bab iv hasil penelitian a. latar belakang timbulnya...

56
30 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Lingkungan hidup pada masa Ki Hadjar Dewantara kecil sangat besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka terhadap kesenian dan nilai-nilai kultural maupun religius (Ki Suratman, 1989 : 132). Pendidikan yang diperolehnya di lingkungan keluarga sudah mengarah dan terarah ke penghayatan nilai-nilai kultural yang sesuai dengan lingkungannya. Pendidikan keluarga tersebut tersalur melalui pendidikan kesenian (cerita wayang kulit, sastra, gending, seni suara), pendidikan adat (sopan santun, tata krama, kehidupan keraton) dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), yang kemudian berpengaruh kepada sifat kepribadiannya. Dr. Wahidin Sudirohusodo kepada para pelajar STOVIA (sekolah dokter Jawa) telah menganjurkan agar para pelajar tersebut mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan ini disambut baik oleh para pelajar STOVIA. Pada 20 Mei 1908, Sutomo beserta kawan-kawannya seperti Cipto Mangunkusumo dan Gunawan mendirikan sebuah organisasi kebangkitan nasional, yakni Budi Utomo (BU). Waktu itu Ki Hadjar Dewantara juga menjadi pelajar di STOVIA, beliau bersekolah disana selama tahun 1905-1910, namun tidak sempat tamat karena sakit. Ki Hadjar aktif dalam bagian seksi propaganda BU untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai

Upload: dinhanh

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Timbulnya Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Lingkungan hidup pada masa Ki Hadjar Dewantara kecil sangat

besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka terhadap kesenian dan

nilai-nilai kultural maupun religius (Ki Suratman, 1989 : 132). Pendidikan yang

diperolehnya di lingkungan keluarga sudah mengarah dan terarah ke

penghayatan nilai-nilai kultural yang sesuai dengan lingkungannya. Pendidikan

keluarga tersebut tersalur melalui pendidikan kesenian (cerita wayang kulit,

sastra, gending, seni suara), pendidikan adat (sopan santun, tata krama,

kehidupan keraton) dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam),

yang kemudian berpengaruh kepada sifat kepribadiannya.

Dr. Wahidin Sudirohusodo kepada para pelajar STOVIA (sekolah

dokter Jawa) telah menganjurkan agar para pelajar tersebut mendirikan

organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat

bangsa. Gagasan ini disambut baik oleh para pelajar STOVIA. Pada 20 Mei

1908, Sutomo beserta kawan-kawannya seperti Cipto Mangunkusumo dan

Gunawan mendirikan sebuah organisasi kebangkitan nasional, yakni Budi

Utomo (BU). Waktu itu Ki Hadjar Dewantara juga menjadi pelajar di STOVIA,

beliau bersekolah disana selama tahun 1905-1910, namun tidak sempat tamat

karena sakit. Ki Hadjar aktif dalam bagian seksi propaganda BU untuk

mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

31

pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Sepak

terjangnya kemudian makin nampak lagi dalam organisasi Indische Partij, Tiga

Serangkai dan Komisi Bumiputera yang waktu itu lebih banyak berhaluan

politik. Selain berorganisasi, Ki Hadjar juga aktif sebagai wartawan dan

penulis. Tulisan-tulisannya yang berisi kritikan serta ejekan terhadap penguasa

kolonial Belanda masa itu menghasilkan beberapa resiko, diantaranya hukuman

penahanan penjara dan pembuangan atau pengasingan oleh pemerintah kolonial

Belanda.

Pembuangan Ki Hadjar Dewantara ke Belanda menjadi titik baru

perjuangan Ki Hadjar. Kepergiannya tersebut merupakan kesempatan untuk

memperluas pengetahuan, pandangan hidup, bakat dan jiwanya dengan dasar-

dasar yang lebih luas terutama dibidang pendidikan dan kebudayaan. Ki Hadjar

berkesempatan untuk memperkaya ilmu dan pengalamannya tentang

pendidikan, untuk selanjutnya bisa merumuskan sistem pendidikan yang paling

tepat bagi pemuda Indonesia. Hal ini terutama setelah ia yakin bahwa

kolonialisme tidak mungkin hanya dilawan melalui kegiatan bidang politik saja,

melainkan melalui segala bidang kehidupan termasuk juga perlawanan melalui

bidang pendidikan dan kebudayaan.

Selama perjuangan di Belanda, isteri Ki Hadjar, Nyi Hadjar

(Sutartinah Sasraningrat) mempunyai arti penting tersendiri. Nyi Hadjar

merupakan pemberi semangat Ki Hadjar Dewantara yang utama dalam masa

pengasingan yang berat, termasuk pemberi saran dan masukan untuk

mengusahakan pendidikan bagi tanah air Indonesia. Mereka berdua aktif

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

32

belajar, menimba teknik dan aspek-aspek material barat dengan jiwa dan moral

Indonesia. Nyi Hadjar sempat belajar memperdalam ilmu pengetahuan hingga

meraih ijazah Guru Frobel, sedangkan Ki Hadjar Dewantara berhasil meraih

Akte Guru Eropa.

Ki Hadjar berhasil menemukan perbedaan asasi dalam

membandingkan kondisi pendidikan di negeri Belanda dan Indonesia. Di negeri

Belanda diterapkan pendidikan nasional, sedangkan di Indonesia masih

diberikan pendidikan kolonial. Pendidikan nasional bagi pelajar atau pemuda di

Belanda hasilnya dinilainya sangat positif, sedang pendidikan kolonial yang

diterima pemuda Indonesia ternyata tidak memungkinkan berkembangnya

pribadi pemuda Indonesia yang berjiwa kebangsaan. Kesimpulannya ialah

bahwa kepada pemuda di Indonesia, seharusnya juga diberikan pula pendidikan

nasional, yakni pendidikan nasional Indonesia.

Pada bulan September 1919, Ki Hadjar kembali ke Indonesia.

Sekembalinya Ki Hadjar Dewantara ke tanah air tersebut, keadaan masyarakat

belum banyak berubah akibat penjajahan kolonial. Pada waktu itu masih jarang

sekali rakyat Indonesia yang sadar dan bisa menuntut ilmu, karena pemerintah

kolonial Belanda sangat membatasi kemauan rakyat Indonesia untuk menuntut

pendidikan dan pengajaran. Hanya sedikit sekali yang dapat menuntut ilmu,

yakni anak kaum ningrat dan orang kaya. Anak-anak dari golongan rakyat biasa

atau lapisan bawah tidak mampu membiayai sekolah putra-putrinya. Tiada arah

pendidikan yang mendewasakan rakyat, adanya hanya “manut” dan sangat

menonjol adanya pengajaran waktu itu hanya untuk mencukupi kepentingan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

33

penjajah (Ki Sarino Mangun Pranoto dalam buku 60 Tahun Taman Siswa, 1982

: 75).

Pada tahun 1921, Ki Hadjar Dewantara bergabung dengan kelompok

diskusi kebudayaan, Sarasehan Selasa Kliwonan, yang rupanya menjadi

dorongan akhir pada keberhasilan keputusannya untuk mendirikan suatu sistem

sekolah nasional. Selama diskusi-diskusi dalam kelompok itu, ia merencanakan

suatu pendidikan yang asli Bumiputera, yang akan menanam nilai-nilai

kemerdekaan dan nasionalisme pada kaum muda sebagai dasar perjuangan

politik untuk kemerdekaan.

Bagi Ki Hadjar, bangsa Indonesia harus segera mempersiapkan

suatu konsep pendidikan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia supaya bangsa

kita lebih tahu akan nasibnya sendiri dan mudah bersatu untuk menuju kearah

tercapainya kemerdekaan. Sesuai dengan dasar dan maksudnya, maka

pendidikan dan pengajaran harus berlandaskan semangat jiwa nasional, jiwa

merdeka dan kerakyatan demi berhasilnya cita-cita negara. Sehingga pemikiran

pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang bercorak nasional pada awalnya muncul

dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial menjadi sistem pendidikan

nasional yang berdasarkan pada kebudayaan sendiri.

Akhirnya pada tahun 1922, Ki Hadjar mendirikan sekolah Taman Siswa

yang pertama di Yogyakarta. Sekolah ini dalam perkembangannya menjadi

contoh hasil yang jelas dari usaha-usaha pendidikan yang dengan teliti

dikembangkan dan dirancang oleh Ki Hadjar Dewantara untuk memecahkan

persoalan-persoalan yang timbul akibat benturan dan ketimpangan antara

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

34

pendidikan barat dan timur. Tanpa membelakangi pendidikan barat, sekolah

Taman Siswa berusaha membulatkan konsep pendidikan Indonesia yang akar-

akarnya berasal dari kebudayaan sendiri sebagai kepribadian nasional.

Perguruan Taman Siswa lahir untuk mendobrak sistem pendidikan saat

itu yang tidak cocok dengan kebutuhan perjuangan bangsa Indonesia melalui

dunia pendidikan. Taman Siswa didirikan untuk merombak sistem kolonial bagi

rakyat Indonesia yang intelektualistis, individualistis dan materialistis menjadi

sistem pendidikan nasional yang memberikan pendidikan kecakapan dan

keterampilan (keprigelan), yang membina sikap-sikap untuk mengatasi masalah

hidup (Manshuri dalam buku Pendidikan dan Pembangunan 50 Tahun Taman

Siswa, 1976 : 45).

B. Pendidikan dalam Perspektif Ki Hadjar Dewantara

a. Dasar Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu usaha untuk memberikan segala nilai-

nilai kebatinan, juga ada pada hidup rakyat yang berkebudayaan, kepada tiap-

tiap turunan baru, tidak hanya berupa pemeliharaan, akan tetapi juga dengan

maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju keluhuran

hidup manusia (ceramah Ki Hadjar Dewantara dalam Rapat Besar Umum

Taman Siswa, Pusara 1952 : 159). Pendidikan pada umumnya berarti daya

upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intellect), dan tubuh anak (Ki Hadjar Dewantara, Pusara Jilid XIII No 3

Edisi Januari 1951 : 41). Maksudnya supaya usaha pendidikan itu dapat

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

35

memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak

yang kita didik dapat selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Pendidikan ialah sebagai laku-kodrat (instinct) dalam hidup manusia

yang beradab serta bersifat kebudayaan (ceramah Ki Hadjar Dewantara dalam

Rapat Besar Umum Taman Siswa, Pusara 1952 : 159). Kebudayaan adalah

perwujudan budi (Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara, 1952 : 170). Manusia

dengan sadar akan senantiasa mengembangkan, mengarahkan, mengatur segala

daya dan kekuatannya guna menyempurnakan kebudayaan yang sudah ada

maupun menciptakan kebudayaan baru yang bermanfaat dan selaras bagi

perkembangan kehidupan seluruh jiwa dan badannya.

