bab iii tinjauan...

30
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul 10.00 WIB di ruang Larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid. Pasien bernama Ny.S, dengan nomor Register 014252, umur 56 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SLTA, suku bangsa Jawa Indonesia, agama Islam, status pernikahan menikah. Pasien tinggal di Pati. Pasien di bawa masuk ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarganya pada tanggal 9 desember 2009. Selama di rawat di Rumah Sakit yang bertanggung jawab atas pasien yaitu Tn. T, umur 57 tahun, agama Islam, jenis kelamin laki- laki, pekerjaan PNS, hubungan dengan pasien yaitu sebagai suami. a. Alasan masuk Pasien Ny. S dibawa oleh keluarganya (suami) ke RSJD Dr. Amino Godohutomo Semarang pada tanggal 9 Desember 2009 dengan alasan ± 2 hari yang lalu pasien diam, sedih, dan menangis, makan, minum dan mandi harus disuruh, waktu luang digunakan untuk tiduran di kamar, melamun dan suka menyendiri. Hubungan dengan keluarga dan tetangga renggang.

Upload: dinhnhi

Post on 04-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul 10.00 WIB di

ruang Larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo

Semarang, dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid. Pasien bernama

Ny.S, dengan nomor Register 014252, umur 56 tahun, jenis kelamin

perempuan, pendidikan terakhir SLTA, suku bangsa Jawa Indonesia,

agama Islam, status pernikahan menikah. Pasien tinggal di Pati. Pasien di

bawa masuk ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarganya pada tanggal 9

desember 2009. Selama di rawat di Rumah Sakit yang bertanggung jawab

atas pasien yaitu Tn. T, umur 57 tahun, agama Islam, jenis kelamin laki-

laki, pekerjaan PNS, hubungan dengan pasien yaitu sebagai suami.

a. Alasan masuk

Pasien Ny. S dibawa oleh keluarganya (suami) ke RSJD Dr. Amino

Godohutomo Semarang pada tanggal 9 Desember 2009 dengan alasan ±

2 hari yang lalu pasien diam, sedih, dan menangis, makan, minum dan

mandi harus disuruh, waktu luang digunakan untuk tiduran di kamar,

melamun dan suka menyendiri. Hubungan dengan keluarga dan

tetangga renggang.

Page 2: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

b. Alasan masuk

Pasien Ny. S dibawa oleh keluarganya (suami) ke RSJD Dr. Amino

Godohutomo Semarang pada tanggal 9 Desember 2009 dengan alasan ±

2 hari yang lalu pasien diam, sedih, dan menangis, makan, minum dan

mandi harus disuruh, waktu luang digunakan untuk tiduran di kamar,

melamun dan suka menyendiri. Hubungan dengan keluarga dan

tetangga renggang.

2. Faktor Predisposisi

a. Riwayat penyakit

Pasien Ny.S sudah pernah mengalami penyakit seperti ini sejak tahun

yang lalu dan pasien rajin kontrol ke RSJD Dr. AGH dan pada tanggal 9

Desember 2009, Ny.S masuk ke RSJD Dr. AGH dengan keluhan ± 2

hari yang lalu pasien diam, sedih, dan menangis, makan, minum dan

mandi disuruh, waktu luang digunakan untuk tiduran dikamar, melamun

dan suka menyendiri. Padahal ± 5 hari sebelum pasien masuk RSJ baru

saja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, sepulang kontrol dapat kabar

kalau temennya meninggal pasien langsung sedih, menangis, diam terus,

makan, minum dan mandi harus disuruh, waktu luang digunakan untuk

tiduran dikamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga renggang.

Page 3: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

b. Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, kekerasan

dalam rumah tangga dan tindakan kriminal.

c. Dalam keluarga Ny. S tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini.

d. Saat di kaji pada tanggal 11 januari 2010 Ny. S mengatakan

merasa bersalah dengan keluarganya, tidak suka bergaul dengan orang

lain, pasien juga mengatakan suka minder dengan orang lain.

e. Klien mengatakan selama sakit kadang sholat kadang tidak

f. Klien mengatakan tidak ada pertentangan pengobatan yang di lakukan

sekarang dengan budaya atau keyakinan yang di anut oleh klien.

