bab iv analisis dan bahasan analisis 4.1. pengumpulan data
TRANSCRIPT
1
BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN ANALISIS
4.1. Pengumpulan Data
Penelitian ini melibatkan perusahaan dalam dan luar negeri, secara khusus untuk
mengetahui loyalitas konsumen perusahaan yang menjalankan program CSR. Program CSR
yang dilakukan perusahaan di Timor Leste meliputi penyediaan internet gratis di kampus-
kampus dan ruang terbuka, publikasi buku, kebersihan pantai, kebersihan dalam kota, tour de
Timor, sepeda santai, beasiswa, kegiatan kesehatan, kegiatan seni budaya, seminar
internasional, paduan suara, Timor Leste Idol, pertandingan liga sepakbola, peralatan
sekolah, sponsor studi banding mahasiswa, pulsa murah untuk anak sekolah dan penenaman
pohon dan sebagainya (Directory, 2014). Meskipun beberapa perusahaan menerapkan
program CSR yang berbeda-beda sesuai dengan kompetensi bidang operasional perusahaan,
nilai-nilai yang ditanamkan rata-rata hampir sama yaitu core value dalam memberikan
pelayanan yang baik, jujur, terbuka, akuntabel dan bertanggung jawab sebagai landasan
perusahaan. Program CSR yang diterapkan perusahaan jasa dianalisis lebih lanjut apakah
dapat meningkatkan loyalitas konsumen melalui peran kepercayaan konsumen sebagai
variabel mediasi. Demi mendapatkan gambaran umum mengenai loyalitas konsumen
perusahaan, penelitian ini menambahkan penilaian konsumen pada perusahaan.
Perolehan responden yang berkenan menjadi partisipan sangat sulit. Banyak sekali
pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika diadakan penelitian mengingat jarang sekali
diadakan riset di Timor Leste khusunya di perusahaan. Peneliti mencoba menjelaskan dengan
seksama bahwa identitas responden dirahasiakan demi kepentingan hasil obyektifitas
penelitian semata. Proses pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Permohonan ijin
survey, 2. Pendekatan pada kelompok calon responden, 3. Menerangkan proses pengisian. 4,
2
Pengumpulan kuesioner yang sudah terisi, 5, Pengkatagorian jawaban responden.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh statistik jumlah responden yang
dapat diolah lebih lanjut setelah mengeluarkan kuesioner tidak kembali dan tidak lengkap
yang disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Jumlah Responden
Keterangan Total Responden
Kuesioner Disebar 340
Kuesioner Tidak Kembali 16
Kuesioner Tidak Lengkap 4
Jumlah Sampel 320
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Response rate responden yang berpartisipasi dalam penelitian cukup baik dengan
tingkat persentase sebesar 95,29%. Hal ini ditunjukkan oleh kesediaan konsumen menjadi
responden dalam penelitian.
Tabel 4.2. Profil Responden Penelitian
No Variabel Kategori Total Responden %
1 Jenis
Kelamin
Laki-laki 161 50.31
Perempuan 159 49.69
2 Umur < 25 41 12.81
26-36 180 56.25
37-46 92 28.75
Diatas 47 7 2.19
3 Pendidikan SMA 22 6.88
Diploma 174 54.38
Sarjana 100 31.25
PascaSarjana 24 7.50
4 Kotamadya Baucau 41 12.81
Ermera 90 28.13
Dili 189 59.06
5 Asal
Responden Kota 137 42.81
Desa 183 57.19
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa konsumen yang berpartisipasi dalam penelitian
memiliki jumlah yang hampir seimbang, meskipun jumlah responden Laki-laki lebih banyak
(50,31%) dibandingkan dengan jumlah Perempuan (49,69%). Dalam hal asal daerah,
3
responden lebih banyak berasal dari wilayah desa (57,19%); tingkat pendidikan Diploma
(54,38%), kelompok usia 27-36 tahun (56,25%), dan berdomisili di Kotamadya Dili
(59,06%). Penduduk di kota madya Dili jumlahnya lebih banyak dari pada Kotamadya
lainnya dikarenakan Dili merupakan Ibu Kota Negara yang memberikan berbagai kemudahan
akses perekonomian, lapangan pekerjaan dan pendidikan. Responden berasal dari wilayah
pedesaan karena mayoritas masyarakat kota Dili berasal dari Desa.
Statistik deskriptif selanjutnya adalah dengan melihat Crosstab antar kriteria
demografi untuk membandingkan sebaran data di wilayah, rentang usia, gender dan di tingkat
pendidikan sebagai berikut:
Tabel 4.3. Crosstab Daerah Asal & Pendidikan
Daerah_Asal
Pendidikan
Total
SMA Diploma Sarjana
Pasca
Sarjana
Desa 14 99 58 12 183
Kota 8 75 42 12 137
Total 22 174 100 24 320
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang berpendidikan Diploma memiliki jumlah yang
berbeda antara di desa dan di kota. Jumlah responden pendidikan diploma di desa
mendominasi penelitian sebanyak 99 orang sementara jumlah terkecil adalah responden
dengan lulusan SMA di daerah asal kota sebesar 8 orang. Inti yang dapat diambil adalah
sebaran responden yang berpendidikan cukup merata di desa dan di kota.
Tabel 4.4. Crosstab Jenis Kelamin & Pendidikan
Jenis_Kelamin
Pendidikan
Total
SMA Diploma Sarjana
Pasca
Sarjana
Laki-Laki 10 101 38 12 161
Perempuan 12 73 62 12 159
Total 22 174 100 24 320
Sumber: Data primer diolah, 2019.
4
Berdasarkan Tabel 4.4 responden yang berpendidikan Diploma tetap memiliki jumlah
yang paling banyak yaitu 101 diploma dengan gender laki-laki dan 73 diploma dengan
gender perempuan. Hal ini berarti pendidikan di Timor Lesste memiliki kesetaraan gender
dalam mengenyam pendidikan. Kesetaraan Gender di Timor Leste menjadi bukti bahwa
Timor Leste telah menghapus segala jenis diskriminasi terhadap perempuan yang dijamin dan
diperkuat dalam konstitusi republik demokratik bagian II pasal 17 yakni perempuan dan laki-
laki memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam bidang kehidupan keluarga, ekonomi dan
politik. Sebagian besar konsumen juga memiliki pendidikan yang cukup baik dan merata di
kedua gender. Hal ini berarti bahwa dengan pendidikan yang baik pada kesetaraan gender
maka pemahaman CSR akan lebih baik.
Tabel 4.5. Crosstab Jenis Kelamin & Usia
Jenis_Kelamin Usia
Total < 25 26-36 37-46 > 47
Laki-Laki 18 104 35 4 161
Perempuan 23 76 57 3 159
Total 41 180 92 7 320
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Penduduk Timor Leste yang menjadi responden berdasarkan Tabel 4.5 adalah rentang
usia 26-36. Sementara yang berusia di atas 47 tahun hanya 7 orang yang terdiri dari 4
perempuan dan 3 laki-laki. Responden di dominasi usia-usia produktif. Usia produktif 37-46
tahun dengan gender wanita lebih banyak daripada laki-laki sementara rentang usia 26-36
tahun didominasi oleh jumlah laki-laki dibandingkan wanita.
Tabel 4.6. Crosstab Kota Madya & Usia
Kota_Madya Usia
Total < 25 26-36 37-46 > 47
Baucau 2 21 14 4 41
Ermera 6 48 33 3 90
Dili 33 111 45 0 189
Total 41 180 92 7 320
5
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Mayoritas responden berdasarkan Tabel 4.6. berada di kota Dili berusia 26-36 tahun
sementara paling dedikit berada di kota Baucau sejumlah 2 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa kota Dili yang didominasi usia-usia produktif berada di kota besar karena banyak
kegiatan ekonomi di kota-kota besar.
4.2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Gambaran variabel dari nilai minimal, maksimal, rata-rata, nilai tengah, varian data
dan kemiringan kurva disajikan dalam Tabel 4.7. Dalam analisis deskriptif variabel ini
dijelaskan detail nilai minimal, maksimal, rata-rata, standar deviasi, median, excess
kurtosis dan skewness.
