bab iv hasil penelitian 4.1. gambaran umum lokasi …
TRANSCRIPT
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA Negeri 2 Tambuasi Kabupaten Rokan Hulu beralamat di Jalan Raya
Bukit Senyum Desa Tambusai Timur Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan
Hulu. SMA Negeri 2 secara simultan menyiapkan diri menjadi sekolah yang tetap
digemari masyarakat dibuktikan dengan terakreditasinya SMA Negeri 2 Tambusai
dengan nilai B oleh Dinas Pendidikan PemProv Riau, dimana masyarakat semakin
menampakkan keinginan yang tinggi untuk menyekolahkan anaknya di sekolah
ini. Akhirnya SMA Negeri 2 Tambusai sebagai salah satu sekolah yang memiliki
peran penting dalam peningkatan pendidikan generasi mudanya di Kecamatan
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu. SMA Negeri 2 Tambusai yang berdiri pada
tahun 2010, letaknya di Desa Tambusai Timur Kecamatan Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu, dengan luas wilayahnya 1 Ha.
Ditinjau dari letak geografisnya SMA Negeri 2 Tambusai mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Maraiman
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Maraiman dan Eri
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Maraiman
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah Kavling
65
66
1. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Tambusai
1. Visi
Terwujudnya sumberdaya manusia yang beriman dan bertaqwa. Cakap
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) disiplin dan berprestasi
serta mencintai lingkungan.
2. Misi
1) Menciptakan lingkungan sekolah yang tentram dengan pengamalam ajaran
agama islam.
2) Menumbuhkan semangant berprestasi bernalar sehat kepada peserta didik,
guru dan karyawan sehingga berkemauan kuat dan maju.
3) Meningkatkan komitmen dan seluruh wargaterhadap kedisiplinan.
4) Mengembangkan IPTEK dan komunikasi dalam pembelajaran dan
administrasi sekolah.
5) Menumbuhkembangkan sikap peduli lingkungan dengan usaha nyata
dalam pelestarian lingkungan.
2. Keadaan Tenaga Pengajar
Data keseluruhan guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Tambusai
sebanyak 22 orang yang terbagi kepada guru PNS dan guru honorer. Untuk
mengetahui jumlah guru di SMA Negeri 2 Tambusai dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
67
Tabel 4.1. Jumlah Guru SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Kategori Guru LK PR Jumlah (N)
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 1 2
2 Honorer 8 12 20
Total 9 13 22
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat dari total 22 Guru SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun pelajaran 2017/2018 jumlah guru PNS
laki-laki 1 orang dan perempuan 1 total guru PNS 2 orang dan jumlah guru
Honorer laki-laki 8 orang dan perempuan 12 orang total guru honorer 20 orang.
3. Keadaan Siswa/I
Jumlah keseluruhan siswa/I SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan
Hulu tahun pelajaran 2017-2018 sebanyak 192 orang yang terbagi kepada tiga
kelas (1, 2, dan 3) yang terdri dari 7 lokal. Untuk mengetahui keadaan jumlah
siswa/i SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.2. Jumlah Siswa/I SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun Pelajaran 2017/2018
No
Kelas
Siswa
Ruangan Kelas LK PR Total
1 X 28 32 60 2
2 XI 25 28 53 2
3 XII 32 47 79 3
Total 85 107 192 7
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui jumlah seluruh siswa 192 orang dari
7 ruangan kelas, dimana kelas X ada 60 orang, siswa laki-laki sebanyak 28 orang
sedangkan siswa perempuan sebanyak 32 orang dari 2 ruangan kelas, kelas XI ada
53 orang, siswa laki-laki sebanyak 25 orang dan siswa perempuan sebanyak 28
68
orang dari 2 ruangan kelas, dan kelas XII ada 79 orang, siswa laki-laki sebanyak
32 orang dan siswa perempuan 47 orang dari 3 ruangan kelas.
4. Keadaan Fasilitas
Untuk mendukung pelaksaan kegiatan dalam proses pembelajaran
diperlukan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar. Fasilitas SMA Negeri 2
Tambusai dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 4.3. Fasilitas di SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Fasilitas Ruangan
1 Ruang Belajar 7
2 Toilet siswa/I 2
3 Toilet Guru-guru 2
4 Lab (Komputer) 25
5 Kantin Sekolah 2
6 Kepala Sekolah (Kepsek) 1
7 Gudang 1
Total 40
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat jumlah fasilitas yang ada di SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun pelajaran 2017/2018 jumlah
ruang belajar ada 7 ruang, toilet siswa/i ada 2 ruang, toilet guru-guru ada 2 ruang,
laboratorium (komputer) ada 25 unit, kantin sekolah ada 2, ruangan kepsek ada 1
ruang dan gudang ada 1 ruang.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden ini bertujuan untuk mengetahui berapa umur, jenis
kelamin, dan pekerjaan orang tua responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
69
1. Umur
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
umur responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Umur (Tahun) Jumlah Persentasi (%)
1 15-16 21 40
2 17-18 29 55
3 19-20 3 5
Total 53 100
Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur yaitu 15-16 tahun sebanyak 21 orang (40%) responden, 17-18
tahun sebanyak 39 orang (55%) responden dan 19-20 tahun sebanyak 3 orang
(5%) responden, total dari 53 orang (100,0%) responden.
2. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data jenis
kelamin responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1. Laki-laki 53 100,0
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat distribusi frekuensi berdasarkan jenis
kelamin respondensebanyak 53 orang (100,0%) responden berjenis kelamin laki-
laki total dari 53 orang (100,0%) responden.
3. Pekerjaan Orang tua
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
pekerjaan orang tua responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
70
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang
tua Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Pekerjaan Jumlah Persentasi
1. Tani 32 60,382
2. Wiraswasta 16 30,188
3. Kepala Desa 1 1,886
4 Karyawan 1 1,886
5 Tukang Bangunan 1 1,886
6 Berdagang 1 1,886
7 Penjahit 1 1,886
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat distribusi frekuensi responden
berdasarkan pekerjaan orang tua, tani sebanyak 32 orang tua (60,382%)
responden, wiraswasta sebanyak 16 orang tua (30,188%) responden, kepala desa
sebanyak 1 orang tua (1,886%) responden, karyawan sebanyak 1 orang tua
(1,886%) responden, tukang bangunan 1 orang tua (1,886%) responden,
berdagang 1 orang tua (1,886%) responden, dan penjahit 1 orang tua (1,886%)
responden, total dari 53 orang tua (100,0%) responden.
4.3. Hasil Penelitian Kuantitatif
Penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu dalam rangka mengumpulkan data untuk diproses. Hasil proses data
dituangkan dalam bentuk analisis univariat, bivariat dan multivariat sebagai
berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
suatu jawaban responden terhadap variabel penelitian (pengetahuan, sikap, sarana
71
prasarana, orang tua, teman sebaya dan perilaku merokok) dengan hasil sebagai
berikut:
1. Jawaban responden tentang pengetahuan
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
pengetahuan dari hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner tentang Pengetahuan
Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Jawaban
No Pengetahuan Ya Tidak Total
f % f % f %
1.
Rokok adalah hasil olahan
tembakau yang terbungkus dan
berbentuk silinder.
37 69,83 16 30,17 53 100,0
2. Merokok dapat menyebabkan
penyakit kanker, tekanan darah
tinggi, stroke, dan jantung
koroner.
39 73,6 14 26,4 53 100,0
3. Merokok dapat menyebabkan
penuaan dini dan impoten.
35 66,06 18 33,94 53 100,0
4. Rokok mengandung nikotin,
tar, karbon monoksida, dan
bahan kimia lainnya.
38 71,71 15 28,29 53 100,0
5. Tar dalam rokok menimbulkan
iritasi pada saluran nafas,
menyebabkan bronkitis, kanker
nasofaring, dan kanker paru.
40 75,49 13 24,51 53 100,0
6. Peraturan Pemerintah yang
mengatur pengamanan rokok
bagi kesehatan adalah PP No.
19 Thn 2003.
37 69,83 16 30,17 53 100,0
7. Merokok hanya dapat
membahayakan kesehatan bagi
perokoknya sendiri.
33 62,28 20 37,72 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban responden
maka, pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut:
72
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun
2018
No Pengetahuan f %
1. Baik 23 43,37
2. Kurang 30 56,63
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat distribusi frekuensi dari total 53 orang
(100,0%) responden, sebanyak 23 orang (43,37%) responden pengetahuan baik
dan sebanyak 30 orang (56,63%) responden pengetahuan kurang.
2. Jawaban responden tentang sikap
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh sikap dari
hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner tentang Sikap Siswa
SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Jawaban
No Sikap S RR TS Total
f % f % f % f %
1. Merokok sangatlah
berbahaya bagi kesehatan.
50 94,35 3 5,65 0 0 53 100,0
2. Saya merokok untuk
menghormati teman yang
merokok.
18 33,99 15 28,29 20 37,72 53 100,0
3. Orang yang mulai merokok
akan sulit untuk berhenti
merokok.
33 62,29 11 20,74 9 16,97 53 100,0
4. Asap rokok yang dihirup
lebih membahayakan si
perokok daripada orang
disekitarnya.
30 56,63 15 28,29 8 15,08 53 100,0
5. Merokok tidak
menyebabkan stroke.
23 43,43 24 45,26 6 11,31 53 100,0
6. Merokok termasuk salah
satu hak asasi seseorang
maka seseorang bebas
merokok dimana saja dan
kapan saja.
26 49,08 17 32,06 10 18,86 53 100,0
73
Jawaban
No Sikap S RR TS Total
f % f % f % f %
7. Merokok dapat
menimbulkan kecanduan.
