bab iv gambaran umum 4.1 profil kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. bab iv.pdfletak kabupaten...

25
1 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Aspek Geografis Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur letak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sebesar 5.782,50 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.668.438 jiwa yang terdiri dari 838.836 jiwa laki laki dan 829.582 jiwa perempuan. 1 Dari jumlah penduduk masyarakat tersebut, jumlah Suku Osing didalamnya adalah 20% dari total jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi. 2 Dengan luas tersebut Kabupaten Banyuwangi termasuk kedalam salah satu kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur. Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 70 43’ - 8 0 46’ Lintang Selatan dan 1130 53’ – 1140 38’ Bujur Timur. Kemudian batas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur berbatasan dengan Pulau Bali, sebelah selatan berbarasan dengan 1 banyuwangikab.go.id diakses pada tanggal 11 Mei 2017 pukul 11.00 2 Hasil wawancara dengan Pak Suhaimi tokoh adat Osing pada tanggal 20 April 2017

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

1

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Kabupaten Banyuwangi

4.1.1 Aspek Geografis

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur

letak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa.

Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sebesar 5.782,50 km² dengan jumlah

penduduk sebanyak 1.668.438 jiwa yang terdiri dari 838.836 jiwa laki – laki dan

829.582 jiwa perempuan.1 Dari jumlah penduduk masyarakat tersebut, jumlah

Suku Osing didalamnya adalah 20% dari total jumlah penduduk di Kabupaten

Banyuwangi.2 Dengan luas tersebut Kabupaten Banyuwangi termasuk kedalam

salah satu kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur.

Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran tinggi berupa

pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran

rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis

pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah

penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi

Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 70 43’ - 8 0 46’ Lintang Selatan dan

1130 53’ – 1140 38’ Bujur Timur. Kemudian batas wilayah Kabupaten

Banyuwangi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo,

sebelah timur berbatasan dengan Pulau Bali, sebelah selatan berbarasan dengan

1 banyuwangikab.go.id diakses pada tanggal 11 Mei 2017 pukul 11.00 2 Hasil wawancara dengan Pak Suhaimi tokoh adat Osing pada tanggal 20 April 2017

Page 2: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

2

Samudra Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember

dan Bondowoso.3 Berikut merupakan peta Kabupaten Banyuwangi :

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Banyuwangi

Sumber : banyuwangikab.go.id

Sebagian besar kawasan di Banyuwangi merupakan kawasan hutan hal ini

dikarenakan luas hutan yang ada lebih besar dibandingkan dengan kawasan yang

lainnya. Selain kawasan hutan, kawasan lainnya merupakan kawasan yang

digunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yaitu

seperti jalan, ladang, sawah, dan lain-lain. Selain kawasan hutan dan kawasan

pemukiman, di Kabupaten Banyuwangi juga terdapat kawasan pantai.

4.1.2 Aspek Ekonomi

Kondisi perekonomian daerah secara makro di Kabupaten Banyuwangi

dari tahun tahun ke tahun menunjukkan pergerakan yang stabil. Hal ini terbukti

3 Ibid

Page 3: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

3

dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat

pertumbuhan Kabupaten Banyuwangi dalam lima tahun terakhir tercatat lebih

tinggi dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi di

Banyuwangi pada tahun 2010-2014 sebesar 6,59 % sedangkan pertumbuhan Jawa

Timur sebesar 6,27 %.4 Secara ekonomi masyarakat Suku Osing di Banyuwangi

sebagian besar adalah bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun.

Selain itu, sebagian besar penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan

masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, peternakan dan perkebunan.

Hal ini dikarenakan penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar berada di

daerah pedesaan. Suku Osing yang ada di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar

mereka berprofesi sebagai petani dan pekebun. Hal ini dikarenakan di desa

mereka memiliki lahan sawah dan kebun yang luas sehingga dimanfaatkan

mereka untuk lahan pekerjaan. Hasil kebun yang dihasilkan oleh masyarakat Suku

Osing adalah Kopi. Sehingga mereka memiliki produksi kopi sendiri yang berasal

dari Suku Osing.

4.1.3 Aspek Pemerintahan

Secara Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi memiliki pemerintahan yang

cukup meningkat kualitasnya dari tahun ke tahun. Kabupaten Banyuwangi

merupakan sebuah Kabupaten yang dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati dalam

kepala pemerintahannya. Pemerintahan di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar

dikuasai oleh masayarakat Suku Jawa dan sedikit sekali dari mereka yang berasal

dari Suku Osing. Sehingga hal ini merupakan salah satu pemicu mengapa bahasa

4 https://banyuwangikab.bps.go.id diakses pada 7 Juni 2017 pukul 12.19

Page 4: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

4

osing sampai saat ini masih belum diakui di tingkat provinsi. Karena

pemerintahan di Banyuawangi kurang peduli akan keaslian osing kareana mereka

bukan berasal dari Suku Osing akan tetapi Suku Jawa.

