bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Adapun alasan memilih metode eksperimen ini adalah ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh pendekatan CTL terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kepercayaan diri siswa. Seiring dengan pendapat Hatimah, dkk.
(2010) bahwa tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya
sebab-akibat berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental
dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian
eksperimen menurut Maulana (2009, hlm. 23) adalah sebagai berikut.
a. Membandingkan dua kelompok atau lebih.
b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-
kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara
random.
c. Minimal ada dua kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.
d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan.
e. Menggunakan statistika inferensial.
f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables).
g. Setidaknya terdapat satu variabel yang dimanipulasikan.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan sebab-akibat yang
ditimbulkan, maka dalam penelitian ini akan membandingkan dua kelompok yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol digunakan pendekatan
konvensional, sementara pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan CTL.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok
kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design). Adapun bentuk
desainnya menurut Ruseffendi (2010. hlm. 51) adalah sebagai berikut ini.
A 0 X 0
A 0 0
35
Keterangan :
A = pemilihan secara acak
0 = pretes dan postes
X = perlakuan terhadap kelas eksperimen
Dari bentuk desain di atas dapat dijelaskan bahwa baik kelas kontrol
maupun eksperimen pemilihannya dilakukan secara acak (A). Dalam desain
tersebut menunjukkan adanya pretes (0) untuk kedua kelas, serta kelas eksperimen
diberikan perlakuan (X) yakni pembelajaran volume kubus dan balok dengan
menggunakan pendekatan CTL, sedangkan pada kelas kontrol dilakukan
pembelajaran konvensional yang hanya diberi perlakuan biasa. Terakhir, kedua
kelas diberikan postes (0) untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman
matematis kedua kelompok serta melihat perbedaan kemampuan pemahaman
matematis kedua kelompok terhadap materi volume kubus dan balok.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Sugiyono (Hatimah, dkk., 2010. hlm. 173) menyatakan bahwa “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arifin (2011, hlm. 215),
“populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti baik berupa orang, benda,
kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi”. Berdasarkan paparan tersebut,
populasi merupakan suatu wilayah yang terdiri dari objek yang akan diteliti, objek
dalam wilayah tersebut memiliki karakteristik dan kualitas yang sama sehingga
hasil penelitian akan dapat digeneralisasikan di wilayah tersebut.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-
Kecamatan Cimalaka. Data yang diambil merupakan hasil nilai ujian nasional
(UN) mata pelajaran matematika tingkat SD/MI tahun 2014/2015 yang diperoleh
dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Terdapat 29 SD di Kecamatan
Cimalaka. Adapun alasan memilih SD di Kecamatan Cimalaka adalah karena
cukup banyak SD di Kecamatan Cimalaka yang memenuhi syarat untuk dijadikan
tempat penelitian eksperimen, yaitu jumlah siswa kelas V lebih dari 30 siswa.
Alasan lain dipilihnya SD di Kecamatan Cimalaka adalah banyak SD yang mudah
36
dijangkau dengan kendaraan umum, sehingga memudahkan untuk melaksanakan
penelitian.
