bab iv hasil dan pembahasanmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 peta fpc...

25
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Teh PTPN VIII Talunsantosa Proses produksi teh hitam di PTPN VIII Talunsantosa dimulai dengan pengangkutan dan penerimaan bahan baku pucuk daun teh dari kebun, setelah pucuk masuk pabrik, daun langsung memasuki tahap pelayuan, selanjutnya pucuk teh yang sudah dilayukan dipindahkan ke tahap penggilingan untuk menghancurkan daun teh, selanjutnya yaitu tahap fermentasi dan dilanjutkan pada proses pengeringan, selanjutnya yaitu tahap sortasi yang bertujuan untuk menyeragamkan potongan teh yang sudah dikeringkan, setelah itu dilakukan proses pengujian mutu daun teh tersebut, tahap terakhir yaitu proses pengepakan dan disimpan di gudang penyimpanan. Gambar 10. Proses Produksi Teh Hitam 4.1.1 Data Produksi Basah dan Kering Produksi di pabrik Santosa akan didokumentasikan setiap bulannya dengan bertujuan untuk mempermudah mencatat dan mengevaluasi perkembangan produksi setiap bulannya dalam jangka waktu satu tahun. Pada tabel 3 dibawah ini merupakan rencana atau target yang harus dicapai.

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Teh PTPN VIII Talunsantosa

Proses produksi teh hitam di PTPN VIII Talunsantosa dimulai dengan

pengangkutan dan penerimaan bahan baku pucuk daun teh dari kebun, setelah

pucuk masuk pabrik, daun langsung memasuki tahap pelayuan, selanjutnya pucuk

teh yang sudah dilayukan dipindahkan ke tahap penggilingan untuk

menghancurkan daun teh, selanjutnya yaitu tahap fermentasi dan dilanjutkan pada

proses pengeringan, selanjutnya yaitu tahap sortasi yang bertujuan untuk

menyeragamkan potongan teh yang sudah dikeringkan, setelah itu dilakukan

proses pengujian mutu daun teh tersebut, tahap terakhir yaitu proses pengepakan

dan disimpan di gudang penyimpanan.

Gambar 10. Proses Produksi Teh Hitam

4.1.1 Data Produksi Basah dan Kering

Produksi di pabrik Santosa akan didokumentasikan setiap bulannya dengan

bertujuan untuk mempermudah mencatat dan mengevaluasi perkembangan

produksi setiap bulannya dalam jangka waktu satu tahun. Pada tabel 3 dibawah ini

merupakan rencana atau target yang harus dicapai.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

19

Tabel 3. Rencana Produksi Pabrik Santosa Tahun 2018

(Sumber: PTPN VIII Talun Santosa)

Pada tabel diatas dapat dilihat rencana kerja pabrik Santosa, dimana

proyeksi keuangan bergulir (PKB) adalah rencana atau target triwulanan yang

harus dicapai dan merupakan breakdown RKAP yang disesuaikan dengan kondisi

bulan berjalan. Lalu rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) adalah

rencana atau target yang harus dicapai dalam kurun waktu satu tahun. Jadi PKB

dan RKAP itu merupakan target yang harus dicapai pabrik Santosa, selanjutnya

yaitu bulan ini (BI) adalah target atau realisasi bulan berjalan, sedangkan sampai

bulan ini (SBI) adalah target atau realisasi dengan akumulasi bulan berjalan atau

hasil penjumlahan dari bulan berjalan.

BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI

1 JAN 618,057 618,057 140,468 140,468 618,057 618,057 140,468 140,468

2 PEB 638,790 1.256.847 158,586 299,054 638,790 1.256.847 145,180 285,647

3 MAR 593,223 1.850.070 171,383 470,436 593,223 1.850.070 134,824 420,471

4 APR 638,869 2.488.939 158,614 629,050 638,869 2.488.939 145,198 565,668

5 MEI 552,028 3.040.968 184,198 813,247 552,028 3.040.968 125,461 691,129

6 JUN 616,625 3.657.592 167,161 980,408 616,625 3.657.592 140,142 831,271

7 JUL 603,418 4.261.011 143,662 1.124.070 603,418 4.261.011 137,141 968,412

8 AGU 684,438 4.945.448 128,956 1.253.025 684,438 4.945.448 155,554 1.123.966

9 SEP 607,686 5.553.134 121,495 1.374.520 607,686 5.553.134 138,111 1.262.076

10 OKT 690,936 6.244.071 142,407 1.516.927 690,936 6.244.071 157,031 1.419.107

11 NOP 577,089 6.821.159 145,249 1.662.176 577,089 6.821.159 131,157 1.550.264

12 DES 709,962 7.531.121 159,253 1.821.428 709,962 7.531.121 161,335 1.711.619

No Bulan

PKB (Kg) RKAP (Kg)

BASAH KERING BASAH KERING

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

20

Tabel 4. Realisasi Produksi Pabrik Santosa Tahun 2018

(Sumber: PTPN VIII Talun Santosa, 2018)

Tabel 4 menjelaskan realisasi hasil produksi di pabrik Santosa pada tahun

2018. Sama seperti pada tabel sebelumnya, bulan ini (BI) merupakan target atau

realisasi bulan berjalan, sedangkan sampai bulan ini (SBI) adalah target atau

realisasi dengan akumulasi bulan berjalan atau hasil penjumlahan dari bulan

berjalan.

Tabel diatas terbagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu kolom

realisasi produksi dimana menjelaskan hasil produksi basah dan kering dalam

satuan kilogram. Kolom basah merupakan penunjuk jumlah berat teh dalam

ukuran kilogram sebelum proses produksi dilakukan, sedangkan pada kolom

kering merupakan jumlah bubuk teh hasil produksi yang sudah melewati seluruh

tahapan produksi dan siap untuk dipasarkan.

Kolom basah/ kering (B/K) pada tabel 4 menunjukkan hasil perbandingan

antara produksi basah sebelum diolah terhadap produksi kering yang sudah diolah.

