bab iv hasil penelitian a. wawasan wiyata...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Wawasan Wiyata Mandala
Istilah Wawasan Wiyata Mandala atau dikenal dengan WWM sebetulnya
setiap warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, peserta didik, bahkan
masyarakat) pasti sudah mengenalnya karena setiap tahun ajaran baru baik di
SMP maupun di SMA materi WWM ini diberikan pada waktu Masa Orientasi
Siswa (MOS) siswa baru, tetapi kadang-kadang ada yang sudah mengenal
tetapi belum memahami, WWM sendiri merupakan istilah yang berasal dari
kata Wawasan yang artinya pandangan atau penglihatan, Wiyata berati
pengajaran atau pendidikan, sedang Mandala adalah lingkungan, sehingga
Wawasan Wiyata Mandala adalah cara pandang kalangan pendidik dan
warga/perangkat sekolah khususnya tentang keberadaan sekolah sebagai
pengemban tugas pendidikan di lingkungan masyarakat, maksud dan tujuan
WWM sendiri sangat berkaitan erat dengan yang tercantum dalam GBHN
bahwa Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang telah dilakukan manusia
sepanjang jaman, sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, dan rupa-
rupanya dimasa yang akan datang pendidikan tidak akan pernah ditinggalkan
oleh manusia dan pada dasarnya pendidikan merupakan upaya pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas ciri – ciri manusia berkualitas di
deskripsikan beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas dan kreatif,
selain itu juga terampil, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan
39
produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air,
mempunyai semangat kebangsaan, memiliki kesetiakawanan sosial dan
kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa para pahlawan, dan
berorientasi masa depan sesuai dengan yang ada dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB II tentang visi pendidikan nasional yang
berbunyi “Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan yang
selalu berubah” Sebagai lembaga pendidikan sekolah dianggap sebagai satu-
satunya tumpuan untuk mendidik anak, sehingga sekolah kadang-kadang yang
dikambing hitamkan kalau terjadi sesuatu yang kurang baik, segala akibat
yang kurang baik seolah-olah merupakan akibat sekolah yang tidak berfungsi
dengan baik dan keadaan ini sangat tidak menguntungkan, dan sekolah
memiliki beban dan tanggung jawab yang besar sehingga sekolah harus
mampu bertanggung jawab mendidik membina / mengembangkan dan
mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas sehingga perlu diperhatikan.
1. Sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas disesuaikan
dengan situasi kondisi sekolah tersebut berada dan dipahami oleh semua
warga sekolah,
2. Sekolah hendaknya betul-betul menjadi tempat Proses Belajar Mengajar
(PBM) jangan sampai sekolah disalah gunakan oleh golongan tertentu
(kegiatan politik) atu kegiatan lain yang bertentangan dengan norma-
40
norma dan nilai-nilai yang berlaku antara lain penyalah gunaan narkotika
perkelaian pelajar yang akhirnya akan merugikan sekolah itu sendiri,
3. Situasai sekolah diciptakan suasana nyaman, aman tertib dan bebas segala
ancaman sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang nikmat
(enjoyable learning) dan terjadi proses pembudayaan suasana
kekeluargaan kondisi semacam ini dikenal dengan nama Ketahanan
Sekolah
4. Sekolah harus tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul,
sehingga sekolah harus mampu membaca lingkungan dan menanggapinya
secara cepat dan tepat, jadi sekolah tidak hanya mampu beradaptasi
(menyesuaikan diri) terhadap perubahan tetapi harus mampu
mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi.
5. Sekolah harus dapat megembangan nilai-nilai pengetahuan, ketrampilan
dan wawasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu
cerdas , siap kerja , dan menguasahi ilmu dan teknologi tetap berakar nilai
nilai budaya bangsa sehingga peserta didik tidak sekadar menguasai
pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan
tersebut juga telah masuk dalam hati sanubarinya yang dapat dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
6. Sekolah sebagai masyarakat belajar terjadi interaksi antar siswa guru dan
lingkungan sekolah dan terjadi hubungan timbal balik antar guru, kepala
sekolah, orang tua siswa dan masyarakat itu berada, ini berarti sekolah
harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari kehidupan nasional
41
dan harus mampu menyesuaikan diri dengan tata kehidupan yang
berkembang di masyarakat seperti ideologi, politik ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan maupun kehidupan yang lain.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah dalam hal
pelaksanaan wiyata mandala :
1. Kepala sekolah sebagai pimpinan utama bertugas bertanggung jawab
memimpin peyelenggaraan belajar serta mensejahtera, membina
pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama komite
sekolah.
3. Menyelenggarakan musyawarah yang melibatkan pengurus OSIS,
komite sekolah, tokoh masyarakat dan keamanan setempat.
4. Menertibkan lingkungan sekolah baik perangkat keras ( sarana dan
prasarana) maupun perangkat lunak ( tata tertib, peraturan-peraturan,
upacara, dan lain-lain.
5. Mengadakan pertemuan rutin dan intern sekolah.
Hal-hal tersebut juga dilaksanakan oleh kepala sekolah maupun warga
sekolah SMP N I Kedungjati dalam pelaksanaan KTSP Sebagai
Penyempurnaan KBK disekolah sebab, hal tersebut sangatlah penting bagi
sekolah agar warga sekolah bisa tahu tentang bagaimanakah sistem kerja
yang ada di SMP N I Kedungjati dalam melaksanakan sistem
pendidikannya disekolah tersebut.
42
B. Pedoman Pelaksanaan KBK di SMP N Kedungjati
Pelaksanaan KBK dilaksanakan berdasarkan di SMP N I Kedungjati
dilakukan sesuai kebijakan Mendiknas yang didesiminasi dan di
sosialisasikan kepada guru-guru di SMP N I Kedungjati terutama guru mata
pelajaran, selain itu untuk merealisasikan KBK ke guru-guru juga dilakukan
workshop-workshop dari guru pemandu baik dari kabupaten atau lokal
maupun nasional.Untuk pelaksanaan sekolah menggunakan pedoman yaitu
antara lain adalah :
1. Pemberdayaan SDM
Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam setiap
usaha peningkatan organisasi termasuk sekolah. Sasaran pemberdayaan
SDM adalah dalam rangka mengoptimalkan ketersediaan, keterlibatan,
dan kerjasama segenap warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru,
wali kelas, karyawan, siswa, orang tua,dan masyarakat pendukung
pelaksanaan KBK. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui.
a. Pemberdayaan guru dan karyawan melalui pemberian kesempatan
guru dan karyawan untuk ikut menjadi pengurus atau anggota tim
pelaksana KBK, seperti tim perencanaan, pengorganisasian, dan
evaluasi program sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
b. Peningkatan motivasi kerja guru dan karyawan melalui pemberian
penghargaan finansial dan atau nonfinansial bagi yang berprestasi.
c. Pembagian tugas yang jelas sesuai dengan kompetensi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing yaitu :
1. Tugas dan wewenang kepala sekolah yaitu :
43
a. Membentuk tim pengembang visi dan misi sekolah, sistem
penerimaan siswa baru dan pola pengelompokan siswa.
b. Membuat laporan kemajuan siswa dari sekolah yang
dipimpinnya untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
2. Tugas dan wewenang wakil kepala sekolah/staf urusan kurikulum
yaitu :
a. Mengkoordinir kegiatan pengembangan kurikulum, silabus,
dan bahan ajar serta,
b. Menyusun pembagian tugas dan jadwal mengajar.