Pendidikan yang bersifat kebudayaan dimaksudkan untuk memberi

tuntunan didalam hidup terhadap berkembangnya tubuh dan jiwa kanak-kanak

agar kelak dalam pribadinya, anak-anak tersebut dapat memperoleh kemajuan

lahir dan batin. Kemajuan lahir dan batin anak harus menuju kearah adab dan

kemanusiaan, sehingga mereka dapat menjaga diri mereka dari pengaruh-

pengaruh negatif dari apapun yang disekelilingnya.

Adab dan kemanusiaan berarti adanya keluhuran serta kehalusan

dalam kecerdasan budi manusia baik bagi dirinya maupun orang-orang lain

yang berada dalam satu lingkungan yang sama dan menimbulkan kebudayaan

bersama. Dalam usaha pendidikan yang berdasarkan kebudayaan itulah akan

termasuk pula dengan sendirinya usaha-usaha untuk mempertinggi taraf hidup

kemasyarakatan dimana alam kebangsaan ikut berhubungan. Didalam hubungan

kemanusiaan dan kebangsaannya, tiap-tiap manusia berhak dan wajib bersama-

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

36

sama dengan manusia lain menyelenggarakan kehidupan bersama berdasarkan

saling hormat-menghormati, sehingga dengan demikian akan terwujud

masyarakat yang hidup didalam alam kekeluargaan.

Tujuan pendidikan kebangsaan adalah untuk menghilangkan ras

diskriminasi didalam tatanan sosial kehidupan masyarakat. Sehingga dalam

segala bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi kesempatan

dalam memperoleh pendidikan, tidak boleh ada pembedaan dan pemisahan

kedudukan, pangkat, warna kulit, golongan darah maupun keturunan.

Pendidikan kebangsaan mendidik anak untuk berwatak kuat,

berpandangan luas (senang mencari ilmu pengetahuan sendiri), kemauan belajar

yang tinggi, suka bekerja atas dasar gotong royong demi kesejahteraan bersama.

Anak dididik untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, jujur,

dan cinta tanah air. Pikiran anak yang seperti itu dapat dikembangkan melalui

berbagai jenis pelajaran, diantaranya pelajaran agama, kesenian (contohnya:

permainan, tarian dan nyanyian tradisional), pelajaran kesusilaan, olahraga,

keterampilan, serta kegiatan-kegiatan lain yang harus melihat kemampuan dan

bakat masing-masing anak. Inilah pendidikan yang pada akhirnya akan bersifat

kemerdekaan.

Kemerdekaan adalah suasana atau alam dimana segala kehidupan

ada didalam keadaan yang selaras, sehingga manusia tidak merasa adanya

pembatasan-pembatasan dan paksaan lahir dan batin yang berupa rasa angkuh,

serakah, kebencian, rendah diri, takut, dan lain-lain. (Ki Hadjar Dewantara

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

37

dalam Pusara 1952 : 170). Suasana seperti ini bagi Ki Hadjar adalah syarat

mutlak guna tumbuh dan berkembangnya kepribadian yang sekuat-kuatnya.

Didalam suasana alam merdeka, potensi serta kepribadian anak

dapat tumbuh dan berkembang dengan bebas namun tetap selaras dengan

keadaan-keadaan kekuatan alam lain yang hidup disekelilingnya baik dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika sikap pendidik terlalu keras dan

memaksa, maka jiwa anak bisa tertekan sehingga pertumbuhan potensinnya

akan mengalami hambatan. Pendidikan juga harus ditujukan kepada kecakapan

panca indra, tajamnya pikiran, jernihnya perasaan, tetap dan kuatnya kemauan

serta budi pekerti yang matang. Itulah tiang-tiang kemerdekaan hidup. Sari

pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan selanjutnya juga terangkum

dalam poin-poin penting berikut:

1. Segala syarat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan

kodratnya suatu keadaan.

2. Kodratnya keadaan tadi telah ada dan tersimpan dalam adat-istiadat

masing-masing rakyat dan daerah. Karena bergolong-golong dan

beraneka ragam maka kodrat keadaan tersebut merupakan kesatuan

dengan sifat perikehidupan sendiri-sendiri. Sifat-sifat itu muncul dari

campurnya semua daya upaya untuk mendapat hidup tertib dan

damai.

3. Adat istiadat sebagai sifat daya dan upaya akan kehidupan yang

tertib dan damai itu tak lepas dari pengaruh “jaman” dan “alam”.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

38

Oleh karena suatu adat istiadat bisa saja berubah bentuk isi dan

iramanya.

4. Kita perlu mengetahui dan mempelajari keadaan jaman yang telah

sampai perkembangannya di jaman sekarang. Hal ini bertujuan

untuk agar supaya kita bisa belajar dan tak mengulangi kesalahan di

masa lalu pada masa yang akan datang.

5. Pengaruh baru adalah ketika terjadi kontak budaya antar bangsa.

Kita harus selalu waspada dan teliti dalam memilih mana yang baik

untuk menambah kemuliaan hidup yang masih selaras dengan corak

budaya bangsa kita.

Ki Hadjar Dewantara dalam mempertimbangkan dasar pendidikan

yang tepat bagi bangsa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan diatas

didasarkan atas beberapa faktor penting, yakni:

1. Setiap anak memiliki kekuatan kodrat yang dalam perkembangannya

perlu mendapat tuntunan-tuntunan melalui pendidikan. Anak akan

mendapat kecerdasan yang lebih luas sekaligus terlepas dari segala

macam pengaruh yang tidak baik. Pendidikan juga akan menuntun

mereka sebagai manusia sekaligus anggota masyarakat yang dapat

memperbaiki sifat dan perilakunya yang belum tepat untuk mencapai

kebahagiaan dan keselamatan hidup.

2. Pertumbuhan seorang anak berlangsung secara evolusioner,

sehingga akan menimbulkan tahapan dan kondisi yang berbeda-

beda. Dalam setiap tingkatan perkembangan kodratnya tersebut,

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

39

misalnya dari segi usia, keadaan fisik dan psikis, perlu diikuti

dengan tuntunan-tuntunan hidup. Sudah seharusnya masing-masing

anak mendapat perhatian dan pendekatan yang tepat dan sesuai

dengan perkembangan kodrat yang sedang dialaminya. Anak-anak

yang memiliki perkembangan kodrat yang tidak normal (cacat fisik,

keterbelakangan mental, dan sebagainya) tentunya harus mendapat

perhatian dan tuntunan dengan cara yang khusus.

3. Setiap anak mempunyai sifat dan kepribadian yang berbeda-beda.

Maka seorang pendidik baik guru maupun orang tua harus

memperhatikan bahwa kondisi setiap anak itu tidak sama, masing-

masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Sehingga

pendekatan halus dan pelan kepada individual anak akan lebih

mengena sesuai dengan keperluan anak didik pada saat dan dalam

keadaan yang tepat pula.

4. Setiap manusia mempunyai hasrat untuk dihormati dan diperlakukan

sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Dalam kondisi yang

bagaimanapun pada dasarnya manusia menghendaki untuk dihargai

dan diperlakukan oleh orang lain sesuai dengan kemanusiannya.

Sehingga tugas pendidik adalah menumbuhkan rasa harga diri yang

baik dan kuat pada anak. Harga diri ini merupakan modal utama

dalam mengembangkan kepribadiannya.

5. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Didalam usaha peningkatan dirinya secara individu, seorang anak

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

40

juga perlu mendapat perhatian untuk menumbuhkan kesadaran

bermasyarakat dan berbangsa. Pendekatan ini akan

menghindarkannya dari sifat dan sikap individualisme, yang

selanjutnya diharapkan akan menjunjung tinggi kepentingan

bersama, bangsa dan negara daripada kepentingan sendiri.

b. Muatan Pendidikan

Pendidikan yang teratur bagi Ki Hadjar Dewantara adalah

pendidikan yang bersandar atas ilmu pendidikan yang tidak berdiri sendiri,

melainkan selalu memerlukan sumbangan dari ilmu-ilmu lain. Beberapa

contoh ilmu yang menjadi syarat penting sebagai muatan dalam ilmu

pendidikan dalam hal ini adalah:

1. Ilmu Agama (rohani)

Di dunia ini derajat manusia dianggap yang paling luhur. Tiap-tiap

agama mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia,

dikaruniai Tuhan dengan sifat utama yang tidak sama dengan

makhluk ciptaan lainnya yakni adanya cipta, rasa, dan karsa. Oleh

karena itu, pendidikan harus mengandung nilai-nilai religius untuk

menumbuhkan iman serta selalu mengingatkan anak akan adanya

Tuhan sebagai penguasa jagad raya. Pendidikan yang didasarkan

pada nilai-nilai religius pastilah juga akan selalu menggunakan cara-

cara dan usaha mendidik (pengajaran) yang baik dan benar.

2. Ilmu jiwa manusia (psikologi)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

41

Ki Hadjar Dewantara dalam majalah Keluarga tahun ke-I No.6 Edisi

Mei 1937 memberikan beberapa penjelasan mengenai jiwa, yakni:

a. Jiwa merupakan kumpulan macam-macam kekuatan atau

kecakapan dalam hidup batin manusia, misalnya : pikiran,

perasaan dan kemauan.

b. Jiwa menyebabkan manusia dapat berpikir, berperasaan dan

berkehendak (budi).

Salah satu masalah pendidikan yang penting ialah bagaimana dan

seperti apa masuknya pengaruh-pengaruh yang akan membentuk

dasar jiwa anak, yakni segala pengaruh yang masuk kedalam hidup

anak-anak sedari kecil. Pengaruh-pengaruh yang baik dan tepat

dalam aktivitas pendidikan akan membentuk dasar jiwa anak yang

baik pula, begitupun sebaliknya.