Semakin kecil nilai B/K maka hasil produksi tersebut semakin baik, dimana

selama produksi ini berlangsung tidak banyak waste atau produksi yang terbuang

dan masuk kedalam kategori limbah. PTPN Talun Santosa memiliki standar

khusus maksimal untuk nilai B/K yaitu tidak lebih dari 4,50 yang artinya pada

BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI

1 JAN 400.820 400.820 64,85 64,85 92.300 92.300 65,71 65,71 4,34 4,34

2 PEB 387.870 788.690 60,72 62,75 86.397 198.697 59,51 62,56 4,49 4,41

3 MAR 65.770 854.460 11,09 46,19 15.064 193.761 11,17 46,08 4,37 4,41

4 APR 121.140 975.600 18,96 39,20 26.684 220.445 18,38 38,97 4,54 4,43

5 MEI 467.720 1.443.320 84,73 47,46 105.414 325.859 84,02 47,15 4,44 4,43

6 JUN 437.770 1.881.090 70,99 51,43 100.993 426.852 72,06 51,35 4,33 4,41

7 JUL 493.870 2.374.960 81,85 55,74 113.134 539.986 82,49 55,76 4,37 4,40

8 AGU 197.930 2.572.890 28,92 52,03 46.903 586.889 30,15 52,22 4,22 4,38

9 SEP - 2.572.890 - 46,33 - 586.889 - 46,50 4,38

10 OKT - 2.572.890 - 41,21 - 586.889 - 41,36 4,38

11 NOP - 2.572.890 - 37,72 - 586.889 - 37,86 4,38

12 DES 380.480 2.953.370 53,59 39,22 84.679 671.568 52,48 39,24 4,49 4,40

No Bulan

REALISASI PRODUKSIB/K

BASAH %Tercapai KERING %Tercapai

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

21

produksi setiap bulannya nilai B/K tidak boleh melebihi angka tersebut demi

memaksimalkan produksi teh pertahunnya. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun

2018, jumlah produksi teh yang dihasilkan pabrik Santosa masih dapat dikatakan

baik karena tidak melebihi batas standar yaitu dengan nilai B/K 4,40.

4.1.2 Flow Process Chart

Flow process chart (FPC) ini berfungsi sebagai diagram operasi yang

meliputi analisa aliran bahan dimulai dari bahan baku sampai bahan tersebut

menjadi sebuah produk siap dipasarkan secara jelas. Flow process chart dapat

dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. FPC Pengolahan Teh

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

22

Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari

pengangkutan dan penerimaan bahan baku sampai pada tahap pengepakan dan teh

kering siap jual. Tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh daun teh sebelum

penjualan adalah:

4.1.2.1 Pengangkutan dan Penerimaan Bahan Baku

Proses pengangkutan dan penerimaan pucuk teh dilakukan untuk

mengetahui kualitas dan kuantitas pucuk yang diterima di pabrik, dan memilih

pucuk teh yang memenuhi spesifikasi sehingga dapat meningkatkan mutu teh

yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang

ulang dan dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah (SP). Kemudian truk

menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk. Pucuk yang

sudah diturunkan dari truk kemudian diletakan di kursi monorail dimana satu

kursi monorail dibatasi hanya untuk satu waring sack dan harus dalam posisi

berdiri untuk mencegah bahan baku jatuh dan terbuang.

Gambar 12. Monorail

Monorail berfungsi untuk mengangkut pucuk segar menuju mesin

Witehring Through (WT) pada proses pembeberan untuk dilayukan dan

mengangkut pucuk layu dari mesin WT ke cerobong penggilingan menuju mesin

giling pada proses turun layu.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

23

4.1.2.2 Pelayuan

Proses pelayuan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada pucuk.

Pelayuan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pelayuan secara kimia dan fisik.

Pada pelayuan kimia memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-

senyawa kimia yang dikandung dalam pucuk teh untuk membentuk karakteristik

khusus teh (rasa, aroma, kekuatan, kesegaran dan warna air) yang diinginkan.

Sedangkan pelayuan fisik berfungsi untuk menurunkan kadar air di dalam dan di

permukaan pucuk yang ditandai dengan adanya perubahan karakteristik pucuk

yang akan menjadi lemas (layu). Proses pelayuan sangat berperan penting untuk

proses penggilingan, pengeringan, sortasi sampai pada penentuan kualitas dan

mutu dari pucuk teh yang sudah diolah. Standar pucuk yang sudah terlayukan

dengan baik ditandai dengan tingkat layu kimiawi yang optimal, pucuk memiliki

aroma yang khas serta warna pucuk akan menjadi berwarna hijau agak kekuning-

kuningan dengan daun yang tidak menjadi kering dan batang muda yang lentur.

Udara panas bersumber dari Heat Exchanger (HE). Heat Exchanger (HE)

merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan udara panas. Panas yang

dihasilkan berasal dari pembakaran kayu bakar pada ruang Heat Exchanger.

Udara panas ini dihisap oleh main fan dan dialirkan dengan Hot Air Ducation

sebagai saluran udara panas menuju WT. Heat Exchanger terdiri dari tiga bagian

utama, yaitu brander pemanas yang berfungsi sebagai penghasil panas, main fan

sebagai penghembus udara panas, dan exhaust fan sebagai penghisap udara kotor

dalam heater.

Gambar 13. Pelayuan Teh Dengan Mesin WT

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

24

Alat yang digunakan pada proses pelayuan salah satunya adalah Witehring

Trough. Fungsi dari Witehring Trough ini adalah untuk bak penampung pucuk

segar yang akan dilayukan. Prinsip kerjanya adalah menurunkan kadar air pucuk,

dengan menghembuskan udara segar di sekitar Witehring Trough dari fan.

Hembusan udara menyebabkan proses penguapan air daripada pucuk sehingga

pucuk akan menjadi layu.

