bab iv
DESCRIPTION
bbTRANSCRIPT
105
IV. Studi Alur Data Sektor Kesehatan (Dr. Bambang Hartono, S.K.M, M.Sc., Hary Purwanto, M.Kes., M.Si.,
Machjati, S.K.M, M.Kes.)
4.1 Situasi Umum
4.1.1 Keadaan Umum Sistem Informasi Kesehatan Pada hakikatnya Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan bagian
fungsional dari Sistem Kesehatan, yaitu suatu sistem yang memberikan pelayanan yang terpadu, meliputi pelayanan pencegahan penyakit, pelayanan pengobatan, rehabilitatif dan peningkatan kesehatan. Dalam hal ini Sistem Informasi Kesehatan seharusnya mampu menghasilkan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan di semua tingkat sistem kesehatan, yaitu tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota.
Sejak diberlakukannya desentralisasi, penyampaian data dan informasi dari tingkat kabupaten/kota ke propinsi dan pusat tidak berjalan dengan baik. Berbagai kabupaten/kota sebagai daerah otonom tidak lagi merasa perlu menyampaikan data/informasi ke jenjang yang lebih tinggi sehingga di tingkat nasional tidak lagi diperoleh data/informasi kesehatan yang lengkap dan akurat.
Untuk mengatasi hal tersebut, Departemen Kesehatan berupaya untuk menata kembali SIK-nya, di antaranya adalah dengan menerbitkan berbagai Keputusan Menteri Kesehatan, sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor 1747/MenKes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 551/MenKes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional,
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932/MenKes/SK/VIII/ 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, dan
106
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1410/MenKes/SK/X/ 2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi Kelima.
Penataan kembali SIK merupakan tantangan yang cukup berat, khususnya bila dikaitkan dengan situasi saat ini, ketika telah terjadi perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Upaya untuk mewujudkan jaringan komunikasi data di antara institusi manajemen maupun penyelenggara kesehatan menjadi pilihan. Pengembangan komunikasi data yang berbasis pada teknologi informasi maju makin menjadi tuntutan.
4.1.2 Sub-sistem Informasi Kesehatan
Di Departemen Kesehatan terdapat berbagai sub-sistem informasi kesehatan yang telah lama berkembang:
a. Sub-sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS), b. Sub-sistem Informasi Rumah Sakit, c. Sub-sistem Surveilans Terpadu, d. Sub-sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, e. Sub-sistem Informasi Obat, f. Sub-sistem Informasi Sumber Daya Manusia, yang meliputi:
Sub-sistem Informasi Kepegawaian, Sub-sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sub-sistem Informasi Pendidikan dan Latihan Pegawai, dan Sub-sistem Informasi Tenaga Kesehatan, dan
g. Sub-sistem Informasi Ilmu Pengetahuan Kesehatan.
Dari sub-sistem tersebut di atas, sub-sistem yang terkait dengan indikator MDGs bidang kesehatan adalah Sub-sistem Informasi Puskesmas, Sub-sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem Terpadu Penyakit serta Sub-sistem Pemantauan Status Gizi.
107
4.2. Indikator MDGs Bidang Kesehatan
Indikator MDGS bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Prevalensi Balita kurang gizi, b. Angka kematian Balita, c. Angka kematian bayi, d. Proporsi anak kurang 1 tahun yang diimunisasi campak, e. Angka kematian ibu, f. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, g. Prevalensi HIV di antara ibu hamil usia 15-44 tahun, h. Prevalensi penyakit malaria, i. Kematian penyakit malaria, j. Proporsi penduduk di daerah malaria yang mencegah dan mengobati
secara efektif, k. Prevalensi TBC, l. Kematian TBC, m. Proporsi kasus TBC yang ditemukan, dan n. Proporsi TBC yang diobati dengan DOTS.
4.3 Pengelolaan Data di Daerah Studi 4.3.1 Daerah Studi
Studi pemetaan data sektoral ini dilakukan di 5 (lima) kabupaten: tiga kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bone dan Kabupaten Takalar serta dua kabupaten di Sulawesi Barat, yaitu Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamuju.
Pemetaan data sektoral ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari kabupaten dan dari isian kuesioner yang respondennya adalah petugas kabupaten serta masukan dari diskusi terfokus.
Diinformasikan oleh Kabupaten Bantaeng dan Polewali Mandar bahwa yang menjadi responden/pemberi informasi tentang pengelolaan data adalah pengelola program di Puskesmas, RS, dinas kesehatan kabupaten serta petugas Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan petugas SP2TP di dinas kesehatan kabupaten serta pengelola profil kesehatan.