3. Ilmu hidup jasmani

Ilmu jasmani digunakan sebagai acuan dalam memberikan

pendidikan tubuh kepada anak-anak. Pendidikan tubuh akan

mempergunakan segala gerak badan yang pantas untuk memajukan

kesehatan, menghaluskan tingkah laku, mengolah tenaga dan

kemampuan anak agar menjadi pribadi yang kuat, terampil, cekatan,

teliti dan tertib. Gerak badan yang pantas berarti jangan sampai

merusak rasa kesucian dan menyalahi kodrat, terutama gerak badan

bagi perempuan (Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara Jilid XIII No. 5

Edisi April 1951: 44). Berhubungan dengan maksud pendidikan

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

42

tubuh secara nasional, maka hendaknya hasil kebudayaan yang

mengandung wirasa, wirama dan wiraga dapat terus diajarkan

misalnya seni tari, seni drama atau sandiwara, wayang, lagu dan

permainan (dolanan) tradisional.

4. Ilmu Moral-Kesopanan (etika) dan Keindahan (estetika)

Berpadunya nilai etika dan estetika dengan ilmu pendidikan dalam

pemikiran seorang Ki Hadjar Dewantara telah menghasilkan konsep

pendidikan budi pekerti pada eranya. Pendidikan budi pekerti harus

mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan

yakni menuju pada tata krama, kesusilaan, ketertiban dan kedamaian

lahir maupun batin.

c. Alat Pendidikan

“Peralatan” pendidikan dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara

dimaksudkan sebagai cara mendidik. Cara mendidik sangat banyak macamnya,

namun diantaranya terdapat beberapa yang dianggapnya pokok, yakni:

1. Memberi contoh

Anak akan mengenal sesuatu hal yang baik jika pendidik langsung

mempercontohkan kepadanya. Maka seorang pendidik wajib

mengatur segala perbuatan didepan anak dengan sebaik-baiknya di

berbagai lingkungan, baik di sekolah, di rumah, di masyarakat, di

jalan, di berbagai tempat. Pada umumnya anak akan suka dan sering

mencontoh kebiasaan pendidik tersebut. Sehingga sikap dan perilaku

pendidik harus memperlihatkan nilai-nilai seperti ketertiban,

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

43

ketetapan (janji), ketepatan (disiplin), kerajinan, kejujuran,

kebenaran, mencontohkan hal-hal yang berkaitan dengan tanggung

jawab dan kewajiban anak pula. Hal inilah yang harus dimanfaatkan

sebaik-baiknya oleh para pendidik khususnya guru dan orang tua.

2. Pembiasaan dalam pergaulan (pakulinan)

Didalam pergaulan sehari-hari dengan orang tua, saudara, guru,

teman, maupun siapa saja, anak harus dibiasakan berperilaku yang

baik sesuai nilai dan norma yang berlaku. Pembiasaan perilaku yang

baik dalam pergaulan ini akan membentuk kebiasaan-kebiasaan anak

yang selanjutnya akan dilakukan secara berulang sesuai situasi dan

kondisi yang sedang dihadapinya. Hasilnya adalah dalam pergaulan

itu, akan terlihat anak-anak yang mempunyai kebiasaan baik seperti

suka menolong, tulus hati, ramah, dan sopan. Anak yang masih

mempunyai kebiasaan kurang baik tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Guru dan orang tua harus memberikan pengarahan dan perhatian

yang lebih untuk menambah pengertian anak agar merubah

kebiasaan buruk itu.

3. Pengajaran (wulang-wuruk)

Pengajaran adalah pendidikan yang bermaksud memberi ilmu

pengetahuan ataupun latihan-latihan kecakapan atau kepandaian

yang semuanya ditujukan kearah kesediaan, kesanggupan serta

kemampuan untuk melakukan segala kewajiban hidup dan

penghidupan (Ceramah Ki Hadjar Dewantara dalam Rapat Besar

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

44

Umum Taman Siswa, Pusara 1952 : 160). Pengajaran juga

merupakan usaha untuk mendidik pikiran dan melatih kecakapan

dan kepandaian yang terutama dipergunakan untuk

memperkembangkan dan mencerdaskan pikiran, serta untuk

menyiapkan kesediaan dan kemampuan hidup didalam masyarakat

(Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara Jilid XIII No. 5 Edisi April

1951 : 81). Pengajaran di sekolah-sekolah harus berarti bahwa anak

tidak hanya mendapat pelajaran yang bersifat pengetahuan

akademis, namun juga harus disertakan pula pelajaran yang dapat

menambah perkembangan kepribadian anak. Isi pengajaran yang

berdasarkan kebudayaan bangsa akan mempertumbuhkan semangat

kebangsaan yang kuat. Pelajaran-pelajarannya bisa diambil dari

sumber-sumber keagamaan, adat istiadat, kesenian, bahasa daerah,

sejarah kebangsaan dan sebagainya.

4. Hukuman dan Perintah

Hukuman dalam kerangka pikir seorang Ki Hadjar Dewantara

dimaksudkan untuk menghidupkan rasa keadilan pada anak serta

memberikan pengertian bahwa segala perbuatan orang yang tidak

baik itu akan membuat akibat sendiri-sendiri. Barangsiapa bersalah

maka akan menerima hukuman. Hukuman ini diberikan agar anak

mengerti dengan benar akan kesalahannya dan tidak mengulangi

kesalahan itu kembali. Dalam konteks ilmu pendidikan, menurut Ki

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

45

Hadjar, hukuman kepada anak tidak boleh diberikan dengan

seenaknya, melainkan harus dibatasi oleh tiga aturan, yaitu:

1. Hukuman harus selaras dengan kesalahan anak,

2. Hukuman harus dilakukan dengan adil,

3. Hukuman harus lekas dijatuhkan.

Dari ketiga aturan tersebut, beberapa contoh aplikasi dalam

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Jika seorang anak kedapatan tidak membuang sampah pada

tempatnya maka orangtua akan menyuruh si anak memungut

kembali sampah tersebut dan menyuruh membuang ketempat

sampah; jika seorang siswa kedapatan mengotori kelas, maka guru

segera menyuruh si anak untuk membersihkannya.

2. Jika dirumah anak tidak membereskan mainannya seusai bermain,

maka orang tua menyuruhnya merapikan kembali.

3. Jika ada anak yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah,

maka guru lebih baik memberikan tugas atau pekerjaan rumah

tambahan.

Contoh-contoh hukuman yang diberikan diatas adalah hukuman yang

tidak bersifat siksaan. Sedangkan hukuman yang bersifat siksaan seperti

berdiri dibelakang papan tulis dalam waktu tertentu, dicubit, menjewer

kuping dan sebagainya berakibat lama kelamaan anak akan kehilangan

kecintaannya kepada si pemberi hukuman.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

46

5. Perilaku

Salah satu tujuan pendidikan ialah sebagai penuntun manusia dalam

berperilaku sehari-hari diberbagai lingkungan hidup. Dalam hal ini

pendidik akan menjadi pemimpin atau ketua dari penuntun laku anak.

Cara-cara berperilaku seorang pendidik yang baik dan tepat menurut Ki

Hadjar Dewantara terangkum dalam sistem among. Among berarti

asuhan dan pemeliharaan dengan penuh suka cita, dengan memberi

kebebasan anak asuhan untuk berkembang sesuai kemauan, kemampuan

dan kemanusiaan.

6. Pengalaman lahir dan batin (tringa: ngerti, ngrasa, nglakoni)

Ki Hadjar Dewantara mempunyai pandangan bahwa segala ajaran yang

kita anut, dan terhadap semua paham hidup yang kita peluk, diperlukan

pengertian, kesadaran dan kesungguhan untuk melaksanakannya. Begitu

pula dalam dunia pendidikan, pendidik dan anak didik sama-sama

memiliki kesempatan untuk mengerti, menyadari dan melakukan hal-hal

yang diajarkan. Jika demikian maka pendidikan itu tidak hanya sekedar

teori-teori. Keberhasilan pendidikan sejatinya lebih bisa dilihat melalui

penerapan atau aplikasi.

Dari penjelasan mengenai pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang

pendidikan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa beliau menjadikan kodrat

manusia (anak) sebagai dasar dan pusat perhatian. Didalam proses pertumbuhan

dan hidupnya, setiap anak ingin menerima dan menghayati dunianya sendiri

dalam segala bentuk, sehingga mereka menginginkan pula suatu kebebasan

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

47

dalam mengembangkan diri. Kebebasan disini bukan berarti bahwa anak itu

dapat dibiarkan berbuat semaunya sendiri. Kebebasan diartikan sebagai

kemungkinan bagi anak untuk mengembangkan dirinya seluas mungkin, yang

disertai dengan tanggungjawab dan disiplin diri dan pengawasan dari berbagai

pihak, sehingga anak-anak dapat berkembang merdeka dan serasi sesuai

jiwanya. Yang tak kalah penting ialah dalam rasa kebebasan atau kemerdekaan

itu, jiwa anak harus selalu terikat dengan budaya bangsa sendiri.

Pendidikan yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah

Pendidikan Nasional. Hal ini diinsyafi benar oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa

perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional

dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup

berjuang menuntut dan selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Syaratnya

ialah Pendidikan Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan

dapat memberi bekal kuat untuk membangun karakter bangsa. (Haryanto, 2011

: 15).

C. Pendidikan Karakter dalam Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memberi penjelasan bahwa watak atau

karakter merupakan perpaduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat

tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu

dengan yang lain. Sebenarnya bersatunya pikiran, perasaan dan kemauan itulah

yang merupakan budi manusia. Ketiga-tiganya adalah syarat mutlak untuk

mewujudkan manusia susila atau makhluk yang beradab. (Ki Hadjar

Dewantara, 1977 : 407).

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

48

“Budi pekerti” atau “watak” atau “karakter” yaitu bulatnya jiwa

manusia (Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo dkk, 2007 : 169). Budi itu

sendiri merupakan alat batin manusia untuk menimbang baik buruk, benar

salah, luhur hina, halus kasar, dan sebagainya (bermuatan cipta, rasa, karsa)

yang mempengaruhi, mengarahkan dan menuntun semua perbuatan manusia.