Dalam proses pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Banyuwangi

tidak mengikuti pilkada serentak yang dilakukan secara bersamaan oleh seluruh

kota atau kabupaten di Indonesia. Secara administratif Kabupaten Banyuwangi

terbagi menjadi 24 kecamatan dan 217 kelurahan atau desa.5 Berikut adalah daftar

kecamatan dan desa di Kabupaten Banyuwangi :

Tabel 4.1

Jumlah Desa Menurut Kecamatan

Kecamatan Jumlah Desa

Pesanggaran 5

Siliragung 5

Bangorejo 7

Purwoharjo 8

Tegaldlimo 9

Muncar 10

Cluring 9

Gambiran 6

Tegalsari 6

Glenmore 7

Kalibaru 6

Genteng 5

Srono 10

Rogojampi 18

5 banyuwangikab.bps.go.id diakses pada tanggal 12 Mei 2017 Pukul 19.00

Page 5: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

5

Kabat 16

Singojuruh 11

Sempu 7

Songgon 9

Glagah 10

Licin 8

Banyuwangi 18

Giri 6

Kalipuro 9

Wongsorejo 12

Sumber : Dikelola Penulis Tahun 2017

Dari 24 kecamatan tersebut ada dua kecamatan yang memiliki jumlah

desa/kelurahan tertinggi yaitu di Kecamatan Banyuwangi Kota dan Kecamatan

Rogojampi yang masing-masing memiliki 18 desa/kelurahan. Di tingkat

pemerintahan desa/kelurahan terdapat pembagian wilayah lagi yaitu

dusun/lingkungan atau rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT).

4.2 Sejarah Suku Osing di Banyuwangi

4.2.1 Asal mula terbentuknya Suku Osing

Awal mula terbentuknya suku Osing di Banyuwangi berawal dari

dimulainya perang saudara dan pertumbuhan kerajaan Islam di Jawa serta

berakhirnya kekuasaan kerajaan Majapahit. Kerajaan Blambangan yang

merupakan kerajaan asli Banyuwangi termasuk kedalam bagian dari kerajaan

Majapahit sejak awal abad ke-12, yaitu tahun 1295 hingga tahun 1527.6 Akibat

6Evan Permana Budiarto, 2009, Perancangan Film Dokumenter: Tribute to East Java Heritage,

Surabaya, ITS

Page 6: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

6

utama dari perebutan kekuasaan adalah terjadinya migrasi penduduk dan

perpindahan ibukota kerajaa n yang menyebar di beberapa wilayah yaitu ke lereng

gunung bromo (Suku Tengger), Bali, Jember dan Blambangan (sekarang

Banyuwangi).

Kabupaten Banyuwangi juga pernah melakukan perang, yaitu perang

puputan bayu. Perang puputan bayu adalah perang terbesar Suku Osing yang

dilaksanakan di Banyuwangi. Puputan adalah perang terakhir hingga titik darah

penghabisan sebagai upaya untuk mempertahankan diri terhadap serangan musuh

yang lebih besar dan kuat. Perang Puputan Bayu merupakan sebuah aksi

perlawanan dari rakyat Blambangan terhadap pemerintah kolonial Belanda

(VOC). Dalam perang ini rakyat Blambangan berhasil mempora-porandakan

masyarakatnya dan menyisakan sekitar 8.000 orang yang terus maju dan pantang

mundur. 7

Tak hanya cukup sampai pada satu perlawanan saja, perlawanan dari

Belanda terus terjadi dan berlangsung selama puluhan tahun yaitu sampai pada

tahun 1810. Pada saat itu dari kubu rakyat Blambangan dipimpin oleh pasukan

Bayu yang tersisa dan dijuluki sebagai orang - orang Bayu liar oleh pasukan

Belanda.8 Setelah dapat menghancurkan benteng Bayu, Belanda memusatkan

pemerintahaannya di Banyuwangidan mengangkat Mas Alit sebagai bupati

pertama. Blambangan memang tidak pernah lepas dari pendudukan dan

penjajahan pihak luar. Majapahit, Demak, Mataram, Pasuruan, Buleleng, dan

Belanda adalah serentetan kekuasaan politik yang pernah menjajah Blambangan.

7Ali, Hasan. Sekilas Perang Puputan Bayu, Pemda TK II Kabupaten Banyuwangi, 1997. Hal 20

tahun 1993 8 Ibid hlm 40

Page 7: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

7

Pada tahun 1765, ketika melawan penjajahan Belanda, tidak kurang dari 60.000

rakyat Blambangan terbunuh atau hilang untuk mempertahankan wilayahnya.9

Anderson melukiskan kekejaman Belanda yang tak bertara sewaktu

menguasai Blambangan terutama pada tahun 1767-1781. Dengan merujuk

catatan Bosch yang ditulis dari Bondowoso, Anderson mengatakan, “Daerah

inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang suatu ketika pernah

berpenduduk padat telah dibinasakan sama sekali....” Pendudukan dan penaklukan

yang bertubi-tubi itu ternyata justru membuat rakyat Blambangan semakin

patriotik dan mempunyai semangat resistensi yang sangat kuat.10 Seperti yang

dikutip oleh Herusantosa, dengan merujuk pada Tome Pires, menyebut “rakyat

Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan

selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari

kekuasaan pihak lain.”

