bab iv deskripsi data, analisis data, interpretasi hasil...
TRANSCRIPT
48
BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti di kelas IX SMP Dwiguna Depok. Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil
belajar penguasaan/pemahaman (kongnitif) terhadap konsep, hasil belajar
(kemampuan keterampilan-keterampilan proses skil (psikomotor), dan sebagai
penunjang data memberikan angket (tanggapan) siswa setelah penerapan
pembelajaran berlangsung.
A. Gambaran Umum SMP Dwiguna Depok
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dwiguna Depok berdiri di bawah
Yayasan Pendidikan Islam Al-Ikhlas yang diketuai oleh Drs. H. M. Sufie Sidiq,
M.M pada tahun 1999-2000 dengan alamat di Jl. H. Dul No. 30 Pondok terong
Pancoranmas Kota Depok. SMP Dwiguna Depok dipimpin oleh Bapak Drs. H.
M.Sufie Sidiq, M.M, dengan status terakriditasi B+. Secara geografis letak SMP
Dwiguna Depok dibatasi sebelah utara desa Ratu Jaya, sebelah barat desa
Cipayung Jaya, sebelah selatan desa Pabuaran Bojong Gede, dan sebelah timur
desa Pondok Jaya.
Sejak berdirinya, SMP Dwiguna menjadi salah satu sekolah unggulan di
Depok. Adapaun sistem pendidikan dan kurikulum sekolah ini sudah mengacu
pada ketentuan dinas pendidikan terkait. Mulai tahun pelajaran 2007/2008 telah
menggunkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dimana sekolah diberi
kebebasan mengembangkan kurikulumnya sendiri, namun tidak menyimpang dari
ketentuan yang ada.
49
Visi
Menjadikan sekolah unggulan yang menghasilkan tamatan berkualitas
serta melahirkan generasi muda yang kompeten dan mandiri melalaui
pengembangan IPTEK dan IMTAQ.
Misi
1. Melaksanakan layanan prima terhadap siswa dalam semua aspek sarana
dan prasarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan
mandiri.
2. Meningkatkan kualitas tamatan yang sesuai dengan Standar Kompetensi
Nasional (SKN) dalam menghadapi era globalisasi.
3. Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalaui penerapan IPTEK dan
IMTAQ.
4. Melaksanakan KBM dan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
minat dan bakat siswa dalam meraih prestasi.
5. Menghasilkan tamatan yang mampu memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai bekal untuk kehidupannya.
1. Keadaan Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pendidikan,
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan. Selain itu guru juga
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk membawa anak didiknya
pada suatu taraf kematangan tertentu. Seorang guru mendapat kepercayaan dan
kehormatan mengajar, dan juga dipercayakan untuk mengambil keputusan-
keputusan, untuk itu setiap lembaga pendidikan berupaya memiliki tenaga
pengajar yang relevan dengan pengembangan mata pelajaran di sekolah. Sama
halnya dengan SMP Dwiguna Depok selalu berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikannya. Hal ini dibuktikan dengan tenaga-tenaga pendidik yang
profesional dengan latar belakang pendidikan D3, S1 dan S2 yang sesuai dengan
bidang dan keahlian disiplin ilmunya masing-masing.
50
Tabel 4.2
Keadaan Siswa SMP Dwiguna Depok Tahun Pelajaran 2010-2011
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 131 97 228
2 VIII 161 164 325
3 IX 18 22 40
Jumlah 10 300 283 593
Sumber: Tata Usaha SMP Dwiguna Depok
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/ Hasil Intervensi Tindakan
Pada penelitian ini jumlah siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok sebanyak
40 siswa. Dari 40 siswa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, ada
siswa yang pendiam dan ada yang aktif juga berani untuk bertanya pada saat
pembelajaran. Jika dilihat dari kecerdasan, siswa tersebut memiliki kemampuan
yang berbeda, yaitu ada yang berkemampuan tinggi, sedang bahkan rendah.
Sedangkan dari latar belakang ekonomi siswa tersebut tergolong keluarga yang
heterogen, yaitu dari ekonomi menengah ke bawah sampai menengah ke atas.
Oleh karena itu hasil tes kemampuan kongnitif tiap individupun tentu tidak sama.
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, data yang telah terkumpul
meliputi nilai pretes dan postes dari 40 siswa tersebut. Data tersebut dianalisis dan
dibahas sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip.
Dari hasil data nilai pretes dan postes siswa dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
51
Table 4.2
Nilai pretes
No Nama
Pretes
Jumlah I II III IV V
1-30 1-
25
1-20 1-15 1-10
1 A. Syahril 20 15 15 10 10 70
2 Aan Sukmawan 15 15 15 10 5 60
3 Anita 20 18 15 10 5 68
4 Ari Subekti 13 15 10 10 7 55
5 Arif Maulana 15 17 10 15 5 63
6 Delvi fani 15 20 15 10 5 65
7 Dwi Apri. K 15 13 10 10 5 53
8 Dwiki Ramadhan 10 15 15 12 8 60
9 Endang Supriatna 20 20 10 10 10 70
10 Emi Muhaemi 13 15 15 12 5 60
11 Farhan Baidilah 15 23 10 10 5 63
12 Herdiansyah 15 15 10 8 5 53
13 Herlina Apriliani 20 20 15 10 5 70
14 Herna Aprianti 15 12 18 10 7 60
15 Ine Amalia 15 23 15 10 7 70
16 Iswan Aryadi 15 18 18 10 3 66
17 Ikhfi Zakaria 15 18 15 10 7 55
18 Kamal Saputra 13 15 12 10 5 60
19 M. Darussalam 12 15 10 10 8 55
20 M. Gusti Ali 13 16 11 10 5 55
21 M. Irsandi 15 20 15 10 5 65
22 M. Muchtiar 15 15 10 10 5 55
23 Mardiansyah 12 15 10 10 7 55
52
24 Murni Yanti 15 20 18 10 7 70
25 Hiras Wati 15 15 15 10 5 60
26 Nora Iswanti. R 20 25 15 10 5 75
27 Nur Ali Syabani 13 12 15 12 7 60
28 Nur Sri Rahayu. S 15 16 10 10 5 56
29 Rachmania 20 20 15 10 5 70
30 Ratih Airianti 15 20 17 10 8 70
31 Rosita Dewi 15 12 15 10 7 59
32 Suci Rachmawati 15 15 13 15 5 63
33 Syifa Fauziah 10 17 15 10 8 60
34 Tiwi Amalia 10 20 12 10 8 60
35 Yola 13 15 15 10 5 58
36 Indriani 13 17 15 12 8 65
37 Yudha Adhi. P 10 15 10 10 5 50
38 Yuliani Syafitri 15 20 18 12 5 70
39 Yuni Rianti 18 18 15 10 7 68
40 Yuni Kartika 13 17 15 10 5 60
Jumlah 2439
Rata-rata 60
Ket:
I : Teknik penulisan (tanda baca)
II : Isi gagasan yang diungkapkan
III : Penggunaan bahasa
IV : Pemilihan kata
V : Penggunaan ejaan
- : Siswa tidak masuk
Dari nilai pretes yang dicapai oleh siswa kemudian penulis urutkan mulai
dari nilai yang terendah sampai nilai tertinggi. Adapun urutan data nilai terendah
sampai tertinggi terdapat dalam tabel berikut.
53
Tabel. 4.3
Urutan Nilai Pretes Terendah Sampai Tertinggi
Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok
50 53 53 54 55 55 55 55 55 56
58 59 60 60 60 60 60 60 60 60
60 60 63 63 63 65 65 65 66 68
68 70 70 70 70 70 70 70 70 75
Berdasarkan tabel di atas nilai pretes terendah hingga tertinggi adalah nilai
50 ada 1 orang, nilai 53 ada 2 orang, nilai 55 ada 5 orang, nilai 56 ada 1 orang,
nilai 58 ada 1 orang, nilai 59 ada 2 orang, nilai 60 ada 10 orang, nilai 63 ada 3
orang, nilai 65 ada 3 orang, nilai 66 ada 1 orang, nilai 68 ada 2 orang, nilai 70 ada
7 orang, dan nilai 75 ada 1 orang. Dari data di atas, diketahui bahwa nilai terendah
pretes 50 hanya 1 orang, dan nilai yang paling tinggi 75 hanya 1 orang.
Sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 60, dari hasil pretes menulis
paragraf narasi di atas, siswa kelas IX termasuk ke dalam kategori kurang baik.
Sehingga, proses pembelajaran menulis paragraf narasi harus ditindak
lanjuti ke postes agar siswa mencapai nilai yang ingin diharapkan, jika dilihat dari
nilai-nilai siswa di atas maka pembelajaran menulis paragraf narasi dikatakan
belum berhasil. Banyak siswa yang tidak memperhatikan teknik penulisan (tanda
baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata,
penggunaan ejaan, dan siswa sulit untuk menuangkan ide atau gagasannya.