Budi adalah kesatuan antara pikiran, perasaan dan kemauan, sedangkan

“pekerti” itu artinya “tenaga”. Jadi “budi pekerti” itu sifatnya adalah jiwa

manusia, mulai dari angan-angan hingga berubah menjadi tenaga (usaha dan

tindakan).

Budi pekerti merupakan hasil aktualisasi diri dari budi yang dimiliki

dalam perbuatan manusia baik yang nampak maupun tidak. Budi pekerti yang

bersifat tetap dan menonjol akan membentuk watak seseorang. Sedangkan

watak adalah merupakan bagian integral dari kepribadian manusia, dan

kepribadian itu baik secara individual maupun sebagai bangsa merupakan jati

diri seseorang atau bangsa itu. Sehingga pada akhirnya budi pekerti merupakan

realisasi dan sekaligus menunjukkan jati diri.

Pendidikan budi pekerti yang dicetuskan oleh Ki Hadjar merupakan

usaha penting dalam menghindari praktik pendidikan yang berat sebelah.

Maksudnya ialah pendidikan yang hanya mementingkan kemampuan akademik

anak. Ki Hadjar Dewantara sejak awal pendirian perguruan Taman Siswa telah

menolak adanya gejala tersebut. Dalam sekolah yang didirikannya itu, beliau

menentukan suatu alternatif baru dalam pendidikan, yakni mengupayakan

pendidikan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

49

cipta, rasa, dan karsa dalam satu integralitas yang selaras dan harmonis dengan

alam dan jiwanya. Itulah corak budi pekerti manusia yang luhur, yang berwatak

baik akan berperilaku baik pula.

Ki Hadjar Dewantara selalu mencari sintesa antara kepentingan

individu manusia dan kepentingan hidup bersama manusia didalam setiap

konsepsi dan ajaran hidupnya. Hak seseorang tidak boleh melanggar hak orang

lain, dengan perwujudan hak seseorang tidak boleh meninggalkan

kewajibannya terhadap kehidupan bersama (Ki Suratman, 1991 : 3). Atas dasar

yang seperti itu, maka pendidikan budi pekerti dalam pemikiran Ki Hadjar

Dewantara mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa

kebangsaaan menuju kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin, tidak saja

syarat-syarat yang sudah ada dan ternyata baik, melainkan juga syarat-syarat

jaman baru yang berfaedah dan sesuai dengan maksud dan tujuan bersama.

Ajaran maupun konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara selalu

berlatar belakang dari berbagai nilai, terutama kebudayaan, kebangsaan,

kemanusiaan, kerakyatan, alam, dan spiritual. Berikut ini merupakan kumpulan

konsep pendidikan hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang memiliki

urgenitas dengan pendidikan karakter:

1. Trisentra (Tripusat) Pendidikan

Didalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar

Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan

besar. Semua ini disebut “Tripusat Pendidikan”. Tripusat Pendidikan mengakui

adanya pusat-pusat pendidikan yaitu;

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

50

1). Pendidikan di Lingkungan Keluarga

“Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting,

oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga

itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia”

(Sumber: Ki Hadjar Dewantara, Wasita Tahun 1 No.4 Juni 1935).

“Alam keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang

permulaan. Pendidikan disitu pertama kalinya bersifat pendidikan dari orang

tua, yang berkedudukan sebagai guru (penuntun), sebagai pengajar dan

sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh). Tiga bagian itu didalam

hidup keluarga belum terpisah-pisah akan tetapi bersifat total”

(Sumber : Ki Hadjar Dewantara, Keluarga No.4 Tahun I Oktober 1937)

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai alam keluarga sebagai

pusat pendidikan diatas, didasarkan pada hal-hal berikut:

a. Setiap keluarga pada dasarnya menginginkan anak-anak yang kelak

akan sanggup dan mampu melaksanakan segala yang baik untuk

kehidupannya. Sehingga pendidikan dalam keluarga merupakan usaha

pendidikan yang berlaku sebagai kodrat (instinct).

b. Didalam lingkungan keluarga, seorang anak berkomunikasi,

bersosialisasi dengan seluruh warga keluarga itu seperti ayah, ibu,

saudara-saudarinya, kakek, nenek dan siapa saja yang tinggal

bersamanya didalam rumah tersebut.

c. Rasa cinta, rasa bersatu, rasa kebersamaan dan perasaan-perasaan lain

pada umumnya yang dirasakan anak dalam keluarga sangat berperan

dalam membentuk jiwa anak, khususnya dalam pendidikan budi pekerti.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

51

d. Didalam keluarga terdapat banyak kesempatan untuk mendidik anak

secara pribadi (individual) sehingga pendidikan yang diberikan akan

terasa lebih mendalam. Orang tua dapat menanamkan benih-benih

kebatinan anak sejak masa kecil (pra sekolah). Ayah atau ibu akan dapat

berdiri bebas sebagai guru, sebagai pengajar kecerdasan pikiran serta

pemberi ilmu pengetahuan dasar dan pemberi contoh-contoh laku

kesosialan. Hal ini merupakan hak setiap orang tua yang tidak bisa

diganggu gugat oleh orang lain.

2). Lingkungan Sekolah (perguruan)

Alam perguruan merupakan pusat perguruan yang teristimewa

berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual)

beserta pemberian ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Pemikiran Ki Hadjar

Dewantara tentang lingkungan sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan

didasarkan oleh beberapa hal seperti berikut:

1. Di sekolah terjadi berbagai aktivitas pendidikan, diantaranya:

- pemberian berbagai ilmu pengetahuan

- pengajaran; pembekalan berbagai keterampilan kepada anak didik,

- menyediakan fasilitas-fasilitas dan kesempatan kepada anak didik

untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan minat melalui

organisasi, kegiatan intra maupun ekstrakurikuler.

2. Sekolah merupakan salah satu pusat latihan anak untuk bersosialisasi.

Orang-orang yang ada dilingkungan sebuah sekolah adalah merupakan

komunitas, dimana terjadi pergaulan antara siswa dengan siswa, siswa

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

52

dengan pamong, dengan pegawai atau karyawan lain, bahkan dengan

masyarakat sekitarnya. Jadi anak-anak belajar berinteraksi, saling

pengaruh mempengaruhi.

3. Kewajiban perguruan sebagai badan pendidikan ialah untuk memberi

dasar pada pendidikan yang diberikan, sesuai dengan

pertanggungjawabannya dalam memberi bekal hidup pada anak didik,

salah satunya melatih siswa untuk mengabdi pada perikemanusiaan (Ki

S Mangunsarkoro, Pusara Jilid XIV No. 8 : 21).

4. Jika pendidikan budi pekerti di keluarga terpisah dengan pendidikan di

alam perguruan (sekolah), maka pendidikan budi pekerti akan menjadi

sia-sia, oleh karena sekolah juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap

perkembangan diri seorang anak.

3). Alam Pemuda (Masyarakat)

Alam pemuda sekarang ini telah diperluas menjadi lingkungan atau

alam kemasyarakatan sebagai tempat seorang anak berlatih membentuk

watak dan kepribadiannya. Usaha pembangunan jiwa pemuda asalkan

dilakukan bersama-sama dengan usaha pembangunan dalam masyarakat

kita, pasti akan membawa banyak manfaat (Ki Hadjar Dewantara dalam

Pusara Jilid XIV No.5 Edisi September 1952 : 59). Pendidikan dalam

masyarakat dapat dilakukan oleh:

a. Lembaga keagamaan : pendidikan yang selalu diintegerasikan dengan

ajaran keagamaan, misalnya pesantren kilat di masjid dan sekolah

minggu di gereja.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

53

b. Organisasi pemuda : usaha pendidikan juga dilaksanakan didalam

organisasi-organisasi dengan tujuan dan sasaran utamanya

mengembangkan kemampuan para pemuda, misalnya: perkumpulan

olahraga, karang taruna (pendidikan kepemimpinan), dan lain-lain.

Ketiga lingkungan pendidikan tersebut sangat berkaitan erat satu dengan

lainnya, tidak bisa dipisah-pisahkan dan memerlukan kerjasama yang sebaik-

baiknya untuk memperoleh hasil pendidikan maksimal seperti yang dicita-citakan.

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, harus ada keharmonisan diantara ketiga

pusat pendidikan ( Ki Soenarno HD, 1989 : 125).

Alam pemuda atau masyarakat sangat besar pengaruhnya pada penguasaan

diri seorang anak dalam pembentukan watak atau karakter. Sebab didalam alam ini

pulalah kenakalan anak sering muncul. Penyebabnya karena banyak faktor,

diantaranya: salah pergaulan, penyalahgunaan kemajuan teknologi informasi,

imitasi budaya barat yang negatif, dan sebagainya. Dalam hal ini jika terdapat

hubungan yang erat antara sekolah (perguruan) dengan keluarga (rumah) dan

lingkungan pergaulan dalam masyarakat, maka berlangsungnya pendidikan

terhadap anak selalu dapat diikuti serta diamati, agar dapat berjalan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Sehingga seminimal mungkin anak dapat

terselamatkan dari berbagai bentuk penyimpangan sosial.

Hal tersebut menunjukkan pula bahwa pendidikan sangat bisa diusahakan

dan dilakukan secara luas. Berlangsungnya pendidikan tidak hanya menjadi tugas

sebuah sekolah yang seiring kemajuan jaman dianggap paling bertanggungjawab

dalam menangani masalah pendidikan anak. Ki Hadjar Dewantara tidak

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

54

memandang perguruan atau sekolah sebagai lembaga yang memiliki orientasi

mutlak dalam proses pembentukan karakter anak. Beliau justru memandang

pendidikan sebagai suatu proses yang melibatkan unsur-unsur lain di luar sekolah.

Sebab pendidikan seharusnya tidak hanya terbatas kita peroleh dari dalam sekolah

formal maupun informal, namun kita juga harus aktif melaksanakan dan mencari

nilai-nilai pendidikan itu didalam masyarakat. Maka pendidikan itu akan

berlangsung terus menerus dan tidak mengenal usia.

