bab iv hasil penelitian dan...

28
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, peneliti akan membahas dan menganalisis jawaban persoalan-persoalan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu Penerapan Knowledge Management di RSU Puri Asih Salatiga (Jawa Tenggah). 4.1 Gambaran Umum RSU Puri Asih RSU Puri Asih terletak di pusat Salatiga tepatnya di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian pada tanggal 17 September 2000 menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan pada tanggal 17 September 2001 menjadi Rumah Sakit Umum. Saat ini Puri Asih mempunyai kapasitas tempat tidur 60 TT. RSU Puri Asih akan melakukan pengembangan jenis pelayanan dan jumlah tempat tidur. Puri Asih telah terakreditasi 5 pokja pelayanan dari Komite Akreditasi Rumah Sakit, pada bulan April 2009 meliputi Pokja Administrasi dan Managemen, Pokja Pelayanan Medik, Pokja Gawat Darurat, Pokja Keperawatan dan Pokja Rekam medik.

Upload: vuonglien

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul,

peneliti akan membahas dan menganalisis jawaban

persoalan-persoalan penelitian yang telah dirumuskan,

yaitu Penerapan Knowledge Management di RSU Puri

Asih Salatiga (Jawa Tenggah).

4.1 Gambaran Umum RSU Puri Asih

RSU Puri Asih terletak di pusat Salatiga tepatnya

di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari

Rumah Bersalin, kemudian pada tanggal 17 September

2000 menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan pada

tanggal 17 September 2001 menjadi Rumah Sakit

Umum. Saat ini Puri Asih mempunyai kapasitas tempat

tidur 60 TT.

RSU Puri Asih akan melakukan pengembangan

jenis pelayanan dan jumlah tempat tidur. Puri Asih

telah terakreditasi 5 pokja pelayanan dari Komite

Akreditasi Rumah Sakit, pada bulan April 2009

meliputi Pokja Administrasi dan Managemen, Pokja

Pelayanan Medik, Pokja Gawat Darurat, Pokja

Keperawatan dan Pokja Rekam medik.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

2

4.1.1 Falsafah, Visi, Misi, Tujuan dan Motto RSU

Puri Asih

1. Falsafah

RSU Puri Asih memiliki falsafah yang dijadikan

sebagai indikator pelayanan, adalah: “Kebersamaan,

kesetiakawanan dan keyakinan bahwa tugas profesi

adalah ladang amal

2. Visi

Suatu pernyataan yang merupakan gambaran

yang ingin diraih oleh RS, yakni visi RSU Puri Asih,

adalah “mengutamakan kualitas pelayanan kesehatan

yang optimal dan paripurna”

3. Misi

Untuk mewujudkan visi maka diperlukan misi

RSU Puri Asih, yaitu :

1. Mengupayakan kesembuhan pasien tanpa

memandang Suku, RAS, Agama dan Status Sosial

2. Mendukung pembangunan kesehatan dengan

meningkatkan IPTEK, Sarana dan Prasarana

pelayanan kesehatan

4. Motto

Jujur, Kreatif dan Amanah

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

3

5. Tujuan

Adapun tujuan yang dingin dicapai oleh RSU Puri

Asih, sebagai berikut:

1. Terwujudnya Rumah Sakit yang terpercaya oleh

masyarakat

2. Tercapainya kesembuhan dan kepuasan pasien

4.1.2 Keadaan Personalia

Tabel 4.1.2

Keadaan Personalia Badan RSU

Puri Asi Tahun 2012

No Profesi Pendidikan Jum

1 Tenaga Medis

Dokter Spesialis Obstetri dan Gynekologi

S2 2

Dokter Spesialis Anak S2 2

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

S2 3

Dokter Spesialis Bedah S2 2

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

S2 1

Dokter Spesialis Mata S2 1

Dokter Spesialis Anestesi S2 1

Dokter spesialis Radiologi S2 1

Dokter gigi Spesialis Ortodentis

S2 1

Dokter Spesialis Patologi Klinik

S2 1

Dokter gigi S1 2

Dokter umum S1 4

2 Tenaga farmasi

Apoteker S1 1

Asisten Apoteker DIII Farmasi 5

3 Tenaga Keperawatan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

4

Sumber : Laporan Tahunan RSU Puri Asih Salatiga

2012

RSU Puri Asih memiliki karyawan yang terdiri

dari berbagai macam disiplin ilmu dan profesi di bidang

kesehatan. Berikut ini Keadaan personalia yang bekerja

di RSU Puri Asih tahun 2012, dapat dilihat pada tabel

4.1.2

Perawat DIII Keperawatan, S1 Keperawatan

25

Perawat Anestesi DIII Perawat Anestesi

9

Bidan DIII Kebidanan

8

4 Tenaga Medis Non Keperawatan

Tenaga Analis DIII Analis Kesehatan

5

Tenaga Radiologi DIII Radiologi

1

Tenaga Gizi DIII Gizi, SMA

3

Fisioterapis

DIII Fisioterapi

1

5 Tenaga Non Medis/Administrasi

Administrasi S1 Ekonomi, DIII Managemen, DIII Ekonomi

6

Rekam Medis DIII Rekam Medis

3

Driver SMA 2

Security SMA 4

Cleaning Service SMP, SMA 8

Laundry SMP, SMA 4

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

5

Tabel 4.1 menggambarkan bahwa sejumlah

pegawai RSU Puri Asih Sebanyak 193 orang yang terdiri

dari berbagai disiplin ilmu dan profesi, dengan jumlah

tenaga medis 21 orang dan rekam medis 3 orang.