3. Faktor Presipitasi

Ketika wawancara dengan keluarganya yaitu anaknya pada saat

membesuk Ny. S mengatakan sepulang kontrol dari RSJ dapat kabar

bahwa teman akrabnya meninggal pasien sedih dan menangis, makan,

minum hams disuruh,waktu luang digunakan untuk berdiam diri

dikamar dan tiduran, sulit konsentrasi.

a. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda - tanda vital

TD : 120/90mmHg

RR : 24 kali / menit

N : 80 kali / menit

S : 36 °C

BB : 62 kg

TB : 160 cm

Page 4: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

b. Keadaan Fisik

1) Kesadaran : Komposmetis

2) Kulit : Sawo matang, turgor baik, tidak ada luka.

3) Kepata : Bersih tidak ada ketombe

4) Mata : Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

5) Hidung : Simetris tidak ada polip

6) Telinga : Tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan.

7) Mulut dan gigi : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat karang pada

gigi

8) Leher : Tidak ada pembesaran thyroid

9) Dada : Bersih tidak terdapat luka

10) Abdomen : Tidak ada massa dan tidak terdapat benjolan

2) Psikologi

a. Genogram

Page 5: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

Keterangan

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal satu rumah

: Laki-laki minanggal

: Perempuan meninggal

Penjelasan: pasien seorang ibu dari 4 anaknya. Pasien tinggal dengan

suami dan anak terakhirnya. Pengambilan keputusan di lakukan secara

musyawarah dalam keluarga, pola komunikasi antar keluarga baik,

keluarga sangat memiliki solidaritas yang tinggi hanya spasien berdiam

diri dan sering tiduran di dalam kamar.

1. Konsep Diri

a. Gambaran diri

Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya, tidak ada kecacatan

pada anggota tubuhnya.

b. Identitas diri

Pasien menerima dirinya sebagai perempuan, seorang istri untuk

suaminya, seorang ibu bagi anak-anaknya, seorang nenek bagi cucu-

cucunya, pasien tinggal bersama anaknya yang terakhir

Page 6: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

c. Peran diri

Pasien dirumah sebagai seorang ibu, sebelum masuk ke RSJ dalam

masyarakat pasien ikut serta kegiatan PKK dan pengajian setiap minggu

sekali.

d. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang dan dapat

kumpul lagi bersama keluarganya. Pasien berharap sesampai dirumah

nanti dapat beraktivitas seperti semula.

e. Harga diri

Pasien kurang percaya diri, pasien juga pemalu.

2. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti

Orang yang berarti bagi pasien adalah suami, anak dan cucu-cucunya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat

1) Pasien mengikuti kegiatan PKKdan pengajian setiap satu minggu

sekali ketika pasien tidak kambuh.

2) Saat di RSJ pasien mengikuti kegiatan yang ada di ruangan seperti

TAK, senam dan jalan-jalan setiap pagi.

3) Pasien banyak berdiam diri dikamar, tiduran, jarang berinteraksi

dengan pasien yang lain.

Page 7: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

3. Spiritual

Ny. S beragama islam kegiatan ibadah seperti sholat dilakukan sebelum

dan selama masuk RSJ sholat lima waktu. Pandangan pasien terhadap

penyakitnya adalah sebuah ujian dari Allah SWT Ny.S menyikapinya

dengan sabar dan ikhlas.

4. Status mental

a. Penampilan

Kebersihan dan kerapian pasien baik, rambut rapi, penggunaan pakaian

sesuai dengan fungsinya.

b. Pembicaraan

Kualitas dan kuantitas pembicaraan pasien kurang baik, pasien

berbicara kurang jelas dan kurang kooperatif, kontak mata kurang.

c. Aktivitas motorik

Pasien termasuk pasien yang kurang kooperatif, suka menyendiri dan

tidur dikamar.

d. Alam perasan

Pasien mengatakan malu dan minder dengan orang lain.

e. Afek

Afek tumpul (saat dilakukan wawancara pasien tidak menunjukkan

perubahan ekspresi wajah).

f. Interaksi selama wawancara

Pasien kurang kooperatif ketika diajak berbicara, pasien menjawab

pertanyaan yang diajukan akan tetapi kontak mata kurang.