54
Tabel 4.4
Nilai postes
No Nama
Postes
Jumlah I II III IV V
1-30 1-25 1-20 1-15 1-10
1 A. Syahril 25 20 17 13 8 83
2 Aan Sukmawan 20 23 15 12 5 75
3 Anita 20 18 15 12 5 70
4 Ari Subekti 25 20 13 10 7 75
5 Arif Maulana 20 20 15 15 5 75
6 Delvi fani 20 25 15 13 7 80
7 Dwi Apri. K 17 20 15 10 8 70
8 Dwiki Ramadhan 17 20 15 12 8 72
9 Endang Supriatna 20 25 15 12 8 80
10 Emi Muhaemi 18 22 15 15 5 75
11 Farhan Baidilah 15 25 13 10 7 70
12 Herdiansyah 20 15 15 10 10 70
13 Herlina Apriliani 20 25 15 12 8 80
14 Herna Aprianti 19 20 18 13 7 77
15 Ine Amalia 20 23 18 12 7 80
16 Iswan Aryadi 17 20 18 10 8 73
17 Ikhfi Zakaria 23 17 15 13 7 75
18 Kamal Saputra 18 20 15 10 7 70
19 M. Darussalam 21 18 15 10 8 72
20 M. Gusti Ali 13 20 18 10 7 73
21 M. Irsandi 25 20 18 12 5 80
22 M. Muchtiar 20 18 15 13 5 71
23 Mardiansyah 18 20 13 12 7 70
24 Murni Yanti 25 20 18 15 7 85
55
25 Hiras Wati 20 17 15 13 8 73
26 Nora Iswanti. R 22 25 18 12 8 85
27 Nur Ali Syabani 17 20 17 12 7 73
28 Nur Sri Rahayu. S 18 20 17 12 7 74
29 Rachmania 22 20 15 10 7 74
30 Ratih Airianti 20 25 17 12 8 82
31 Rosita Dewi 20 15 12 13 7 72
32 Suci Rachmawati 20 15 13 15 7 70
33 Syifa Fauziah 15 20 20 12 8 75
34 Tiwi Amalia 15 20 17 12 8 72
35 Yola 20 17 15 13 5 70
36 Indriani 18 20 17 12 8 75
37 Yudha Adhi. P 17 22 15 12 8 74
38 Yuliani Syafitri 18 20 18 12 5 73
39 Yuni Rianti 18 20 17 12 8 75
40 Yuni Kartika 23 20 18 12 7 80
Jumlah 2998
Rata-rata 74
Ket:
I : Teknik penulisan (tanda baca)
II : Isi gagasan yang diungkapkan
III : Penggunaan bahasa
IV : Pemilihan kata
V : Penggunaan ejaan
- : Siswa tidak masuk
Dari nilai postes yang dicapai oleh siswa kemudian penulis urutkan mulai
dari nilai yang terendah sampai nilai tertinggi. Adapun urutan data nilai terendah
sampai tertinggi terdapat dalam tabel berikut.
56
Tabel. 4.5
Urutan Nilai Postes Terendah Sampai Tertinggi
Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok
70 70 70 70 70 70 70 79 71 72
72 72 73 73 73 73 73 73 74 74
74 75 75 75 75 75 75 75 75 77
80 80 80 80 80 80 82 83 85 85
Berdasarkan tabel di atas nilai Postes terendah hingga tertinggi adalah
nilai 70 ada 8 orang, nilai 71 ada 1 orang, nilai 72 ada 4 orang, nilai 73 ada 5
orang, nilai 74 ada 3 orang, nilai 75 ada 8 orang, nilai 77 ada 1 orang, nilai 80 ada
6 orang, nilai 82 ada 1 orang, nilai 83 ada 1 orang, nilai 85 ada 2 orang. Dari data
di atas, diketahui bahwa nilai terendah postes 70 sebanyak 8 orang, dan nilai yang
paling tinggi 85 sebanyak 2 orang. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh
adalah 74, dari hasil postes menulis paragraf narasi di atas, siswa kelas IX
termasuk ke dalam kategori baik.
Sehingga, proses pembelajaran menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip dikatakan berhasil setelah melihat hasil dan nilai
siswa yang meningkat dalam melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode field trip. Metode field trip mampu membantu siswa dalam
memunculkan ide dan mengembangkannya sehingga kemampuan menulis narasi
siswa dapat dikembangkan dengan optimal.
57
C. Pemeriksaan Keabsahan Data
Tes kongnitif yang digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar
penguasaan/pemahaman yang terdiri dari pretes yaitu, tes yang dilakukan sebelum
penerapan metode yang akan digunakan guru yakni metode field trip
(karyawisata), dan postes yakni, tes yang dilakukan setelah metode yang
diterapkan pada siswa dalam proses penelitian pembelajaran berlangsung.
Apabila nilai tersebut tidak sesuai dengan kriteria nilai yang diharapkan maka
harus dilanjutkan kesiklus selanjutnya sebagai perbaikan dalam pembelajaran.
Untuk mengetahui kemampuan menulis siswa dan memberikan
pengalaman belajar siswa maka dilakukan observasi yaitu tes unjuk kerja
berdasarkan aspek keterampilan menulis siswa. Pada kegiatan observasi ini
dilakukan oleh observer. Tes ini terdiri dari dua yaitu tes secara langsung maupun
tes tidak langsung yaitu melalui lembar kerja siswa secara tertulis dan berdasarkan
lembar observasi.
Selain itu untuk mengetahui pendapat/tanggapan siswa mengenai
penerapan pembelajaran ini maka diberikan angket yang dibagikan kepada siswa.
Angket diberikan diakhir pembelajaran.
D. Analisis Data
1. Analisis nilai siswa
Hasil data nilai pretes, postes, beserta kriteria penilaian masing-masing
siswa, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Data nilai siswa beserta kategori penilaian pada pretes dan postes
No Nama Nilai
Pretes
kategori Nilai
Postes
kategori
1 A. Syahril 70 Baik 83 Sangat Baik
2 Aan Sukmawan 60 Cukup 75 Baik
3 Anita 68 Cukup 70 Baik
58
4 Ari Subekti 55 Cukup 75 Baik
5 Arif Maulana 63 Cukup 75 Baik
6 Delvi fani 65 Cukup 80 Baik
7 Dwi Apri. K 53 Cukup 70 Baik
8 Dwiki Ramadhan 60 Cukup 72 Baik
9 Endang Supriatna 70 Baik 80 Baik
10 Emi Muhaemi 60 Cukup 75 Baik
11 Farhan Baidilah 63 Cukup 70 Baik
12 Herdiansyah 53 Cukup 70 Baik
13 Herlina Apriliani 70 Baik 80 Baik
14 Herna Aprianti 60 Cukup 77 Baik
15 Ine Amalia 70 Baik 80 Baik
16 Iswan Aryadi 66 Baik 73 Baik
17 Ikhfi Zakaria 55 Cukup 75 Baik
18 Kamal Saputra 60 Cukup 70 Baik
19 M. Darussalam 55 Cukup 72 Baik
20 M. Gusti Ali 55 Cukup 73 Baik
21 M. Irsandi 65 Cukup 80 Baik
22 M. Muchtiar 55 Cukup 71 Baik
23 Mardiansyah 55 Cukup 70 Baik
24 Murni Yanti 70 Baik 85 Sangat baik
25 Hiras Wati 60 Cukup 73 Baik
26 Nora Iswanti. R 75 Baik 85 Sangat baik
27 Nur Ali Syabani 60 Cukup 73 Baik
28 Nur Sri Rahayu. S 56 Cukup 74 Baik
29 Rachmania 70 Baik 74 Baik
30 Ratih Airianti 70 Baik 82 Sangat naik
31 Rosita Dewi 59 Cukup 72 Baik
32 Suci Rachmawati 63 Baik 70 Baik
33 Syifa Fauziah 60 Cukup 75 Baik
59
34 Tiwi Amalia 60 Cukup 72 Baik
35 Yola 58 Cukup 70 Baik
36 Indriani 65 Baik 75 Baik
37 Yudha Adhi. P 50 Cukup 74 Baik
38 Yuliani Syafitri 70 Baik 73 Baik
39 Yuni Rianti 68 Baik 75 Baik
40 Yuni Kartika 60 Cukup 80 Baik
2439
Ket:
Tingkat keberhasilan siswa
81-100 : Sangat baik
61-80 : Baik
41-60 : Cukup
21-40 : Kurang
<20 : Sangat kurang
Hasil dari table 4.6 di atas yang terdiri dari 40 siswa dapat disimpulkan
bahwa dari pembelajaran pretes dan postes terdapat peningkatan hasil belajar
siswa menulis paragraf narasi setelah menggunakan metode field trip. Hal ini
dapat dilihat dari kategori penilaian siswa di pretes dan postes.
Analisis hasil evaluasi pembelajaran terdiri dari analisis pretest dan postest
Penganalisisan tersebut penulis lakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi
perlakuan. Pada tahapan analisis data ini, pertama-tama penulis membuat tabel
distribusi frekuensi yang diperoleh dari tabel 4.3 dan 4.5 Hal tersebut penulis
lakukan untuk menghitung nilai rata-rata pretest dan postes yang diperoleh siswa.
Adapun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut.
60
Tabel. 4.7
Distribusi frekuensi Nilai Pretest Siswa kelas IX
SMP Dwiguna Depok
Berdasarkan tabel distribusi frekuesi rata-rata pretes di atas, selanjutnya
penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut.
Rumus mencari rata-rata nilai pretes:
N
XFX
)(
X = 40
2439
X = 60,9
No. Skor (F) X F(X)
1. 50 1 50
2. 53 2 106
3. 54 1 54
4. 55 5 275
5. 56 1 56
6. 58 1 58
7. 59 1 59
8. 60 10 600
9. 63 3 189
10. 65 3 195
11. 66 1 66
12. 68 2 136
13. 70 8 560
14. 75 1 75
N= 40 ∑F(X)= 2439
61
Tabel. 4.8
Distribusi frekuensi Nilai Postest Siswa kelas IX
SMP Dwiguna Depok
Berdasarkan tabel distribusi frekuesi rata-rata postes di atas, selanjutnya
penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut.