Rakyat Blambangan, seperti yang disebut-sebut dalam berbagai sumber di

atas itulah yang selama ini dinyatakan sebagai cikal-bakal komunitas Using.11

Scholte menegaskan bahwa sebutan orang Using diberikan oleh penduduk lain di

Banyuwangi, yakni orang Jawa kulon (imigran dari Jawa Timur bagian barat dan

Jawa Tengah yang datang di daerah ini bersamaan dengan dibukanya perkebunan

oleh pihak Belanda pada abad 18 dan 19, Bali, Bugis, dan Mandar untuk orang-

9 Epp. F. 1849. Banjoewangi. TNI. L.ii:242-246 10 Anderson. Benedict. 1982. “Sembah – Sumpah. Politik Bahasa. dan Kebudayaan Jawa”.

Prisma November. hal 75-76. 11 Herusantosa. Suparman. 1987. Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi. Jakarta. Program

Pasca Sarjana UI. Hal 13

Page 8: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

8

orang yang merupakan sisa-sisa rakyat Blambangan yang masih menggunakan

adat Hindu–Jawa.12

Sumber itu pula menyebutkan bahwa penamaan Using merujuk pada kata

sing yang berarti ‟tidak‟ atau ‟bukan‟. Orang-orang Jawa kulon maupun

pendatang lain menggunakan kata “sing” kemudian ditambah dengan “u” untuk

menegaskan bahwa mereka, rakyat Blambangan yang lebih dulu mendiami

wilayah ini, bukanlah Jawa. Pigeaud dalam Scholte menyatakan bahwa orang

Using adalah “penduduk asli Banyuwangi yang tidak mau hidup bersama dengan

wong kulonan.” Mereka yang tidak mau hidup dengan wong kulonan itulah yang

disebut orang Using. Bisa jadi, seperti yang diakui oleh seorang budayawan

Using, Hasan Ali, bahwa keengganan penduduk asli Banyuwangi untuk bergaul

dengan orang Jawa kulon tersebut lebih disebabkan oleh tekanan yang bertubi tubi

selama ini oleh berbagai kekuatan luar sebagaimana dilukiskan di atas.

Hingga pertengahan abad ke- 19, orang Using yang tinggal di Banyuwangi

relatif eksklusif, belum bercampur secara sosial dan kultural dengan komunitas

etnis lain di Nusantara. Pembukaan Banyuwangi menjadi daerah perkebunan oleh

Belanda pada akhir abad ke-19 maupun pada kurun waktu sesudahnya (sebelum

dan awal kemerdekaan RI) yang menjadikannya sebagai tujuan migrasi tenaga

kerja di sektor perkebunan dan pertanian sawah, menyebabkan komunitas Using

harus menjalani kehidupan bercampur (plural) dengan seluruh

konsekuensikonsekuensinya. Gelombang demi gelombang migrasi dari bagian

barat Jawa Timur (Ponorogo, Madiun, Bojonegoro), Jawa Tengah dan

12 Scholte, J. 1927. Gandroeng van Banjoewangie. Djawa, VII. Hal 146

Page 9: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

9

Yogyakarta, Madura, Bugis-Makassar, dan Mandar berdatangan menyesaki

daerah ini. Selain masyarakat Bugis-MakassarMandar yang sejak awal memang

terkonsentrasi di wilayah kota Banyuwangi, kaum migran tersebut umumnya

berdomisili secara konsentris di bagian selatan (untuk masyarakat Jawa) dan di

bagian utara (untuk masyarakat Madura).13

4.2.2 Agama yang dianut Suku Osing

Sebagian besar agama yang dianut oleh Suku Osing adalah agama Islam

akan tetapi mereka memiliki latar agama Hindu yang cukup kuat yaitu pada masa

kerajaan Hindu Ciwa. Maka dari itu segala tradisi yang berbau agama Hindu tidak

bisa dihilangkan oleh masyarakat Osing. Meskipun begitu agama Islam tetap

berjalan beriringan dengan dengan adat istiadat yang ada hal ini dikarenakan

akibat dari berkembangnya agama Islam di daerah Pantura (Pantai Utara).

Masyarakat Suku Osing merupakan masyarakat yang percaya pada akan

roh leluhur, dan reinkarnasi, moksa, dan hukum karma. Tidak dipungkiri Suku

Osing juga percaya kepada roh yang dipuja (danyang) di sebuah tempat disebut

Punden yang biasanya ada dibawah pohon atau batu besar.14 Meskipun begitu

agama Islam tetap menjadi panutan dari masyarakat Suku Osing meskipun mereka

masih sering melakukan hal – hal ritual mistis hal ini dikarenakan Suku Osing

percaya berbagai ritual tersebut merupakan tradisi yang harus dilakukan dan

warisan dari sesepuh pendiri Suku Osing.