2. Sistem Among

Sistem Among merupakan sistem pendidikan dari Ki Hadjar

Dewantara dari yang diaplikasikan sepenuhnya didalam perguruan Taman

Siswa. Kata “among” berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti mengasuh,

mengabdi dengan pengorbanan agar yang dimong merasa bahagia (Dwi

Siswoyo, 2008 : 136). Tujuan metode among adalah membina kemandirian dan

kedisiplinan pribadi, mengganti cara mengajar konvensional (penuh perintah

dan paksaan) dengan cara pengajaran baru yang lebih mengutamakan

kemerdekaan dan ketertiban.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan Taman Siswa

bercita-cita mendorong jiwa raga anak-anak secara bebas dan menuju pada adab

perikemanusiaan. Dasar pemikiran ini adalah bahwa anak mempunyai kodrat

untuk tumbuh dan berkembang secara merdeka. Oleh sebab itu, maka metode

among ini memiliki beberapa ciri khas, diantaranya:

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

55

1. Anak-anak dibiasakan untuk cinta kepada cita-cita sosial sehingga kelak

anak tidak akan memiliki sifat individualis, namun mendahulukan

kepentingan bersama.

2. Anak-anak dibiasakan untuk bergotong royong, bantu-membantu,

bekerjasama dengan orang lain.

3. Anak-anak diberi kesempatan untuk berinteraksi, bersosialisasi dan

berorganisasi.

Lebih lanjut dapat penulis katakan bahwa prinsip dari metode among

adalah memberi kemerdekaan kepada anak didik untuk aktif belajar, mencari

ilmu, mengembangkan dirinya dengan cara mereka sendiri. Tugas pendidik

adalah menjaga agar kemerdekaan yang diberikan kepada anak ialah kebebasan

yang bertanggungjawab, tidak membahayakan keselamatan diri sendiri atau

orang lain. Sehingga cara pendidikan among bermaksud memberikan

kesempatan sebanyak-banyaknya kepada anak untuk membina disiplin pribadi

dan untuk mengembangkan pribadinya secara wajar melalui pemahaman, usaha

dan pengalaman sendiri. Sedangkan para pendidik sebagai pemimpin proses

pendidikan diharuskan banyak memberi bimbingan dan tuntunan. Dalam sistem

among, pendidik dan anak didik sama-sama memperoleh pengalaman sesuai

konsep Tringa: ngerti = mengerti, ngrasa = merasa, nglakoni = melakukan.

Oleh karena itu, pendidik sebagai pemimpin anak didik diwajibkan bersikap

sesuai Trilogi Kepemimpinan, yaitu :

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

56

1. Ing ngarsa sung tuladha,

Secara etimologi, kata ing = di, ngarsa = depan, sung = memberi,

tuladha = contoh atau tauladan. Maksudnya adalah orang-orang yang

berada didepan sebagai pemimpin dan pendidik (orang tua, guru dan

tokoh masyarakat) harus dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-

orang (anak) yang dipimpin dan dididiknya. Didalam menghadapi

penilaian umum, pendidik harus menjadi teladan dengan mewujudkan

tujuan dan cita-cita pendidikan bagi anak secara konsisten dan

konsekuen.

2. Ing madya mangun karsa

Secara etimologi, kata ing = di, madya = tengah, mangun =

membangun, karsa = inisiatif. Maksudnya ialah seorang pendidik harus

bisa:

� membangun inisiatif ditengah-tengah anak didikanya,

� memperbaiki keadaan-keadaan yang bersifat negatif menjadi positif,

� senantiasa memberi motivasi, membangkitkan semangat,

menumbuhkan daya aktivitas dan kreativitas sesama dalam hidup.

� memberikan ide, saran, masukan serta kritik yang membangun.

3. Tut wuri handayani.

Secara etimologi, kata tut berasal dari kata ngetutke = mengikuti, wuri =

mburi = belakang, handayani = wibawa. Maksudnnya seorang pendidik

harus menarik diri kebelakang untuk mengikuti dan mengawasi anak

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

57

didik namun tetap memberi pengaruh dan menunjukkan kewibawaan.

Beberapa contoh kewibawaan itu ialah:

� Tetap memberi kemerdekaan pada anak didik untuk berkembang

sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

� Pendidik tidak bersikap otoriter, tidak memiliki keinginan sedikitpun

untuk menguasai atau memaksa anak didik.

� Senantiasa memberi koreksi dengan sabar jika anak didik

melakukan tindakan yang salah, bukan memberikan hukuman yang

sewenang-wenang.

� Pendidik tidak bertindak dan berkata kasar terhadap anak, mengasuh

dan mendidik dengan penuh kasih sayang, perhatian, serta bersikap

adil ( tidak diskriminasi).

Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa secara keseluruhan

metode among dijalankan atas dasar jiwa dan semangat kekeluargaan serta

kemerdekaan bagi anak. Tujuan utama dari metode ini adalah pembinaan

swadisiplin pada anak. Maksud dari swadisiplin tersebut yakni pribadi yang dapat

merdeka. Merdeka dalam artian bukan hidup penuh dengan kebebasan yang mutlak,

melainkan hidup merdeka menurut nilai-nilai hidup tertentu yang oleh masing-

masing anak dihayati secara otonom (sendiri-sendiri), dan dilaksanakan secara

sukarela dan ikhlas.

Sifat sukarela dan ikhlas dalam anak tersebut muncul karena dalam

hidupnya mereka juga telah terbebas dari rasa dipaksa dan terpaksa, bebas dari

ketidakadilan, bebas dari hukuman yang bersifat menyiksa, bebas dari rasa

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

58

perselisihan dan permusuhan. Sebaliknya, hidup anak yang merdeka itu dipenuhi

dengan suasana kegembiraan, keharmonisan yang selalu dipelihara.

Pelaksanaan metode among dapat menghasilkan jiwa anak yang merdeka

lahir batinnya. Maksudnya adalah anak-anak yang berjiwa dinamis dan maju,

memikiki semangat untuk beraktivitas dan berkreativitas, hidup tentram dan tenang,

mampu mengendalikan diri, memiliki kebijaksanaan dan kesabaran, mampu

menghadapi permasalahan bahkan menemukan solusi dari pemecahan masalah

tersebut.

3. Pancadarma

Pancadarma merupakan ciri khas dari perguruan Taman Siswa yang

sebelumnya dikenal dengan sebutan “Dasar-Dasar Taman Siswa 1947”.

Pancadarma dinyatakan sebagai lanjutan cita-cita Ki Hadjar Dewantara dan kawan-

kawannya yang tergabung dalam “Paguyuban Selasa Kliwonan” (Ki

Mangunsarkoro, Pusara edisi Maret 1952 : 6). Selanjutnya tentang konsep

Pancadarma, Ki Hadjar Dewantara menyatakan sebagai berikut :

“Dasar-dasar yang termaktub didalam Pancadarma kita, yaitu : 1. Kemerdekaan, 2.

Kodrat Alam, 3. Kebudayaan, 4. Kebangsaan, dan 5. Kemanusiaan, dengan sendirinya

mendorong asas (yakni aliran, haluan, anjuran tekad, niat, dan kemauan), supaya kita

berbuat segala apa yang berdasarkan lima dasar tersebut”

(Sumber : Asas-asas dan Dasar Tamansiswa dalam Buku Seri Ketamansiswaan IV, Majelis

Luhur Persatuan Tamansiswa : 1984 )

Urutan dari masing-masing dasar dalam Pancadarma adalah bukan sesuatu

yang berdiri sendiri-sendiri, tidak boleh diartikan pula bahwa urutan tersebut

menunjukkan tingkat keutamaan dan kepentingannya. Pancadarma merupakan

suatu konsep yang berkesinambungan, yang kelima dasarnya harus dijalankan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

59

secara selaras dan seimbang guna mencapai cita-cita yang diinginkan. Untuk lebih

memperjelas hal ini, Ki Hadjar memberikan penggambaran sebagai berikut:

“Berilah kemerdekaan dan kebebasan kepada anak-anak kita, bukan kemerdekaan

yang leluasa, namun yang terbatas oleh tuntutan kodrat-kodrat alam yang khas atau nyata,

dan menuju kearah Kebudayaan, yakni keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar

kebudayaan tadi dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri

dan masyarakat maka perlulah dipakainya dasar kebangsaan, akan tetapi jangan sekali-kali

dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar

kemanusiaan.” (Sumber: Ki Hilmi Yusuf dalam buku “Ki Hadjar Dewantara dalam

Pandangan Para Cantrik dan Mantrinya”, 1989 : 57)

Berdasarkan penjelasan dan keterangan tentang konsep Pancadarma oleh Ki

Hadjar Dewantara serta murid-muridnya yang kemudian menjadi pamong di

perguruan Taman Siswa, maka konsep Pancadarma untuk pendidikan karakter

dapat penulis perjelas sebagai berikut:

1). Kemerdekaan

Pendidikan atas dasar kemerdekaan merupakan salah satu bentuk pengamalan

sila kedua Pancasila, yakni “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.

Kemerdekaan merupakan salah satu karunia dari Tuhan kepada setiap manusia,

yakni hak untuk mengatur hidupnya sendiri, namun dengan mengingat dan

berpegang pada syarat-syarat tertentu guna tertib dan damainya masyarakat.

Karena itu maka kemerdekaan harus diartikan sebagai swadisiplin atas dasar

nilai-nilai yang luhur, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar yang kuat untuk

mengembangkan pribadi yang sadar akan suasana yang selaras dalam hidup

bermasyarakat. Oleh sebab itu, pendidik dan anak didik berkewajiban untuk :

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

60

a. Memegang hak untuk mengatur hidupnya sendiri.

b. Menghormati hak orang lain.

c. Mengembangkan swadisiplin diri.

d. Menjaga maupun mengusahakan keharmonisan dan ketertiban bersama.

Beberapa contoh sikap diatas, jika dipakai dan diaplikasikan didalam setiap

sendi kehidupan masyarakat Indonesia maka akan berujung pada tercapainya

“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

2). Kodrat Alam

Pendidikan berdasarkan kodrat alam merupakan salah satu bentuk pengamalan

sila pertama Pancasila, yakni “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Kodrat alam

sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan mengandung arti bahwa, pada

hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah satu dengan alam semesta

ini. Karena itu, usaha pendidikan harus selaras dengan unsur-unsur alam.

Sebagai contoh penerapannya, maka pendidik dan anak didik berkewajiban

untuk :

a. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menghormati, menjaga dan menyelaraskan diri dengan alam semesta.

c. Pendidik senantiasa memasukkan nilai-nilai keagamaan dan alam dalam

kegiatan pendidikan dan pengajaran.