4.1.2.3 Penggilingan

Penggilingan bertujuan untuk merusak dinding sel daun sampai cairan sel

keluar semaksimal mungkin ke permukaan dengan merata supaya terjadi proses

oksidasi enzimatis yang baik dan menghasilkan inner quality yang optimal,

menggulung pucuk untuk membentuk hasil keringan, mengecilkan dan memotong

gulungan-gulungan pucuk menjadi partikel sesuai dengan ukuran yang

dikehendaki, untuk memudahkan dan memaksimalkan proses selanjutnya, serta

memudahkan dalam pengaturan pengeringan.

Gambar 14. Mesin Ruang Giling

Prinsip umum proses penggilingan yaitu daun pucuk teh pada proses giling

akan terjadi penggulungan, pemotongan dan perusakan menjadi bubuk teh dengan

ukuran kecil. Bubuk teh yang sudah melewati proses penggilingan akan dibagi

lagi sesuai dengan beberapa jenis yaitu bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan

bubuk badag.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

25

4.1.2.4 Oksidasi Enzimatis

Tahap selanjutnya yaitu proses fermentasi, bubuk pucuk teh disusun pada

rak yang telah disediakan di ruang Oksidasi Enzimatis. Selain itu ketebalan bubuk

di atas baki penampung juga harus disesuaikam antara 5-12 cm, hal ini bertujuan

agar proses reaksi enzimatis pada bubuk teh tersebut bekerja dengan maksimal

dan merata. Suhu udara ruangan yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis

ini berkisar antara 16-24oC dan suhu pada sebaran bubuk berkisar antara 24-28oC

(suhu optimum 27oC) oleh karena itu diruang oksidasi enzimatis terdapat fan yang

akan meniupkan udara sejuk dan percikan air yang bertujuan untuk tetap menjaga

suhu dan kelembaban ruangan tersebut yang dimana kelembaban udara ruang

oksidasi enzimatis harus berkisar antara 90-95%. Prinsip dari proses oksidasi

enzimatis ini yaitu proses oksidasi antar senyawa polyphenol dengan enzim

polyphenol oksidase dan juga senyawa lainnya sehingga akan terbentuknya

karakteristik warna, rasa dan flavour dari bubuk teh.

4.1.2.5 Pengeringan

Proses selanjutnya yaitu pengeringan, dimana bubuk teh yang telah

teroksidasi dengan baik kemudian diangkut secara manual dari rak per baki

menuju ruang pengeringan. Tujuan proses pengeringan ini yaitu untuk

menghentikan proses fermentasi atau oksidasi enzimatis, penghentian proses

fermentasi tersebut dilakukan dengan proses pengeringan dengan menggunakan

mesin Two Stage Dryer (TSD). Selain itu proses pengeringan bertujuan untuk

menurunkan kadar air sampai batas tertentu, mensterilkan dari kemungkinan

adanya bakteri pada bubuk teh yang masih terbawa pada proses fermentasi

sebelumnya, memberikan warna hitam pada kenampakan teh dan juga untuk

memperpanjang masa penyimpanan.

Mesin yang digunakan untuk pengeringan bubuk teh terdapat tiga buah

mesin TSD, yaitu mesin TSD 1 untuk bubuk 1 dan 2, mesin TSD 2 untuk bubuk 3

dan 4, lalu mesin TSD 3 untuk bubuk badag. Prinsip kerja yang dapat dilakukan

oleh mesin TSD ini yaitu penurunan kadar air bubuk teh dalam mesin pengering

dengan menggunakan aliran udara panas. Udara panas yang digunakan untuk

pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan dengan proses pembakaran

menggunakan heat exchanger yang dimana bahan bakar untuk memanaskannya

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

26

berupa wood pellet atau kayu bakar. Energi yang dibutuhkan oleh proses

pengeringan berasal dari energi panas yang dihasilkan oleh hasil pembakaran

bahan bakar padat pada heat exchanger yang dialirkan pada mesin TSD.

4.1.2.6 Sortasi

Proses sortasi merupakan tahapan selanjutnya setelah bubuk teh sudah

melalui proses pengeringan, proses ini dilakukan untuk memisahkan bubuk teh

dengan debu, tangkai, dan sisa-sisa kotoran lain setelah proses pengeringan.

Selain untuk memisahkan bubuk teh dari debu dan kotoran, sortasi juga

mempunyai tujuan yang lain yaitu memisahkan dan memperoleh partikel teh yang

seragam dalam segi ukuran, densitas dan kebersihan dari kandungan serat dan

tulang sesuai standar yang telah ditentukan atau diinginkan oleh konsumen.

Prinsip utama dari proses sortasi adalah memisahkan partikel berdasarkan

bentuk, ukuran/partikel, berat jenis, densitas dan kebersihan kandungan

serat/tulang. Pada proses sortasi untuk menjaga kualitas bubuk teh maka harus

memperhatikan kebersihan ruangan, pertukaran udara yang lancar dan

kelembaban udara berkisar 30%, tujuannya agar tidak terjadi perubahan kadar air

pada bubuk teh kering.

Gambar 15. Mesin ITX

Pada proses sortasi, bubuk teh yang telah melalui proses pengeringan

kemudian dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan mesin ITX.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

27

Mesin ITX yang digunakan pada proses pengolahan teh hitam dengan metode

orthodoks PT.Perkebunan Nusantara VIII Kebun Talun Santosa terdapat 2 mesin

yaitu ITX I untuk proses bubuk I dan II serta ITX II untuk proses bubuk III,

bubuk IV, dan bubuk badag. Bubuk yang dihasilkan di mesin ITX I dan II akan

menghasilkan bubuk teh yang dapat melewati corong small grade dimana bubuk

teh tersebut akan menjadi beberapa jenis teh yaitu DUST, PF OJI, PF, BOPF,

sedangkan untuk corong broken grade akan menghasilkan bubuk teh dengan jenis

yang lain yaitu BOPF, BOPF1, BOP, BOP1.