3. Tugas dan kewenangan guru
a. Guru sebagai pengajar adalah mengembangkan bahan ajar,
melaksanakan proses pembelajaran, member bimbingan
akademik, dan remidi.
b. Guru sebagai bagian dari Tim Musyawarah Guru Mata
Pelajaran ( MGMP ) sekolah adalah membentuk MGMP
disekolah sebagai forum komunikasi bagi guru-guru mata
pelajaran sejenis, mengadakan pertemuan rutin untuk
mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran, serta
system penilaiannya.
c. Guru sebagai wali kelas adalah membuat laporan kepada
kepala sekolah tentang kemajuan belajar siswa binaannya,
secara individu maupun klasikal untuk semua mata pelajaran.
d. Guru sebagai pembimbing kegiatan ekstrakurikuler.
44
2. Manajemen Siswa
Manajemen siswa pada dasarnya mengarah pada pemberian
layanan pembinaan selanjutnya pemberian layanan dan pembinaan perlu
dioptimalkan melalui pengelompokan, variasi layanan dan pembinaan
serta pendataan.
a. Pengelompokan
Selama ini ada dua pola pembagian kelompok belajar yaitu
kelompok belajar heterogen atau homogen kemampuan akademiknya.
Untuk mendorong terjadinya komunikasi antar siswa dan menghindari
terbentuknya elitism kelompok belajar maka dianjurkan
pengelompokan siswa secara acak berstrata melalui dua tahap yaitu :
1. Tahap pertama siswa dikelompokan menjadi tiga strata yaitu
tinggi, sedang, dan rendah.
2. Tahap kedua setiap kelompok strata tersebut dibagi secara acak
menjadi banyak kelompok belajar yang sesuai dengan yang
direncanakan.
b. Variasi layanan dan pembinaan
Berdasarkan pendekatan pembelajaran maka ada dua jenis layanan
pembelajaran yaitu :
1. Layanan klasikal dan
2. Layanan individual peserta didik meliputi : layanan remedial bagi
yang tertinggal, pengayaan dan akselerasi secara alami.
45
3. Pemberian bimbingan khusus bagi yang mengalami kesulitan
belajar.
4. Bimbingan karir bagi yang akan bekerja.
5. Bimbingan akademik bagi yang akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi.
c. Pengelolaan data individual siswa yang meliputi :
1. Data kemajuan belajar siswa yang disusun secara “
a. Individual yang dibuat oleh guru dan wali kelas.
b. Klasikal yang dibuat oleh wali kelas.
c. Sekolah yang dibuat oleh kepala sekolah.
2. Data prestasi ekstrakurikuler.
3. Data hambatan yang dihadapi siswa.
4. Data ketidakhadiran atau absensi.
5. Data pelanggaran.
3. Manajemen fasilitas
Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana membelajarkan
siswa dan bukan pada apa yang dipelajari siswa, untuk membelajarkan
siswa dibutuhkan rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan
lingkungan riil. Karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan
seseorang berproses dalam belajar secara maksimal.
46
2. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik
siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif
dalam proses pembangunan pengetahuan, sikap dan kemampuan.
3. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
Ketersediaan media dan sumber belajara yang memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara kongkret, luas, dan mendalam.
Menjadi hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan
peduli terhadap keberhasilan siswanya dan untuk menunjang hal-hal
tersebut diperlukan fasilitas yang memadai demi terpenuhinya
rancangan pembelajaran.
4. Manajemen ruang belajar
Ruang belajar adalah merupakan kebutuhan pokok dalam
pembelajaran, agar ruang belajar dapat dimanfaatkan secara optimal maka
pelu direncanakan jadwal penggunaannya. Hal-hal tersebut perlu
diperhatikan dalam penggunaan ruang belajar yaitu :
1. Kapasitas ruang
Kapasitas ruang kelas mempunyai standart tertentu dan standart
yang dipakai saat ini oleh SMP N I Kedungjati adalah 30-35 siswa
perkelas. Semakin kecil ruang yang digunakan maka semakin tinggi
tingkat interaksi antara guru dan siswa dan sebaliknya semakin banyak
siswa dalam kelas itu maka semakin sulit guru mengadakan interaksi
dengan siswa.
47
2. Jadwal penggunaan ruang
Penggunaan ruang dalam pelaksanaan KBK di SMP N I
Kedungjati kelas VIII ini menggunakan ruang menetap artinya yaitu
peserta didik tetap berada diruang kelas tersebut pada waktu jam
pelajaran guru mata pelajaran mencari ruang kelas yang akan dia ajar
yaitu kelas VIII tersebut sedangkan siswa menunggu di ruangan kelas
tersebut.
3. Pengaturan letak ruang kelas
Pembelajaran akan efektif bila terjadi interaksi antara guru dan
siswa secara aktif. Interaksi antara guru dan siswa terjadi apabila
dalam kelas itu antara guru dan siswa saling berkomunikasi. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengatur tata ruang kelas adalah
sebagai berikut:
a. Tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat
bertatap muka secara langsung dengan guru yang mengajar.
b. Tata letak tempat duduk dapat diatur atau diubah setiap saat untuk
kegiatan kelompok kecil maupun besar.
c. Posisi tempat duduk siswa dapat dilakukan perubahan pada waktu
tertentu dan dapat berubah sewaktu-waktu.
d. Mengatur ruang kelas atau gambar-gambar yang ada di ruang kelas
agar tidak membosankan.
