4. pembahasan 4.1. gambaran umum lokasi penelitian 4 ......4.1.1. letak geografis dan topografi...

20
15 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah desa sebagai berikut Batas desa sebelah Timur : Desa Tajemsari Batas desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo Batas desa sebelah Barat : Desa Pundenarum Batas desa sebelah Utara : Desa Bogosari Gambar 4.1. Peta Wilayah Desa Tlogoweru Sedangkan lokasi penelitian kedua terletak di Desa Godong, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah desa sebagai berikut : Batas desa sebelah Timur : Desa Klampok Batas desa sebelah Selatan : Desa Kemploko Batas desa sebelah Barat : Desa Bugel Batas desa sebelah Utara : Desa Menawan

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

118 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

15

4. PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis dan Topografi

Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di

Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan

wilayah desa sebagai berikut

Batas desa sebelah Timur : Desa Tajemsari

Batas desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo

Batas desa sebelah Barat : Desa Pundenarum

Batas desa sebelah Utara : Desa Bogosari

Gambar 4.1. Peta Wilayah Desa Tlogoweru

Sedangkan lokasi penelitian kedua terletak di Desa Godong, Kecamatan

Godong, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah

desa sebagai berikut :

Batas desa sebelah Timur : Desa Klampok

Batas desa sebelah Selatan : Desa Kemploko

Batas desa sebelah Barat : Desa Bugel

Batas desa sebelah Utara : Desa Menawan

Page 2: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

16

Gambar 4.2. Peta Wilayah Desa Godong

Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur terletak di koordinat 110.6111 BT

dan -7.004028 LS dan mempunyai ketinggian permukaan tanah 9 Mdpl yang

umumnya merupakan dataran rendah dengan kemiringan tanah 7 derajat (BPS,

2015). Desa Tlogoweru mempunyai luas 291,65 Ha, yang terdiri dari tanah

pertanian seluas 243 ha (83,32%) dan permukiman 38 ha (13,03%). Sedangkan

lainnya berupa sungai, jalan, pemakaman dan lain-lain, yakni seluas 12,65 Ha

(4,34%). Desa Tlogoweru terdiri atas 3 dukuh (Dukuh Sugihwaras, Dukuh Weru

dan Dukuh Gatak), 2 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun Tetangga (RT). Jumlah

penduduk di Tlogoweru mencapai 3.200 jiwa dan terdiri atas 890 KK. Mata

pencaharian warga 90% adalah sebagai petani dan buruh tani, sedangkan sisanya

sebagai buruh industri, pengusaha, buruh bangunan, pedagang, supir angkutan,

pegawai negeri dan pensiunan (BPS,2014).

Desa Godong, Kecamatan Godong, mempunyai luas 470.047 ha terdiri

dari 125 ha tanah petanian berupa sawah tadah hujan, berjumlah penduduk 6.621

yang terdiri dari 3.220 laki-laki dan 3.401 perempuan. Desa Godong terdiri dari

39 RT dan 4 RW. Desa Godong mempunyai ketinggian 12,38 Mdpl dan

mempunyai tanah pertanian 125 ha (Buku Monografi Desa, 2013). Untuk pola

tanam, di Desa Tlogoweru menerapkan pola tanam padi-padi-jagung, sedangkan

di Desa Godong menerapkan pola tanam padi-padi-kacang hijau.

Page 3: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

17

4.2 Karakteristik Petani Responden

Petani sampel adalah seluruh petani yang melakukan kegiatan usahatani

padi sawah. Dengan jumlah responden 30 petani dari masing-masing desa yakni

Desa Tlogoweru yang menggunakan Burung Hantu dan Desa Godong yang tidak

menggunakan Burung Hantu. Karakteristik petani responden mengarah pada usia

dan pendidikan petani.

Tabel 4.1. Karakteristik Petani Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan

No. Karakteristik

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Non Pengguna

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. Usia

< 30 Tahun 0 0,0 1 3,3

31 – 40 6 20,0 8 26,7

41 – 50 9 30,0 8 26,7

51 – 60 14 46,7 9 30,0

> 60 1 3,3 4 13,3

Rata - Rata Usia /

Tahun 51

49

Uji t-test

0,744

ns

2. Pendidikan

Tidak sekolah 1 3,3 0 0,0

SD 18 60,0 14 46,7

SMP 6 20,0 7 23,3

SMA 4 13,3 7 23,3

S1 1 3,3 2 6,7

Rata-rata Pendidikan

(tahun) 4,7

6,0

Uji t-test -2,006

*

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

* = signifikan berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan pada Tabel 4.1 pada kedua desa mempunyai jenjang usia

terbanyak yang sama yaitu pada usia 51-60 tahun. Usia rata-rata di Desa

Tlogoweru adalah 51 tahun dan usia rata-rata di Desa Godong adalah 49 tahun.

Pada kedua desa mempunyai tingkat pendidikan terbanyak yang sama yaitu

tingkat Sekolah Dasar sebanyak 18 sampel atau 60% di Desa Tlogoweru dan

sebanyak 14 sampel atau 46,7 % di Desa Godong. Dengan demikian terdapat

kesamaan pendidikan di kedua desa yaitu pendidikan SD. Berdasarkan nilai dari

uji beda t-test maka dapat dikatakan bahwa usia tidak terdapat perbedaan diantara

Page 4: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

18

kedua desa dan tingkat pendidikan di kedua desa ada beda nyata atau berbeda

karakteristiknya.

