian eksperimen, yaitu jumlah siswa kelas V lebih dari 30 siswa.

Alasan lain dipilihnya SD di Kecamatan Cimalaka adalah banyak SD yang mudah

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

36

dijangkau dengan kendaraan umum, sehingga memudahkan untuk melaksanakan

penelitian.

Crocker dan Algina (Surapranata, 2009) mengatakan bahwa “pembagian

kelompok unggul, papak dan asor dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode bergantung pada keperluannya, namun yang paling stabil dan sensitif serta

paling banyak digunakan adalah dengan menentukan 27% kelompok atas dan

27% kelompok bawah”. Adapun data jumlah siswa SD kelas V se-Kecamatan

Cimalaka terdapat pada Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1

Data Jumlah Siswa SD Kelas V Kelompok Unggul, Papak, dan Asor

Se-Kecamatan Cimalaka No Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai Ujian Nasional Peringkat

1 MARGAMUKTI 46 90.19

Unggul

2 MALANGBONG 16 89.88

3 CIMALAKA I 21 88.53

4 CIBEUREUM IV 16 87.78

5 GALUDRA 13 87.19

6 NYALINDUNG I 17 86.82

7 NYALINDUNG II 11 86.65

8 CIMALAKA III 31 86.89

9 MANDALAHERANG III 29 85.19

Papak

11 MARGAMULYA 26 85.32

12 CITIMUN I 26 85.3

13 KARANGPAWULANG 48 84.58

14 CILIMBANGAN 39 84.47

15 LICIN 60 83.79

16 MANDALAHERANG I 38 83.71

17 MANDALAHERANG II 28 83.3

18 PALASAH 33 82.94

19 CIBEUREUM III 17 82.08

20 CIMALAKA II 38 81.94

21 GAJAHDEPA 33 81.8

22 SUKALARENG II 14 80.24

Asor

23 CIBEUREUM II 58 78.53

24 CIKOLE 21 77.5

25 CIMUJA 16 77.05

27 MULYASARI 36 74.54

28 SUKALARENG I 44 73.88

29 CITIMUN II 47 62.27

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Cimalaka Agustus 2015

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

37

2. Sampel

Dilihat dari tabel di atas bahwa populasi kelompok papak cukup besar,

maka dalam penelitian ini digunakan teknik sampling. Maulana (2009, hlm. 26)

memaparkan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti”. Berdasarkan apa yang dipaparkan Maulana, sampel merupakan suatu

objek dari populasi yang dipilih untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam

penelitian, pengambilan sampel merupakan langkah yang sangat penting, karena

hasil penelitian dan kesimpulan didasarkan pada sampel yang diambil. Sampel

yang kurang mewakili populasi atau ukurannya tidak tepat, akan mengakibatkan

pengambilan kesimpulan yang keliru.

McMillan dan Schumacher serta Gay (Maulana, 2009, hlm. 28),

“menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yaitu minimum 30

subjek perkelompok”. dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara

acak dan diperoleh dua SD dari kelompok papak yaitu SDN Palasah dan SDN

Mandalaherang I. Setelah menentukan SD mana yang menjadi sampel,

pengambilan secara acakpun dilakukan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas

eksperimen dan terpilihlah SDN Palasah sebagai kelas eksperimen dan SDN

Mandalaherang I sebagai kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam

penelitian ini sampel penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Palasah sebagai

kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN Mandalaherang I sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan April sampai awal bulan Mei

tahun 2016. Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah pertemuan yang

sama yaitu lima pertemuan, sehingga jumlah pertemuan seluruhnya adalah

sepuluh pertemuan.

C. Variabel dalam Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas dan

variabel terikat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Variabel bebas yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Variabel terikat pertama adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.

3. Variabel terikat kedua adalah kepercayaan diri siswa.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

38

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan instrumen untuk memperoleh data yang

diperlukan berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, format

observasi kinerja guru, format observasi aktivitas siswa, skala sikap berupa angket

untuk mengukur kepercayaan diri, serta untuk mengetahui respons siswa terhadap

pembelajaran. Adapun uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan

tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Instrumen Tes

a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pada penelitian ini, bentuk soal untuk mengukur kemampuan pemecahan

masalah matematis adalah uraian. Materi yang akan diteskan adalah materi

pemecahan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Tes ini

terbagi menjadi dua bagian, yaitu pretes dan postes. Pretes dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa sebelum

diberi perlakuan dan postes untuk mengetahui kemampuan akhir pemecahan

masalah matematis siswa setelah diberi perlakuan. Karakteristik setiap soal pada

pretes dan postes adalah sama, baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen.