Crocker dan Algina (Surapranata, 2009) mengatakan bahwa “pembagian
kelompok unggul, papak dan asor dapat dilakukan dengan berbagai macam
metode bergantung pada keperluannya, namun yang paling stabil dan sensitif serta
paling banyak digunakan adalah dengan menentukan 27% kelompok atas dan
27% kelompok bawah”. Adapun data jumlah siswa SD kelas V se-Kecamatan
Cimalaka terdapat pada Tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Data Jumlah Siswa SD Kelas V Kelompok Unggul, Papak, dan Asor
Se-Kecamatan Cimalaka No Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai Ujian Nasional Peringkat
1 MARGAMUKTI 46 90.19
Unggul
2 MALANGBONG 16 89.88
3 CIMALAKA I 21 88.53
4 CIBEUREUM IV 16 87.78
5 GALUDRA 13 87.19
6 NYALINDUNG I 17 86.82
7 NYALINDUNG II 11 86.65
8 CIMALAKA III 31 86.89
9 MANDALAHERANG III 29 85.19
Papak
11 MARGAMULYA 26 85.32
12 CITIMUN I 26 85.3
13 KARANGPAWULANG 48 84.58
14 CILIMBANGAN 39 84.47
15 LICIN 60 83.79
16 MANDALAHERANG I 38 83.71
17 MANDALAHERANG II 28 83.3
18 PALASAH 33 82.94
19 CIBEUREUM III 17 82.08
20 CIMALAKA II 38 81.94
21 GAJAHDEPA 33 81.8
22 SUKALARENG II 14 80.24
Asor
23 CIBEUREUM II 58 78.53
24 CIKOLE 21 77.5
25 CIMUJA 16 77.05
27 MULYASARI 36 74.54
28 SUKALARENG I 44 73.88
29 CITIMUN II 47 62.27
Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Cimalaka Agustus 2015
37
2. Sampel
Dilihat dari tabel di atas bahwa populasi kelompok papak cukup besar,
maka dalam penelitian ini digunakan teknik sampling. Maulana (2009, hlm. 26)
memaparkan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti”. Berdasarkan apa yang dipaparkan Maulana, sampel merupakan suatu
objek dari populasi yang dipilih untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam
penelitian, pengambilan sampel merupakan langkah yang sangat penting, karena
hasil penelitian dan kesimpulan didasarkan pada sampel yang diambil. Sampel
yang kurang mewakili populasi atau ukurannya tidak tepat, akan mengakibatkan
pengambilan kesimpulan yang keliru.
McMillan dan Schumacher serta Gay (Maulana, 2009, hlm. 28),
“menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yaitu minimum 30
subjek perkelompok”. dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara
acak dan diperoleh dua SD dari kelompok papak yaitu SDN Palasah dan SDN
Mandalaherang I. Setelah menentukan SD mana yang menjadi sampel,
pengambilan secara acakpun dilakukan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas
eksperimen dan terpilihlah SDN Palasah sebagai kelas eksperimen dan SDN
Mandalaherang I sebagai kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam
penelitian ini sampel penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Palasah sebagai
kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN Mandalaherang I sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan April sampai awal bulan Mei
tahun 2016. Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah pertemuan yang
sama yaitu lima pertemuan, sehingga jumlah pertemuan seluruhnya adalah
sepuluh pertemuan.
C. Variabel dalam Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas dan
variabel terikat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Variabel bebas yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
2. Variabel terikat pertama adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.
3. Variabel terikat kedua adalah kepercayaan diri siswa.
38
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan instrumen untuk memperoleh data yang
diperlukan berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, format
observasi kinerja guru, format observasi aktivitas siswa, skala sikap berupa angket
untuk mengukur kepercayaan diri, serta untuk mengetahui respons siswa terhadap
pembelajaran. Adapun uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan
tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Instrumen Tes
a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pada penelitian ini, bentuk soal untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah uraian. Materi yang akan diteskan adalah materi
pemecahan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Tes ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu pretes dan postes. Pretes dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa sebelum
diberi perlakuan dan postes untuk mengetahui kemampuan akhir pemecahan
masalah matematis siswa setelah diberi perlakuan. Karakteristik setiap soal pada
pretes dan postes adalah sama, baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen.
Penyusunan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini
diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal, dan
membuat pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Untuk memperoleh soal
yang baik, instrumen yang telah dibuat tersebut dikonsultasikan kepada pihak ahli
untuk divalidasi. Selanjutnya, intrumen diuji cobakan kepada siswa kelas V agar
diketahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari
instrumen yang telah dibuat tersebut. Adapun penjelasan mengenai teknik
pengujian instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Validitas Instrumen
Menurut Ruseffendi (2010. hlm. 148), suatu “instrumen dikatakan valid
apabila instrumen itu untuk maksud dan kelompok tertentu mengukur apa yang
seharusnya diukur, derajat ketepatan mengukurnya benar, validitasnya tinggi”.