48
5. Manajemen pembelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen
pembelajaran adalah :
a. Jadwal kegiatan guru dan siswa
Pembelajaran adalah merupakan proses terjadinya interaksi antara
guru dan siswa disekolah. Interaksi antara guru dan siswa terjadi baik
didalam kelas maupun luar kelas agar tidak terjadi benturan
penggunaan kelas maka dibuat jadwal dan pembuatan jadwal
dilakukan oleh wakasek kurikulum.
b. Strategi Pembelajaran
Dalam pelaksanaan KBK di SMP N I Kedungjati memiliki dua
kegiatan atau strategi pembelajaran yaitu kegiatan tatap muka dan
kegiatan pengalaman belajar. Untuk kegiatan tatap muka dimaksudkan
sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah dengan
mengembangkan bentuk-bentuk intraksi langsung antara guru dengan
siswa seperti, ceramah, diskusi, presentasi, seminar, dibawah
bimbingan guru, ujian blog dan kuis. Selain dengan kegiatan tatap
muka, SMP N I Kedungjati juga memnggunakan pengalaman belajar
dalam pelaksanaan kurikulumnya pengalaman belajar ini ditunjukkan
siswa dengan saling berinteraksi dengan objek atau sumber belajar
yaitu dapat berupa mempraktikkan kegiatan, mengeksperimen,
menganalisis dan mengaplikasikan kedalam sebuah pembelajaran.
49
c. Komponen Strategi Pembelajaran
Komponen Utama
Strategi pembelajaran memiliki 4 komponen utama yaitu :
a) Urutan Kegiatan pembelajaran
b) Metode
c) Media
d) Waktu
Sub Komponen
Masing-masing komponen utama memiliki sub komponen yang terdiri
dari :
1) Pendahuluan
2) Penyajian
3) Penutup
Komponen utama dan sub komponen masing-masing hendaknya dapat
diimplementasikan dalam penyusunan SP (Satuan Pelajaran) Pemilihan
Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran perlu dipilih secara jitu dan
diarahkan pada upaya-upaya :
1. Memudahkan pencapaian kompetensi dasar
2. Meningkatkan ketuntasan serta keutuhan belajar (kognitif, afektif, dan
psikomotor)
3. Mengembangkan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)
50
d. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Pelaksanaan strategi pembelajaran perlu menyesuaikan dengan
jenis kompetensi serta materi yang dipelajari. Ditinju dari dimensi
kompetensi yang ingin dicapai, kegiatan tatap muka atau pengalaman
belajar siswa meliputi menghafal, menggunakan0mengaplikasikan, dan
menemukan. Sementara ditinjau dari dimensi materi, Yang perlu dihafal,
diaplikasikan, serta ditemukan adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Pengalaman belajar yang telah diidentifikasi dalam contoh silabus masing-
masing mata pelajaran perlu digunakan sebagai acuan dan pengendalian
oleh guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
e. Pengelolaan Bahan Praktik
Bahan praktik yang dimaksudkan adalah kebutuhan bahan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat praktik di laboratorium. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penggunaan bahan praktik adalah :
1. Pengadaan Bahan praktik
Kebutuhan bahan praktik direncanakan berdasarkan kegiatan
praktikum masing-masing bidang studi. Usulan kebutuhan bahan
praktikum diajukan oleh guru pengampu kegiatan praktikum kepada
koordinator laboratorium.selanjutnya berdasarkan usulan koordinator
laboratorioum tersebut sekolah memproses untuk pengadaannya.
51
2. Penyimpanan
Bahan praktik disimpan ditempat khusus penyimpanan sesuai
dengan karakteristik bahan praktik tersebut. Untuk kepentingan
administrasi dilakukan inventarisasi bahan praktik yang meliputi :
a. Daftar usulan kebutuhan bahan praktik,
b. Daftar bahan yang tersedia di laboratorium,
c. Pemakaian bahan praktik.
3. Penggunaan Bahan Praktik
Bahan praktik harus digunakan secara efektif, artinya bahan
praktik benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan praktik
masing-masing bidang studi. Prosedur penggunaan bahan praktik
diatur sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan praktik dilakukan, petugas laboratorium atau
guru menyiapkan alat dan bahan praktik sesuai dengan kebutuhan
bahan praktik yang tercantum pada lembar kerja.
2. Siswa mengajukan kebutuhan bahan dan alat praktikum sesuai
dengan kebutuhan yang tercantum dalam lembar kerja.
3. Siswa melakukan kegiatan praktikum dengan bimbingan guru
pengampu bidang studi.
4. Setelah prkatikum selesai siswa mengembalikan bahan dan alat
praktikum kepada petugas laboraturium.
52
f. Pengolahan alat bantu
Alat bantu adalah merupakan alat yang dimanfaatkan untuk
membantu proses pembelajaran sehingga memudahkan baik guru
ataupun siswa dalam penyajian materi pembelajaran maupun bagi
siswa dalam mempelajari materi sebagai wahana pencapaian
kompetensi dasar contoh OHP, Proyektor, dan lain sebagainya.
Pemilihan alat bantu harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu :
a. Kesesuaian dengan kompetensi dasar
b. Kesesuaian dengan materi pokok
c. Ketersediaan alat bantu di sekolah
d. Kemanfaatan alat bantu bagi siswa
e. Kesesuaian dengan sarana-prasarana yang tersedia
Cara penggunaan alat bantu
KBK memiliki paradigma bahwa guru bukan satu-satunya sumber
belajar bagi siswa oleh karena itu penggunaan alat bantu pembelajaran
mutlak diperlukan adanya. Sementara tidak semua sekolah mempunyai
alat bantu dalam jumlah yang memadai untuk dianggap cukup oleh
sekolah tertentu. Untuk penggunaan alat bantu harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Guru harus memahami karakteristik jenis alat bantu yang
digunakan.
b. Guru harus mampu mengoperasikan alat bantu yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran.
53
c. Setiap kelas hendaknya disiapkan peralatan-peralatan penunjang
untuk pengoperasian alat bantu tertentu.
d. Perlunya sistem perawatan yang terprogram.
6. Manajemen materi pembelajaran
Materi pembelajaran pada kurikulum KBK dibuat oleh wakasek
bagian kurikulum dan untuk materi kelas VIII SMP N I Kedungjati
semester 1 dan 2 mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut :
a. Standart Kompetensi semester I :
1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan
pertumbuhan jumlah penduduk.
Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
2. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya
penanggulangannya.
3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
4. Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya
terhadap pembangunan.
2. Memahami proses kebangkitan sosial
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme
bangsa barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai
daerah.
54
2. Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional identitas
Indonesia dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.
3. Memahami masalah penyimpangan sosial
Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial ( Miras, Narkoba, HIV,
Aids, PSK dan sebagainya ) sebagai akibat penyimpangan sosial
dalam keluarga dan masyarakat.
