bab iv analisis data 4.1 film dilan 1990 - uksw

15
22 BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 Dilan 1990 awalnya adalah novel karya penulis Pidi Baiq pada tahun 2014, novel tersebut tergolong laku di pasaran. Karena ceritanya yang unik, dan pengemasannya membuat penonton banyak tertarik dengan novel ini. Sampai pada akhirnya, novel Dilan 1990 di kabarkan akan diadaptasi ke film layar lebar pada tahun 2018. Antusias dari masyarakat sangat ramai, masyarakat pun jadi ikut berkomentar tentang siapa pemain yang memerankan menajadi Dilan, dan juga Milea. Berita tentang pemain Dilan juga cukup ramai di perbincangkan oleh masyarakat, dan pastinya juga terjadi pro-kontra tentang keputusan Pidi Baiq memilih Iqbal sebagai pemeran Dilan dan Vanessha sebagai Milea. Masyarakat tak kunjung selesai mengomentari film Dilan yang belum rilis di bioskop, dimana mereka sudah menduga kalau filmnya tidak akan bagus kalau pemerannya Iqbal dan lain sebagainya. Namun Iqbal sendiri membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi pemeran yang baik, hingga pada akhirnya film Dilan bisa pecah di Indonesia, dan menebus angka 6 juta penonton, sekaligus menjadi film terbanyak nomer 2 di Indonesia dari tahun 2007 2018. Dengan berhasilnya film Dilan di masyarakat, film ini juga mendapat komentar- komentar yang mengkritisi filmnya. Baik dari penyusunan dan penataan tata letak, serta tema tahun 1990 yang masih kurang melekat pada film tersebut. 4.1.1. Sinopsis film Dilan 1990 Milea (Vanesha Prescilla) bertemu dengan Dilan (Iqbaal Ramadhan) di sebuah SMA di Bandung. Itu adalah tahun 1990, saat Milea pindah dari Jakarta ke Bandung. Perkenalan yang tidak biasa kemudian membawa Milea mulai mengenal keunikan Dilan lebih jauh. Dilan yang pintar, baik hati dan romantis, semua dengan caranya sendiri. Cara Dilan mendekati Milea tidak sama dengan teman-teman lelakinya yang lain, bahkan Beni, pacar Milea di Jakarta. Bahkan cara berbicara Dilan yang terdengar kaku, lambat laun justru membuat Milea kerap merindukannya jika sehari saja ia tak mendengar suara itu. Perjalanan hubungan mereka tak selalu mulus. Beni, gank motor, tawuran,

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

22

BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Film Dilan 1990

Dilan 1990 awalnya adalah novel karya penulis Pidi Baiq pada tahun 2014, novel

tersebut tergolong laku di pasaran. Karena ceritanya yang unik, dan pengemasannya

membuat penonton banyak tertarik dengan novel ini. Sampai pada akhirnya, novel Dilan

1990 di kabarkan akan diadaptasi ke film layar lebar pada tahun 2018. Antusias dari

masyarakat sangat ramai, masyarakat pun jadi ikut berkomentar tentang siapa pemain

yang memerankan menajadi Dilan, dan juga Milea. Berita tentang pemain Dilan juga

cukup ramai di perbincangkan oleh masyarakat, dan pastinya juga terjadi pro-kontra

tentang keputusan Pidi Baiq memilih Iqbal sebagai pemeran Dilan dan Vanessha sebagai

Milea. Masyarakat tak kunjung selesai mengomentari film Dilan yang belum rilis di

bioskop, dimana mereka sudah menduga kalau filmnya tidak akan bagus kalau

pemerannya Iqbal dan lain sebagainya.

Namun Iqbal sendiri membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi pemeran yang baik,

hingga pada akhirnya film Dilan bisa pecah di Indonesia, dan menebus angka 6 juta

penonton, sekaligus menjadi film terbanyak nomer 2 di Indonesia dari tahun 2007 – 2018.

Dengan berhasilnya film Dilan di masyarakat, film ini juga mendapat komentar-

komentar yang mengkritisi filmnya. Baik dari penyusunan dan penataan tata letak, serta

tema tahun 1990 yang masih kurang melekat pada film tersebut.