108
4.3.2 Indikator MDGs Bidang Kesehatan diusulkan di daerah Studi
Untuk memperoleh data indikator MDGs, di dalam diskusi kelompok terfokus yang pesertanya berasal dari 2 propinsi dan 5 kabupaten yang menjadi daerah studi telah disepakati indikator MDGs, yaitu:
1) Prevalensi Balita kurang gizi, 2) Angka kematian bayi di kecamatan dengan indikator proxy jumlah
kematian bayi, 3) Angka kematian Balita, 4) Persentase Balita gizi buruk, 5) Persentase rumah tangga yang menggunakan garam yodium, 6) Presentase pemberian vitamin A pada Balita, 7) Proporsi anak yg diimunisasi campak sebelum usia 1 tahun, 8) Angka kematian ibu, 9) Status gizi WUS, 10) Status gizi wanita hamil, 11) Persentase pemberian Fe pada ibu hamil, 12) Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih, 13) Persentase ibu hamil yang melaporkan kunjungan keempat (K4), 14) Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif mengenai HIV/AIDS, 15) Prevalensi HIV/AIDS, 16) Prevalensi malaria, 17) Proporsi anak Balita yang tidur menggunakan kelambu yang direndam
insektisida, 18) Prevalensi TB, 19) Angka kematian karena tuberkulosis, 20) Angka penemuan penderita TB BTA + baru, 21) Angka kesembuhan penderita TB diobati dengnan DOTS, 22) Prevalensi kusta, 23) Insiden DBD, 24) Case fatality rate (CFR) diare, 25) Presentase positive lyssa, dan 27) Insiden avian influenza.
109
Terkait dengan penghitungan indikator, ditemukan kesulitan karena tidak lengkapnya data yang diterima. Pembilang dan penyebut perlu dikoreksi agar sesuai dengan target sasaran yang ingin dicapai, namun semua kabupaten tidak mampu melakukannya, disebabkan:
• tidak adanya tenaga yang khusus menangani pengolahan data, • data pembilang maupun penyebut sering tidak mengacu pada rujukan
populasi yang sama sehingga populasi sering berubah atau tidak konsisten, dan
• data hasil pelayanan oleh dokter praktek atau klinik swasta tidak dilaporkan sehingga cakupan tidak menyeluruh.
Karena itu diusulkan agar dilakukan pertemuan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan program maupun pengelolaan data supaya mereka berupaya melakukan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan akurasi data SIK.
4.3.3 Proses Pengelolaan Data
Meskipun pada era otonomi daerah wewenang telah diberikan kepada daerah untuk mengembangkan sistem informasinya sendiri sesuai kondisi daerah, namun pada kenyataannya banyak daerah masih meneruskan kegiatan sistem informasi yang mengacu pada pengalamannya, yaitu dengan menggunakan mekanisme sistem pelaporan yang telah ada.
Pengelolaan data di propinsi dan kabupaten di daerah studi secara umum dilaksanakan oleh unit/bagian program, tidak ada satu unit pun di propinsi maupun kabupaten yang secara khusus melakukan pengelolaan data.
Data yang diperoleh dari hasil pelayanan di unit-unit kesehatan, dikumpulkan secara pasif dan aktif oleh pengelola program di dinas kesehatan kabupaten yang kemudian disatukan oleh subbagian program untuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten. Hanya di Kabupaten Takalar data profil dikelola di bidang pelayanan kesehatan (Yankes).
Dalam kegiatan pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan, baik rumah sakit, maupun Puskesmas dan masyarakat digunakan register atau buku pencatatan yang telah baku. Pencatatan data pelayanan dilakukan setiap hari. Data harian ini selanjutnya direkap dalam formulir laporan sebagai berikut:
110
• Untuk pelayanan di Puskesmas digunakan formulir LB1 dan LB3 (lihat Lampiran 4.2 dan 4.3),
• Untuk pelayanan di rumah sakit digunakan formulir RL2a, RL2b, RL2a1, RL2b1 dan RL2c (lihat Lampiran 4.4-4.8), dan
• Untuk kegiatan yang dilaksanakan langsung di masyarakat dicatat dalam register kegiatan Posyandu (Lampiran 4.1) yang mencakup gizi, KIA, diare, imunisasi dan keluarga berencana.
Selanjutnya apabila formulir tersebut diteliti, baik di formulir pelaporan Puskesmas maupun rumah sakit tidak dicantumkan variabel jenis kelamin, meskipun sebenarnya tercantum pada register harian.
Di samping itu penggunaan alamat pasien atau penderita yang berkunjung ke Puskesmas atau rumah sakit, sering kali menggunakan alamat yang tidak rinci sehingga akan menyulitkan bila dilakukan rekapitulasi penderita menurut wilayah. Bahkan sering kali Puskesmas memberikan pelayanan kepada pasien yang tinggal di luar wilayahnya.
Meskipun sistem pelaporan untuk pelayanan oleh swasta seperti rumah sakit swasta, dokter praktek, bidan praktek maupun klinik swasta/bersama telah diatur dalam prosedur/mekanisme pelaporan hasil pelayanan, namun pada umumnya dokter praktek swasta maupun bidan praktek swasta tidak menyampaikan laporan ke Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah mereka praktek, lebih lagi di daerah perkotaan.