Gambar 16. Conveyor

Selanjutnya bubuk jenis PF dan DUST dimasukkan ke dalam mesin

winnower dan jenis BOP dan BOPF akan dimasukkan kedalam mesin Tehewan

untuk dilakukannya proses pemisahan berdasarkan berat jenis bubuk teh tersebut.

Selanjutnya bubuk dari Winnower dipindahkan dan akan dilakukannya proses

finishing pada mesin vibrex finishing (small grade), sedangkan bubuk dari

Tehewan akan dipisahkan untuk dilakukannya proses finishing pada mesin vibrex

finishing (broken grade). Untuk serat dari ITX I dan II yang berwarna merah

diproses dengan menggunakan black fiars yang dimana akan dihasilkan teh

dengan jenis BM, FANN II, PW DUST, dan badag.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

28

4.1.2.7 Pengujian Mutu

Pengujian mutu bertujuan untuk memastikan spesifikasi teknis dikontrol

dengan baik dan mengetahui kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan

standar yang diterapkan mulai dari penerimaan bahan baku pucuk sampai produk

teh yang siap untuk dipasarkan. Sehingga setelah dilakukan pengujian mutu dapat

dijamin bahwa hasil teh telah memperoleh nilai A atau B untuk appearance

(kenampakan), liquor (warna air) dan ampas seduhan, serta menjamin bahwa

produk teh yang sudah dihasilkan dapat masuk kedalam kategori minimal

medium, akan tetapi pada setiap produksi dilakukan harus diupayakan mencapai

best medium atau best quality.

Gambar 17. Pengujian Inner dan Outer Quality

Pengujian inner dan outer quality dilakukan dengan tahapan cara yang

berbeda dimana pengujian inner quality dilakukan dengan penilaian aroma yang

dihasilkan dengan melakukan teknik menghirup udara atau uap hasil seduhan teh

dengan membuka sedikit tutup cangkir, sedangkan penilaian rasa dilakukan

dengan cara mencicipi air hasil seduhan yang ada dalam mangkok tersebut apakah

cita rasa teh sudah sesuai dengan standar atau belum, lalu penilaian warna air

dilakukan dengan cara mengamati kekeruhan air atau warna air yang dihasilkan

dari seduhan teh dalam mangkok, sedangkan yang terakhir yaitu penilaian ampas

seduhan yang dilakukan dengan cara mengamati hasil ampas yang telah

dipindahkan pada tutup cangkir.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

29

4.1.2.8 Pengepakan

Proses pengepakan merupakan penuangan bubuk teh ke dalam kemasan

sesuai dengan berat yang sudah ditentukan setiap grade-nya kedalam paper sack.

Berat untuk setiap grade akan berbeda dalam setiap paper sack. Kemasan yang

digunakan adalah sack yang terbuat dari bahan kertas namun dibagian dalamnya

telah dilapisi alumunium foil. Teh yang sudah melewati proses sortasi akan

ditimbang lalu dimasukkan dan disimpan secara terpisah sesuai dengan grade-nya

masing-masing kedalam peti miring.

Gambar 18. Conveyor Menuju Tea Bulker

Peti miring (Tea Bin) merupakan tempat penyimpanan sementara bubuk

teh sebelum dilakukannya proses pengepakan. Peti miring berbentuk persegi

dengan dimensi 1.54m x 1.54m x 3.6m dan memiliki corong pengeluaran di

bagian bawahnya. Tea Bulker merupakan mesin yang berfungsi untuk mencampur

dan mengaduk bubuk teh hitam yang dihasilkan sehingga diperoleh kualitas teh

yang seragam. Tea Bulker berbentuk seperti silinder bersudut dengan 8 ruang di

dalamnya. Prinsip kerjanya dengan memasukkan bubuk teh yang berasal dari peti

miring ke atas Tea Bulker menggunakan conveyor secara teratur sehingga bubuk

tercampur merata. Ketika corong pengeluaran di bagian bawahnya dibuka, bubuk

teh dari kedelapan ruang tersebut akan keluar secara bersamaan.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

30

Gambar 19. Produk Setelah Pengepakan

Teh yang telah dikemas kemudian disimpan dan ditumpuk pada gudang

penyimpanan yang dimana ruang penyimpanan tersebut sama dengan ruang

pengepakan, hal ini untuk memudahkan penataan produk teh yang sudah

dibungkus dan siap untuk dipasarkan.

4.2 Evaluasi dan Perancangan Ulang Tata Letak

Evaluasi dan perancangan ulang tata letak membutuhkan beberapa tahap

yang harus dilakukan, diantaranya yaitu merancang activity relationship chart

(ARC), merancang activity relationship diagram (ARD), merancang area

allocation diagram (AAD), dan yang terakhir yaitu mendesain layout hasil

perancangan.

4.2.1 Activity Relationship Chart

Activity relationship chart (ARC) ini merupakan peta untuk merencanakan

dan menganalisa hubungan antar kegiatan produksi yang dapat menggambarkan

tingkat kepentingan antara ruang produksi yang satu dan bagian yang lainnya.

Sumber data untuk proses penilaian dalam mengisi peta ARC ini

dilakukan dengan proses wawancara kepada delapan orang responden yang

merupakan pegawai di pabrik Santosa. Berikut adalah daftar nama responden

yang menjadi sumber data proses penilaian:

1. Rendra Citra Lesmana, SE. (JTU Kepala)

2. Kurnaedi (Mdr. Besar QC)

3. Jajang (Mdr. Pelayuan)

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

31

I

A

E

I

I

O

O

O

O

U

U

U

U

U

X

4. Agus (Mdr. Penggilingan)

5. U.Suparman (Mdr. Oksidasi Enzimatis)

6. Dede Karman (Mdr. Pengeringan)

7. Ai Komala (Mdr. Sortasi)

8. Dede Saepuloh (Mdr. Pengepakan)

Berdasarkan hasil wawancara berdasarkan tata cara kerja yang diterapkan,

dapat dianalisa hubungan antar kegiatan produksi sesuai dengan tingkat

kepentingan setiap ruangan.