4.1.3 Jenis Pelayanan RSU Puri Asih

Pelayanan di RSU Puri Asih meliputi:

a. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan:

Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam

Poliklinik Spesialis Bedah

Poliklinik Spesialis Anak

Poliklinik Spesialis Mata

Poliklinik Spesialis Gigi

Poliklinik Spesialis Paru dan Pernafasan

Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik

Poliklinik Umum

b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

Instalasi gawat darurat memberikan pelayanan

selama 24 jam termasuk hari libur

c. Pelayanan Instalasi Rawat Inap

Lantai I

Ruang Melati

Ruang Mawar

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

6

Ruang Anggrek

Ruang Seruni

Lantai II Ruang Intan I

Lantai III Ruang Intan II

d. Pelayanan Penunjang Medis Meliputi:

Pelayanan Instalasi Farmasi 24 jam

Pelayanan Instalasi Laboratorium 24 jam

Pelayanan Instalasi Radiologi

Pelayanan Instalasi Gizi

e. Jenis Pelayanan:

Pelayanan Umum

Pelayanan Jamkesmas

4.2 Bentuk-Bentuk Pengetahuan yang Terdapat Di

Rumah Sakit

Pada hakekatnya pengetahuan berada dalam

pemikiran manusia berupa tacit sendangkan explicit

knowledge sudah dituangkan dalam bentuk tulisan,

dokumen dan mudah di transferkan kepada orang lain

ketika terjadi proses interaksi. Disamping sebagai

sumber pengetahuan, manusia pada hakekatnya juga

merupakan pelaku dari proses-proses pengelolaan

pengetahuan. berdasarkan wawancara, Berikut ini

merupakan ungkapan-ungkapan informan tentang

bentuk-bentuk pengetahuan yang sering

didokumentasikan dan pengetahuan yang dibutuhkan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

7

di RS, kemudian verifikasi data terhadap bentuk-

bentuk pengetahuan.

Pendapat Informan 1, bentuk-bentuk

pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah

hal-hal yang terkait dengan penyakit pasien,

selanjutnya ia paparkan bahwa:

“Menurut saya...... sebenarnya banyak sekali

pengetahuan yang didokumentasikan karena

mengingat pengetahuan atau informasi di RS

penting apalagi terkait dengan riwayat penyakit pasien, dan yang sering didokumentasikan adalah

hal-hal yang terkait dengan penyakit pasien, baik

pasien yang rawat jalan maupun yang rawat inap”

Lain lagi pendapat Informan 2, berasumsi bahwa

bentuk-bentuk pengetahuan yang sering

didokumentasikan adalah isi catatan medik, hal ini

nampak pada komentar sebagai berikut:

“Pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah

isi catatan medik..... Masih banyak pengetahuan

yang dibutuhkan, mengingat belum 100% sempurna

kalau dilihat dari unit managemen rekam medis,

Karena masih memerlukan tenaga yang benar-benar mengerti dan memahami tentang catatan medik

untuk memperbaiki pendokumentasian catatan

medik meliputi sistem penamaan, sistem

penomoran, pengkodingan dan sistem

penyimpanan”

Sejalan dengan pendapat informan 2 maka

Informan 3, mengatakan bahwa bentuk-bentuk

pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah

rekam medik, berikut ini pernyataannya:

“Menurut pendapat saya...... catatan medis yang

ada hubungan dengan pasien semuanya harus

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

8

dibuat rekam medis sesuai dengan rawat jalan,

rawat inap, sesuai jenis penyakit..... Untuk sebuah RS rekam medik mau tidak mau harus

didokumentasikan dan bersifat rahasia”

Pendapat Informan 4, mengatakan bahwa

bentuk-bentuk pengetahuan yang sering

didokumentasikan adalah semua hal yang berkaitan

dengan identitas pasien, seperti ini yang disampaikan:

“Pengetahuan yang biasa didokumentasikan di

RS...... yang pertama identitas pasiennya, kemudian anamnese, kemudian diagnosa (tesment), kemudian

terapi yang diberikan dan pemeriksaan fisik.....

Sebenarnya semua informasi tetap dibutuhkan

mulai dari 1 orang identitas (umur, kelamin, pekerjaan, agama), riwayat penyakit, diagnosa,

terapi yang sudah kita berikan...... Semuanya ini

penting untuk didokumentasikan”

Lain lagi Pendapat Informan 5, yang

menyimpulkan bahwa biasanya yang sering

didokumentasikan adalah keluhan-keluhan pasien,

pendapat yang dikemukakan antara lain:

“Jadi yang sering didokumentasikan adalah.......

pada saat kita menangani pasien, hal pertama yang

kita tanyakan adalah keluhan, itu adalah hal

pertama yang kita kaji dalam bertemu dengan

pasien kemudian baru melakukan pendiagnosa....... Biasanya ketika kita bertemu dengan rekan-

rekan/dokter-dokter senior/dokter-dokter spesialis, kita selalu share terkait tentang penyakit pasien,

tentang bagaimana kita mengkaji ulang lagi sebelum

di diagnosa”

Pada kesempatan yang lain Informan 6,

meyimpulkan bahwa semua hal yang di rasa penting

selalu di dokumentasikan, seperti ini disampaikan:

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

9

“Semua hal yang di rasa penting

didokumentasikan........ seperti administrasi, daftar obat, rincian biaya, peralatan atau fasilitas alat-alat

medis....... Sebenarnya masih banyak pengetahuan

dibutuhkan di Puri Asih mengingat bahwa untuk

dunia moderen sekarang ini aspek yang paling

penting untuk membuat sebuah RS bertahan adalah pengetahuan dan dengan pengetahuan dari

waktu ke waktu kita bisa meningkatkan kinerja Puri

Asih, dan pengetahuan yang dibutuhkan adalah terkait dengan managemen RS, pelayan kepada

pasien dan pengunjung”