Sejalan dengan pendapat Arikunto (2015, hlm. 79) yang menyatakan bahwa
“instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan
39
evaluasi valid”. Jadi, instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Adapun untuk mengetahui validitas instrumen berupa tes yaitu dengan
memenuhi validitas isi (content validity) yang mana menurut Arikunto (2015,
hlm. 82) menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan”. Validitas instrumen berupa tes harus memenuhi pula validitas
konstruk (construct validity) yang mana menurut Arikunto (2015, hlm. 83)
menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk (construct
validity) apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus”.
Sejalan dengan pendapat Surapranata (2009, hlm. 54) yang menyatakan bahwa
“konstruksi yang dimaksud pada validitas ini berupa rekaan psikologis yang
berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi”. Sedangkan instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap
cukup memenuhi validitas konstruk (construck validity). Berdasarkan apa yang
dipaparkan di atas, bahwa validitas instrumen tes haruslah memenuhi beberapa
validitas isi dan validitas konstruk, sedangkan validitas instrumen non tes cukup
memenuhi validitas konstruk.
Salahsatu cara untuk menentukan validitas instrumen adalah dengan
menggunakan korelasi product moment (Ruseffendi, 2010. hlm. 87). Dalam
penelitian ini validitas yang harus dipenuhi adalah validitas butir soal. Adapun
alasan menggunakan product moment dalam menentukan validitas adalah untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel. Formula product moment yaitu sebagai
berikut.
= –
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyaknya peserta tes
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor keseluruhan yang diperoleh
40
Menurut Surapranata (2009, hlm. 59) koefisien korelasi yang diperoleh
diklasifikasikan ke dalam lima bagian seperti pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien korelasi Interpretasi
0.80 <rxy≤ 1,00 validitas sangat tinggi
0.60 <rxy≤ 0.80 validitas tinggi
0.40 <rxy≤ 0.60 validitas sedang
0.20 <rxy≤ 0.40 validitas rendah
0.00<rxy≤ 0.20 validitas sangat rendah
rxy≤ 0.00 tidak valid
Setelah instrumen tes tersusun, maka dilakukanlah uji coba terhadap
instrumen tersebut untuk mengetahui validitas instrumen tes. Adapun validitas
instrumen data hasil uji coba instrumen tes adalah seperti pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Data Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes
No. Soal Jumlah Validitas Keterangan Interpretasi
1a 82 0.649 Soal Digunakan Tinggi
1b 65 0.594 Soal Digunakan Sedang
2a 57 0.631 Soal Digunakan Tinggi
2b 33 0.543 Soal Digunakan Sedang
3a 48 0.588 Soal Digunakan Sedang
3b 27 0.809 Soal Digunakan Sangat Tinggi
4a 16 0.565 Soal Digunakan Sedang
4b 28 0.853 Soal Digunakan Sangat Tinggi
5 38 0.612 Soal Digunakan Tinggi
2) Reliabilitas Instrumen
Menurut Ruseffendi (2010. hlm 158), “reliabilitas instrumen merupakan
ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab
alat evaluasi tersebut”. Sejalan dengan pendapat Arikunto (2015, hlm. 100) yang
menyatakan bahwa “reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes”.
Sehubungan dengan reliabilitas Andreson, dkk (Arikunto, 2015, hlm.101)
menyatakan bahwa “validitas dan realibilitas sangat penting dalam sebuah tes”.
Dalam hal ini yang lebih penting adalah validitas, namun reliabilitas merupakan
suatu keperluan sebagai penyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes yang
reliabel belum tentu valid, sedangkan sebuah tes yang valid sudah tentu reliabel
(Arikunto, 2015). Dalam menguji reliabilitas instrumen penelitian digunakan
41
rumus Cronbach’s Alpha (α) karena dalam penelitian ini menggunakan tipe soal
uraian (Sundayana, 2015). Formula untuk menghitung reliabilitasnya adalah
sebagai berikut.