Page 8: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

g. Persepsi

Pasien mengatakan tidak mendengar atau melihat sesuatu yang

kenyataannya tidak ada tetapi pasien kadang tertawa, tersenyum dan

bicara sendiri.

h. Proses pikir

Proses pikir pasien pada saat wawancara klien cenderung diam, kontak

mata kurang klien hanya menjawab pertanyaan seperlunya saja.

i. Isi pikir

Isi pikir pasien depersonalisasi karena pasien kadang merasa asing

terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

j. Tingkat kesadaran

Pasien masih tampak bingung tetapi pasien masih ingat tempat, waktu

dan orang.

k. Memori

Pasien dapat mengingat dalam jangka panjang karena dapat mengingat

hal-hal dimasa lalu atau sekarang.

1. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Konsentrasi pasien kurang baik tetapi pasien masih dapat berhitung

dengan baik.

Page 9: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

m. Kemampuan penilaian

Pasien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian bermakna

sehingga pasien mampu mengambil keputusan tetapi dengan bantuan

orang lain.

n. Daya tilik diri

Pasien merasa bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa.

o. Kebutuhan persiapan pulang

1) Makan

Pasien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat

makan, mengambil minum dan menempatkan alat makan dan

minum secara mandiri.

2) BAK/BAB

Pasien mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempatkan serta

membersihkan WC, dan membersihkan diri.

3) Mandi

Pasien dapat mandi, sikat gigi, keramas, gunting kuku sacara

mandiri.

4) Berpakaian

Pasien mampu memakai pakaian secara mandiri

5) Istirahat dan tidur

Pasien suka menyendiri waktu luang di gunakan untuk tidur,

sebelum tidur pasien selalu membaca doa. Bangun tidur pasien

bersih-bersih mengikuti kegiatan sesuai ruangan.

Page 10: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

6) Penggunaan obat

Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter secara rutin dengan

pengawasan perawat.

5. Mekanisme koping

Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah pasien banyak

diam, tapi terkadang bercerita dengan anaknya yang terakhir yang tinggal

bersamanya.

6. Aspek medis

a. Diagnosa medis

Skizofrenia paranoid

b. Terapi medik

1). Program terapi yang di berikan:

Zofredal : 2 x 2mg

Thriehexyphenydyl : 2 x 2 mg

Simvas : 1 x 1 mg

Captopril : 2 x 12,5 mg

Page 11: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

2). Pemeriksaan hasil laboratorium

Tanggal 10 desember 2009

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

Glukosa sewaktu 122 76-110 Mg/Dl

Cholesterol 260 130-200 Mg/Dl

Creatinin 1.26 0.50-1,40 U/L

SGOT 34,6 0,0-33,0 U/L

SGPT 35,8 0,0-46,0 U/L

Triglycerides 154 0-200 Mg/dL

Ureum 57 10-50 Mg/Dl

Netrium 142,4 145-155 mmol/L

Kalium 4,41 3,5-5,5 Mmol/L

Cholida 106,7 98.106 Mg/Dl

Page 12: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

B. Analisa Data

Tanggal no Data Masalah keperawata

11

Januari

2010

1 Ds :

- klien mengatakan susah bergauldengan

orang lain.

- Klien mengatakan apabila ada masalah

selalu diam, tetapi kadang-kadang mau

bercerita dengan anaknya yang terakhir

yang tinggal bersamanya

- Ny. S sudah berinteraksi denngan orang

lain, enggan bergaul dengan orang lain.

- Ny. S ekspresi wajah tidak berseri dan

sering menyendiri.

Isolasi sosial : menarik diri

11 Januari

2010

2 Ds : -

Do :

- Pasien terkadang tersenyum tertawa

dan bicara sendiri.

- Pasien menyendiri dikamar dan sering

melamun.

Perubahan persepsi sensori:

halusinasi

11 Januari

2010

3 Ds :

- Pasien mengatan merasa malu

dan minder dengan orang lain.

- Pasien mengatakan merasa bersalah

kepada keluarganya.

Gangguan konsep diri: harga

diri rendah

Page 13: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

Do :

- Pasien kurang percaya diri

- Pasien menarik diri

- Kontak mata kurang

- Ekspresi wajah tidak berseri

c. Masalah Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri.

2. Gangguan perubahan persepsi sensori: halusmasi.

3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

d. Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Page 14: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

e. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri

2. Gangguan perubahan persepsi sensori: halusinasi

3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

Page 15: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

f. Intervensi

Nama Klien : Ny. S No.CM : 014252

Dx Medis : Skizofenia Paranoid Ruang : Larasati

No Tgl.

