bab iv

19
BAB IV PEMBAHASAN Sebelum melakukan perhitungan pada tahap perencanaan, terlebih dahulu kita harus memahami alur proses dari perencanaan tersebut. Pada tahap awal bagian eksplorasi akan melakukan pengolahan data dari hasil data bor yang telah didapatkan di lapangan. Hasil pengolahan data tersebut berupa data sumberdaya (Measured), data inilah yang akan diteruskan ke unit satuan Perencanaan Operasi Produksi (POP) yang berada di kantor pusat PT. Timah (Persero) Tbk, Pangkalpinang yang dibagi menjadi 2 bidang yaitu : 1. Geologi Tambang 2. Perencanaan Tambang Di satuan Perencanan Operasi Produksi (POP) data sumberdaya tersebut akan diolah terlebih dahulu di bagian geologi tambang. Dimana akan dikaji kelayakannya dengan mengunakan indikator ekonomi yaitu Break Even Grade (BEG). Jika dinilai layak data tersebut akan dijadikan

Upload: ines

Post on 29-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penentuan skala tambang di PT Timah (Persero) tbk

TRANSCRIPT

28

BAB IVPEMBAHASAN Sebelum melakukan perhitungan pada tahap perencanaan, terlebih dahulu kita harus memahami alur proses dari perencanaan tersebut. Pada tahap awal bagian eksplorasi akan melakukan pengolahan data dari hasil data bor yang telah didapatkan di lapangan. Hasil pengolahan data tersebut berupa data sumberdaya (Measured), data inilah yang akan diteruskan ke unit satuan Perencanaan Operasi Produksi (POP) yang berada di kantor pusat PT. Timah (Persero) Tbk, Pangkalpinang yang dibagi menjadi 2 bidang yaitu :1. Geologi Tambang 2. Perencanaan Tambang Di satuan Perencanan Operasi Produksi (POP) data sumberdaya tersebut akan diolah terlebih dahulu di bagian geologi tambang. Dimana akan dikaji kelayakannya dengan mengunakan indikator ekonomi yaitu Break Even Grade (BEG). Jika dinilai layak data tersebut akan dijadikan sebagai data cadangan, sedangkan sumberdaya yang belum layak akan dievaluasi kembali. Data cadangan yang didapat dibagi menjadi dua yaitu data cadangan menerus dan cadangan spoted. Setelah didapat peta cadangan selanjutnya akan diteruskan ke bagian perencanaan tambang untuk dikaji kelayakannya baik secara teknis maupun ekonomis agar dapat diketahui skala tambang yang sesuai untuk diterapkan dengan data cadangan yang ada. Output dari perencanaan tambang ini berupa peta rencana kerja (RK). Diagram alir dalam perencanaan tambang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

IndikatorEkonomiBEG CADANGANMENERUS SPOTEDKajianRK/MineableProbable Skala tambang Situasi Penambangan Hasil Kegiatan EKSPLORASISumberdaya (Measured)Kajian

Layak

Gambar 4.1 Diagram Alir Penataan Validasi Cadangan (Anonim , 2014)

4.1 Menghitung Nilai Break Even Grade (BEG)PT. Timah (Persero) Tbk, memakai istilah Break Even Grade sebagai batas minimal kadar ekonomis untuk ditambang. Adapun perkiraan biaya pada investasi dan operasi tambang darat pada Tambang Non Konvensional (TN), Tambang Semprot (TS), dan Tambang Besar (TB) dapat dilihat pada Tabel 4.1.Tabel 4.1 Perkiraan Biaya Modal dan Operasi TN, TS, dan TB(Anonim, 2014)No

PengeluaranTN (Rp)

TS (Rp)

TB (Rp)