42 79,26 5 9,43 6 11,31 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.9. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban responden
maka, sikap dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Sikap Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Sikap f %
1. Negatif 16 30,2
2. Positif 37 69,8
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.10. dapat dilihat distribusi frekuensi daritotal 53 orang
(100,0%) responden, sebanyak 16 orang (30,2%) responden sikap negatif dan
sebanyak 37 orang (69,8%) responden sikap positif.
3. Jawaban responden tentang sarana prasarana
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
sarana prasarana dari hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sarana
Prasarana di SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Jawaban
No Sarana Prasarana Ya Tidak Total
f % f % f %
1. Bagi saya untuk mendapatkan
rokok sangat mudah.
26 49,0 27 51 53 100,0
2. Disekitar lingkungan saya
terdapat tempat kumpul
dengan teman dan bebas
merokok.
27 51 26 49,0 53 100,0
3. Jarak dari rumah kewarung
untuk membeli rokok sangat
dekat.
44 83,03 9 16,97 53 100,0
74
Berdasarkan tabel 4.11. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden maka, sarana prasarana dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Sarana Prasarana di SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2018
No Sarana Prasarana f %
1. Mendukung 38 71,7
2. Kurang Mendukung 15 28,3
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.12. dapat dilihat distribusi frekuensi dari total 53
orang (100,0%) responden, sebanyak 38 orang (71,7%) responden sarana
prasarana mendukung dan sebanyak 15 orang (28,3%) responden sarana prasarana
kurang mendukung.
4. Jawaban responden tentang orang tua
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
orangtua dari hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner tentang Orang tua
Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Jawaban
No Orang tua Ya Tidak Total
f % f % f %
1. Orang tua saya adalah
perokok.
30 56,63 23 43,37 53 100,0
2. Orang tua saya merokok
disembarangan tempat.
21 39,6 32 60,4 53 100,0
3. Orang tua selalu merokok di
depan saya.
23 43,37 30 56,63 53 100,0
4. Orang tua tidak
memperdulikan dampak
merokok bagi kesehatannya.
23 43,37 30 56,63 53 100,0
5. Orang tua saya merokok
merupakan kebutuhan sehari-
harinya.
24 45,26 29 54,74 53 100,0
75
Jawaban
No Orang tua Ya Tidak Total
f % f % f %
6. Orang tua pernah menyuruh
saya membeli rokok untuknya.
34 64,17 19 35,83 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.13. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden maka, orang tua dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Orang tua Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun
2018
No Orang tua f %
1. Berperan 36 67,94
2. Kurang Berperan 17 32,06
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.14. dapat dilihat distribusi frekuensi dari total 53
orang (100,0%) responden, sebanyak 36 orang (67,94%) orang tua responden
berperan dan sebanyak 17 orang (32,06%) orang tua responden kurang berperan.
5. Jawaban responden tentang teman sebaya
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
teman sebaya dari hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner tentang Teman Sebaya
Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Jawaban
No Teman Sebaya Ya Tidak Total
f % f % f %
1. Teman saya sering mengajak
saya untuk merokok.
40 75,49 13 24,51 53 100,0
2. Teman sekitar rumah saya
yang bukan teman sekolah
juga merokok.
43 81,14 10 18,86 53 100,0
3. Teman sekolah pernah
mengajak saya merokok
dilingkungan sekolah.
32 60,4 21 39,6 53 100,0
76
Jawaban
No Teman Sebaya Ya Tidak Total
f % f % f %
4. Teman saya saat merokok
selalu menyodorkan saya
rokoknya.
34 64,17 19 35,83 53 100,0
5. Saya merasa teman saya yang
memengaruhi perilaku
merokok saya saat ini.
29 54,74 24 45,26 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.15. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden maka, teman sebaya dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Teman Sebaya Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2018
No Teman Sebaya f %
1. Mendukung 38 71,7
2. Kurang Mendukung 15 28,3
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.16. dapat dilihat distribusi frekuensi dari total 53
orang (100,0%) responden, sebanyak 38 orang (71,7%) teman sebaya responden
mendukung dan sebanyak 15 orang (28,3%) teman sebaya responden kurang
mendukung.
6. Jawaban responden tentang perilaku merokok
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka di peroleh data
pengetahuan dari hasil penilaian responden yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
77
Tabel 4.17. Distribusi Jawaban Pembagian Kuesioner tentang Perilaku
Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun
2018
Jawaban
No Perilaku Merokok Ya Tidak Total
f % f % f %
1. Apakah saudara pernah
merokok.
44 83,03 9 16,97 53 100,0
2. Saya merokok sehabis makan. 20 7,72 33 62,28 53 100,0
3. Saya merasa tidak nyaman
apabila tidak merokok dalam
satu hari.
22 41,49 31 50,51 53 100,0
4. Saya merokok saat berangkat
ke sekolah.
18 33,94 35 66,06 53 100,0
5. Saya merokok lebih dari satu
batang per hari.
28 52,85 25 47,15 53 100,0
6. Saya merokok saat kumpul
bersama teman.
29 54,57 24 45,26 53 100,0
7. Saya merokok di dalam
rumah.
12 22,63 41 77,37 53 100,0
8. Saat pulang dari sekolah saya
merokok.
23 43,37 30 56,63 53 100,0
9. Saya merokok saat lagi santai
atau sendiri.
25 47,15 28 52,85 53 100,0
10. Saya merokok dimanapun
yang saya mau.
20 37,72 33 62,28 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.17. dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden maka, perilaku merokok dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban
Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2018
No Perilaku Merokok f %
1. Ketergantungan 29 54,74
2. Kurang Ketergantungan 24 45,26
Total 53 100,0
Berdasarkan tabel 4.18. dapat dilihat distribusi frekuensi dari total 53
orang (100,0%) responden, sebanyak 29 orang (54,74%) responden
78
ketergantungan dan sebanyak 24 orang (45,26%) responden kurang
ketergantungan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Responden dengan
Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2018
Perilaku Merokok
No Pengetahuan Ketergantung
an
Kurang
Ketergantungan
Total 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
f % f % f %
1. Baik 17 32,1 6 11,3 23 43,4
2. Kurang 12 22,6 18 34,0 30 56,6 0,029
Total 29 54,7 24 45,3 53 100,0
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang pada tabel 4.19. dapat dilihat dari
total 53 orang (100,0%) responden, pengetahuan baik sebanyak 23 orang (43,4%)
responden, yang ketergantungan sebanyak 18 orang (32,1%) responden dan yang
kurang ketergantungan sebanyak 6 orang (11,3%) responden, sedangkan
pengetahuan kurang sebanyak 30 orang (56,6%) responden, yang ketergantungan
sebanyak 12 orang (22,6%) responden dan yang kurang ketergantungan sebanyak
18 orang (34,0%) responden.
Berdasarkan hasil uji chi-square pengetahuan responden diperoleh ρ
sebesar 0,029 dan oleh karena nilai ρ value (0,029 < 0,05), sehingga ada hubungan
pengetahuan responden dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
79
Tabel 4.20. Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok
Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Perilaku Merokok
No Sikap Ketergantungan Kurang
Ketergantungan
Total 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
f % f % f %
1. Negatif 13 24,5 3 5,7 16 30,2
2. Postif 16 30,2 21 3,6 37 69,8 0,024
Total 29 54,7 24 45,3 53 100,0
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang pada tabel 4.20. dapat dilihat dari
total 53 orang (100,0%) responden, sikap negatif sebanyak 16 orang (30,2%)
responden, yang ketergantungan sebanyak 13 orang (24,5%) responden dan yang
kurang ketergantungan sebanyak 3 orang (5,7%) responden, sedangkan sikap
positif sebanyak 37 orang (69,8%) responden, yang ketergantungan sebanyak 16
orang (30,2%) responden dan yang kurang ketergantungan sebanyak 21 orang
(30,2%) responden.
Berdasarkan hasil uji chi-square sikap responden diperoleh ρ sebesar
0,024 dan oleh karena nilai ρ value (0,024 < 0,05), sehingga ada hubungan sikap
responden dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2018.
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Hubungan Sarana Prasarana dengan Perilaku
Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun
2018
Perilaku Merokok
No Sarana
Prasarana
Ketergantung
an
Kurang
Ketergantungan
Total 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
f % f % f %
1. Mendukung 17 32,1 21 39,6 38 71,7
2. Kurang
Mendukung
12 22,6 3 5,7 15 28,3 0,044
Total 29 54,7 24 45,3 53 100,0
80
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang pada tabel 4.21. dapat dilihat dari
total 53 orang (100,0%) responden, sarana prasarana mendukung sebanyak 38
orang (71,7%) responden, yang ketergantungan sebanyak 17 orang (32,1%)
responden dan yang kurang ketergantungan sebanyak 21 orang (39,6%)
responden, sedangkan sarana prasarana kurang mendukung sebanyak 15 orang
(28,3%) responden, yang ketergantungan sebanyak 12 orang (22,6%) responden
dan yang kurang ketergantungan sebanyak 3 orang (5,7%) responden.
Berdasarkan hasil uji chi square sarana prasarana responden diperoleh ρ
sebesar 0,044 dan oleh karena nilai ρ value (0,044 < 0,05), sehingga ada hubungan
sarana prasarana responden dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Hubungan Orang tua dengan Perilaku Merokok
Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Perilaku Merokok
No Orang tua Ketergantung
an
Kurang
Ketergantungan
Total 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
f % f % f %
1. Berperan 26 49,1 10 18,9 36 68,0
2. Kurang
Berperan
3 5,6 14 26,4 17 32,0 0,001
Total 29 54,7 24 45,3 53 100,0
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang pada tabel 4.22. dapat dilihat dari
total 53 orang (100,0%) responden, orang tua berperan sebanyak 36 orang
(68,0%) responden, yang ketergantungan 26 orang (49,1%) responden dan kurang
ketergantungan 10 orang (18,9%) responden,sedangkan orang tua kurang berperan
sebanyak 17 orang (32,0%) responden, yang ketergantungan 3 orang (5,6%)
responden dan yang kurang ketergantungan 14 orang (26,4%) responden.