Gambar 20. ARC Pabrik Santosa

Terdapat beberapa simbol yang digunakan untuk mengisi tabel activity

relationship chart, yaitu:

A = mutlak perlu berdekatan

E = sangat perlu berdekatan

I = penting berdekatan

O = tidak jadi soal (biasa)

U = tidak perlu berdekatan

X = tidak diharapkan berdekatan

R.Pelayuan

R.Giling

R.Oksidasi Enzimatis

R.Pengeringan

R.Sortasi

R.Pengepakan

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

32

Pada gambar 20 diatas dapat dilihat indikator tingkat hubungan antara

kegiatan yang menggambarkan tingkat kepentingan pada setiap ruangan produksi

di PTPN VIII Talunsantosa pabrik Santosa yang dinilai dari sifat kegiatan dan

interaksi yang dilakukan pada setiap ruangan tersebut. Setiap huruf yang tertera

pada peta ARC tersebut merupakan indikator penunjuk seberapa pentingnya

kedekatan antar bagian ruang produksi.

Indikator A berfungsi untuk menunjukkan bahwa ruangan tersebut mutlak

perlu berdekatan karena beberapa alasan tertentu yang sangat penting seperti

bahan yang harus cepat ditangani atau suatu hal yang dapat mempengaruhi

kualitas produk, lalu indikator E berfungsi untuk menunjukkan ruangan tersebut

sangat perlu berdekatan dimana ruangan tersebut tidak boleh dipisahkan, lalu

indikator I menunjukkan bahwa ruangan tersebut penting berdekatan karena faktor

tertentu, lalu selanjutnya indikator O menunjukkan tidak jadi soal (biasa) dimana

antar ruangan tersebut tidak bersifat ketergantungan terhadap ruangan lainnya

yang artinya baik ruangan itu berdekatan ataupun tidak berdekatan hal tersebut

tidak akan terlalu mempengaruhi berjalannya produksi, selanjutnya indikator U

menunjukkan tidak perlu berdekatan dimana nilai kepentingan antar ruangan

tersebut sangat tidak penting seperti tidak adanya interaksi langsung antar ruangan

tersebut, lalu indikator terakhir yaitu X yang menunjukkan tidak diharapkan untuk

saling berdekatan dimana ruangan tersebut harus dipisahkan dengan ruangan

tertentu karena beberapa alasan yang dapat menghambat alur produksi.

Setiap ruangan produksi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Talunsantosa

pabrik Santosa dinilai tingkat hubungan kedekatannya menggunakan activity

relationship chart untuk mengetahui kepentingan pada setiap ruangan produksi.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 indikator A yang mutlak perlu berdekatan, 1

indikator E yang sangat perlu berdekatan, 3 indikator I yang penting berdekatan, 4

indikator O yang tidak jadi soal, 5 indikator U yang tidak perlu berdekatan, dan 1

indikator X yang tidak diharapkan untuk berdekatan. Nilai indikator ARC pada

setiap ruangannya yaitu:

4.2.1.1 Ruang Pelayuan Dan Ruang Giling

Tingkat kepentingan pada ruang pelayuan dan ruang giling memiliki nilai

indikator I yaitu penting berdekatan, karena pucuk teh setelah melalui proses

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

33

pelayuan harus dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu proses penggilingan

dimana pucuk akan diangkut menggunakan monorail menuju mesin diruang

giling untuk segera dilakukannya penghancuran dan pengecilan ukuran untuk

membantu memaksimalkan proses produksi selanjutnya.

Kedua ruangan ini penting untuk berdekatan karena dua proses tersebut

berinteraksi secara langsung dan tidak ada proses lain lagi diantara kedua proses

tersebut. Jika ruangan pelayuan dan ruang giling dipisahkan terlalu jauh, maka

bahan akan membutuhkan waktu tunggu yang berlebih dan proses produksi tidak

akan berjalan dengan efisien. Oleh karena itu ruang pelayuan dan ruang giling

diberi indikator I yaitu penting berdekatan.

4.2.1.2 Ruang Pelayuan Dan Ruang Oksidasi Enzimatis

Tingkat kepentingan ruang pelayuan dan ruang oksidasi enzimatis

memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa, hal ini dikarenakan

interaksi antar ruang pelayuan dan oksidasi enzimatis tidak berinteraksi secara

langsung dan berhubungan, teh yang berasal dari ruang pelayuan tidak dapat

langsung masuk pada proses oksidasi enzimatis dimana daun pucuk teh tersebut

masih berukuran besar dan belum menjadi bubuk, senyawa yang terdapat pada

daun teh juga belum terekstraksi secara maksimal, maka proses fermentasi

tersebut tidak akan berjalan dengan baik, oleh karena itu daun pucuk teh tersebut

harus melalui proses penggilingan terlebih dahulu supaya pucuk teh hancur

terlebih dahulu agar proses fermentasi dapat berjalan secara maksimal.

4.2.1.3 Ruang Pelayuan Dan Ruang Pengeringan

Tingkat kepentingan pada ruang pelayuan dan ruang pengeringan memiliki

nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur proses

produksi, teh yang sudah melalui proses pelayuan tidak bisa langsung dilanjutkan

pada proses pengeringan dimana daun pucuk teh tersebut masih dalam ukuran

besar dan utuh, selain itu juga daun teh tersebut belum melalui proses fermentasi

dimana warna dan aroma teh tersebut belum keluar, oleh karena itu ruangan

pelayuan dan ruang pengeringan tidak perlu berdekatan karena tidak memiliki

hubungan secara langsung antar kedua ruangan tersebut.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

34

4.2.1.4 Ruang Pelayuan Dan Ruang Sortasi

Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan sortasi memiliki

nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat pada alur produksi pada

ruang pengeringan, teh yang sudah melalui proses pelayuan tidak bisa langsung

dilanjutkan pada proses sortasi karena fungsi utama proses sortasi yaitu untuk

memisahkan teh yang sudah berbentuk bubuk kering sesuai dengan jenis dan

ukuran, teh yang sudah masuk pada tahap ini harus tetap dijaga dari ruangan

dengan kondisi kelembaban yang tinggi, oleh karena itu kedua ruangan ini tidak

perlu berdekatan.