4.1.1. Sinopsis film Dilan 1990

Milea (Vanesha Prescilla) bertemu dengan Dilan (Iqbaal Ramadhan) di sebuah

SMA di Bandung. Itu adalah tahun 1990, saat Milea pindah dari Jakarta ke

Bandung. Perkenalan yang tidak biasa kemudian membawa Milea mulai

mengenal keunikan Dilan lebih jauh. Dilan yang pintar, baik hati dan

romantis, semua dengan caranya sendiri. Cara Dilan mendekati Milea tidak

sama dengan teman-teman lelakinya yang lain, bahkan Beni, pacar Milea di

Jakarta. Bahkan cara berbicara Dilan yang terdengar kaku, lambat laun justru

membuat Milea kerap merindukannya jika sehari saja ia tak mendengar suara

itu. Perjalanan hubungan mereka tak selalu mulus. Beni, gank motor, tawuran,

Page 2: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

23

Anhar, Kang Adi, semua mewarnai perjalanan itu. Dan Dilan dengan caranya

sendiri selalu bisa membuat Milea percaya ia bisa tiba di tujuan dengan

selamat. Tujuan dari perjalanan ini. Perjalanan mereka berdua. Katanya, dunia

SMA adalah dunia paling indah. Dunia Milea dan Dilan satu tingkat lebih

indah daripada itu.

1.1.2. Kontroversi Film di Masyarakat

Film Dilan 1990 menuai kontroversi di masyarakat, dengan jumlah penonton

yang cukup tinggi (6.315.664). Dengan berhasilnya film Dilan di masyarakat,

film ini juga mendapat komentar-komentar yang menyukai dan juga

mengkritisi filmnya. Baik dari para pemain, gombalan yang digunakan pada

film tersebut, penyusunan dan penataan tata letak, serta tema tahun 1990 yang

masih kurang melekat pada film tersebut. Berikut adalah beberapa komentar

yang menuai kontroversi di sosial media, hingga menjadi tranding topic di

twitter pada saat itu.

Gambar 9

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Instagram @tyastuyaa

Gambar 10

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Instagram @nssadewi

Page 3: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

24

Gambar 11

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Instagram @vekavic

Gambar 12

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Instagram @alysaahs, @zawrmdn, @windanurhidayatullah, dan

@rinahandayanirhy

Page 4: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

25

Gambar 13

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Instagram @starleery, @paramythahasrum, dan @dewwii.e

Gambar 14

Komentar Masyarakat terhadap film Dilan 1990

Sumber Twitter @falla_adinda, @aryanovrianus, dan @glgmahardika

Page 5: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

26

4.2 Persepsi Penonton terhadap Latar Tahun 1990 pada Film Dilan 1990

Berikut adalah berbagai persepsi yang didapatkan dari 4 orang narasumber, 2 orang

diantaranya adalah penonton yang belum mengalami tahun 1990, dan 2 orang lainnya

adalah penonton yang telah mengalami tahun 1990.

4.2.1 Persepsi dari Penonton yang tidak pernah mengalami tahun 1990

Persepsi yang akan di paparkan adalah persepsi dari dua narasumber

yang tidak pernah mengalami tahun 1990. Narasumber yang pertama adalah

Wiendy Sulistiowati (22 tahun) Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana

yang telah di wawancarai pada tanggal 23/7/2019 dan narasumber yang kedua

adalah Regina Kartika Putri (23 tahun) Mahasiswi Universitas Kristen Satya

Wacana yang telah di wawancarai pada tanggal 29/7/2019.

Berikut adalah jawaban dan kesimpulan dari narasumber pertama

(Wiendy) yang tidak pernah mengalami tahun 1990 setelah peneliti melakukan

wawancara:

“Kalau aku sih waktu nonton film dilan yang pertama kali itu, kan aku

baca novelnya cuma di awal-awal ga sampai selesai, jadi aku jadi

tertarik, soalnya kan itu kayanya suasana di novel yang bagian awal-

awal kan suasana bandung banget tuh kayaknya, penggambaran

bandung terus kayak remaja-remaja bandung gitu, terus waktu nonton

film aslinya di kemas kayak gitu menarik banget menurut aku, kaya

nuansa, jadi ternyata anak-anak 90-an, remaja-remaja 90-an tu kalau

naksir-naksiran kayak gitu lah.”

Pada wawancara dengan narasumber pertama yang tidak pernah

mengalami tahun 1990, Wiendy menyatakan ketertarikannya pada film Dilan

1990. Karena film Dilan dapat mengemas suasana dan keadaan kota Bandung

dengan baik, dan dapat menyampaikan pesannya kepada penonton tentang

asmara yang terjadi pada tahun 1990 di kota Bandung.

