bab iv

4
BAB IV ANALISA KASUS Pasien datang dengan keluhan susah bernapas atau bernapas megap-megap, sianosis, dan retraksi substernal yang merupakan gejala dari gangguan pernapasan. Gejala ini sesuai dengan teori dimana pada nonatus didapatkan gangguan pernapasan dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit, takipnea > 60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (12-40%), dan batuk (30-84%). 1 Pasien merupakan bayi yang lahir dengan SC atas indikasi Gemeli. Lahir dari ibu G 2 P 1 A 0 lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 1100 gr, langsung menangis, tonus otot baik, dan gerak kurang aktif. APGAR score 8 1 , 9 5 , Downes score 5 . Ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak ada, ibu demam tidak ada. Saat datang pasien terlihat agak kebiruan. Tidak ada riwayat penyakit dahulu. Pada berat badan lahir pasien juga menunjukkan bahwa bayi ini lahir dengan 37

Upload: monika-sinum

Post on 11-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

zzzzzzzz

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien datang dengan keluhan susah bernapas atau bernapas megap-

megap, sianosis, dan retraksi substernal yang merupakan gejala dari gangguan

pernapasan. Gejala ini sesuai dengan teori dimana pada nonatus didapatkan

gangguan pernapasan dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit,

takipnea > 60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. Takipnea

merupakan tanda yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus,

termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%),

ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (12-40%), dan batuk (30-

84%).1

Pasien merupakan bayi yang lahir dengan SC atas indikasi Gemeli.

Lahir dari ibu G2 P1 A0 lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 1100 gr,

langsung menangis, tonus otot baik, dan gerak kurang aktif. APGAR score 81,

95, Downes score 5 . Ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak ada, ibu demam

tidak ada. Saat datang pasien terlihat agak kebiruan. Tidak ada riwayat

penyakit dahulu. Pada berat badan lahir pasien juga menunjukkan bahwa

bayi ini lahir dengan keadaan bayi berat lahir sangat rendah. Dimana batasan-

batasannya yaitu berat lahir < 1000 g merupakan bayi berat lahir amat sangat

rendah. Berat lahir <1500 gr merupakan bayi berat lahir sangat rendah, berat

lahir <2500g merupakan bayi berat lahir rendah. Berdasarkan teori bahwa

bakteri E coli telah menjadi yang paling umum didapatkan pada bayi dengan

berat 1500 gr atau kurang, dan organisme lain yang bakteri potensial seperti;

Nontypeable Haemophilus influenzae (NTHI), Basil Gram negative,

enterococci, dan Staphylococcus aureus.5 dan merupakan kemungkinan

penyebab.

37

Page 2: BAB IV

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16.4 g/dl, leukosit 14.800/ul,

trombosit 197.000, LED 3 mm/jam, hematocrit 47 %, hitung jenis 0/0/2/68/22/8, CRP

Positif, HCRP 29 mg/L. Hal ini menandakan bahwa pasien sedang mengalami infeksi

Pada hasil foto toraks pada paru kiri terlihat menunjukkan keadaan patologi, yaitu

didapatkan kekeruhan luas yang menunjukkan bahwa pada paru kiri pasien

mengalami infeksi atau terdapat cairan. Ini yang memperkuat diagnosis pneumoni

neonatal. Keadaan ini sesuai dengan teori dimana Neonatus dengan gangguan

pernapasan seperti salah satu dari gejala berikut seperti; takipneu, bising, sulit

bernapas, retraksi dinding dada, batuk, mendengus) yang memiliki hasil kultur darah

positif atau dapat ditemukan dua atau lebih hal berikut:3

a. Faktor predisposisi, Ibu demam (>38˚C), air ketuban berbau, air ketuban pecah

(>24 jam)

b. Gejala klinis sepsis, seperti;malas makan, lethargy, refleks yang buruk,

hipotermia atau hipertermia, dan distensi abdomen

c. Radiograf sugestif pneumonia (nodular atau infiltrate patchy kasar, difus atau

granularity, air bronchogram, lobar atau konsolidasi segmental), perubahan

radiologi tidak kembali dalam waktu 48 jam

d. Layar sepsis Positif (salah satu dari berikut); Band >20% dari leukosit, hitung

leukosit dari kisaran referensi, peningkatan protein C reaktif, peningkatan

sedimentasi eritrosit.

Terapi yang diberikan yaitu IVFD D7.5 % ¼ NS gtt 6 x/menit, KTC 260 cc / 24

jam, ASI-PASI 12x10 cc, Inj. Meropenem 3x25 mg terapi yang diberikan sesuai

dengan teori dimana pada pasien diberikan yaitu Antibiotika ampisilin dan

gentamisin tetapi pada pasien tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin diganti

dengan ceftazidime setelah 48 jam gejala pasien tiak mengalami perbaikan maka

antibiotic ceftazidime diganti dengan meropenem.

Page 3: BAB IV

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,

perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti

mengitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang

terjadi pada pneumonia bacteria. Namun pada pasien ini tidak mengalami

komplikasi.

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena pada neonatus

Perawatan supportif pada neonatus dengan pneumonia akan memberikan hasil

akhir yang lebih baik dan menurunkan angka kematian. Hal ini termasuk

penggunaan oksigen, deteksi dan pengobatan hipoksemia dan apnea,

termoregulasi, deteksi dan pengobatan hipoglikemia, dan meningkatkan

penggunaan cairan intravena dan suplemen gizi melalui nasogastrik.

Pemberian ASI yang sering sangat dianjurkan kecuali bila ada kontraindikasi.