Keterangan: = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan
= variansi total
= jumlah varians item
Setelah koefisien reliabilitas dihasilkan, selanjutnya interprestasikan
dengan menggunakan kriteria dari Guilford. Adapun klasifikasi koefisien
reliabilitas menurut Guilford (Ruseffendi, 1994; Sundayana, 2015) tersebut adalah
seperti pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien korelasi Interpretasi
0.00≤r11<0.20 Sangat Rendah
0.20≤r11<0.40 Rendah
0.40≤r11<0.60 Sedang/Cukup
0.60≤r11<0.80 Tinggi
0.80≤r11<1,00 Sangat Tinggi
Adapun reliabilitas instrumen data hasil uji coba instrumen tes adalah
seperti pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5
Hasil Reliabilitas Tiap Butir Soal
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
x1 8.91 34.375 .563 .801
x2 9.40 34.718 .494 .807
x3 9.63 32.887 .507 .804
x4 10.31 33.928 .394 .818
x5 9.89 32.398 .425 .818
x6 10.49 29.551 .725 .775
x7 10.80 37.224 .507 .813
x8 10.46 27.961 .778 .765
x9 10.17 32.205 .459 .812
42
3. Indeks Kesukaran
Menurut Arikunto (2015, hlm. 223), bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya
indeks kesukaran yaitu antara 0.00 sampai dengan 1.00. Indeks kesukaran ini
menunjukkan taraf kesukaran pada soal. Indeks kesukaran 0.00. menunjukkan
bahwa soal tersebut sangatlah sukar, sedangkan indeks kesukaran 1.00.
menunjukkan bahwa soal tersebut sangatlah mudah. Dalam penelitian ini,
digunakan tipe soal uraian. Oleh karena itu, untuk mengukur indeks kesukaran
setiap butir soal uraian, digunakanlah formula sebagai berikut.
Keterangan: IK = indeks kesukaran
= rata-rata skor setiap butir soal
SMI = skor maksimum ideal
Menurut Sundayana (2015) indeks kesukaran dapat diklasifikasikan seperti
pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran interpretasi
IK= 0.00 terlalu sukar
0.00 <IK≤0.30 sukar
0.30 <IK≤0.70 sedang/cukup
0.70 <IK≤1.00 mudah
IK=1.00 terlalu mudah
Adapun indeks kesukaran instrumen data hasil uji coba instrumen tes
adalah seperti pada Tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3.7
Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen Tes
No.Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1a 0.59 Sedang
1b 0.62 Sedang
2a 0.23 Sukar
2b 0.24 Sukar
3a 0.15 Sukar
3b 0.15 Sukar
4a 0.46 Sedang
4b 0.09 Sukar
5 0.08 Sukar
43
4. Daya Pembeda
Menurut Sundayana (2015), daya pembeda merupakan kemampuan suatu
soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa
yang berkemampuan rendah. Dalam penelitian ini digunakan soal uraian, untuk
itu dalam menghitung daya pembeda digunakan formula sebagai berikut.
Keterangan :
DP = koefisien daya pembeda
= rata-rata skor kelompok atas
= rata-rata skor kelompok bawah
SMI = skor maksimum
Menurut Sundayana (2015, hlm. 77) kriteria penafsiran daya pembeda
tersaji dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Klasiifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria
DP ≤ 0.00 sangat jelek
0.00 < DP ≤ 0.20 jelek
0.20 < DP ≤ 0.40 cukup
0.40 < DP ≤ 0.70 baik
0.70 < DP ≤ 1.00 sangat baik
Adapun daya pembeda hasil uji coba instrumen tes adalah seperti pada
Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9
Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen Tes
No.Soal Daya Pembeda Klasifikasi
1a 0.3 Cukup
1b 0.3 Cukup
2a 0.3 Cukup
2b 0.4 Cukup
3a 0.2 Jelek
3b 0.4 Cukup
4a 0.7 Baik
4b 0.3 Cukup
5 0.1 Jelek
44
b. Skala Sikap untuk Mengukur Kepercayaan Diri
Skala sikap digunakan untuk mengukur kepercayaan diri siswa terhadap
pembelajaran matematika. Skala sikap dalam penelitian ini menggunakan skala
likert dengan penilaian untuk sikap positif dan sikap negatif. Siswa dihadapkan
pada beberapa pernyataan dengan jawaban tertutup yang dikelompokkan dalam
lima kriteria yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif jawaban SS diberi skor 5
dan untuk pernyataan negatif jawaban SS diberi skor 1. Dalam penelitian ini,
dilakukan pengujian validitas butir angket dengan menggunakan rumus korelasi
product moment .