1

Fixed Cost

90.000.000180.000.000600.000.000

2

Variable Cost

910.000.0001.620.000.0003.200.000.000

Total Biaya Operasi

1.000.000.0001.800.000.0003.800.000.000

Sebelum melakukan perhitungan nilai Break Even Grade maka pada tahap awal harus ditentukan terlebih dahulu nilai Break Even Production yang merupakan produksi pulang pokok yang dapat dihitung dengan membagikan biaya operasi penambangan dengan Harga Efisien Tambang (HET). Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk menentukan nilai Break Even Grade adalah sebagai berikut:1. Menghitung Harga Efisien Tambang (HET)Harga Efisien Tambang (HET) diturunkan dari Harga Logam, Laba Bersih, dan Over Head. Data yang digunakan untuk mendapatkan nilai HET adalah sebagai berikut: Diketahui jika : Kurs = Rp 11.000/USDHarga Logam (HL) =USD 23.000 /tonMaka harga logam = Kurs x Harga Logam = Rp 11.000/USD x USD 23.000 /ton= Rp 253.000.000 /ton Setelah didapatkan hasil perkalian kurs dengan harga logam maka didapatkan harga logam sebesar Rp 253.000.000/ton, tahap selanjutnya adalah menghitung nilai Over head.2. Menghitung Over Head (OH) data diperkirakan sebagai berikut :KegiatanPersentase (%)Biaya (Rp/ton)

Eksplorasi4 %10.120.000

Royalti3 %7.590.000

Peleburan6 %15.180.000

Pemasaran1 %2.530.000

Iuran KP/PBB1 %2.530.000

Over head kantor10 %25.300.00

Total25 %63.250.000

Profit10 %25.300.000

Jumlah35 %88.550.000

Harga over head didapat dari 35 % harga logam sehingga didapatkan nilai over head sebesar Rp 88.500.000/ton. Dari variabel variabel tersebut barulah kita dapat menentukan Harga Efisien Tambang (HET) dengan rumus sebagai berikut :Harga Efisien Tambang = Harga Logam Over Head = Rp 253.000.000/ton Rp 88.550.000/ton= Rp 164.450.000/tonDari perhitungan tersebut didapatkan harga efisien tambang sebesar Rp 164.450.000/ton, yang merupakan variabel untuk menentukan Break Even Production (BEP).3. Menghitung Break Even Production (BEP) Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai Break Even Production digunakan perbandingan antara biaya operasi produksi dengan harga efisien tambang. Berikut perhitungan nilai Break Even Production untuk Tambang Besar (TB), Tambang Semprot (TS) dan Tambang Non Konvensional (TN) :a. Menghitung Break Even Production untuk kelas TB Break Even Production = Biaya Operasi Harga Efisien Tambang

= Rp 3.800.000.000 Rp 164.450.000 /ton= 23 ton b. Menghitung Break Even Production untuk kelas TS Break Even Production = Biaya Operasi Harga Efisien Tambang

= Rp 1.800.000.000 Rp 164.450.000/ton= 10,9 ton c. Menghitung Break Even Production untuk kelas TNBreak Even Production = Biaya Operasi Harga Efisien Tambang

= Rp 1.000.000.000 Rp 164.450.000 /ton= 6 tonDari perhitungan di atas didapatkan nilai Break Even Production tiap tiap kelas tambang, untuk TB = 23 ton, TS = 10,9 ton, dan TN = 6 ton. Nilai Break Even Production ini dimaksudkan sebagai titik pulang pokok dalam melakukan operasi penambangan. Setelah didapatkan nilai Break Even Production, selanjutnya adalah menetukan nilai koefisien hasil. 4. Menentukan Koefisien HasilSetelah didapatkan BEP, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai KH (Koefisien Hasil) yang dapat dihitung dengan perbandingan antara Produksi Realisasi (PSB) dengan Produksi dihitung (PDH), untuk PT. Timah nilai koefisien hasil bernilai 1 (satu). Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan Koefisien Hasil (KH) sebagai berikut : Koefisien Hasil = Produksi realisasi Produksi dihitung

= 1 Nilai Koefisen Hasil tersebut akan dijadikan nilai koreksi untuk menentukan nilai Break After KH, yang mana nilai koefisien hasil yang digunakan PT. Timah (Persero) Tbk, bernilai 1 (satu).5. Menentukan Break After KH Menentukan nilai Break After KH (BAK) untuk tiap tiap kelas tambang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :a. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TB Break After KH = Break Even Production Koefisien Hasil

= 23 ton 1

= 23 ton b. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TS Break After KH = Break Even Production Koefisien Hasil

= 10,9 ton 1

= 10,9 ton c. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TNBreak After KH = Break Even Production Koefisien Hasil