Dengan demikian pada masa mendatang, untuk pengumpulan data hendaknya dirancang sebagai berikut: • Untuk perbaikan formulir pelaporan penyakit, gizi dan imunisasi (LB1,
LB3, RL1a,1b, 2a, 2b, 2a1, 2b1, 2c) dirinci menurut jenis kelamin. • Untuk pengisian alamat pasien digunakan kode desa/kecamatan/
kabupaten/kota, sehingga dalam proses agregasi/tabulasi dapat dipilah menurut wilayah pasien.
• Untuk kelengkapan data yang mencakup pelaporan dokter dan bidan praktek swasta perlu dilakukan kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan dinas kesehatan kabupaten/kota terkait dengan izin praktek dan pelaporan kegiatan pelayanan prakteknya.
111
Pengumpulan data pada 5 kabupaten di Sulsel dan Sulbar, dapat digambarkan sebagai berikut:
(a) Di Puskesmas, data hasil pelayanan dikumpulkan oleh pengelola program di Puskesmas, lalu petugas Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) mengkoordinasikannya untuk direkap ke dalam laporan-laporan LB1, LB2, LB3 dan LB4, selanjutnya dikirim ke petugas SP2TP kabupaten. Sementara itu pengelola program di Puskesmas juga melaporkan data hasil pelayanannya kepada pengelola program di dinas kesehatan kabupaten.
(b) Untuk data hasil pelayanan di rumah sakit, Kabupaten Bone menyatakan bahwa pengumpulan data yang bersumber dari RS, klinik swasta, dokter/bidan praktek menjadi tangung jawab pengelola Puskesmas kabupaten. Di Kabupaten Polman, pengelola program harus menjemput data yang bersumber dari rumah sakit, sementara data yang bersumber dari klinik swasta, dokter dan bidan praktek belum bisa tercakup. Di tiga kabupaten lainnya perolehan data masih terbatas, yaitu dari Puskesmas dan RS milik pemerintah, meskipun laporan dari RS juga tidak selalu diterima.
(c) Dilaporkan oleh Kabupaten Bone, bahwa yang mengumpulkan data yang sifatnya insiden/KLB adalah petugas surveilans melalui laporan W1 dan W2.
Proses pengolahan data ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyimpanan, pengolahan, dan publikasi.
1) Penyimpanan hasil pengolahan Empat dari lima (80%) kabupaten studi menyatakan bahwa mereka menyimpan hasil pengolahan datanya dalam bentuk hard copy dan soft copy.
2) Diseminasi hasil pengolahan Tiga dari empat (75%) kabupaten yang melaporkan tersebut menyatakan bahwa mereka mengirimkan hasil pengolahan data tersebut ke Dinkes propinsi dan pusat.
3) Bentuk publikasi hasil pengolahan Seluruh kabupaten di daerah studi melaporkan bahwa hasil dari pengolahan data dipublikasikan dalam buku Profil Kesehatan Kabupaten, namun demikian Kabupaten Bone dan Takalar menginformasikan bahwa buku profil tersebut digandakan dalam jumlah yang masih terbatas.
112
Jenis data indikator MDGs yang diolah dari masing-masing kabupaten tampak beragam, namun minimal menyangkut indikator kesehatan ibu dan anak, pelayanan gizi dan status gizi serta penyakit menular tertentu. Tidak ada unit khusus yang mengolah data, data sudah direkap baik di Puskesmas maupun rumah sakit. Setelah sampai di kabupaten, data dimanfaatkan oleh seksi pengelola program di dinas kesehatan kabupaten dan sub-bagian program/perencanaan. 4.3.4 Sumber Daya
1) Tenaga Pengelola Data
Bila ditanyakan siapa penanggung jawab pengolah data, jawabannya juga beragam. Kabupaten Polewali Mandar menyatakan bahwa penanggung jawab pengolah data adalah pengelola SIK di Puskesmas atau rumah sakit. Kabupaten Mamuju menyebutkan bahwa penanggung jawab pengolah data ada di masing-masing seksi di dinas kesehatan kabupaten, sedangkan di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng menyebutkan bahwa penanggung jawab pengolah data adalah Subag program/perencanaan dan di Kabupaten Takalar adalah pengelola program di Puskesmas.
Dengan demikian maka baik di unit pelayanan maupun di dinas kesehatan kabupaten, ada data yang dikelola oleh pemegang program/seksi (Kabupaten Bantaeng dan Poliwali Mandar) dan ada data yang dikelola oleh pengelola data/SIK (Kabupaten Takalar dan Mamuju). Setidaknya data di Puskesmas telah diagregasi atau direkapitulasi. Keragaman ini kemungkinan disebabkan karena tidak adanya unit yang secara khusus menangani data.
Tentang kualifikasi tenaga pengolah data, Kabupaten Bantaeng menyebutkan bahwa terdapat 2 orang S1 Kesehatan Masyarakat, sementara pada saat ujicoba di Kabupaten Jeneponto terdapat 1 orang S1 Kesehatan Masyarakat yang ditunjuk sebagai pengelola SIK dengan surat keputusan kepala dinas kesehatan, dibantu oleh 2 orang S1 Kesehatan Masyarakat.