Rumus mencari rata-rata nilai postes:
N
XFX
)(
X = 40
2998
X = 74,9
Tahapan kedua, penulis mencari selisih nilai rata-rata pretest dan postest.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penulis dalam
melaksanakan pembelajaran menulis paragraf narasi dengan metode field trip.
Berdasarkan nilai rata-rata pretes dan postes di atas, maka dapat diperoleh selisih
nilai sebagai berikut.
Selisih nilai = X postes – X pretes
= 74,9 – 60,9
= 14
No. Skor (F) X F(X)
1. 70 8 560
2. 71 1 71
3. 72 4 288
4. 73 5 365
5. 74 4 296
6. 75 8 600
7. 77 1 77
8. 80 6 480
9. 82 1 82
10. 83 1 83
11. 85 2 170
N= 40 ∑F(X)= 2998
62
Tahapan ketiga, penulis mencari persentase peningkatan nilai dengan
menggunakan rumus persentase, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Presentase peningkatan nilai = 00%1N
nilai
Selisih
= 100% 40
14
= 35 %
Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai yang
diperoleh siswa dari pretes ke postes mengalami peningkatan sebanyak 35 %.
Tahap keempat, penulis mencari perbedaan yang signifikasi antara lain
pretes dan postes dengan menggunakan rumus t tes
t tes =
)1(
)( 2
2
NN
N
dd
Md
Dengan rumus tersebut, dapat diketahui koefesien t yang akan
menunjukkan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar. Taraf signifikansi
sebesar 5 % pada tingkat kepercayaan 95%.
Langkah-langkah penggunaan t tes sebagai berikut.
1) Mencari mean dari perbedaan hasil pretes dan postes
Md = N
d
2) Mencari kuadrat deviasi
N
ddXd
2
22)(
3) Mencari t pada tabel dengan taraf signifikan 5 % dan taraf kepercayaan 95 %.
4) Menguji signifikan koefesien t dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika t hitung t tabel, hipotesis diterima.
Jika t hitung t tabel, hipotesis ditolak.
63
Ket:
Md : Mean dari perbedaan pretes dan postes
D : Gain (postes-pretes)
2xd : Jumlah kuadrat deviasi
Db : Ditentukan oleh N-1
Tabel. 4.9
Data Pretes dan Postes Siswa Kelas IX
SMP Dwiguna Depok
No. Nama Siswa Pretest
(X1)
Postest
(X2)
d
(X2-X1)
d²
1. A. Syahril 70 83 13 169
2. Aan Sukmawan 60 75 15 225
3. Anita 68 70 2 4
4. Ari Subekti 55 75 20 400
5. Arif Maulana 63 75 12 144
6. Delvi fani 65 80 15 225
7. Dwi Apri. K 53 70 17 289
8. Dwiki Ramadhan 60 72 12 144
9. Endang Supriatna 70 80 10 100
10. Emi Muhaemi 60 75 15 225
11. Farhan Baidilah 63 70 7 49
12. Herdiansyah 53 70 17 289
13. Herlina Apriliani 70 80 10 100
14. Herna Aprianti 60 77 17 289
15. Ine Amalia 70 80 10 100
16. Iswan Aryadi 66 73 7 49
17. Ikhfi Zakaria 55 75 20 400
18. Kamal Saputra 60 70 10 100
19 M. Darussalam 55 72 17 289
20 M. Gusti Ali 55 73 18 324
21 M. Irsandi 65 80 15 225
64
22 M. Muchtiar 55 71 16 256
23 Mardiansyah 55 70 15 225
24 Murni Yanti 70 85 15 225
25 Hiras Wati 60 73 13 169
26 Nora Iswanti. R 75 85 10 100
27 Nur Ali Syabani 60 73 13 169
28 Nur Sri Rahayu. S 56 74 10 100
29 Rachmania 70 74 4 16
30 Ratih Airianti 70 82 12 144
31 Rosita Dewi 59 72 13 169
32 Suci Rachmawati 63 70 7 49
33 Syifa Fauziah 60 75 15 225
34 Tiwi Amalia 60 72 12 144
35 Yola 58 70 2 4
36 Indriani 65 75 10 100
37 Yudha Adhi. P 50 74 24 576
38 Yuliani Syafitri 70 73 3 9
39 Yuni Rianti 68 75 7 47
40 Yuni Kartika 60 80 20 400
Total 2439 2998 508 6877
Rata-rata ∑X1=
60,9
∑X2=
74,9
∑d= 12,7 ∑d²=
187,3
Dari data yang terdapat dalam tabel di atas, dapat dilakukan perhitungan t
tes sebagai berikut:
1) Menghitung mean dari perbedaan hasil pretes dan postes
Md = N
d
Ket : ∑d : Nilai rata-rata postes
Md : Nilai mean
N : Jumlah responden
65
= 40
7,12
= 0,31
2) Mencari kuadrat deviasi
N
ddXd
2
22)(
Ket : ∑Xd² : Kuadrat deviasi
∑d² : Nilai rata-rata postes – pretes
(∑d)² : Rata-rata postes dikuadratkan
N : Jumlah responden
= 187,3 - 40
)7,12( 2
= 187,3 - 40
29,161
= 187,3 - 4,03
= 183,27
3) Mencari koefesien dengan rumus sebagai berikut:
t tes =
)1(
)( 2
2
NN
N
dd
Md
Ket :
Md : Nilai mean
∑d² : Nilai rata-rata postes – pretes
(∑d)² : Rata-rata postes dikuadratkan
N : Jumlah responden
66
=
)140(40
40
)7,12(3,187
31,0
2
=
)39(40
40
29,1613,187
31,0
=
1560
03,43,187
31,0
=
1560
27,183
31,0
= 11,0
31,0
= 33,0
31,0
= 0,93
4) Melihat nilai t pada tabel dengan taraf signifikasi 5 % = 0,05 pada tahap
kepercayaan 95 % t = t
2
11 terlebih dahulu dengan menetapkan db
dengan rumus sebagai berikut.
db = N – 1
= 40 – 1
= 39
67
5) Menguji signifikasi koefesien t
Berdasarkan analisis di atas, diperoleh derajat kebebasan yaitu 39 dalam
tingkat kepercayaan 95 %.
t tabel = t
2
11 (db)
= t )39(05,02
11
= t (1 – 0,025) (39)
= t (0,975) (39) = 0,304
Setelah data dihitung dengan menggunakan t tes, maka diperoleh t tabel =
0,304 dan t hitung = 0,93. Untuk menguji signifikan koefesien t, maka menggunakan
ketentuan sebagai berikut.
Jika t hitung t tabel, hipotesis diterima
Jika t hitung t tabel, hipotesis ditolak.
Ternyata t hitung t tabel yaitu 0,93 0,304. Artinya perbedaan pretest dan
postest siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa metode field trip dalam pembelajaran menulis paragraf narasi dapat
dipergunakan karena memberikan hasil yang baik.
Dalam skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.
a. Penulis mampu mengajarkan pembelajaran menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip pada siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok.
b. Siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok mampu menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip.
c. Metode field trip tepat digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf
narasi pada siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok.
68
Hipotesis pertama (a) diterima. Hal ini didukung berdasarkan penilaian
guru bahasa Indonesia di kelas IX SMP Dwiguna Depok dengan nilai persentase
yang termaksud dalam kategori sangat baik berdasarkan hasil penilaian siswa
terhadap tingkah laku guru dalam mengajar.
Hipotesis kedua (b) diterima. Hal ini terbukti dari hasil pretest dengan
rata-rata 60 dan setelah mengikuti postes mencapai rata-rata 74. Perbedaan ini
menunjukkan peningkatan sebesar 35%. Berdasarkan analisis hasil evaluasi
membuktikan bahwa siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok mampu menulis
paragraf narasi dengan menggunakan metode field trip
Hipotesis ketiga (c) diterima. Hal ini terbukti berdasarkan uji statistik,
diketahui t hitung t tabel yaitu 0,93 0,304 dalam tingkat kepercayaan 95 % dan
derajat kebebasan 39. Dengan demikian, metode field trip tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis paragraf narasi kelas IX SMP Dwiguna Depok.
Demikianlah data dari hasil evaluasi yang telah penulis analisis di atas,
menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan semuanya dapat diterima.
2. Analisis pengelolaan data angket
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf
narasi dengan menggunakan metode field trip, siswa diberi sepuluh pertanyaan
terkait dengan pembelajaran menulis paragraf narasi, dan sepuluh pertanyaan itu
terkait dengan metode field trip.
Berikut respon siswa terhadap pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode field trip:
69
Tabel 4.10
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pokok pembahasan menulis sangat
menarik minat siswa
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 14 35
2 Setuju 24 60
3 Tidak Setuju 2 5
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 35% responden
menyatakan sangat setuju bahwa pokok bahasan menulis sangat menarik minat
siswa, 60% reponden menyatakan setuju, dan 5% lagi responden menyatakan
tidak setuju, dan tidak satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Jadi dapat disimpulkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa setuju bahwa
pokok bahasan menulis sangat menarik minat siswa.