4.3 Profil Usaha Tani

4.3.1 Luas lahan

Luas lahan di Desa Tlogoweru dan Desa Godong, bervariasi mulai dari

1.875 m2 sampai 20.000 m

2.

Tabel 4.2. Luas Lahan Petani Responden

No. Luas Lahan

Petani Pengguan Burung

Hantu

Petani Pengguan Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1 < 0,25 ha 4 13,3 2 6,7

2 0,25 - 0,50 ha 10 33,3 14 46,7

3 > 0,50 ha 16 53,3 14 46,7

Rata-rata (ha) 0,67

0,68

Uji t-test

-0,099ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.2, luas lahan terbanyak di Desa Tlogoweru yaitu

lebih dari 0,50 ha sebanyak 16 sampel atau 53,3% dan di Desa Godong sebanyak

lebih dari 0,25 ha sebanyak 28 sampel atau 93,4%. Dari analisis uji beda t-test

maka dapat dikatakan bahwa luas lahan di kedua desa adalah tidak berbeda nyata

secara non signifikan antara responden pemanfaat burung hantu dan tanpa burung

hantu.

4.3.2 Benih

Dari hasil wawancara didapatkan sebagian petani membeli benih kemasan

di toko pertanian terdekat berkisar mulai dari harga Rp 17.000,- sampai dengan

Rp 75.000,- persaknya dengan berat 5 Kg.

Page 5: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

19

Tabel 4.3. Penggunaan Benih Oleh Petani Responden Per hektar

No. Jumlah Benih

kg/ha

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. < 25 3 10,00 0 00,00

2 25-30 4 13,33 10 33,33

3 >30 23 76,67 20 66,67

Rata-rata (kg/ha) 39,21

47,58

Uji t-test

1,513

ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan pada Tabel 4.3, terlihat bahwa penggunaan benih pada Desa

Tlogoweru paling banyak berada dikisaran lebih dari 30 kg/ha yaitu sebanyak 23

petani atau 76,67% dan pada Desa Godong paling banyak berada dikisaran yang

sama yaitu diatas 30 kg/ha yaitu sebanyak 20 petani atau 66,67%. Berdasarkan uji

beda t-test maka dapat dikatakan bahwa penggunaan benih di kedua desa tidak

berbeda nyata secara non signifikan. Menurut Nurman Rata-rata penggunaan

benih per hektar adalah 25 kg/ha (Nurman ,2015). Jadi berdasarkan rata-rata

penggunaan benih, terdapat 13,33% di desa Tlogoweru dan terdapat 33,33% di

Desa Godong yang menggunakan benih berdasarkan anjuran dan sisanya

menggunakan benih berlebihan dan dibawah angka rata-rata anjuran.

4.3.3 Pupuk

Pupuk merupakan penunjang pertumbuhan tanaman supaya mampu

bertumbuh optimal dan meningkatkan produksi. Pupuk yang biasa digunakan oleh

petani desa Tlogoweru dan desa Godong adalah pupuk Urea,TSP dan Phonska.

Untuk memperoleh pupuk, biasanya petani membeli di toko pertanian terdekat.

Page 6: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

20

Tabel 4.4. Penggunaan Pupuk Urea Oleh Petani Responden Per hektar

No. Jumlah Urea

(kg/ha)

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. <300 23 76,67 24 80,00

2 300-350 1 03,33 1 03,33

3 >350 6 20,00 5 16,67

Rata-rata(kg/ha) 237,81

260,03

Uji t-test

0,308

ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Pada Tabel 4.4, pemakaian pupuk urea paling banyak dikedua desa

tersebar antara kurang dari 300 kg/ha sebanyak 23 petani sampel atau 76,67% dan

sebanyak 24 petani sampel atau 80,00% dari jumlah total sampel. Berdasarkan

nilai analisis uji beda t-test dapat dikatakan bahwa terdapat beda nyata dalam

penggunaan pupuk urea dikedua desa secara non signifikan. Menurut rekomendasi

Litbang Pertanian, penggunaan pupuk Urea di Desa Tlogoweru dan Desa Godong

adalah 300 kg/ha, jadi dapat dikatakan rata-rata di kedua desa kurang dosis

penggunaan (Litbang Pertanian, 2015).

Tabel 4.5. Penggunaan Pupuk TSP Petani Responden Per hektar

No. Jumlah TSP

(kg/ha)

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. <75 12 40,00 7 23,33

2 75-90 0 00,00 1 03,33

3 >90 18 60,00 22 73,34

Rata-rata (kg/ha) 190,27

187,45

Uji t-test

0,156

ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Pada Tabel 4.5, pemakaian pupuk TSP paling banyak dikedua Desa

tersebar antara lebih dari dosis anjuran Litbang yaitu lebih dari 75 kg/ha sebanyak

18 petani sampel atau 60,00% dan sebanyak 22 petani sampel atau 73,34% dari

jumlah total sampel. Berdasarkan nilai analisis uji beda t-test dapat dikatakan

bahwa terdapat kesamaan atau tidak beda nyata dalam penggunaan pupuk TSP

dari kedua desa secara non signifikan. Menurut rekomendasi Litbang Pertanian,

Page 7: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

21

penggunaan pupuk TSP di Desa Tlogoweru dan Desa Godong adalah 75 kg/ha,

jadi dapat dikatakan melebihi dosis penggunaan (Litbang Pertanian, 2015).

