sistem hukum hindu
DESCRIPTION
hukum hinduTRANSCRIPT
Kutara Manawa, Purwadigama, Adigama, Agama, Awig-Awig, Kitab Panuturan dll
Kutai
Taruma Negara
Mataram Kuno
Kediri
Singosari
Majapahit
Tidak sedikit hukum negara (substansi hukum) yang berbeda bahkan bertentangan dengan Hukum Hindu.
UNDANG UNDANG PORNOGRAFI
Dibangun dalam krangka menguatkan etika dan moral bangsa,
Haruskah urusan moral diatur dengan undang-undang?Moral siapa dan moral mana yang akan diatur ?
Dunia moral adalah sangat sensitif, subyektif, dan majemukDapatkan menemukan suatu Platform tentang moral
dimana semua orang bisa menerimanya?
PERLU PENGKAJIAN DAN PERJUANGAN
Hukum Hindu adalah suatu institusi yang bertujuan
mengantarkan umat Hindu menuju kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat umat
hindu bahagia
ONTOLOGI(Hakekat Hukum Hindu)
HUKUM SEBAGAI TEKS
Kenyataan berhukum dalam
kehidupan masyarakat
(hukum tradisional)
dikontruksi
Aturan-aturan hukum yang dikodifikasi
(Hukum Modern)
HUKUM DIBUAT / DIUNDANGKAN
PENDEKATAN YURIDIS NORMATIF
EPISTEMOLOGI(Cara
menemukan Hukum Hindu)
YURIDIS NORMATIFYURIDIS SOSIOLOGIS
PERATURAN
HUKUM SEBAGAI PRILAKU
PRILAKU
Demonstrasi mahasiswa tahun 1998 ketika menurunkan Pak Harto ….. Mahasiswa sedang menulis KONSTITUSI untuk
memberhentikan presiden
Hukum tidak dibuat tapi tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
PENDEKATAN SOSIOLOGIS NORMATIF
Hukum Hindu jika ingin manjadi sebenarnya Ilmu
( genuine science )
janganlah hanya membaca teks-teks tertulis saja
(Dharmasastra, Kutara Manawa, Adigama, lontar-lontar, Awig-
awig tertulis, dll)
tetapi baca juga hukum yang hidup dan berkembang dalam
kenyataan/ masyarakat (The living Law)
HUKUM HINDU
AKSIOLOGI(Kegunaan
Hukum Hindu)
Hukum Hidu bertujuan mengantarkan umat Hindu
menuju kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat umat
hindu bahagia
ORANG INDONESIA(Local Genius)
HUKUMHINDU
KEPENTINGANLOKAL
HUKUM ADAT HINDU BALI
HUKUM ADAT HINDU TENGGER
HUKUM ADAT HINDU KAHARINGAN
HUKUM ADAT HINDU DI DAERAH LAINNYA
HUKUM HINDU
HUKUM ADAT
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perkawinan umat
hindu di Indonesia
UU No 1 tahun 1974
PP No 9 Tahun 1975
Hukum Hindu/Adat
Perikatan perdata
Perikatan Agama
Perikatan Adat/Keluarga/Desa
MembentukKeluarga bahagia
dan tentram
PRAJA(Mengembangkan
Keturunan)
RATI(Menikmati kehidupan seksual)
Diupacarakannya dengan mengikuti pengucapan mantra yang disampaikan oleh pendeta
Setelah mengelilingi api suci
( Psl 227 VII MD)
Pasal 2 (1) UU 1/74
Dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
Pasal 2 (1) UU 1/74
Dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
Dewa saksiBhuta saksi
Manusa saksi
Berhubungan darah dalam garis keturunan ketas maupun ke bawah
MertuaBapak/Ibu Tiri
Anak tiri, menantu, bibi, dll
Berhuungan darah dalam garis keturunan menyamping ( saudara, saudara orang tua, dll)
Hendaknya hubungan suami istriBerlangsung sampai mati (MD. IX.101)
Hendaknya suami istriMengupayakan agar
Tidak terjadi perceraiandan tidak melanggar kesetiaan
Masing-masing (MD. IX. 102)
Terbiasa dengan nafsu yang tidak baikNafsu birahi, pemadat, pejudi dan pemabuk
LelakiIMPOTEN Wanita
Mandul
Istri tidak HormatDan setia
Kepada suami
Suami yangKejam, suka menyiksa,
dan menipu
Berpenyakit yang berakibat tidak dapat melakukan kewajibanSebagai suami istri (MD> IX.78- 81)
BERZINAH
Wajib melindungi dan Menjamin nafkah
Istri dan anak2nya (MD.IX. 3 )
Ia harus mengawinkan Anak2nya pada waktunya (MD.IX.4)
Wajib menyerahkan dan menugaskan sepenuhnyaKepada istri untuk mengurus harta rumah tangga (MD.IX.74)
Wajib menggauli istrinyaDan mengusahakan agarTidak terjadi perceraian
(MD.IX.101)
Istri tidak boleh bertindakSendiri dgn meninggalkan
Suami (MD.V.149 )
Harus pandai membawa diri danPandai mengatur dan memelihara
Rumah Tangga ( MD.V.10)
Wajib memelihara keutuhan rumah tangga, mengendalikan pikiran, perkataan dan pebuatan dgn selalu mengingat suami (MD.V.165)
Setia kepada Suami(MD.V. 156)
Tidak boleh memperlakukanIbu, Bapak, Kakak denganTidak hormat (MD. II.225
Menghormati Bapaknya seratus kali lebih terhormat dariSeorang guru, menghormati Ibunya seribu kali lebih terhormat
Dari pada Bapaknya. Kesakitan dan kesulitan Ibu ketika Melahirkan tidak dapat dibayar walaupun dalam seratus tahun
(MD.II.145, 227)
Selalu menghindari perselisihan, pertengkaran, perkelahian dengan Bapak dan Ibunya ( MD. IV.180)
Melakukan sesuatu harus Mendapat persetujuan Bapak
dan Ibunya (MD.228)