“Kalau menurut aku buat ala 90-an ya vi, kayanya ee kalo dari

pakaian-pakaian yang di pakai belum 90-an, untuk pemainnya buat

semua, gampangannya ya mereka pakai seragam sekolah tuh aku yakin,

kalau menurut aku, waktu jaman sekolah, jaman SMA tahun 90-an ee

masa iya roknya sudah d atas lutut, kayanya engga ya, kayanya engga.

Terus kedua tu, mereka kan, si milea kan pakai jaket versity jaket kan

masa ada tahun 90-an sudah ada versity jaket? Kayaknya engga deh,

terus apa lagi ya, pakaian sehari-hari kayaknya, di luar sekolah itu

kayaknya belum penggambaran tahun 90-an gitu. Ohh, kalo gitu tuh

aku kan pernah nonton macem si doel itu kan, nah si doel itu menurut

Page 6: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

27

aku 90-an banget, kalo dibandingin sama dilan kayaknya itu kurang 90-

an, aku bisa lihat 90-an kalo di dalem rumah macem telepon yang di

pakai milea, selebihnya itu udah agak masuk ke 2000-an deh vi, terus

menurut aku mobil yang di pakai si siapa sih, yang guru privatenya

milea, buat nganter milea jalan-jalan itu kurang 90-an, maksudnya itu

mobil yang sudah masuk era 2000-an deh.”

Pada wawancara berikut, Wiendy mengungkapkan latar tahun 1990

yang di terapkan pada film Dilan 1990 masih kurang dan tidak sesuai dengan

ekspetasi yang Wiendy kira dan pahami. Wiendy menyatakan bahwa ada

beberapa hal yang tidak sesuai, yaitu dari gaya atau style yang digunakan

pemeran film Dilan belum mengandung unsur tahun 1990-an.

Beberapa contohnya dari seragam sekolah yang dikatakan masih terlalu

pendek roknya, versity jaket yang digunakan oleh Milea, dan pakaian sehari-

hari yang digunakan oleh pemain film Dilan 1990. Selain style, menurut

Wiendy ada juga properti yang digunakan dalam film Dilan 1990 yang belum

mengandung tahun 1990, beberapa contohnya yaitu dari properti atau barang-

barang yang ada di rumah Milea sudah masuk ke era atau tahun 2000-an, lalu

mobil yang digunakan oleh guru les private Milea juga mobil yang masuk

pada tahun 2000. Karena merasa tidak puas dengan latarnya, narasumber

membandingkan film Dilan 1990 dengan film Si Doel, yang dapat kita ketahui

film Si Doel juga mengangkat latar tahun 1990.

Persepsi dari Saudari Wiendy Sulistiowati jika dilihat dengan Teori

Persepsi yang dimana persepsi terdapat tiga tahapan seperti yang sudah di

ungkapkan oleh Soreno & Bodakan (Mulyana, 2007 : 181-182) diantaranya

adalah seleksi organisasi dan intrepretasi. Seleksi mencakup dari sensasi dan

atensi, kemudian organisasi melekat pada intrepretasi.

4.2.1.1 Tahapan Persepsi Narasumber Pertama

Sensasi yang ditunjukkan oleh Wiendy, dapat dilihat dari saudari

Wiendy melihat film Dilan 1990 dan menyatakan bahwa itu adalah

film romance yang dikemas pada latar tahun 1990. Kemudian yang

menjadi atensi adalah latar tahun 1990 pada film Dilan 1990. Lalu

menginterpretasi dengan menganggap style yang digunakan oleh

pemain film Dilan 1990 masih kurang dan tidak melekat pada tahun

1990, selain itu properti yang digunakan didalam rumah dan mobil

juga tidak sesuai dengan tahun 1990, dimana menurutnya properti yang

Page 7: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

28

digunakan sudah masuk pada tahun 2000-an. Sehingga muncul

persepsi dimana Wiendy menganggap latar tahun 1990 yang di

terapkan dalam film Dilan 1990 masih kurang melekat pada tahun

1990. Serta muncul faktor persepsi yang menimbulkan narasumber

menjadi membandingkan film Dilan 1990 dengan film Si Doel yang

menggunakan latar tahun yang sama yaitu tahun 1990.