Pendapat informan 7 sedikit melengkapi

statement dari informan 6, sebagai berikut:

“Biasanya pada kasus anak-anak itu meliputi

dehidrasi berat pada anak, kemudian diare, kejang

demam..... kalau untuk bedah biasanya fraktur terbuka, biasanya cara pembersihan pada fraktur

terbuka..... itu merupakan hal-hal yang sering

didokumentasikan....... sedangkan kalau

pengetahuan yang dibutuhkan adalah kalau kita

melihat dari kebanyakan pasiennya yang ada disini

maka kejang demam untuk pasien anak, dan hipertensi untuk pasien dewasa...... karena setiap

riwayat penyakit pasien itu berbeda dan tidak

selamanya penyakit yang sama, maka sama pula

penangananya”

Informan 8 menuturkan bahwa pengetahuan

yang sering didokumentasikan adalah identitas pasien,

keluhan-keluhan, terapi yang di berikan dan hasil

diagnosa:

“Iya menurut pengalaman saya selama ini.......

informasi yang sering kita dokumentasikan adalah

yang pertama identitas pasien, kemudian keluhan-

keluhan pasien yang menyangkut dengan penyakit yang diderita, kemudian terapi yang diberikan dan

hasil diagnosa...... biasanya hal-hal tersebut yang

paling sering kami dokumentasikan.......”

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

10

Kesimpulan/verifikasi data terhadap bentuk-

bentuk pengetahuan, antara lain:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik dari bentuk-bentuk

pengetahuan, dari sini dapat disimpulkan bahwa: ada 2

bentuk pengetahuan yang terdapat di RS, yaitu tacit

dan explicit knowledge. Dan pengetahuan yang sering

didokumentasikan adalah explicit knowledge, explicit

knowledge bersumber dari hal-hal yang terkait dengan

penyakit pasien, rekam medis, isi catatan medis,

identitas pasien, keluhan-keluhan pasien, semua hal

yang dirasa penting, jenis penyakit dan cara

penanganan kemudian terapi yang diberikan. Informasi

atau pengetahuan tersebut penting untuk

didokumentasikan karena berfungsi sebagai

pengkodingan, penomoran bahkan untuk mendiagnosa

penyakit. Dari sini saya menyimpulkan, bahwa bentuk-

bentuk pengetahuan yang terdapat di RSU Puri Asih

adalah tacit dan explicit knowledge, tetapi pada

kenyataannya tacit knowledge sangat sulit di

dokumentasikan karena merupakan pengetahuan

pribadi yang sangat sulit diformalisasikan dan

pengalaman semasa menangani pasien. Tetapi tacit

knowledge dari dokter bisa dipelajari melalui

diagnosanya terhadap penyakit pasien maupun resep-

resep obat yang diberikan kepada pasien, sendangkan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

11

explicit knowledge bersumber dari semua informasi

pribadi pasien (agama, umur, jenis kelamin) kemudian

terkait juga dengan keluhan-keluhan pasien, terapi

yang diberikan dan isi dari catatan rekam medis.

4.3 Cara Rumah Sakit Menyimpan dan Mengelola

Pengetahuan

Informasi merupakan materi (bahan baku) untuk

membangun pengetahuan dan setiap pengetahuan

yang dimiliki di RS bersifat rahasia dan di perlukan

pengamanan terhadap pengetahuan tersebut,

kemudian lebih berorientasi kepada proses pengelolaan

dan penyimpanan pengetahuan untuk dilindungi dari

penggunaan yang tidak berhak dan tidak tepat. Adapun

pendapat dari informan tentang cara RS menyimpan

dan mengelola pengetahuan, sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan bahwa cara yang tepat

dalam menyimpan pengetahuan adalah dengan

interaksi sosial sendangkan dalam hal mengelola

pengetahuan yang dimiliki adalah dengan diisinya

rekam medis dan data sosial pasien, berikut

penuturannya:

“Menurut saya...... menyimpan pengetahuan dari

orang-orang yang berkompoten.... yaitu dengan sistem tatap muka atau interaksi..... ketika interaksi

terjadi maka secara tidak langsung sudah terjadi

proses pentransferan pengetahuan..... karena

seringkali penyimpanan pengetahuan dalam bentuk

pendokumentasian tidak selamanya efektif...... pada

umumnya pengetahuan yang dimiliki lebih banyak

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

12

tersimpan di dalam otak atau pikiran...... dan ketika

terjadinya interaksi maka akan lebih efektif terjadinya penggunaan kembali pengetahuan......

dan dengan penggunaan kembali pengetahuan itu

sudah merupakan salah satu cara menjaga atau

menyimpan pengetahuan..... mengelola informasi

menjadi pengetahuan yaitu dengan diisinya rekam medis oleh dokter dan kelengkapan data sosial

pasien...... dari informasi sosial pasien dan rekam

medis kita sudah bisa mendapat pengetahuan.