Tabel 4.11
Saya pernah belajar menulis paragraf narasi sebelumnya
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 14 35
2 Setuju 22 55
3 Tidak Setuju 4 10
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Tabel di atas menjelaskan tentang siswa pernah belajar menulis paragraf
narasi sebelumnya, dapat diketahui bahwa sebesar 35% responden menyatakan
sangat setuju pernah belajar menulis paragraf narasi sebelumnya, 55% responden
menyatakan setuju, 10% lagi menyatakan tidak setuju, dan tidak ada satupun
responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa
siswa setuju pernah belajar menulis paragraf narasi sebelumnya.
70
Tabel 4.12
Saya pernah menulis sebuah paragraf narasi
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 14 35
2 Setuju 24 60
3 Tidak Setuju 2 5
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 35% responden
menyatakan sangat setuju pernah menulis sebuah paragraf narasi, 60% reponden
menyatakan setuju, 5% lagi responden menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun
responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahawa
siswa setuju pernah menulis sebuah paragraf narasi.
Tabel 4.13
Menulis paragraf narasi tidak sulit apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 22 55
2 Setuju 18 45
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Tabel di atas menjelaskan tentang menulis paragraf narasi tidak sulit
apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dapat diketahui sebesar 55%
responden menyatakan sangat setuju menulis paragraf narasi tidak sulit apa bila
dilakikan dengan sungguh-sungguh, 45% responden menyatakan setuju, dan tidak
ada satupun responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jadi
71
dapat disimpulkan responden sangat setuju bahwa menulis paragraf narasi tidak
sulit apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Tabel 4.14
Menulis paragraf narasi sangat membangkitkan semangat belajar bahasa
Indonesia, dan membuka wawasan serta memberikan tambahan pengetahuan
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 20 50
2 Setuju 10 25
3 Tidak Setuju 10 25
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 50% responden
menyatakan sangat setuju bahwa menulis paragraf narasi sangat membangkitkan
semangat belajar dan membuka wawasan serta memberikan tambahan
pengetahuan, 25% reponden menyatakan setuju, 25% lagi responden menyatakan
tidak setuju, dan tidak satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya responden sangat setuju menulis paragraf
narasi sangat membangkitkan semangat belajar dan membuka wawasan serta
memberikan tambahan pengetahuan
Tabel 4.15
Saya merasa metode field trip (karyawisata) sangat mudah dan menarik
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 8 20
2 Setuju 24 60
3 Tidak Setuju 8 20
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
72
Tabel di atas menjelaskan tentang metode field trip (kayawisata) sangat
mudah dan menarik, dapat diketahui sebesar 20% responden menyatakan sangat
setuju metode field trip (karyawisata) sangat mudah, 60% responden menyatakan
setuju, 20% lagi reponden menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun responden
yang menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan responden setuju
dengan menulis menggunakan metode field trip (karyawisata) sangat mudah dan
menarik.
Tabel 4.16
Saya merasa senang menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field
trip (karyawisata)
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 14 35
2 Setuju 24 60
3 Tidak Setuju 2 5
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 35% responden
menyatakan sangat setuju bahwa merasa senang menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip (karyawisata), 60% reponden menyatakan setuju,
5% lagi responden menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun responden yang
menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya responden
sangat setuju dan merasa senang menulis paragraf narasi dengan menggunakan
metode field trip (karyawisata).
73
Tabel 4.17
Menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field trip dapat
meningkatkan motivasi
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 8 20
2 Setuju 30 75
3 Tidak Setuju 2 5
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Tabel di atas menjelaskan tentang menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip dapat meningkatkan motivasi, dapat diketahui
sebesar 20% responden menyatakan sangat setuju menulis paragraf narasi dengan
menggunakan metode field trip dapat meningkatkan motivasi, 75% responden
menyatakan setuju, 5% lagi responden menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun
responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan
bahwasannya responden setuju menulis paragraf narasi dengan menggunakan
metode field trip dapat meningkatkan motivasi.
Tabel 4.18
Saya merasa kemampuan menulis paragraf narasi mengalami peningkatan setelah
mengikuti pembelajaran menulis dengan menggunakan metode field trip
(karyawisata)
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 10 25
2 Setuju 30 75
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 25% responden
menyatakan sangat setuju merasa kemampuan menulis paragraf narasi mengalami
74
peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis dengan menggunakan
metode field trip (karyawisata), 75% reponden menyatakan setuju, dan tidak
satupun dari responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jadi
dapat disimpulkan bahwasannya responden setuju merasa kemampuan menulis
paragraf narasi mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis
dengan menggunakan metode field trip (karyawisata).
Tabel 4.19
Saya tidak menemui kesulitan dalam pembelajaran menulis paragraf narasi
dengan menggunakan metode field trip (karyawisata)
No Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 8 20
2 Setuju 24 60
3 Tidak Setuju 8 20
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 40 100
Tabel di atas menjelaskan bahwasannya responden tidak menemui
kesulitan dalam pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan
metode field trip (karyawisata), dapat diketahui sebesar 20% responden
menyatakan sangat setuju, 60% responden menyatakan setuju, 20% lagi
responden menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun responden yang
menyatakan sangat tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya responden
setuju tidak menemui kesulitan dalam pembelajaran menulis paragraf narasi
dengan menggunakan metode field trip (karyawisata).
75
E. Interpretasi Hasil Analisis
Sebelum penerapam pembelajaran tersebut berlangsung siswa
melaksanakan pretes. Sedangkan setelah penerapan pembelajaran telah usai siswa
mengalami postes. Soal-soal pretes dan postes disusun berdasarkan bahan kajian
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yang ada di dalam standar
kompetensi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Berikut di bawah ini deskripsi
data hasil pengamatan:
1. Siklus I (pretes)
a. Perencanaan tindakan
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan hari Senin, 25 Oktober 2010
di rumah Bpk Muhtar S.Pd selaku guru bahasa Indonesia SMP Dwiguna
Depok. Adapun hal-hal yang didiskusikan antara lain : (1) peneliti
menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilakukan, (2)
peneliti mengusulkan diterapkannya metode field trip dalam pembelajaran
menulis narasi serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru
bersama-sama menyusun RPP untuk siklus I (pretes), (4) peneliti dan guru
bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan, (5) guru dan
peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa yaitu instrument
penelitian berupa tes dan nontes. Instrument tes digunakan untuk menilai
hasil tulisan siswa. Instrument nontes digunakan untuk menilai sikap siswa
dalam pembelajaran menulis narasi. Instrument nontes ini berbentuk
pedoman observasi, dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Adapun urutan tindakan yang direncanakan diterapkan dalam
siklus I (pretes)sebagai berikut:
1). Guru membuka pelajaran.
2). Guru menjelaskan kepada siswa tentang prosedur pembelajaran menulis
dengan metode field trip yang akan dilakukan.
3). Siswa menulis poin-poin yang akan ditulis sehingga menjadi karangan atau
paragraf dalam bentuk narasi
4). Guru meminta siswa mengumpulkan tugasnya.
76
5). Guru menutup pelajaran. Pada saat kegiatan diskusi disepakati bahwa
tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, yaitu pada
Senin, 1 November 2010 dan 8 November 2010
b. Pelaksanaan tindakan
Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan siklus I
dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu Senin, 1 November 2010 di ruang
kelas IX SMP Dwiguna Depok dengan durasi waktu 2 X 45 menit (08.15-
09.45 WIB) dan Senin, 8 November 2010 di ruang kelas IX SMP Dwiguna
Depok dengan durasi 2 X 45 menit (08.15-09.45 WIB).
Guru memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia
dengan membaca doa sebagai pembuka pelajaran dan mengkondisikan agar
siswa siap mengikuti pelajaran. Peneliti menempatkan diri sebagai pertisipan
pasif dengan berada di kursi bagian belakang sehingga peneliti dapat
mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar tanpa mengganggu proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Pada langkah awal, guru memberi apersepsi mengenai pembelajaran
keterampilan menulis. Setelah memberikan penjelasan teori kemudian guru
menjelaskan petunjuk secara lisan mengenai kegiatan menulis yang akan
dilakukan kali ini, siswa langsung diminta membuat tulisan, guru juga
menjelasakan prihal tugas yang harus dikerjakan siswa. Siswa diminta
mencatat hal-hal atau poin-poin yang akan mereka tulis sebagai bahan untuk
menulis siswa,
Setelah siswa siap, guru membagikan lembar kertas untuk ditulis
kepada siswa. Siswa kemudian mengumpulkan hasil tulisannya setelah
waktu yang diberikan selesai, dan diakhir pembelajaran guru tidak lupa
untuk menutup pembelajaran dengan membaca hamdalah.
77
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dan pemantauan pada saat kegiatan pembelajaran
dilakukan di ruang kelas. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahuan
keaktifan, semangat, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh
hasil sebagai berikut:
Table 4.20
Persentase Hasil Observasi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran
Pertemuan ke-I
No.
Aspek yang diamati
Persentase %
Ya Tidak
1. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
menulis.
70% 30%
2. Siswa member perhatian terhadap penjelasan guru. 60% 40%
3. Siswa mengajukan pertanyaan. 50% 50%
4. Siswa mengajukan pendapat. 50% 50%
5. Siswa menjawab pertanyaan guru. 50% 50%
6. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
serius.