2. Mengidentifikasi berbagai usaha pencegahan penyimpangan sosial
dalam keluarga dan masyarakat.
4. Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat
Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan
kebutuhan yang tidak terbatas.
2. Mendistribusikan pelaku ekonomi rumah tangga, masyarakat,
perusahaan, koperasi dan negara.
3. Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
b. Standart Kompetensi semester II :
1. Memahami usaha persiapan kemerdekaan
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses
terbentuknya NKRI.
55
2. Memahami pranata dan penyimpangan sosial
Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial.
2. Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Mendeskripsikan pengendalian penyimpangan sosial.
3. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja
sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
2. Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia.
3. Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional.
7. Manajemen Penilaian
Manajemen penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pelaksanaan penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian.
Penilaian adalah merupakan kegiatan penafsiran hasil pengukuran untuk
menyatakan tingkat pencapaian kompetensi dasar untuk setiap mata
pelajaran. Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi yang
dilaksanakan SMP N I Kedungjati ini menggunakan berbagai metode
untuk memperoleh data yang akurat tentang kemampuan siswa. Jadi
manajemen penilaian mencakup masalah rencana pengumpulan data,
pengolahan data, dan tindak lanjut. Pengumpulan data dilakukan melalui
56
kegiatan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan sistematik untuk
menentukan besarnya numeric untuk suatu obyek atau gejala. Pengukuran
harus menggunakan berbagai metode. Agar memperoleh data atau hasil
yang akurat. Untuk itu diperlukan rancangan penilaian yang tepat agar
diperoleh data yang akurat.
a. Rancangan Penilaian
Sistem penilaian yang digunakan mencakup jenis tagihan yang bisa
berupa kuis, pekerjaan rumah, tugas individu, tugas kelompok,
portofolio, dan sebagainya. Dalam satu satuan waktu semester, harus
dirancang jumlah kuis, tugas rumah, ulangan blok, dan sebagainya.
Pelaksanaan penilaian harus tersebar sepanjang semester, termasuk
ujian atau ulangan dan tugas-tugas.
Penyebaran kegiatan penilaian harus memperhatikan beban siswa.
Jangan sampai terjadi dalam minggu tertentu. Semua guru memberi
tugas, dan minggu berikutnya tidak ada tugas. Akibatnya minggu
tertentu siswa sangat sibuk sedangkan minggu lain siswa longgar
kegiatannya. Untuk itu perlu pengaturan waktu untuk ujian dan
pemberian tugas agar kegiatan siswa bisa merata sepanjang semester.
Agar kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dan ujian bisa
dilihat, maka perlu dibuat matrik tentang rencana kegiatan penilaian
sepanjang semester.
57
b. Standar Penilaian
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi ini menggunakan
acuan kriteria, artinya hasil ulangan atau ujian dibandingkan dengan
standar yaitu kompetensi dasar yang ingin dicapai. Apabila hasilnya
telah mencapai kompetensi dasar, maka siswa dinyatakan lulus dan
berhasil. Siswa yang berhasil dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
mencapai kompetensi dasar 90% atau lebih dan yang mencapai
kompetensi dasar 75% hingga 87%. Untuk kategori pertama siswa
dapat mempelajari kompetensi dasar berikutnya melalui buku
pelajaran ataupun modul. Untuk kategori yang kedua, siswa diberi
program pengayaan, yaitu memperkuat penguasaan kompetensi dasar
yang tealah dicapai atau dipelajari namun belum tuntas sepenuhnya.
Bagi siswa yang mengikuti program pengayaan mereka tidak perlu
diuji lagi.
Bagi mereka yang belum mencapai batas minimum penguasaan
kompetensi dasar disarankan mengikuti program remidi. Program
remidi adalah program pembelajaran ulangan, siswa dapat diajar lagi
atau diberi tugas untuk belajar, atau belajar dengan teman yang telah
mencapai kompetensi dasar tersebut. Strategi pelaksanaan program
remidi dirancang oleh guru. Dalam hal ini guru dituntut agar kreatif
dalam merancang program remedial, apabila siswa merasa sudah
menguasai bahan program remidi, selanjutnya siswa diberi ulangan
atau ujian lagi.
58
Masalah yang sering ditanyakan adalah berapa kali siswa diberi
kesempatan untuk mengikuti program remedial, jawabannya tidak
mudah., karena apabila prinsip belajar tuntas yang dianut, maka tidak
ada batasnya. Namun dalam praktiknya, apabila siswa diberi waktu
yang tidak terbatas untuk mengikuti program remedial, maka tugas
guru akan tambah berat. Oleh karena itu, batas dua kali untuk
mengikuti program remidi tampaknya bisa dikatakan cukup. Apabila
siswa telah dua kali mengikuti program remidi, namun belum juga
lulus, bisa disimpulkan bahwa potensi atau bakat siswa tidak pada
mata pelajaran tersebut, tetapi pada mata pelajaran yang lain. Namun
diharapkan paling sedikit siswa telah mencapai 60% penguasaan
kompetensi dasar.
c. Pencapaian Kompetensi
Salah satu cirri pembelajaran KBK adalah digunakannya acuan
kriteria dalam penilaian. Ini berarti bahwa hasil penilaian itu hanya
dikategorikan menjadi dua yaitu ‘’lulus dan tidak lulus’’, untuk
bidang-bidang tertentu, yaitu bidang-bidang yang beresiko tinggi.
Siswa dikatakan lulus bila siswa menguasai seluruh kompetensi dasar
yang harus dikuasainya. Untuk bidang pendidikan, siswa dikatakan
lulus apabila menguasai paling tidak 75% dari seluruh kompetensi
dasar yang telah atau harus dicapainya. Bagi siswa yang belum lulus
dan belum mencapai ketuntasan kompetensi 75% harus diremidi, siswa
yang mencapai ketuntasan kompetensi 75% - 89% mendapat materi
59
pengayaan dan siswa sudah mencapai ketuntasan kompetensi 90% atau
lebih bisa meneruskan ke kompetensi berikutnya. Dalam hal ini
ketuntasan kompetensi dapat dinyatakan dengan skor 10 untuk rentang
skor 0 sampai dengan 10 dan 100 untuk rentang skor 0 sampai dengan
100.
Sampai saat ini, kriteria kelulusan 75% itu masih dirasa berat oleh
sebagian sekolah termasuk SMP N I Kedungjati, oleh karena itu
sekolah yang belum bisa mencapai kriteria standar 75% dapat
menentukan sendiri kriteria kelulusan. Namun agar terjadi peningkatan
kualitas berkelanjutan, standar batas kelulusan dinaikkan setiap tahun.
