analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap...

5
RINGKASAN EKSEKUTIF MAJU LUMBAN TOBING, 2006. Kajian Implementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah pada Pendidikan Dasar di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Di bawah bimbingan HERMANTO SIREGAR dan HENDARIN ONO SALEH Masalah pendidikan merupakan masalah paling mendasar yang menjadi fokus perhatian penyelenggara pemerintah di hampir semua daerah di Indonesia saat ini. Hal ini disebabkan karena kualitas pendidikan dinilai masih sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan pendidikan bangsa-bangsa lain, baik secara regional maupun intemasional. Salah satu hasil penelitian tentang "Kemampuan Membaca Tingkat Sekolah Dasar (SD)" yang dilaksanakan oleh International Educational Achievement (Hadiyanto, 2004) menunjukkan bahwa peserta didik SD di Indonesia hanya mampu berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta. Oleh karena itu para penyelenggara pemerintahan atas tuntutan masyarakat dan pemerhati pendidikan menghendaki adanya suatu perubahan mendasar dalam kebijakan pendidikan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia agar mampu bersaing di era tanpa batas ke depan sebagai usaha dalam melaksanakan keinginan reformasi dan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang disempumakan dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, maka bentuk pengelolaan sekolah yang dianggap sesuai, sehingga masyarakat terlibat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dasar telah mengadakan perubahan baik dari aspek kebijakan maupun dari aspek penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kurun waktu tiga tahun terakhir ini telah dilakukan uji coba penerapan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada beberapa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Dasar (SD) sebagai upaya mewujudkan peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Penerapan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada beberapa sekolah yang dijadikan sebagai tempat uji coba selama tiga tahun. ini, belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak warga sekolah (kepala sekolah/guru, orangtua siswa dan komite sekolah) yang belum memahami sepenuhnya apa, bagaimana dan tujuan diterapkannya MBS. Kekurang pemahaman tersebut sebagai akibat dari strategi dalam mensosialisasikan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada tingkat pendidikan dasar di Provinsi DKI Jakarta yang masih menggunakan pola top-down, belum menggunakan pola buffam-up seperti yang ada pada konsep MBS. Dengan demikian, informasi tentang kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS sampai ke tingkat paling bawah yaitu sekolah menjadi kurang informatif.

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap ...repository.sb.ipb.ac.id/2488/4/5EK-03-Maju-Ringkasaneksekutif.pdf · Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai

RINGKASAN EKSEKUTIF

MAJU LUMBAN TOBING, 2006. Kajian Implementasi Kebijakan ManajemenBerbasis Sekolah pada Pendidikan Dasar di Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta. Di bawah bimbingan HERMANTO SIREGAR dan HENDARIN ONOSALEH