Setelah skala sikap untuk mengukur kepercayaan diri tersusun, maka
dilakukanlah uji coba terhadap skala sikap tersebut untuk mengetahui validitas
skala sikap. Adapun validitas data hasil uji coba skala sikap kepercayaan diri
disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Data Hasil Uji Coba Validitas Skala Sikap Kepercayaan Diri
No. Validitas Keterangan Klasifikasi
1. 0.496 Soal digunakan Validitas sedang
2. 0.463 Soal digunakan Validitas sedang
3. 0.460 Soal digunakan Validitas sedang
4. 0.552 Soal digunakan Validitas sedang
5. 0.465 Soal digunakan Validitas sedang
6. 0.358 Soal digunakan Validitas rendah
7. 0.440 Soal digunakan Validitas sedang
8. 0.503 Soal digunakan Validitas sedang
9. 0.501 Soal digunakan Validitas sedang
10. 0.548 Soal digunakan Validitas sedang
11. 0.540 Soal digunakan Validitas sedang
12. 0.215 Soal tidak digunakan Validitas rendah
13. 0.467 Soal digunakan Validitas sedang
14. 0.464 Soal digunakan Validitas sedang
15. 0.378 Soal digunakan Validitas rendah
16. 0.617 Soal digunakan Validitas tinggi
17. 0.256 Soal tidak digunakan Validitas rendah
18. 0.615 Soal digunakan Validitas tinggi
19. 0.383 Soal digunakan Validitas rendah
20. 0.526 Soal digunakan Validitas sedang
45
2. Instrumen Non Tes
a. Lembar Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan “teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2007, hlm. 199). Lembar
angket dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui respons
siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.
Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa pernyataan-
pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan yaitu berupa pilihan setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) yang diberikan
kepada siswa. Siswa hanya perlu memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah
disediakan.
b. Lembar Observasi
Menurut Hadi (Sugiyono, 2007, hlm. 203), “observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pengamatan dan ingatan”.
Observasi dilakukan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran, baik pada kelas kontrol maupun
kelas eksperimen serta melihat aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki prosedur yang terbagi ke dalam beberapa tahap,
diantaranya sebagai berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan ini dimulai dari mengumpulkan berbagai studi literatur
mengenai pendekatan CTL, kemampuan pemecahan masalah matematis,
kepercayaan diri siswa, serta menetapkan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Selanjutnya, penyusunan instrumen penelitian baik tes maupun non tes untuk
mengukur indikator-indikator yang hendak diukur. Setelah instrumen selesai di
susun, berkonsultasi dengan pihak ahli terkait instrumen yang hendak diujikan.
Melakukan perbaikan instrumen berdasarkan saran dari para ahli apabila
instrumen tersebut belum sesuai. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui
46
validitas, reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat kesukaran instrumen. Mengolah
hasil pengujian instrumen. Setelah instrumen benar-benar tersusun, maka
selanjutnya meminta data sekolah mana saja yang hendak diteliti. Melakukan
pengambilan sampel secara acak serta penentuan kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Mengurus perizinan penelitian dan berkunjung ke sekolah yang telah
terpilih untuk berkonsultasi dengan pihak sekolah.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data kuantitaf maupun kualitatif
melalui pelaksanaan pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dalam materi yang akan diberikan.