81
Berdasarkan hasil uji chi square orang tua responden diperoleh ρ sebesar
0,001 dan oleh karena nilai ρ value (0,001 < 0,05), sehingga ada orang tua
responden dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2018.
Tabel 4.23. Tabulasi Silang Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Siswa
SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Perilaku Merokok
No Teman
Sebaya
Ketergantung
an
Kurang
Ketergantungan
Total 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
f % f % f %
1. Mendukung 16 30,2 22 41,5 38 54,7
2. Kurang
Mendukung
13 24,5 2 3,8 15 45,3 0,009
Total 29 54,7 24 45,3 53 100,0
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang pada tabel 4.23. dapat dilihat dari
total 53 orang (100,0%) responden, teman sebaya mendukung sebanyak 38 orang
(54,7%) responden, yang ketergantungan 16 orang (30,2%) responden dan yang
kurang ketergantungan 22 orang (41,5%) responden, sedangkan teman sebaya
kurang mendukung sebanyak 15 orang (45,3%) responden, yang ketergantungan
13 orang (24,5%) responden dan yang kurang ketergantungan 2 orang (3,6%)
responden.
Berdasarkan hasil uji chi-square teman sebaya responden diperoleh ρ
sebesar 0,009 dan oleh karena nilai ρ value (0,009 < 0,05), sehingga ada hubungan
teman sebaya responden dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
82
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling
memengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai dilakukan
menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression) melalui
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan sebagai
kandidat model. Variabel yang dipilih sebagai kandidat adalah variabel
yang memiliki nilai signifikan.
2. Dalam pemodelan ini variabel kandidat yang memiliki nilai p-value < 0,25
pada uji bivariat (uji chi-square) dimasukkan secara bersama-sama dalam
uji multivariat.
3. Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 sebagai persyaratan dalam uji
regresi logistik berganda untuk memungkinkan variabel-variabel yang
secara terselubung sesungguhnya secara substansi sangat penting
dimasukkan ke dalam model multivariat.
4. Dari hasil uji bivariat, dari 5 variabel yang diuji, terdapat 5 variabel
dijadikan kandidat model pada uji regresi logistik berganda pada penelitian
ini karena memiliki nilai signifikan < 0,25 yaitu pengetahuan (p = 0,029),
sikap (p = 0,024), sarana prasarana (p = 0,044), orang tua (p = 0,001), dan
teman sebaya (p = 0,009).
5. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan regresi logistik berganda dengan
metode Backward Stepwise (Conditional) untuk mengidentifikasi faktor
83
paling berpengaruh terhadap perilaku merokok. Metode Backward
Stepwise (Conditional) yaitu yang mempunyai variabel p-value < 0,05.
1. Regresi Logistik Berganda Tahap Pertama
Regresi logistik berganda tahap pertama bertujuan untuk pemilihan
variabel kandidat multivariat yang dilakukan dengan cara memasukkan seluruh
variabel independent pada uji bivariat ke multivariat dengen ketentuan output p-
value < 0,25.
Tabel 4.24. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Tahap Pertama Variabel
Independen Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Variabel B Sig Exp(B) 95% C.I
Lower Upper
1. Pengetahuan -1,183 0,453 0,306 0,014 6,714
2. Sikap 2,975 0,040 19,597 1,141 336,544
3. Sarana_Prasarana 1,990 0,116 7,318 0,612 87,484
4. Orang_tua 4,109 0,007 60,858 3,026 1223,970
5. Teman_Sebaya 2,069 0,220 7,918 0,290 216,400
Konstanta -5,896 0,006 0,003
Berdasarkan tabel 4.24. hasil uji regresi logistik berganda tahap pertama 5
variabel yang diuji regresi logistik berganda pada tahap pertama terlihat ada 1
variabel yang memiliki nilai p-value > 0,05 yaitu variabel pengetahuan dan
variabel yang terbesar nilai signifikannya adalah pengetahuan (sig = 0,453). Dan
selanjutnya variabel pengetahuan dikeluarkan dari pemodelan pada regresi
logistik berganda tahap kedua, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
2. Regresi Logistik Berganda Tahap Kedua
Regresi logistik berganda tahap kedua dimasukkan empat variabel yang
tersisa yaitu sikap, sarana prasarana, orang tua dan teman sebaya.
84
Tabel 4.25. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Tahap Kedua Variabel
Independen Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Variabel B Sig Exp(B) 95% C.I
Lower Upper
1. Sikap 2,491 0,044 12,072 1,069 136,336
2. Sarana_Prasarana 1,575 0,137 4,832 0,606 38,524
3. Orang_tua 3,671 0,003 39,289 3,516 439,038
4. Teman_Sebaya 1,186 0,303 3,273 0,343 31,257
Konstanta -5,224 0,002 0,005
Berdasarkan tabel 4.25. hasil uji regresi logistik berganda tahap kedua 4
variabel yang diuji regresi logistik berganda pada tahap kedua terlihat ada 1
variabel yang memiliki nilai p-value > 0,05 yaitu variabel teman sebaya dan
variabel yang terbesar nilai signifikannya adalah teman sebaya (sig = 0,303). Dan
selanjutnya variabel teman sebaya dikeluarkan dari pemodelan pada regresi
logistik berganda tahap ketiga, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
3. Regresi Logistik Berganda Tahap Ketiga
Regresi logistik berganda tahap ketiga yang dimasukkan tiga variabel yang
tersisa dari tahap kedua yaitu sikap, sarana prasarana, dan orang tua.
Tabel 4.26. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Tahap Ketiga Variabel
Independen Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
No Variabel B Sig Exp(B) 95% C.I
Lower Upper
1. Sikap 2,788 0,019 16,254 1,579 167,340
2. Sarana_Prasarana 1,986 0,046 7,288 1,036 51,255
3. Orang_tua 3,682 0,002 39,734 3,791 416,423
Konstanta -4,825 0,001 0,008
Berdasarkan tabel 4.26. hasil uji regresi logistik berganda tahap ketiga 3
variabel yang diuji diperoleh nilai signifikan < 0.05 yang berarti bahwa variabel
yang diuji sikap, sarana prasarana dan orang tua memiliki pengaruh yang
85
signifikan terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2018.
Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini yang pertama
adalah variabel sikap mempunyai nilai Exp(B)= 16,25 (95% CI= 1,579-167,340),
artinya responden yang memiliki sikap positif terhadap rokok berpeluang untuk
merokok sebanyak 16,25 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki sikap negatif terhadap rokok.
Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini yang kedua
adalah variabel sarana prasarana mempunyai nilai Exp(B)= 7,288 (95% CI=
1,036-51,255), artinya responden yang memiliki sarana prasarana yang
mendukung terhadap rokok berpeluang untuk merokok sebanyak 7,288 kali lebih
besar dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana prasarana yang
kurang mendukung terhadap rokok.
Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini yang ketiga
adalah variabel orang tua mempunyai nilai Exp(B)= 39,734 (95% CI= 3,791-
416,423), artinya responden yang memiliki orang tua perokok berpeluang untuk
merokok sebanyak 39,734 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki orang tua tidak merokok.
P = )(682,3)_(986,1788,2825,4( )(1
1orangtuaprasaranasaranasikape
P= 0,2136296
P= 0,21
P= 21%
86
Berdasarkan model persamaan di atas menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki sikap positif terhadap rokok, sarana prasarana yang mendukung untuk
merokok dan orang tua yang perokok secara bersama-sama memiliki pengaruh
perilaku merokok sebesar (100%-21%)= 79% siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018 untuk merokok.
4.4. Hasil Penelitian Kualitatif
Untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dilakukan dengan
mewawancarai informan siswa perokok, orang tua dan kepala sekolah SMA
Negeri 2 Tambusai terhadap yang memengaruhi perilaku merokok responden.
1. Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok
Tabel 4.27. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 1
Peneliti Di umur sajia mo pertama kali mangidup?
Umur berapa anda pertama kali merokok?
Informan 1 Au bang mangidup pas kalas sada, kira-kira umur waktu i 15 taon.
saya merokok pas kelas 1, kira-kira umur waktu itu umur 15 tahun
Peneliti Diboto adek do mangidup i inda deges tu kesehatan i?
Apakah anda tahu merokok itu berbahaya bagi kesehatan?
Informan 1 Inda, Cuma kadang au adong batuk-batuk santongkin-santokkin.
Tidak, cuma kadang ada timbul gejala batuk-batuk.
Peneliti Oppung dihamu i mangidup do. Diboto oppung di homu i do
mangidup, manyolop do ia i pala mangidup ko i?
Apakah orang tua anda merokok dan marah kalau tahu anda
merokok?
Informan 1 Olo mangidup. Manyolop mantong, nape di boto ia anggo diboto ia
manyolop pia.
Iya orang tua saya merokok. Marah, karena orang tua belum tahu
kalau saya merokok.
Peneliti Bia mei dirasa ho pas pertama kali mangidup?
Apa yang anda rasakan saat pertama kali merokok?
Informan 1 Perasaan ku tong malah tambah lebih sangai dope rap rilek.
Merasa perasaan saya lebih tambah santai dan rilek.
Peneliti Ngon jia meidapot ko hepeng baen mamboli sigaret i?
87
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 1
Darimana anda mendapatkan uang untuk membeli rokok?
Informan 1 Ngon hepeng jajan sikola rap hepeng paulak pala mamboli sesuatu.
Dari uang jajan dan sisa kembalian uang saat orang tua saya
menyuruh saya membeli sesuatu.
Peneliti Piga batang sigaret ma habis ho sadari na mangidup i?
Berapa batang per hari anda menghabiskan rokok?
Informan 1 Sajia buse me 1-3 batang mai sadari.
Hanya menghabiskan 1-3 batang rokok per harinya.