3). Kebudayaan

Kebudayaan sebagai salah satu dasar pendidikan mengandung arti bahwa

pendidikan harus ikut pula menjaga dan memelihara nilai-nilai dan bentuk

kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan nasional itu yang paling

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

61

penting adalah membawa kebudayaan nasional itu kearah kemajuan yang sesuai

dengan perkembangan masyarakat tanpa melunturkan corak dan nilai-nilai

dasar dari budaya tersebut. Dalam hal ini pendidik dan anak didik berkewajiban

untuk :

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai hidup yang luhur, seperti: adat istiadat,

tradisi dan tata krama.

b. Mencintai, memelihara, memajukan kebudayaan nasional.

c. Bersikap selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk

d. Pendidik memanfaatkan budaya nasional sebagai salah satu bahan atau

sumber pengajaran, misalnya dalam seni tari, seni rupa, seni musik.

4). Kebangsaan

Dasar kebangsaan juga merupakan ciri khas pengamalan Pancasila sebagai

pedoman hidup bangsa Indonesia, yakni sila “Persatuan Indonesia” dan

“Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/

Perwakilan”. Dasar ini mengandung arti bahwa rakyat Indonesia harus memiliki

rasa cinta tanah air, rasa satu bangsa Indonesia, untuk menggapai kesejahteraan

bersama. Sehingga pendidik dan anak didik berkewajiban untuk:

a. Menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

pribadi dan kelompok.

b. Saling bekerjasama melalui konsep hidup gotong royong dan

musyawarah untuk mufakat.

c. Menghindari permusuhan antar warga negara maupun kebencian

terhadap bangsa lain.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

62

d. Berperan serta dalam mengisi kemerdekaan dan mencapai cita-cita

nasional.

e. Menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika untuk persatuan dan

kesatuan bangsa.

5). Kemanusiaan

Dasar kemerdekaan, kebudayaan dan kebangsaan dalam pendidikan tidak boleh

bertentangan dengan dasar kemanusiaan, bahkan harus menjadi sifat dan bentuk

laku yang nyata. Dasar Kemanusiaan merupakan pengamalan dari sila-sila

Pancasila sebagai tuntunan dasar dalam kehidupan rakyat Indonesia, khususnya

sila “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ”. Oleh karena itu, pendidik dan

anak didik berkewajiban :

a. Memiliki sifat dan sikap kemanusiaan yang timbul dari keluhuran akal

dan budi.

b. Saling tolong menolong, memiliki sifat tepa selira.

c. Saling menghormati perbedaan antar manusia, misalnya perbedaan ras,

suku, warna kulit, dan sebagainya.

d. Memiliki maupun berlaku cinta-kasih terhadap sesama.

4. Teori Trikon

Kebudayaan sebagai salah satu dasar pendidikan harus

dikembangkan sesuai Teori Trikon Ki Hadjar Dewantara. Teori Trikon

merupakan usaha pembinaan kebudayaan nasional yang mengandung tiga sifat

dasar yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

63

a. Dasar Kontinuitas

Pendidikan nasional adalah juga usaha kebudayaan, yaitu suatu usaha untuk

memperbaiki dan mempertingi derajat turunan seseorang dan bangsa. Ki Hadjar

Dewantara menjelaskan bahwa budaya, kebudayaan atau garis hidup bangsa itu

sifatnya berkelanjutan, tak terputus-putus. Kehidupan suatu bangsa yang

dipenuhi dengan perkembangan dan kemajuan kebudayaan akan terus

menerima pengaruh nilai-nilai baru baik dari perkembangan sendiri maupun

dari luar. Unsur kebudayaan asli dan tradisional yang masih berguna harus tetap

dikembangkan dan dibina terus menerus tanpa terputus. Dalam hal ini

kontinuitas dapat diartikan bahwa dalam mengembangkan dan membina

karakter bangsa harus merupakan kelanjutan dari budaya sendiri. Sehingga

kontinuitas sangat berpegang teguh pada kewajiban untuk mewariskan dasar-

dasar budaya bangsa Indonesia secara terus menerus.

b. Dasar Konsentris

Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan, kita harus

mementingkan kebudayaan Indonesia sendiri sebagai sentralnya, namun juga

bersikap terbuka dengan budaya asing maupun budaya baru yang masuk. Syarat

mutlaknya ialah keterbukaan itu harus disertai sikap yang kritis dan selektif

terhadap pengaruh dan dampak-dampak dari kebudayaan di sekitar kita. Unsur-

unsur yang selaras dan sesuai dengan corak kepribadian bangsa dapat diambil

guna memperkaya dan mempertinggi mutu kebudayaan kita. Begitupula dengan

usaha pendidikan karakter bagi anak, pendidikan yang diusahakan itu harus

berakar pada budaya bangsa Indonesia, meskipun lagi-lagi tidak tertutup

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

64

kemungkinan untuk mengakomodir budaya luar yang baik dan selaras dengan

budaya bangsa. Dapat penulis simpulkan bahwa dasar konsentris berpegang

pada pemanfaatan apek-aspek dalam budaya luar untuk pengembangan budaya

yang bersifat nasional Indonesia.

c. Dasar Konvergensi

Dasar konvergensi bermaksud menyatukan kebudayaan sendiri dengan

kebudayan asing demi kemajuan bersama. Dalam hubungannya dengan usaha

pendidikan karakter bagi anak, dasar konvergensi berarti bekerja sama dengan

bangsa lain untuk mengusahakan pembinaan karakter dunia sebagai kebudayaan

kesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa mengorbankan kepribadian atau

identitas bangsa masing-masing. Oleh sebab itu, seperti apapun bentuk

perkembangan jaman, ciri atau corak khas kebudayaan bangsa Indonesia tidak

harus ditiadakan demi membangun kebudayaan dunia. Dari keterangan ini dapat

penulis simpulkan bahwa dasar konvergensi berpegang pada pemanfaatan

aspek-aspek budaya (baik nasional maupun internasional) sebagai dasar hidup

masyarakat global (bersama).

D. Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Bangsa di Sekolah Dasar (SD) Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Pendidikan budi pekerti didalam lingkungan keluarga seiring

kemajuan jaman telah mulai sedikit diabaikan. Dilain pihak, lingkungan sosial

(masyarakat) tidak memiliki banyak kesadaran bahwa tindakan, perhatian dan

kepedulian mereka terhadap anak pada dasarnya akan memberikan pengaruh

yang cukup besar pada pengembangan kepribadian anak tersebut. Keluarga dan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

65

masyarakat dewasa ini cenderung lebih mempercayakan pendidikan anak yang

sepenuhnya pada lingkungan sekolah. Maka lingkungan sekolah mau tidak mau

menempati baris terdepan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan karakter

yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.

Pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang terumuskan dalam

beberapa konsep dan berhasil direalisasikan didalam Perguruan Taman Siswa

harusnya direvitalisasikan kedalam sekolah-sekolah masa kini. Apalagi dalam

lingkup Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan formal yang mendasar

dan amat penting bagi anak. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan

kurikulum yang pengembangannya kini diotonomikan kepada sekolah harus

dimanfaatkan seluas-luasnya demi tercapainya visi dan misi sekolah. Dalam hal

ini penulis meyajikan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta

sebagai sekolah percontohan yang berhasil melaksanakan pendidikan karakter

yang berlandaskan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

a. Profil SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

� Nama Sekolah : SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

� Alamat : Jalan Tamansiswa No. 25 Wirogunan

Kecamatan Mergangsan Yogyakarta 55151,

Telp (0274) 388546

� Tahun Berdiri : 1992

� Status - Akreditasi : Swasta - A

� E-mail : [email protected]

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

66

� Visi : “Menjadi sekolah bermutu, berbasis seni budaya

dan pendidikan budi pekerti luhur”

� Misi :

• Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan

terukur untuk mewujudkan pendidikan bermutu.

• Menyelengarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai-nilai

budaya untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya.

• Menerapkan “among system” dengan tekanan keteladanan silih

asah, silih asih dan silih asuh implementasi pendidikan budi pekerti

luhur.

b. Strategi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Visi dan misi sekolah yang hendak dicapai tersebut diatas hanya

dapat terwujud dengan dukungan dan peran serta para pemangku kepentingan

pendidikan. Untuk itu strategi yang dipilih SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dalam upaya mencapai tujuan tersebut ialah dengan semangat

gotong royong yang dilandasi kekeluargaan. Dalam hal manajemen sekolah, SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menerapkan sistem manajemen

terbuka, dengan mematuhi “Tri Pantangan” dari Ki Hadjar Dewantara yakni:

1. Pantang menyalahgunakan kekuasaan,

2. Pantang menyalahgunakan kehartabendaan,

3. Pantang menyalahgunakan kewenangan.

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa secara bertahap

dimonitoring, dievaluasi, dan dikendalikan setiap kurun waktu tertentu untuk

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

67

mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diberlakukan secara

nasional. Atas dasar kesepatan dengan dewan guru (pamong), komite sekolah,

manajemen sekolah, dan penyelenggara pendidikan, SKL SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa dirumuskan sebagai berikut:

1. Menjalankan ajaran agama yang dianut siswa sesuai dengan tahap

perkembangan anak.

2. Mampu mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk seni budaya,

olahraga dan mendalami cabang ilmu pengetahuan yang dikehendaki

sesuai potensi yang dimiliki.

3. Mematuhi aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, golongan, dan sosial

ekonomi pada masyarakat sekitarnya.

5. Menunjukkan kemampuan berpikir secara logis, kritis dan kreatif dengan

bimbingan pamong (guru).

6. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan, kebanggaan

terhadap bangsa, negara, tanah air Indonesia.

7. Mampu menampilkan diri dalam kebiasaan sopan santun dan berbudi

pekerti luhur sebagai cerminan akhlak mulia dan iman takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

8. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan

memanfaatkan waktu luang.