13 Ibid 14 Ibid hlm 288

Page 10: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

10

4.3 Sejarah Bahasa Osing

Bahasa Osing merupakan turunan dai Bahasa Jawa yang dipakai sejak

zaman kerajaan Majapahit. Meskipun turunan dari Bahasa Jawa, Bahasa Osing

memiliki dialek yang berbeda dengan Bahasa Jawa perbedaan tersebut terletak

pada beberapa penekanan huruf. Bahasa Osing digunakan sebagai bahasa interaksi

oleh Suku Osing dalam kegiatan sehari - hari.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern

penggunaan Bahasa Osing semakin lama semakin menyusut dan semakin jarang

digunakan lagi oleh masayarakat Banyuwangi sebagai bahasa asli daerah. Hal ini

diakibatkan oleh adanya dimensi perubahan dari masuknya Bahasa Jawa dan

Bahasa Madura yang dibawa oleh masyarakat pendatang yang menetap di

Kabupaten Banyuwangi. Sehingga dengan adanya pengaruh dari masyarakat

pendatang yang berasal dari luar daerah Banyuwangi dapat membawa pengaruh

bahasa dari daerah asal mereka.

Selain itu pengaruh dari datangnya masyarakat pendatang ialah juga dapat

menimbulkan masalah mengenai keanekaabsahan serta masalah sosiolongistik

lainnya. Sehingga percampuran bahasa ibu dan bahasa pendamping menimbulkan

ketumpang tindihan atau overlapping alih kode, dan campur kode.15 Walaupun

terjadi percampuran bahasa di daerah Banyuwangi, masih dapat ditemui

masayarakat yang masih menggunakan Bahasa Osing dalam melakukan interaksi

dengan sesama masyarakat Suku Osing, akan tetapi dalam melakukan interaksi

dengan masyarakat diluar Suku Osing mereka menggunakan Bahasa Indonesia.

15Irwan Abdullah, dkk. Bahasa Nusantara:Posisi dan Penggunaanya Menjelang Abad ke-21.1999

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm 145

Page 11: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

11

Masyarakat ini dapat ditemui di kecamatan paling timur di Kabupaten

Banyuwangi.

Dalam perkembangannya Bahasa Osing mengalami berbagai rintangan

demi mendapatkan pengakuan oleh pemerintah dan diajarkan di sekolah – sekolah

di Banyuwangi. Hal ini terjadi sejak zaman Orde Baru pada saat itu seluruh siswa

yang tinggal di daerah berbasis etnis Jawa di Jawa Timur hanya mendapatkan

pelajaran Bahasa Jawa Kulonan. Di Banyuwangi sendiri sebagai akibat dari

proses migrasi menjadikan masayarakat Jawa Mataraman bertempat tinggal di

wilayah selatan. Sehingga hal ini menjadikan sebagian besar aparat birokrasi dan

pendidik di Kabupaten Banyuwangi juga berasal dari komunitas Jawa Mataraman.

Pada masa orde baru Bahasa Osing sudah dianggap sebagai dialek dari

Bahasa Jawa sehingga kondisi itulah yang menghadirkan penindasan Linguistik

bagi masyarakat Osing. Sehingga komunitas Osing pun harus merelakan bahasa

mereka tidak diajarkan di sekolah-sekolah demi mematuhi peraturan pemerintah.

Tidak hanya diam begitu saja pada saat itu para budayawan Banyuwangi terus

melakukan perjuangan demi diakuinya Bahasa Osing. Mereka memperkuat

identitas Osing dan berusaha untuk melakukan kajian mendalam terhadap

kelayakan Bahasa Osing sebagai sebuah bahasa dan bukan sekedar dialek dari

Bahasa Jawa.

Menyikapi dari dorongan para budayawan, Bupati Banyuwangi pada saat

itu Purnomo Sidiq melakukan dukungan untuk menggagas Bahasa Osing sebagai

muatan lokal. Sehingga pada tahun 1994 Bupati Purnomo Sidiq melontarkan

gagasannya melalui Kongres Bahasa Jawa di Batu dan di Solo. Kemudian pada

Page 12: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

12

tahun 1996 masalah ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya SK Bupati Nomer

428 tahun 1996 tentang Pembentukan Tim Penyusunan buku-buku Materi Bahasa

Osing Sebagai Kurikulum Mualatan Lokal pada Pendidikan Dasar di Kabupaten

Banyuwangi.16

Dulu Bahasa Osing sebagai pemilik syah atas warisan leluhurnya,ternyata

orang-orang Osing sangat sulit memperjuangkan Bahasa Osing sebagai materi

ajar di sejumlah sekolah dasar. Ini tidak heran, karena para pejabat di Pemkab

Banyuwangi dan Dinas Pendidikan saat itu, memang dijabat orang Jowo Kulonan.