Tabel 4.7. Deskriptif Variabel Penelitian
Mean Median Min Max
Standard
Deviation
Excess
Kurtosis Skewness
JK 1.497 1 1 2 0.500 -2.012 0.013
DA 1.456 1 1 3 0.552 -0.621 0.679
ED 2.394 2 1 4 0.725 -0.042 0.424
AG 2.203 2 1 4 0.680 -0.108 0.143
KM 3.462 4 2 4 0.711 -0.444 -0.944
DEMOGRAFI
SOSIAL 12.125 12 8 15 1.281 0.020 -0.226
Pelayanan 13.666 14 10 15 1.131 0.213 -0.657
Keterbukaan 13.597 14 10 15 0.979 2.071 -1.145
Kejujuran 13.466 13 10 15 0.984 0.246 -0.270
NILAI
PERUSAHAAN 40.728 41 35 45 1.865 0.191 -0.381
Komunitas 26.406 26 21 30 1.592 0.338 -0.377
Keragaman 13.244 13 10 15 1.065 0.185 -0.499
Lingkungan 12.488 13 7 15 1.392 1.330 -0.743
CSR 52.138 52 44 58 2.525 0.312 -0.130
KAO 13.747 14 9 15 1.090 2.250 -1.097
KMA 13.700 14 10 15 1.077 0.377 -0.782
KMO 9.234 9 7 10 0.761 -0.669 -0.552
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 36.847 37 32 40 1.678 -0.082 -0.342
Kepercayaan
Negara 15.887 16 12 20 1.394 -0.417 -0.069
Kemauan
Interaksi 11.084 11 8 14 1.029 0.263 0.245
NEGARA ASAL 26.972 27 23 30 1.430 -0.291 -0.401
6
Mean Median Min Max
Standard
Deviation
Excess
Kurtosis Skewness
Kebutuhan 8.500 9 3 10 1.204 6.061 -1.996
Pembelian Ulang 22.994 23 17 25 1.506 3.538 -1.445
Rekomendasi 13.700 14 11 15 0.960 0.021 -0.474
Komunikasi 13.912 14 11 15 0.935 -0.349 -0.494
LOYALITAS
KONSUMEN 59.106 59 52 65 2.771 -0.119 -0.319
Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel 4.7 menunjukkan kisaran jawaban responden pada tiap dimensi dan variabel
penelitian. Variabel yang memiliki standar deviasi tertinggi adalah loyalitas konsumen
sebesar 7,557. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel tersebut memiliki varian yang lebih
banyak dibandingkan dengan variabel lainnya.
Setelah melakukan uji statistik deskriptif data, yang dilakukan selanjutnya adalah
melakukan analisis data persepsi responden dengan menggunakan estimasi korelasi dan
pengaruh antar variabel yang telah dibangun melalui hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya. Analisis data pada metode SmartPLS dengan variabel moderasi terdiri dari 2
tahapan terpisah sesuai prosedur (Ghozali, 2014). Metode alternatif dengan Partial Least
Square adalah sebagai berikut:
1. Uji pengaruh langsung, yaitu menguji konstruk dan hubungannya secara langsung
termasuk variabel moderasi.
2. Uji interaksi, yaitu dengan menambahkan efek moderasi pada variabel moderasi yang
sebelumnya memberikan pengaruh langsung terhadap variabel dependen.
4.3. Uji Instrumen Tahap 1 (Pengaruh Langsung)
Uji instrumen dihasilkan melalui persamaan PLS Alogaritma dari program
SmartPLS Versi 3.2.8 for professional. Dalam persamaan PLS Alogaritma dilakukan uji
validitas data, uji reliabilitas data serta output Adjusted R Square / koefisien determinasi
untuk melihat variasi variabel independen dalam menjelaskan varibel dependennya. Secara
7
umum, uji validitas dan reliabilitas berfungsi untuk menguji apakah indikator-indikator dan
faktor-faktor dalam penelitian telah memenuhi syarat sebagai alat ukur variabel yang diteliti.
Uji instrumen dinamakan juga uji ketepatan alat ukur sebagaimana hasil penelitian dijelaskan
di bawah ini:
4.3.1. Uji Validitas Tahap 1
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji convergent validity dan uji
discriminant validity. Uji convergent validity menggunakan faktor analisis dan uji
discriminant validity menggunakan Fornell-Larcker criterion dan Heterotrait-Monotrait
Ratio (HTMT).
Model PLS Alogaritma menghasilkan loading factor dari outer weight. Loading
factor tersebut merupakan koefisien dari original sample estimate yang dapat menunjukkan
nilai faktor analisis convergent validity yang mengindikasikan indikator tersebut valid apabila
loading factor lebih dari 0.5. Penjelasan uji validitas responden penelitian perusahaan jasa di
Timor Leste dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.8. Faktor Analisis Convergent Validity Tahap 1
Indikator
Loading Factor Indikator Loading Factor
Before Drop After
Drop
Before
Drop
After
Drop
DA 0.059 - CS1 0.827 0.877
JK 0.348 - CS2 0.806 0.837
KM -0.620 - CS3 0.186 -
EDU 0.754 0.885 CS4 0.250 -
AGE 0.759 0.852 CS5 0.476 0.519
NP1 0.716 0.716 CS6 0.255 -
NP2 0.614 0.614 CS7 0.762 0.762
NP3 0.741 0.741 CS8 0.641 0.641
NP4 0.575 0.575 CS9 0.513 0.513
NP5 0.671 0.671 CS10 0.602 0.602
NP6 0.563 0.563 CS11 0.686 0.686
NP7 0.753 0.753 CS12 0.704 0.704
NP8 0.575 0.575 KK1 0.515 0.515
NP9 0.542 0.542 KK2 0.660 0.660
LK1 0.752 0.752 KK3 0.733 0.733
8
Indikator
Loading Factor Indikator Loading Factor
Before Drop After
Drop
Before
Drop
After
Drop
LK2 0.860 0.860 KK4 0.558 0.558
LK3 0.644 0.693 KK5 0.738 0.738
LK4 0.715 0.723 KK6 0.604 0.604
LK5 0.344 - KK7 0.707 0.707
LK6 0.505 0.510 KK8 0.829 0.829
LK7 0.625 0.630 NA1 0.720 0.728
LK8 0.735 0.846 NA2 0.498 0.545
LK9 0.516 0.569 NA3 0.284 -
LK10 0.471 - NA4 0.588 0.627
LK11 0.658 0.658 NA5 0.479 0.678
LK12 0.676 0.676 NA6 0.421 -
LK13 0.556 0.556 NA7 0.547 0.648
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan uji validitas perusahaan di 3 Kotamadya Timor Leste ada beberapa
variabel yang kurang memenuhi kriteria validitas, ada beberapa indikator yang
dieliminasi/didrop. Hasil uji validitas menunjukkan indikator telah memenuhi convergent
validity dengan nilai loading factor lebih dari 0,5 (Ghozali, 2014). sementara indikator yang
tidak memenuhi convergent validity memiliki loading factor kurang dari 0,5 dan telah di
drop. Uji validitas selanjutnya adalah Fornell-Larcker Criterion yang mana menunjukkan
validitas variabel ketika suatu variabel memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan
dengan korelasi antar variabel yang berbeda.
Tabel 4.9.
Diskriminan Validity Fornell-Larcker Criterion Tahap 1
CSR
DEMOGRAFI
SOSIAL
KEPERCAYAAN
KONSUMEN
LOYALITAS
KONSUMEN
NEGARA
ASAL
NILAI
PERUS
CSR 1.000
DEMOGRAFI SOSIAL -0.191 0.869
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.937 -0.215 1.000
LOYALITAS
KONSUMEN 0.934 -0.213 0.971 1.000
NEGARA ASAL 0.759 -0.214 0.928 0.879 1.000
NILAI PERUSAHAAN 0.928 -0.216 0.974 0.955 0.885 1.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
9
Tabel 4.9. menunjukkan nilai korelasi konstruk asosiasinya lebih tinggi
dibandingkan dengan konstruk lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa model memiliki
validitas diskriminan yang baik. Dalam hal ini nilai FL Criterion yang memiliki nilai
terendah adalah Demografi Sosial 0.869 yang lebih besar daripada korelasi antara demografi
sosial dengan CSR sebesar -0.191.
Uji validitas yang terakhir adalah dengan melihat nilai Heterotrait-Monotrait Ratio
(HTMT). Rasio HTMT yang dipersyaratkan harus lebih kecil dari pada 1 sehingga dapat
dikatakan memenuhi penilaian validitas diskriminan (Hair et al. 2010).