4.2.1.5 Ruang Pelayuan Dan Ruang Pengepakan

Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan pengepakan

memiliki nilai indikator X yaitu tidak diharapkan untuk berdekatan. Jika dilihat

dari peta alur produksi, proses pelayuan dan proses pengepakan sangat jauh dan

tidak berhubungan sama sekali karena pelayuan merupakan proses pertama yang

dilakukan sedangkan proses pengepakan merupakan proses terakhir atau finishing.

Selain karena proses produksinya yang tidak berhubungan secara

langsung, bubuk teh yang sudah melewati proses produksi sampai pada proses

sortasi harus dijaga tingkat kelembabannya tetap dalam kondisi kering karena

pada ruangan pelayuan tingkat kelembabannya lebih tinggi daripada ruangan

pengeringan, sortasi dan pengepakan. Bubuk teh yang sudah masuk pada proses

pengepakan tersebut harus tetap dijaga kualitas kekeringannya karena akan segera

diangkut dan dipasarkan.

4.2.1.6 Ruang Giling Dan Ruang Oksidasi Enzimatis

Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan pengepakan

memiliki nilai indikator A yaitu mutlak perlu berdekatan. Proses penggilingan

pucuk teh dan proses fermentasi saling berhubungan secara langsung, hal tersebut

menjadi salah satu faktor utama mengapa tingkat hubungan kedua ruangan ini

mutlak perlu berdekatan karena daun pucuk teh yang sudah dihancurkan pada

proses penggilingan harus segera memasuki proses selanjutnya yaitu oksidasi

enzimatis supaya hasil fermentasi tersebut bekerja secara maksimal dan merata.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

35

Jika kedua ruangan ini dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, maka

proses fermentasi tersebut tidak akan maksimal karena pada proses ini sangat

berpengaruh terhadap waktu. Daun teh yang sudah dihancurkan pada proses

penggilingan harus langsung dilanjutkan pada tahap fermentasi.

4.2.1.7 Ruang Giling Dan Ruang Pengeringan

Tingkat kepentingan ruang penggilingan dan ruang pengeringan memiliki

nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa, hal ini dikarenakan interaksi antar

ruang penggilingan dan ruang pengeringan tidak secara langsung berhubungan,

kedua ruangan ini tidak begitu diharuskan untuk berdekatan maupun berjauhan.

Sebelum dapat masuk pada tahap proses pengeringan, bubuk teh tersebut

harus melewati tahap fermentasi terlebih dahulu supaya warna, rasa dan aroma teh

keluar secara maksimal sebelum akhirnya seluruh bubuk tersebut dikeringkan.

Jika bubuk teh tersebut langsung dikeringkan tanpa dilakukannya proses

fermentasi terlebih dahulu, teh tersebut tidak akan lolos pada tahap pengujian

mutu karena kandungan yang ada tidak keluar secara maksimal.

4.2.1.8 Ruang Giling Dan Ruang Sortasi

Ruang giling dan ruang sortasi memiliki tingkat kepentingan dengan

indikator U yaitu tidak perlu untuk berdekatan. Menurut alur produksi, proses

penggilingan dan proses sortasi tidak berinteraksi secara langsung melainkan

terdapat beberapa proses produksi yang harus dilalui terlebih dahulu oleh bubuk

teh tersebut sebelum bubuk teh memasuki ruang sortasi.

Bubuk pucuk teh dari ruangan giling tidak bisa langsung memasuki proses

sortasi karena bubuk tersebut masih dalam kondisi masih memiliki tingkat

kelembaban cukup tinggi dimana proses sortasi tidak akan bisa berjalan secara

maksimal karena akan terjadi penggumpalan, proses sortasi akan menjadi

terhambat karena bubuk teh belum dikeringkan, oleh karena itu daun pucuk

tersebut harus melalui proses pengeringan terlebih dahulu.

4.2.1.9 Ruang Giling Dan Ruang Pengepakan

Tingkat kepentingan pada ruang giling dan ruang pengepakan memiliki

nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur produksi,

proses penggilingan dan proses pengepakan terpisah cukup jauh dan tidak

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

36

berinteraksi secara langsung karena ruang pengepakan merupakan tempat dimana

proses finishing dilakukan.

Prinsip umum penggilingan yaitu, pucuk pada proses giling akan terjadi

penggulungan, pemotongan dan perusakan dimana proses ini merupakan proses

awal produksi setelah proses pelayuan. Jarak antara proses giling dan pengepakan

terlampau sangat jauh, oleh karena itu hubungan kepentingan kedua ruangan ini

tidak perlu berdekatan.

4.2.1.10 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Pengeringan

Tigkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang pengeringan

memiliki nilai indikator E yaitu sangat penting berdekatan. Dilihat dari alur

produksi pengolahan kedua ruangan tersebut berinteraksi secara langsung, hasil

bubuk teh yang sudah melewati proses fermentasi langsung memasuki ruangan

pengeringan untuk dilakukannya penghentian proses fermentasi dari proses

sebelumnya menggunakan mesin Two Stage Dryer.

Proses pengeringan bertujuan untuk menurunkan tingkat kadar air sampai

batas tertentu, mensterilkan dari adanya bakteri pada bubuk teh yang terbawa pada

proses sebelumnya yang bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi pada

bubuk teh yang masih berlangsung, dan juga untuk memberikan warna hitam pada

kenampakan bubuk teh dan untuk memperpanjang masa penyimpanan.