Mereka masih beraggapan sebagai penjajah, karena menganggap Bahasa Osing

sebagai sub-dialek dari Bahasa Jawa. Padahal Bahasa Osing bukan sebagai dialek-

Jawa, tetapi sudah merupakan bahasa sendiri.

Bahasa Jawa sekarang lebih berkembang, terutama adanya strata atau

tingkatan bahasa sesuai kasta dan umur. Namun Bahasa Osing terlihat lebih statis,

karena tidak mengenal tingkatan tutur, seperti Bahasa kawi induknya. Setelah

bertahun - tahun perjuangan, akhirnya Bahasa Osing diajarkan di tingkat SD dan

SMP. Ini tidak lepas dari upaya keras dari Budayawan yang tergabung dalam

Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan Budayawan Hasan Ali yang menyusun

kamus Osing. Berangsur-angsur wong Osing juga mulai menunjukkan eksistensi

dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan sempat menempatkan Syamsul Hadi

yang orang Osing sebagai Bupati, meski akhirnya terjerat sejumlah kasus korupsi.

Sebelumnya, Bupati Banyuwangi selalu dijabat orang dari luar dan tentara

tentunya.

16 http://www.antarajatim.com “Bahasa Osing Banyuwangi Menjadi Bahasa Multietnis” diakses

pada 7 Juni 2017 pukul 13.00

Page 13: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

13

Saat Orde Lama pernah dijabat M Yusuf, itupun sementara setelah Bupati

aslinya terlibat PKI. Saat Orde Baru, ternyata meneruskan Mataram. Bisa percaya

bisa tidak, dua pejabat Bupati Banyuwangi berasal dari Mojokerto (dulu

Majapahit), yaitu Djoko Supaat dan T. Pornomo Sidik. Saat Mataram menguasai

Blambangan, juga menggunakan backgorund Majahit dalam cerita Damarwulan

untuk mendiskreditkan Raja Blambangan. Namun kini masalah besar tengah

dihadapi kembali oleh Bahasa Osing, kini dengan dikeluarkannya peraturan

Gubernur No. 19 Tahun 2014 pada bulan April seolah membawa nasib Bahasa

Osing kembali tidak diakui. Pasalnya pada pergub tersebut Bahasa Osing tidak

dicantumkan sebagai bahasa yang wajib diajarkan oleh sekolah/madrasah.

Penggunaan Bahasa Osing dalam masyarakat digunakan dalam rumah

tangga sebagai alat komunikasi dan interaksi antar anggota rumah tangga. Namun

dalam komunitas Osing, Bahasa Osing digunakan oleh anggotanya sebagai

lambang identitas serta pengembangan seni budaya daerah. Sedangkan dalam

pemerintahan, pendidikan, dan politik Bahasa Osing digunakan sebagai bahasa

interaksi dalam melakukan komunikasi. Meskipun dalam beberapa situasi terjadi

beberapa alih bahasa dan pencampuran dengan bahasa lain. Penutur Bahasa Osing

di Kabupaten Banyuwangi tersebar di wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi

terutama kecamatan berikut ini : 17

1. Kecamatan Kabat

2. Kecamatan Rogojampi

3. Kecamatan Glagah

17 Evan Permana .Perancangan Film Dokumenter:Tribute to East Java Heritage .2009 .Skripsi

Universitas ITS

Page 14: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

14

4. Kecamatan Srono

5. Kecamatan Songgon

6. Kecamatan Cluring

7. Kecamatan Giri

8. Kecamatan Kalipuro

9. Sebagian Kota Banyuwangi

10. Kecamatan Gambiran

11. Kecamatan Singojuruh

12. Kecamatan Licin

13. Sebagian Genteng

4.3.1 Perbedaan Bahasa Jawa dan Bahasa Osing

Bahasa Jawa dialek Jawa Timur terdiri atas berbagai macam dialek,

diantaranya dialek Tuban, Gresik, Surabaya, Probolinggo, Malang, dan

Banyuwangi.18 Perbedaan tersebut terjadi karena dalam setiap ragam bahasa yang

dipergunakan di suatu daerah tertentu, lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan

yang berbeda-beda, seperti dalam lafal, tata bahasa, tata arti, dan sikap yang

mempergunakan salah satu bentuk khusus. Perbedaannya antara lain :

1. Perbedaan fonetik, polimorfisme atau alofonik (fonologi)

2. Perbedaan semantik yaitu dengan terciptanya kata-kata baru, berdasarkan

fonologi dan geseran bentuk (sinonim & homonim)

3. Perbedaan onomasiologis yang menunjukkan nama yang berbeda

berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda.