Peneliti Ise ma na mangontang ko pertama kali mangidup?
Siapa yang pertama kali mengajak anda untuk merokok?
Informan 1 Dongan-dongan, harana pala mangidup halai di sodorkon nia dei
tu au i.
Kawan-kawan, karena mereka merokok selalu ditawarkan kepada
saya.
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 2
Peneliti Umur piga taon mo pertama kali mangidup?
Umur berapa anda pertama kali merokok?
Informan 2 Pertama kali au mangidup pas waktu au sikolah di pesantren, ngon
SD pe mandung mancubo-cubo ma au mangidup?
Pertama kali saya menghisap rokok masih waktu sekolah di
pesantren (setara SMP), tapi dari SD pun sudah mencoba-coba
merokok.
Peneliti Di boto ho dei mangidup i inda cocok tu kesehatan?
Apakah anda tahu merokok itu berbahaya bagi kesehatan?
Informan 2 Olo huboto, cumana harana mancubo-cubo do au manjadi
ketagihan.
Ya tahu, cuma karena mencoba-coba jadi ketagihan.
Peneliti Oppung dihamu i mangidup do. Diboto oppung di homu i do
mangidup, manyolop do ia i pala mangidup ko i?
Apakah orangtua anda merokok dan marah kalau tahu anda
merokok?
Informan 2 Ayahku memang mangidup, manyolop tong.
Orang tua saya memang merokok, marah.
Peneliti Bia mei dirasa ho pas pertama kali mangidup?
Apa yang anda rasakan saat pertama kali merokok?
Informan 2 Inda dong, songon-songoni sajo mia.
Gak ada, kayak gitu-gitu aja.
Peneliti Ngon jia meidapot ko hepeng baen mamboli sigaret i?
Darimana anda mendapatkan uang untuk membeli rokok?
Informan 2 Ngon hepeng jajan setiap ari rap belanjo sikola.
Dari uang jajan sehari-hari dan belanja sekolah.
88
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 2
Peneliti Piga batang sigaret ma habis ho sadari na mangidup i?
Berapa batang per hari anda menghabiskan rokok?
Informan 2 Paling sabatang maia abis au sadari, napedo sampe sada bungkus.
Cuma sebatang, saya manghabiskan rokok per hari, belum nyampe
satu bungkus.
Peneliti Ise ma na mangontang ko pertama kali mangidup?
Siapa yang pertama kali mengajak anda untuk merokok?
Informan 2 Dongan-dongan.
Kawan-kawan.
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 3
Peneliti Di umur sajia mo pertama kali mangidup?
Umur berapa anda pertama kali merokok?
Informan 3 Au mangidup pas mandung masuk tu sikolah SMA on bang.
Saya merokok setelah sekolah di SMA ini bang.
Peneliti Diboto adek do mangidup i inda deges tu kesehatan i?
Apakah anda tahu merokok itu berbahaya bagi kesehatan?
Informan 3 Inda bang.
Gak bang.
Peneliti Oppung dihamu i mangidup do. Diboto oppung di homu i do
mangidup, manyolop do ia i pala mangidup ko i?
Apakah orang tua anda merokok dan marah kalau tahu anda
merokok?
Informan 3 Manyolop bang, bope dabo mangidup orang tua i, anggo au
indakan nai patola nia i.
Marah bang, biarpun orang tua saya merokok, saya tidak pernah
dibolehkannya.
Peneliti Bia mei dirasa ho pas pertama kali mangidup?
Apa yang anda rasakan saat pertama kali merokok?
Informan 3 Inda dong, harana martambah sep dope hurasa namangidup i.
Gak ada, malah bertambah bagus yang merokok itu.
Peneliti Ngon jia meidapot ko hepeng baen mamboli sigaret i?
Darimana anda mendapatkan uang untuk membeli rokok?
Informan 3 Ngon hepeng jajan sikola.
Dari uang jajan sekolah.
Peneliti Piga batang sigaret ma habis ho sadari na mangidup i?
Berapa batang per hari anda menghabiskan rokok?
Informan 3 Sabukkus pe inda pedo habis, 2-3 batang i dope nahabis au sadari.
Satu bungkus tidak habis, 2-3 batang segitulah habis satu hari.
Peneliti Ise ma na mangontang ko pertama kali mangidup?
Siapa yang pertama kali mengajak anda untuk merokok?
89
Hasil Wawancara dengan Informan Siswa Perokok 3
Informan 3 Dongan-dongan bang, harana dongan-dongan ku pemangidup juo
do bang.
Kawan-kawan, karena banyak kawan-kawan saya yang merokok
juga bang.
Berdasarkan dari tabel 4.27. hasil wawancara mendalam (depth interview)
informan sudah merokok pada saat umur 13-15 tahun, informan juga mengatakan
orang tua mereka marah kalau mereka merokok, pada saat merokok informan
tidak merasakan adanya perubahan kesehatan dalam dirinya, informan
mendapatkan uang untuk membeli rokok dari uang jajan mereka sehari-hari, dan
informan juga mengatakan mereka merokok di karenakan kawan mereka juga
merokok.
2. Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua
Tabel 4.28. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua
Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua 1
Peneliti Mangidup do pung, oppung halak lai?
Apakah bapak merokok bu?
Informan 1 Anggo oppung mu halak lai tong memang mangidup dei.
Iya, bapak memang merokok.
Peneliti Dibagasan bagas on pung, oppung halai lai mangidup dei?
Apakah bapak di rumah juga merokok bu?
Informan 1 Jot-jot mantong, terutama pas habis mangan.
Sering, terutama habis makan.
Peneliti Dijia sajo ma pung, oppung halak lai pala mangidup?
Dimana saja tempat bapak kalau sedang merokok bu?
Informan 1 Dijia-jia giot nia, anggo oppung mu do. Na jot-jot di ruang on pas
lagi manonton TV.
Dimana-mana maunya, yang sering di ruang tamu saat lagi
manonton TV.
Peneliti Piga bungkus ma pung sadari oppung halak lai mangidup i?
Berapa bungkus satu hari bapak menghabiskan rokok bu?
Informan 1 Dua bukkus maia na abis nia sadari saborngin.
Dua bungkus cuma sehari semalam.
Peneliti Songonjia ma tanggapan ni oppung i, na anak SMA mandung
mangidup?
90
Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua 1
Bagaimana tanggapan ibu terhadap anak setingkat SMA sudah
merokok bu?
Informan 1 Ulang jolo magidup anggo na sikola dope.
Janganlah dulu merokok kalau masih sekolah.
Peneliti Aha ma saran ni oppung, so ulang mangidup anak ni oppung?
Apa saran ibu agar anak tidak merokok?
Informan 1 Songon jia mei di baen, akke anak niba pe namangidup i na dohot-
dohotan juo do.
Kayakmanalah dibuat, karena anak sayapun merokoknya ikut-
ikutan juganya.
Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua 2
Peneliti Mangidup do pung?
Apakah bapak merokok?
Informan 2 Olo gik, mangidup.
Iya, merokok.
Peneliti Pala dibagas on pung, mangidup juo do oppung?
Apakah bapak di rumah juga merokok?
Informan 2 On mandon, na mangidup ma pung karejo on.
Iya, inilah lagi merokok.
Peneliti Dijia sajo ma tempat ni oppung pala mangidup?
Dimana saja tempat bapak kalau sedang merokok?
Informan 2 Dikamar sajo mia gik naso mangidup, ipe baen nagiot modom i dei.
Cuma di kamar saja saya yang tidak merokok.
Peneliti Piga bukkus ma abis oppung na mangidup i?
Berapa bungkus satu hari bapak menghabiskan rokok?
Informan 2 Dua bukkus dope sadari saborngin.
Dua bungkus sehari-semalam.
Peneliti Bia do tanggapan ni oppung, na anak setingkat SMA mandung
mangidup?
Bagaimana tanggapan bapak terhadap anak setingkat SMA sudah
merokok?
Informan 2 Anggo au gari selaku orang tua, pangidoanku ulang jolo mangidup
apa lagi na sikola dope, tapi tong anggo mandung tamat sikolah
anggo i ia mei harana ma bisa ia manjalaki kan disia.
Kalau saya sebagai orang tua permintaan saya jangan dulu merokok
apa lagi karena masih sekolah, tapi kalau sudah tamat, dialah itu
karena dia udah bisa cari sendiri.
Peneliti Aha ma pung saranna, anak nari ulang mangidup?
Apa saran agar anak tidak merokok?
Informan 2 Inda bisa idokon be, harana au sajo pentong sebagai orang tua
mangidup juo do. Cuma na gari anggo nasikola ulang jolo
91
Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua 2
mangidup.
Tidak bisa dikasih tau lagi, karena saya sendiripun sebagai orang
tua merokok juganya, hanya kalau masih sekolah jangan dulu
merokok.
Hasil Wawancara dengan Informan Orang tua 3
Peneliti Mangidup do oppung?
Apakah bapak merokok?
Informan 3 Olo mangidup, on ma sigaret na.
Ia merokok, inilah rokoknya.
Peneliti Pala dibagas mangidup juo do oppung?
Apakah bapak di rumah juga merokok?
Informan 3 Olo.
Iya.
Peneliti Dijia sajo ma tempat ni oppung pala giot mangidup?
Dimana saja tempat bapak kalau sedang merokok?
Informan 3 Dibagas, habis mangan mangidup do au i.
Di rumah, sehabis makan saya juga merokok.
Peneliti Piga bukkus mei habis oppung na mangidup i?
Berapa bungkus satu hari bapak menghabiskan rokok?
Informan 3 Dua bukkus ma ia habis sadari saborngin.
Dua bungkus habis untuk sehari-semalam.
Peneliti Aha ma tanggapan ni oppung tu anak setingkat SMA mandung
mangidup?
Bagaimana tanggapan bapak terhadap anak setingkat SMA sudah
merokok?