Tabel 4.6. Penggunaan Pupuk Phonska Petani Responden Per hektar

No. Jumlah Phonska

(kg/ha)

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. <50 6 20,00 7 23,33

2 50-65 1 03,33 1 03,33

3 >65 23 76,67 22 73,34

Rata-rata (Rp/ha) 225,87

197,17

Uji t-test

0,746ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Pada Tabel 4.6, pemakaian pupuk Phonska paling banyak dikedua Desa

tersebar antara lebih dari 65 kg/ha yaitu sebanyak 23 petani sampel atau 76,67%

dan sebanyak 22 petani sampel 73,34% dari jumlah total sampel. Berdasarkan

nilai analisis uji beda t-test dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan atau tidak

beda nyata dalam penggunaan pupuk Ponska dari kedua desa secara non

signifikan. Menurut rekomendasi Litbang Pertanian, penggunaan pupuk Phonska

di Desa Tlogoweru dan Desa Godong adalah 50 kg/ha, jadi dapat dikatakan

melebihi dosis penggunaan (Litbang Pertanian, 2015).

4.3.4 Pestisida

Pestisida merupakan salah satu penunjang produksi supaya tanaman dapat

tumbuh dengan opitmal dan terhindar dari hama dan penyakit. Pestisida yang

digunakan oleh petani Desa Tlogoweru dan petani Desa Godong sangatlah

beragam mulai dari yang berbentuk serbuk sampai cair. Harga pestisida pun

beragam, tiap petani mempunyai perbedaan dalam menggunakan pestisida dan

pengeluaran yang digunakan untuk membeli pestisida.

Page 8: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

22

Tabel 4.7. Pengeluaran Pestisida Petani Responden Per hektar

No.

Jumlah

Pengeluaran Pestisida

(Rp/ha)

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. <343,882 13 43,33 20 66,67 2 343,882-661,776 7 23,33 9 60,00 3 >661,776 10 33,33 1 3,33

Rata-rata (Rp/ha) 813.408,00

342.429,00

Uji t-test

2,324

*

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : * = signifikan pada taraf 5%

Pada tabel diatas dapat diketahui jumlah pengeluaran petani untuk

membeli pestisida, pengeluaran pestisida terbanyak di Desa Tlogoweru tersebar

antara kurang dari 343,882 Rupiah per hektar sebanyak 13 petani sampel atau

43,33% dan di Desa Godong tersebar antara kurang dari 343,882 Rupiah per

hektar sebanyak 20 petani sampel atau 66,67% dari jumlah total sampel.

Berdasarkan nilai analisis uji beda t-test dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan

atau tidak beda nyata dalam penggunaan pestisida dari kedua desa secara

signifikan.

4.3.5 Tenaga Kerja

Dalam rangka mencukupi tenaga kerja untuk usahataninya. Tenaga kerja

luar ini dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga kerja pria (TKP) dan tenaga kerja

wanita (TKW). Upah dari tenaga kerja ini pun berbeda. Umumnya petani

mengupah tenaga kerja wanita Rp. 25.000 ,- dan Rp. 30.000 ,- untuk tenaga kerja

pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK) bekerja selama

8 jam dan istirahat 1 jam.

Kegiatan-kegiatan usahatani yang diperhitungkan untuk menghitung

variabel upah adalah kegiatan-kegiatan yang menggunakan tenaga kerja upahan

harian, seperti pencangkulan, penanaman dan perawatan. Sedangkan kegiatan

seperti pembajakan sawah dan pemanenan tidak diperhitungkan karena sistem

upahnya menggunakan borongan untuk pembajakan dan sebagian petani

menggunakan sistem bagi hasil untuk pemanenan.

Page 9: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

23

Tabel 4.8. Penggunaan Tenaga Kerja Per hektar

No. Jumlah Tenaga

Kerja

(HOK/ha)

Petani Pengguna Burung Hantu

Petani Pengguna Non Burung Hantu

Jumlah % Jumlah %

1. <57,31 9 30,00 18 60,00

2 57,31-70,17 8 26,67 8 26,67

3 >70,17 13 43,33 4 13,33

Rata-rata

(HOK/ha) 69,50

58,00

Uji t-test

1,161

ns

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Pada Tabel 4.8, jumlah tenaga kerja yang digunakan paling banyak di

Desa Tlogoweru tersebar antara lebih dari 70,17 HOK/ha sebanyak 13 petani

sampel atau 43,33% dan di Desa Godong tersebar antara kurang dari 57,31

HOK/Ha atau 60,00% dari keseluruhan jumlah sampel. Berdasarkan analisis uji

beda t-test dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan atau tidak terdapat beda

nyata dalam penggunaan tenaga kerja dari kedua desa secara non signifikan. Lain

halnya dengan hasil skripsi Tumiati (2000) menyatakan rata-rata penggunaan

tenaga kerja usahatani padi sawah di Kabupaten Bengkulu adalah 143,77

HOK/ha/MT, jadi dari kedua desa dapat dikatakan sedikit jika dibandingkan

dengan rata-rata penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Bengkulu.