Tabel 4.10. Diskriminan Validity Heterotrait-Monotrait Ratio Criterion Tahap 1
CSR DEMOGRAFI SOSIAL
KEPERCAYAAN KONSUMEN
LOYALITAS KONSUMEN
NEGARA ASAL
NILAI PERUSAHAAN
CSR 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 DEMOGRAFI SOSIAL 0.231 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.934 0.258 0.971 0.000 0.000 0.000 LOYALITAS KONSUMEN 0.894 0.153 0.926 0.926 0.000 0.000
NEGARA ASAL 0.759 0.260 0.928 0.879 0.000 0.000 NILAI
PERUSAHAAN 0.928 0.262 0.974 0.955 0.885 0.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Nilai Heterotrait-Monotrait Ratio tabel 4.10 tidak ada yang berada di atas 1
sehingga dapat dikatakan bahwa model penelitian yang terbentuk dari keempat variabel
diatas valid (Hair et al. 2010).
4.3.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menurut (Ghozali, 2014) adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel / konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten/stabil dari waktu ke
waktu. Begitu juga dalam penelitian ini yang juga mengharapkan konsistensi dari dimensi
dan variabel penelitian agar dapat dilanjutkan ke tahap uji selanjutnya Reliabilitas data dapat
dinyatakan reliable jika nilai composite reliability dan Cronbach's Alpha lebih dari 0,6.
10
Selain itu nilai AVE juga menunjukkan lebih dari 0.5. Berikut ini adalah uji reliabilitas pada
perusahaan dalam dan luar negeri.
Berikut ini adalah uji reliabilitas pada perusahaan dalam dan luar negeri :
Tabel 4.11.Uji Composite Reliability Tahap 1
Composite Reliability
DEMOGRAFI SOSIAL 0.860
KAO 0.674
KMA 0.670
KMO 0.744
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 1.000
Kejujuran 0.659
Keterbukaan 0.632
Pelayanan 0.733
NILAI PERUSAHAAN 1.000
Kepercayaan Negara 0.670
Kemauan Transaksi 0.611
NEGARA ASAL 1.000
Keragaman 0.678
Komunitas 0.798
Lingkungan 0.703
CSR 1.000
Kebutuhan 0.789
Pembelian Ulang 0.736
Rekomendasi 0.676
Komunikasi 0.665
LOYALITAS KONSUMEN 1.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel 4.11. adalah hasil pengujian didapatkan nilai pc semua variabel lebih besar dari
0,6 berkisar antara 0,632 sampai 1,000 maka item pertanyaan yang menyusun variabel
penelitian mempunyai internal konsistensi yang tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian.
Menghitung konsistensi item pengukuran variable dapat dilakukan melalui ukuran
nilai AVE (Average Variance Extract) Derajat konsistensi jawaban responden dapat dilihat
dari nilai AVE dengan kriteria nilai AVE lebih besari dari 0,5.
11
Tabel 4.12. Uji AVE Tahap 1
Average
Variance
Extracted
(AVE)
ROOT
AVE
FORNELL-
LARCKER
DEMOGRAFI
SOSIAL 0.754 RELIABEL
CSR 1.000 RELIABEL
Komunikasi 0.401
0.633 0.633 RELIABEL
Pembelian Ulang 0.415
0.644 0.644 RELIABEL
Kebutuhan 0.653 RELIABEL
Rekomendasi 0.520 RELIABEL
NEGARA ASAL 1.000 RELIABEL
Keragaman 0.419
0.647 0.647 RELIABEL
Komunitas 0.579 RELIABEL
Lingkungan 0.443 0.666 0.665 RELIABEL
KAO 0.413 0.643 0.642 RELIABEL
KMA 0.417 0.646 0.638 RELIABEL
KMO 0.593 RELIABEL
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 1.000 RELIABEL
Kemauan
Transaksi 0.441
0.664 0.664 RELIABEL
Kepercayaan
Negara 0.408
0.638 0.638 RELIABEL
LOYALITAS
KONSUMEN 1.000 RELIABEL
Keterbukaan 0.366
0.605 0.605 RELIABEL
Kejujuran 0.397 0.63 0.63 RELIABEL
Pelayanan 0.479 0.692 0.692 RELIABEL
NILAI
PERUSAHAAN 1.000 RELIABEL
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil output AVE menunjukkan bahwa nilai AVE pada beberapa variabel di atas 0,5
khususnya variabel laten utama seperti CSR Nilai Perusahaan, Kepercayaan Konsumen,
Negara Asal, Demografi Sosial dan Loyalitas Konsumen. Namun beberapa variabel yang lain
memiliki nilai di bawah 0.5. Meskipun ditinjau dari nilai AVE kurang memenuhi syarat
namun variabel / dimensi tersebut memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan
korelasi asosiasinya (Fornell Larcker Criterion) sehingga tetap memenuhi reliabilitas data
model penelitian (Hair et al. 2010). Uji reliabilitas yang ketiga adalah dengan melihat nilai
Cronbanch Alpha. Apabila nilai alpha lebih dari 0.6 maka dapat dikatakan reliabel.
12
Tabel 4.13. Uji Cronbanch Alpha Tahap 1
Alpha
CSR 1.000
Kepercayaan Konsumen 1.000
Loyalitas Konsumen 1.000
Negara Asal 1.000
Nilai Perusahaan 1.000
Demografi Sosial 0.675
Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Cronbach alpha lebih
besar dari 0.5 dengan nilai terkecil 0.675 untuk variabel demografi sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa model telah fit memenuhi syarat reliabilitas data dan dapat dilakukan uji
lebih lanjut.
4.3.3. Uji Koefisien Determinasi Measurement Model
Uji koefisien determinasi pada measurement model berkaitan dengan kemampuan
item pengukuran menjelaskan variabel laten yang diukur Tabel 4.14 berikut ini memaparkan
hasil uji koefisien determinasi dengan menggunakan ukuran nilai Adjusted R-Squared.
Tabel 4.14. Uji Koefisien Determinasi Tahap 1
Adjusted R Squared
CSR 0.932
Kepercayaan Konsumen 0.989
Loyalitas Konsumen 0.962
Negara Asal 0.635
Nilai Perusahaan 0.992
Sosial Demografi 0.932
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan uji koefisien determinasi, kemampuan variabel independen
menjelaskan variasi variabel dependen ditunjukkan dengan nilai adjusted R-squared yang
cukup tinggi dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh variabel independen yang mempengaruhi
variabel nilai perusahaan yaitu sebesar 0,992. Secara umum, nilai adjusted R-squared yang
tinggi dapat disebabkan karena penggunaan indikator yang cukup banyak serta mewakili
gambaran total variabel tersebut. Koefisien determinasi terendah ditunjukkan oleh variabel-
13
variabel pengukur. variabel negara asal (country of origin) yaitu sebesar 0,635 (63,5%). Nilai
tersebut dapat diartikan bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel negara asal
cukup tinggi dan sisanya sebesar 0,365 (36,5%) dijelaskan oleh item-item pengukur lainnya.
4.4. Uji Instrumen Tahap 2 (Pengaruh Interaksi Moderasi)
Uji instrumen dihasilkan melalui persamaan PLS Alogaritma dari program
SmartPLS Versi 3.2.8 for professional. Dalam persamaan PLS Alogaritma dapat dilihat
validitas data, reliabilitas data serta output adjusted R-squared / koefisien determinasi untuk
melihat variasi variabel independen dalam menjelaskan varibel dependennya.
4.4.1. Uji Validitas Tahap 2
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji convergent validity dan uji
discriminant validity. Uji convergent validity menggunakan faktor analisis dan uji
discriminant validity menggunakan Fornell-Larcker criterion dan Heterotrait-Monotrait
Ratio (HTMT).
Model PLS Alogaritma manghasilkan loading factor dari outer weight. Loading
factor tersebut merupakan koefisien dari original sample estimate yang dapat menunjukkan
nilai faktor analisis convergent validity yang mengindikasikan indikator tersebut valid apabila
nilai loading factor lebih dari 0.5. Penjelasan uji validitas responden penelitian perusahaan
jasa di Timor Leste dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.15. Faktor Analisis Convergent Validity Tahap 2
Indikator Loading Factor Indikator Loading Factor
DA - CS1 0.877
JK - CS2 0.837
KM - CS3 -
EDU 0.885 CS4 -
AGE 0.852 CS5 0.519
NP1 0.716 CS6 -
NP2 0.614 CS7 0.762
NP3 0.741 CS8 0.641
NP4 0.575 CS9 0.513
NP5 0.671 CS10 0.602
14
NP6 0.563 CS11 0.686
NP7 0.753 CS12 0.704
NP8 0.575 KK1 0.515
NP9 0.542 KK2 0.660
LK1 0.752 KK3 0.733
LK2 0.860 KK4 0.558
LK3 0.693 KK5 0.738
LK4 0.723 KK6 0.604
LK5 - KK7 0.707
LK6 0.510 KK8 0.829
LK7 0.630 NA1 0.728
LK8 0.846 NA2 0.545
LK9 0.569 NA3 -
LK10 - NA4 0.627
LK11 0.658 NA5 0.678
LK12 0.676 NA6 -
LK13 0.556 NA7 0.648
CSR * DS 1.034
CSR * NA
1.139
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan uji validitas perusahaan di 3 Kotamadya Timor Leste ada beberapa
variabel yang kurang memenuhi kriteria validitas item pertanyaan atau indikator yang dipakai
sehingga pada penelitian ini ada beberapa indikator yang dieliminasi / didrop untuk
didapatkan indikator yang benar-benar valid yaitu mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur (Ghozali, 2016). Hasil uji validitas menunjukkan indikator yang telah memenuhi
convergent validity dengan nilai lebih dari 0,5 sementara indikator yang tidak memenuhi
convergent validity yaitu nilai loading factor kurang dari 0,5 telah di drop. Hal ini dapat
diartikan bahwa indikator yang tersisa yang telah memenuhi convergent validity dapat
dilanjutkan ke uji selanjutnya karena telah memenuhi standar pengukuran variabel-variabel
yang mempengaruhi loyalitas konsumen dalam dan luar negeri.