113
Dari hasil pengumpulan data inventarisasi sumber daya SIK yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi pada pertengahan tahun 2007 diperoleh informasi bahwa terdapat 2 orang tenaga pengelola SIK di Kabupaten Takalar yang masing-masing berpendidikan S1 Kesehatan Masyarakat, sementara di Kabupaten Bone terdapat 3 orang S1 Kesehatan Masyarakat.
2) Peralatan Pengolah Data
Ketersediaan sarana di Sulawesi Selatan berbeda dengan Sulawesi Barat. Di Sulawesi Selatan, di setiap Puskesmas tersedia 1 unit komputer untuk mengolah data, sementara di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat hanya tersedia 1 unit komputer di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mengolah data. Kelihatannya sarana ini diperoleh dari pengadaan sarana pengolah data daerah melalui DIPA Pusdatin tahun 2005.
Mengenai lamanya proses pengumpulan data disebutkan oleh 2 kabupaten yaitu Polewali Mandar di Sulawesi Barat dan Takalar yaitu selama 2 minggu, dan untuk proses pengolahan data, kedua kabupaten ini juga menyebutkan waktu proses pengolahan data, yaitu untuk Kabupaten Poliwali Mandar 3 minggu dan Kabupaten Takalar 2 minggu.
Kelihatannya yang dimaksud di sini adalah waktu pengumpulan dan pengolahan untuk data bulanan.
3) Biaya Pengelolaan Data
Terdapat 2 kabupaten yang memberikan informasi tentang biaya untuk pengelolaan data, yaitu Kabupaten Poliwali Mandar yang menyatakan tidak semua kegiatan pengumpulan data ada dananya, dan Kabupaten Takalar yang menyatakan bahwa dana yang tersedia adalah dalam rangka penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten.
Tentang biaya untuk pengolahan data diinformasikan bahwa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan tidak tersedia biaya khusus untuk pengolahan data, sementara di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tersedia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meskipun terbatas, terdapat biaya untuk pengelolaan data.
114
4.3.5 Alur Data
Alur pengumpulan data terkait indikator MDGs bidang kesehatan pada umumnya masih mengikuti mekanisme dari sub-sistem yang pernah berjalan seperti Sub-sistem Informasi Puskesmas, Sub-sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem Terpadu Penyakit serta Sub-sistem Pemantauan Status Gizi sebagai berikut:
a) Alur data dari Puskesmas (Bagan 4.1)
• Data Puskesmas yang berasal dari kegiatan harian, baik dari kegiatan dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Puskesmas pembantu serta bidan di desa, dikumpulkan di Puskesmas oleh masing-masing pengelola program di Puskesmas, misalnya program kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit, promosi kesehatan dan lainnya.
• Data tersebut kemudian diagregasi oleh pengelola SP2TP ke dalam formulir laporan bulanan Puskesmas (LB1 dan LB3).
• Laporan bulanan tersebut kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten.
• Kemudian dilakukan rekapitulasi seluruh Puskesmas oleh petugas SP2TP kabupaten untuk dikoordinasikan dengan pengelola program di dinas kesehatan kabupaten.
• Selanjutnya rekapitulasi laporan Puskesmas diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).
b) Alur data dari Rumah Sakit (Bagan 4.2)
• Data dari rumah sakit baik pemerintah maupun swasta yang berasal dari kegiatan harian, meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap, dikumpulkan oleh petugas rekam medik rumah sakit.
• Data tersebut kemudian diagregasi oleh petugas rekam medik dalam formulir laporan bulanan rumah sakit sebagai berikut:
- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap rumah sakit (RL2a)
115
- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan rumah sakit (RL2b).
- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap surveilans rumah sakit (RL2a1).
- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan surveilans rumah sakit (RL2b1).
- Laporan data status imunisasi (RL2c).
• Laporan tersebut secara bersamaan dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan propinsi dan Departemen Kesehatan (Ditjen Pelayanan Medik).
c) Alur data Sistem Terpadu Penyakit /STP (Bagan 4.3) • Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular,
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit secara terpadu yang bersumber dari Puskesmas, rumah sakit dan laboratorium dengan menggunakan formulir STP Pus STP RS dan STP Lab.
• Data STP tersebut di atas kemudian diagregasi dalam formulir STP.PUS.KAB., STP.RS.KAB. dan STP.LAB.KAB oleh dinas kesehatan kabupaten.
• Selanjutnya rekapitulasi laporan STP tersebut diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).
d) Alur Pemantauan Status Gizi (Bagan 4.4)
• Untuk memantau status gizi Balita, telah dikembangkan survei pemantauan status gizi yang dilakukan secara berkala, yang dilakukan oleh tim pemantau gizi Puskesmas dengan menggunakan formulir F1/PSG-KADARSI dan F2/PSG-KADARSI dan F3/PSG-KADARSI.
• Formulir pengumpulan data F1/PSG dan FII/PSG yang telah diisi lengkap oleh TPG Puskesmas, segera dikirim ke Dinkes kabupaten/kota.
• Selanjutnya FII/PSG dari seluruh kecamatan direkapitulasi pada formulir FIII/PSG.