9. Bekerjasama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri

dalam pergaulan di lingkungan keluarga, teman, sekolah dan masyarakat.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

68

10. Mampu melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

c. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa didalam

mengembangkan kurikulum sekolah berlandaskan dan berpegang teguh pada

pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan

dan sekolah adalah taman persemaian kebudayaan. Satuan pendidikan sebagai

pusat pengembangan kebudayaan tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang

dianut oleh bangsa tersebut. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang

dianut dan bersumber dari Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat. Nilai-nilai budaya itu ialah nilai keTuhanan, nilai

kemanusiaan, nilai persatuan dan kesatuan, nilai kerakyatan serta nilai keadilan

sosial. Kesemua nilai ini dijadikan dasar filosofis dalam pengembangan

kurikulum satuan pendidikan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

d. Struktur dan Muatan Kurikulum

Struktur kurikulum dalam SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa meliputi sejumlah mata pelajaran termasuk muatan lokal dan

program pengembangan diri yang kesemuanya mengandung maksud dan tujuan

pembinaan pendidikan karakter.

� Mata Pelajaran

Kelompok mata pelajaran di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

memiliki cakupan dan kegiatan masing-masing namun semuanya tetap mengacu

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

69

pada Peraturan Pemerintah (PP) No.19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP).

1. Pendidikan Agama

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia terdiri dari

Pendidikan Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dengan tujuan

membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Ruang

Lingkupnya berupa perwujudan pendidikan agama yang bermanfaat

dalam pembinaan akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Tujuan:

• Agar peserta didik berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan.

• Agar peserta didik berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab,

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara serta anti korupsi.

• Agar peserta didik berkembang secara demokratis dan positif untuk

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia

agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain secara harmonis.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek:

• Persatuan dan Kesatuan Bangsa : kerukunan, keadilan, sumpah

pemuda, bela negara, kesetaraan gender, cinta tanah air.

• Konsep pancasila, gotong royong, norma, hukum dan peraturan.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

70

• Hak asasi manusia : hak dan kewajiban anak, persamaan kedudukan,

kebebasan berpendapat , penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM).

3. Bahasa Indonesia

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Berkomunikasi sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan

maupun tertulis.

• Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan.

• Memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan dan

memperhalus budi pekerti.

b. Ruang Lingkup: meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis.

4. Matematika

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Memahami konsep matematika secara akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah sesuai penalaran.

• Memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari

matematika untuk menumbuhkan sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

b. Ruang Lingkup: meliputi aspek-aspek seperti bilangan, pengukuran dan

pengolahan data.

5. Ilmu Pengetahuan Alam

a. Tujuan, peserta didik mampu:

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

71

• Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, keteraturan alam ciptaan-Nya.

• Mengembangkan konsep pengetahuan IPA yang bermanfaat bagi

kehidupan.

• Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta memelihara dan

menjaga kelestarian alam.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek seperti: makhluk hidup serta

interaksinya, sifat dan kegunaan benda, bumi dan alam semesta.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya: hak dan kewajiban, bela negara,

kesetaraan gender, ketaatan pada hukum, dan lain-lain.

• Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,

berkomunikasi, rasa ingin tahu, bekerjasama dalam masyarakat yang

majemuk (keterampilan dalam kehidupan sosial).

• Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek seperti: manusia, tempat dan

lingkungan sosial, waktu dan perubahan sosial, Kebudayaan dan sistem

sosial.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

72

7. Seni Budaya dan Keterampilan

Seni Budaya dan Keterampilan masuk kedalam rumpun mata pelajaran

estetika yang dimaksudkan untuk meningkatkan sensitifitas anak,

kemampuan berekspresi, kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.

a. Tujuan lainnya ialah peserta didik mampu:

• Memahami pentingnya seni budaya dan keterampilan serta

memberikan sikap apresiasi.

• Menampilkan kreativitas-kreativitas dan peran serta dalam seni

budaya dan keterampilan dalam berbagai tingkat.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek:

• Seni Rupa: mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-

mencetak, dan sebagainya.

• Seni Musik: mencakup kemampuan olah vokal, menyanyikan lagu

dan memainkan alat musik khususnya yang masih bersifat

tradisional.

• Seni Tari: mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh.

• Seni Drama: mencakup keterampilan pementasan dengan

memadukan seni tari, seni musik dan peran dengan jalan cerita yang

mengandung nilai budi pekerti luhur.

• Keterampilan: mencakup aspek kecakapan hidup berupa

keterampilan personal, sosial dan akademik.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

73

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Mengembangkan kemampuan pengelolaan diri dalam upaya

pemeliharaan kesehatan jasmani.

• Meningkatkan pertumbuhan fisik dan keterampilan gerak dasar.

• Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,

kerjasama dan percaya diri.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek:

• Permainan dan olahraga: permainan dan olahraga tradisional, bela

diri, atletik, dan sebagainya.

• Aktivitas pengembangan jasmani: senam kesehatan jasmani.

• Pendidikan luar kelas: berkemah, jelajah alam.

• Kesehatan: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-

hari khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap

sehat.

• Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup

yang bersifat individual dan kolektif kemasyarakatan seperti

keterbebasan dari bahaya narkoba, HIV/AIDS, dan penyakit-

penyakit lain.

� Muatan Lokal

Muatan lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan cirri khas, potensi

dan keunggulan daerah serta ketersediaan sarana dan prasarana maupun tenaga

pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

74

kewirausahaan dan kemandirian serta penanaman nilai-nilai sosial budaya. Nilai-

nilai kewirausahaan dan kemandirian yang dikembangkan antara lain meliputi :

inovasi, kreativitas, berpikir kritis, komunikasi dan etos kerja. Sedangkan nilai

sosial budaya yang dikembangkan adalah meliputi : nasionalisme, patriotisme,

kekeluargaan, kejujuran, disiplin, tanggungjawab, peka terhadap lingkungan dan

kerjasama.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan, kemandirian serta nilai-nilai

sosial budaya tersebut diintegerasikan dalam proses pembelajaran yang

dikondisikan agar nilai-nilai tersebut menjadi sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal sebagai berikut:

1. Pendidikan Ketamansiswaan

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam merespon hidup dan

kehidupan dengan berpijak pada nilai-nilai Ketamansiswaan

(Pancadarma).

• Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk

mewujudkan masyarakat tertib, damai dan bahagia.

b. Ruang Lingkup, meliputi aspek-aspek: mengenal serta meneladani sosok

Ki Hadjar Dewantara, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

Ketamansiswaan.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

75

2. Bahasa Jawa

a. Tujuan, peserta didik mampu:

• Mengembangkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Jawa (unggah-ungguh basa).

• Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra Jawa.

• Memupuk tanggungjawab untuk melestarikan bahasa tradisional

sebagai budaya daerah dan salah satu unsur budaya nasional.

b. Ruang Lingkup: mencakup komponen kemampuan berbahasa, bersastra

dan berbudaya Jawa serta meliputi aspek mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis.

3. Bahasa Inggris

Tujuan dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah agar peserta didik memiliki

keterampilan-keterampilan dalam penggunaan dan pengembangan

kemampuan berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Sehingga peserta

didik mampu bersaing dan mampu menjawab tuntutan jaman.

� Pengembangan Diri

Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat dan minat. Kegiatan ini mencakup dua program

kegiatan, yakni:

1. Kegiatan Pengembangan Diri Secara Terprogram

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

76

Kegiatan ini dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu

tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual maupun

kelompok melalui penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Nilai yang ingin ditanamkan dalam kegiatan ini ialah kemandirian,

percaya diri, pengendalian diri, kejujuran, disiplin, bertanggungjawab,

komunikatif, keberanian dalam mengambil keputusan. Sehingga

kegiatan ini menjadi usaha penting dalam pembinaan karakter atau

kepribadian anak. Strategi pelaksanaannya berupa layanan konseling

individual dan layanan konseling kelompok melalui tatap muka dengan

guru kelas. Didalam layanan konseling tersebut, guru harus memberikan

berbagai motivasi dan tuntunan.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler:

Nilai yang ingin ditanamkan dalam kegiatan ini adalah kedisiplinan,

kerjasama, semangat kebangsaan, kerja keras, ketekunan, serta

kepedulian sosial dan lingkungan alam. Strategi pelaksanaannya berupa

latihan kepemimpinan, latihan beorganisasi, pengembangan

keterampilan dan kemampuan melalui kegiatan-kegiatan: Pramuka,

Baca Tulis Al Quran, Teknologi Informasi dan Komunikasi (komputer),

Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Seni Tari , Seni Musik; Marching

Band, Bina Vocal dan Karawitan, Olahraga; Bela Diri (Pencak Silat) dan

Sepak Bola.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

77

2. Kegiatan Pengembangan Diri Secara Tidak Terprogram

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai kegiatan pembiasaan yang merupakan

proses pembentukan, penanaman, dan pengamalan nilai-nilai luhur untuk

menuntun sikap perilaku budi pekerti luhur, yang berupa:

a. Kegiatan Rutin (kegiatan yang dilakukan secara terjadwal).

• Contohnya: upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional,

berbaris didepan kelas sebelum masuk kelas, Semutlis (sepuluh menit

membersihkan lingkungan sekolah), Java day, English day, piket kelas,

berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.

b. Kegiatan Spontan (kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus).

• Contohnya: 3S (Senyum, Salam dan Sapa), meminta maaf jika berbuat

kesalahan, berterimakasih, peduli terhadap sesama, peduli terhadap

lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya.

c. Keteladanan

• Merupakan bentuk-bentuk kepribadaian yang dapat dijadikan contoh

atau teladan semua orang.