Penyusunan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini

diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal, dan

membuat pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Untuk memperoleh soal

yang baik, instrumen yang telah dibuat tersebut dikonsultasikan kepada pihak ahli

untuk divalidasi. Selanjutnya, intrumen diuji cobakan kepada siswa kelas V agar

diketahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari

instrumen yang telah dibuat tersebut. Adapun penjelasan mengenai teknik

pengujian instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut

adalah sebagai berikut.

1) Validitas Instrumen

Menurut Ruseffendi (2010. hlm. 148), suatu “instrumen dikatakan valid

apabila instrumen itu untuk maksud dan kelompok tertentu mengukur apa yang

seharusnya diukur, derajat ketepatan mengukurnya benar, validitasnya tinggi”.

Sejalan dengan pendapat Arikunto (2015, hlm. 79) yang menyatakan bahwa

“instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

39

evaluasi valid”. Jadi, instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Adapun untuk mengetahui validitas instrumen berupa tes yaitu dengan

memenuhi validitas isi (content validity) yang mana menurut Arikunto (2015,

hlm. 82) menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan”. Validitas instrumen berupa tes harus memenuhi pula validitas

konstruk (construct validity) yang mana menurut Arikunto (2015, hlm. 83)

menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk (construct

validity) apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap

aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus”.

Sejalan dengan pendapat Surapranata (2009, hlm. 54) yang menyatakan bahwa

“konstruksi yang dimaksud pada validitas ini berupa rekaan psikologis yang

berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi”. Sedangkan instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap

cukup memenuhi validitas konstruk (construck validity). Berdasarkan apa yang

dipaparkan di atas, bahwa validitas instrumen tes haruslah memenuhi beberapa

validitas isi dan validitas konstruk, sedangkan validitas instrumen non tes cukup

memenuhi validitas konstruk.

Salahsatu cara untuk menentukan validitas instrumen adalah dengan

menggunakan korelasi product moment (Ruseffendi, 2010. hlm. 87). Dalam

penelitian ini validitas yang harus dipenuhi adalah validitas butir soal. Adapun

alasan menggunakan product moment dalam menentukan validitas adalah untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel. Formula product moment yaitu sebagai

berikut.

= –

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Banyaknya peserta tes

X = Skor tiap butir soal

Y = Skor keseluruhan yang diperoleh

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

40

Menurut Surapranata (2009, hlm. 59) koefisien korelasi yang diperoleh

diklasifikasikan ke dalam lima bagian seperti pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien korelasi Interpretasi

0.80 <rxy≤ 1,00 validitas sangat tinggi

0.60 <rxy≤ 0.80 validitas tinggi

0.40 <rxy≤ 0.60 validitas sedang

0.20 <rxy≤ 0.40 validitas rendah

0.00<rxy≤ 0.20 validitas sangat rendah

rxy≤ 0.00 tidak valid

Setelah instrumen tes tersusun, maka dilakukanlah uji coba terhadap

instrumen tersebut untuk mengetahui validitas instrumen tes. Adapun validitas

instrumen data hasil uji coba instrumen tes adalah seperti pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes

No. Soal Jumlah Validitas Keterangan Interpretasi

1a 82 0.649 Soal Digunakan Tinggi

1b 65 0.594 Soal Digunakan Sedang

2a 57 0.631 Soal Digunakan Tinggi

2b 33 0.543 Soal Digunakan Sedang

3a 48 0.588 Soal Digunakan Sedang

3b 27 0.809 Soal Digunakan Sangat Tinggi

4a 16 0.565 Soal Digunakan Sedang

4b 28 0.853 Soal Digunakan Sangat Tinggi

5 38 0.612 Soal Digunakan Tinggi

2) Reliabilitas Instrumen

Menurut Ruseffendi (2010. hlm 158), “reliabilitas instrumen merupakan

ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab

alat evaluasi tersebut”. Sejalan dengan pendapat Arikunto (2015, hlm. 100) yang

menyatakan bahwa “reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes”.