Informan 3 Anggo pangidoankku gagri sebagai orang tua, ulang mangidup,
ulang songon au on harana mandung terlanjur. Harana mangidup i
mancego on tu kesehatan, au sendiri pe baen mandung terlanjur
inda bisa mattak be.
Kalau permintaaa saya sebagai orang tua, jangan merokok jangan
seperti saya ini karena sudah terlanjur, karena merokok merusak
kesehatan, saya sendiri karena sudah terlanjur dan tak bisa berhenti.
Peneliti Aha ma saran ni oppung so anak ni oppung inda mangidup?
Apa saran agar anak tidak merokok?
Informan 3 Songonjia ma idokon. Na degesna untuk kesehatan ulang gari
mangidup.
Kayak manalah mau dibilang, yang lebih bagus untuk kesehatan
janganlah merokok.
Berdasarkan dari tabel 4.28. hasil depth interview semua informan adalah
perokok, informan mengatakan mereka merokok di waktu kapan saja mereka
92
menginginkannya, pada saat informan merokok, informan merokok dimana saja
mereka inginkan terkecuali di kamar saat hendak tidur, rata-rata informan adalah
perokok berat dimana informan menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari,
informan hanya menginginkan anak mereka jangan sampai merokok cukup
mereka saja, informan juga mengatakan soal rokok anaknya sudah tidak bisa
diberi nasihat, tetapi informan menyarankan agar lebih sehat jangan merokok.
3. Hasil Wawancara dengan Informan Kepala Sekolah (Kepsek)
Tabel 4.29. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan Kepala Sekolah
Hasil Wawancara dengan Informan Kepala Sekolah
Peneliti Bia do pak perilaku mangidup ni siswa SMA 2 tambusai on, pa waktu i
panarimaan siswa baru manurun do pak?
Bagaimana statistik siswa SMAN 2 Tambusai tentang perilaku
merokok, apa setiap penerimaan siswa baru siswa merokok menurun?
Kepsek Anggo ngon kalas 3 nari inda adong, cumana kalas sada na jolo inda
binoto aha masalahna mangidup kalai dan maningkat buse sian kelas
dua nari.
Kalau dari kelas 3 sekarang tidak ada, cuma kelas satu yang dulu tidak
tahu apa masalahnya kenapa mereka merokok dan meningkat dari
kelas dua sekarang.
Peneliti Dijia sajo ma pak disikola on anan na lai pala mangidup?
Di dalam lingkungan sekolah, dimana saja tempat siswa untuk
merokok?
Kepsek Anngo disikola on halai na jot-jot mangidup di bagasan wc, diruangan
kelas, rap kantin. Tapi anggo au na pedo unjung huida secara
langsung cumana na huligi sisia puntung sigaret sajo do marserakan,
guru-guru na lain mia na maligi baru dilaporkon kalai tu kantor.
Kalau di sekolah siswa sering merokok di dalam wc, ruangan kelas,
dan kantin, tetapi saya tidak pernah melihat secara langsung cuma
yang saya lihat sisa puntung rokoknya berserakan, guru-guru lain yang
melihat dan melaporkannya ke kantor.
Peneliti Disikola on pak mandung odong me paraturan mengenai mangidup?
Apakah di sekolah sudah ada peraturan mengenai merokok?
Kepsek Anggona parjolo panggilan orang tua siswa na bertujuan orang tua
nai so binoto ia juo aha nai karejoon anak nia disikola on.
Na kedua tong panggilan orang tua siswa mambuat parjanjian pake
materai inda mangulangi kesalahan i be rap dilehen hukuman skor.
Pala na ke tolu tong panggilan orang tua jua dope siswa nai bisa di
pa attak ngon sikola i.
93
Hasil Wawancara dengan Informan Kepala Sekolah
Kalau yang pertama panggilan orang tua siswa bertujuan agar orang
tua juga tahu apa yang di kerjakan anaknya disekolah.
Kalau yang kedua panggilan orang tua siswa membuat perjanjian di
atas materai tidak akan mengulanginya dan diberikan sanksi skor.
Kalau yang ketiga panggilan orang tua lagi siswa bisa diberhentikan
dari sekolah tersebut.
Peneliti Waktu na jolo bia dei pak pala adong siswa SMA Negeri 2 tambusai
mangidup di sikola, aha dei sanksi na nai lehen ni bapak?
Bila melihat siswa SMAN 2 Tambusai dulu merokok di sekolah sanksi
apa yang diberikan?
Kepsek Anggo na jolo painte so adong guru BK na, saksi na dilehen instan
dope ngon hormat bendera, makkutip sampah, rap scout jump.
Kalau dulu sebelum ada guru BK, sanksinya diberikan instan dari
hormat bendera, mengutip sampah, dan scout jump.
Peneliti Anggo nida bapak siswa SMA Negeri 2 Tambusai mangidup di luar
sikola pak aha ma tindakan ni bapak?
Kalau melihat siswa SMAN 2 Tambusai merokok di luar sekolah apa
tindakan bapak?
Kepsek Anggo dasarna au sebagai guru tentu do menegur anggo hu ida ma
siswa ku mangidup bope nai luar rap dalam sikola, harana guru i
sebagai pengganti orang tua juo dei na mangajari anak-anak na.
Pada dasarnya saya sebagai guru akan menegur kalau melihat siswa
saya merokok baik di dalam maupun di luar sekolah, karena guru itu
sebagai pengganti orangtua juga yang mengajari anak-anaknya.
Peneliti Ahama saran ni aso angka mangidup di SMAN 2 Tambusai on
manurun pak?
Apa saran bapak untuk menurunkan angka merokok di SMAN 2
Tambusai?
Kepsek Kesehatan i lebih di utama on rap orang tua pe tong harus manolong
juo.
Kesehatan itu lebih diutamakan dan orang tuapun harus membantu.
Berdasarkan dari tabel 4.29. hasil wawancara mendalam terhadap
informan, informan mengatakan pada awalnya kelas tiga tidak ada yang merokok
setelah beberapa bulan kelas satu masuk kenakalan merokok meningkat dari kelas
2 yang sudah ada juga. Informan mengatakan kalau siswa merokok di dalam
sekolah tidak pernah terlihat olehnya hanya yang informan lihat sisa puntung
rokok yang berserakan dan kebanyakan guru-guru yang melihat dan
94
melaporkannya ke kantor, informan mengatakan sanksi untuk merokok sendiri di
dalam sekolah cukup tegas yang dimana ada panggilan orang tua 1, 2, 3 dan diberi
sanksi berhentikan dari sekolah kalau masih tidak bisa dibina, informan juga
mengatakan dulu sebelum ada guru BK yang menindaklanjuti kenakalan siswa di
sekolah mereka memberi sanksi dengan instan berupa hormat bendera, kutip
sampah dan scout jump, informan mengatakan saya sebagai guru akan menegur
kalau melihat siswa saya merokok baik di dalam maupun di luar sekolah, karena
guru itu sebagai pengganti orangtua juga yang mengajari anak-anaknya, informan
juga mengatakan kesehatan itu lebih diutamakan dan orang tuapun membantu.
4. Hasil Wawancara dengan Informan Penjual Rokok
Tabel 4.30. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan Penjual Rokok
Hasil Wawancara dengan Penjual Rokok
Peneliti Bahat do dison bang anak SMA i na mamboli sigaret?
Banyak disi bang siswa SMA Negeri 2 Tambusai yang membeli
rokok?
Informan Inda pala bahat tapi adong-adong juo ma.
Ada cuma sedikit-sedikit.
Peneliti Manggadis sigaret per batang do lana abang dison?
Abang ada menjual rokok per batang disi bang?
Informan Olo dek, manggadis.
Iya dek, menjual.
Berdasarkan dari tabel 4.30. hasil wawancara mendalam terhadap
informan mengatakan bahwa siswa SMA Negeri 2 Tambusai memang membeli
rokok di warung tersebut dan siswa SMA Negeri 2 Tambusai membeli rokok
dengan harga terjangkau karena pemilik warung tersebut menjual rokok
perbatang.
95
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik berganda
menunjukkan bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu, nilai signifikan = 0,019 < 0,05.
Variabel sikap mempunyai nilai Exp(B)= 16,25 (95% CI= 1,579-167,340) artinya
responden memiliki sikap positif terhadap rokok berpeluang memiliki perilaku
merokok 16,25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki
sikap negatif terhadap rokok.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda sikap responden diperoleh
nilai signifikan sebesar 0,019 oleh karena nilai signifikan (0,019 < 0,05) sehingga
sikap berpengaruh. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda maka dapat
diartikan sikap positif cenderung akan merokok sedangkan sikap negatif akan
mendekati perilaku merokok tersebut dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
sikap terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian uji staistik bivariat tabel 4.20. dari total 53
orang (100,0%) responden, sikap negatif sebanyak 16 orang (30,2%) responden
yang ketergantungan sebanyak 13 orang (24,5%) responden dan yang kurang
ketergantungan sebanyak 3 orang (5,7%) responden, sedangkan sikap positif
sebanyak 37 orang (69,8%) responden yang ketergantungan sebanyak 16 orang
95
96
(30,2%) responden dan yang kurang ketergantungan sebanyak 21 orang (30,2%)
responden.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh nilai sig-a 0,024 yang berarti lebih
kecil dari p-value (0,05). Berdasarkan hasil uji statistik p-value ini maka dapat
diartikan sikap positif akan mengalami perilaku merokok yang ketergantungan
sedangkan sikap negatif akan mengalami perilaku merokok yang kurang
ketergantungan dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap dengan
perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun
2018.