Tetapi terkadang ada kendala dalam mengelola

informasi menjadi pengetahuan, kendalanya dalam

sistem pengarsipan yaitu ketidaklengkapan catatan medik atau belum diisi secara lengkap oleh

dokter....... Ini merupakan suatu kendala yang

sangat serius karena ketidaklengkapan data

membuat kita kesulitan dalam pengkodingan dan

terjadinya pemborosan waktu”

Informan 2 mengutarakan dengan knowledge

share merupakan salah satu cara yang baik dalam

menyimpan pengetahuan, sendangkan informasi data

sosial pasien, diagnosa penyakit dipakai sebagai bahan

dalam mengelola pengetahuan:

“Menurut saya....... pengetahuan yang selama ini di

dapat baik berdasarkan pengalaman selama mengelola medical record atau pengetahuan yang

selama ini di dapat semasa berkuliah...... sebisa mungkin di share atau diberi masukan atau

saran..... entah diterima atau tidak yang penting

sudah berupaya untuk menyalurkan.... otomatis

ketika terjadi mutasi, pindah ke bidang yang laen

sudah ada ilmu yang disalurkan....... informasi dari

data sosial pasien, diagnosa penyakit diisi ke medical record itu sudah merupakan sebuah

pengetahuan. Namun..... pada kenyataannya ada kendala yang sering kami alami, yaitu ruang medical record masih bersifat sementara dan karena

ruangannya masih bersifat sementara maka berkas-

berkas tersebut belum tertata rapi (masih acak-

acakan) dan kendala yang lain adalah dokter belum mendiagnosa penyakit maka bagian medical record

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

13

mengalami kesulitan dalam pengkodingan dan

penomoran”

Sistem pengkaderan cara menyimpan

pengetahuan demikian yang dikatakan informan 3,

dan dalam mengelola pengetahuan dikelola

berdasarkan masing-masing bidang, seperti

ditegaskannya :

“Cara RS menyimpan pengetahuan dari orang-orang

yang berkompoten....... biasanya di Puri Asih sudah

ada sistem pengkaderan dan orientasi..... jadi

dengan cara begitu pengetahuan yang dimiliki oleh

orang-orang yang berkompoten sudah bisa di

salurkan..... jadi ketika mereka di mutasi atau pensiun sudah ada pengetahuan yang sudah di transfer atau sudah ada pengetahuan yang

ditinggalkan......... Informasi dikelola berdasarkan masing-masing bidang..... misalnya bidang medical record dikelola oleh unit managemen medical record.....bidang kebidanan dikelola bidang

kebidanan dan seterusnya...... Bagi RS setiap informasi merupakan sebuah pengetahuan”

Informan 4 mengungkapkan bahwa cara

menyimpan pengetahuan dengan mendokumentasikan

pada sistem komputerisasi dan mengelola pengetahuan

melalui keahlian, berikut penjelasannya:

“Menurut saya cara menyimpan pengetahuan

adalah dengan cara mendokumentasikan dalam

sistem komputerisasi, karena selain aman,

pengetahuan tersebut bisa diakses kembali oleh

pihak-pihak yang membutuhkan........ Menurut saya........ tanpa keahlian kita tidak bisa mengelola

sebuah informasi menjadi pengetahuan........ hal

pertama yang biasanya kita lakukan dalam

penanganan setiap pasien kita mendengar setiap

keluhan-keluhan, dan keluhan-keluhan tersebut bagi kami adalah sebuah informasi....... informasi

yang dapat kita kelola menjadi sebuah pengetahuan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

14

dan seperti yang sudah saya katakan bahwa tanpa

keahlian kita tidak akan mampu menganalisis dan

mengelola informasi....... karena keahlian itu

penting...... sepanjang pengalaman saya menjadi

seorang dokter tidak ada kendala, kalaupun ada hanya pada saat menemukan gejala penyakit yang

baru, yang dialami pasien dan hal ini bisa diatasi ketika kami saling share sesama dokter”

Informan 5 berpendapat bahwa dengan cara

memberi pelatihan atau training merupakan cara yang

tepat dalam menyimpan pengetahuan, dalam mengelola

informasi tidak terlepas dari dokumen:

“Bagi saya cara yang tepat dalam menyimpan

pengetahuan dan agar pengetahuan tidak berada pada sebuah titik yang bernama knowledge loss

adalah dengan cara memberikan training bagi

pegawai-pegawai, dan hasil training di harapkan

mampu di aplikasi di dunia kerja...... kemudian

ketika terjadi proses interaksi dengan sesama rekan

kerja mereka juga mampu mentransfer pengetahuan

tersebut.... Mengelola informasi menjadi pengetahuan tidak terlepas dari dokumen-

dokumen........ dokumen yang saya maksudkan

adalah isi dari rekaman medis......... rekam medis

merupakan bagian dari data sosial pasien, jika telah

diisi secara lengkap maka bisa di kelola dan di bisa

di pelajari kembali...... dan dalam mengelola informasi menjadi pengetahuan tidak ada kendala”

Informan 6 mengungkapkan ketika sharing

merupakan cara menyimpan pengetahuan dan proses

identifikasi merupakan salah satu cara dalam

mengelola pengetahuan:

“ketika kita saling sharing pengalaman atau sharing

pendapat sesama dokter, bagi saya itu sudah merupakan cara dalam menyimpan pengetahuan

dari orang-orang yang berkompoten........ dan ketika

terjadi mutasi atau pensiun dari tenaga-tenaga yang

berkompoten tersebut maka tidak akan terjadi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

15

knowledge loss......... Bagi saya mengelola informasi

menjadi pengetahuan adalah melalui proses identifikasi karena tidak semua informasi itu

penting dan tidak semua informasi itu

pengetahuan”

Informan 7 mendukung pernyataan dari informan

6 bahwa cara dalam menyimpan pengetahuan dari

orang-orang yang berkompoten adalah dengan sharing,

menangani informasi dan memanfaatkan kembali

merupakan cara dalam mengelola pengetahuan:

“selain sistem informasi yang dipakai untuk

menyimpan semua pengetahuan dan informasi yang

dianggap penting...... disini kami juga sharing

terkait dengan pengetahuan dan pengalaman......