Sehubungan dengan reliabilitas Andreson, dkk (Arikunto, 2015, hlm.101)

menyatakan bahwa “validitas dan realibilitas sangat penting dalam sebuah tes”.

Dalam hal ini yang lebih penting adalah validitas, namun reliabilitas merupakan

suatu keperluan sebagai penyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes yang

reliabel belum tentu valid, sedangkan sebuah tes yang valid sudah tentu reliabel

(Arikunto, 2015). Dalam menguji reliabilitas instrumen penelitian digunakan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

41

rumus Cronbach’s Alpha (α) karena dalam penelitian ini menggunakan tipe soal

uraian (Sundayana, 2015). Formula untuk menghitung reliabilitasnya adalah

sebagai berikut.

Keterangan: = reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan

= variansi total

= jumlah varians item

Setelah koefisien reliabilitas dihasilkan, selanjutnya interprestasikan

dengan menggunakan kriteria dari Guilford. Adapun klasifikasi koefisien

reliabilitas menurut Guilford (Ruseffendi, 1994; Sundayana, 2015) tersebut adalah

seperti pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien korelasi Interpretasi

0.00≤r11<0.20 Sangat Rendah

0.20≤r11<0.40 Rendah

0.40≤r11<0.60 Sedang/Cukup

0.60≤r11<0.80 Tinggi

0.80≤r11<1,00 Sangat Tinggi

Adapun reliabilitas instrumen data hasil uji coba instrumen tes adalah

seperti pada Tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5

Hasil Reliabilitas Tiap Butir Soal

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

x1 8.91 34.375 .563 .801

x2 9.40 34.718 .494 .807

x3 9.63 32.887 .507 .804

x4 10.31 33.928 .394 .818

x5 9.89 32.398 .425 .818

x6 10.49 29.551 .725 .775

x7 10.80 37.224 .507 .813

x8 10.46 27.961 .778 .765

x9 10.17 32.205 .459 .812

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

42

3. Indeks Kesukaran

Menurut Arikunto (2015, hlm. 223), bilangan yang menunjukkan sukar

dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya

indeks kesukaran yaitu antara 0.00 sampai dengan 1.00. Indeks kesukaran ini

menunjukkan taraf kesukaran pada soal. Indeks kesukaran 0.00. menunjukkan

bahwa soal tersebut sangatlah sukar, sedangkan indeks kesukaran 1.00.

menunjukkan bahwa soal tersebut sangatlah mudah. Dalam penelitian ini,

digunakan tipe soal uraian. Oleh karena itu, untuk mengukur indeks kesukaran

setiap butir soal uraian, digunakanlah formula sebagai berikut.

Keterangan: IK = indeks kesukaran

= rata-rata skor setiap butir soal

SMI = skor maksimum ideal

Menurut Sundayana (2015) indeks kesukaran dapat diklasifikasikan seperti

pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran interpretasi

IK= 0.00 terlalu sukar

0.00 <IK≤0.30 sukar

0.30 <IK≤0.70 sedang/cukup

0.70 <IK≤1.00 mudah

IK=1.00 terlalu mudah

Adapun indeks kesukaran instrumen data hasil uji coba instrumen tes

adalah seperti pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7

Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen Tes

No.Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1a 0.59 Sedang

1b 0.62 Sedang

2a 0.23 Sukar

2b 0.24 Sukar

3a 0.15 Sukar

3b 0.15 Sukar

4a 0.46 Sedang

4b 0.09 Sukar

5 0.08 Sukar

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

43

4. Daya Pembeda

Menurut Sundayana (2015), daya pembeda merupakan kemampuan suatu

soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa

yang berkemampuan rendah. Dalam penelitian ini digunakan soal uraian, untuk

itu dalam menghitung daya pembeda digunakan formula sebagai berikut.