Sikap siswa terhadap rokok dalam penelitian ini ternyata termasuk
kategori positif, hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa terhadap pertanyaan
tentang sikapnya terhadap rokok, dimana siswa memiliki sikap yang negatif
terhadap adanya rokok dan perilaku merokok yang dilakukannya sehingga
memiliki dampak terhadap perilaku merokok yang dilakukannya. Sikap seseorang
tentu akan berkaitan dengan perilakunya. Sikap bermula dari perasaan (suka atau
tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu obyek. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.Sikap
mempunyai pengaruh paling kuat terhadap perilaku siswa karena sikap itu
membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada
perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga
97
membantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang pada awalnya tampak
asing (38).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Thirtinia mengatakan penentuan p-value
menggunakan hasil uji fisher exact, pada tingkat kepercayaan 95% nilai p= 0,000.
Hal ini berarti p-value lebih kecil dari α (5%) sehingga Ho ditolak, berarti dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki
sikap positif dan negatif, atau ada hubungan yang bermakna antara sikap positif
terhadap perilaku merokok siswa di sekolah, menunjukkan hasil penelitian bahwa
ada hubungan sikap dengan perilaku merokok (0,024 < 0,05) (13).
Menurut pendapat peneliti yang ditemui kuantitatif dan kualitatif sikap
diperoleh melalui proses seperti pengalaman pribadi (pembelajaran), pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media massa.
Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan diubah. Pengalaman
baru secara konstan memengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah,
ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media dan
kehidupan seseorang akan memengaruhinya. Sikap dapat membantu personal
karena berkaitan dengan harga diri yang positif atau dapat juga merusak personal
karena adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada disetiap orang sepanjang
waktu dan secara konstan sikap memengaruhi perilaku dan cara belajar.
Sikap harusnya mempunyai pendorong atau motivasi, sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro ataupun
kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang dia sukai, diharapkan dan
diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
98
dihindari. Bila sikap seseorang positif terhadap sesuatu, dia akan setuju pada
obyek itu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan informan setelah dilakukan
wawancara mendalam (depth interview) informan kunci menjawab orangtua
informan adalah seorang perokok ditambah lagi kawan-kawan informan yang
ditemuinya di sekolah dan di luar adalah juga perokok sehingga membuat sikap
positif informan terhadap rokok karena setiap hari terpapar dengan orang merokok
dan membuat pemikiran informan merokok adalah hal yang biasa, sedangkan
informan pendukungpun adalah seorang perokok yang merokok di sembarangan
tempat dan informan pendukung juga merokok sehabis makan sehingga membuat
informan kunci memiliki sikap positif terhadap rokok karena orang tuanya
merokok selalu dilihatnya setiap hari seperti menjadi sebuah kebutuhan yang
primer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku
merokok informan kunci karena dimana orang lain di sekitar informan yang
merokok memengaruhi sikap informan terhadap rokok.
5.2. Pengaruh Sarana Prasarana Terhadap Perilaku Merokok di SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik berganda
menunjukkan bahwa sarana prasarana mempunyai nilai Exp(B)= 7,288 (95% CI=
1,036-51,255), artinya responden yang memiliki sarana prasarana yang
mendukung terhadap rokok berpeluang untuk merokok sebanyak 7,288 kali lebih
besar dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana prasarana yang
kurang mendukung terhadap rokok.
99
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda sarana prasarana responden
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,046 oleh karena nilai signifikan (0,046 < 0,05)
sarana prasarana berpengaruh. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda
maka dapat diartikan sarana prasarana mendukung cenderung akan membuat
siswa juga merokok sedangkan sarana prasarana kurang mendukung akan
menjauhi perilaku merokok tersebut dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
sarana prasarana terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian uji staistik bivariat tabel 4.21. dari total 53
orang (100,0%) responden, sarana prasarana mendukung sebanyak 38 orang
(71,7%) responden yang ketergantungan sebanyak 17 orang (32,1%) responden
dan yang kurang ketergantungan sebanyak 21 orang (39,6%) responden,
sedangkan sarana prasarana kurang mendukung sebanyak 15 orang (28,3%)
responden yang ketergantungan sebanyak 12 orang (22,6%) responden dan yang
kurang ketergantungan sebanyak 3 orang (5,7%) responden.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh nilai sig-a 0,044 yang berarti lebih
kecil dari p-value (0,05). Berdasarkan hasil uji statistik p-value ini maka dapat
diartikan sarana prasarana mendukung akan mengalami perilaku merokok yang
ketergantungan sedangkan sarana prasarana kurang mendukung akan mengalami
perilaku merokok yang kurang ketergantungan dan dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan sarana prasarana dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
100
Saat ini merokok masih dianggap perilaku yang dapat ditolerir oleh
masyarakat. Dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di
lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap
saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok dan menjual
rokok. Merokok yang terjadi saat ini dilihat dari berbagai sudut pandang sangat
merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya. Dari definisi
tersebut dapat diartikan bahwa sarana prasarana sumber daya pendukung yang
terdiri dari segala bentuk perlengkapannya dan terlaksananya kegiatan seperti
tersedianya uang untuk membeli rokok, adanya tempat yang menjual rokok,
pembeli rokok tanpa dibatasi usia dan kebebasan merokok ditempat umum (40).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Thirtinia mengatakan penentuan p-value
menggunakan hasil uji fisher exact, pada tingkat kepercayaan 95% nilai p= 0,001.
Hal ini berarti p-value lebih kecil dari α (5%) sehingga Ho ditolak, berarti dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki
sarana prasarana mendukung dan sarana prasarana kurang mendukung, atau ada
hubungan yang bermakna antara sarana prasarana yang mendukung dengan
perilaku merokok siswa di sekolah, menunjukkan hasil penelitian bahwa ada
hubungan sarana prasarana dengan perilaku merokok (0,044 < 0,05) (13).
Menurut pendapat peneliti yang ditemui kuantitatif dan kualitatif terdapat
beberapa faktor yang menjadi alasan remaja, salah satu adalah faktor sarana
prasarana. Faktor sarana prasarana berasal dari luar diri seseorang yang memiliki
pengaruh besar dalam menentukan seseorang untuk mencoba dan menghisap
rokok. Faktor tersebut berupa alasan adanya dukungan kemudahan dalam
101
memperoleh rokok, uang untuk membeli rokok, ada penjual rokok dan tanpa
membatasi usia pembeli sehingga mendukung responden untuk merokok.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan informan setelah
dilakukanwawancara mendalam informan kunci menjawab dimana informan
mendapatkan uang untuk membeli rokok dari duit kantong sehari-hari dan sisa
duit kembalian ketika informan disuruh membeli sesuatu dan informan juga dapat
membeli rokok dengan harga terjangkau karena di depan sekolah ada yang
menjual rokok per batang dan pemilik warung tersebut selalu memberikan kepada
informan rokok walaupun penjual rokok tersebut tahu yang sedang membeli
rokok adalah masih pelajar ditambah lagi di warung-warung dekat rumah
informan ada juga yang menjual rokok per batang, sedangkan informan
pendukung memang memberi uang kantong kepada informan kunci. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana berpengaruh terhadap perilaku
merokok informan kunci karena dimana sarana prasaraana yang lengkap yang
terdiri dari segala bentuk perlengkapan dan persyaratan terlaksananya kegiatan
informan kunci untuk merokok.
5.3. Pengaruh Orang tua Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri
2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji regresi logistik berganda
menunjukkan bahwa orang tua berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa
SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018, nilai signifikan=
0,002 < 0,05. Variabel orang tua mempunyai nilai Exp(B)= 39,734 (95% CI=
3,791-416,423), artinya responden yang memiliki orang tua perokok berpeluang
102
untuk merokok 39,734 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki orang tua bukan perokok merokok.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda orang tua responden
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,002 oleh karena nilai signifikan (0,002 < 0,05)
sehingga orang tua berpengaruh. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda
maka dapat diartikan orang tua perokok cenderung akan membuat anaknya juga
ikut menjadi seorang perokok sedangkan orang tua bukan perokok akan membuat
anaknya juga menjauhi rokok karena orang tua sebagai contoh bagi anak, orang
tuanya sendiri tidak merokok dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh orang
tua terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan
Hulu tahun 2018.
Berdasarkan hasil uji staistik bivariat tabel 4.22. dari total 53 orang
(100,0%) responden, orang tua berperan sebanyak 36 orang (68,0%) responden
yang ketergantungan 26 orang (49,1%) responden dan kurang ketergantungan 10
orang (18,9%) responden sedangkan orang tua kurang berperan sebanyak 17
orang (32,0%) responden yang ketergantungan 3 orang (5,6%) responden dan
yang kurang ketergantungan 14 orang (26,4%) responden.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh nilai sig-a 0,001 yang berarti lebih
kecil dari p-value (0,05). Berdasarkan hasil uji statistik p-value ini maka dapat
diartikan orang tua yang berperan akan mengalami perilaku merokok responden
yang ketergantungan sedangkan orang tua kurang berperan akan mengalami
perilaku merokok yang kurangketergantungan dan dapat disimpulkan bahwa ada
103
hubungan orang tua dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
Keluarga berperan strategis membentuk persepsi remaja, sekolah
merupakan tempat pembelajaran pertama seseorang setelah keluarga. Orang tua
merupakan teladan bagi anak-anaknya, interaksi yang mendalam antara orang tua
dan anak melahirkan karakter yang mirip. Orang tua adalah model bagi seorang
anak, transmisi vertikal perilaku dilakukan oleh orang tua berupa sikap permisif
orang tua juga dalam memberikan dampak bagi perilaku anak atau remaja di
lingkungan keluarganya.
Orang tua atau anggota keluarga lainnya yang merokok merupakan agen
imitasi yang baik, jika keluarga tidak ada yang merokok maka sikap permisif
orang tua merupakan pengukuhan positif atas perilaku merokok. Penelitian ini
menegaskan bahwa adanya sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok
remaja merupakan prediktor perilaku merokok remaja. Dengan demikian orang
tua merokok merupakan sumber penting kerentanan terhadap inisiasi merokok
dikalangan anak remaja melalui lingkungan keluarganya.