Selanjutnya adalah jawaban dan kesimpulan dari narasumber kedua

(Regina) yang tidak pernah mengalami tahun 1990, setelah peneliti melakukan

wawancara:

“Tertarik sih, apalagi waktu dulu aku nungguin yang 91, karena itu

kan gantung kan endingnya, jadi aku tertarik dan menanti-nantikan

yang selanjutnya”

Pada wawancara dengan narasumber kedua yang tidak pernah

mengalami tahun 1990, Regina menyatakan ketertarikannya pada film Dilan

1990. Karena, setelah menonton film Dilan 1990, dan Regina mengetahui

akan keluar film Dilan 1991, Regina sangat menantikan film tersebut dapat

segera rilis di bioskop.

“Menurut aku ya? Kalau menurut aku mungkin sudah hampir mirip ya,

mungkin pengemasannya sendiri dengan latar tahun 1990 dengan

filmnya yang sudah tayang masih belum singkron gitu ya, di beberapa

scene nya , yang gayanya milea yang kayak gaya 2000an ya, gaya-gaya

sekarang, kayaknya taun 90an rambutnya ga ad yang di curly-curly ya,

sedangkan gaya milea kan di curly-curly gitu kan, terus kayak mukanya

udah ada polesan-polesannya gitu, kan setau aku taun 90-an belum ada

polesan-polesannya gitu ya, ada tapi kan simple yaa. Terus ee, untuk

tempat apa ya, rumahnya milea kali ya udah modern banget gitu ya,

kalau 90-an itu masih klasik tapi itu kayak udah modern gitu.

Dirumahnya milea, yang waktu milea lagi nyuci sepatu itu kan ada

jendela, itu udah modern kan? Iya itu sepemahamanku si. Emm,

apalagi yaaa, yaa itu sofanya itu kan kayak sofa jaman sekarang kan

kayak ga sofa jaman dulu, ya aku ga tau sih dan ga mengalami taun

90an, Cuma setau aku sofa jaman dulu itu yang terbuat dari rotan,

terus yang bantalnya itu kan terlepas, terpisah gitu kan dari sofanya,

kan kalau yang di milea kan udah kayak sofa jaman sekarang di era

2000an, em apalagi ya, itu tempat tidurnya spring bed, dulu kan tempat

tidurnya kayu, terus atasnya masih pakai kapuk, udah modern gitu di

pake. Kalau pakaian kayaknmya sudah sedikit sesuai kali ya, ga tau

anak 90-an kayak gitu kali ya bajunya yang gombrong-gombrong gitu.

Terus rumahnya milea, jangan, ya walaupun rumahnya dari luar sudah

Page 8: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

29

keliatan clasic ya, tapi belakang-belakangnya dan dalemnya itu sudah

furniture taun 2000-an.”

Pada wawancara berikut, Regina awalnya mengungkapkan keraguan

tentang latar tahun 1990 pada film Dilan 1990 yang didorong dengan

pernyataan-pernyataannya untuk latar tahun 1990. Regina mengatakan bahwa

ada beberapa hal mengenai latar tahun 1990 yang diterapkan pada film Dilan

1990, yang masih kurang dengan tahun 1990 sepengetahuannya. Beberapa hal

yang menurutnya kurang yaitu kurang singkronnya antara latar tahun dengan

film di beberapa scene film. Kemudian style yang digunakan oleh pemain film

Dilan 1990 yang tidak sesuai, yaitu gaya rambut Milea dan teman-temannya

(wanita) yang sudah di curly, serta make-up yang terlalu tebal, dan kekinian,

hal tersebut membuat tidak singkron dengan latar tahun filmnya. Lalu yang

terakhir ada beberapa properti yang digunakan di film Dilan 1990, dimana

properti tersebut tidak sesuai dengan latar tahun 1990, diantaranya yaitu

jendela yang tedapat pada belakang rumah Milea yang sudah modern, sofa,

tempat tidur yang menggunakan spring bed, lalu rumah Milea yang dari depan

sudah terlihat clasic namun dalemnya sudah modern.

Persepsi dari Regina Kartika Putri jika dilihat dengan Teori Persepsi

yang dimana persepsi terdapat tiga tahapan seperti yang sudah di ungkapkan

oleh Soreno & Bodakan (Mulyana, 2007 : 181-182) diantaranya adalah seleksi

organisasi dan intrepretasi. Seleksi mencakup dari sensasi dan atensi,

kemudian organisasi melekat pada intrepretasi.