Selanjutnya, dilakukan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen yang
masing-masing terdiri dari lima pertemuan, yaitu satu pertemuan untuk pretes,
tiga pertemuan untuk kegiatan pembelajaran, dan satu pertemuan untuk postes.
Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh observer mengenai
aktivitas siswa dan kinerja peneliti dalam mengajar. Selain itu, siswa pun diberi
angket mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan terakhir yaitu
pelaksanaan postes untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kepercayaan diri siswa.
3. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini,
diamana peneliti akan melakukan analisis dan pengolahan data dari hasil yang
diperoleh selama penelitian, baik pengolahan data kualitatif maupun data
kuantitatif. Selanjutnya, dilakukan penyimpulan terhadap hasil analisis dan
pengujian hipotesis. Langkah terakhir adalah penyusunan laporan.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah hasil pengujian instrumen tes, baik tes kemampuan matematika maupun
postes dalam mengukur pemecahan masalah matematis siswa pada materi volume
kubus dan balok, serta hasil dari instrumen nontes berupa angket, observasi
kinerja guru dan aktivitas siswa. Adapun prosedur pengolahan dan analisis data
akan dijabarkan sebagai berikut.
47
1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengadakan pengujian terhadap normal
atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. (Arikunto, 2015). Pengujian
normalitas dalam penelitian ini hendak menganalisis dua variabel yaitu terhadap
kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa. Hipotesis
yang akan diuji yaitu sebagai berikut.
H0 = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal
H1 = data berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal
Adapun pengujiannya menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan bantuan
program SPSS 16.0 for windows. Alasan menggunakan uji Shapiro-Wilk adalah
karena data yang diperoleh merupakan data tunggal dan jumlah data kurang dari
50. Adapun kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi α = 0.05 yaitu H0
diterima apabila P-value (Sig.) ≥ 0.05 dan H0 ditolak apabila P-value (Sig.) <
0.05. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas,
tetapi jika data berdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan uji non
parametrik.
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji kesamaan kedua varians, dilakukanlah uji homogenitas
varians yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Cara menguji homogenitas
varians adalah dengan menggunakan uji-F (Fisher) karena sampel dalam
penelitian ini merupakan sampel bebas dan data yang dihasilkan berdistribusi
normal. Uji-F dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Sebagaimana yang tercantum dalam Sundayana (2015, hlm. 143), formula uji-F
adalah sebagai berikut.
Keterangan
s = simpangan baku
c. Uji Beda Rata-rata
Setelah diketahui normalitas dan homogenitas data terpenuhi, maka
selanjutnya melakukan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji-t karena data
48
berdistribusi normal dan homogen. Uji-t dilakukan dengan bantuan program SPSS
16.0 for windows. Sebagaimana yang tercantum dalam Maulana (2009, hlm. 93),
formula untuk menghitung uji-t adalah sebagai berikut ini.
Keterangan
= rata-rata sampel pertama
= rata-rata sampel kedua
= variansi sampel pertama
= variansi sampel kedua
= banyaknya data sampel pertama
= banyaknya data sampel kedua
Adapun kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi α = 0.05 yaitu H0
diterima apabila P-value (Sig.) ≥ 0.05 dan H0 ditolak apabila P-value (Sig.) <
0.05. Jika hasil penelitian diketahui sebarannya berdistribusi normal, tetapi tidak
mempunyai varians yang homogen, maka digunakan uji-t’.
Keterangan:
1) Jika data berdistribusi normal dan homogen serta berasal dari sampel bebas,
maka uji statistiknya menggunakan uji-t.
2) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen serta berasal dari sampel
bebas, maka uji statistiknya menggunakan uji-t’.
3) Jika salahsatu atau keduanya tidak normal serta berasal dari sampel bebas,
maka uji statistiknya menggunakan uji-U (Mann-Whitney).