60% 40%
7. Siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir. 100% 0%
Ket :
Kurang :10% - 50%
Cukup : 550% – 75%
Baik : 80 % – 100%
78
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, 1) siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran menulis sebesar 70% atau dari 40
siswa yang merespon 28 siswa dan 30% siswa tidak merespon atau 12
siswa, 2) siswa memberikan memberi perhatian terhadap penjelasan guru
sebesar 60% atau dari 40 siswa yang memberi perhatian 24 siswa dan 40%
siswa tidak memberi perhatian terhadap penjelasan guru atau 16 siswa, 3)
Siswa mengajukan pertanyaan sebesar 50% atau dari 40 siswa yang
mengajukan pertanyaan 20 siswa dan 50% siswa juga yang mengajukan
pertanyaan atau sebanyak 20 siswa, 4) siswa mengajukan pendapat sebesar
50% atau dari 40 siswa yang mengajukan pendapat 20 siswa dan 50%
siswa juga yang tidak mengajukan pendapat atau 20 siswa, 5) siswa
menjawab pertanyaan guru sebesar 50% atau dari 40 siswa yang
menjawab pertanyaan 20 siswa dan 50% siswa tidak menjawab pertanyaan
atau 20 siswa, 6) siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
serius sebesar 60% atau dari 40 siswa yang mengerjakan tugas 24 siswa
dan 40% siswa tidak mengerjakan tugas dengan tidak serius atau 16 siswa,
7) siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir. sebesar 100% atau dari 40
siswa yang mengikuti pembelajaran 40 siswa atau keseluruhan siswa, dan
yang tidak mengikuti pembelajaran sampai akhir tidak ada.
Dari penjelasan di atas berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
guru secara keseluruhan persentase rata-rata hasil observasi tingkah laku
siswa dalam pembelajaran, menunjukan bahwa siswa telah melaksanakan
tugasnya dengan cukup tetapi belum baik. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan penilaian guru terhadap siswa dengan persentase penilaian
pada pertemuan pertama adalah sebesar 60%, ini menunjukan bahwa siswa
mengikuti pembelajaran kurang baik.
79
Tabel 4.21
Catatan Lapangan Pembelajaran Pertemuan Ke-1
No Catatan lapangan Kendala/
Kesulitan guru
Solusi/saran
Perbaikan
1 Siswa belum berperan
aktif dalam pembelajaran
menulis paragraf narasi.
Guru masih berperan
sebagai aktor tunggal
dalam pembelajaran,
artinya guru masih
mendominasi
pelajaran.
Lebih memperhatikan
keadaan kelas dan
memberikan
pemahaman yang
menarik.
2 Beberapa siswa belum
tertib, efektif, dan rajin
pada saat mengikuti
pembelajaran baik
sewaktu di kelas maupun
di lapangan.
Guru sulit untuk
memberi pemahaman
kepada siswa yang
tidak tertib, efektif
dan rajin.
Harus lebih tegas
kepada siswa yang
tidak tertib dan selalu
memantaunya.
3 Keaktifan siswa untuk
mengajukan dan
menjawab pertanyaan
dari guru masih belum
terlihat. Sebagian besar
mereka memilih bertanya
kepada teman-temannya
daripada bertanya
langsung kepada guru.
Guru tidak
mengetahui seberapa
besar pemahaman
siswa terhadap
pembelajaran menulis
paragraf narasi.
Mencoba
memberikan
pengertian kepada
siswa, bahwa dengan
bertanya akan
memudahkannya
dalam pelajaran
menulis paragraf
narasi.
4 Siswa laki-laki terlihat
belum mandiri dalam
mengerjakan tugas,
Sulit untuk
menjelaskan kepada
siswa yang tidak
Guru bekeliling untuk
memeriksa pekerjaan
siswa dan
80
mereka mengerjakan
tugas secara
berkelompok dengan
teman sebangku/teman
yang duduk di belakang.
mandiri.
memastikan tidak ada
siswa yang
mengganggu teman
lain atau mencontek.
5 Siswa belum aktif dalam
merespon kegiatan
pembelajaran menulis
paragraf narasi.
Guru belum mampu
membangkitkan
minat siswa untuk
bertanya dan aktif
dalam merespon
kegiatan
pembelajaran.
Memperhatikan siswa
dan memberikan
penjelasan apa yang
tidak dimengerti
siswa
Agar siswa lebih
merespon kegiatan
pembelajaran.
6 Metode yang dilakukan
guru adalah field trip,
ceramah, tanya jawab,
dan penugasan.
Sedikit mengalami
kesulitan pada bagian
ini membuat mereka
mengerti.
Dengan perlahan
mengarahkan mereka
dengan menjelaskan
perlahan agar mereka
paham dan mengerti.
Dengan demilkian, dapat disimpulkan bahwa hasil tingkah laku
siswa dalam pembelajaran berdasarkan penilaian yang dilakukan guru
kelas IX SMP Dwiguna Depok dikatakan kurang baik.
d. Analisis dan refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan
analisis terhadap hasil tulisan narasi siswa. Kegiatan analisis ini
dilaksanakan pada Selasa, 2 November 2010, di rumah Bpk Muhtar S.Pd
selaku guru bahasa Indonesia SMP Dwiguna Depok.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa: (1)
kemampuan siswa dalam menuangkan ide/gagasan ke dalam bentuk
81
paragraf narasi dari hasil pretes ini masih ada beberapa siswa yang
menuliskan dalam bentuk karangan lain yaitu 2 orang dalam bentuk
deskripsi dan 2 orang dalam bentuk argumentasi, (2) siswa masih kesulitan
dalam mencari kata-kata dan kalimat yang tepat untuk menulis, (3)
nilai/skor perolehan terendah siswa diperoleh 1 orang siswa dengan jumlah
keseluruhan 50, sedangkan nilai tertinggi diperoleh 1 orang siswa dengan
jumlah keseluruhan 78.
Akan tetapi masih ditemukan kesalahan dan kekurangan pada
tulisan siswa antar lain: (1) siswa masih kesulitan menggali ide dan
menuangkannya dalam bentuk kata/kalimat hal ini terbukti dari jumlah
kata dalam tulisan mereka sedikit, (2) apabila siswa menemukan kesulitan
dalam menulis, siswa tidak berani bertanya kepada guru tetapi cenderung
lebih suka bertanya pada temannya. Hal ini dilakukan siswa untuk
menyamakan persepsi siswa dalam menyusun alur cerita, (3) siswa
menuliskan hasil amatan masih secara dangkal dan belum begitu mendetail
terhadap objek, (4) banyak tulisan siswa yang sama dengan milik
temannya, hal ini berarti mereka masih mengerjakannya secara kelompok,
(5) masih ada beberapa siswa yang kurang tepat dalam memilih diksi
dalam paragraf, (6) minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran
keterampilan menulis masih perlu ditingkatkan, (7) keaktifan siswa dalam
pembelajaran belum maksimal. Situasi pembelajaran masih pasif. Guru
menerangkan dan murid mendengarkan. Guru masih mendominasi
kegiatan pembelajaran sehingga siswa mendapatkan kesempatan yang
terbatas untuk turut aktif dalam pembelajaran, (8) siswa masih kurang
memperhatikan pembelajaran. Beberapa dari mereka masih bebicara
dengan temannya dan sibuk sendiri. Oleh karena itu, peneliti dan guru
merasa bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Peneliti dan guru
kemudian berencana untuk melanjutkan tindakan pada postes.
82
2. Siklus I (postes)
a. Perencanaan tindakan
Proses pembelajaran menulis yang telah dilaksanakan pada siklus I
(pretes) kurang baik, tetapi belum memuaskan. Hasil tulisan/karangan
siswa masih terdapat kekurangan sehingga memerlukan perbaikan. Untuk
mengatasi kekurangan dan kelemahan pada siklus I (pretes), maka pada
Senin, 8 November 2010 peneliti dan guru merencanakan tindakan untuk
siklus I (postes). Akhirnya peneliti dan guru menyepakati beberapa hal
yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis. Hal-hal
tersebut, yaitu :
(1) Guru akan lebih banyak memantau kegiatan siswa terutama ketika di
luar kelas agar siswa lebih kondusif,
(2) Metode yang digunakan adalah metode field trip dengan objek
kunjungan lingkungan sekolah.
(3). Menyusun RPP dengan metode field trip.
(4). Guru akan memberi reward kepada siswa yang aktif dan juga kepada
siswa yang mendapat nilai terbaik dalam menulis. Reward yang
direncanakan berupa nilai tambah, ungkapan-ungkapan pujian seperti
: bagus sekali, baik sekali, baik. Sedangkan untuk siswa yang
membuat kelas gaduh seperti ramai, berpindah-pindah tempat duduk,
guru akan memberikan punishment dalam bentuk teguran.
Urutan kegiatan pembelajaran yang direncanakan dalam siklus I
(postes) sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran bahasa
Indonesia.
3) Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan
manfaat/keuntungan menulis.
4) Guru merefleksi beberapa tulisan siswa pada siklus I (pretes) di depan
kelas.
83
5) Guru memberikan reward kepada siswa yang memperoleh nilai menulis
narasi tertinggi pada siklus I (pretes).
6) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis pada
siklus I (pretes).
7) Guru menjelaskan kepada siswa tentang prosedur pembelajaran menulis
dengan metode field trip yang akan dilakukan.
8) Siswa diajak berkunjung ke lingkungan sekitar untuk melihat dan
mengamati lingkungan sekolah.
9) Di lingkungan sekolah siswa mencatat poin-poin yang berisikan ha-hal
yang mereka lihat dan mereka temui selama berada di lingkungan sekolah.