Uji validitas selanjutnya adalah Fornell-Larcker Criterion yang mana menunjukkan
validitas variabel yang memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan korelasi
antar variabel yang berbeda.
15
Tabel 4.16. Diskriminan Validity Fornell-Larcker Criterion Tahap 2
CSR
DEMOGRAFI
SOSIAL
KEPERCAYAAN
KONSUMEN
LOYALITAS
KONSUMEN
NEGARA
ASAL
NILAI
PERUS
Mod.
DS
Mod.
NA
CSR 1.000
DEMOGRAFI
SOSIAL -0.191 0.869
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.937 -0.215 1.000
LOYALITAS
KONSUMEN 0.934 -0.213 0.971 1.000
MODERASI
DEMOGRAFI
SOSIAL
0.102
-0.237 0.088 0.105 1.000
MODERASI
NEGARA ASAL -0.061 0.058 -0.172 -0.151 -0.074 1.000
NEGARA ASAL 0.759 -0.214 0.928 0.879 0.063 -0.219 1.000 NILAI
PERUSAHAAN 0.928 -0.216 0.974 0.955 0.112 -0.150 0.885 1.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel 4.16 menunjukkan nilai korelasi item-item pengukur konstruk asosiasinya
lebih tinggi dibandingkan dengan konstruk lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa model
memiliki validitas diskriminan yang baik. Dalam hal ini nilai FL Criterion yang memiliki
nilai terendah adalah Demografi Sosial 0.869 yang lebih besar daripada korelasi antara
demografi sosial dengan CSR sebesar -0.191.
Uji validitas diskriminan yang terakhir adalah dengan melihat nilai Heterotrait-
Monotrait Ratio (HTMT). Rasio HTMT yang dipersyaratkan harus lebih kecil dari pada 1
sehingga dapat dikatakan memenuhi penilaian validitas.
Tabel 4.17. Diskriminan Validity Heterotrait-Monotrait Ratio Criterion Tahap 2
CSR
DEMOGRAFI
SOSIAL
KEPERCAYAAN
KONSUMEN
LOYALITAS
KONSUMEN
MOD.
DEMOGRAFI
SOSIAL
MOD.
NEGARA
ASAL
NEGARA
ASAL
NILAI
PERUSH
CSR 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
DEMOGRAFI SOSIAL -0.191 0.869 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.937 -0.215 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
LOYALITAS KONSUMEN 0.934 -0.213 0.971 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 MOD. DEMOGRAFI
SOSIAL 0.102 -0.237 0.088 0.105 1.000 0.000 0.000 0.000
MOD. NEGARA ASAL -0.061 0.058 -0.172 -0.151 -0.074 1.000 0.000 0.000
NEGARA ASAL 0.759 -0.214 0.928 0.879 0.063 -0.219 1.000 0.000
NILAI PERUSAHAAN 0.928 -0.216 0.974 0.955 0.112 -0.150 0.885 1.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Nilai Heterotrait-Monotrait Ratio di atas tidak ada yang berada di atas 1 sehingga
dapat dikatakan bahwa model penelitian yang terbentuk dari keempat variabel yaitu Nilai-
Nilai Perusahaan, CSR, Kepercayaan Konsumen dan Loyalitas Konsumen.
16
4.4.2. Uji Reliabilitas Tahap 2
Reliabilitas menurut Ghozali (2014) adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel / konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten/stabil dari waktu ke
waktu. Penelitian ini yang juga mensyaratkan konsistensi dari pengukuran variabel penelitian
agar dapat dilanjutkan ke tahap uji selanjutnya. Reliabilitas item-item pengukur variabel
terpenuhi jika nilai composite reliability dan Cronbach's Alpha lebih dari 0,6 (Ghozali,
2014). Selain itu nilai AVE juga menunjukkan lebih dari 0.5. Tabel 4.18 berikut ini
menunjukkan hasil uji reliabilitas pada perusahaan dalam dan luar negeri.
Tabel 4.18. Uji Composite Reliability Tahap 2
Composite Reliability
DEMOGRAFI SOSIAL 0.860
KAO 0.674
KMA 0.670
KMO 0.744
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 1.000
Kejujuran 0.659
Keterbukaan 0.632
Pelayanan 0.733
NILAI PERUSAHAAN 1.000
Kepercayaan Negara 0.670
Kemauan Transaksi 0.611
MOD. DEMOGRAFI
SOSIAL 1.000
MOD. NEGARA ASAL 1.000
NEGARA ASAL 1.000
Keragaman 0.678
Komunitas 0.798
Lingkungan 0.703
CSR 1.000
Kebutuhan 0.789
Pembelian Ulang 0.736
Rekomendasi 0.676
Komunikasi 0.665
LOYALITAS KONSUMEN 1.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
17
Tabel. 4.18. di menunjukkan nilai composite reliability (pc) semua variabel lebih
besar dari 0,6 yaitu berkisar antara 0,632 sampai 1,000. Oleh karena itu, item-item pertanyaan
yang menyusun variabel-variabel dalam model penelitian mempunyai konsistensi internal
yang tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian.
Menghitung konsistensi item-item dalam mengukur variabel laten dapat dilakukan
dengan menggunakan nilai AVE (Average Variance Extracted). Nilai AVE yang
dipersyaratkan untuk menunjukkan konsistensi item-item pengukur variabel laten adalah
lebih besar dari 0,5.
Tabel 4.19. Uji AVE Tahap 2
Average
Variance
Extracted
(AVE)
ROOT
AVE
FORNELL-
LARCKER
DEMOGRAFI SOSIAL 0.754 RELIABEL
CSR 1.000 RELIABEL
Komunikasi 0.401
0.633 0.633 RELIABEL
Pembelian Ulang 0.415
0.644 0.644 RELIABEL
Kebutuhan 0.653 RELIABEL
Rekomendasi 0.520 RELIABEL
NEGARA ASAL 1.000 RELIABEL
Keragaman 0.419
0.647 0.647 RELIABEL
Komunitas 0.579 RELIABEL
Lingkungan 0.443 0.666 0.665 RELIABEL
KAO 0.413 0.643 0.642 RELIABEL
KMA 0.417 0.646 0.638 RELIABEL
KMO 0.593 RELIABEL
KEPERCAYAAN
KONSUMEN 1.000 RELIABEL
Kemauan Transaksi 0.441
0.664 0.664 RELIABEL
Kepercayaan Negara 0.408
0.638 0.638 RELIABEL
MOD. DEMOGRAFI
SOSIAL 1.000 RELIABEL
MOD. NEGARA ASAL 1.000 RELIABEL
LOYALITAS
KONSUMEN 1.000 RELIABEL
Keterbukaan 0.366
0.605 0.605 RELIABEL
Kejujuran 0.397 0.63 0.63 RELIABEL
Pelayanan 0.479 0.692 0.692 RELIABEL
NILAI PERUSAHAAN 1.000 RELIABEL
Sumber: Data primer diolah, 2019
18
Hasil output AVE menunjukkan bahwa nilai AVE pada beberapa variabel di atas 0,5
khususnya variabel laten utama seperti CSR, Nilai Perusahaan, Kepercayaan Konsumen,
Negara Asal, Demografi Sosial dan Loyalitas Konsumen. namun beberapa yang lain
memiliki nilai di bawah 0.5. Meskipun ditinjau dari nilai AVE kurang memenuhi syarat,
namun variabel/dimensi tersebut memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan korelasi
asosiasinya (Fornell Larcker Criterion). Oleh karena itu, item-item pengukur variabel laten
tetap dianggap masih memenuhi kriteria reliabilitas yang dibutuhkan dalam model penelitian.