4) Jika salahsatu data berdistribusi tidak normal dan berasal dari sampel terikat
maka uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon.
d. Menghitung Gain Normal
Gain normal digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan
pemecahan matematis pada masing-masing kelas dengan melihat peningkatan dari
nilai pretes dan nilai postes. Menurut Hake (Sundayana, 2015 hlm. 151), rumus
untuk menghitung gain normal adalah sebagai berikut ini.
49
Klasifikasi gain normal menurut Hake (Sundayana, 2015, hlm. 151),
disajikan dalam Tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11
Klasifikasi Gain Normal
Nilai Gain Normal Interprestasi
-1.00 ≤g<0.00 Terjadi penurunan
g=0.00 Tetap
0.00<g<0.30 Rendah
0.30 ≤g<0.70 Sedang
0.70 ≤g<1.00 Tinggi
2. Skala Sikap untuk Mengukur Kepercayaan Diri
Skala sikap yang diberikan kepada siswa terbagi menjadi dua pernyataan
yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam setiap pernyataan yang
diberikan, terdapat empat alternatif pilihan jawaban. Untuk menganalisis data
hasil skala sikap kepercayaan diri, akan dilakukan perbandingan antara skala sikap
sebelum dilakukan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan pada masing-
masing kelas, selanjutnya dilakukan perbandingan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen untuk mengetahui mana yang mendapatkan hasil optimal setelah
diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Uji yang akan
dilakukan pun sama seperti pada analisis data terhadap tes hasil kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa pada materi volume kubus dan balok.
3. Hubungan antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan
Kepercayaan Diri Siswa
Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan kepercayaan diri siswa digunakan prosedur perhitungan
korelasi dengan menggunakan korelasi product moment. Analisis korelasi ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif, negatif, atau
bahkan mungkin tidak adanya hubungan antara kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan kepercayaan diri siswa. Adapun formula dari product moment.
H0: ρ = 0. tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan diri siswa.
50
H1: ρ ≠ 0. terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan diri siswa.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak hanya berbentuk tes saja,
melainkan ada data yang diperoleh dari hasil analisis angket. Analisis angket
dilakukan untuk mengetahui skala sikap respons siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan, observasi kinerja guru, dan observasi aktivitas
siswa. Adapun penjelasannya sebagai berikut ini.
a. Angket atau Kuesioner
Analisis angket yang digunakan adalah skala likert, di mana siswa
dihadapkan dengan beberapa pernyataan dan harus memilih jawaban yang telah
disediakan. Skala likert digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap
pemebalajaran yang telah dilaksanakan. Apakah respons siswa positif atau negatif
terhadap kegiatan pembelajaran. Jawaban yang telah disediakan tersebut berupa
pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Alasan pilihan jawaban ragu-ragu tidak dimasukan ke dalam angket adalah
untuk menghindari kecenderungan siswa menjawab ragu-ragu. Rentang
pemberian skor untuk setiap butir pernyataan positif dimulai dari sangat setuju
yang memiliki skor 5, setuju dengan skor 4, tidak setuju dengan skor 2, dan sangat
tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan rentang pemberian skor untuk setiap butir
pernyataan negatif dimulai dari sangat setuju dengan skor 1, setuju dengan skor 2,
tidak setuju dengan skor 4, dan sangat tidak setuju dengan skor 5. Untuk lebih
jelas mengenai rentang pembagian skor, dapat dilihat dalam Tabel 3.12 berikut
ini.
Tabel 3.12
Skor Angket Siswa
Pernyataan SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
b. Observasi
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru,
baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dengan adanya lembar
observasi kinerja guru, ketika proses pembelajaran guru akan mengajar dengan
51
semaksimal mungkin. Dalam lembar observasi kinerja guru telah disertai
deskripsi dari setiap kategori yang akan menjadi penilaian dalam observasi ini.