4.2.1.11 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Sortasi

Tingkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang sortasi

memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa. Jika dilihat dari alur

proses produksi, proses fermentasi dan proses sortasi tidak berinteraksi secara

langsung karena bubuk teh yang sudah melewati proses oksidasi masih

menggumpal karena kadar air yang terkandung pada bubuk teh tersebut masih

cukup tinggi. Oleh karena itu bubuk teh tersebut harus melewati proses

pengeringan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kadar air dan untuk

mensterilkan bubuk teh dari bakteri yang terbawa dari proses sebelumnya.

4.2.1.12 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Pengepakan

Tingkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang pengepakan

memiliki indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur proses

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

37

produksi, proses fermentasi dan pengepakan terpisah cukup jauh dan tidak

berinteraksi secara langsung dimana ada beberapa proses produksi yang harus

dilalui terlebih dahulu yaitu proses pengeringan dan sortasi. Pada ruang

pengepakan tingkat kelembabannya tidak boleh tinggi seperti kelembaban pada

ruangan oksidasi enzimatis karena dikhawatirkan akan merusak kualitas produk

yang sudah siap dipasarkan tersebut. Oleh karena itu indikator kepentingan ruang

oksidasi dan ruang pengepakan tidak perlu berdekatan.

4.2.1.13 Ruang Pengeringan Dan Ruang Sortasi

Tingkat kepentingan pada ruang pengeringan dan ruang sortasi memiliki

nilai indikator I yaitu penting berdekatan. Pada alur proses produksi, proses

pengeringan dan sortasi ini saling berdampingan dan berinteraksi secara langsung

dimana bubuk teh yang sudah dikeringkan menggunakan mesin Two Stage Dryer

akan langsung dipindahkan pada ruang sortasi untuk dilanjutkan pada proses

selanjutnya.

Daun teh yang sudah melalui proses pengeringan akan menjadi butiran

bubuk teh dan tidak akan menggumpal saat proses sortasi. Kedua ruangan ini

penting berdekatan akan tetapi tidak terlalu terpacu oleh waktu karena tingkat

kadar air bubuk teh kali ini sudah diturunkan dan sudah steril dari bakteri pada

proses fermentasi, oleh karena itu nilai indikator kepentingan kedua ruangan ini

yaitu penting untuk berdekatan.

4.2.1.14 Ruang Pengeringan Dan Ruang Pengepakan

Tingkat kepentingan antara ruang pengeringan dan ruang pengepakan

memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa. Jika dilihat dari alur

proses produksi, ruang pengeringan dan ruang pengepakan tidak berinteraksi

secara langsung melainkan bubuk teh harus melewati proses sortasi terlebih

dahulu. Bubuk teh yang sudah melewati proses pengeringan harus dilakukan

proses sortasi terlebih dahulu untuk memisahkan teh dengan debu dan kotoran.

Sortasi juga mempunyai tujuan yang lain yaitu memperoleh partikel teh

yang seragam dalam ukuran, densitas dan kebersihan dari kandungan serat dan

tulang sesuai standar yang telah ditentukan atau diinginkan oleh konsumen.

Prinsip utama dari sortasi adalah memisahkan partikel berdasarkan bentuk,

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

38

ukuran/partikel, berat jenis, densitas dan kebersihan kandungan serat/tulang. Oleh

karena itu hubungan kepentingan antar ruang pengeringan dan pengepakan yaitu

tidak jadi soal.

4.2.1.15 Ruang Sortasi Dan Ruang Pengepakan

Tingkat kepentingan antara ruang sortasi dan ruang pengepakan memiliki

nilai indikator I yaitu penting untuk berdekatan. Menurut peta alur produksi,

interaksi antara ruang sortasi dan ruang pengepakan sangat dekat karena bubuk

teh yang sudah melewati proses sortasi dan seragam sudah dapat masuk pada peti

miring dan masuk pada proses pengepakan.

Ruang sortasi dan ruang pengepakan penting untuk berdekatan karena ini

merupakan proses terakhir atau finishing dari alur produksi. Daun teh yang sudah

dikategorikan sesuai dengan jenis dan ukurannya akan disimpan terlebih dahulu

pada peti miring, yang selanjutnya akan dibungkus dengan paper sack lalu siap

produk siap untuk dipasarkan.

4.2.2 Activity Relationship Diagram

Activity relationship diagram (ARD) merupakan diagram keterkaitan

kegiatan atau hubungan antar aktivitas dibuat menggunakan informasi dari peta

keterkaitan kegiatan yang digunakan menjadi dasar perencanaan keterkaitan. Pada

tahap ini dilakukan proses penyusunan sesuai dengan hasil yang didapatkan pada

tahap sebelumnya.

Dasar untuk merancang activity relationship diagram adalah skala

prioritas, jadi yang menempati prioritas paling tinggi harus didekatkan letak

posisinya lalu diikuti oleh prioritas berikutnya untuk didekatkan letak posisinya.

Area pada activity relationship diagram diasumsikan memiliki ukuran dan jarak

yang sama, setelah mengetahui nilai prioritas pada setiap ruangan maka setiap

ruangan tersebut akan disesuaikan berdasarkan aktivitas dan ukuran yang

sebenarnya.