Uji reliabilitas yang ketiga adalah dengan melihat nilai Cronbach alpha. Apabila
nilai Cronbach alpha lebih dari 0.6 maka item-item pengukur variabel laten dikatakan
reliabel.
Tabel 4.20. Uji Cronbanch Alpha Tahap 2
Alpha
CSR 1.000
Kepercayaan Konsumen 1.000
Loyalitas Konsumen 1.000
Negara Asal 1.000
Mod. Nilai Perusahaan 1.000
Mod. Demografi Sosial 0.675
Nilai Perusahaan 1.000
Demografi Sosial 0.675
Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel 4.20 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Cronbach alpha lebih
besar dari 0.5 dengan nilai terkecil 0.675 milik variabel dfemografi sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa model telah fit memenuhi syarat reliabilitas data dan dapat dilakukan uji
lebih lanjut.
4.4.3. Uji Koefisien Determinasi Tahap 2
Uji koefisien determinasi berkaitan dengan besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini dianalisis besarnya pengaruh dimensi-
19
dimensi yang membentuk konstruk laten terhadap variabel latennya. Tabel 4.21 berikut ini
memaparkan hasil uji koefisien determinasi (adjusted R-squared).
Tabel 4.21. Uji Koefisien Determinasi Tahap 2
Adjusted
R Square
CSR 0.932
Kepercayaan Konsumen 0.989
Loyalitas Konsumen 0.962
Negara Asal 0.635
Nilai Perusahaan 0.992
Sosial Demografi 0.932
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan uji koefisien determinasi variabel-variabel pembentuk atau yang
mempengaruhi variabel dependen memiliki nilai adjusted R-squared yang cukup tinggi
dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh variabel yang nilai perusahaan yaitu sebesar 0.992.
Nilai tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan
indikator yang cukup banyak serta mewakili gambaran variabel tersebut. Koefisien
determinasi terendah ditunjukkan oleh pengaruh dari variabel negara asal sebesar 0,635
(63,5%). Nilai tersebut dapat diartikan bahwa dimensi pembentuk variabel negara asal cukup
tinggi dan sisanya sebesar 0,365 (36,5%) dipengaruhi oleh variabel lainnya.
4.5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada PLS dihasilkan dari persamaan bootstrap yang dihasilkan
dari analisis inner model path. Uji hipotesis dijelaskan pada persamaan skema dan tabel
berikut.
20
Gambar 5. Model PLS Bootstrap
Berdasarkan model PLS bootstrap dapat diuji dan dianalisis hipotesis hubungan
antara masing-masing variabel dalam penelitian. Tabel 4.22 menjelaskan estimasi pengaruh
antar variabel disertai dengan nilai t-statistik & p-value untuk keperluan menarik kesimpulan
uji hipotesis.
Berdasarkan Gambar 5. diketahui bahwa hubungan variabel antara nilai perusahaan
dengan CSR memiliki pengaruh signifikan dilihat dari nilai t-statistik sebesar 13.031 yang
lebih besar dari t-hitung + 1,96 dan signifikasi p-value <0,001 yang lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis menerima Ha1. Semakin
tinggi nilai perusahaan maka semakin positif nilai CSR atau semakin baik CSR perusahaan
yang diterapkan oleh perusahaan dalam dan luar negeri di Timor Leste (Ha1 Diterima).
Output lengkap mengenai koefisien original sampel estimate, sample mean,
standard deviation dan p-value sebagai komponen pendukung t statistik disajikan dalam
Tabel 4.22 bawah ini.
Tabel 4.22. PLS Bootstrap
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
CSR -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.499 0.498 0.020 25.360 0.000 DEMOGRAFI SOSIAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN -0.002 -0.002 0.006 0.303 0.762
KAO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.075 0.074 0.017 4.458 0.000 KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.639 0.644 0.040 16.115 0.000
Nilai-Nilai
Perusahaan
Loyalitas
Konsumen
Demografi Sosial
CSR
Kepercayaan
Konsumen
Negara Asal
13.031 25.360 16.115
23.001
0.303 H1
21
KMA -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.032 0.032 0.013 2.522 0.012
KMO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.045 0.045 0.012 3.634 0.000
Kebutuhan -> LOYALITAS KONSUMEN 0.163 0.160 0.026 6.246 0.000
Kejujuran -> NILAI PERUSAHAAN 0.515 0.513 0.026 19.700 0.000
Kemauan Transaksi -> NEGARA ASAL 0.416 0.407 0.036 11.718 0.000
Kepercayaan Negara -> NEGARA ASAL 0.752 0.746 0.027 27.498 0.000
Keragaman -> CSR 0.231 0.229 0.025 9.219 0.000
Keterbukaan -> NILAI PERUSAHAAN 0.516 0.511 0.027 19.417 0.000 Komunikasi -> LOYALITAS
KONSUMEN 0.095 0.091 0.017 5.508 0.000
Komunitas -> CSR 0.327 0.324 0.029 11.400 0.000
Lingkungan -> CSR 0.253 0.247 0.026 9.832 0.000 NEGARA ASAL -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.463 0.464 0.020 23.001 0.000
NILAI PERUSAHAAN -> CSR 0.485 0.490 0.037 13.031 0.000
Pelayanan -> NILAI PERUSAHAAN 0.600 0.597 0.029 20.727 0.000 Pembelian Ulang -> LOYALITAS
KONSUMEN 0.186 0.183 0.023 8.168 0.000 Rekomendasi -> LOYALITAS
KONSUMEN 0.152 0.148 0.021 7.232 0.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari persamaan bootstrap nilai perusahaan (NP) terhadap CSR (Hipotesis 1) dapat
dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
CSR = 0.485 NP
4.6. Uji Hipotesis Moderasi
Berdasarkan model PLS bootstrap dapat dianalisis hasil uji efek moderasi variabel dalam
penelitian. Hasil uji model PLS bootstrap moderasi dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai
berikut:
Gambar 6. Model PLS Bootstrap
13.085 26.378 15.346 0.135
H3
3.279 H2
Nilai-Nilai
Perusahaan
Loyalitas
Konsumen
Moderasi Demografi
Sosial
CSR
Kepercayaan
Konsumen
Moderasi
Negara Asal
22
Selanjutnya, Tabel 4.23 dibawah ini menjelaskan estimasi pengaruh efek moderasi
demografi sosial dan negara asal disertai dengan nilai t-hitung statistik dan p-value untuk
menarik kesimpulan dari hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan.
Tabel 4.23. PLS Bootstrap Moderasi
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
CSR -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.509 0.507 0.019 26.378 0.000 DEMOGRAFI SOSIAL -> KEPERCAYAAN KONSUMEN -0.001 -0.001 0.006 0.196 0.845
KAO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.066 0.066 0.014 4.673 0.000 KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.639 0.644 0.042 15.346 0.000
KMA -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.030 0.031 0.012 2.637 0.009
KMO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.042 0.041 0.011 3.904 0.000
Kebutuhan -> LOYALITAS KONSUMEN 0.163 0.159 0.026 6.177 0.000
Kejujuran -> NILAI PERUSAHAAN 0.515 0.511 0.027 18.790 0.000
Kemauan Transaksi -> NEGARA ASAL 0.416 0.409 0.039 10.650 0.000
Kepercayaan Negara -> NEGARA ASAL 0.752 0.747 0.029 26.389 0.000
Keragaman -> CSR 0.231 0.229 0.025 9.103 0.000
Keterbukaan -> NILAI PERUSAHAAN 0.516 0.511 0.025 20.588 0.000
Komunikasi -> LOYALITAS KONSUMEN 0.095 0.093 0.016 5.770 0.000
Komunitas -> CSR 0.327 0.323 0.027 11.892 0.000
Lingkungan -> CSR 0.253 0.251 0.025 10.059 0.000 MOD. DEMOGRAFI SOSIAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.001 0.001 0.006 0.135 0.893 MOD. NEGARA ASAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN -0.021 -0.020 0.006 3.279 0.001 NEGARA ASAL -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.457 0.459 0.019 23.663 0.000
NILAI PERUSAHAAN -> CSR 0.485 0.489 0.037 13.085 0.000
Pelayanan -> NILAI PERUSAHAAN 0.600 0.595 0.027 21.976 0.000 Pembelian Ulang -> LOYALITAS
KONSUMEN 0.186 0.182 0.023 7.946 0.000
Rekomendasi -> LOYALITAS KONSUMEN 0.152 0.150 0.024 6.332 0.000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.23 di atas dapat diketahui bahwa interaksi antara variabel
moderasi negara asal terhadap hubungan antara CSR dan kepercayaan konsumen memiliki
pengaruh signifikan yang dapat dilihat dari nilai t-hitung statistik sebesar 3,279 yang lebih
besar dari t-tabel + 1,96 dan serta p-value signifikan (<0.001) atau kurang dari 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, negara asal (country of origin) terbukti memoderasi hubungan
23
variabel CSR dengan kepercayaan konsumen perusahaan dalam dan luar negeri di Timor
Leste. Dengan demikian hasil analisis menunjukkan bahwa Hipotesis H2 diterima.