melalui proses ini diharapkan lebih mendatangkan

kontribusi positif karena dengan sharing lebih efektif...... ketika menangani pasien hal petama yang

biasa kita lakukan adalah hal-hal yang berkaitan

dengan data sosial pasien, kemudian keluhan yang

dialami....... hal tersebut merupakan sebuah

informasi yang bermanfaat...... kemudian diisi dalam rekam medis dan informasi-informasi

tersebut suatu saat akan kembali kita

manfaatkan...... itu merupakan cara mengelola

informasi menjadi pengetahuan menurut saya”

Informan 8 mengungkapkan bahwa cara

menyimpan pengetahuan adalah dengan sistem

komputerisasi dan sharing, kemudian dengan mengisi

semua informasi ke dalam rekam medis merupakan

salah satu cara dalam mengelola pengetahuan, berikut

penjelasannya:

“Menurut saya....... sebenarnya pengetahuan yang

kami miliki bersifat rahasia karena terkait dengan

riwayat penyakit pasien, dan riwayat penyakit

pasien itu hanya bisa diketahui oleh kami dokter

yang menangani dan pihak keluarga...... jadi semua

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

16

pengetahuan yang dianggap penting dan bersifat

rahasia harus di dokumentasikan melalui proses komputerisasi........ selain itu agar pengetahuan

yang dimiliki tetap aman dan tidak terjadi knowledge loss, biasanya kami saling sharing

tentang perkembangan di bidang kedokteran,

karena bidang kedokteran setiap saat mengalami

perkembangan yang begitu pesat.... cara mengelola informasi menjadi sebuah pengetahuan adalah

dengan cara mengisi semua informasi yang

dianggap penting termasuk kelengkapan data sosial

pasien ke dalam rekam medis, kemudian bagian

unit managemen rekam medis melakukan tugasnya yaitu mengelola dan melakukan pengkodingan”

Kesimpulan data tentang cara menyimpan dan

mengelola pengetahuan, yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik cara menyimpan dan

mengelola pengetahuan, dari sini dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan yang dimiliki Puri Asih sebenarnya

bersifat rahasia dan merupakan salah satu aset yang

sangat penting karena hanya orang dalam yang

mengetahui seluk beluk informasi maupun

pengetahuan tersebut. menyadari bahwa pengetahuan

tersebut merupakan sebuah aset dan agar tidak terjadi

knowledge loss, maka pihak Puri Asih berupaya untuk

menyimpan dan mengelola pengetahuan yang dimiliki.

Melalui sistem komputerisasi yaitu setiap data atau

informasi sosial pasien setelah diisi secara manual

dalam rekam medis maka didokumentasikan dalam

komputer, karena dengan sistem komputerisasi selain

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

17

lebih aman dapat juga dipakai sebagai proses

pembelajaran atau di perbaharui sesuai dengan

perkembangan informasi. Dengan diisinya data sosial

pasien ke dalam rekam medis merupakan cara

mengelola pengetahuan, karena dari hasil rekam medis

bisa dipelajari terkait dengan jenis penyakit, penyakit

yang paling trend saat ini dan jenis terapi yang

diberikan. Selain sistem komputerisasi yang digunakan

dalam menyimpan pengetahuan dipercaya dengan cara

pengkaderan dan memberikan orientasi merupakan

cara yang efisien dalam menyimpan pengetahuan. Puri

Asih juga menyediakan tempat untuk menyimpan

dokumen-dokumen yang dianggap penting dan bukan

hanya sekedar di dokumentasikan tetapi juga dipelajari

kembali. Puri Asih masih melakukan cara yang lain

untuk menyimpan pengetahuan dari orang-orang

berkompoten yaitu di harapkan ketika terjadi interaksi

maka terjadi proses sharing pengetahuan dan sharing

pengalaman, kedua proses ini dianggap lebih efektif

dalam menyimpan pengetahuan. Berdasarkan hasil

wawancara dari informan 1-8, disini saya menarik

benang merah bahwa cara menyimpan informasi di

RSU Puri Asih yaitu dengan cara manual dimana setiap

informasi yang terkait dengan identitas pasien ataupun

rekam medis diisi secara manual kemudian di masukan

ke dalam sistem database RS dengan menggunakan

sistem komputerisasi. Mulai dari peneriman pasien,

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

18

penyajian informasi dan mengisi kelengkapan identitas

pasien merupakan langkah awal dalam mengelola

informasi atau pengetahuan yang dimiliki, selanjutnya

hasil diagnosa dokter dikelola oleh unit rekam medis,

dimana unit rekam medis bertanggungjawab dalam

mengelola, penomoran dan pengkodingan.

4.3.1 Penggunaan pengetahuan

Penerapan pengetahuan pada dasarnya

berorientasi kepada penggunaan secara nyata dari

pengetahuan tersebut. Dalam penggunaan

pengetahuan diharapkan akan terjadi penciptaan

pengetahuan yang baru dan penyebaran pengetahuan

memberikan akses pada pihak lain. Berikut ini kutipan

dari ungkapan-ungkapan Informan tentang

penggunaan pengetahuan:

Informan 1 mengungkapkan manfaat pengetahuan

bisa digunakan sebagai proses pembelajaran, berikut

pernyataannya:

