bab iv
DESCRIPTION
lapsuslitminbab 4TRANSCRIPT
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, OS
mengeluh timbul bercakkemerahan yang terasa gatal di punggung tangan kanan
dan kiri, serta punggung kaki kanan dan kiri. Apabila terasa gatal, maka OS akan
menggarut, sehingga menyebabkan bercak kemerahan semakin luas dan timbul
bintil berisi cairan yang apabila pecah akan semakin banyak. OS mengaku sudah
sering berobat ke dokter dan shinshe, namun sama sekali tidak ada perbaikan. OS
tidak ingat nama obat yang diberikan dokter, tetapi OS mengatakan obat diberikan
dalam bentuk pil dan salep. Riwayat gatal-gatal sebelumnya tidak ada, riwayat
alergi makanan dan obat-obatan juga disangkal oleh OS. Riwayat penyakit seperti
asma dan diabetes mellitus juga disangkal OS.
Untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik pada OS, yaitu berdasarkan
kriteria, jika terdapat minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
Pada kasus, terdapat 3 kriteria mayor, yaitu : pruritus, dermatitis kronis dan
dermatitis di fleksura pada dewasa dan terdapat beberapa kriteria minor, yaitu :
xerosis, gatal dan dermatitis nonspesifik pada tangan dan kaki.
Dari status dermatologikusnya, didapatkan 3 status dermatologikus, yaitu :
pada regio dorsum manus, dorsal pedis dan thoracal. Hal ini sesuai dengan tempat
predileksi dermatitis atopik pada dewasa, yaitu didaerah muka (dahi, kelopak
mata, periorbital), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan,
dan biasanya simetris. Dari efloresensinya, pada DA bentuk lesinya polimorfi.
Awalnya eritema, namun akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang
bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa
eritema, papulovesikel, erosi, ekskoriasi dan krusta. Pada kasus, efloresensinya
sesuai dengan tinjauan pustaka, yaitu makula eritema, yang akibat garukan timbul
erosi dan krusta.
30
31
Untuk lebih memastikan diagnosis pada OS, maka bias dilakukan
pemeriksaan penunjang, yaitu : uji kulit allergen atau uji IgE spesifik untuk
mencari faktor atopi dan tes dermografisme untuk melihat perubahan dari
rangsang goresan terhadap kulit.
Tabel 4.1 Diagnosis Banding
Penyakit Gambaran klinisSeboroik dermatitis Berminyak, squama, riwayat keluarga tidak adaPsoriasis Plak pada daerah ekstensor, skalp, gluteus, pitted nailNeurodermatitis Gatal, soliter, riwayat keluarga tidak adaContact dermatitis Riwayat kontak, ruam di tempat kontak, riwayat keluarga
tidak adaSkabies Papul, sela jari, positif ditemukan tungauSistemik Riwayat, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan banyak sesuai
dengan penyakitDermatitis herpetiforme Vesikel berkelompok di daerah lipataDermatofita Plak dengan sentral healing, KOH negatifImmmunodefisiensi disorder
Riwayat infeksi berulang4
Pada kasus ini, dipikirkan diagnosa banding dermatitis kontak alergi dan
iritan, dermatitis seboroid dan psoriasis. Pada dermatitis kontak alergi, biasanya
lesi timbul setelah kontak dengan allergen dan lesi terletak sesuai dengan tempat
kontak. Pada dermatitis kontak iritan, lesi juga timbul karena bahan yang bersifat
iritan, seperti pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu,
yang dirasakan pada OS lebih dominan rasa panas dan pedih daripada gatal. Lesi
pada dermatitis kontak alergi berupa eritema, vesikel miliar, bula, luas kelainan
biasanya sebatas daerah yang terkena, dan batas nya tegas. Pada dermatitis iritan
kronis berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun menebal (hyperkeratosis)
dan likenifikasi, batas menjadi tidak tegas, dapat terjadi fisura akibat kontak terus
berlangsung. Pada dermatitis kontak alergi, vesikel dan bulan dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Sedangkan pada psoriasis, lesi biasanya
disertai skuama putih tebal seperti lilin. Pada dermatitis seboroid berhubungan
dengan keaktifan glandula sebasea. Ditandai dengan eritema, papul folikular dan
perifolikular coklat sampai kemerahan, papul berubah menjadi patch tebal mirip
32
gambaran medali (medallion seboroic), erupsi berskuama halus-kasar yang
berwarna salmon colored atau kuning berminyak, ditemukan krusta yang
mengeras bau, batas kurang tegas. Tempat predileksi di kulit kepala (cenderung
alopesia), pipi, badan, ekstremitas.
Sesuai dengan teori, penatalaksaan kasus dermatitis atopik pada OS sudah
tepat, yaitu memberikan edukasi kepada OS untuk menghindari faktor pencetus.
OS diberikan obat topical, yaitu hidrokortison 1% yang merupakan golongan
kortikosteroid pontensi sedang. OS juga diberikan obat sistemik, yaitu cetirizine
dengan dosis 10 mg, 2 x sehari. Cetirizine merupakan abat antihistamin 1,
generasi kedua yang mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek
sedative atau stimulasi karena lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan plasma,
sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak, sedangkan antihistamis 1
generasi pertama lebih menyebabkan sedative dikarenakan generasi ini kurang
selektif dan mampu berpenetrasi pada system saraf pusat (SSP) lebih besar.
Antihistamin generasi kedua terdiri dari 2 obat, yaitu cetirizine dan loratadine.
Pemilihan cetirizine dikarenakan dosis yang digunakan lebih kecil, yaitu 5 -10
mg/hari.
Sifat cetirizine itu efektif dalam pengobatan pruritus sehingga cocok untuk
pengobatan pruritus pada OS. Cetirizine adalah obat antialergi generasi terbaru
dengan bahan aktif cetirizinedihidroklorida yang terbukti lebih aman dan nyaman
serta menguntungkan karena tidak menimbulkan efek sedative (mengantuk)
sehingga tidak mengganggu aktivitas pasien. Cetirizine juga lebih aman diberikan
jangka panjang, memiliki efek metabolisme minimal di hepar.
Diberikan juga kortikosteroid potensi sedang, yaitu prednisone dengan dosis
3 x 10 mg sehari. Pemberian kortikosteroid pada kasus ini karena dermatitis yang
dialami OS sudah kronik dan kelainan kulit yang dialami luas.
Prognosis pada dermatitis atopic berdasarkan teori adalah baik dengan
memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, dan dermatitis atopic bukan
penyakit yang mengancam nyawa.