• Selanjutnya rekapitulasi FIII/PSG tersebut diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).
116
Bagan 4.1 Alur Data dari Puskesmas (SP2TP)
PUSAT
Bagian Informasi Binkesmas
Pusdakes
Program Terkait
Tk. Pusat
KIA P2M PKM PKL
GFK
PKL
Program TerkaitTk. ProvinsiI
Program Terkait
Tk. Dat II
Dinkes Dati I
Dinkes Dati II
Bagian TU Subag. Rencana
Subbag. TU
KEPALA PUSK
Tata Usaha
Yankes Swasta BIDES PUSTU
KETERANGAN: GARIS LAPORAN SP2TP LAPORAN TEMBUSAN HASIL OLAHAN/REKAP
GARIS UMPAN BALIK KOREKSI DATA GARIS PEMBINAAN
117
Bagan 4.2 Alur Data dari Rumah Sakit (SP2RS)
Swasta
Ditjen Yanmed
Dinas Kesehatan provinsi
Dinas Kesehatan kabupaten/kota
TNI & POLRI/ Dep. Lain/BUMN
Swasta
R.S.
R.S.
R.S.
RL1; RL2A; RL2B; RL3 RL4; RL5; RL6
TNI & POLRI/Dep. Lain/BUMN
Depkes, Pemda
RL1; RL2a; RL2b; RL2a1; RL2b1; RL2c
RL2.1; RL2.2; RL2.3; RL3; RL4; RL5;
RL1; RL2a; RL2b; RL3; RL4; RL5; RL6
RL1; RL2a; RL2b; RL3; RL4; RL5; RL6
RL4a (Khusus RS Vertikal Depkes)
118
Bagan 4.3 Alur Sistem Terpadu Penyakit
Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans kepada Unit Surveilans yang akan
melakukan kompilasi data
Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans yang melakukan kompilasi data kepada semua Unit Surveilans yang melakukan pengirimkan data
Distribusi data surveilans dari PUSKESMAS dan Rumah Sakit Sentinel
Ditjen Surveilans Dinas Kesehatan
kab/kota
Ditjen Surveilans Ditjen PPM & PL
Depkes
Form. STP.PUS.KAB Form. STP.RS.KAB Form. STP.LAB.KAB
Form. STP.PUS.KAB Form. STP.RS.KAB Form. STP.LAB.KAB
Form. STP.PUS Form. STP.RS Form. STP.LAB
Ditjen Surveilans Dinas Kesehatan
provinsi
Ditjen Surveilans Puskesmas
Ditjen Surveilans Rumah Sakit
Ditjen Surveilans Laboratorium
Puskesmas Sentinel Formulir STP.PUS.SEN
Rumah Sakit Sentinel Formulir
STP.RS.SEN
119
Bagan 4.4 Alur Pemantauan Status Gizi
Keterangan: Umpan balik
Arus pelaporan
Pusat
Provinsi
Kab/kota
Puskesmas
Sub-desa kelurahan (Sampel Balita dan keluarga sesuai dengan jumlah yang telah dihitung
dan dipilih secara acak sesuai ketentuan-lihat Bag. metodologi)
Umpan balik laporan
Umpan balik
Umpan balik
Laporan data
Laporan data
Formulir & kuesioner
Data Elektronik
Memantau penimbangan dan mengisi formulir
120
Indikator MDGs Bidang Kesehatan Bila mengamati kegiatan pengolahan data menjadi indikator dari
masing-masing indikator MDGs, tampak dari 5 kabupaten di daerah studi adanya keragaman indikator yang diolah, yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: • Angka kematian bayi (AKB), angka kematian Balita (AKABA), angka
kematian ibu (AKI): Dua dari lima kabupaten (60%) menyebutkan indikator yang diolah hanya angka kematian bayi saja, sementara 3 lainnya mengolah AKB, AKABA, AKI.
• Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu: Hanya 1 dari 5 kabupaten studi yang tidak menyebutkan indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4 dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, sementara 3 dari 4 kabupaten yang mengolah indikator pelayanan tersebut juga mengolah indikator cakupan pemberian Fe ibu hamil. Indikator lainnya yang dilaporkan diolah adalah presentase ibu hamil kurang energi protein (KEK) dan presentase diare ditolong oleh kader.
• Status Gizi Balita: Hanya Kabupaten Bantaeng yang tidak mengolah indikator status gizi. Indikator yang diolah oleh 4 kabupaten lainnya terlihat beragam, yaitu presentase Balita kurang gizi, presentase bayi BGM dan presentase Balita BGM. Diinformasikan oleh pengelola program dari Direktorat Gizi Masyarakat bahwa istilah BGM (bawah garis merah) diterjemahkan sebagai gizi buruk.