“Pendapat saya..... pengetahuan di RS dipakai

sebagai proses pembelajaran..... kalau yang

didokumentasikan itu pengetahuan yang bersifat explicit....... karena explicit knowledge lebih mudah

di dokumentasikan...... Berdasarkan pengalaman kerja saya......... cara memelihara pengetahuan agar terupdate.... ya dari waktu ke waktu dilakukan

evaluasi dan aman ketika dokumen-dokumen yang

bersifat rahasia hanya ditangani oleh pihak

tertentu, misalnya dibagian kami yang menagani medical record, medical record ini ada riwayat

penyakit pasien, otomatis ini bersifat rahasia dalam

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

19

artian tidak boleh di ketahui oleh pihak luar selain

dari pasien, keluarga pasien dan dokter yang menangani penyakit pasien tersebut...... iya disini

kami selalu melakukan evaluasi bulanan dan

tahunan”

Merespon statement dari informan 1, hal yang

sama diutarakan Informan 2 bahwa penggunaan

pengetahuan sebagai proses pembelajaran dan sebagai

peningkatan kinerja, seperti ini disampaikan:

“Sebagai pembelajaran dan pendokumentasian.....

bagi saya secara pribadi.... ilmu itu akan sangat

berguna jika kita mengsharenya, apalagi kalau

sampai terjadinya peningkatan kinerja dari Puri

Asih...... Menurut saya..... agar pengetahuan tetap aman.... biasanya selain ada pihak-pihak tertentu

yang mengelola pengetahuan tersebut, sekarang ini

kami sudah menggunakan sistem komputerisasi

untuk menyimpan data dengan menggunakan

komputer kami merasa bahwa pengetahuan atau

informasi tetap aman...... kebetulan juga kami melakukan evaluasi, yaitu evaluasi tribulan sebagai

evaluasi kewajiban, evaluasi pendokumentasian dan

sebagai laporan kegiatan....... dan evaluasi tahunan

sebagai pertanggung jawaban kerja selama 1

tahun...... semua ini untuk menunjang nilai akreditasi”

Sejalan dengan informan 1, 2 maka Informan 3

menuturkan lebih luas lagi bahwa selain untuk

pembelajaran, pendokumentasian bisa juga dipakai

untuk mendapatkan nilai akreditasi:

“Ada pendokumentasian...... diperlukan untuk

mendapatkan nilai akreditasi........ karena dengan pendokumentasian semua file bisa tertata rapi,

kemudian pendokumentasian bisa dapat

mengevaluasi pembelajaran....... Pendapat saya....

RS Puri Asih saat ini dalam mengelola informasi

atau pengetahuannya diawali dengan sistem manual, dalam sistem manual tersebut data atau

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

20

informasi yang dianggap penting kami

dokumentaikan dan kebetulan disini ada ruang untuk menyimpan berkas-berkas tersebut..... tetapi

ketika data atau informasi sudah lengkap maka

digunakan sistem komputerisasi, dengan

penggunaan sistem komputerisasi maka informasi

atau pengetahuan tersebut aman.... iya kami juga melakukan evaluasi untuk perbaikan kinerja.

Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa bulan sekali

dan ada juga evaluasi tahunan”

Selanjutnya dikemukakan Informan 4 bahwa

dalam pelayanan mereka pengetahuan dipakai sebagai

proses pembelajaran dan terbuka terhadap masukan

dokter lain, demikian ia menegaskan:

“Iya bisa dipakai sebagai pembelajaran oleh dokter

lain..... kalau ada pasien yang masuk biasanya kita

assesment dulu.... ketika sudah masuk ruangan

biasanya ditangani oleh dokter spesialis.....

kemudian dari dokter spesialis dilakukan pemeriksaan penunjang.... untuk diagnosis awal

biasanya dilakukan oleh dokter jaga.... diagnosis

awal sebagai langkah awal untuk dilakukan

pemeriksaan lain dan untuk mendukung

pemeriksaan akhir.... Biasanya dari pendokumentasian dalam bentuk medical record.....

dan dari situ bisa dijadikan salah satu bahan untuk

pembelajaran buat tenaga medis..... misalnya kalau

penyakit A bisa dipakai terapi apa...... tetapi kalau

terjadi kesalahan medis bisa diperbaiki..... Jadi

pendokumentasian dipakai sebagai proses

pembelajaran bukan hanya sekedar didokumentasikan”

Informan 5 lebih spesifik lagi mengatakan bahwa

dibidang apapun tidak menutup kemungkinan akan

terjadinya human error karena itu penggunaan

pengetahuan sebagai proses pembelajaran:

“Bisa........ kita membuat medical record... dibuat

sedemikian rupa dan diharuskan untuk mengisi....

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

21

ketika medical record sudah diisi oleh dokter jaga

(dokter umum) maka diserahkan ke dokter spesialis...... ketika ditangani oleh dokter jaga, maka

dokter tersebut yang lebih dulu merincikan atau

melakukan diagnosa..... tetapi ketika dokter

spesialis sudah mempelajarinya secara detail maka

dari situ muncul diagnosa akhir terkait dengan

penyakit pasien........ Jadi.... menurut saya....sangat penting pengetahuan dipakai sebagai proses

pembelajaran, alat untuk memperbaiki pelayanan

dan meminimalisasikan kesalahan medis karena

dibidang manapun yang berkaitan dengan pelayanan pasti ada yang namanya human error..... jadi kalau dilihat dari fungsi knowledge management adalah kita menggunakan

pengetahuan sebagai bahan evaluasi dan sebagai

bahan penunjang kinerja”

Dari sisi penggunaan pengetahuan informan 6

menyatakan bisa digunakan untuk meminimalisir

kesalahan, seperti ini pernyataannya:

“Menurut saya secara pribadi...... diagnosa itu

tergantung dari kita sendiri.... kalau menurut

saya...... pengobatan itu seni..... kita yang sesama dokter memiliki diagnosa yang berbeda tetapi

terkadang hasil diagnosa bisa sama..... dengan

melihat kondisi fisik, mendengar keluhan pasien.....

maka kita sudah tahu hasil diagnosanya..... jadi

hasil diagnosa dari dokter lain bisa di pelajari dan

bukan saja dipelajari terkadang kita sering bertanya kepada dokter spesialis atau dokter senior.......