Selanjutnya, variabel demografi sosial tidak berperan sebagai variabel moderasi
hubungan antara CSR dan kepercayaan konsumen. Hasil uji statistik nilai t-hitung statistik
sebesar 0,135 lebih kecil dari t-tabel + 1,96 dan p-value tidak signifikan sebesar 0,893 atau
lebih dari 0,05. Oleh karena itu, hasil analisis mendukung kesimpulan untuk menolak
Hipotesis H3, dimana variabel demografi sosial tidak terbukti sebagai variabel moderasi
antara hubungan variabel CSR dengan kepercayaan konsumen.
Dari persamaan bootstrap CSR terhadap Kepercayaan Konsumen (KK) dengan
Moderasi Sosial Demografi (SD) dan Negara Asal (NA) pada Hipotesis 2 & 3 dapat
dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
KK = 0.509 CSR - 0.001 SD + 0.001 SD.CSR
KK = 0.509 CSR + 0.457 NA - 0.021 NA.CSR
4.7. Uji Hipotesis Mediasi
Melalui menu path analiysis spesific indirect effect dapat dilakukan uji pengaruh
variabel mediasi yang hasilnya tertera pada Tabel 4.24 sebagai berikut.
Tabel 4.24. PLS Bootstrap Pengaruh Tidak Langsung
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/ST
DEV|)
P
Values
Kejujuran -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR 0.250 0.251 0.023 10.627 0.000 Keterbukaan -> NILAI PERUSAHAAN ->
CSR 0.250 0.250 0.020 12.604 0.000
Pelayanan -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR 0.291 0.293 0.026 11.077 0.000 Keragaman -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.115 0.114 0.013 8.853 0.000 Komunitas -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.163 0.161 0.015 10.539 0.000 Lingkungan -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN 0.126 0.123 0.014 9.090 0.000 Kejujuran -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR
-> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.124 0.125 0.012 10.040 0.000 Keterbukaan -> NILAI PERUSAHAAN ->
CSR -> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.125 0.125 0.010 11.972 0.000
NILAI PERUSAHAAN -> CSR -> 0.242 0.244 0.020 12.267 0.000
24
KEPERCAYAAN KONSUMEN
Pelayanan -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR
-> KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.145 0.146 0.014 10.729 0.000 Kemauan Transaksi -> NEGARA ASAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.193 0.189 0.018 10.550 0.000 Kepercayaan Negara -> NEGARA ASAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN 0.348 0.346 0.020 17.699 0.000 Keragaman -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN -> LOYALITAS KONSUMEN 0.074 0.073 0.010 7.694 0.000 Komunitas -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN -> LOYALITAS KONSUMEN 0.104 0.104 0.012 8.707 0.000 Lingkungan -> CSR -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN -> LOYALITAS KONSUMEN 0.080 0.079 0.011 7.641 0.000 Kejujuran -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR
-> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.079 0.081 0.010 8.285 0.000 Keterbukaan -> NILAI PERUSAHAAN ->
CSR -> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.080 0.080 0.008 9.564 0.000 CSR -> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.318 0.321 0.023 14.083 0.000 NILAI PERUSAHAAN -> CSR ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.154 0.157 0.015 9.952 0.000 Pelayanan -> NILAI PERUSAHAAN -> CSR
-> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.093 0.094 0.010 8.954 0.000 DEMOGRAFI SOSIAL -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN -> LOYALITAS KONSUMEN -0.001 -0.001 0.004 0.300 0.765 KAO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.048 0.048 0.012 4.148 0.000 KMA -> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.020 0.020 0.008 2.421 0.016 KMO -> KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.029 0.029 0.008 3.541 0.000 Kemauan Transaksi -> NEGARA ASAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.123 0.122 0.015 8.380 0.000 NEGARA ASAL -> KEPERCAYAAN
KONSUMEN -> LOYALITAS KONSUMEN 0.296 0.299 0.022 13.209 0.000 Kepercayaan Negara -> NEGARA ASAL ->
KEPERCAYAAN KONSUMEN ->
LOYALITAS KONSUMEN 0.222 0.223 0.018 12.032 0.000
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.24 kepercayaan konsumen terbukti mampu
memediasi CSR dengan Loyalitas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t-statistik sebesar
14.083 yang lebih besar dari t-tabel + 1,96 dengan p-value <0,001 yang signifikan karena
lebih kecil dari 0,05. Bahwa hasil analisis mendukung penerimaan hipotesis (H4 Diterima)
Program CSR meningkatkan kepercayaan konsumen yang pada gilirannya meningkatkan
loyalitas konsumen pada perusahaan dalam dan luar negeri di Timor Leste (H4 Diterima).
25
Dari persamaan bootstrap CSR terhadap Loyalitas Konsumen (LK) dengan mediasi
Kepercayaan Konsumen (KK) dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
LK = 0.509 CSR + 0.318 KK
4.8. Bahasan Analisis
4.8.1. Nilai-Nilai Perusahaan Memiliki Pengaruh Positif Terhadap CSR.
Isu keunggulan kompetitif yang berdaya tahan/sustainable competitive advantage
atau (CSA) merupakan isu yang paling populer di era milenial saat ini. Dunia global yang
sarat dengan pesatnya perkembangan teknologi mendorong persaingan yang tinggi dan
menuntut kinerja perusahaan yang optimal. Perusahaan memiliki peran penting dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang memiliki rata-rata tingkat kesetujuan
yang tinggi dan memiliki variasi data yang terbesar. Pelayanan merupakan hal pertama yang
dipandang oleh konsumen mengingat pelayanan berkaitan dengan sumber daya manusia yang
dimiliki oleh perusahaan yang menjalankan kegiatan perusahaan.
Penerapan nilai perusahaan berupa budaya-budaya yang dimiliki perseroan sebagai
alat yang digunakan oleh seluruh level karyawan dalam mendukung pencapaian visi dan misi
perseroan dalam rangka mencapai keunggulan bersaing, artinya perusahaan memiliki etika
bisnis yang baik (Mapisangka, 2009). Tentunya hal ini akan mempengaruhi kinerja
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan materi maupun non materi. Lebih dari itu,
menurut Ceja and Tapies (2011), nilai-nilai perusahaan dapat memandu jalannya perusahaan
kelas dunia baik perusahaan milik perorangan maupun milik institusi. Nilai-nilai etika berupa
kepedulian terhadap sesama, kejujuran, gotong royong, keterbukaan dan pelayanan yang
prima terkandung dalam program CSR sebagaimana telah diteliti sebelumnya bahwa nilai-
nilai perusahaan ini disebut dengan nilai inti (Core values) sebagai landasan perusahaan
(Lencioni, 2002). Perusahaan memerlukan adanya evaluasi rutin mengenai diterapkannya
26
nilai perusahaan yang dapat mencapai visi misi perusahaan. Perusahaan jasa perbankan
berlomba-lomba dalam memberikan pelayanan terbaik dan memberikan personal branding
terbaik di mata pelanggan atau konsumen. Adanya peraturan dari pemerintah yang
mewajibkan perusahaan melaksanakan program CSR, tentunya menjadi tantangan tersendiri
bagi sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kebutuhan menyesuaikan dengan nilai-nilai
yang dimiliki perusahaan. Nilai-nilai perusahaan menjadi pedoman kerja dan bersinergi
dalam mencapai visi organisasi. Perumusan nilai-nilai perusahaan yang tepat dan sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam program CSR, akan mendorong komitmen dalam
pelaksanaan program CSR. Para pemangku kepentingan perusahaan khususnya pihak
manajemen dan pemegang saham akan mampu mewujudkan kepedulian sosial pada
masyarakat dengan satu harapan bahwa tujuan kelangsungan usaha jangka panjang dapat
tercapai layaknya visi dari corporate citizenship. Namun ketika nilai perusahaan yang
dirumuskan kurang tepat mengidentifikasi segala kebutuhan masyarakat maka komitmen
terhadap program CSR akan minim dan jika ada maka implementasi program CSR kurang
terarah dan tidak tepat sasaran sehingga pelaksanaannya tidak efektif dan efisien. Variasi
keberagamanan jawaban responden ini terlihat dari varian tertinggi. variabel dukungan
terhadap masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa karena perbedaan pengetahuan dan
persepsi responden, jawaban dukungan masyarakan menjadi perbedaan yang kecil namun
terbesar diantara jawaban dari dimensi lainnya.