Misalnya, tahun 2004 kriteria kelulusan yang ditetapkan baru 60, maka
untuk tahun 2005 kriteria kelulusan itu harus sudah 65. Hal penting
yang perlu diingat adalah kriteria kelulusan harus ditetapkan sebelum
proses pembelajaran dilaksanakan. Apabila penetapan kriteria
kelulusan dilakukan setelah data terkumpul atausetelah melihat skor
semua siswa dalam kelompok itu maka acuan yang digunakan bukan
kriteria lagi tetapi sudah norma.
Agar mudah menindaklanjutinya, maka pencapaian kompetensi
siswa ini harus dijelaskan secara rinci, kompetensi mana yang sudah
dan yang belum dikuasai oleh siswa. Misalnya untuk mata pelajaran
matematika : siswa dinyatakan lulus, maka siswa tersebut memiliki
kompetensi dalam mengerjakan soal cerita tentang laba dan rugi,
menyelesaikan soal tentang logaritma, mengitung volume berbagai
60
bentuk silinder mencapai ketuntasan namunperlu pengayaan tentang
aplikasi persamaan kuadrat, misalnya lagi pada kelas VIII mata
pelajaran sejarah tentang persiapan kemerdekaan siswa harus
mengetahui bagaimanakah persiapan menuju kemerdekaan Indonesia
dan melawan para penjajah.
Setiap guru harus memiliki catatan tentang kompetensi dasar yang
sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa yang mengikuti
pelajarannya. Selanjutnya informasi ini disampaikan kepada wali kelas
agara dapat digunakan untuk berbagai tujuan pembinaan, salah satu
diantaranya dituliskan pada rapor siswa. Dengan demikian wali kelas
akan dapat memberikan informasi secara tepat dan akurat kepada siswa
dan orang tua siswa tentang pencapaian kompetensi dasar siswa.
d. Profil Hasil Belajar
Hasil belajar siswa yang mengunakan kurikulum berbasis
kompetensi harus menyeluruh. Hasil belajar siswa harus mencakup
tiga kemampuan, yaitu kemampuan kognitif atau berpikir, kemampuan
psikomotor atau kemampuan praktik, dan kemampuan afektif.
Penilaian pada ketiga aspek ini tidaklah sama, masing-masing
memiliki karakteristik yang khusus.
Pada aspek psikomotor, penilaian ditekankan pada ketepatan
gerakan yang dilakukan siswa, waktuyang diperlukan dan hasil
gerakan. Komponen lain yang penting adalah keselamatan kerja baik,
unuk manusia maupun alat. Misalnya gerakan servis dalam olahraga
61
bola voli, atau gerakan tangan dalam melakukan kegiatan melukis.
Kemampuan gerak yang baik akan menghasilkan arah bola yang tepat
dalam waktu relatif pendek.
Dalam penilaian aspek afektif, ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu aspek afektif yang berkaitan langsung dan yang tidak berkaitan
langsung dengan hasil belajar kognitif. Penilaian aspek afektif kategori
pertama yaitu yang berkaitan langsung dengan pencapaian kemampuan
kognitif, misalnya minat terhadap mata pelajaran tertentu dilakukan
melalui observasi atau kuesioner. Untuk dapat menilai minat terhaap
mata pelajaran tertentu diperlukan indikator. Indikator siswa yang
dapat berminat pada mata pelajaran sejarah bisa berupa kehadiran
dikelas, kelengkapan dan kerapian catatan serta bukti catatan yang
dibaca siswa dan aktivitas Tanya jawab dikelas.
Kuesioner yang digunakan untuk menilai aspek afektif sebaikanya
dalam bentuk kasus, yaitu kasus yang sering terdapat atau terjadi
didalam masyarakat. Hasil penilaian aspek afektif yang berkaitan
dengan kemampuan kognitif digunakan guru untuk meningkatkan
kemampuan afektif siswa. Guru harus selalu berusaha meningkatkan
minat siswa terhadap pelajaran. Peningkatan minat siswa akan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi informasi hasil penilaian
afektif siswa ini digunakan guru untuk memperbaiki strategi
pembelajaran agar minat siswa terhadap mata pelajaran meningkat.
62
Untuk aspek kategori kedua, yang biasanya disebut dengan
kepribadian seperti kelakuan, kebersihan, kerajinan, penilaian
dilakukan melalui pengamatan. Dalam hal ini, kelakuan dapat berupa
sopan santun dalam berbicara dan bertindak, menghormati teman
sebayanya dan dapat mengamati kelakuan, kebersihan, kerajinan kerja
sama siswa dalam kehidupan sehari-hari utamanya disekolahan.
Biasanya kepribadian ini tidak dinyatakan dalam angka tetapi dalam
bentuk huruf atau kata-kata. Misalnya penilaian untuk kelakuan
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Penilaian Untuk Kelakuan Siswa
Penilaian Nilai Huruf Keterangan
Amat Baik A Jujur, Hormat pada guru,
disiplin suka membantu teman
Baik B Jujur, Hormat pada guru,
disiplin suka membantu teman
Cukup C Jujur, Hormat pada guru,suka
membantu teman
Kurang K Suka membantu teman
Bagi siswa yang mendapat siswa nilai cukup atau kurang harus
dipanggil untuk mendapatkan pembinaan. Selanjutnya, hasil belajar
siswa ini dilaporkan pada orang tua siswa, kepala sekolah, pemerintah
63
dan masyarakat. Laporan dilakukan setiap akhir semester dan
ditampilkan dalam bentuk rapor.
Hasil belajar yang dilaporkan dalm bentuk rapor itu sudah
merupakan gabungan antara hasil penilaian kelas atau penilaian
formatif dan penilaian blok atau penilaian sumatif. Penilaian kelas
adalah penilaian yang terpadu dengan pembelajaran atau penilaian
harian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis tagihan
misalnya : kuis, tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dan portofolio, sementara itu
penilaian blok adalah penilaian yang dilakukan setelah siswa
mempelajari 1 sampai 3 kompetensi dasar.
Bobot setiap jenis penilaian harian seperti kuis, pekerjaan rumah,
tugas, dan portofolio ditentukan oleh guru. Sedangkan bobot antara
penilaian kelas dan penilaian blok ditentukan oleh sekolah atau dapat
digunakan contoh sebagai berikut ini.
Nilai akhir = 0,25 Sh + 0,75 Sb
Keterangan :
Sh : Skor harian / penilaian kelas seperti kuis, PR, dan tugas. Sb : Skor ulangan harian blok.
Sekali lagi, pembobotan yang ditampilkan di atas hanya contoh.