Pada anak remaja orang tua yang merokok berhubungan signifikan dengan
risiko yang lebih tinggi, risiko pemulaan merokok anak-anak dengan orangtua
yang merokok meningkat sesuai dengan durasi mereka terpapar dengan orangtua
yang merokok. Hal ini mendukung hubungan antara orang tua yang merokok pada
permulaan merokok bagi remaja adalah menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan terhadap munculnya perilaku merokok remaja.
104
Hasil ini sesuai dengan penelitian Hajar mengatakan penentuan p-value
menggunakan hasil uji fisher exact, pada tingkat kepercayaan 95% nilai p=0,016.
Hal ini berarti p-value lebih kecil dari α (5%) sehingga Ho ditolak, berarti dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang orang tua
berperan dan orang tua tidak berperan, atau ada hubungan yang bermakna antara
orang tua yang merokok dengan perilaku merokok remaja SMK Negeri 1
Tanjung Pura, menunjukkan hasil penelitian bahwa ada hubungan orang tua
dengan perilaku merokok (0,001 < 0,05) (22).
Menurut pendapat peneliti yang ditemui kuantitatif dan kualitatif tempat
tinggal orang tua, memiliki pengaruh lebih besar jika tinggal di rumah yang sama.
Orang tua yang merokok juga berhubungan dengan reaksi positif yang lebih kuat
terhadap remaja pada saat pertama kali menghisap rokok yang akan meningkatkan
potensi risiko merokok ke level yang lebih tinggi dengan demikian perilaku
merokok orang tua mendorong perilaku meniru seorang anak untuk merokok.
Remaja yang tinggal serumah dengan orang tua yang merokok dan sering melihat
mereka merokok akan melakukan imitasi perilaku merokok. Orang tua menjadi
model tingkah laku anak-anaknya termasuk perilaku merokok.
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai
sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit terlibat
dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga permisif.
Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang paling kuat bagi anak dalam
memutuskan merokok.
105
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan informan setelah dilakukan
wawancara mendalam informan kunci menjawab dimana orang tua informan
adalah seorang perokok, sedangkan informan pendukung saat dilakukan
wawancara dimana informan pendukung adalah seorang perokok yang merokok
kapan saja dan dimana saja kecuali di kamar tidur karena sudah hendak tidur
bahkan informan pendukung berkata kalau 2 bungkus habis dalam satu hari dan
pada saat ditanyai tanggapan dan saran informan pendukung terhadap anak
setingkat SMA sudah merokok informan hanya menjawab jangan dulu merokok
karena masih sekolah dan belum bisa cari uang sendiri. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa orang tua berperan terhadap perilaku merokok informan kunci
karena dimana orang tua merupakan contoh dan model yang pertama kali dilihat
oleh informan kunci yang akan meniru apa yang akan dilakukan oleh orang tua
sehari-hari baik di dalam rumah maupun diluar rumah, sebaliknya jika orang tua
tidak merokok, maka sikap orang tua tersebut memberikan contoh yang baik
kepada anaknya.
5.4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMA Negeri
2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitianuji staistik bivariat tabel 4.19. dari total 53
orang (100,0%) responden, pengetahuan baik sebanyak 23 orang (43,4%)
responden yang ketergantungan sebanyak 18 orang (32,1%) responden dan yang
kurang ketergantungan sebanyak 6 orang (11,3%) responden, sedangkan
pengetahuan kurang sebanyak 30 orang (56,6%) responden yang ketergantungan
106
sebanyak 12 orang (22,6%) responden dan yang kurang ketergantungan sebanyak
18 orang (34,0%) responden.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh nilai sig-a 0,029 yang berarti lebih
kecil dari p-value (0,05). Berdasarkan hasil uji statistik p-value ini maka dapat
diartikan pengetahuan baik akan mengalami perilaku merokok yang tidak
ketergantungan sedangkan pengetahuan kurang akan mengalami perilaku
merokok yang ketergantungan dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2018. Merokok merupakan suatu kegiatan yang banyak
dilakukan oleh banyak orang dan menjadi trend khusunya alasan remaja akan
tetapi dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Merokok adalah perilaku yang
membahayakan kesehatan bagi perokok sendiri maupun orang lain dan berakibat
buruk bagi kesehatan.Pengetahuan responden ini berhubungan dengan perilaku
penginderaan responden terhadap suatu obyek tertentu yang tidak jelas.
Sesungguhnya dalam penginderaan ini terjadi melalui panca indra yakni
penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan siswa. Kurangnya
pengetahuan siswa terhadap rokok, khususnya dapat dilihat dari beberapa
indikator pertanyaan antara lainresponden mengatakan tidak mengetahui adanya
zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok, dan beberapa dampak dan jenis
penyakit yang dapat terjadi dari perilaku merokok.
107
Tingkat pengetahuan pada diri seseorang tentunya berkaitan dengan tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Tingkat pengetahuan ini tentunya dapat
dimiliki oleh siswa terutama yang berhubungan dengan perilaku merokok yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik pada diri sendiri maupun orang lain
di lingkungan sekitarnya (34).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Jamal mengatakan penentuan p-value
pada tingkat kepercayaan 95% nilai pengetahuan p < 0,05 sehingga Ho ditolak,
berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku merokok antara siswa
yang memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan kurang, atau ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan tentang rokok dengan hubungan determinan
sosial dengan perilaku merokok pelajar di Indonesia, menunjukkan hasil
penelitian bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok (0,029 <
0,05) (12).
Menurut pendapat peneliti yang ditemui kuantitatif dan kualitatif salah
satu cara meningkatkan pengetahuan remaja dilakukan pelatihan pola pengasuhan
anti merokok. Sebuah studi dilakukan untuk menjelaskan pengaruh pelatihan
pengasuhan anti merokok terhadap pengetahuan dan perilaku remaja terhadap
merokok dengan menunjukkan pengaruh antara pengetahuan dan perilaku
merokok. Pelaksanaan pengasuhan anti rokok diukur dengan reaksi orangtua
terhadap merokok, aturan yang diterapkan di rumah, isi dan frekuensi komunikasi
tentang merokok. Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan kesempatan
108
merokok antara lain meliputi hadiah untuk tidak merokok, frekuensi komunikasi
tentang merokok, harga rokok, dan mempunyai teman yang merokok.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan informan setelah
dilakukanwawancara mendalam informan kunci menjawab telah merokok di usia
13-15 tahun dimana pada usia ini informan belum mengetahui apa itu bahaya
merokok dan sebab akibat yang ditimbulkan apabila merokok sedangkan
informan pendukung hanya memberikan larangan kepada informan kunci jangan
merokok tanpa menindaklanjutinya dengan menjadikan dirinya sebagai contoh
yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap
perilaku informan.
5.5. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian uji staistik bivariat tabel 4.23. dari total 53
orang (100,0%) responden, teman sebaya mendukung sebanyak 38 orang (54,7%)
responden yang ketergantungan 16 orang (30,2%) responden dan yang kurang
ketergantungan 22 orang (41,5%) responden, sedangkan teman sebaya kurang
mendukung sebanyak 15 orang (45,3%) responden yang ketergantungan 13 orang
(24,5%) responden dan yang kurang ketergantungan 2 orang (3,6%) responden.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh nilai sig-a 0,009 yang berarti lebih
kecil dari p-value (0,05). Berdasarkan hasil uji statistik p-value ini maka dapat
diartikan teman sebaya mendukung akan mengalami perilaku merokok yang
ketergantungan sedangkan teman sebaya kurang mendukung akan mengalami
109
perilaku merokok yang kurang ketergantungan dan dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu tahun 2018.
Kelompok teman sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu dunia
tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi
nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya dan
tempat dalam rangka remaja menemukan jati dirinya. Namun apabila nilai yang
dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai negatif, maka akan
menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa remaja. Rokok merupakan salah
satu bentuk pintu masuk ke dalam dunia narkoba dan juga obat-obatan terlarang.
Efek dari rokok yang berupa adiksi membuat remaja semakin ingin mencoba hal-
hal yang baru. Ketika para remaja ingin mencari pengalaman baru dan bertemu
dengan orang yang ‘tepat’ maka terjadilah drugs addict pada remaja, hampir 90%
penggunaan obat-obatan terlarang pada remaja diawali oleh perilaku merokok
secara aktif dan terus menerus (47).
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa)
mempunyai peranan penting bagi perkembangan kepribadiannya, salah satunya
untuk mengembangkan identitas diri serta mengembangkan kemampuan
komunikasi interpersonal dalam pergaulan dengan kelompok teman sebaya
memiliki beberapa persamaan adalah salah satu kriteria dalam pembentukan
kelompok sebaya (48).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Faridah mengatakan penentuan p-value
menggunakan tingkat kepercayaan 95% nilai p= 0,001. Hal ini berarti p-value
110
lebih kecil dari α (5%) sehingga Ho ditolak, berarti dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan perilaku merokok antara siswa yang teman sebaya mendukung dan
teman sebaya tidak mendukung, atau ada hubungan yang bermakna antara teman
sebaya yang merokok dengan perilaku merokok di sekolah, menunjukkan hasil
penelitian bahwa ada hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok (0,009 <
0,05) (18).
Sebatang rokok mengandung hampir 4.800 zat kimia berbahaya dan yang
paling mematikan adalah vinil klorida (plastik), karbon monoksida (asap knalpot),
karbondioksida (CO2), hidrogensianida (gas beracun), butan (bahan bakar
pemantik), arsenik (racun), asaton (bahan cat), amoniak (pembersih lantai), oksida
nitrogen, hidrokarbon, DDT (insektisida), nikotin, benzopiren, methanol (bahan
roket), kadmium (akimobil) dan bahan kimia lain yang berbahaya dalam asap
rokok memasuki aliran darah seseorang dan menjerat oksigen yang menyebabkan
banyak masalah kesehatan, terutama serangan jantung, ini justru menjadi bahan
konsumsi harian mereka (30).