4.2.1.2 Tahapan Wawancara Narasumber Kedua

Sensasi yang ditunjukkan oleh Regina, dapat dilihat dari Regina

melihat film Dilan 1990 dan menyatakan bahwa itu adalah film remaja

dengan genre romance yang dikemas pada latar tahun 1990. Kemudian

yang menjadi atensi adalah latar tahun 1990 pada film Dilan 1990.

Lalu menginterpretasi dengan menganggap style dan properti yang

digunakan dalam film Dilan 1990 masih tidak sesuai dengan tahun

1990 yang narasumber pahami. Sehingga muncul persepsi dimana

narasumber merasa kurang dengan latar tahun 1990 pada film Dilan

1990.

Page 9: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

30

Jadi, persepsi dari kedua narasumber yang tidak pernah mengalami

tahun 1990 yaitu kedua narasumber mengungkapkan rasa kurang terhadap

pengemasan atau penerapan latar tahun 1990 pada film Dilan 1990. Hal ini

mereka lihat dan pelajari dari Televisi, Film, Internet, Dokumentasi Foto serta

Pengalaman dari Sesorang yang bercerita kepada kedua narasumber

bagaimana keadaan tahun 1990 dan membandingkannya dengan film Dilan

1990.

4.2.2 Persepsi dari Penonton yang telah mengalami tahun 1990

Persepsi yang akan dipaparkan adalah persepsi dari dua narasumber

yang pernah mengalami tahun 1990. Narasumber yang pertama adalah Bapak

Maryo (50 tahun) Pedagang, yang telah di wawancarai pada tanggal 26/7/2019

dan narasumber yang kedua adalah Ibu Sri Rondiyah (49 tahun) Guru, yang

telah di wawancarai pada tanggal 27/7/2019.

Berikut adalah jawaban dan kesimpulan dari narasumber pertama

(Bapak Maryo) yang pernah mengalami tahun 1990 setelah peneliti

melakukan wawancara:

“Tertarik, yaa membuka kenangan masa lalu to hahaha, ada ceritanya

yang mirip-mirip sama cerita pribadi, dan kejadian-kejadiannya itu.

Mungkin trandnya anak tahun 90-an itu ya?”

Pada wawancara dengan narasumber pertama yang sudah mengalami

tahun 1990, Bapak Maryo menyatakan ketertarikannya pada film Dilan 1990.

Karena cerita yang disajikan oleh film Dilan 1990, sama dengan cerita hidup

Bapak Maryo sendiri, terutama dalam hal percintaan.

“Oh ya, mirip-mirip ga beda jauh lah. Masalahnya kan tadi

backgroundnya kota besar, dulu tuh harus nunggu 1-2 tahun baru

menyesuaikan, dulu kan media ga seperti sekarang, gak kayak

sekarang. Jadi ya 1-2 langkah kita baru ngikutin, kalau sekarang kan

klik tinggal klik sama. Bedanya di situ. Kalau mau buat film pakai latar

itu ya harus butuh dana besar ya, apalagi buatnya kan di tahun

sekarang-sekarang, ya masih kurang latarnya. Mungkin penempatan

dan penentuan tempatnya, atau editnya mungkin bisa di benerin ya

mungkin bisa. Tapi aku ya ga tau ya edit-edit gitu juga. Kalau

sekolahnya sih udah, kalau di rumah itu yang pintu, jendela kaca yang

apa, namanya apa ya sekarang, kosen alumunium yang sekarang

banget kan belum ada to itu. Sepengetahuanku loh, ga tau kalau rumah-

rumah kalangan orang atas gimana. Tapi dulu salatiga belum ada

kayak gitu. Selain itu ya tanaman itu, gelombang cinta itu, setau saya

Page 10: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

31

belum ada, tapi ya apa saya sendiri yang belum tau ya. Apalagi ya?

Yang kurang pas itu kan maksudnya? Emm, gaya rambutnya yang cewe

sudah mewakili, kalau yang cowo belum, itu kan baru tahun 2000-an

rambutnya. Dulu tuh yang gelombang atau gondrong sekalian. Kalau

aku pemerannya itu masih kurang banget di tahun 90-an, karena

pemeran juga yg menentukan to. Mereka masih baca teks gitu. Kalo

baca dialog kaya depannya ada teksnya. Kalau lokasi ya masih kurang,

tapi masih lumrah soalnya susah ya cari lokasi dan barang-

barangnya.”