4.3.6 Burung Hantu

Burung Hantu di Desa Tlogoweru telah dibudayakan warga dengan tujuan

mampu mengendalikan keberadaan tikus yang mengurangi hasil panen padi

warga. Budidaya dilakukan warga dengan cara membentuk tim yang bertugas

memelihara Burung Hantu ketika mulai bertelur,sakit dan memberi makan. Warga

juga membuat rumah karantina yang bertujuan untuk tempat merawat Burung

Hantu anakan dan yang sedang sakit. Warga menempatkan Burung Hantu dengan

cara membuat RUBUHA ( Rumah Burung Hantu ) di sekitar areal sawah mereka,

terdapat dua jenis rubuha yaitu rubuha permanen ( terbuat dari semen cor ) dan

rubuha sederhana ( terbuat dari tiang bambu ). Menurut petani responden setelah

adanya Burung Hantu di areal sawah mereka, keberadaan tikus mulai berkurang

dan hasil panen mulai menunjukan peningkatan. Sedangkan di Desa Godong,

Page 10: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

24

masih menggunakan cara pengomposan untuk mengurangi keberadaan tikus,

meski sudah yang mulai mencoba membuat rubuha sederhana di areal sawah

tetapi belum ada Burung Hantu yang menempati rubuha tersebut. Menurut petani

responden , mereka ingin meniru cara Desa Tlogoweru dalam membudidayakan

Burung Hantu, akan tetapi karena kurang adanya dukungan dari penyuluh

setempat maka warga tidak bisa melakukannya. Selain itu diduga lingkungan dari

sekitar rubuha di Desa Godong kurang mendukung Burung Hantu untuk tinggal

didalamnya karena belum adanya jaminan keamanan untuk keberadaan Burung

Hantu.

4.4 Modal

Modal merupakan salah satu hal yang terpenting dalam usahatani, dapat

berupa barang atau uang. Dalam penelitian ini yang dimaksud modal adalah

berupa pembelian benih,pupuk dan pestisada yang digunakan oleh petani sebagai

penunjang kegiatan usahatani.

Tabel 4.9. Penggunaan Modal Per hektar

No. Modal (Rp/ha)

Petani Pengguna Burung Hantu

Petani Pengguna Non Burung Hantu

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 <1.703.887 9 30,00 21 70,00

2 1.703.887-2.312.211 8 26,67 5 16,67

3 >2.312.211 13 43,33 4 13,33

Rata-rata (Rp/ha) 2.363.484

1.652.614

Uji t-test 2,434*

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : * = signifikan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.9, penggunaan modal terbanyak dikedua desa yaitu

antara lebih dari 2.312.211 Rupiah per hektar di Desa Tlogoweru sebanyak 13

sampel atau 43,33% dan di Desa Godong penggunaan modal terbanyak kurang

dari 1.703.887 Rupiah per hektar sebanyak 21 sampel atau 70,00%. Berdasarkan

uji t-test dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nyata dalam penggunaan

modal dikedua desa secara signifikan. Menurut Zaini (2010) Rata-rata

penggunaan modal (pembelian benih,pupuk dan pestisida) usahatani padi sawah

di Kabupaten Kutai adalah Rp 1.373.747,00 jadi dapat dikatakan bahwa

Page 11: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

25

pengeluaran modal dari kedua desa adalah berlebih jika dibandingkan dengan

pengeluaran modal di Kabupaten Kutai.

4.5 Pandangan Pranatamangsa

Pranatamangsa merupakan aturan atau tanda yang dipercaya serta

digunakan oleh petani pada jaman dahulu untuk mengetahui musim dan

menentukan perlakuan untuk tanaman di lahan. Tetapi sekarang tidak banyak

petani yang menggunakan Pranatamangsa dikarenakan pertanda musim tersebut

tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Berdasarkan tabel 4.10

tentang pandanagan Pranatamangsa dapat diliahat di Desa Tlogoweru, dari 30

responden terdapat 22 yang menerapkan Pranatamangsa dan 8 responden merasa

tidak mengetahui dan tidak menerapkan, menurut mereka Pranatamangsa

memberi manfaat pada pertanian mereka karena untuk mengetahui kapan

penanaman yang tepat dengan alasan ketika mengetahui gejala alam berupa

burung Terik dan burung Blekok mulai terbang maka pertanda akan datang

musim hujan maka penanaman padi dimulai. Namun ada pula responden yang

menjawab bahwa Pranatamangsa tidak akurat dan tidak bermanfaat bagi pertanian

karena musim sudah tidak bisa diprediksi dengan tanda alam. Sedangkan di Desa

Godong, dari 30 responden terdapat 11 yang menerapkan dan 19 yang merasa

tidak mengetahui dan tidak menerapkan, menurut mereka yang menerapkan

Pranatamangsa, memberi manfaat bagi pertanian karena ketika mengetahui

kedatangan burung Terik sebagai tanda akan musim hujan maka mereka bisa

mulai untuk penanaman padi, meyebar benih padi. Selain itu tanda lainnya adalah

ketika burung Blibis mulai menampakan diri maka pertanda akan sebar benih.