Keterangan :

DP = koefisien daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas

= rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimum

Menurut Sundayana (2015, hlm. 77) kriteria penafsiran daya pembeda

tersaji dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Klasiifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0.00 sangat jelek

0.00 < DP ≤ 0.20 jelek

0.20 < DP ≤ 0.40 cukup

0.40 < DP ≤ 0.70 baik

0.70 < DP ≤ 1.00 sangat baik

Adapun daya pembeda hasil uji coba instrumen tes adalah seperti pada

Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9

Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen Tes

No.Soal Daya Pembeda Klasifikasi

1a 0.3 Cukup

1b 0.3 Cukup

2a 0.3 Cukup

2b 0.4 Cukup

3a 0.2 Jelek

3b 0.4 Cukup

4a 0.7 Baik

4b 0.3 Cukup

5 0.1 Jelek

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

44

b. Skala Sikap untuk Mengukur Kepercayaan Diri

Skala sikap digunakan untuk mengukur kepercayaan diri siswa terhadap

pembelajaran matematika. Skala sikap dalam penelitian ini menggunakan skala

likert dengan penilaian untuk sikap positif dan sikap negatif. Siswa dihadapkan

pada beberapa pernyataan dengan jawaban tertutup yang dikelompokkan dalam

lima kriteria yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif jawaban SS diberi skor 5

dan untuk pernyataan negatif jawaban SS diberi skor 1. Dalam penelitian ini,

dilakukan pengujian validitas butir angket dengan menggunakan rumus korelasi

product moment .

Setelah skala sikap untuk mengukur kepercayaan diri tersusun, maka

dilakukanlah uji coba terhadap skala sikap tersebut untuk mengetahui validitas

skala sikap. Adapun validitas data hasil uji coba skala sikap kepercayaan diri

disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Data Hasil Uji Coba Validitas Skala Sikap Kepercayaan Diri

No. Validitas Keterangan Klasifikasi

1. 0.496 Soal digunakan Validitas sedang

2. 0.463 Soal digunakan Validitas sedang

3. 0.460 Soal digunakan Validitas sedang

4. 0.552 Soal digunakan Validitas sedang

5. 0.465 Soal digunakan Validitas sedang

6. 0.358 Soal digunakan Validitas rendah

7. 0.440 Soal digunakan Validitas sedang

8. 0.503 Soal digunakan Validitas sedang

9. 0.501 Soal digunakan Validitas sedang

10. 0.548 Soal digunakan Validitas sedang

11. 0.540 Soal digunakan Validitas sedang

12. 0.215 Soal tidak digunakan Validitas rendah

13. 0.467 Soal digunakan Validitas sedang

14. 0.464 Soal digunakan Validitas sedang

15. 0.378 Soal digunakan Validitas rendah

16. 0.617 Soal digunakan Validitas tinggi

17. 0.256 Soal tidak digunakan Validitas rendah

18. 0.615 Soal digunakan Validitas tinggi

19. 0.383 Soal digunakan Validitas rendah

20. 0.526 Soal digunakan Validitas sedang

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

45

2. Instrumen Non Tes

a. Lembar Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan “teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2007, hlm. 199). Lembar

angket dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui respons

siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.

Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa pernyataan-

pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan yaitu berupa pilihan setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) yang diberikan

kepada siswa. Siswa hanya perlu memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah

disediakan.

b. Lembar Observasi

Menurut Hadi (Sugiyono, 2007, hlm. 203), “observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pengamatan dan ingatan”.

Observasi dilakukan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu

besar. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran, baik pada kelas kontrol maupun

kelas eksperimen serta melihat aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur yang terbagi ke dalam beberapa tahap,

diantaranya sebagai berikut ini.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ini dimulai dari mengumpulkan berbagai studi literatur

mengenai pendekatan CTL, kemampuan pemecahan masalah matematis,

kepercayaan diri siswa, serta menetapkan bahan ajar atau materi pembelajaran.

Selanjutnya, penyusunan instrumen penelitian baik tes maupun non tes untuk

mengukur indikator-indikator yang hendak diukur. Setelah instrumen selesai di

susun, berkonsultasi dengan pihak ahli terkait instrumen yang hendak diujikan.