Pada wawancara berikut, Bapak Maryo menyatakan bahwa latar tahun

1990 dalam film Dilan 1990 sudah tergolong mirip, namun masih kurang.

Bapak Maryo juga menyatakan beberapa hal yang menyangkut latar tahun

1990 pada film Dilan 1990, diantaranya yaitu properti yang digunakan seperti

kosen alumunium yang di pakai untuk pintu dan jendela, yang berada di

belakang rumah Milea, selain itu tanaman gelombang cinta yang berada di

sekolah dimana menurut beliau pada tahun tersebut tanaman itu belum ada,

lalu beliau juga menyatakan bahwa style dari pemeran prianya atau Dilan

model rambutnya tidak sesuai pada jaman dahulu, dimana saat tahun 1990

model rambut pria, gondrong dan beberapa ada yang bergelombang. Bapak

Maryo juga menyatakan bahwa pemeran dari pemainnya masih kurang,

terutama saat pendalaman pemain yang seharusnya pemain juga bisa

membawa penonton menikmati cerita dan membawa penonton ke tahun

tersebut juga, namun dengan pemeran yang masih terkesan membaca dialog,

menjadi hal minus untuk beliau. Selain itu Bapak Maryo juga merasa lokasi

dan ada beberapa barang masih ada yang kurang dan feel tahun 1990nya tidak

dapet sekali, namun beliau sangat memaklumi hal tersebut, karena mencari

lokasi dan properti untuk mendukung suasana pada tahun 1990, di jaman

sekarang sangat susah.

Persepsi dari Bapak Maryo jika dilihat dengan Teori Persepsi yang

dimana persepsi terdapat tiga tahapan seperti yang sudah di ungkapkan oleh

Soreno & Bodakan (Mulyana, 2007 : 181-182) diantaranya adalah seleksi

organisasi dan intrepretasi. Seleksi mencakup dari sensasi dan atensi,

kemudian organisasi melekat pada intrepretasi.

Page 11: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

32

4.2.2.1 Tahapan Persepsi Narasumber Pertama

Sensasi yang ditunjukkan oleh Bapak Maryo, dapat dilihat ketika

beliau melihat film Dilan 1990 dan menyatakan bahwa itu adalah film

romance anak muda pada tahun 1990. Kemudian yang menjadi atensi

adalah latar tahun 1990 pada film Dilan 1990. Lalu menginterpretasi

dengan menganggap style yang digunakan oleh pemain masih tidak

sesuai dengan tahun 1990, peran pemain film Dilan 1990 tidak bisa

membawa penonton ke tahun tersebut, penempatan lokasi, dan

beberapa properti pendukung yang digunakan dalam film masih kurang

dan tidak sesuai dengan tahun 1990 yang telah beliau alami. Namun,

beliau juga mengungkapkan bahwa beliau memaklumi hal tersebut

dimana pencarian lokasi dan properti yang digunakan sangat susah jika

dicari di tahun sekarang.

Selanjutnya adalah jawaban dan kesimpulan dari narasumber kedua

(Ibu Sri) yang pernah mengalami tahun 1990, setelah peneliti melakukan

wawancara:

“Saya merasa senang sekali dan tertarik mbak, karena dengan melihat

itu terkenang waktu sekolah, saya lulusan tahun 89, jadi itu juga sama

seperti yang saya alami.”

Pada wawancara dengan narasumber pertama yang sudah mengalami

tahun 1990, Ibu Sri menyatakan ketertarikannya pada film Dilan 1990. Karena

beliau merasa terkenang lagi ketika beliau sekolah dan sesuai dengan cerita

hidup yang Ibu Sri telah alami.