= 6 ton 1

= 6 ton Nilai Break After KH didapat dari perbandingan nilai BEP dengan Koefisien Hasil. Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan nilai Break After KH untuk TB = 23 ton, TS = 10,9 ton dan TN = 6 ton. Dari nilai BAK inilah dapat ditentukan pula nilai Break Even Grade dari tiap kelas tambang sesuai dengan data yang diperoleh. d. Menentukan Break Even Grade Dari variabel variabel di atas maka perhitungan Break Even Grade dapat ditentukan berdasarkan perbandingan antara nilai Break After KH dengan IDH (volume dihitung) yang merupakan kapasitas gali suatu peralatan tambang yang telah dikoreksi. Sehingga IDH merupakan volume tanah keseluruhan yang dapat dilihat dari data cadangan kaksa yang didapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Cadangan Pada Lapisan Kaksa LDH (m2)DDH (m)IDH (m3)TDH (kg/m3)PDH (ton)

Kaksa357.5577,02.506.7580,368924,38

Data cadangan di atas merupakan nilai IDH rata rata dari 36 blok data cadangan, sedangkan untuk menetukan nilai Break Even Grade akan digunakan data volume dihitung atau IDH/blok sehingga untuk dapat menetukan nilai volume dihitung tiap blok dapat digunakan cara sebagai berikut: IDH/blok = IDH total 36 blok = 2.506.758 m3 36 blok = 69.632,17 m3/blokSetelah didapatkan nilai IDH/blok = 69.632,17 m3, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai BEG pada tiap tiap kelas tambang yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :a. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TB Break Even Grade = Break After KH IDH

= 23 tonx 1000 69.632,17 m3

= 0,330 kg/m3 b. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TS Break Even Grade = Break After KH IDH =10,9 tonx 1000 69.632,17 m3

= 0,156 kg/m3 c. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TN Break Even Grade = Break After KH IDH

= 6 tonx 1000 69.632,17 m3

= 0,09 kg/m3 Dari perhitungan di atas didapatkan kadar rata rata minimum layak tambang (BEG) pada tiap tiap kelas tambang, untuk TB = 0,330 kg/m3, TS = 0,156 kg/m3, TN = 0,09 kg/m3. Berdasarkan data cadangan lapisan kaksa di ketahui nilai total rata rata grade TDH = 0,368 kg/m3 sehingga dengan data cadangan TDH tersebut bisa dilakukan penambangan dengan kelas TB, TS maupun TN karena nilai grade berada di atas rata rata minimun pada perhitungan nilai Break Even Grade yang telah didapatkan. 4.2 Penentuan Kelas Tambang Untuk menentukan kelas tambang dapat digunakan data yang didapat dari data cadangan kaksa dan data cadangan normal yang didapat dari data geologi tambang. Adapun dasar utama dalam menentukan kelas tambang khususnya tambang darat adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan nilai grade rata-rata (TDH)Langkah awal yang dilakukan dalam pengklasifikasian kelas tambang adalah dengan mengetahui data cadangan pada lapisan kaksa yang memiliki grade rata-rata (TDH) = 0,368 kg/m3, kemudian nilai TDH yang didapat disesuaikan dengan nilai TDH acuan pada Tabel 4.3, dengan nilai TDH = 0,368 kg/m3, akan sesuai jika dilakukan penambangan dengan mengunakan TB, TN, TS, ataupun TSK karena grade yang didapat memenuhui syarat pada semua kelas tambang.Tabel 4.3 Grade Minimum Pada Kelas Tambang(Anonim, 2014)Kelas TambangSatuan2014

Tambang Besar (TB)kg/m30,279

Tambang Semprot (TS)kg/m30,291

Tambang Non Konvensional (TN)kg/m30,289

Tambang Skala Kecil (TSK)kg/m30,294

2. Berdasarkan kedalam rata-rata lubang bor (DDH)Pengklasifikasian skala tambang selanjutnya adalah berdasarkan kedalaman rata-rata (DDH), pada data cadangan lapisan normal (kaksa dan overburden) pada data Tabel 4.4, diketahui nilai DDH = 11,15 m. Berdasarkan data tabel kedalaman kelas tambang, kedalaman 11,15 m dapat diklasifikasikan sebagai Tambang Besar atau Tambang Semprot. Tabel 4.4 Data Cadangan Pada Lapisan NormalLDH (m2)DDH (m)IDH (m3)TDH (kg/m3)PDH (ton)