Namun ada pula yang menjawab bahwa Pranatamangsa tidak bermanfaat bagi

pertanian mereka. Bagi petani yang tidak mengetahui dan tidak menerapkan

pranatamangsa, mereka akan melihat ketika dirasa hujan mulai datang maka

pertanda untuk tanam padi dan akan nurut pada penyuluh jika menentukan musim

awal tanam. Salah satu contoh adalah ketika tanam padi musim tanam ke Dua

pada bulan April, pada tanggal 10 April bagi petani yang tidak menerapkan

pranatamangsa maka akan mulai tanam padi karena mendapat arahan dari

penyuluh dan dirasa musim sudah tepat sedangkan petani yang menerapkan

Page 12: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

26

pranatamangsa, maka akan menunggu adanya tanda berupa penampakan burung

terik meskipun selang beberapa hari setelah tanggal 10 April tersebut.

Tabel 4.10 Perbedaan Proses Usahatani Pengguna Pranatamangsa dan Tidak

Menggunakan Pranatamangsa

No Uraian Penerapan Pranatamangsa Tidak Menerapkan Pranatamangsa

1 Waktu /

Saat Penanaman

- 2 sampai 3 hari setelah

terlihatnya formasi burung terik di sekitar desa

- Sumber mata air di sumur

sekitar sawah

- Burung blibis mulai terlihat di tempat yang berair

- Mengikuti anjuran dari penyuluh

pertanian saat pertemuan kelompok tani

2 Waktu /

Saat menjemur

- 3 sampai 4 hari setelah

telihatnya burung blekok di sawah

- Mengikuti anjuran dari penyuluh

pertanian saat pertemuan kelompok tani

- Merasa bahwa cuaca atau panas

sudah cukup

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Tabel diatas menjelaskan tentang perbedaan cara menentukan waktu untuk

tanam dan waktu untuk menjemur pada petani yang menerapkan pranatamangsa

dengan petani yang tidak menerapkan pranatamangsa.

Tabel 4.11. Pandangan Tentang Pranatamangsa Oleh Petani Responden

No. Pengetahuan dan

Pemanfaatan

Pranatamangsa

Petani Pengguna

Burung Hantu

Petani Pengguna Non

Burung Hantu

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1

Mengetahui dan

Menerapkan

22 73 11 36

2 Tidak Mengetahui

dan tidak menerapkan 8 27 19 64

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Pada Tabel 4.11 di Desa Tlogoweru terdapat 22 petani yang menyatakan

mengetahui dan menerapkan pranatamangsa, sedangkan di Desa Godong terdapat

11 petani yang mengetahui dan menerapkan. Berdasarkan petani yang

menerapkan, mereka mengaku bahwa pranatamangsa memberi manfaat pada

pertanian mereka karena sebagai penanda musim seperti ketika tanda keberadaan

burung Terik maka tanda akan datang musim hujan dan bagi petani yang tidak

Page 13: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

27

mengetahui serta tidak menerapkan pranatamangsa, mereka mengaku bahwa

pranatamangsa sudah tidak lagi akurat sebagai penanda musim karena musim

sudah tidak dapat diprediksi lagi dan mereka cenderung mengikuti petani lain

ketika tanam.

4.6 Produktivitas

Produksi memiliki keterkaitan antara penggunaan input dengan jumlah dan

kualitas output yang dihasilkan. Data dibawah akan menjelaskan perbedaan

distribusi petani pemanfaat burung hantu dengan petani yang tidak memanfaatkan

burung hantu dan ditribusi produksi petani pranatamangsa dengan petani yang non

pranatamangsa.

4.6.1 Pemanfaat Burung Hantu

Data distribusi produksi petani berdasarkan petani pemanfaat burung hantu

dan petani yang tidak memanfaatkan burung hantu dapat dilihat pada tabel berikut

:

Tabel 4.12. Produktivitas Petani Responden

No. Produtivitas

Ton/ha

Petani Burung Hantu Petani Non Burung Hantu

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 <5,5 13 43,33 25 83,33

2 5,5-6 2 06,67 0 00,00

3 >6 15 50,00 5 16,67

Rata - rata produktivitas

(ton/ha) 6,78

4,74

uji t test

2,445

*

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : * = signifikan

Pada Tabel 4.12, terlihat bahwa produksi di Desa Tlogoweru terbanyak

tersebar pada sebaran lebih dari 6 ton per hektar sebanyak 15 orang (50%) dan

terbanyak di Desa Godong pada sebaran kurang dari 5,5 ton per hektar sabanyak

25 orang (83,33%) dari jumlah total sampel. Dari tabel diatas, menunjukan nilai

uji beda t-test sebesar 2,445 yang dapat diartikan bahwa produktivitas dari kedua

desa ada perbedaan nyata. Rata-rata produktivitas nasional berdasarkan data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah adalah 5,5 ton

Page 14: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

28

per hektar sehingga angka rata-rata produksi Desa Tlogoweru dapat dikatakan

unggul sedangkan produktivitas di Desa Godong kurang dari rata-rata.