10) Setelah kembali ke kelas, siswa mengembangkan poin-poin amatan
tersebut menjadi karangan narasi.
11) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
12) Guru menyimpulkan pembelajaran, siswa diberi waktu bertanya.
13) Guru menutup pelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Sebagaimana yang telah direncanakan, tindakan pada siklus I
(postes) dilaksanakan dalam satu pertemuan, yaitu Senin, 8 November 2010
pukul 08.15 WIB di ruang kelas IX SMP Dwiguna Depok. Guru memulai
pembelajaran dengan membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran. Peneliti menempatkan diri sebagai partisipan
pasif dan berada di kursi bagian belakang sehingga peneliti dapat mengamati
jalannya kegiatan belajar mengajar tanpa mengganggu jalannya pelajaran
yang sedang berlangsung. Guru mengulas kembali hasil tulisan siswa pada
siklus I (pretes) juga menunjukkan kesalahan yang sering dilakukan siswa
dalam menulis. Guru juga memberi pujian pada siswa yang karangannya
cukup baik dan tak lupa pula guru memberikan motivasi pada siswa yang
hasil tulisannya kurang memuaskan. Kemudian guru memberikan
pengarahan tentang kegiatan pembelajaran menulis yang akan dilakukan
pada hari ini. Guru menjelaskan kalau kegiatan menulis hari ini akan
84
dilakukan seperti pada kegiatan yang lalu. Akan tetapi untuk kali ini siswa
diajak keluar kelas yakni diajak ke lingkungan sekolah untuk melakukan
observasi. Guru meminta siswa membawa alat tulis untuk mencatat hal-hal
yang mereka lihat dan temui di lingkungan sekolah. Guru kemudian
mengajak siswa bersiap-siap untuk segera menuju ke lingkungan sekolah.
Semua siswa melakukan observasi dimulai dari depan kemudian
masuk ke dalam. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengamati keadaan
sekolah secara tertib agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Siswa
mulai mencatat, guru memberikan penekanan kembali tentang tugas atau
tulisan yang harus dibuat siswa yaitu tulisan narasi mengenai lingkungan
sekolah. Guru menjelaskan poin-poin yang harus mereka catat antara lain
lokasi, fasilitas yang ada, dan keadaan lingkungan sekolah. Siswa mencatat
hal- hal yang mereka amati.
Setelah merasa cukup mencatat hal-hal yang akan dijadikan sebagai
bahan tulisan, siswa diajak kembali ke kelas. Sesampai di dalam kelas, guru
bertanya tentang hal-hal apa saja yang mereka dapatkan dari kegiatan
observasi tadi. Siswa terlibat diskusi tentang hasil observasinya dengan
siswa lain dan guru. Guru kemudian membagikan kertas sebagai lembar
kerja untuk siswa. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tampak
tertib mengikuti pembelajaran dan guru tidak bosan-bosannya mengingatkan
kepada siswa yang terlibat kurang aktif. Sesekali guru berkeliling kelas
untuk mengamati pekerjaan siswa dan mendekati siswa yang gaduh atau
mereka yang terlihat mempunyai kesulitan. Beberapa siswa ada yang
bertanya kepada guru dan guru menjawab pertanyaan siswa dengan sekali-
kali memberi semangat kepada siswa. Setelah waktu yang telah disediakan
untuk menulis usai, siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya, kemudian
guru memberi simpulan materi yang diajarkan dan menutup pelajaran.
85
c. Pengamatan (observasi)
Kegiatan observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran baik
di ruang kelas maupun pada saat berkunjung ke lingkungan sekolah yaitu
pada senin, 8 November 2010 pukul 08.15 WIB. Pada siklus I (postes) ini
peneliti melakukan pengamatan terhadap tindakan guru, siswa dan hasil
karangan siswa. Observasi dilakukan untuk membandingkan hasil antara
siklus I (postes) dengan siklus I (pretes) sebelumnya.
Seperti pada pretes sebelumnya, observasi difokuskan pada situasi
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas
siswa dalam pelajaran menulis. Pada saat melakukan kegiatan observasi,
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di kursi paling
belakang, sesekali peneliti berada di samping kelas untuk mengambil
gambar. Peneliti mengamati tindakan siswa ketika menulis, tidak ditemui
siswa yang mengantuk, bosan, menopang dagu atau asyik beraktivitas
sendiri. Suasana kelas kondusif, mereka merasa nyaman dan pembelajaran
pun tampak menyenangkan. Tidak ada lagi siswa yang berjalan-jalan untuk
melihat dan mencontoh hasil tulisan temannya, mereka terlihat mandiri
dalam mengerjakan tugas dari guru. Guru melibatkan siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa dan guru saling mendukung dan bekerjasama
dalam kegiatan pembelajaran.
Table 4.22
Persentase Hasil Observasi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran
Pertemuan ke-II
No.
Aspek yang diamati
Persentase %
Ya Tidak
1. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
menulis.
90% 10%
2. Siswa member perhatian terhadap penjelasan guru. 90% 10%
86
3. Siswa mengajukan pertanyaan. 80% 20%
4. Siswa mengajukan pendapat. 70% 30%
5. Siswa menjawab pertanyaan guru. 70% 30%
6. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
serius.
95% 5%
7. Siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir. 100% 0%
Ket :
Kurang :10% - 50%
Cukup : 55% – 75%
Baik : 80% – 100%
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, 1) siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran menulis sebesar 90% atau dari 40
siswa yang merespon 37 siswa dan 10% siswa tidak merespon atau 3
siswa, 2) siswa memberikan memberi perhatian terhadap penjelasan guru
sebesar 90% atau dari 40 siswa yang memberi perhatian 37 siswa dan 40%
siswa tidak memberi perhatian terhadap penjelasan guru atau hanya 3
siswa, 3) siswa mengajukan pertanyaan sebesar 80% atau dari 40 siswa
yang mengajukan pertanyaan 32 siswa dan 20% siswa yang mengajukan
pertanyaan atau sebanyak 8 siswa, 4) siswa mengajukan pendapat sebesar
70% atau dari 40 siswa yang mengajukan pendapat 28 siswa dan 30%
siswa yang tidak mengajukan pendapat atau 12 siswa, 5) siswa menjawab
pertanyaan guru sebesar 70% atau dari 40 siswa yang menjawab
pertanyaan 28 siswa dan 30% siswa tidak menjawab pertanyaan atau 12
siswa, 6) siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius
sebesar 95% atau dari 40 siswa yang mengerjakan tugas 39 siswa dan 5%
siswa tidak mengerjakan tugas dengan tidak serius atau hanya 1 siswa, 7)
siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir. sebesar 100% atau dari 40
87
siswa yang mengikuti pembelajaran 40 siswa atau keseluruhan siswa, dan
yang tidak mengikuti pembelajaran sampai akhir tidak ada.
Dari penjelasan di atas berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
guru secara keseluruhan persentase rata-rata hasil observasi tingkah laku
siswa dalam pembelajaran, menunjukan bahwa siswa telah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan penilaian guru
terhadap siswa dengan persentase penilaian pada pertemuan kedua adalah
sebesar 85%, ini menunjukan bahwa siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil tingkah laku
siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan
metode field trip di SMP Dwiguna Depok dapat dikatakan baik dan
berhasil.
88
Table 4.23
Catatan lapangan pertemuan ke II
No. Catatan lapangan Kendala/
kesulitan guru Solusi/ sarana perbaikan
1
2.
Siswa pada pertemuan
terakhir ini bersemangat
untuk mengungkapkan
pendapat mereka
mengenai pembelajaran
menulis paragraf narasi.
Siswa terlihat
bergembira dengan hasil
postest yang dicapai,
sehingga membuat
mereka lebih bergairah
dan percaya diri, bahkan
ada salah seorang siswa
yang mengungkapkan
“ingin menulis lagi”
___________
___________
Merasakan kebahagian,
siswa yang rata-rata pertama
kali belajar menulis narasi
dengan 2X pertemuan telah
mampu menguasai
pembahasan menulis narasi
dan mengerjakan tugasnya
dengan baik dan hasil yang
memuaskan.
Melihat gairah siswa yang
bangkit dalam pembelajaran
menulis resensi, membuat
penulis yang juga guru mata
pelajaran bahasa Indonesia
bagi mereka ingin menggalih
potensi mereka di bidang
menulis, tidak hanya
menulis.
d. Analisis dan refleksi
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I (postes) berjalan dengan
baik. Kelemahan pada pretes dapat teratasi dengan baik. Hal ini membuat
kualitas pembelajaran menulis mengalami peningkatan yaitu 85% siswa
telah aktif pada postes. Peningkatan kualitas pembelajaran terlihat dari
tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan seperti peningkatan
keaktifan, perhatian serta konsentrasi siswa dalam pembelajaran, guru
89
telah berhasil membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran menulis dengan baik dan tertib.
Hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
keterampilan menulis siswa. Dilihat dari segi isinya, tulisan siswa pada
postes ini jauh lebih baik dibanding postes sebelumnya. Kosakata yang
digunakan sebagian siswa lebih bervariasi. Siswa telah mampu
mengorganisasikan gagasan dengan baik. Sudah ada kesesuaian antara isi
tulisan dengan objek yang diamati. Nilai tertinggi siswa pada siklus ini
adalah 85 dan nilai terendah siswa adalah 70.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada postes
dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator bila
dibandingkan pretes sebelumnya. Dengan demikian pembelajaran menulis
yang telah dilaksanakan telah menunjukkan adanya peningkatan.