Jadi pembobotan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi
sekolah. Hal yang harus diingat adalah bobot penilaian blok sebaiknya
lebih besar dari bobot penilaian kelas. Selain ke 9 mata pelajaran yang
64
tertuang dalam kelompok muatan lokal juga perlu dinilai. Cara menilai
mata pelajaran dalam kelompok muatan lokal sama dengan cara
menilai ke 9 mata pelajaran yang tertuang dalam struktur kurikulum.
Selanjutnya, dalam kolom keterangan perlu diisi dengan uraian singkat
tentang kompetensi / keterampilan yang telah dicapai, yang memuat
predikat prestasi dan deskripsi tentang ketercapaian kompetensi /
keterampilan tersebut. Demikian pula halnya dengan kegiatan
ekstrakurikuler, juga harus ada skor atau nilai dan keterangan.
Dengan menyimak uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
profil hasil belajar siswa ini harus lengkap. Harus dijelaskan atau
dituliskan hasil belajar siswa yang terkait dengan ke 9 mata pelajaran
utama, mata pelajaran dalam kelompok muatan lokal. Kegiatan
ekstrakurikuler, kepribadian dan ketidakhadiran. Dalam keseharian,
profil hasil belajar siswa ini dipresentasikan dalam bentuk rapor.
e. Profil Kemampuan Siswa
Ada dua macam profil kemampuan siswa, yaitu profil kemampuan
siswa dilihat dari setiap mata pelajaran dan profil kemampuan siswa
dilihat dari seluruh mata pelajaran. Secara garis besar profil
kemampuan siswa bila dilihat dari setiap mata pelajaran dapat dilihat
pada tabel 1.2.
65
Tabel 1.2 Profil Kemampuan Siswa
Kelas/ semester : Sekolah : Mata Pelajaran :
No Nama Siswa Keterangan
�� �� ��
�� �� ��
�� �� ��
�� �� ��
�� �� ��
• Diisi Kompetensi Dasar yang mencakup aspek kognitif ,
psikomotor, atau praktik. Dan afektif yang sudah dan belum
dikuasai
Grobogan……..
Guru Mata Pelajaran
(………………
Tabel 1.2 dapat diketahui profil kemampuan siswa, kompetensi
dasar yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa.
Selanjutnya informasi ini dapat diberikan kepada wali kelas agar
digunakan untuk berbagai tujuan pembinaan bagi siswa. Selanjutnya
untuk melihat profil siswa tertentu pada semua mata pelajaran dapat
digunakan tabel 1.3.
66
Tabel 1.3 Profil Siswa Dalam Semua Mata Pelajaran Untuk
Guru dan Orang Tua
No. Mata Pelajaran Nilai Nilai Rata-rata
Kelas Angka Huruf Angka Huruf
1 Pendidikan Agama
2 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 Matematika
5 Ilmu Pengetahuan Alam
6 Ilmu Pengetahuan Sosial
7 Kerajinan Tangan dan Kesenian
8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
9 Bahasa Inggris 10 Muatan Lokal
a. b. c.
Jumlah Peringkat Ke…………. (……) dari……siswa
No. Ekstrakurikuler Nilai Kepribadian Nilai Ketidakhadiran Kelakuan Izin …….Hari Kerajinan Sakit …….Hari
Kerapian Tanpa Keterangan …….Hari
Catatan Wali Kelas :
Diberikan di : Tanggal :
Wali Kelas
…………….
Tabel 1.3 ini berupa rapor, ini dapat menginformasikan mata pelajaran
apa yang sudah dan yang belum lulus. Wali kelas akan lebih mudah
67
melakukan pembinaan ataupun pengarahan pada siswa, namun untuk
memperoleh informasi lebih rinci, guru wali kelas perlu berkomunikasi
dengan guru mata pelajaran tertentu sehingga guru mata pelajaran dan
guru wali kelas dapat bersinergi membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam mata pelajaran tertentu. Untuk melihat profil
kemampuan siswa yang dibimbing dalam semua mata pelajaran maka
guru wali kelas harus membuat profil kemampuan siswa secara
bersama-sama seperti tampak pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Profil Kemampuan Siswa di Kelas Tertentu Untuk
Kepala Sekolah
Kelas/Semester : Jumlah Siswa : Tahun Pelajaran :
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Persentase Siswa
yang lulus Ket
1 Pendidikan Agama
2 Bahasa & Sastra Indonesia
3 Matematika 4 Sains
5 Pendidikan Kewarganegaraan dan pengetahuan social
6 Bahasa Inggris 7 Pendidikan jasmani 8 Kesenian 9 Keterampilan TIK
10
Muatan Lokal a. b. c.
Jumlah Sekolah :
Wali Kelas (………………..)
68
Tabel ini menunjukkan bahwa guru wali kelas akan dengan mudah
mengetahui mata pelajaran mana yang sebagian besar siswanya tidak
lulus. Berdasarkan data ini selanjutnya guru wali kelas memberi
masukan dan bersinergi dengan guru mata pelajaran lain untuk
melakukan perbaikan pada beberapa hal dan pembinaan pada siswa.
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa Pejabat Dinas Pendidikan dan
masyarakat dapat mngetahui profil siswa pada tingkatan kelas tertentu
pada suatu sekolah. Misalnya, berapa persen siswa kelas III yang lulus
dan belum lulus pada mata pelajaran tertentu. Selanjutnya, berdasarkan
informasi ini Dinas dapat melakukan tindakan pembinaan secara tepat.
Tabel 1.5 Profil Kemampuan Siswa Pada Tingkat Kelas Tertentu Untuk Dinas
Kelas/Semester : Jumlah Siswa : Jumlah Kelas : Tahun Pelajaran :
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Persentase Siswa yang lulus Ket
1 Pendidikan Agama 2 Bahasa & Sastra Indonesia 3 Matematika 4 Sains
5 Pendidikan Kewarganegaraan dan pengetahuan social
6 Bahasa Inggris 7 Pendidikan jasmani 8 Kesenian 9 Keterampilan TIK
10
Muatan Lokal a. b. c.
Jumlah Kepala Sekolah Wali Kelas
(………………….) (………………..) NIP…………….. NIP……………..
69
f. Kriteria Kenaikan Kelas
a. Kenaikan kelas dipertimbangkan berdasarkan nilai rapor semester
II.
b. Kriteria kenaikan kelas :
1. Nilai rata-rata untuk 70% dari semua mata pelajaran termasuk
muatan lokal sekurang-kurangnya 75,0 ( tujuh puluh lima koma
nol ).