18 Soedjito, Soedjito (1981) Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur. Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Page 15: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

15

4. Perbedaan semasiologis yang merupakan kebalikan dari perbedaan

onomasiologis yaitu pemberian nama untuk beberapa konsep yang berbeda

5. Perbedaan morfologis yang dibatasi adanya sistem tata bahasa oleh

krekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaannya yang

berkerabat, oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasanya dan oleh sejumlah

faktor lainnya lagi.19

Selain perbedaan yang sudah dijelaskan di atas, perbedaan bahasa jawa

dengan bahasa osing juga terletak pada kata atau ucapan yang digunakan.

Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:

1. Adanya diftong [ai] untuk vokal [i] : semua leksikon berakhiran "i"

pada bahasa Osing khususnya Banyuwangi selalu terlafal "ai". Seperti

misalnya "geni" terbaca "genai", "bengi" terbaca "bengai", "gedigi"

(begini) terbaca "gedigai".

2. Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir

selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu"

terbaca "asau", "awu" terbaca "awau".

3. Lafal konsonan [k] untuk konsonan [q]. Di Bahasa Jawa, terutama

pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal

"q". Sedangkan di Bahasa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya

konsonan hambat velar. antara lain "apik" terbaca "apiK", "manuk",

terbaca "manuK" dan seterusnya.

19 Ibid

Page 16: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

16

4. Konsonan glotal [q] yang di Bahasa Jawa justru tidak ada seperti kata

[piro'], [kiwo'] dan demikian seterusnya.

5. Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Osing, kerap muncul pada leksikon

yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Seperti "bapak" dilafalkan

"byapak", "uwak" dilafalkan "uwyak", "embah" dilafalkan "embyah",

"Banyuwangi" dilafalkan "byanyuwangai", "dhawuk" dibaca

"dyawuk".20

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain

ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara

Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak

mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang

menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan

lawan bicara, misalnya :

Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?

Riko wis madhyang? = anda sudah makan?

Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)

Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)

Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)

20 Artikel Minikhiro Moriyama dan Manneke Budiman, “Geliat Bahasa Selaras Zaman

Perubahan Bahasa – Bahasa di IndonesiaPasca Orde Baru” dalam

https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/15213/Arps%2B2010.pdf?sequence=1

diakses pada tanggal 6 Agustus 2017.

Page 17: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

17

Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu) 21

Sedangkan Cara Besikia dalah bentuk "Jawa Halus" yang dianggap sebagai

bentuk wicara ideal. akan tetapi penggunaannya tidak seperti halnya masyarakat

Jawa, Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus yang

bersifat keagamaan dan ritual, selain halnya untuk acara pertemuan menjelang

perkawinan.

4.4 Desa Kemiren

Desa Kemiren merupakan desa adat Suku Osing di Banyuwangi yang

menjadi tujuan untuk para wisatawan yang ingin mengetahui keaslian dari Suku

Osing di Kabupaten Banyuwangi. Bahkan sejak 1993, desa ini telah ditetapkan

sebagai “Desa Osing” yang sekaligus dijadikan cagar budaya untuk melestarikan

keusingan.22 Area wisata budaya yang terletak di tengah desa itu menegaskan

bahwa desa ini berwajah Osing dan diproyeksikan sebagai cagar budaya Osing.

Desa Kemiren terletak cukup strategis, yaitu berada di wilayah perjalanan menuju

kawasan wisata Gunung Ijen. Desa Kemiren memiliki luas 117.052 m². Ditengah-

tengah Desa Kemiren terdapat jalan beraspal yang menghubungkan desa kemiren

dengan pusat kota Banyuwangi. Batas wilayah Desa Kemiren adalah : 23

a. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Jambesari

b. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Banjarsari

c. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tamansuruh

21 Ibid 22Diakses dari http://www.desantara.or.id/2008/03/using-banyuwangi/ pada tanggal 10 Juli pukul

22.00 23Aekanu Hariyono, “Misteri Daur Hidup Masyarakat Osing Desa Kemiren Kecamatan Glagah

Kabupaten Banyuwangi", parokimariaratudamai.wordpress.com diakses pada 24 Mei 2017 pukul

13.00

Page 18: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

18

d. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Olehsari

Gambar 4.2 Desa Adat Kemiren

Sumber : banyuwangibagus.com, online 2017

Gambar 4.3 Rumah Adat Suku Osing

Sumber : kompasiana.com, online 2017

Struktur Organisasi Desa Adat Kemiren yaitu dikepalai oleh seorang

Kepala Desa yaitu Ibu Lilik Yuliatin. Dibawah kepala desa terdapat sekertaris

Page 19: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

19

desa yaitu Bapak Eko Suwilin Adiyono serta kepala Dusun Krajan yaitu bapak

Asnan serta Kepala Dusun Kedaleman yaitu Bapak Selamet. Selain itu juga

terdapat beberapa perangkat arpartur desa yang membantu kemajuan sebuah Desa

Wisata Adat Kemiren. Perangkat Desa tersebut adalah staf birokrat yang bekerja

di kantor Kelurahan seperti staf kepala urusan pemerintahan, staf kepala urusan

pembangunan desa kemiren, kepala urusan kesejahteraan rakyat, kepala urusan

keuangan, kepala urusan umum dan staf IT.