• Indikator Pelayanan Kesehatan Anak: Hanya Kabupaten Bantaeng yang tidak menyebutkan mengolah indikator cakupan pemberian Vit A, sementara indikator presentase anak yang diimunisasi hanya tidak disebutkan diolah oleh kabupaten Takalar. Di samping itu hanya kabupaten Bone yang menyebutkan mengolah persentase rumah tangga yang menggunakan garam beryodium
• Insiden dan Prevalansi Penyakit Menular: Seluruh kabupaten di daerah studi menyebutkan mengolah indikator prevalensi TB dan hanya 3 kabupaten (60%) di antaranya yaitu Kabupaten Bone, Polewali Mandar dan Mamuju yang juga mengolah indikator persentase TB yang sembuh dengan pengobatan DOTS. Prevalensi malaria, hanya dilaporkan diolah di Kabupaten Mamuju, sementara Kabupaten Bone dan Takalar juga mengolah indikator penyakit menular lainnya seperti kusta, HIV/AIDS, rabies, DBD, diare, avian influensa.
121
4.3.6 Kesulitan yang Ditemukan
Kesulitan yang dihadapi pada proses pengelolaan data di beberapa kabupaten adalah sebagai berikut:
1) Data yang diterima sering tidak lengkap dan tidak akurat,
2) Data dari dokter praktek dan klinik swasta tidak terlaporkan,
3) Tenaga pengelola merangkap pekerjaan lain,
4) Belum ada unit atau seksi khusus menangani pengelolaan data,
5) Biaya pengelolaan data yang terbatas, dan
6) Luasnya wilayah kerja dan kondisi geografis menyebabkan petugas tidak mampu menjangkau seluruh wilayah.
Selain kesulitan tersebut di atas, adanya hambatan karena keterbatasan sarana, biaya dan kemampuan tenaga yang kurang memadai serta kondisi geografis, menyebabkan proses pengumpulan data menjadi terlambat. Demikian pula kurangnya koordinasi dan komitmen terhadap pentingnya data, masih dirasakan baik di dinas kesehatan propinsi maupun kabupaten.
4.3.7 Usulan
Usulan agar data menjadi lengkap, akurat dan tepat waktu disebutkan oleh 3 kabupaten di 2 propinsi yang dilakukan studi sebagai berikut:
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan
1) Perlu peningkatan kualitas petugas pengelola data melalui pelatihan manajemen data,
2) Perlu penambahan dana dan sarana untuk pengolahan data, dan
3) Perlu penjaringan data dari rumah sakit swasta dan praktek dokter swasta,
122
Kabupaten Poliwali Mandar dan Mamuju, Sulawesi Barat
1) Perlu meningkatkan pemahaman kepada semua pihak, baik eksekutif maupun legislatif, di semua tingkatan wilayah tentang pentingnya data,
2) Perlu diciptakan koordinasi yang intensif antara sektor dan BPS, sehingga tidak terjadi perbedaan angka pada jenis data yang sama,
3) Perlu adanya Perda yang mengatur pengelolaan data di kabupaten,
4) Perlu adanya unit pengelola data di dinas kesehatan kabupaten,
5) Perlu SK bupati yang menunjuk petugas khusus yang menangani data di seluruh dinas kesehatan (satuan kerja perangkat daerah), dan
6) Perlu dukungan sarana dan prasarana serta peningkatan pelatihan manajemen data bagi pengelola data.
4.4 Kesimpulan
a. Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan di daerah studi telah menghasilkan indikator MDGs meskipun antara daerah yang satu dengan lainnya tidak sama jenis indikatornya.
b. Di dalam proses pengumpulan maupun pengolahan data masih dihadapi kendala-kendala karena keterbatasan sarana, tenaga, biaya, serta belum adanya pengelola data yang purna waktu.
c. Kendala-kendala tersebut kelihatannya berpangkal pada tidak adanya unit yang khusus mengelola data.
d. Belum semua data yang dikumpulkan mencakup data dari berbagai unit pelayanan di wilayah kecamatan maupun kabupaten.
e. Beberapa indikator yang ingin diperoleh datanya di tingkat kecamatan, masih perlu dibicarakan dengan unit-unit program.
f. Beberapa usulan untuk memperbaiki penyelenggaraan sistem informasi kesehatan perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti agar bisa diperoleh data yang lebih lengkap, akurat dan tepat waktu.
123
4.5 Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Pengisian Formulir Pencatatan SP2TP. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.
2. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Pengisian Formulir Pelaporan SP2TP. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.
3. Departemen Kesehatan R.I. Buku Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Buku 1. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.
4. Departemen Kesehatan R.I. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Kepmenkes R.I. No. 511/Menkes/SK/V/2002. Depkes RI, Jakarta 2002.
5. Departemen Kesehatan R.I. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Pedoman Sistem Informasi Rumah Sakit. Ditjen Pelayanan Medik, Tahun 2003.
6. Departemen Kesehatan R.I. Kepmenkes R.I No. 1479/Menkes/SK/X/2003, Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Ditjen P2M & PL Tahun 2004.
7. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). Ditjen Binkesmas. Jakarta, 2004.
8. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarsi). Ditjen Binkesmas, Tahun 2007.
9. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Program Imunisasi. Ditjen PP-PL Dit SEPIM KESMA, Tahun 2007.
10. Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan. Laporan Daerah Tentang Studi Alur Data Sektoral di Propinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2007.
11. Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Barat. Laporan Daerah Tentang Studi Alur Data Sektoral di Propinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007.
124
Lampiran 4.1
Pusk
esma
s :
Bulan
:
Keca
matan
:Ta
hun
:
Jml
Anak
Bali
taNo
Nama
Ka
der
Btl
Btl
Kaps
ulJm
l dpt
Jml
1-4 ta
hun
LILA
<23,5
Po
syan
duAk
tif1
2Yo
dium
kolos
DDTK
Jml
Diuk
urcm
trum
IIV
DDTK
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
2324
2526
2728
2930
3132
3334
3536
3738
Agus
tBC
GFe
bI
Imun
isasi
IIIII
III
IIIIV
K
REGI
STER
KEG
IATAN
POSY
ANDU
K1K4
Hepa
titis
III
III
DPT
Polio
SK
DKE
PN
WUS
GIZI
KIA
Bayi
Ibu ha
mil
WUS
Jml d
apat
ASI E
ksklu
sif
Balita D
N
Sirup
Fe B
alita
Vit A
Bayi
0-11 b
ulan
KEP
S
125
Lampiran 4.1 (Lanjutan)
Pusk
esma
s :
Bulan
:
Keca
matan
:Ta
hun
:
Jml
NoNa
ma
Kade
rPo
syan
duAk
tif
12
339
4041
4243
REGI
STER
KEG
IATA
N PO
SYAN
DU
Camp
akIS
PADE
SA
DIAR
E
Jml
Diob
ati
126
Lampiran 4.2
Kode
Pus
kesm
as :
LB1
Pusk
esm
as
:Ha
laman
1Ke
cam
atan
:
Pusk
esm
as P
emba
ntu
yang
ada
:
Y
ang
lapor
:Bu
lan :
Kabu
pate
n/Ko
ta
:Ta
hun
:Pr
opin
si
:
0-7
hr8-
28 h
r1-
<1 th
1-4
th5-
9 th
10-1
4 th
15-1
9 th
20-4
4 th
45-5
4 th
55-5
9 th
60-6
9 th
>'7
0 th
12
34
56
78
910
1112
1314
15
01PE
NYAK
IT IN
FEKS
I PAD
A US
US01
01Ko
lera
0102
Diar
e (te
rmas
uk te
rsan
gka
koler
a)01
03Di
sent
ri01
04In
feks
i pen
yakit
usu
s yg
lain
02PE
NYAK
IT T
UBER
KULO
SA02
01TB
Par
u02
02TB
Sela
in Pa
ru03
PENY
AKIT
BAK
TERI
0301
Kusta
I/T
(MB)
0302
Kusta
B/L
(PB)
……
dst
……
……
dst
……
…..
dst…
….
Men
geta
hui
Pelap
orPi
mpin
an P
uske
smas
(
)(
)
NIP
NIP
LAPO
RAN
BULA
NAN
DATA
KES
AKIT
AN
N0JE
NIS
PENY
AKIT
TOTA
LJU
MLA
H PE
NDER
ITA
127
Lampiran 4.3
Kode Puskesmas: LB3Puskesmas: Halaman 1 dan 2Kecamatan:Puskesmas Pembantu yang ada: Yang lapor: Bulan:Kabupaten/Kota: Tahun:Propinsi:
1 2 15I GIZI
1 Jumlah anak balita dapat vit A dosis tinggi (200.000 IU)2 Jumlah ibu nifas dapat vit A dosis tinggi3 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 30 tablet (Fe1)4 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 90 tablet (Fe3)5 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol I 150 cc (FeBal I)6 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol II 300 cc (FeBal 2)7 Jumlah bayi <1th ditimbang8 Jumlah anak balita 1-4 th ditimbang9 Jumlah bayi dan anak balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah
10 Jumlah bunil mendapat kapsul yodium11 Jumlah penduduk lainnya mendapat kapsul yodium12 Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) baru yang diukur LILA (Lingkar Lengan Atas)13 Jumlah WUS baru yang diukur < 23,5 cm
II KIA1 Jumlah kunjungan K1 ibu hamil2 Jumlah kunjungan K4 ibu hamil3 ………. Dst
III IMUNISASI1 Jumlah bayi 9-11 bulan divaksinasi campak2 Jumlah bayi 2-11 bulan divaksinasi DPT13 Jumlah bayi 0-11 bulan divaksinasi Hepatitis B14 ………. Dst
IV PENGAMATAN PENYAKIT MENULARA ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
1 Jumlah kasus AFP baru (0-15 tahun) ditemukan2 Jumlah kasus AFP 0-15 tahun dilacak
B TETANUS NEONATORUMC MALARIAD DBD (Demam Berdarah Dengue)E RABIES
Mengetahui Penagggung JawabPimpinan Puskesmas KIA-GIZI,
IMUNISASI, P2M
( ) ( )NIP NIP
L A P O R A N B U L A N A N
N0 KEGIATAN JUMLAH
IMUNISASI, PENCEGAHAN PENYAKIT MENULARKIA, GIZI
128
Lampiran 4.4
Form
ulir
RL2a
NAM
A RS
:Ha
laman
No
. Kod
e RS
Nom
orNo
mor
No D
afta
rGO
LONG
AN
JML
PASI
ENJM
L PA
SIEN
Urut
DTD
Terp
erin
ciSE
BAB-
SEBA
B SA
KIT
0-28
hr
29 h
r- 1
th1-
4 th
5-14
th15
-24
th25
-44
th45
-64
th65
+ th
LkPr
KELU
AR (H
+M)
KEL
MAT
I1
23
45
67
89
1011
1213
1415
16
0100
1A0
0Ko
lera
0200
2A0
1De
mam
tifoid
dan
par
atifo
id
0300
3A0
2Si
gello
sis
……
dst
……
……
dst
……
…..