Untuk pengisian lembar observasi yang telah dibuat dalam bentuk tabel, terdapat
kisi-kisi yang dapat dijadikan petunjuk dalam pengisian. Pada kelas eksperimen,
dalam lembar observasi kinerja guru terdapat kriteria penilaian guru terhadap
penguasaan dalam penggunaan pendekatan yang dilakukan saat pembelajaran,
dalam hal ini yaitu pendekatan CTL. Sedangkan pada kelas kontrol, dalam lembar
observasi kinerja guru terdapat kriteria penilaian guru terhadap penguasaan
pendekatan konvensional sebagaimana mestinya. Rentang skor yang disediakan
pada masing-masing lembar observasi di kedua kelas yaitu antara 0-3. Hasil
perolehan skor tersebut dirata-ratakan dengan cara menghitung perolehan skor
guru dibagi jumlah skor keseluruhan. Hasilnya ditafsirkan melalui persentase
yang diperoleh, dengan kriteria sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K),
dan sangat kurang (SK).
Lembar observasi tidak hanya ditujukan untuk menilai kinerja guru saat
mengajar saja, akan tetapi bertujuan pula untuk melihat aktivitas siswa pada saat
pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Observasi pada
aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam
kegaiatan pembelajaran. Apakah selama proses pembelajaran aktivitas siswa
tersebut berubah menuju positif ataukah berubah menjadi negatif. Lembar
observasi untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama dengan rentang skor
yang sama pula. Perbedaannya terletak pada indikator aktivitas siswa yaitu pada
kelas eksperimen terdapat tiga indikator, sedangkan kelas kontrol hanya dua
indikator saja. Indikator pada kelas eksperimen yaitu partisipasi, motivasi, dan
kinerja, sedangkan indikator kelas kontrol yaitu partisipasi dan motivasi. Rentang
skor yang disediakan untuk tiap indikator yaitu dari 0-3.
Untuk menghitung persentase hasil observasi terfokus siswa dan guru
digunakan formula (Ngatimin, 2014), sebagai berikut.
52
Keterangan:
P = tingkat keberhasilan
Klasifikasi untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yaitu dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tingkat Keberhasilan Kriteria
86%-100% Sangat tinggi
71%-85% Tinggi
56%-70% Sedang
41%-55% Rendah
<40% Sangat rendah
E. Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki definisi operasional yang mempunyai tujuan untuk
menghindari kekeliruan dalam memaknai maksud dari judul penelitian yang
diajukan. Adapun definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut ini.
1. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu (Sudrajat, 2008).
2. Pendekatan CTL merupakan “suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka” (Sanjaya, 2006 hlm. 253).
3. Maulana (2006, hlm. 5) mengemukakan bahwa “masalah merupakan sesuatu
yang mengganjal yang bila kita pecahkan akan memberikan manfaat yang
lebih baik”. Menurut Adjie dan Maulana (2006) dalam menyelesaikan
masalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada pada diri kita sebagai
hasil belajar, yaitu berbagai pengetahuan, sikap, dan psikomotor dan
permasalahan dapat dikatakan sebagai masalah jika masalah tersebut tidak
bisa dijawab secara langsung, sehingga harus mencari dan menyeleksi
53
informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan
pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam
memahami permasalahan yang disajikan melalui pembelajaran matematika
dan siswa dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan
berbagai solusi yang mereka temukan sendiri melalui pembelajaran.
4. Rubin (Apollo, 2005; Wijaya, 2014) mengatakan bahwa kepercayaan diri
adalah kekuatan dalam diri individu yang dapat menentukan langkah dalam
mengatasi masalah.
5. Adjie dan Maulana (2006) mengemukakan bahwa balok adalah bidang ruang
yang mirip dengan kubus atau prisma segiempat, suatu balok terbentuk oleh
tiga pasang bidang segiempat.
6. Adjie dan Maulana (2006) mengemukakan bahwa kubus merupakan benda
ruang yang memiliki enam bidang persegiempat (bujursangkar) yang sama
dan sebangun.