“Kalau latar belakang untuk gedung sekolah, seragam, kemudian

peraturan, ee kemudian bangku-bangku di sekolah itu saya kira sudah

sama tapi untuk pembuatan film itu saya ada yang merasa tidak cocok,

kalau tahun 90-an itu, ee misal kan saja peran orang tua tentang

asmara dilan itu kan ikut terlibat ya, misalkan saja milea dengan beni,

orang tua beni berusaha mendamaikan, kemudian ada lagi waktu milea

berkunjung kerumahnya si dilan sampai malem, itu biasanya anak-anak

kan takut sama peraturan orang tua tapi di film itu milea pulang larut

malam kan ya, nah itu saya kira tidak sesuai juga untuk tahun itu. Saya

kira itu saja mbak, kalau untuk sekolah dan peraturan di sekolah,

disiplin, kemudian cara anak-anak hormat pada guru itu sudah sesuai,

yang tidak sesuai peran orang tua yang terlalu terlibat dalam asmara

anak, menurut saya dulu tidak terlibat begitu, tetapi kan orang tua itu

mencari penghasilan sendiri, jadi tidak urusan dengan urusan asmara

Page 12: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

33

pada jaman itu. Ya itu. Ee, untuk yang tidak sesuai tadi mba, saya kira

yang tidak sesuai tadi yang asmara anak itu ee orang tua tidak usah di

libatkan jadi anak dengan anak begitu saja. Kemudian ada yang tidak

sesuai lagi ya, ketika dilan marah ya, dilan waktu marah di sekolah, itu

marahnya luar biasa sekali, itu jaman taun 90-an anak-anak cenderung

takut dengan pak guru, bu guru, saya kira emosinya jangan di besar-

besarkan.”

Pada wawancara berikut, ibu Sri menyatakan bahwa sudah sama

namun terdapat beberapa hal yang tidak cocok, hal ini dilihat ketika beliau

mengungkapkan kalau peran orang tua yang ada dalam film Dilan 1990 terlalu

terlibat dengan kisah cinta anaknya, menurut beliau pada tahun tersebut

biasanya orang tua tidak terlalu mengurusi urusan asmara anaknya, karena

orang tua pada tahun 1990 cenderung lebih fokus dan memilih untuk bekerja

demi keberlangsungan hidup. Selain peran dari orang tua, peran dari sosok

seorang Milea juga tergolong kurang jika di terapkan pada tahun 1990, karena

pada tahun tersebut biasanya anak-anak tidak pernah bermain hingga larut

malam, terutama untuk anak perempuan. Anak-anak pada tahun 1990 juga

cenderung taat dan takut pada peraturan orang tua dan tidak berani melawan.

Lalu peran dimana anak-anak sekolah cenderung takut kepada bapak atau ibu

guru, namun di film Dilan 1990 di ceritakan bahwa Dilan berani melawan

guru, bahkan sampai memukul dan berantem dengan guru.

Persepsi dari Ibu Sri jika dilihat dengan Teori Persepsi yang dimana

persepsi terdapat tiga tahapan seperti yang sudah di ungkapkan oleh Soreno &

Bodakan (Mulyana, 2007 : 181-182) diantaranya adalah seleksi organisasi dan

intrepretasi. Seleksi mencakup dari sensasi dan atensi, kemudian organisasi

melekat pada intrepretasi.

4.2.2.2 Tahapan Persepsi Narasumber Kedua

Sensasi yang ditunjukkan oleh Ibu Sri, dapat dilihat ketika beliau

melihat film Dilan 1990 dan menyatakan bahwa itu adalah film yang

mengandung unsur latar tahun 1990. Kemudian yang menjadi atensi

adalah latar tahun 1990 pada film Dilan 1990. Lalu menginterpretasi

dengan menganggap para pemain yang berada dalam film Dilan 1990

tidak sesuai dengan pengalaman dan kenyataan atau hal yang biasa

terjadi pada tahun 1990. Dimana menurut beliau pada tahun 1990

Page 13: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

34

semuanya tergolong ketat, dan anak-anak pun juga takut untuk berbuat

aneh-aneh.

Jadi, persepsi dari kedua narasumber yang telah mengalami tahun 1990

yaitu kedua narasumber mengungkapkan rasa kurang terhadap pemeran film

Dilan 1990, yang masih tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada tahun

1990. Selain itu ada beberapa penerapan dan pengaturan properti juga yang

masih kurang. Hal ini di lihat dari kejadian dan pengalaman Bapak Maryo dan

Ibu Sri selama mereka berada pada tahun 1990, dan membandingkannya

dengan film Dilan 1990.