Merancang activity relationship diagram (ARD) ini memiliki keuntungan

yaitu mempermudah proses tata letak, meminimalisir ruangan yang tidak terpakai,

pembagian wilayah kegiatan produksi dengan sistematis, menjamin ruangan yang

cukup, dan menjadi dasar untuk dilakukan perencanaan selanjutnya.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

39

Gambar 21. ARD Pabrik Santosa

Terdapat beberapa kotak dengan penunjuk angka yang menggambarkan

seluruh ruangan produksi pabrik Santosa, dan juga beberapa garis penghubung

diantara ruangan tersebut yang memiliki arti dimana empat garis hubung antar

kotak tersebut menggambarkan indikator A pada peta ARC yang sebelumnya

yaitu mutlak perlu untuk berdekatan, lalu tiga garis hubung antar kotak tersebut

menggambarkan indikator E yaitu sangat perlu untuk berdekatan, lalu dua garis

hubung antar kotak tersebut menggambarkan indikator I yaitu penting berdekatan,

lalu satu garis hubung antar kotak tersebut menggambarkan indikator O yaitu

tidak jadi soal, sedangkan untuk indikator U dan X tidak diberikan garis hubung

karena menggambarkan ruangan tersebut tidak perlu untuk berdekatan. Kode

angka yang tercantum pada peta activity relationship diagram (ARD) ini

menunjukkan keterangan setiap ruangan produksi yang ada di pabrik Santosa.

Tabel 5. Keterangan Angka ARD

Kode Keterangan

1 Ruang pelayuan

2 Ruang giling

3 Ruang oksidasi enzimatis

4 Ruang pengeringan

5 Ruang sortasi

6 Ruang pengepakan

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

40

Pada tabel 5 diatas menunjukkan keterangan kode angka dan masing-

masing ruangan produksi yang tercantum pada peta ARD. Ruangan nomor 1 dan

ruang nomor 2 diberikan dua garis hubung yaitu penting untuk berdekatan,

sedangkan ruang nomor 1 dan ruang nomor 3 diberikan satu garis hubung yaitu

tidak jadi soal (biasa). Selanjutnya yaitu ruangan nomor 2 dan ruangan nomor 3

diberi empat garis hubung dimana hal tersebut berarti kedua ruangan ini memiliki

indikator mutlak perlu berdekatan. Sedangkan ruang nomor 2 dan nomor 4 diberi

satu garis hubung yaitu tidak jadi soal. Lalu selanjutnya ruangan nomor 3 dan

nomor 4 diberi tiga garis hubung yaitu sangat perlu berdekatan. Sedangkan ruang

nomor 3 dan nomor 5 diberi satu garis hubung yaitu tidak jadi soal. Selanjutnya

yaitu ruang nomor 4 dan nomor 5 diberi dua garis hubung yaitu penting untuk

berdekatan. Sedangkan nomor 4 dan 6 hanya satu garis hubung yang tidak jadi

soal. Selanjutnya yaitu ruangan nomor 5 dan ruang nomor 6 diberi dua garis

hubung yang berarti penting untuk berdekatan.

4.2.3 Area Allocation Diagram

Area allocation diagram (AAD) merupakan lanjutan dari ARD, dimana

ARD telah diketahui kesimpulan tingkat kedekatan antar aktivitas, dengan

demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas lain

dan ada juga sebaliknya, atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas

mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut (Arif, 2017).

Gambar 22. AAD Pabrik Santosa

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

41

Pada gambar 22 diatas dapat dilihat bentuk dari rancangan area allocation

diagram yang dimana peta ini merupakan tahap lanjutan dari ARD. Gambar ini

merupakan template secara umum, informasi yang dapat dilihat hanya merupakan

pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasinya secara lengkap beserta

aliran bahannya dapat dilihat pada tahap selanjutnya yaitu pada tahap perancangan

template yang dimana hal tersebut merupakan tahap akhir dari penganalisisan dan

perancangan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan.

Sama seperti pada peta activity relationship chart (ARC), peta area

allocation diagram (AAD) merupakan jenis peta yang dapat menggambarkan

hubungan antara ruangan-ruangan produksi. Dapat dilihat yang pertama yaitu

ruang pelayuan sangat berdekatan dengan ruang giling karena daun teh yang

sudah dilayukan akan langsung memasuki tahap penggilingan. Lalu selanjutnya

ruang giling berdekatan dan berhubungan secara langsung dengan ruang oksidasi

enzimatis, karena pucuk teh yang sudah dihancurkan harus segera dilakukan

proses fermentasi. Tahap selanjutnya yaitu ruang oksidasi enzimatis dengan ruang

pengeringan, kedua ruangan ini sangat berdekatan karena bubuk teh yang sudah

difermentasikan harus segera dikeringkan untuk menghentikan proses fermentasi

dan membunuh sisa-sisa bakteri yang terbawa pada tahap sebelumnya. Lalu

setelah itu ruangan pengeringan dan ruang sortasi yang harus berdekatan, karena

bubuk teh yang sudah dikeringkan harus disortir untuk memisahkan sisa kotoran

yang masih terbawa pada tahap sebelumnya dan juga untuk dipisahkan sesuai

dengan ukuran, berat, dan grade-nya masing-masing. Yang terakhir yaitu ruang

sortasi dan ruang pengepakan, kedua ruangan ini harus didekatkan karena teh

yang sudah dipisahkan sesuai dengan grade-nya akan disimpan dalam peti miring

dan nantinya akan segera dibungkus kedalam paper sack.

4.2.4 Desain Layout Hasil Perancangan

Desain hasil perancangan merupakan tahap lanjutan yang merupakan suatu

gambaran akhir yang lebih jelas dari sebuah tata letak pabrik yang akan dibuat dan

merupakan gambaran yang lebih detail dari area allocation diagram yang telah

dibuat pada tahap sebelumnya. Informasi yang dapat dilihat pada tahap ini

diantaranya yaitu tata letak ruangan sudah sangat jelas dimulai dari bagian

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140014_4_9817.pdf22 Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari pengangkutan dan penerimaan

42

produksi, posisi mesin, dimulai dari ruangan yang pertama yaitu pelayuan sampai

dengan finishing diruang pengepakan.

Gambar 23. Layout Hasil Perancangan

Pada gambar 23 diatas dapat disimpulkan bahwa tata letak yang diterapkan

pada pabrik Santosa sudah baik jika dilihat berdasarkan tingkat kepentingan antar

ruangan produksi.