Melakukan perbaikan instrumen berdasarkan saran dari para ahli apabila

instrumen tersebut belum sesuai. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

46

validitas, reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat kesukaran instrumen. Mengolah

hasil pengujian instrumen. Setelah instrumen benar-benar tersusun, maka

selanjutnya meminta data sekolah mana saja yang hendak diteliti. Melakukan

pengambilan sampel secara acak serta penentuan kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Mengurus perizinan penelitian dan berkunjung ke sekolah yang telah

terpilih untuk berkonsultasi dengan pihak sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data kuantitaf maupun kualitatif

melalui pelaksanaan pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam materi yang akan diberikan.

Selanjutnya, dilakukan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen yang

masing-masing terdiri dari lima pertemuan, yaitu satu pertemuan untuk pretes,

tiga pertemuan untuk kegiatan pembelajaran, dan satu pertemuan untuk postes.

Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh observer mengenai

aktivitas siswa dan kinerja peneliti dalam mengajar. Selain itu, siswa pun diberi

angket mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan terakhir yaitu

pelaksanaan postes untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis dan kepercayaan diri siswa.

3. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini,

diamana peneliti akan melakukan analisis dan pengolahan data dari hasil yang

diperoleh selama penelitian, baik pengolahan data kualitatif maupun data

kuantitatif. Selanjutnya, dilakukan penyimpulan terhadap hasil analisis dan

pengujian hipotesis. Langkah terakhir adalah penyusunan laporan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah hasil pengujian instrumen tes, baik tes kemampuan matematika maupun

postes dalam mengukur pemecahan masalah matematis siswa pada materi volume

kubus dan balok, serta hasil dari instrumen nontes berupa angket, observasi

kinerja guru dan aktivitas siswa. Adapun prosedur pengolahan dan analisis data

akan dijabarkan sebagai berikut.

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

47

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengadakan pengujian terhadap normal

atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. (Arikunto, 2015). Pengujian

normalitas dalam penelitian ini hendak menganalisis dua variabel yaitu terhadap

kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa. Hipotesis

yang akan diuji yaitu sebagai berikut.

H0 = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal

H1 = data berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal

Adapun pengujiannya menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan bantuan

program SPSS 16.0 for windows. Alasan menggunakan uji Shapiro-Wilk adalah

karena data yang diperoleh merupakan data tunggal dan jumlah data kurang dari

50. Adapun kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi α = 0.05 yaitu H0

diterima apabila P-value (Sig.) ≥ 0.05 dan H0 ditolak apabila P-value (Sig.) <

0.05. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas,

tetapi jika data berdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan uji non

parametrik.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji kesamaan kedua varians, dilakukanlah uji homogenitas

varians yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Cara menguji homogenitas

varians adalah dengan menggunakan uji-F (Fisher) karena sampel dalam

penelitian ini merupakan sampel bebas dan data yang dihasilkan berdistribusi

normal. Uji-F dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Sebagaimana yang tercantum dalam Sundayana (2015, hlm. 143), formula uji-F

adalah sebagai berikut.

Keterangan

s = simpangan baku

c. Uji Beda Rata-rata

Setelah diketahui normalitas dan homogenitas data terpenuhi, maka

selanjutnya melakukan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji-t karena data

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

48

berdistribusi normal dan homogen. Uji-t dilakukan dengan bantuan program SPSS

16.0 for windows. Sebagaimana yang tercantum dalam Maulana (2009, hlm. 93),

formula untuk menghitung uji-t adalah sebagai berikut ini.

Keterangan

= rata-rata sampel pertama

= rata-rata sampel kedua

= variansi sampel pertama

= variansi sampel kedua

= banyaknya data sampel pertama

= banyaknya data sampel kedua

Adapun kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi α = 0.05 yaitu H0

diterima apabila P-value (Sig.) ≥ 0.05 dan H0 ditolak apabila P-value (Sig.) <

0.05. Jika hasil penelitian diketahui sebarannya berdistribusi normal, tetapi tidak

mempunyai varians yang homogen, maka digunakan uji-t’.

Keterangan:

1) Jika data berdistribusi normal dan homogen serta berasal dari sampel bebas,

maka uji statistiknya menggunakan uji-t.

2) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen serta berasal dari sampel

bebas, maka uji statistiknya menggunakan uji-t’.

3) Jika salahsatu atau keduanya tidak normal serta berasal dari sampel bebas,

maka uji statistiknya menggunakan uji-U (Mann-Whitney).

4) Jika salahsatu data berdistribusi tidak normal dan berasal dari sampel terikat

maka uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon.

d. Menghitung Gain Normal

Gain normal digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan

pemecahan matematis pada masing-masing kelas dengan melihat peningkatan dari

nilai pretes dan nilai postes. Menurut Hake (Sundayana, 2015 hlm. 151), rumus

untuk menghitung gain normal adalah sebagai berikut ini.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

49

Klasifikasi gain normal menurut Hake (Sundayana, 2015, hlm. 151),

disajikan dalam Tabel 3.11 sebagai berikut.

Tabel 3.11

Klasifikasi Gain Normal

Nilai Gain Normal Interprestasi

-1.00 ≤g<0.00 Terjadi penurunan

g=0.00 Tetap

0.00<g<0.30 Rendah

0.30 ≤g<0.70 Sedang

0.70 ≤g<1.00 Tinggi

2. Skala Sikap untuk Mengukur Kepercayaan Diri

Skala sikap yang diberikan kepada siswa terbagi menjadi dua pernyataan

yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam setiap pernyataan yang

diberikan, terdapat empat alternatif pilihan jawaban. Untuk menganalisis data

hasil skala sikap kepercayaan diri, akan dilakukan perbandingan antara skala sikap

sebelum dilakukan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan pada masing-

masing kelas, selanjutnya dilakukan perbandingan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen untuk mengetahui mana yang mendapatkan hasil optimal setelah

diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Uji yang akan

dilakukan pun sama seperti pada analisis data terhadap tes hasil kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa pada materi volume kubus dan balok.

3. Hubungan antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan

Kepercayaan Diri Siswa

Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan kepercayaan diri siswa digunakan prosedur perhitungan

korelasi dengan menggunakan korelasi product moment. Analisis korelasi ini

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif, negatif, atau

bahkan mungkin tidak adanya hubungan antara kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan kepercayaan diri siswa. Adapun formula dari product moment.

H0: ρ = 0. tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan diri siswa.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

50

H1: ρ ≠ 0. terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan diri siswa.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak hanya berbentuk tes saja,

melainkan ada data yang diperoleh dari hasil analisis angket. Analisis angket

dilakukan untuk mengetahui skala sikap respons siswa terhadap kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan, observasi kinerja guru, dan observasi aktivitas

siswa. Adapun penjelasannya sebagai berikut ini.

a. Angket atau Kuesioner

Analisis angket yang digunakan adalah skala likert, di mana siswa

dihadapkan dengan beberapa pernyataan dan harus memilih jawaban yang telah

disediakan. Skala likert digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap

pemebalajaran yang telah dilaksanakan. Apakah respons siswa positif atau negatif

terhadap kegiatan pembelajaran. Jawaban yang telah disediakan tersebut berupa

pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Alasan pilihan jawaban ragu-ragu tidak dimasukan ke dalam angket adalah

untuk menghindari kecenderungan siswa menjawab ragu-ragu. Rentang

pemberian skor untuk setiap butir pernyataan positif dimulai dari sangat setuju

yang memiliki skor 5, setuju dengan skor 4, tidak setuju dengan skor 2, dan sangat

tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan rentang pemberian skor untuk setiap butir

pernyataan negatif dimulai dari sangat setuju dengan skor 1, setuju dengan skor 2,

tidak setuju dengan skor 4, dan sangat tidak setuju dengan skor 5. Untuk lebih

jelas mengenai rentang pembagian skor, dapat dilihat dalam Tabel 3.12 berikut

ini.

Tabel 3.12

Skor Angket Siswa

Pernyataan SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

b. Observasi

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru,

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dengan adanya lembar

observasi kinerja guru, ketika proses pembelajaran guru akan mengajar dengan

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

51

semaksimal mungkin. Dalam lembar observasi kinerja guru telah disertai

deskripsi dari setiap kategori yang akan menjadi penilaian dalam observasi ini.