4.6.2 Pranatamangsa

Selain distribusi berdasarkan pemanfaatan burung hantu, terdapat pula

distribusi petani pranatamangsa dan petani non pranatamangsa, data akan

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.13. Produktivitas petani berdasarkan pranatamangsa

No

.

Produtivitas

Ton/ha

Petani Pranatamangsa

Petani Non Pranatamangsa

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 <5,5 18 54,55 21 77,78

2 5,5-6 1 03,03 1 03,70

3 >6 14 42,42 5 18,52

Rata - rata produktivitas

(ton/ha) 6,38

4,92

uji t test

0,041

*

Sumber : Analisis Data Primer (2015)

Keterangan : * = signifikan pada taraf 5%

Pada tabel 4.13 terlihat bahwa produktivitas pada petani yang menerapkan

pranatamangsa terbanyak tersebar pada sebaran kurang dari 5,5 ton per hektar

sebanyak 18 orang (54,55%) dan terbanyak pada petani non pranatangsa

terbanyak tersebar pada sebaran kurang dari 5,5 ton per hektar sebanyak 21 orang

(77,78%) dari jumlah total sampel. Dari tabel diatas menunjukan nilai uji beda t-

test sebesar 0,041 dapat diartikan bahwa produktivitas dari petani yang

menerapkan pranatamangsa dan petani yang tidak menerapkan pranatamangsa,

adanya perbedaan nyata.

4.7 Hasil Analisis Pengaruh Kearifan Lokal Serta Faktor Produksi Lain

Terhadap Produktivitas

Untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka

diperlukan sebuah uji t dengan SPSS versi 19, berikut adalah tabel hasil regresi

menggunakan uji t :

Page 15: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

29

Tabel 4.14. Hasil Analisis Regresi

No Variabel

Koefisien

regresi t-hitung Signifikansi t-tabel

1 Ln Luas Lahan 0,358 3,172 0,003*

2 Ln Tenaga Kerja 0,526 2,754 0,008*

3 Ln Modal 0,108 1,099 0,276ns

2,005

4 Ln Burung Hantu 0,201 2,148 0,036*

5 Ln Pranatamangsa -1,32 -1,457 0,167ns

Konstanta -1,887

R-Square 0,266

R-Square add 0,199

F-Hitung 3,923

F-Tabel 2,383

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

* = signifikan

Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dari tabel 4.12 :

Y = -1,887-0,358 LnX1* , 0,526 LnX2

*, 0,108 LnX3

ns, 0,201 D1

*, -1,32 D2

ns

Berdasarkan hasil komputasi nilai signifikansi variabel luas lahan (X1)

0,003; tenaga kerja (X2) 0,008; modal (X3) 0,276;Burung Hantu (D1) 0,036;

Pranatamangsa (D2) 0,167 maka dengan tingkat kepercayaan 95% dapat

disimpulkan variabel luas lahan, tenaga kerja, dummy Burung Hantu berpengaruh

nyata terhap produktivitas padi sedangkan variabel modal dan dummy

Pranatamangsa tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Sesuai tabel

diatas maka jika ttabel lebih besar thitung maka dapat dikatakan signifikan dan

sebaliknya.

Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,266, hal ini berarti

sebanyak 26,6 % dari produktivitas padi dapat dijelaskan oleh variabel luas

lahan,tenaga kerja, modal, dummy Burung Hantu, dan dummy Pranatamangsa.

Sedangkan 73,4% lainnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Nilai R

menunjukkan kuatnya hubungan antara produktivitas dengan variabel bebas luas

lahan, tenaga kerja, modal, dummy Burung Hantu, dummy Pranatamangsa yaitu

sebesar 51,6 %.

Page 16: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

30

4.7.1 Pembahasan

4.7.1.1 Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produktivitas (Y)

Hasil analisis menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,003 dengan tingkat

kepercayaan 95% artinya variabel luas lahan berpengaruh terhadap produktivias di

desa Tlogoweru dan desa Godong. Berdasarkan data pada tabel 4.5.2.1 setiap

kenaikan 1% penambahan luas lahan akan meningkatkan produktivitas padi

sawah sebesar 0,35%. Untuk rerata luas lahan yang dipunyai oleh petani kedua

desa adalah berkisar antara 0,25 Ha sampai 0,50 Ha

Hasil analisis diatas diperkuat oleh pernyataan Kasturi (2012) bahwa luas

penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses

produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya

pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding

lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha

tani yang dilakukan kecuali usahatani dijalankan dengan tertib. Luas pemilikan

atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usahatani. Penggunaan masukan

akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar.

Selain itu, penelitian Agus ( 2012 ) dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Produksi Pada Usahatani Padi di Kabupaten Ciamis”

menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa luas lahan berpengaruh signifikan

terhadap produksi padi. Jadi hubungan antara luas lahan dengan pendapatan

petani padi mempunyai hubungan yang positif.