Masalah pendidikan merupakan masalah paling mendasar yang menjadifokus perhatian penyelenggara pemerintah di hampir semua daerah di Indonesiasaat ini. Hal ini disebabkan karena kualitas pendidikan dinilai masih sangatmemprihatinkan bila dibandingkan dengan pendidikan bangsa-bangsa lain, baiksecara regional maupun intemasional. Salah satu hasil penelitian tentang"Kemampuan Membaca Tingkat Sekolah Dasar (SD)" yang dilaksanakan olehInternational Educational Achievement (Hadiyanto, 2004) menunjukkan bahwapeserta didik SD di Indonesia hanya mampu berada pada urutan ke-38 dari 39negara peserta. Oleh karena itu para penyelenggara pemerintahan atas tuntutanmasyarakat dan pemerhati pendidikan menghendaki adanya suatu perubahanmendasar dalam kebijakan pendidikan untuk memperbaiki kualitas sumber dayamanusia Indonesia agar mampu bersaing di era tanpa batas ke depan sebagaiusaha dalam melaksanakan keinginan reformasi dan demokrasi dalampenyelenggaraan pendidikan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang disempumakan dengan Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan KewenanganProvinsi sebagai Daerah Otonom, maka bentuk pengelolaan sekolah yangdianggap sesuai, sehingga masyarakat terlibat untuk ikut berpartisipasi dalampengelolaan sekolah adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugasmelaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dasar telahmengadakan perubahan baik dari aspek kebijakan maupun dari aspekpenyelenggaraan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kurun waktu tiga tahunterakhir ini telah dilakukan uji coba penerapan kebijakan pengelolaan sekolahberdasarkan MBS pada beberapa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) danSekolah Dasar (SD) sebagai upaya mewujudkan peningkatan kualitas manajemenpendidikan. Penerapan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS padabeberapa sekolah yang dijadikan sebagai tempat uji coba selama tiga tahun. ini,belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan di lapanganmenunjukkan bahwa masih banyak warga sekolah (kepala sekolah/guru, orangtuasiswa dan komite sekolah) yang belum memahami sepenuhnya apa, bagaimanadan tujuan diterapkannya MBS. Kekurang pemahaman tersebut sebagai akibatdari strategi dalam mensosialisasikan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkanMBS pada tingkat pendidikan dasar di Provinsi DKI Jakarta yang masihmenggunakan pola top-down, belum menggunakan pola buffam-up seperti yangada pada konsep MBS. Dengan demikian, informasi tentang kebijakanpengelolaan sekolah berdasarkan MBS sampai ke tingkat paling bawah yaitusekolah menjadi kurang informatif.

Page 2: Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap ...repository.sb.ipb.ac.id/2488/4/5EK-03-Maju-Ringkasaneksekutif.pdf · Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai

-- -- --

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana dijelaskan di atas,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "KajianImplementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah Pada PendidikanDasar Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta".

Dari berbagai permasalahan yang dijelaskan di atas, terdapat tigapermasalahan yang dapat dirumuskan dalarn penelitian ini, yaitu (a). Sejauhmanapemaharnan warga sekolah terhadap kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkanMBS yang disosialisasikan oleh pemerintah pada Sekolah Dasar di Provinsi DKIJakarta ?, (b). Bagaimana implementasi kebijakan pengelolaan sekolahberdasarkan MBS pada Sekolah Dasar di Provinsi DKI Jakarta ?, dan (c). Strategiapa yang harus diarnbil oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta dalarnimplementasi kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada SekolahDasar di Jakarta sehingga dapat menjadi lebih efektif ? Berdasarkan rumusanmasalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tiga tujuan yang hendak dicapai,yaitu : (a). Memberikan garnbaran secara deskriptif bagaimana pelaksanaankebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada sekolah dasar (SD) diProvinsi DKI Jakarta, (b). Menjelaskan permasalahan/kendala-kendalaimplementasi kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS, dan (c).Merumuskan langkah-Iangkah atau strategi guna mengefektitkan pelaksanaankebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS sehingga dapat meningkatkanmutu pendidikan dasar.

Untuk mencapai beberapa tujuan tersebut, terdapat beberapa konsep teoriyang digunakan sebagai dasar pemikiran, yaitu pendapat Departemen PendidikanNasional Republik Indonesia (2002), mengatakan bahwa MBS adalah modelmanajemen yang memberikan otonomi lebih besar pada sekolah dan mendorongpengarnbilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua wargasekolah untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikannasional. Nurkolis (2003) menyebutkan bahwa MBS adalah model pengelolaansekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolahuntuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Sementara Suparrnan(2001), memberikan definisi MBS sebagai penyerasian sumber daya yangdilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompokkepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam prosespengarnbilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untukmencapai tujuan mutu sekolah dalarn pendidikan nasional. Dari ketiga pengertianMBS di atas terlihat bahwa fenomena pemberian kemandirian kepada sekolahmemperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat rasional,normatif dan pendekatan preskriptif di dalarn pengarnbilan keputusan pendidikankepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengarnbilan keputusan di dalarnsistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasikan secarautuh oleh birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnyapemikiran untuk beralih kepada konsep MBS sebagai pendekatan baru diIndonesia dalam mengelola sekolah.