Untuk pengisian lembar observasi yang telah dibuat dalam bentuk tabel, terdapat

kisi-kisi yang dapat dijadikan petunjuk dalam pengisian. Pada kelas eksperimen,

dalam lembar observasi kinerja guru terdapat kriteria penilaian guru terhadap

penguasaan dalam penggunaan pendekatan yang dilakukan saat pembelajaran,

dalam hal ini yaitu pendekatan CTL. Sedangkan pada kelas kontrol, dalam lembar

observasi kinerja guru terdapat kriteria penilaian guru terhadap penguasaan

pendekatan konvensional sebagaimana mestinya. Rentang skor yang disediakan

pada masing-masing lembar observasi di kedua kelas yaitu antara 0-3. Hasil

perolehan skor tersebut dirata-ratakan dengan cara menghitung perolehan skor

guru dibagi jumlah skor keseluruhan. Hasilnya ditafsirkan melalui persentase

yang diperoleh, dengan kriteria sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K),

dan sangat kurang (SK).

Lembar observasi tidak hanya ditujukan untuk menilai kinerja guru saat

mengajar saja, akan tetapi bertujuan pula untuk melihat aktivitas siswa pada saat

pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Observasi pada

aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam

kegaiatan pembelajaran. Apakah selama proses pembelajaran aktivitas siswa

tersebut berubah menuju positif ataukah berubah menjadi negatif. Lembar

observasi untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama dengan rentang skor

yang sama pula. Perbedaannya terletak pada indikator aktivitas siswa yaitu pada

kelas eksperimen terdapat tiga indikator, sedangkan kelas kontrol hanya dua

indikator saja. Indikator pada kelas eksperimen yaitu partisipasi, motivasi, dan

kinerja, sedangkan indikator kelas kontrol yaitu partisipasi dan motivasi. Rentang

skor yang disediakan untuk tiap indikator yaitu dari 0-3.

Untuk menghitung persentase hasil observasi terfokus siswa dan guru

digunakan formula (Ngatimin, 2014), sebagai berikut.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

52

Keterangan:

P = tingkat keberhasilan

Klasifikasi untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran yaitu dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.13

Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tingkat Keberhasilan Kriteria

86%-100% Sangat tinggi

71%-85% Tinggi

56%-70% Sedang

41%-55% Rendah

<40% Sangat rendah

E. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki definisi operasional yang mempunyai tujuan untuk

menghindari kekeliruan dalam memaknai maksud dari judul penelitian yang

diajukan. Adapun definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut ini.

1. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis

tertentu (Sudrajat, 2008).

2. Pendekatan CTL merupakan “suatu strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka” (Sanjaya, 2006 hlm. 253).

3. Maulana (2006, hlm. 5) mengemukakan bahwa “masalah merupakan sesuatu

yang mengganjal yang bila kita pecahkan akan memberikan manfaat yang

lebih baik”. Menurut Adjie dan Maulana (2006) dalam menyelesaikan

masalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada pada diri kita sebagai

hasil belajar, yaitu berbagai pengetahuan, sikap, dan psikomotor dan

permasalahan dapat dikatakan sebagai masalah jika masalah tersebut tidak

bisa dijawab secara langsung, sehingga harus mencari dan menyeleksi

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/20703/5/s_pgsd_kelas_1200765_chapter3.pdftersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta

53

informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan

pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam

memahami permasalahan yang disajikan melalui pembelajaran matematika

dan siswa dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan

berbagai solusi yang mereka temukan sendiri melalui pembelajaran.

4. Rubin (Apollo, 2005; Wijaya, 2014) mengatakan bahwa kepercayaan diri

adalah kekuatan dalam diri individu yang dapat menentukan langkah dalam

mengatasi masalah.

5. Adjie dan Maulana (2006) mengemukakan bahwa balok adalah bidang ruang

yang mirip dengan kubus atau prisma segiempat, suatu balok terbentuk oleh

tiga pasang bidang segiempat.

6. Adjie dan Maulana (2006) mengemukakan bahwa kubus merupakan benda

ruang yang memiliki enam bidang persegiempat (bujursangkar) yang sama

dan sebangun.