2. Hanya boleh ada dua nilai 60,0 ( enam puluh koma nol )
sampai dengan 74 ( tujuh puluh empat ), dan tidak boleh ada
nilai kurang dari 60.
g. Pelaksanaan Program Penilaian
Semua rencana kegiatan penilaian belum tentu dilaksanakan
sepenuhnya. Pelaksanaan pedoman ini dilapangan tentu
memperhatikan karakteristik dan kemampuan sekolah. Namun semua
prinsip utama penilaian tentu diharapkan dapat dilaksanakan. Prinsip
utama yang perlu dilakukan adalah ada batas kelulusan. Ada program
remidi, pengayaan, dan program percepatan.
Metode penilaian yang perlu dilakukan adalah penggunaan
beberapa metode dalam melakukan penilaian. Misalnya ada tugas
rumah, tugas kelompok, tugas individu, kuis, ulangan harian, dan
ulangan blok. Untuk tugas portofolio sifatnya optional atau pilihan,
yaitu diterapkan untuk mata pelajaran tertentu. Beban tugas rumah
juga harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai
70
serta kemampuan guru dalam memberi umpan balik yang berupa
memeriksa tugas siswa dan mengembalikannya tepat waktu. Hal ini
penting agar terjadi proses pembelajaran.
Implementasi semua rancangan manajemen penilaian harus dicatat
dan didokumentasikan. Teruama dalam menentukan batas standar
kelulusan, bentuk-bentuk tugas, dan ulangan harian, dan ulangan blok.
Termasuk kegiatan penilaian untuk kegiatan siswa diluar kelas atau di
luar sekolah dan penilaian penampilan siswa dalam kegiatan simulasi.
Semua kegiatan pelaksanaan penilaian dicatat dan
didokumentasikan untuk dibahas dalam rangka penyempurnaan
kegiatan pada masa mendatang. Penyempurnaan kegiatan yang terus-
menerus merupakan kontribusi dalam melakukan peningkatan kualitas
yang berkelanjutan.
h. Pengendalian Kegiatan
Agar semua rencana dapat terlaksana sesuai kondisi sekolah,
diperlukan pengendalian kegiatan. Pengendalian kegiatan bertujuan
untuk memperbaiki rencana dan mendorong para pengelola dalam
melaksanakan kegiatan agar mengarah pada pencapaian tujuan
peningkatan kualitas sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus
membentuk tim yang bertugas mengendalikan kegiatan. Tugas ini
adalah memberi bantuan dan bimbingan kepada para pelaksana yang
meliputi guru, siswa, staf pendukung dalam melaksanakan rencana
penilaian.Tim pengendali juga bertugas untuk memotivasi para
71
pelaksana program terutama guru dan siswa dalam melaksanakan
program pembelajaran dan penilaian terhadap tingkat pencapaian
standar kompetensi mata pelajaran untuk masing-masing siswa.
Hal yang penting pada implementasi kurikulum berbasis
kompetensi adalah pada rencana dan pelaksanaan program
pembelajaran dan program penilaian. Untuk itu perlu dilakukan
kunjungan ke kelas-kelas, perpustakaan, ruang laboraturium, dan
tempat belajar lainnya. Tujuannya adalah agar dicapai hasil kegiatan
yang optimal. Oleh karena itu tim pengendali yang di koordinir oleh
kepala sekolah harus melakukan pertemuan secara rutin dengan guru,
komite sekolah, orang tua, dan siswa untuk menampung saran-saran.
Jadi tim pengendali harus membuat rencana pengendalian yang
meliputi jadwal kunjungan ke kelas-kelas, tempat belajar siswa, ruang
kerja guru, serta jadwal pertemuan dengan guru, komite sekolah, siswa
dan orang tua. Hasil pertemuan ini harus dicatat sebagai umpan balik
untuk penyempurnaan program.
i. Kelulusan
Dalam kurikulum berbasis kompetensi acuan penilaian yang
digunakan adalah kriteria. Dengan demikian hasil belajar hanya
dikategorikan menjadi dua, yaitu lulus dan tidak lulus. Oleh karena
kriteria kelulusan akhir jenjang suatu sekolah itu berkembang
disesuaikan dengan zaman. Maka kriteria kelulusan akhir jenjang tidak
dituliskan di buku pedoman ini, namun kriteria kelulusan akhir jenjang
72
akan ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal ini penting dalam rangka
membantu standar mutu atau baku mutu.
C. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Sebagai
Bentuk Penyempurnaan KBK di SMP N I Kedungjati
Pelaksanaan KTSP di SMP N I Kedungjati dilakukan sesuai
kebijakan Mendiknas yang didesiminasi dan di sosialisasikan kepada guru-
guru di SMP N I Kedungjati terutama guru mata pelajaran, selain itu untuk
merealisasikan KTSP ke guru-guru juga dilakukan workshop-workshop
dari guru pemandu baik dari kabupaten atau lokal maupun nasional.
Sistem pembelajaran yang terdapat di KTSP kebanyakan sama dengan
KBK sehingga KTSP ini disebut sebagai kurikulum penyempurnaan KBK.
Dalam pelaksanaan pembelajaran baik silabus maupun RPP dibuat
disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah artinya dalam
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi baik materiil maupun moril
sekolah. Tujuan sekolah melaksanakan KTSP adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa yaitu dengan cara peningkatan KKM dalam setahun
sekali. Selain itu sekolah juga berharap dalam pelaksanaan KTSP
mempunyai mutu yang unggul didalam kecamatan atau subrayon maupun
kabupaten. Didalam KTSP di SMP N I Kedungjati juga terdapat pemetaan
silabus atau materi pembelajaran artinya adalah terdapat tingkat kesulitan
sendiri-sendiri dalam pemilihan materi pembelajaran sehingga hal tersebut
menyulitkan guru untuk memberikan materi. Selain itu guru juga harus
73
membuat resume dalam proses pembelajaran hal tersebut digunakan untuk
mengevaluasi kembali proses pembelajaran. Di dalam KTSP mata
pelajaran IPS juga terdapat pendidikan karakter artinya pembelajaran IPS
diharapkan juga mampu membentuk karakter peserta didik sehingga
hasilnya atau outputnya dapat berguna bagi masyarakat nantinya.
D. Kendala Pelaksanaan KBK dan KTSP di SMP N I Kedungjati
Dalam pelaksanaan KBK dan KTSP di Kelas VIII Mata Pelajaran IPS
SMP N I Kedungjati terdapat beberapa kendala, kendala tersebut membuat
proses pembelajaran yang mengacu pada pedoman yang ada kurang terlaksana
dengan maksimal. Kendala tersebut antara lain adalah :
1. Materi yang digunakan dalam pembelajaran kebanyakan masih
menggunakan materi atau kurikulum tahun 1999 artinya bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran memang kelas VIII SMP N I Kedungjati
mengacu pada pedoman KBK yang ada namun dalam pelaksanaannya
materi yang digunakan masih menggunakan materi atau kutikulum 1999
sebab pada waktu itu kurikulum KBK belum terealisasi secara maksimal.