Tabel 4.15. Distribusi Jumlah Petani Berdasarkan Luas Lahan dan Produktivitas

Padi di Tlogoweru dan Godong

Luas Lahan

(ha)

Produktivitas

< 5,5 ton (%) 5,5 - 6 ton (%) >6 ton (%) Jumlah

<0,25 6,67 0,00 33,33 10,00

0,25-0,5 26,67 1,67 11,67 40,00

>0,5 30,00 1,67 18,33 50,00

Total 63,34 3,33 33,33 100,00

Sumber : Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel di atas dapat diartikan dengan adanya peningkatan luas

lahan maka produktivitas mengalami peningkatan. Terbukti terjadi peningkatan

produktivitas pada luas lahan dibawah 0,5 ha dengan produktivitas dibawah 5,5

ton yang tadinya 26,67% meningkat menjadi 30% (lahan diatas 0,5 ha). Hal

Page 17: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

31

serupa juga terjadi pada lahan dengan produktivitas diatas 6 ton, yang tadinya

hanya 11,67% meningkat menjadi 18,33% (lahan diatas 0,5 ha).

4.7.1.2 Pengaruh Tenaga Kerja (X2) Terhadap Produktivitas (Y)

Hasil analisis menunjukan nilai signifikan sebesar 0,008 dengan tingkat

kepercayaan 95%, artinya variabel tenaga kerja berpengaruh terhadap

produktivitas di Desa Tlogoweru dan Desa Godong. Rerata tenaga kerja yang

digunakan oleh Desa Tlogoweru adalah 70,70 - 122,67 HOK/Ha sebanyak 9

petani sampel dan di Desa Godong adalah 26,27 - 49,28 HOK/Ha. Tenaga kerja

yang dimaksudkan disini adalah gabungan antara tenaga kerja pria dan wanita

yang berasal dari luar maupun dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dimulai

dari olah tanah sebelum ditanami sampai tanaga untuk hasil panen.

Berdasarkan data pada Tabel 4.15 setiap kenaikan 1% penambahan tenaga

kerja akan meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 0,52%. Hasil analisis

diatas diperkuat oleh pernyataan Arman (2014) bahwa jumlah tenaga

mempengaruhi produktivitas petani padi karena ketika jumlah tenaga kerja yang

digunakan sedikit maka produksi padi akan sedikit sehingga akan berpengaruh

terhadap produktivitas. Hasil penelian ini sama dengan kesimpulan penelitian oleh

Saleh (2012) dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tebu

di Desa Gunung Anyar Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso” yang

memberikan kesimpulan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif.

Syahroel (2007) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang

Memepengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara”, mengemukakan

bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi yaitu luas lahan, jumlah

pekerja, berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.

Tabel 4.16. Distribusi Jumlah Petani Berdasarkan Jumlah Tanaga Kerja dan

Produktivitas Padi di Tlogoweru dan Godong TK

(HOK/ha) Produktivitas

<5,5 ton (%) 5,5 - 6 ton (%) >6 ton (%) Jumlah

<57,31 38,33 0,00 13,33 51,67

57,31-70,17 16,67 1,67 8,33 26,67

>70,17 8,33 1,67 11,67 21,64

Total 63,33 3,33 33,33 100,00

Sumber : Data Primer (2015)

Page 18: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

32

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jika peningkatan penggunaan

tenaga kerja akan meningkatkan produktivitas. Terbukti dengan adanya

peningkatan produktivitas dari 8,33% (menggunakan tenaga kerja 57,31-70,17

HOK dengan produktivitas kurang dari lebih dari 6 ton) menjadi 11,67%

(menggunakan tenaga kerja lebih dari 70,17 HOK).

4.7.1.3 Pengaruh Modal (X3) Terhadap Produktivitas (Y)

Hasil analisis menunjukan nilai signifikan 0,276 dengan tingkat

kepercayaan 95% artinya variabel modal tidak berpengaruh terhadap produktivitas

di desa Tlogoweru dan desa Godong. Yang termasuk modal dalam hal ini adalah

meliputi penggunaan benih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk ponska dan berbagai

pestisida dalam hitungan per hektar. Diduga modal seperti penggunaan benih,

pupuk dan pestisida tidak berpengaruh nyata dikarenakan adanya ketidaksesuaian

dengan dosis anjuran pengguanaan benih, pupuk dan pastisida. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah kelebihan atau kekurangan dan pengaplikasian yang tidak sesuai

aturan pakai yang tercantum pada produk. Sedangkan dalam penelitian Hafidh

(2009) menunjukan bahwa variabel modal berpengaruh positive produksi

usahatani padi.

Tabel 4.17. Distribusi Jumlah Petani Berdasarkan Modal dan Produktivitas Padi di

Tlogoweru dan Godong

Modal Produktivitas

<5,5 ton (%) 5,5 - 6 ton (%) >6 ton (%) Jumlah

< 1.703.887 33,33 1,67 13,33 48,33

1.703.887-2.312.211 13,33 1,67 6,67 21,67

>2.312.211 16,67 0,00 13,33 30,00

Total 63,33 3,34 33,33 100,00

Sumber : Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa modal tidak memberikan

peningkatan pada produktivitas karena lebih banyak menunjukan penurunan nilai

persen.