Penulis menggunakan dua teknik analisis, yaitu analisis rentang kriteriadan analisis strategi berdasarkan konsep David (2004). Analisis rentang kriteriadigunakan untuk mendeskripsikan kondisi pemaharnan warga sekolah terhadapaspek-aspek yang terkait dengan konsep pengelolaan sekolah berdasarkan MBS,dan digunakan untuk mendeskripsikan kondisi kesiapan sekolah dalarnmelaksanakan aspek-aspek yang terkait dengan fungsi-fungsi pendidikan yang

2

Page 3: Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap ...repository.sb.ipb.ac.id/2488/4/5EK-03-Maju-Ringkasaneksekutif.pdf · Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai

didesentralisasikan. Sedangkan analisis strategi yaitu : (a). analisis IFE (internalfactor evaluation) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategisinternal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan masing-masing sekolah untukmenerapkan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS terhadap fungsi­fungsi pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolah, (b). analisis EFE (externalfactor evaluation) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategiseksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman masing-masing sekolah yangmenerapkan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS terhadap fungsi­fungsi pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolah, (c). analisis SWOT(strenght, weakness, opportunity, and threat) digunakan untuk menemukankesesuaian strategi antara faktor-faktor internal terhadap faktor-faktor eksternalguna menghasilkan alternatif-alternatif strategi pelaksanaan kebijakanpengelolaan sekolah berdasarkan MBS, dan (d). analisis QSPM (quantitativestrategies planning matrix) digunakan untuk menentukan kemenarikan relatif(relative attractiveness) dari berbagai alternatif strategi sehingga DinasPendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta dapat rnenetapkan strategi yang palingbaik dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS.

Dari beberapa teknik analisis yang digunakan tersebut, diperoleh hasilpenelitian sebagai berikut :1. Secara umum warga sekolah dapat memahami konteks kebijakan pengelolaan

sekolah berdasarkan MBS yang disosialisasikan oleh pemerintah. Namundemikian, berbagai aspek yang terkait dengan konteks MBS maupun yangterkait dengan fungsi-fungsi pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolahbelum sepenuhnya dapat dipahami oleh warga sekolah.

2. Fungsi-fungsi pendidikan yang didesentralisasikan ke sekolah selama uji cobapelaksanaan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada lima SDNdi lima wilayah kotamadya Provinsi DKI Jakarta tidak dapat dilaksanakansecara optimal sebagaimana yang diharapkan. Hal ini sebagai akibat darimasih rendahnya tingkat pendidikan kepala sekolah dan guru sehingga kurangkompeten untuk dapat melaksanakan secara efektif fungsi-fungsi pendidikanyang didesentralisasikan ke sekolah. Oleh sebab itu, diseminasi kebijakanpengelolaan sekolah berdasarkan MBS tidak dapat dilaksanakan oleh DinasPendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta ke semua sekolah dasar yang ada diProvinsi DKI Jakarta.

3. Dengan memperhatikan hasil penelitian terhadap faktor internal dan faktoreksternal dari sekolah yang melaksanakan kebijakan pengelolaan sekolahberdasarkan MBS, terdapat empat alternatif strategi yang dapat digunakanoleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta apabila pengelolaansekolah berdasarkan MBS tetap dilaksanakan. Strategi-strategi tersebut ialah :• Strategi SO (strenght-opportunity) yaitu strategi yang dapat dilaksanakan

dengan cara :I. Memberikan kesempatan kepada warga sekolah untuk melaksanakan

kemampuannya dalam mengelola sekolah berdasarkan konteks MBS.2. Melaksanakan kewenangan yang dimiliki kepala sekolah dan komite

sekolah untuk merekrut tenaga kependidikan di sekolah.3. Memotivasi siswa untuk lebih giat belajar sehingga mutu pendidikan

meningkat.Dari hasil analisis yang dilakukan, maka strategi ini memiliki total nilaidaya tarik (total attractive score) sebesar 7,166.