F. Pembahasan Temuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dilaksanakan
peneliti dalam satu siklus yang meliputi: (1) tahap perencanaan dan persiapan
tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap
analisis dan refleksi. Masing-masing dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 X 45 menit). Sebelum dilaksanakannya
penelitian, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di
lapangan. Berdasarkan kegiatan survei ini, peneliti menemukan bahwa kualitas
proses dan hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas IX SMP Dwiguna
Depok masih tergolong rendah. Hal ini ditandai dengan indikator sebagai berikut:
(1) adanya minat dan motivasi siswa yang masih rendah, (2) sebagian siswa masih
belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk
mengungkapkan ide dan gagasam mereka, dengan kata lain siswa belum terbiasa
dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun, (3) sebagian siswa
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan
gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan dalam bentuk kata-kata tentang
gambaran suatu objek, (4) siswa belum mampu mengungkapkan ide atau gagasan
90
dengan baik, (5) siswa kurang bisa mengembangkan bahasa, (6) siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas IX untuk mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan metode field
trip dalam proses pembelajaran menulis narasi. Pemilihan metode tersebut dengan
pertimbangan sebagai berikut. Pertama model pembelajaran yang menggunakan
metode field trip adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber dan sarana belajar. Kedua apabila siswa diajak ke
lingkungan sekitar siswa dapat melakukan observasi suatu objek yang ada secara
langsung, dengan demikian diharapkan siswa dapat menuliskan penggambaran
suatu objek secara lebih jelas dan terperinci.
Melalui penggambaran secara nyata terhadap suatu objek, secara tidak
langsung membuat pembelajaran menulis narasi akan berjalan lebih efektif karena
daya imajinasi siswa dapat berkembang. Peneliti dan guru kelas IX kemudian
menyusun rencana untuk pretes. Ternyata masih terdapat kelemahan atau
kekurangan dalam pelaksanaannya. postes dilaksanakan untuk mengatasi
kelemahan atau kekurangan yang ada pada pretes. Selain itu, postes merupakan
siklus yang menguatkan pretes bahwa observasi atau kunjungan ke tempat
tertentu dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi
pada siswa kelas IX SMP Dwiguna Depok. Berdasarkan tindakan-tindakan
tersebut, guru dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis narasi
dengan metode field trip yang mampu membantu siswa dalam memunculkan ide
dan mengembangkannya sehingga kemampuan menulis narasi siswa dapat
terkembangkan dengan optimal. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas karena metode ini dapat
digunakan sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi.
Keberhasilan metode ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis deskripsi dapat dilihat dari indikator- indikator sebagai
Berikut:
91
1. Kualitas proses pembelajaran menulis narasi meningkat tindakan-tindakan
berupa penerapan metode field trip yang dilaksanakan mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis narasi siswa kelas IX SMP Dwiguna
Depok. Peningkatan dari segi proses pembelajaran dapat dilihat pada beberapa
indikator berikut.
a. Meningkatnya keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
menulis narasi mengalami peningkatan dari pretes ke postes. Indikator
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meliputi keaktifan siswa dalam
bertanya, merespon apresiasi, mendengarkan penjelasan dari guru, dan
semangat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
b. Meningkatnya perhatian dan minat siswa dalam proses pembelajaran
sangat penting. Untuk menumbuhkan dan memelihara hal tersebut, guru
perlu merangsang siswa dengan menerapkan cara-cara baru, unik, ataupun
cara-cara yang sudah biasa digunakan. Salah satu cara yang dapat
digunakan guru adalah melalui pemanfaatan metode. Dalam penelitian ini,
guru memanfaatkan metode field trip. Setelah adanya tindakan
memanfaatkan metode tersebut, perhatian siswa dalam pembelajaran
menulis narasi meningkat. Ketika diajak berkunjung siswa tampak senang
dan bersemangat. Melalui kegiatan berkunjung siswa tampak terhibur
karena dapat melihat dunia luar. Minat serta ketertarikan siswa meningkat
setelah guru memberi motivasi di awal pembelajaran dengan reward bagi
siswa paling aktif dalam pembelajaran serta siswa yang memperoleh nilai
paling tinggi.
c. Meningkatnya keterampilan guru dalam mengelola kelas merupakan salah
satu penentu keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Pengelolaan
kelas yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan
perhatian pada seluruh siswa, memberikan reward dan punishment pada
siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah
dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran, serta memotivasi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran. Pada saat peneliti melaksanakan kegiatan
92
survai awal, diketahui bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan guru kelas
kurang baik. Hal ini dapat tercermin dari indikator sebagai berikut:
1. Guru kurang bisa membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk
aktif dalam pembelajaran.
2. Posisi guru lebih sering berdiri di depan kelas.
3. Guru kurang memberikan reward dan punishment kepada siswa.
4. Guru kurang bisa menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa.
Setelah tindakan dilaksanakan, sedikit demi sedikit kelemahan guru mulai
berkurang. Kemampuan guru dalam mengelola kelas semakin meningkat. Guru
tidak lagi terpancang pada kegiatan belajar yang harus dilaksanakan di ruangan
kelas. Guru tidak lagi bertindak sebagai guru yang menguasai kelas sepenuhnya
tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru
membangkitkan minat dan motivasi siswa dengan cara memberikan reward bagi
siswa yang memperoleh nilai baik. Selain itu, guru juga memberikan punishment
bagi siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
2. Kualitas hasil pembelajaran menulis narasi meningkat
a. Meningkatnya keterampilan menulis siswa. Berdasarkan survai awal yang
telah dilaksanakan, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterampilan menulis siswa masih rendah. Rendahnya keterampilan
menulis tersebut ditandai oleh indikator sebagai berikut: 1) adanya minat
dan motivasi siswa yang masih rendah, 2) sebagian siswa masih belum
terbiasa untuk memanfaatkan media tulis dalam bentuk tulisan apa pun, 3)
sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat
menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan
dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek, 4) siswa belum
mampu dalam mengungkapkan ide atau gagasan dengan baik, 5) siswa
kurang terbiasa mengembangkan bahasa, 6) pemanfaatan potensi kata
kurang. Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode field trip
93
keterampilan menulis siswa menjadi meningkat, hal tersebut dapat terlihat
dari: (1) meningkatnya minat dan motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran, (2) hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan keterampilan menulis siswa. Dilihat dari isinya tulisan siswa
pada postes jauh lebih baik dibanding pretes sebelumnya, (3) munculnya
kreativitas dan imajinasi siswa dalam menyusun kalimat-kalimat menjadi
sebuah tulisan yang baik, (4) ada kesesuaian antara tulisan dan objek yang
digambarkan.
b. Perolehan nilai menulis siswa meningkat Berdasarkan kegiatan pretes
yang dilakukan pada survai awal, diketahui bahwa keterampilan menulis
siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari capaian nilai menulis
siswa. Nilai perolehan terendah pada pretes diperoleh oleh 1 orang siswa
dengan nilai 50 dan nilai tertinggi diperoleh oleh 1 orang siswa dengan
nilai 78. Pada postes nilai tertinggi diperoleh 2 siswa dengan nilai 85 dan
selebihnya mencapai 70 sampai 83, berikut ini peningkatan skor siswa dari
pretes ke postes.
Table 4.24
Perolehan Nilai Menulis Dari Pretes Sampai postes
No Nama Pretes Postes Keterangan
1 A. Syahril 70 83 Meningkat
2 Aan Sukmawan 60 75 Meningkat
3 Anita 68 70 Meningkat
4 Ari Subekti 55 75 Meningkat
5 Arif Maulana 63 75 Meningkat
6 Delvi fani 65 80 Meningkat
7 Dwi Apri. K 53 70 Meningkat
8 Dwiki Ramadhan 60 72 Meningkat
9 Endang Supriatna 70 80 Meningkat
10 Emi Muhaemi 60 75 Meningkat
94
11 Farhan Baidilah 63 70 Meningkat
12 Herdiansyah 53 70 Meningkat
13 Herlina Apriliani 70 80 Meningkat
14 Herna Aprianti 60 77 Meningkat
15 Ine Amalia 70 80 Meningkat
16 Iswan Aryadi 66 73 Meningkat
17 Ikhfi Zakaria 55 75 Meningkat
18 Kamal Saputra 60 70 Meningkat
19 M. Darussalam 55 72 Meningkat
20 M. Gusti Ali 55 73 Meningkat
21 M. Irsandi 65 80 Meningkat
22 M. Muchtiar 55 71 Meningkat
23 Mardiansyah 55 70 Meningkat
24 Murni Yanti 70 85 Meningkat
25 Hiras Wati 60 73 Meningkat
26 Nora Iswanti. R 75 85 Meningkat
27 Nur Ali Syabani 60 73 Meningkat
28 Nur Sri Rahayu. S 56 74 Meningkat
29 Rachmania 70 74 Meningkat
30 Ratih Airianti 70 82 Meningkat
31 Rosita Dewi 59 72 Meningkat
32 Suci Rachmawati 63 70 Meningkat
33 Syifa Fauziah 60 75 Meningkat
34 Tiwi Amalia 60 72 Meningkat
35 Yola 58 70 Meningkat
36 Indriani 65 75 Meningkat
37 Yudha Adhi. P 50 74 Meningkat
38 Yuliani Syafitri 70 73 Meningkat
39 Yuni Rianti 68 75 Meningkat
40 Yuni Kartika 60 80 Meningkat
95
c. Ketuntasan hasil belajar meningkat dalam pretes hanya 9 siswa yang
mencapai ketuntasan hasil belajar atau yang memperoleh nilai 70 ke atas.