Mata pencaharian penduduk Kemiren sebagian besar adalah sebagai petani

dan pekebun. Berbagai macam hasil pertanian dan hasil kebun masyarakat Desa

Kemiren adalah padi, jagung,mentimun, ketela pohon, kentang, sengkeh, durian,

pepaya, jeruk, alpukat dan blimbing. Selain itu sebagai pusat budaya Suku Osing,

Desa Kemiren memiliki beberapa kesenian tradisional berupa tarian dan musik

diantaranya adalah :

1. Gandrung

2. Kuntulan

3. Barong

4. Gedhongan

5. Mocoan lontar yusuf

6. Burdah

7. Jaran kecak

8. Kiling

9. Angklung Paglak

10. Angklung Caruk

Page 20: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

20

11. Angklung Tetak

12. Angklung Blambangan

13. Kenthulitan

14. Seni Ukir

15. Tenun Abaka

16. Tulup

17. Seni Arsitektur Omah Osing

18. Seni Pembuatan Kerajinan Biola Gandrung

19. Seni Pembuatan Barong Osing

Selain mempunyai kebudayaan berupa tarian musik, masyarakat Desa

Kemiren juga mempunyai beberapa ritual atau upacara adat yang rutin

dilaksanakan diantaranya adalah :

1. Sedekah Syawal

2. Sedekah Penampan

3. Sedekah Kupatan

4. Barong Ider Bumi

5. Tumpeng Sewu

6. Rebo Wekasan

7. Adeg -Adeg Tandur

8. Selametan Melecuti Pari

9. Selametan Pari

10. Selametan Sapi

11. Selametan Kebonan

Page 21: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

21

12. Selametan Jenang Sum-Sum

13. Selametan Syuroan

14. Selametan Nunduk Lemah

15. Selametan Suwunan

16. Selametan Ngebangi Omah

Nama Kemiren sendiri berawal dari gabungan antara kemiri dan duren.24

Karena pada saat pertama kali ditemukan, desa kemiren masih berupa hutan yang

terdapat banyak tanaman kemiri dan tanaman pohon duren. Menurut sesepuh desa

awal mula masyarakat kemiren muncul yaitu berasal dari orang - orang yang

kabur dan menyelamatkan diri dari Kerajaan Majapahit yang saat itu hancur yang

kemudian menyebabkan perpecahan. Akibatnya masyarakatnya menyebar ke

beberapa daerah untuk menyelamatkan diri dan melangsungkan kehidupan ke

tempat yang lebih aman.

Kemudian mereka mengungsi ke lahan yang masih berupa kebun-kebun

yang mereka temukan dan kini sekarang menjadi desa kemiren. Penduduk dari

Desa Adat Kemiren adalah Suku Osing asli yang dipelopori oleh sesepuh Suku

Osing yang kini sudah meninggal dan pesan kesannya masih diterapkan dan

dikenang oleh masyarakat Suku Osing yaitu Buyu Cili.

Buyut Cili merupakan sesepuh desa kemiren yang dihormati oleh

masyarakat Desa Kemiren dan dianggap sebagai tokoh babat alas Desa Kemiren.

Buyut Cili dianggap sangat berjasa karena telah menjadi cikal bakal yang telah

membuka Desa Kemiren, sehingga banyak orang-orang yang datang ke makam

24 Hasil Wawancara dengan Bapak Suhaimi tokoh adat Osing di Desa Kemiren Pada Tanggal 20

April 2017

Page 22: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

22

Buyut Cili untuk meminta berkah. Buyut Cili dimakamkan di Desa Kemiren dan

masyarakat desa kemiren rutin mengunjungi makam beliau serta mengirimkan

doa. Selain itu jika masyarakat Desa Kemiren yang kerap menyelenggarakan

berbagai acara mereka diwajibkan untuk datang memohon ijin dengan cara

mendatangi dan mengirimkan doa kepada Buyut Cili. Hal ini dipercaya dapat

membawa dampak kesuksesan masyarakat desa kemiren dalam segala hal yang

berkaitan dengan kebaikan desa kemiren.

Selain masyarakat Desa Kemiren sendiri, makam Buyut Cili juga kerap

didatangi oleh tamu yang datang ke Desa Kemiren. setiap tamu yang datang baik

dari dalam maupun luar kota diharapkan untuk mengunjungi Buyut Cili dulu

sebelum mereka berkeliling ke Desa Kemiren. Hal ini dilakukan sebagai upaya

untuk meminta izin bahwa mereka ingin berkunjung dan bersilahturahmi ke Desa

Wisata adat Kemiren. Tujuannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4.5 Desa Bakungan

Bakungan merupakan sebuah nama desa yang letaknya terdapat di

wilayah Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Desa Bakungan ini masih masuk ke

dalam wilayah perkotaan Kabupaten Banyuwangi. Desa Bakungan terdiri dari

pemukiman penduduk yang berjejer di kawasan lingkungan Gaplek dan Krajan.