dst…
….
PASI
EN K
EL (H
+M) M
EN S
EX
DATA
KEA
DAAN
MOR
BIDI
TAS
PASI
EN R
AWAT
INAP
RUM
AH S
AKIT
PASI
EN K
ELUA
R (H
IDUP
DAN
MAT
I) M
ENUR
UT G
OLON
GAN
UMUR
129
Lampiran 4.5
Form
ulir
RL2b
NAM
A RS
:Ha
lam
an
No. K
ode
RS
Nom
orNo
mor
No D
afta
rGO
LONG
AN
JML
PASI
ENJM
L PA
SIEN
Urut
DTD
Terp
erin
ciSE
BAB-
SEBA
B SA
KIT
0-28
hr
29 h
r- 1
th1-
4 th
5-14
th15
-24
th25
-44
th45
-64
th65
+ th
LkPr
KELU
AR (H
+M)
KEL
MAT
I1
23
45
67
89
1011
1213
1415
16
0100
1A0
0Ko
lera
0200
2A0
1De
mam
tifo
id da
n pa
ratif
oid
0300
3A0
2Si
gello
sis
……
dst
……
……
dst
……
…..
dst
……
.
PASI
EN K
EL (H
+M) M
EN S
EX
DATA
KEA
DAAN
MOR
BIDI
TAS
PASI
EN R
AWAT
JAL
AN R
UMAH
SAK
IT
PASI
EN K
ELUA
R (H
IDUP
DAN
MAT
I) M
ENUR
UT G
OLON
GAN
UMUR
130
Lampiran 4.6
Form
ulir
RL2a
1NA
MA R
S :
Halam
an
No. K
ode R
S
Nom
orNo
mor
No D
afta
rGO
LONG
AN
JML
KASU
SJM
LN0
Urut
DTD
Terp
erin
ciSE
BAB-
SEBA
B SA
KIT
0-28
hr29
hr- 1
th1-
4 th
5-14
th15
-24
th25
-44 t
h45
-64 t
h65
+ th
LkPr
BARU
KUNJ
UNGA
NUR
UT1
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
0100
1A0
0Ko
lera
0200
2A0
1De
mam
tifoid
dan
par
atifo
id
0300
3A0
2Si
gello
sis
……
dst
……
……
dst
……
…..
dst…
….
KASU
S BA
RU M
EN S
EX
DAT
A KE
ADAA
N MO
RBID
ITAS
PAS
IEN
RAW
AT IN
AP S
URVE
ILAN
S TE
RPAD
U RU
MAH
SAKI
T
KASU
S BA
RU M
ENUR
UT G
OLON
GAN
UMUR
131
Lampiran 4.7
Form
ulir
RL2b
1NA
MA
RS :
Hala
man
No
. Kod
e RS
Nom
orNo
mor
No D
afta
rGO
LONG
AN
JML
KASU
SJM
LN0
Urut
DTD
Terp
erin
ciSE
BAB-
SEBA
B SA
KIT
0-28
hr
29 h
r- 1
th1-
4 th
5-14
th15
-24
th25
-44
th45
-64
th65
+ th
LkPr
BARU
KUNJ
UNGA
NUR
UT1
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
0100
1A0
0Ko
lera
0200
2A0
1De
mam
tifoid
dan
par
atifo
id
0300
3A0
2Si
gello
sis
……
dst
……
……
dst
……
…..
dst…
….
KASU
S BA
RU M
EN S
EX
D
ATA
KEAD
AAN
MOR
BIDI
TAS
PASI
EN R
AWAT
JAL
AN S
URVE
ILAN
S TE
RPAD
U RU
MAH
SAK
IT
KASU
S BA
RU M
ENUR
UT G
OLON
GAN
UMUR
132
Lampiran 4.8
Form
ulir R
L2c
Nam
a RS
:No
. Kod
e RS
:
Nom
orRe
kam
Med
isTe
tanu
sTB
CPa
sien
Neon
ator
umPa
ru1
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
18
01
2
KEAD
AAN
PASI
ENPE
NYEB
AB S
AKIT
No.
Umur
/Sex
LP
Hidu
pDi
pter
i3
STAT
US IM
UNIS
ASI**
)
Pertu
sisTe
tanu
sM
ati
Cam
pak
Polio
TK