Perusahaan memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Namun pola hubungan perusahaan sebagai penyedia barang/jasa kepada masyarakat sebagai
konsumen lebih dominan bersifat transaksional. Dalam mempertahankan hubungan yang
saling menguntungkan perusahaan berusaha memberikan layanan terbaik sehingga konsumen
mengalami pengalaman positif, puas dengan layanan yang diterima, dan melakukan
27
pembelian ulang layanan yang ditawarkan. Diharapkan loyalitas konsumen terus berlangsung
dalam jangka panjang.
Perusahaan berupaya untuk mempertahankan loyalitas pelanggan jangka panjang
perusahaan. Strategi, program kerja, kegiatan, disusun dan diimplementasikan idealnya
sejalan dengan nilai-nilai perusahaan yang dianut. Termasuk di dalamnya adalah alokasi
sumber daya yang dibutuhakan untuk mencapai visi dan melaksanakan misi organisasi.
Kegiatan perusahaan yang proaktif dan strategi dilakukan perusahaan yang terkandung dalam
nilai-nilai perusahaan dengan melibatkan kepedulian terhadap lingkungan akan berdampak
jangka panjang pada perusahaan (Servera & Arteaga, 2015). Mapisangka (2009)
mengungkapkan bahwa penerapan program CSR yang efektif dan efisien adalah keberhasilan
dari perwujudan good corporate governance, good corporate citizenship dan good business
ethics yang senantiasa menanamkan nilai-nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan triple bottom line dari Elkington (1997) yang
menjadi dasar dalam mengkaji dasar kepedulian perusahaan dalam program tanggung jawab
sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan. CSR adalah komitmen perusahaan
terhadap tiga (3) elemen, yaitu elemen ekonomi yang merujuk pada P1 (Profit), sosial yang
merujuk pada P2 (People), dan lingkungan yang merujuk pada P3 (Planet). Selain itu tata
kelola yang baik dalam sebuah perusahaan apabila berdasarkan teori stakeholder adalah dapat
mendatangkan manfaat bagi semua kalangan pemangku kepentingan. Semua pemangku
kepentingan seperti pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat,
analis dan pihak lain memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan perusahaan
(Freeman, 1984; Roberts, 1992). Berdasarkan uraian bahasan analisis di atas dapat menjawab
pertanyaan penelitian bahwa nilai-nilai perusahaan berpengaruh terhadap program CSR yang
dilakukan oleh perusahaan.
28
4.8.2. Pengaruh CSR Terhadap Kepercayaan Konsumen Dengan Moderasi Negara
Asal.
Negara asal terbukti memoderasi hubungan variabel CSR dengan kepercayaan
konsumen perusahaan di Timor Leste. Semakin tinggi atau semakin baik persepsi konsumen
atas negara asal perusahaan maka semakin dapat memperkuat hubungan antara program CSR
yang dijalankan dengan kepercayaan konsumen dan sebaliknya ketika persepsi konsumen
atas negara asal perusahaan telekomunikasi kurang baik maka semakin memperlemah
hubungan antara program CSR dengan kepercayaan konsumen perusahaan dalam dan luar
negeri. Sejalan dengan pernyataan bahwa negara asal berdampak terhadap CSR yang dapat
mempengaruhi respon individu pada suatu obyek tertentu (Cowan & Guzman, 2018; Ferreira
& Ribeiro, 2017).
Perusahaan dalam dan luar negeri di Timor Leste membuktikan bahwa negara asal
yang di dalamnya terdapat persepsi akan karakteristik wilayah kebudayaan norma-norma,
dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen. Hal ini sejalan dengan teori budaya bahwa
perilaku masyarakat yang diwujudkan dalam sebuah tindakan tidak hanya berasal dari proses
psikologis pada individu namun juga pada orang lain (Sutrisno & Putranto, 2005). Konsumen
mencoba menempatkan diri pada sasaran CSR perusahaan sehingga mampu mengevaluasi
niat baik dari perusahaan tersebut. Program CSR yang dijalankan tentunya tertuju pada
sasaran yang tepat dan diketahui oleh masyarakat sehingga program CSR dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen dengan adanya kesamaan ideologi budaya dan norma-
norma setempat. Dengan demikian reputasi negara asal dapat bertindak sebagai suatu
mekanisme yang menjadi sumber informasi ketika memutuskan untuk percaya dan memilih
produk dan jasa dari negara yang berbeda.
Konsumen memiliki persepsi positif atau negatif terhadap negara asal produk,
persepsi tersebut akan menuju kepada evaluasi positif atau negatif terhadap seluruh merek
29
yang terkait dengan negara tersebut (Moradi & Zarei, 2011; Syahlani, 2008). Negara asal
dipandang dapat menguatkan atau melemahkan kepercayaan konsumen khususnya ditinjau
dari determinan program CSR yang dilaksanakan. Di manapun perusahaan-perusahaan ini
berada dipercaya memiliki satu tujuan utama yaitu memiliki keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan akan memberikan kinerja yang
terbaik, menghasilkan sistem kerja yang integratif, komprehensif dan memberikan hasil yang
win-win solution. Namun perusahaan tidak mampu mengendalikan persepsi kepercayaan
konsumen yang kemungkinan berbeda karena adanya informasi tentang negara asal
perusahaan.
Lacey & Kennett (2010) mengungkapkan perusahaan yang menerapkan tanggung
jawab sosial secara signifikan mampu membentuk persepsi baik di mata konsumen
sebagai bentuk kepercayaan konsumen pada perusahaan sehingga dapat menciptakan rasa
percaya dari konsumen. Nilai-nilai individu masyarakat mempengaruhi ekspektasi konsumen
dalam kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dalam negeri dan perusahaan luar
negeri. Konsumen lokal memiliki ekspektasi terhadap perusahaan nasional agar berupaya
melakukan kegiatan CSR dengan standar yang dilaksanakan perusahaan internasional.
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan nasional dan perusahaan luar negeri akan
berdampak sekali terhadap negara asal perusahaan tersebut (Han, 2015).
Rezvani et al. (2012) menjelaskan stereotip negara dan preferensi konsumen
mempengaruhi tinggi rendahnya kepercayaan konsumen terhadap sistem politik, budaya dan
ekonomi negara, termasuk kepercayaan konsumen terhadap kualitas suatu produk. Budaya,
sistem, preferensi konsumen terhadap program CSR memunculkan kesan yang berbeda di
mata konsumen. Penelitian ini konsisten dengan penelitian (Hashim et al. 2015; Hsu et al.
2017; Moulard et al. 2015) mengatakan bahwa negara asal mampu membedakan kepercayaan
antara konsumen satu dengan yang lainnya dengan kualitas tertentu yang perusahaan
30
tawarkan. Berdasarkan uraian bahasan analisis di atas dapat menjawab pertanyaan penelitian
bahwa variabel negara asal memoderasi pengaruh program CSR terhadap kepercayaan
konsumen.
4.8.3. Pengaruh CSR Terhadap Kepercayaan Konsumen Dengan Moderasi Demografi
Sosial Konsumen.
Variabel demografi sosial seperti usia dan latar belakang pendidikan tidak
memperkuat atau memperlemah hubungan program CSR dengan tingkat kepercayaan
konsumen. Semakin tua ataupun muda, semakin tinggi pendidikan konsumen tidak akan
meningkatkan ataupun menurunkan kepercayaan kosumen atas program CSR yang
dilaksanakan. Matangnya usia responden serta tingginya pendidikan responden tidak dapat
memperkuat atau memperlemah pandangan responden akan program CSR yang dijalankan.