4.3 Refleksi dan Esensi Penelitian

4.3.1 Adanya Kesamaan Persepsi bahwa Latar tidak Sesuai

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat kesamaan Persepsi dari semua

narasumber, bahwa Latar yang digunakan dalam film Dilan 1990 tidak sesuai

pada tahun 1990. Berikut adalah 4 kutipan dari keempat narasumber tentang

persepsi mereka “dibandingin sama dilan kayaknya itu kurang 90-an”,

“belum singkron”, “ya masih kurang latarnya”, dan “saya ada yang merasa

tidak cocok”. Berikut beberapa screenshoot dari scene di film Dilan 1990,

yang tidak sesuai, baik dari properti, gaya atau style pemain film, jendela

rumah, pintu rumah, keadaan dalam rumah, sofa, dan kasur spring bed. Alasan

peneliti memilih 6 adegan film ini untuk mewakilkan pernyataan dari hasil

wawancara yang telah peneliti peroleh.

Page 14: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

35

Gambar 15

Beberapa scene dalam film Dilan 1990

Sumber Film Dilan 1990

Sehingga berdasarkan wawancara dengan ke empat narasumber dari dua tipe

generasi narasumber, dimana narasumber yang telah mengalami tahun 1990

dan yang tidak mengalami tahun 1990, terdapat hasil bahwa ke empat

narasumber merasa kurang dan tidak sesuai dengan tahun yang telah

narasumber alami.

4.3.2 Kaitan Hasil Penelitian dengan Teori

Menurut Soreno & Bodakan (Mulyana, 2007 : 181-182) persepsi yaitu

sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan

lingkungan kita. Dari hal tersebut, sebelum penonton memperoleh kesadaran

akan sekeliling dan lingkungan pastinya akan terjadi tahapan persepsi melalui

indra kita. Tahapan persepsi yang dikatakan Soreno & Bodakan (Mulyana,

2007 : 181-182) yaitu sensasi, atensi dan intrepretasi sehingga kita akan

mendapatkan suatu persepsi. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan

dengan beberapa narasumber, didapatkan persepsi yang berbeda namun

dengan inti yang sama mengenai latar tahun 1990 yang diterapkan pada film

Page 15: BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Film Dilan 1990 - UKSW

36

Dilan 1990. Dua orang narasumber menyatakan bahwa mereka tidak

merasakan tahun 1990 dan tidak terbawa ke tahun 1990 yang sebelumnya

mereka tidak pernah alami tahun tersebut. Lalu dua orang narasumber lain

menyatakan bahwa mereka merasa tidak terbawa kembali ke tahun 1990,

hanya terbawa oleh cerita yang ceritanya kurang lebih sama dengan kisah

cinta dari dua narasumber. Dilihat dari semua narasumber baik yang belum

mengalami tahun 1990 dan yang telah mengalami tahun 1990, hampir

semuanya mengatakan latar tahun 1990 yang diterapkan pada film Dilan 1990

masih kurang dan tidak melekat sepenuhnya pada film Dilan 1990. Dari hal

tersebut kita bisa melihat, persepsi terhadap latar tahun 1990 pada film Dilan

1990 bahwa penonton atau narasumber merasa kurang dengan latar tahun

1990 yang diterapkan atau disajikan pada film Dilan 1990, sehingga latar yang

diangkat dalam film Dilan 1990 belum bisa memunculkan sensasi, atensi dan

tidak bisa di imprementasikan. Dengan penonton melihat film Dilan 1990,

penonton secara langsung akan berpresepsi lalu menimbulkan stimulus dan

menghasilkan sebuah tanggapan.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah S-O-R. Teori S-O-

R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini,

organism dapat menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus

tertentu. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan

dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Hal dasar dari

model ini yaitu media massa yang menimbulkan efek yang terarah, segera, dan

langsung terhadap komunikan. Unsur yang ada dalam model ini yaitu

Stimulus (Pesan), Organism (Komunikan), dan Response (tanggapan/efek)

(Effendy 2003:254). Dalam penelitian ini Stimulus (Film Dilan 1990, dengan

latar tahun 1990), Organism (Penonton Film Dilan 1990), dan Response

(Tanggapan dari Penonton). Dengan Film Dilan 1990, penonton memberikan

tanggapan bahwa latar tahun 1990 yang diterapkan dalam film Dilan 1990

tidak sesuai dengan ekspetasi penonton, dalam kata lain penonton merasa latar

tahun 1990 yang diterapkan pada film Dilan 1990 masih kurang, dan tidak

sesuai dengan tahun 1990.