Page 19: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

33

4.7.1.4 Pengaruh Burung Hantu (D1) Terhadap Produktivitas (Y)

Hasil analisis menunjukan nilai signifikan 0,036 dengan tingkat

kepercayaan 95% artinya variabel dummy Burung Hantu mempunyai pengaruh

terhadap produktivitas di Desa Tlogoweru, hal ini terlihat dari perbedaan hasil

panen per hektar antara Desa Tlogoweru dan Desa Godong. Berdasarkan data

pada Tabel 4.13 setiap kenaikan 1% penambahan variabel Burung Hantu

meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 0,20%. Menurut pengakuan

petani sampel di desa Tlogoweru, keberadaan Burung Hantu memberi dampak

yang positif yaitu peningkatan hasil panen dari yang sebelum melakukan

pemberdayaan Burung Hantu dengan setelah melakukan pemberdayaan Burung

Hantu. Menurut pengakuan Pak Sutedjo selaku kepala Desa Tlogoweru dan

penggerak ide pemberdayaan Burung Hantu, burung ini memberi dampak yang

sangat positif dengan alasan satu burung dalam satu malam mampu memangsa

tikus 3 sampai 5 ekor tikus. Dampaknya serangan tikus berkurang dan hasil panen

semakin meningkat. Pendapat tersebut didukung dengan data hasil panen sebelum

memanfaatkan Burung Hantu pada tahun 2010 dan sesudah memanfaatkan

Burung Hantu pada tahun 2012.

Tabel 4.18. Peningkatan Hasil Penen Desa Tlogoweru

No Komoditas

dan MT

Sebelum

Pemanfaatan

Burung Hantu

(2010)

(Ton/Ha)

Sesudah

Pemanfaatan

Burung Hantu

(2012)

(Ton/Ha)

Peningkatan

(Ton/Ha)

1 Padi MT I 3,2 7,6 4,4

2 Padi MT II 2,8 6,65 3,85

3 Jagung MT I 3,8 7,6 3,8

Sumber : Data Sekunder (2012)

Dari tabel diatas terlihat perbedaan dan peningkatan dari sebelum

memanfaatkan Burung Hantu pada tahun 2010 dengan setelah memanfaatkan

Burung Hantu pada tahun 2012. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Kudus,

menurut Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Kudus menilai

penggunaan Burung Hantu sebagai pembasmi alami hama tikus dapat

meningkatkan produktivitas hasil panen padi para petani. "Saat ini populasi tikus

Page 20: 4. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4 ......4.1.1. Letak Geografis dan Topografi Lokasi penelitian pertama terletak di Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten

34

di wilayah penangkaran Burung Hantu mulai berkurang," kata Kepala Dinas

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Budi Santoso, Kamis, 23 Oktober 2014

(Koran Nasional Tempo, 2014). Dengan demikian hipotesis awal yang

menyatakan diduga bahwa Kearifan lokal yang terbentuk di Desa Tlogoweru yaitu

pemanfaatan Burung Hantu sebagai pengendali hama tikus berpengaruh terhadap

produktivitas usahatani padi di Desa Tlogoweru telah terbukti.

4.7.1.5 Pengaruh Pranatamangsa (D2) Terhadap Produktivitas (Y)

Hasil analisis variabel dummy Pranatamangsa tidak berpengaruh terhadap

produktivitas karena nilai signifikansi menunjukan angka 0,167 dengan tingkat

kepercayaan 95%. Ketidak-signifikan dikarenakan adanya hasil yang berbeda

antara kedua desa karena di Desa Tlogoweru banyak yang menerapkan

pranatamangsa sedangkan di Desa Godong, banyak yang tidak menerapkan

pranatamangsa.

Petani sampel Desa Tlogoweru lebih banyak yang mengaku bahwa

fenomena alam Pranatamangsa memberi dampak terhadap pertanian mereka.

Berdasarkan hasil wawancara, petani berpendapatan bahwa tanda dari alam

(pranotomongo) yang mereka ketahui adalah melalui keberadaan Burung Terik

(Glareola maldivarum) dan Burung Blekok sawah (Ardeola speciosa) yang

terbang ke arah barat. Burung tersebut memberi tanda akan adanya musim hujan

dimana para petani hendak menyebar benih padi. Ada pula yang melihat dari

fenomena air sumur yang mulai naik keatas, yang berarti tanda datangnya musim

hujan. Tumbuhnya daun pada pohon kapuk juga diartikan sebagai tanda akan

musim hujan. Menurut pengakuam Pak Sutedjo selaku kepala desa mengatakan

bahwa mulai menanam padi ketika melihat fenomena keberadaan Burung Terik

yang terbang.

Sedangkan di Desa Godong petani lebih banyak berpendapat bahwa

Pranatamangsa tidak lagi akurat dan tidak dapat dijadikan patokan seperti pada

jaman dahulu. Sehingga menurut mereka, Pranatamangsa tidak memberi manfaat

terhadap pertanian mereka. Dengan demikian hipotesis awal yang menyatakan

diduga bahwa Pranatamangsa berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi

di Desa Tlogoweru tidak terbukti.