2. Adanya pembentukan kelas unggulan, pembentukan kelas unggulan ini
sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan KBK di SMP N I
Kedungjati sebab hal tersebut menyulitkan para guru untuk memberikan
materi-materi yang ada dan sesuai dengan kelas tersebut, para guru harus
membuat materi pembelajaran sesuai dengan kelas yang telah ditentukan
dan hal tersebut membuat para guru kesulitan dalam menyampaikan
materi yang ada.
74
3. Kondisi dan Infrastruktur sekolah, kondisi dan infrastruktur di SMP N I
Kedungjati pada kurikulum KBK sangatlah minim banyak infrastruktur
yang belum memenuhi standar pedoman KBK yang ada, sehingga proses
pembelajaran tidak berjalan secara efektif dan maksimal, kondisi sekolah
yang kurang nyamanpun menjadi kendala.
4. Terbatasnya waktu yang ada dalam proses pembelajaran, artinya dalam
proses belajar mengajar banyak materi yang belum tersampaikan hal
tersebut adalah salah satu akibat dari terbatasnya waktu dalam proses
belajar mengajar sehingga kebanyakan materi belum tersalurkan secara
efektif kepada siswa.
5. Penggabungan nilai akhir siswa artinya bahwa salah satu kendala dalam
pelaksanaan KBK ini adalah penggabungan nilai akhir siswa, misalnya
dalam mata pelajaran IPS kelas VIII mata pelajaran tersebut pada
kurikulum KBK dan KTSP dalam rapor hasil akhirnya masih mengacu
pada IPS terpadu namun dalam proses pembelajaran IPS menjadi terpisah
misalnya sejarah, ekonomi, geografi mata pelajaran tersebut dalam
pembelajaran itu terpisah namun dalam hasil akhirnya nilainya harus
menjadi satu, dan salah satu kendala bagi guru adalah menggabungkan
nilai-nilai dari masing-masing mata pelajaran tersebut dan hal tersebut
membuat kesulitan bagi para guru. Selain itu didalam kurikulum KTSP
terdapat KKM yang mana dalam setiap satu tahun sekali terjadi
peningkatan, hal tersebut juga menjadi kendala bagi siswa dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
75
6. Belum adanya KKM, dalam pedoman KBK yang digunakan oleh SMP N I
Kedungjati terdapat batas minimum atau kriteria ketuntasan dalam setiap
mata pelajaran namun dalam pelaksanaannya SMP N I Kedungjati belum
menggunakan hal tersebut karena adanya kemampuan siswa yang berbeda-
beda sehingga membuat sekolah belum melaksanakan pedoman tersebut
namun sekolah memberikan batas ketuntasan sendiri tentang KKM namun
diluar pedoman KBK yang ada. Namun untuk KTSP sudah terdapat KKM
tetapi KKM tersebut banyak yang kurang terpenuhi disebabkan karena
kualitas peserta didik yang kurang sehingga mereka kesulitan untuk
melampaui KKM tersebut.
7. Penyampaian materi kurang maksimal akibat dari banyaknya materi yang
ada sehingga siswa kesulitan dalm menangkap pelajaran tersebut.
8. Kurangnya materi tambahan, kurangnya materi tambahan membuat para
siswa kurang pengetahuan atau pemahaman dalam pembelajaran sehingga
membuat mereka atau pengetahuan mereka tidak bertambah hanya
berhenti pada materi yang ada saja.
9. Guru hanya sebagai nara sumber, dalam KBK maupun KTSP ini terutama
kelas VIII guru sebagai nara sumber tidak ada sumber lain yang
memberikan tambahan materi sehingga siswa, khususnya siswa kelas VIII
tidak mendapat tambahan materi dari sumber-sumber lainnya akibatnya
proses pembelajaran menjadi kurang efektif.
Kendala-kendala tersebutlah yang menjadikan SMP N I Kedungjati
Khususnya kelas VIII mata pelajaran IPS belum mengacu pada pedoman
76
KBK yang telah menjadi pedoman sekolah SMP ini sehingga pelaksanaan
Kurikulum KBK belum terlaksana secara maksimal dan berjalan dengan
baik di SMP N I Kedungjati ini khususnya kelas VIII mata pelajaran IPS.
E. Cara Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan KBK dan KTSP di
SMP N I Kedungjati Kelas VIII Mata Pelajaran IPS
1. Pembentukan MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) misalnya
dalam mata pelajaran sejarah. Pembentukan organisasi ini dapat
meringankan beban guru dalam memilih, dan memberikan materi yang
ada kepada siswa, organisasi ini juga berguna untuk saling memberi
saran kepada semua guru mata pelajaran yang terkait tentang
bagaimana cara mengatasi hal-hal yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan KBK terutama pembelajaran yang sesuai dengan bidang
studinya.
2. Pembentukan MGMP mini, organisasi ini dapat berguna untuk tempat
musyawarah. Organisasi ini di bentuk oleh guru mata pelajaran IPS
disekolah tersebut sebab pada saat KBK IPS masih berbadan sendiri
belum terpadu namun akhirnya dala hasil akhir dari proses
pembelajaran mata pelajaran IPS nilainya menjadi terpadu atau
menjadi satu, dan organisasi sangatlah berguna bagi guru mata
pelajaran terkait untuk menyatukan nilai- nilai siswa untuk dijadikan
menjadi satu nilai terakhir yang akan ditulis dalam hasil akhir atau
rapor siswa.
77
3. Pengumpulan materi dan pemilahan materi sesuai kelas, hal ini
dilakukan sebab di SMP N I Kedungjati kelas VIII terdapat kelas
unggulan sehingga materi yang disampaikan berbeda-beda sesuai kelas
dan hal inilah yang perlu dilakukan guru agar materi yang disampaikan
dapat terlaksana atau tersampaikan pada siswa dengan baik sesuai
kemampuannya.
4. Dalam kurikulum KTSP yang dilaksanakan di SMP Sekarang guru
melakukan atau membuat resume dalam proses belajar mengajar hal
tersebut berguna untuk mengevaluasi proses pembelajaran agar guru
bisa mengetahui dimanakah letak kemampuan atau ketidakmampuan
siswa dalam menerima materi pembelajaran sehingga mereka atau
peserta didik dapat melampaui KKM.