Menurut pendapat peneliti yang ditemui kuantitatif dan kualitatif
menegaskan bahwa status merokok teman sebaya yang tinggi terkait dengan tahap
merokok. Rokok digunakan untuk meningkatkan status sosial anak laki-laki di
antara teman-teman mereka. Jika mereka merokok dengan baik, mereka merasa
populer, mereka lebih percaya diri, lebih dewasa, dan mereka merasa diterima
dalam kelompok tersebut yang tidak perokokpun akan ikut merokok, walaupun
sesungguhnya perilaku ini adalah keliru. Secara teori disebutkan bahwa konsumsi
rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit
111
tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik,
kanker paru, kanker mulut, dan impoten. Konsumsi rokok usia remaja akan
meningkatkan timbulnya penyakit tersebut diusia yang lebih muda.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan informan setelah dilakukan
depth interve pada hasilwawancara mendalam informan kunci menjawab dimana
yang pertama kali mengajak informan adalah kawan-kawan (teman sebaya)
informan karena kawan-kawan informan ketika merokok selalu ditawarkan
kepada informan, sedangkan informan pendukung menyatakan informan utama
merokok karena ikut-ikutan kawannya yang merokok dan informan utamapun ikut
terpancing untuk ikut merokok juga. Dimana kelompok teman sebaya biasanya
menyediakan suatu lingkungan tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan
nilai yang berlaku bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan
oleh teman seusianya dalam rangka remaja menemukan jati dirinya.
5.6. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Bagi Ilmu Pengetahuan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan industri rokok terbesar di
dunia. Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu penyumbang devisa
terbesar negara. Karena industri rokok dipandang mampu memberikan lapangan
kerja bagi ribuan orang. Selain itu industri rokok juga mampu mengembangkan
pertanian dengan penanaman tembakau maka akan meningkatkan kesejahteraan
petani dan menyerap tenaga kerja untuk menanam tembakau.
112
Keadaan industri rokok di Indonesia memang dilematis, karena dibayangi
semua keuntungan ekonomis itu rokok juga membawa dampak buruk bagi
kehidupan manusia antara lain meningkatkan polusi udara, menimbulkan berbagai
macam penyakit, serta menimbulkan berbagai kerawanan sosial yang terjadi
dalam masyarakat.
Hasil penelitian ini menjadi sumbangan terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan terutama terhadap berbagai dampak akibat merokok yaitu penyakit-
penyakit mulai dari menderita batuk hingga kanker paru-paru mengancam para
perokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif. Merokok berkaitan erat
dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Merokok sebenarnya memiliki
kualitas hidup yang lebih buruk, dan dapat memberikan dampak gangguan
kesehatan dan jiwa seseorang.
2. Implikasi Bagi Masyarakat
Kebiasaan merokok sangat mengganggu kesehatan baik untuk perokok
maupun di lingkungan sekitar perokok. Rokok di Indonesia telah menjadi masalah
nasional karena menyangkut berbagai bidang kesehatan. Merokok adalah proses
yang sangat rumit yang memengaruhi biologis dan psikologis manusia. Indonesia
sebagai salah satu negara terbesar di Asia diperkirakan sangat terpengaruh oleh
epidemik merokok, apalagi konsumsi rokok di negeri ini sangat tinggi yang dipicu
oleh pemasaran yang intensif melalui iklan dan hampir tidak ada program
pengendalian rokok.
Untuk itu perlunya identifikasi pola merokok diantara kelompok sosial
ekonomi yang berbeda, pemahaman tentang risiko merokok dan sikap merokok.
113
Fenomena remaja yang merokok banyak diantaranya mereka hanya melihat orang
tua kemudian ikut-ikutan teman yang merokok. Ada karena mencari perhatian dan
ada pula yang meniru orang tuanya. Remaja-remaja yang merokok tersebut ada
yang memang sudah berani merokok dihadapan orangtuanya dan ada pula yang
sembunyi-sembunyi. Berbagai faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada
remaja baik faktor internal maupun eksternal.
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan masyarakat untuk
memengaruhi dan membuktikan kepada masyarakat dan pemerintah setempat
bahwa perilaku merokok adalah perilaku merugikan yang membuang-buang uang
dan memberikan dampak buruk pada pada perokok sendiri maupun orang lain
disekitarnya.
5.7. Keterbatasan dalam Penelitian
Pelaksaan penelitian ini telah dilakukan sebaik mungkin, hal ini dilakukan
agar memperoleh hasil dan kesimpulan yang benar-benar merupakan kondisi yang
sesungguhnya terjadi. Namun demikian pelaksaan penelitian ini tidak terlepas dari
kekurangan dan kelemahan karena hal-hal yang tidak dapat dikontrol dan
dihindari yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Berbagai keterbatasan yang
dirasakan selama melakukan penelitan antara lain:
1. Kemungkinan jawaban yang diberikan responden kurang menggambarkan
kondisi yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena kondisi dan pemahaman
responden terhadap pernyataan butir pertanyaan dan saat wawancara pada
114
saat menjawab kurang kejujuran sehingga jawaban yang diberikan kurang
optimal.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada faktor-faktor penyebab perilaku
merokok, tanpa mempertimbangkan faktor yang lain yang mungkin saja
bisa memengaruhi perilaku merokok siswa.
3. Keterbatasan waktu, terutama waktu yang begitu relatif singkat untuk
melakukan penelitian dikarenakan pelaksanaan penelitian dilakukan
disela-sela waktu belajar siswa.
115
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis data penelitian maka kesimpulan
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
2. Sikap berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
3. Sarana prasarana berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
4. Orang tua berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA Negeri 2
Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
5. Teman sebaya tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMA
Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
6. Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini adalah
variabel orang tua mempunyai nilai Exp(B)= 39,734 (95% CI= 3,791-
416,423), artinya responden yang memiliki orang tua perokok berpeluang
memiliki perilaku merokok sebesar 39,734 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki orang tua perokok.
7. Siswa SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu merokok di
sekolah karena adanya penjual rokok di depan sekolah dengan menjual
115
116
rokok per batang dan tidak melarang siswa SMA Negeri 2 Tambusai
Kabupaten Rokan Hulu untuk membeli rokok.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
a. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
Rokan Hulu diharapkan meningkatkan program penyuluhan dan konseling
tentang bahaya merokok bagi siswa sehingga muncul kesadaran agar siswa
mampu menghindari diri dari perilaku merokok.
b. Memberikan penyuluhan di sekolah tentang bahaya rokok, sosialisasi
tentang PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) di sekolah kepada orang
tua, siswa dan guru agar mengetahui tentang PHBS di sekolah.
c. Sosialisasi tentang kawasan tanpa asap rokok yang tercantum pada
Peraturan Bupati No. 49 Thn 2017 tentang KTR agar orang tua, guru dan
siswa mengetahuinya.
2. Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu melalui Dinas Pendidikan
Kabupaten Rokan Hulu diharapkan:
a. Meningkatkan program penyuluhan dan konseling tentang bahaya
merokok bagi siswa sehingga muncul kesadaran agar siswa mampu
menghindari dari merokok.
117
b. Memberikan instruksi kepada guru dan staff untuk tidak merokok di
lingkungan sekolah.
c. Memberikan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif di sekolah
dengan melibatkan kreatifitas siswa.
d. Mengembangkan kegiatan PHBS dengan pendekatan program UKS (unit
kegiatan sekolah) melalui jalur ekstrakulikuler.
e. Memantau kemajuan pencapain sekolah sehat.
3. Sekolah SMA Negeri 2 Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu, khususnya SMA di Kecamatan
Tambusai untuk memberikan:
a. Perhatian dan pengawasan yang lebih ketat lagi kepada siswa agar tidak
merokok dan tidak membenarkan adanya sarana dan prasarana di
lingkungan sekolah untuk merokok bagi siswa.
b. Memberikan sanksi kepada siswa yang ketahuan merokok.
c. Bekerjasama dengan orang tua dan warung disekitar sekolah agar anak
tidak merokok.
d. Membuat kegiatan-kegiatan positif kepada siswa.
e. Memberikan intruksi tentang pembinaan PHBS di sekolah.
f. Melaksanakan program UKS melalui jalur ekstrakulikuler.
4. Guru Pendidik
a. Agar menjadi teladan yang baik untuk siswa dengan tidak merokok.
b. Agar lebih memberikan perhatian terhadap masalah rokok pada siswa.
c. Mengajak siswa untuk membuat kegiatan yang bermanfaat.
118
d. Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah.
e. Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat.
5. Orang tua siswa
a. Memberikan perhatian dan melakukan pengawasan terhadap anak agar
tidak terlibat merokok.
b. Memberikan contoh yang baik kepada anaknya untuk tidak merokok.
c. Memperbanyak pengetahuan tentang bahaya merokok.
d. Menciptakan hubungan yang harmonis di dalam keluarga yaitu suami istri
dan anak, karena dengan hubungan yang harmonis anak lebih dapat
bersikap dan berperilaku positif.
e. Mengajak anak selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa.
f. Mengarahkan dan mengajak anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang positif.
6. Siswa
a. Untuk selalu mampu mengontrol diri dari perilaku yang merugikan dirinya
sendiri seperti terlibat merokok yang dapat membahayakan kesehatan dan
kehidupan masa depannya sendiri.
b. Agar anak dapat memilih teman bergaul dalam kesehariannya.
c. Menanamkan di dalam dirinya sendiri untuk berkata tidak pada rokok.
7. Penjual Rokok
a. Untuk tidak menjual rokok per batang karena akan memudahkan
remaja/siswa untuk membeli rokok.
b. Untuk tidak menjual rokok kepada remaja/siswa yang masih sekolah.