Mayoritas penduduk di Desa Bakungan ini adalah Suku Osing (suku asli

Banyuwangi). Desa Bakungan merupakan salah satu Desa Adat Suku Osing di

Banyuwangi. Dikatakan Desa Adat karena desa ini masih sangat erat melakukan

tradisi kebudayaan atau ritual Suku Osing.

Page 23: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

23

Desa Bakungan dipimpin oleh Kepala Desa yaitu Bapak Heriyono S.H

akan tetapi beliau sudah pensiun dan sekarang diwakilkan oleh pelaksana tugas

yang sekaligus menjabat sebagai sekertaris desa yaitu Bapak Drs. Fathur Rofik.

Selain kepala desa, dalam memajukan desa bakungan, desa ini juga memiliki

beberapa perangkat aparatur desa diantaranya terdapat bendahara desa, pengurus

barang, pengdministrasi dan kepegawaian serta kasi.

Masyarakat Bakungan memiliki suatu kepercayaan yang diwujudkan

dalam sebuah tradisi. Dimana tradisi ini sudah ada sejak jaman Hindu, dan

dilakukan setahun sekali setelah hari raya Idul Adha. Tradisi ini sudah menjadi

tradisi wajib yang dilakukan oleh Suku Osing khususnya yang tinggal di Desa

Bakungan yang disebut dengan Upacara Seblang. Upacara Seblang merupakan

sebuah tradisi yang dilakukan guna untuk penyucian desa dan penolak bala serta

ucapan syukur yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bakungan atas segala

nikmat dan kesejahteraan yang diberikan sang pencipta kepada masyarakat Desa.

Rasa syukur tersebut diungkapkan dengan cara melakukan sebuah

tarian mistik atau magis yakni sebuah tarian yang dilakukan oleh penari yang

didalam tubuhnya sudah dirasuki oleh roh / danyang dengan diiringi lagu-lagu

gending lagu Jawa Klasik. Penari dalam tarian seblang di Desa Bakungan ini

adalah seorang wanita tua yang berusia diatas 50 tahun keatas yang sudah

mengalami mati haid atau menopause hal ini diyakini bahwa wanita tua yang

Page 24: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

24

sudah mati haid dianggap suci.25 Penari seblang sendiri merupakan warga Desa

Bakungan sendiri yang sudah memiliki keturunan dari penari seblang sebelumnya.

Gambar 4.4 Seblang Bakungan Banyuwangi

Sumber : detik.com, online 2017

Segala hal yang berkaitan dengan tradisi upacara seblang ini

melibatkan seluruh masyarakat Desa Bakungan tanpa ada bantuan dari masyarakat

desa yang lain. Pelaksanaan seblang dilakukan pada malam hari letak upacara ini

dilakukan di tengah – tengah Desa Bakungan. Dalam prosesi upacara seblang

tidak terlepas dari simbol – simbol yang mengiringi berjalannya acara seblang

yakni sesajen, pentas pertunjukan, selametan desa dan lain sebagainya.

Upacara seblang dilakukan diawali dengan pengajian bersama para

warga Desa Bakungan setelah Salat Magrib. Upacara Seblang ini diawali dengan

pengajian bersama setelah Salat Magrib. Lalu aliran listrik di seluruh wilayah

kelurahan dimatikan dan dimulailah prosesi ider bumi yakni, parade warga

25www.kompasiana.com “Tari Seblang, Ritual Tolak Bala dan Bersih Desa Khas Suku Osing”

oleh Almira Alnora diakses pada 30 Mei 2017 pukul 14.00 WIB

Page 25: BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Kabupaten ...repository.ub.ac.id/5379/5/5. BAB IV.pdfletak Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki

25

berjalan berkeliling kampung dengan membawa obor tradisional (oncor) dari

bambu.

Setelah ider bumi selesai, para penduduk pulang ke rumah masing-

masing mempersiapkan selamatan kampung yang dilakukan dengan makan

bersama di depan rumah masing-masing. Menu yang disajikan biasanya seragam

yakni pecel pithik (ayam yang dicampur dengan parutan kelapa dan bumbu-

bumbu). Setelah makan bersama selesai, warga berduyun-duyun ke balai desa (di

Kelurahan Bakungan yang disebut balai desa berbeda dengan kantor lurah, balai

desa ini hanya digunakan saat upacara Sebalang) untuk menyaksikan tari Seblang

yakni tarian yang dilakukan oleh seorang lanjut usia yang telah dipilih dan penari

yang telah dipilih tersebut menari dengan mata terpejam karena dirasuki oleh roh

penari zaman dahulu.