Hasil ini kemungkinan dapat disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan terletak pada pelayanannya dalam memberikan produk dan jasa yang terbaik,
kompetitif dan selalu komunikatif mendengarkan keluhan pelanggan. Di samping itu,
program CSR yang ditujukan untuk umum bagi semua kalangan usia dan tingkat pendidikan
menyebabkan variabel demografi sosial tidak memberikan peran yang signifikan sebagai
moderator hubungan program CSR dan kepercayaan konsumen. Pemahaman dan kepekaan
merupakan output dari suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen negatif,
afektif dan konatif, yang saling berinteraksi dalam berperilaku terhadap suatu obyek
(Saifuddin, 1995). Proses secara psikologis ini tidak menjustifikasi bahwa kepekaan tidak
hanya ada pada wanita (Del Mar et al. 2015), kematangan belum selalu tercermin pada
individu yang sudah dewasa (Nowacki & Wasilik, 2017) dan pemahaman yang baik pada
CSR tidak selalu terlihat pada orang yang berpendidikan tinggi (Burcea & Marinescu, 2011;
Arli et al. 2014). Karakter lahiriah yang dapat memberikan persepsi dan kesan positif atas
pengalaman konsumen yang timbul dari adanya komitmen CSR.
31
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (Arato et al. 2016; Engel
et al. 2012; Rashida, 2015), Konsumen memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-
beda. Hal ini dapat terlihat berdasarkan karakteristik demografi sosial konsumen. Tingkat
pendidikan dan usia adalah dua contoh karakteristik demografi sosial yang dapat menerima
atau menilai suatu kebijakan perusahaan yang nantinya berdampak pada kepercayaannya.
Kotler and Armstrong (2012) manambahkan pula bahwa karakteristik yang berbeda dapat
menjadi perbedaan tanggapan dalam pesan-pesan komunikasi pemasaran. Penelitian inipun
tidak sejalan dengan hasil penelitian (Arato et al. 2016; Ásványi, 2010; Ganesh &
Paramasivam, 2014; Jeon et al. 2013; Pradhan & Ranjan, 2011; Rashida, 2015) yang
menyatakan bahwa demografi sosial sebagai memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan
konsumen. Berdasarkan uraian bahasan analisis di atas tidak dapat menjawab pertanyaan
penelitian bahwa variabel demografi sosial tidak dapat memoderasi pengaruh CSR terhadap
kepercayaan konsumen.
4.8.4. Pengaruh CSR terhadap Loyalitas Konsumen dengan Mediasi Kepercayaan
Konsumen.
Di saat perusahaan telah berhasil membangun kepercayaan dari konsumen pasti akan
mendapatkan lebih banyak konsumen, termasuk rekomendasi gratis dari konsumen kepada
orang-orang terdekatnya. Konsumen akan secara sukarela mempromosikan produk atau jasa
yang dijual kepada orang-orang di sekitarnya karena konsumen telah memiliki pengalaman
yang baik dengan produk atau jasa. Kesukarelaan merekomendasikan merupakan salah satu
dari dimensi dari loyalitas. Adanya hubungan antara perusahaan dan konsumen merupakan
aset perusahaan dimana konsumen loyal pada produk dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan (Banyte & Dovaliene, 2014). Namun juga di sisi lain ada yang tidak loyal dan
masih terpengaruh penawaran produk lain dari kompetitor dengan keunggulan kompetitif
yang memiliki nilai lebih dari perusahaan sebelumnya.
32
Pelaksanaan program CSR menumbuhkan kepercayaan konsumen dan berdampak
pada meningkatnya loyalitas konsumen. Dalam hal ini, kepercayaan konsumen memediasi
program pelaksanaan CSR dalam meningkatkan loyalitas konsumen. Tidak hanya itu, peneliti
lain berpendapat bahwa perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial secara
signifikan mampu memperoleh penilaian yang baik dari konsumen (Ramasamy & Yeung,
2009). Penilaian positif maupun negatif terhadap sebuah produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan akan memunculkan kepercayaan terhadap hal-hal yang terkait perusahaan
tersebut. Kepercayaan konsumen diekspresikan dalam bentuk perilaku loyal baik dalam
bentuk loyalitas sikap maupun loyalitas perilaku. Akbar & Parvez (2009) menyatakan bahwa
kepercayaan konsumen hanya muncul ketika salah satu pihak dalam hubungan kerjasama
dapat diandalkan dan mempunyai integritas yang dibangun melalui strategi perusahaan
melalui program CSR.
Sue Greenberg et al. (2008); Kim & Kim (2016); Jack et al. (2012); dan Kayeser &
Abdur (2014) menemukan hasil bahwa program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan
mampu meningkatkan loyalitas konsumen dan kepercayaan konsumen. Berdasarkan teori
Stakeholder, teori kontrak sosial serta pemikiran triple bottom line, terbukti bahwa
perusahaan yang melaksanakan program CSR akan memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan. Manfaat tersebut pada akhirnya akan kembali pada perusahaan dengan
memperoleh konsumen yang loyal. Pencapaian konsumen yang loyal tersebut karena
konsumen percaya bahwa hubungan perusahaan dengan konsumen tidak semata-mata bersifat
transaksional. Berdasarkan uraian bahasan analisis di atas dapat menjawab pertanyaan
penelitian bahwa kepercayaan konsumen memediasi pengaruh CSR terhadap loyalitas
konsumen.
33
4.8. Kebaruan Penelitian
Pelaksanaan program CSR merupakan kebijakan dan pelaksanaan dalam
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap tenaga kerja, masyarakat sekitar
perusahaan dan masyarakat umum. Kebaruan yang ditemukan pada penelitian ini merujuk
pada beberapa model penelitian terdahulu yang diusulkan peneliti sebelumnya (Afifah &
Asnan, 2015; Ailawadi et al. 2014; Akbar & Parvez, 2009; Arato et al. 2016; Ásványi, 2010;
Calabrese et al. 2016; Chang & Yeh, 2017; Chen et al. 2012; Cowan & Guzman, 2018;
Ferreira & Ribeiro, 2017; Goyal & Chanda, 2017; Inoue et al. 2017; Li et al. 2019; Lombart
& Louis, 2014; Martínez & del Bosque, 2013; Moradi & Zarei, 2011; Nowacki & Wasilik,
2017; Pradhan & Ranjan, 2011; Raman et al. 2012; Rashida, 2015; Yusof et al. 2015).
Kebaruan penelitian ini adalah pada bangunan model penelitian dengan membangun
kepercayaan dan loyalitas konsumen menggunakan program CSR, negara asal dan demografi
sosial. Penelitian ini mampu membuktikan moderasi negara asal pada perusahaan yang
menguatkan CSR terhadap kepercayaan konsumen dan mediasi kepercayaan konsumen
sebagai perantara hubungan antara CSR dan loyalitas konsumen.
Di samping itu, penelitian ini mampu mengisi kesenjangan penelitian-penelitian
terdahulu dan memodifikasi model penelitian negara asal yang dilakukan (Cowan & Guzman,
2018; Ferreira & Ribeiro, 2017; Hashim et al. 2015; Hsu et al. 2017; Moulard et al. 2015).
Dari model penelitian dapat dihasilkan solusi alternatif bagaimana membangun CSR dan
kepercayaan konsumen dalam alur berpikir berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut:
CSR
Kepercayaan
Konsumen
Negara
Asal
34
Negara asal mampu memoderasi pelaksanaan program CSR yang nantinya dapat
berorientasi pada kepercayaan konsumen. Negara asal dianggap sebagai trigger efektif dari
pelaksanaan program CSR yang memiliki efek domino pada kepercayaan konsumen.
Kebudayaan yang menjadi identitas sebuah negara berhubungan erat dengan persepsi
nasionalisme masing-masing konsumen dalam menilai produk/jasa (Sutrisno & Putranto
(2005).
Konsep baru lain yang dihasilkan oleh model penelitian dalam analisis ini adalah
mediasi kepercayaan konsumen yang mampu mengisi kesenjangan penelitian dan
memodifikasi model penelitian. (Chen et al. 2012; Inoue et al. 2017; Kim & Kim, 2016;
Martínez & del Bosque, 2013). Skema alur berpikir berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disajikan pula sebagai berikut:
Kepercayaan konsumen mampu menjadi perantara efektif dalam pelaksanaan
program CSR yang berdampak pada peningkatan loyalitas. Kepercayaan konsumen dianggap
sebagai output efektif dari pelaksanaan program CSR yang memiliki efek domino pada
loyalitas.
Hal ini memunculkan ada suatu bukti nyata bahwa pelanggan dan konsumen dapat
dibangkitkan kepercayaan dan loyalitasnya bukan hanya dari kesempurnaan pelayanan yang
diterima pelanggan itu sendiri namun juga dari kepedulian perusahaan yang diberikan
kepada masyarakat selaku sasaran CSR yang tentunya tidak dirasakan langsung oleh
CSR
Kepercayaan
Konsumen
Loyalitas
Konsumen
35
konsumen perusahaan sehingga konsep hasil kebaruan model penelitian ini bisa disebut
Social Care based Loyalty.