• Contohnya: sikap dan perilaku guru yang sesuai dengan metode among,

mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi,

tepat waktu dan disiplin diri, santun dalam bertindak dan berbicara,

jujur dan berani mengambil keputusan, memberikan perlindungan

terhadap yang lemah, berpenampilan rapi dan bersih, pengendalian diri,

menghargai pendapat orang lain, dan sebagainya.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

78

e. Relevansi Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditegakkan atas prinsip-

prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Nilai-

nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai luhur yang mengatur

berbagai sendi kehidupan rakyat Indonesia. Pendidikan karakter bangsa

bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,

yaitu warga negara yang memiliki kemampuan serta kemauan dalam

menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

Konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang masih dapat dipakai dan

dikembangkan untuk pendidikan karakter masa kini telah diidentifikasi sesuai

falsafah Pancasila serta memperhatikan hal-hal berikut:

1. Budaya

Nilai-nilai budaya yang diakui oleh masyarakat akan menjadi dasar hidup

dari masyarakat itu sendiri. Sehingga posisi budaya amatlah penting dalam

kehidupan antar anggota masyarakat. Dengan demikian budaya haruslah

tetap menjadi sumber nilai utama dalam pendidikan karakter bangsa.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kehidupan yang harus

dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Nilai kehidupan tersebut akan

menunjukkan kualitas yang dimiliki. Oleh karena itu, tujuan pendidikan

nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan

pendidikan karakter bangsa. Pendidikan Nasional ialah pendidikan yang

beralaskan garis hidup bangsanya (cultureel – nasional) dan ditujukan untuk

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

79

keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negeri dan

rakyatnya, sehingga pantas bekerja bersama-sama dengan bangsa lain untuk

kemulyaan segenap manusia diseluruh dunia (Ki Hadjar Dewantara dalam

Wasita Jilid II No. 2 Edisi Juli – Agustus 1930)

Berdasarkan sumber-sumber atau dasar acuan tersebut, teridentifikasi

sejumlah nilai dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara untuk pendidikan

karakter bangsa yang wajib diaplikasikan dilingkungan sekolah, yakni:

1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleransi, hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3. Swadisiplin diri: tindakan pengendalian diri sendiri yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

4. Sopan santun: sikap, perkataan dan perbuatan yang dihasilkan dari budi

pekerti yang luhur, mencerminkan etika dan estetika.

5. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan kewajiban dan melaksanakan tanggungjawab.

6. Kreatif, Pantang Menyerah, Ulet, Teliti dan Terampil: berinisiatif, berusaha

menghasilkan sesuatu dengan ide-ide baru, bersungguh-sungguh, tidak

mudah putus asa saat menghadapi kegagalan dan masalah.

7. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air : cara berpikir, bertindak dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

80

kepentingan diri dan kelompoknya, menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan

penghargaan yang tinggi terhadap bangsanya sendiri.

8. Cinta Damai: sikap, perkataan dan perbuatan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

9. Peduli Lingkungan Alam: sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam.

10. Peduli Lingkungan Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

f. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa

Mengacu pada pembahasan tentang struktur dan muatan kurikulum

diatas, dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pada prinsipnya di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, pengembangan konsep pendidikan Ki Hadjar

Dewantara untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan secara

terintegrasi kedalam berbagai mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri

dan keteladanan di sekolah. Didalam upaya pengintegrasian nilai-nilai dalam

konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang relevan dengan pendidikan karakter

bangsa dengan kehidupan di alam sekolah, hendaknya diperhatikan pula adanya

beberapa strategi berikut:

1. Di sekolah, tugas pokok guru ada tiga:

- Melanjutkan pembinaan pendidikan keluarga karena guru berperan sebagai

orangtua di sekolah.

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

81

- Membetulkan pendidikan keluarga yang salah atau yang kurang baik,

misalnya: anak yang mempunyai kebiasaan berkata kotor harus diberi

pembinaan yang serius agar kebiasaan buruk itu bisa dihentikan.

- Memberi pendidikan karakter atau nilai-nilai luhur yang belum pernah

diberikan dalam keluarga yakni yang terintegerasi melalui mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah, misalnya:

� Didalam mata pelajaran matematika, ketika anak diajarkan

mengerjakan soal-soal yang menuntut sebuah jawaban yang eksak

(pasti), maka selama proses mengerjakan dan menemukan jawaban,

guru membimbing siswa dengan menanamkan nilai ketelitian,

kesabaran, pantang menyerah dan keuletan, nantinya hasil keeksakan

tersebut akan menunjukkan sebuah nilai kejujuran.

� Didalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, ketika anak

diajarkan mengenai sejarah nasional, maka guru tidak hanya

bertugas menyampaikan materi, namun guru harus menanamkan

semangat perjuangan para tokoh nasional, misalnya mencontohkan

gaya bicara Ir. Soekarno yang tegas dan lantang ketika berpidato,

menceritakan pengalaman pahlawan nasional yang gagah berani dan

pantang menyerah ketika menghadapi kaum penjajah.

� Didalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka guru dalam

menyampaikan materi harus senantiasa menanamkan nilai-nilai

penghormatan terhadap alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang

Maha Esa. Sehingga anak akan dibiasakan pula untuk menjaga

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

82

kelestarian alam termasuk hal-hal didalamnya, misalnya: membuang

sampah pada tempatnya, menyiram tanam-tanaman, mendidik

pemakaian listrik dan alat-alat elektronik secara baik dan benar;

memadamkan lampu jika sudah tidak dipakai, mematikan televisi

jika sudah tidak dilihat, dan sebagainya.

2. Sekolah dan guru dapat menambah ataupun mengurangi nilai-nilai tersebut

diatas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan hakekat-hakekat dalam

Kurikulum berupa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

3. Terdapat dua indikator pendidikan karakter yang sesuai nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa:

� Indikator Sekolah dan Kelas

Indikator ini berkenaan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan

sehari-hari atau rutin. Oleh karena itu, indikator sekolah dan kelas

menunjuk kepala sekolah, guru, karyawan atau pegawai lain di sekolah

sebagai penanda untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

satuan pendidikan.

� Indikator Mata Pelajaran

Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku seorang peserta didik

berkenaan dengan matapelajaran tertentu.

4. Perilaku yang dikembangkan oleh kedua indikator tersebut bersifat progresif.

Artinya perilaku tersebut berkembang semakin kompleks antara satu jenjang

kelas dengan jenjang kelas diatasnya. Guru memiliki kebebasan dalam

menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum

ditingkatkan ke perilaku-perilaku yang lebih kompleks.

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

83

5. Pembelajaran menggunakan pendekatan proses belajar aktif yang berpusat

pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, didalam dan luar

lingkungan sekolah, serta di masyarakat.

6. Program dan kegiatan pembinaan pendidikan karakter bangsa di sekolah

dikembangkan dengan upaya pengkondisian atau perencanaan sejak awal

tahun pelajaran, dan dimasukkan dalam kalender pendidikan sekolah sehingga

peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang

menunjukkan nilai karakter dan budaya bangsa.

7. Pembelajaran pendidikan karakter di kelas dikembangkan melalui kegiatan

belajar dengan cara pengintegrasian kedalam mata pelajaran serta dituangkan

dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

penggunaan metode among.

8. Pembelajaran pendidikan karakter di masyarakat dikembangkan dengan

melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang dirasa dapat menumbuhkan rasa

cinta tanah air, pengabdian masyarakat, bakti sosial, dan sebagainya.

9. Penilaian pendidikan karakter bangsa dilakukan secara terus menerus oleh

guru dengan mengacu pada indikator pencapaian nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa seperti berikut:

a. Melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu

tindakan didalam kelas, di sekolah, dan di lingkungan masyarakat sekitar.

b. Model anecdotal record, yakni catatan yang dibuat oleh guru ketika

melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai pendidikan karakter

yang dikembangkan.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

84

c. Memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perkembangan kemampuan dan nilai yang dimiliki.

10. Dari hasil pengamatan, catatan guru, tugas yang diberikan, laporan dan

sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan dan pertimbangan yang

dinyatakan dalam kategori atau kode-kode kualitatif, maksudnya adalah:

Sesuai hasil penilaian terhadap perkembangan karakter peserta didik,

maka selanjutnya tugas guru yang sebelumnya bertindak sebagai evaluator berubah

menjadi seorang korektor dan motivator. Guru akan memberikan koreksi berupa

pendampingan, bimbingan atau tuntunan kepada peserta didik yang belum mampu

mencapai indikator. Bentuk tindakan dan perhatian kepada masing-masing anak

Kategori Arti Makna

BT

Belum Terlihat

Apabila peserta didik belum memperlihatkan

tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan

dalam indikator.

MT

Mulai Terlihat

Apabila peserta didik sudah mulai

memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku

yang dinyatakan dalam indikator tetapi

belum konsisten.

MB

Mulai

Berkembang

Apabila peserta didik sudah memperlihatkan

berbagai tanda perilaku yang dinyatakan

dalam indikator dan mulai konsisten.

MK

Membudaya

Apabila peserta didik terus menerus

memperlihatkan perilaku yang dinyatakan

dalam indikator secara konsisten.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Timbulnya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/564/5/T1... · ... dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam), ... terutama

85

tidaklah sama, memiliki intensitas yang berbeda, karena disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan kemampuannya. Jelaslah ini sebagai bentuk pengamalan konsep

dasar pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yang selalu menjunjung tinggi setiap

bentuk dan tahapan perkembangan jiwa kodrati anak dalam suasana kemerdekaan

dan kemanusiaan, seperti terungkap dalam kutipan berikut:

“Mengenali sifat-kodrati dengan sifat kebudayaan pendidikan itu perlu, karena

kadang-kadang terdapat kesalahan-kesalahan dalam manusia melakukan usaha kebudayaan

yakni menyalahi kodrat hidup manusia hingga tersesat lakunya. Untuk memperbaikinya

perlulah dalam melakukan segala usaha pendidikan manusia selalu mengingati tuntutan

kodrat”

(Sumber : ceramah Ki Hadjar Dewantara pada Rapat Besar Umum Taman Siswa 1950)

“Tumbuh dan berkembangnya anak menurut kodrat (natuurlijkegroei) itu perlu

sekali untuk segala kemajuan (evolutie) dan harus dimerdekakan seluasnya. Maka dari itu,

pendidikan yang beralaskan syarat paksaan dan hukuman ketertiban, dianggap memperkosa

hidup kebatinan anak. Pemeliharaan dan perhatian merupakan alat pendidikan untuk

mendapat tumbuhnya hidup anak lahir dan batin menurut kodratnya sendiri”.

(Sumber: Wasita Jilid I No. 2 Edisi Oktober 1928).

Ki Hadjar Dewantara dan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

sama-sama menggunakan pendekatan humano holistic, yakni bahwa pendidikan

karakter harus dapat membantu pembangunan kepribadian manusia seutuhnya,

dalam arti bahwa semua potensi dan kemampuan manusia dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Pertumbuhan jasmaniah dan perkembangan kejiwaan

diupayakan selaras dan harmonis agar dapat mewujudkan perilaku baik dan nyata,

sehingga tercapailah kebahagiaan, keselamatan hidup manusia dalam masyarakat,

berbangsa dan bernegara di NKRI maupun kancah global.