Normal356,55711,153.978.4570,236942

Berikut ini merupakan data kedalaman ideal dilihat pada Tabel 4.5 yang digunakan oleh bagian Perencanaan Operasi Produksi, untuk mengklasifikasikan kelas tambang dan menjadi acuan agar tambang tersebut, sesuai dengan kajian ekonomisnya. Tabel 4. 5 Kedalaman Pada Kelas Tambang (Anonim, 2014)Kelas TambangKedalaman

Tambang Besar (TB)12 15 m

Tambang Semprot (TS)8 12 m

Tambang Non-Konvensional (TN)6 10 m

Tambang Skala Kecil (TSK)< 6 m

3. Berdasarkan Waktu/Lamanya Pengerjaan Setelah penentuan berdasarkan grade rata rata (TDH), dan kedalaman dihitung (DDH) didapatkan klasifikasi kelas tambang yang sesuai yaitu kelas Tambang Besar (TB) dan Tambang Semprot (TS). Penentuan selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan waktu/lamanya pengerjaan, yang dapat disesuaikan berdasarkan data acuan pada Tabel 4.6, berikut penentuan kelas tambang berdasarkan waktu/lamanya pengerjaan :Tabel 4.6 Periode Waktu Pengerjaan Pada Kelas Tambang (Anonim, 2014)Skala TambangKapasitas Gali (m3/jam)Jam Jalan (jam/bulan)Periode Kerja

TB/TBS1003003 Tahun

TS/TSS603002 Tahun

TN/TNS303001 Tahun

TSK/TSKS102506 Bulan

a. Menetukan lamanya/waktu pengerjaan untuk TB Untuk menentukan waktu penggerjaan, perlu diketahui beberapa data sebagai berikut : Diketahui Nilai IDH pada lapisan kaksa= 2.506.758 m3Jam jalan= 300 jam/bulan Periode minimal waktu pengerjaan untuk TB= 3 tahun/36 bulan Kapasitas gali minimum untuk TB= 100 m3/jamMaka langkah pertama adalah menghitung kapasitas gali perbulan, adapun perhitungannya sebagai berikut :Kapasitas gali/bulan= jam jalan x kapasitas gali minimum untuk TB= 300 jam/bulan x 100 m3/jam= 30.000 m3/bulanSetelah didapatkan kapasitas gali/bulan langkah selanjutnya adalah menentukan lama waktu pengerjaan, adapun perhitungannya sebagai berikut : Waktu pengerjaan = IDHKapasitas gali/ bulan = 2.506.758 m3 30.000 m3/bulan

=83 bulan atau 7 tahun.Dari perhitungan tersebut didapatkan lamanya/waktu pengerjaan untuk Tambang Besar (TB) 83 bulan atau kurang lebih 7 tahun, berdasarkan data pada tabel periode waktu pengerjaan untuk TB minimal dikerjakan selama 3 (tiga) tahun, maka data cadangan tersebut akan sesuai (ekonomis) bila dilakukan dengan penambangan kelas TB b. Menetukan lamanya/waktu pengerjaan untuk TSBeberapa data yang perlu diketahui adalah sebagai berikut : Diketahui Nilai IDH pada lapisan kaksa= 2.506.758 m3Jam jalan= 300 jam/bulan Periode minimal waktu pengerjaan untuk TS= 2 tahun/36 bulan Kapasitas gali minimum untuk TS= 60 m3/jamMaka langkah pertama adalah menghitung kapasitas gali perbulan, adapun perhitungannya sebagai berikut :Kapasitas gali/bulan= jam jalan x kapasitas gali minimum untuk TS= 300 jam/bulan x 60 m3/jam= 18.000 m3/bulanSetelah didapatkan kapasitas gali/bulan langkah selanjutnya adalah menentukan lama waktu pengerjaan, adapun perhitungannya sebagai berikut : Waktu pengerjaan = IDHKapasitas gali/ bulan = 2.506.758 m3 18.000 m3/bulan

=139 bulan atau 11 tahun.Dari perhitungan lamanya/waktu pengerjaan untuk Tambang Semprot (TS) didapatkan rentang waktu pengerjaan 139 bulan atau kurang lebih 11 tahun, sedangkan pada tabel periode waktu pengerjaan, untuk TS minimal dikerjakan selama 2 tahun. Sehingga jika data cadangan tersebut dilakukan penambangan dengan kelas Tambang Semprot (TS) tidak ekonomis karena waktu pengerjaan yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan menggunakan Tambang Besar.