Pada siklus postes ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 40 siswa,
atau semua siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan metode field
trip dalam pembelajaran menulis paragraf narasi yang diterapkan pada 1 siklus
mengalami peningkatan hasil belajar siswa baik dari segi ranah kongnitif maupun
keterampilan kemampuan menulis. Karena pembelajaran metode field trip
melibatkan siswa pada seluruh pengalaman belajar yang mendorong siswa
mengembangkan kemampuannya untuk berfikir secara kritis. Selain itu
melibatkan aktivitas atau keterampilan siswa lebih meningkat.
Keterampilan proses digunakan sebagai jembatan untuk dan memahami
konsep dan siswa menjadi lebih aktif di kelas. Hasil penelitian ini untuk
mengetahui kemapuan keterampilan proses siswa menunjukan kemampuan yang
cukup pada pretes kemudian terjadi peningkatan di postes. Hal ini dikarenakan
pada pretes banyak sekali pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa.
Hasil ini juga menunjukan adanya tanggapan positif dari siswa pada
pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode field trip. Siswa
merasa senang belajar menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode field
trip ini, karena siswa merasa termotivasi untuk belajar sehingga pembelajaran
yang diberikan dapat dipahami.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis.
Hal ini ditandai dengan persentase keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat
dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis narasi yang mengalami
peningkatan. Pada pretes siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada
postes siswa yang aktif meningkat menjadi 80 %.
2. Penerapan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis. Hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan siswa yang mengalami
peningkatan baik dari segi teknik penulisan (tanda baca), isi gagasan yang
diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan.
Nilai ini dapat dilihat dari nilai preetes terendah 55 dan tertinggi 74, dan
nilai postes terendah adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85.
3. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat. Dalam pretes hanya 17 siswa
yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas).
Pada postes ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar
40 siswa.
97
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya selalu menganjurkan kepada semua guru untuk
mengajar dengan metode yang membuat siswa aktif, merasa senang, dan
nyaman sehingga kejenuhan akan terhindar.
b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana yang dapat mendukung
kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal.
2. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia
a. Guru hendaknya selalu berusaha memberi dorongan kepada siswa untuk
lebih aktif berlatih menulis.
b. Guru hendaknya mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi
sehingga membuat siswa lebih nyaman.
c. Guru hendaknya memberikan perhatian dan waktu yang lebih banyak pada
mata pelajaran menulis karena menulis merupakan suatu keterampilan
yang tidak mudah.
3. Bagi siswa
a. Siswa hendaknya banyak membaca berbagai buku baik fiksi maupun non-
fiksi terutama yang berkaitan dengan menulis narasi.
b. Siswa hendaknya lebih banyak berlatih menulis karena menulis
merupakan aktifitas yang memerlukan latihan yang konsisten.
c. Siswa hendaknya aktif dan belajar menggali ide tulisan melalui berbagai
sumber, salah satunya melalui metode field trip.
98
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Jauharoti, dkk., Bahasa Indonesia 1, Learning Assistance program for
Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008.
Arifin Zaenal, Tasri Amran, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Mediayatama
Sarana Perkasa, 1988.
Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
IX, 2009.
Djamaran Syaiful Bahari, Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997.
Junaedi, dkk., Strategi Pembelajaran. Learning Assistance program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008.
Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia, 2001.
Kusnadi, Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah, 2006.
Marahimin, Ismail, Menulis Secara Populer, Jakarta: Pustaka Jaya, 2001.
Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada, 2005.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1985.
Semi, Atar, Menulis Efektif, Padang: Angkasa Raya, 1990.
Semiawan, Conny, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Gramedia,
1992.
Subari. Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2003.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Cet. 5, 1994.
Tarigan, Henry Guntur, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
Bandung: Aksara, 1983.
Tarigan, Djoko, Membina keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya, Bandung: Aksara, 2007.
99
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, Jakarta: Rajawali, 1984.
Widjono, Bahasa Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2007.
Wiyanto, Asul, Terampil Menulis Paragraf, Jakarta: Grasindo, 2004.
Yamin, Martinus, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2006.
Lembar wawancara guru
Wawancara dengan guru bahasa Indonesia SMP Dwiguna Depok yang
dilakukan pada pendahuluan penelitian, hari senin 18 Oktober 2010 pukul 09.35
sampai dengan pukul 10.15 WIB. Berikut ini petikan wawancaranya.
Peneliti : ”Assalamualaikum….:”
Guru : “Wa’alaikumsalam….”
Peneliti : “Maaf bapak mengganggu..”
Guru : “Oh ia tidak apa-apa, ada perlu apa ya?”
Peneliti : “Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ingin melakukan
penelitian di sekolah ini, ada yang ingin saya tanyakan kepada bapak
berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan.”
Guru : “Oh ia Silahkan saya akan Bantu, memangnya penelitiannya tentang apa?”
Peneliti : “Saya ingin meneliti tentang peninggkatan kemampuan menulis paragraf
Narasi dengan menggunakan metode field trip (karya wisata).”
Guru : “Penelitiannya mau di kelas berapa?”
Peneliti : “Di kelas VIII.”
Guru : “Di kelas VIII ya, kalau di kelas IX ja bagaimana?”
Peneliti : “Memang kenapa bapak di kelas IX?”
Guru : “Soalnya di kelas IX minggu depan ingin diajarkan materi tentang menulis
paragraf , jadi pas dengan penelitiannya”.
Peneliti : “Oh baiklah kalau begitu bapak,
Guru : “ Ia”
Peneliti : ”Mudah-mudahan saja nanti setelah diterapkan atau diberi metode field trip
(karya wisata) dalam pembelajaran menulis, keaktifan siswa bertambah dan
prestasi belajarnya pun dapat meningkat ya bapak”
Guru : “Amin mudah-mudahan ya metode ini berhasil”.
Peneliti : “kira-kira kapan bapak saya bisa mulai penelitian?”
Guru : “Ya secepatnya lebih baik, mulai minggu depan saja ya kan pelajaran
menulis dimulai minggu depan jadi kamu mulai penelitian minggu depan”
Peneliti : “Ia bapak kalau begitu terima kasih sudah bersedia meluangkan waktunya”
Guru : “Sama-sama, ditunggu ya minggu depan”.
Mengetahui, Depok, 18 Oktober 2010
Guru Bahas Indonesia Peneliti
(Muhtar, S.Pd) (Isroyati)
LEMBAR WAWANCARA GURU
Wawancara dengan guru bahasa Indonesia SMP Dwiguna Depok yang
dilakukan pada akhir penelitian, hari 9 November 2010 berikut ini petikan
wawancaranya:
Peneliti : “ Bagaimana menurut bapak dengan metode field trip (karyawisata) yang
telah dilakukan?”
Guru : “ Ya bagus anak-anak sangat antusias dalam menerima pembelajaran
bahasa Indonesia terutama dalam pelajaran menulis paragraf narasi
dengan menggunakan metode field trip.
Peneliti : “Ada kritikan atau masukan terhadap pembelajaran menulis dengan
menggunakan metode field trip yang telah dilakukan?”
Guru : “ Kritikan saya kira tidak ada, hanya masukan saja sedikit, pembelajaran
yang dilakukan sudah baik mungkin untuk yang selanjutnya waktu yang
digunakan mungkin harus lebih banyak lagi. Karena agar siswa lebih
leluasa untuk melakukan pengamatan di lapangan.
Peneliti : “Kalau keadaan siswa dan suasana pembelajaran bagaimana bapak?”
Guru : “ Keadaan siswa alhamdulillah setelah mengikuti pembelajaran hampir
semua siswa memperhatikan pembelajaran yang berlangsung, dan
semangat siswa menggebu-gebu untuk belajar menulis setelah metode
field trip diterapkan.
Mengetahui, Depok, November 2010
Guru Bahas Indonesia Peneliti
(Muhtar, S.Pd) (Isroyati)
LEMBAR WAWANCARA SISWA
Wawancara kepada siswa yang diulakukan pada akhir siklus II, pada
hari…….2010 berikut ini adalah kutipan hasil wawancara peneliti dengan tiga siswa.
A. Wawancara dengan siswa yang bernama Yuni Kartika
Peneliti : “Maaf ganggu sebentar, ada yang ingin ibu tanyakan sama kamu”.
Siswa : “Tentang apa ibu”
Peneliti : “Ibu mau Tanya, bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran
menulis dengan menggunakan metode Field trip (karyawisata)?”.
Siswa : “ Saya merasa senang ibu, karena pembelajaran yang dilakukan bisa
keluar dari kelas. Dan selama ini tidak pernah pembelajaran yang
dilakukan ke luar kelas.
Peneliti : “Bagaimana yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran.
Memuaskan tidak?”.
Siswa : “ Memuaskan ibu cara penjelasannya sampai memberikan contoh-contoh
yang menarik sehingga rasa ingin tahu saya semakin besar.
Peneliti : “Menurutmu apakah dengan menggunakan metode field trip
(karyawisata) materi yang diajarkan menjadi lebih mudah dipahami?”.
Siswa : “ Menurut saya ia, karena pembelajaran yang dilakukan lebih mudah
dipahami kita dapat melihat langsung suasana dan keadaan yang
terjadi di lingkungan sekolah. Sehingga karangan yang saya kerjakan
lebih mudah.