3

Page 4: Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap ...repository.sb.ipb.ac.id/2488/4/5EK-03-Maju-Ringkasaneksekutif.pdf · Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai

• Strategi WO (weakness-opportunity) yaitu strategi yang dapatdilaksanakan dengan cara :1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) warga sekolah

terutama kepala sekolah dan guru.2. Menyesuaikan peralatan dan perlengkapan sekolah sesuai dengan

yang dibutuhkan3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sekolah terhadap

masyarakat terutama orangtua siswa sehingga masyarakat ikutberpartisipasi meningkatkan mutu pendidikan.

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka strategi ini memiliki total nilaidaya tarik (total attractive score) sebesar 7,456.

• Strategi ST (strenght-threat) yaitu strategi yang dapat dilaksanakandengan cara :1. Mensosialisasikan kembali konteks MBS secara rinci dan jelas

sehingga warga sekolah dapat sepenuhnya memaharni kebijakanpengelolaan sekolah berdasarkan MBS.

2. Melibatkan warga sekolah terutama orangtua siswa dan komitesekolah untuk menciptakan iklim sekolah

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka strategi ini memiliki total nilaidaya tarik (total attractive score) sebesar 6,766.

• Strategi WT (weakness-threat) yaitu strategi yang dapat dilaksanakandengan cara :1. Meningkatkan disiplin tenaga kependidikan sehingga dapat

memberikan kinerja yang lebih baik untuk meningkatkan mutupendidikan

2. Memberikan reward dan punishment terhadap kepala sekolah danguru dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkanMBS.

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka strategi ini memiliki total nilaidaya tarik (total attractive score) sebesar 6,456.

Dari keempat altematif strategi di atas, maka strategi prioritas yang dapatdigunakan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta untukmelaksanakan kebijakan pengelolaan sekolah berdasarkan MBS pada SD diJakarta adalah strategi WO, sebab strategi ini memiliki total nilai daya tarikterbesar dari strategi yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis merekomendasikan beberapahal, sebagai berikut :I. Agar tujuan pelaksanaan MBS dapat terlaksana secara efektif sehingga mutu

pendidikan dasar terutama pada SD di Provinsi DKI Jakarta dapat meningkat,maka perlu dibentuk Tim Manajemen di tingkat sekolah yang disahkandengan keputusan Kepala Dinas. Tim inilah yang bertugas untuk menyediakandan mengelola segala kebutuhan sekolah, sehingga kepala sekolah dan guruhanya menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Namun, bilapembentukan tim tersebut belum/tidak memungkinkan maka DinasPendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta hendaknya dapat meningkatkankualitas dan kapabilitas kepala sekolah dan beberapa guru di sekolah tersebutmelalui pendidikan dan latihan manajemen sehingga memiliki kemampuandalam manajemen sekolah.

4

Page 5: Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap ...repository.sb.ipb.ac.id/2488/4/5EK-03-Maju-Ringkasaneksekutif.pdf · Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai

2. Komite sekolah merupakan salah satu unsur yang bertanggungjawab terhadappengelolaan sekolah berdasarkan MBS di tingkat sekolah. Agar komitesekolah ini dapat melaksanakan peranannya secara efektif, maka DinasPendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta hendaknya juga dapat memberikanpengetahuan manajemen sekolah melalui pendidikan dan latihan agar mampumengelola sekolah.

3. Suatu penelitian sudah tentu mempunyai beberapa keterbatasan sehingga sulituntuk menghasilkan penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, diperlukanupaya pelaksanaan penelitian lanjutan atau kajian sejenis yang mampumenyempurnakan hasil penelitian ini. Salah satu upaya penelitian lanjutanyang perIu dilakukan adalah kajian lebih lanjut terhadap strategi WO yangdirumuskan dalam penelitian ini. Melalui lanjutan penelitian ini dimungkinkanuntuk menghasilkan berbagai aspek operasional yang dapat digunakan untukmenyempurnakan strategi WO dimaksud.

Kata Kunci MBS, Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta, SekolahDasar Negeri, Analisis Rentang Kriteria, Analisis !FE dan EFE,Analisis SWOT, Analisis QSPM

5