Menurut pribadi saya... dengan pengetahuan kita

bisa meminimalisir kesalahan dalam mendiagnosa

atau dalam pengobatan...... memang dibutuhkan

pengetahuan yang cukup luas disamping

pengalaman kerja....... dan untuk meningkatkan kinerja kita membutuhkan pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan..... karena di dunia

kedokteran semakin lama, semakin maju dan

perkembangan semakin pesat.... jadi harus selalu

belajar dan belajar”

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

22

Statement dari informan 7 adalah bahwa dengan

pengetahuan yang cukup otomatis bisa memberikan

terapi yang baik:

“Hasil diagnosa biasanya kita peroleh dari

pemeriksaan fisik, anamesa dan pemeriksaan

penunjang...... jadi kita menentukan hasil diagnosa

berdasarkan ketiga hal tersebut. Misalnya untuk pasien ISPA (infeksi saluran pernapasan atas)

otomatis anamesanya ada batuk, pilek, pusing......

terus nanti ada pemeriksaan penunjang misalnya cek di Lab ada likositnya (sel darah putih) tinggi.....

terus ada pemeriksaan fisik misalnya ada bunyi paru-paru yang ronkiwising.... dari situ kita bisa

pelajari bersama-sama, bahwa ternyata ISPA ada yang munculnya ronki, ada yang gak muncul wising....... Iya pasti bisa...... karena dengan

pengetahuan yang cukup otomatis pasien dapat

terapi secara maksimal”

Sebagai proses pembelajaran dan untuk

menjawab segala keluhan pasien, demikian hal yang

diutarakan informan 8:

“Biasanya kalau hasil diagnosa dari dokter umum

dipelajari kembali oleh dokter spesialis..... tetapi kami dokter spesialis juga membuka ruang untuk share terkait dengan hasil diagnosa yang ditangani

oleh dokter umum...... karena biasanya penanganan

awal pasien itu oleh dokter umum, ketika hasil

diagnosanya sudah keluar maka dirujukkan kepada

dokter spesialis terkait dengan penyakit diderita pasien dan berdasarkan hasil diagnosa awal.........

disisi yang lain hasil diagnosa kamipun bisa

sama........ Iya benar sekali pengetahuan dapat kita

pakai untuk memperbaiki kesalahan atau paling

tidak meminimalisasikan kesalahan medis atau menjawab persoalan atau keluhan-keluahan pasien,

contohnya ketika ada pasien yang datang dengan

keluhan bahwa kulitnya merah, perih, wajah

membengkak dari mendengar keluhannya saja kita

sudah mengetahui jenis penyakit apa yang di derita

pasien...... maka dari mendegar keluhan saja kita sudah bisa memberikan obat atau cream atau terapi

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

23

apa atas keluhan tersebut karena dari pengalaman-

pengalaman dalam menagani kasus pasien sebelumnya dan tentunya karena proses

pembelajaran”

Kesimpulan data tentang penggunaan

pengetahuan, sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan informan memiliki relevansi

dengan penggunaan pengetahuan, dari sini dapat

disimpulkan bahwa Puri Asih menyadari bahwa

keberadaannya bukan hanya sebatas melayani pasien,

tetapi sebagai sebuah organisasi yang mau terus-

menerus belajar bagaimana menciptakan nilai

akreditasi yang baik, memperbaiki dan

meminimalisasikan kesalahan medis. Hal tersebut

terbukti bahwa pengetahuan yang dimiliki bukan

hanya sekedar didokumentasikan tetapi dipakai

sebagai proses pembelajaran dalam rangka untuk

menjawab semua keluhan pasien dan terbuka terhadap

diagnosa dokter lain, dan agar informasi atau

pengetahuan di RS Puri Asih tetap aman dan terupdate

dari waktu ke waktu dievaluasi, selain itu ada badan-

badan tertentu yang mengelola berkas-berkas tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka

saya menarik kesimpulan: bahwa dalam bidang apapun

tidak menutup kemungkinan akan terjadinya Human

Error tak terkecuali RS, maka kepemilikan pengetahuan

dipakai sebagai proses pembelajaran dan pengambilan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

24

keputusan dalam mendiagnosa penyakit dan

pemberian terapi kepada pasien, selain kegunaan

pengetahuan dalam rangka meminimalisasikan

kesalahan medis dan peningkatan kwalitas pelayanan

dan perawatan terhadap pasien disisi yang lain

kegunaan pengetahuan tersebut dijadikan sebagai

kredit point dalam mendapatkan penilaian akreditasi

yang baik.

4.3.2 Lingkungan Belajar

Agar tidak terjadi knowledge loss terhadap

pengetahuan yang dimiliki maka pengetahuan tersebut

harus diinstitusionalkan dan dalam rangka

pemanfaatan pengetahuan maka RS terbuka sebagai

lingkungan belajar. RS akan disebut supportif jika

fleksibel dan terbuka terhadap perubahan, mampu

mengkombinasikan skill serta merespon perubahan-

perubahan lingkungan. Dari proses pembelajaran

tersebut diharapkan mucul ide-ide, inovasi dan

pengetahuan yang baru. Adapun pendapat dari

informan tentang lingkungan belajar, sebagai berikut:

Informan 1 mengatakan bahwa yang

dimaksudkan sebagai lingkungan belajar adalah RS

terbuka sebagai tempat penelitian, berikut

pendapatnya:

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

25

“Pengetahuan di RS...... bisa diakses..... tetapi

hanya sebatas orang dalam (tenaga medis) bukan untuk publik secara luas, tetapi kalau bisa diakses

oleh publik harus ada mekanisme..... tetapi kalau

dijadikan sebagai bahan penelitian harus ada

prosedurnya..... seumpama ada penelitian antara

penyakit A ada hubungannya dengan perilaku C, dan ketika ada hasilnya otomatis ada masukan

berdasarkan hasil penelitian tersebut.... dan

terbuka bagi tenaga medis lain untuk memberikan

feed back”

Sebagai lingkungan belajar dalam artian bahwa

semua pengetahuan yang tadinya di dokumentasi

dipakai oleh calon dokter ataupun dalam kegiatan

diklat-diklat, demikian yang diutarakan informan 2:

“Bisa....... pengetahuan di Puri Asih disimpan untuk

nantinya ketika ada kegiatan diklat oleh calon

perawat, calon-calon dokter bisa dipakai sebagai bahan pembelajaran.......... akan adanya feed back

pada saat terjadinya riset atau penelitian”

Informan 3 menyimpulkan lingkungan belajar

sebagai jembatan:

“Bagi saya..... RS itu adalah sebuah lembaga

kesehatan yang harus siap terhadap setiap perubahan, terutama dalam perubahan dan

perkembangan ilmu pengetahuan....... karena RS

diibaratkan sebagai jembatan yang senantiasa

terbuka terhadap proses pembelajaran dan sebagai

tempat penelitian”

Sharing pendapat dan evaluasi merupakan

bentuk lingkungan belajar, selanjutnya yang dikatakan

informan 4:

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

26

“Biasanya kami ada evaluasi materi setiap 3 bulan

sekali...... jadi dari dokter spesialis biasanya ada sharing pendapat, begitu juga dengan dokter umum

dan tidak menutup kemungkinan ada sharing

pendapat juga dari perawat..... jadi ada feed back

ketika mengakses pengetahuan ataupun dalam hal

mengevaluasi”

Informan 5 menyampaikan bahwa yang

dimaksud dengan lingkungan belajar adalah bahwa

setiap pengetahuan bisa diakses, demikian asumsinya:

“Bisa diakses tetapi hanya dilingkup orang-orang RS....... karena pengetahuan ini adalah hal private

dari RS kami...... bisa juga kami memberikan feed back asalkan sudah ada hasil penelitian, bukan

berikan feed back tidak berdasarkan hasil

penelitian atau secara ilmiah”

Informan 6 menyarankan bahwa jika RS

dijadikan sebagai lingkungan belajar artinya tiap saat

harus berubah, berikut penjelasannya:

“RS harus bisa mengubah dirinya menjadi lebih

baik, dalam hal pelayanan kepada pasien,

keluarga pasien, penataan administrasi dan dalam

hal mengelola pengetahuan yang dimiliki......

dengan perubahan tersebut RS sudah bisa memenuhi kebutuhan dari customer (pasien dan

keluarga pasien) karena belajar dari pengalaman

dan terbuka terhadap kritikan maupun saran”

Informan 7 mengatakan bahwa lingkungan

belajar identik dengan pluralisme, berikut

penjelasannya:

“Bagi saya sebuah RS bukanlah sebuah entitas

yang homogen..... dalam artian didalamnya terdiri

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

27

dari orang-orang yang memiliki latar belakang

sosial, budaya, ekonomi yang berbeda...... karena pluralisme tersebut maka bisa dijadikan sebagai

lingkungan belajar, terbuka terhadap kritikan, sharing pengetahuan maupun sharing

pengalaman....... terbuka terhadap feed back dan

feed back diberikan setiap waktu berdasarkan

perkembangan dan hasil penelitian”

Informan 8 berasumsi bahwa lingkungan belajar

identik dengan mengelola pengetahuan yang dimiliki:

“Bagi saya..... lingkungan belajar itu ketika

mampu mengelola segala bentuk pengetahuan yang dimiliki..... dan diharapkan pengetahuan

tersebut dapat dipakai kembali sebagai proses

pembelajaran, dan penggunaan kembali

pengetahuan diharapkan ada proses penciptaan

pengetahuan yang baru...... dalam mengelola

pengetahuan harus diperhatikan juga apakah ada sarana atau teknologi yang dipakai”

Kesimpulan data tentang lingkungan belajar

sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik lingkungan belajar. Dari

sini dapat disimpulkan bahwa Puri Asih menyadari

bagian dari organisasi pembelajar maka pengetahuan

yang dimiliki akan lebih berguna diaplikasikan kepada

orang lain apalagi dipakai sebagai proses perbaikan

kinerja, pelayanan dan mendiagnosa penyakit.

Lingkungan belajar diibaratkan sebagai jembatan

dalam artian bahwa pihak RS menjadikan kesalahan-

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2488/5/T2_912010019_BAB I… · di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari Rumah Bersalin, kemudian

28

kesalahan di masa lalu sebagai proses pembelajaran

untuk meminimalisir kesalahan di masa depan atau

memperbaiki kinerja. Dari sini saya menarik

kesimpulan bahwa; lingkungan belajar adalah

kemampuan mengelola pengetahuan yang dimiliki dan

saling share terkait dengan pengalaman dalam

menangani pasien. Dan biasanya share pengetahuan

atau pengalaman terjadi ketika dokter jaga atau dokter

junior mengalami kendala dalam menagani pasien atau

memberikan diagnosa, dari hasil sharing tersebut maka

muncul penemuan terbaru terkait dengan penyakit

pasien maupun hasil akhir diagnosa.