DX

DX.

KEPERAWATAAN

PERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

1 Isolasi sosial : menarik

diri

Pasien dapat

berinteraksi dengan

orang lain

1. Pasien dapat

membina

hubungan saling

percaya.

1.1. Setelah lx interaksi pasien

menunjukkan tanda-tanda

percaya terhadap perawat.

a. Wajah cerah, tersenyum.

b. Mau berkenalan.

c. Ada kontak mata.

d. Bersedia menceritakan

perasaannya.

e. Bersedia mengungkapkan

perasaan.

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan

:

a. Beri salam setiap berinteraksi

b. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan

perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan

panggilan nama kesukaan

pasien.

d. Tunjukkansikapjujurdan

Page 16: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

menepati janji setiap kali

berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan pasie

dan masalah yang dihadapi

pasien.

f. Buat kontak interaksi yang

jelas.

g. Dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan

pasien.

2. Pasien mampu

menyebutkan

penyebab

menarik diri

2.1. Setelah 2x berinteraksi

pasien dapat menyebutkan

minimal satu penyebab

menarik diri

a. Diri Sendiri

b. Orang lain

c. Lingkungan

2.1.1. Tanyakan pada pasien tentang:

a. Orang yang tinggal serumah

atau sekamar dengan pasien.

b. Orang yang paling dekat

dengan pasien dirumah atau di

niang perawatan.

c. Apa yang membuat pasien

dekat dengan oiang tersebut.

Page 17: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

d. Orang yang tidak dekat

dengan pasien dirumah atau

diruang perawatan

e. Apa yang membuat oaring

tidak dekat dengan oarng

tersebut

f. Upaya yang sudah dilakukan

agar dekat dengan orang lain

2.2.2. Biskusikan dengan pasien tentang

penyebab menarik diri atau tidak

mau bergaul dengan orang lain

2.2.3. Beri pujian terhadap klien

mengungkapkan perasaannya

3. Pasien mampu

menyebutkan

keuntungan

bersosialisasi

dan kerugian

3.1. Setelah interaksi 3x dengan

pasien dapat menyebutkan

keuntungan bersosialisasi,

misalnya:

a. Banyak teman

3.1.1. Tanyakan pada pasien tentang:

a. Manfaat hubungan soslal

b. Kerugian menarik diri

3.1.2. Diskusikan bersama pasien

tentang manfaat bersosialisasi dan

Page 18: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

menarik diri b. Tidak kesepian

c. Bisa diskusi

d. Saling menolong

Dan kerugian menarik

diri misalnya:

a. Sendiri

b. Kesepian tidak bisa

diskusi

kerugian menarik diri

3.1.3. Beri pujian terhadap

kemampuan pasien

mengungkapkan perasaannya.

4. Pasien dapat

bersosialisasi

secara

bertahap

4.1. SeteM 4x interaksi pasien

dapat bersosialisasi secara

bertahap dengan:

a. Perawat

b. Perawat lain

c. Pasien lain

d. Kelompok

4.1.1. Observasi perilaku pasien saat

bersosialisasi

4.1.2 Beri motivasi dan bantu pasien untuk

berkenalan dengan:

a. Perawat lain

b. Pasien lain

c. kelompok

4.1.3. Libatkan pa&ien dalam terapi

aktiviitas kelompok sosialisasi

4.1.4. Diskusikan jadwal harian yang dapat

diliakukan untuk meningkatkan

Page 19: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

kemampuan pasien bersosialisasi

4.1.5. Beri nioti vasi pasien untuk

melakukan kegiatan sisuai dengan

jadwal yang telah di buat.

4.1.6. Beri pujian terhadap kemampuan

pasien memperluas pergaulannya

melahiai aktivitas yang dilaksanakan

5. Pasien mampu

menjelaskan

perasaannya

setelah

bersosialisasi.

5.1. Setelah 5 x interaksi pasien

dapat menjelaskan

perasaannya setelah

bersosialisasi atau berkenalan

dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

5.1.1. Diskusikan dengan pasien tentang

perasaanya setelah bersosialisasi atau

berkenalan dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

5.1.2. Beri pijian terhadap kemampuan

pasien mengungkapkan perasaannya

6. Pasien dapat

dukungan

keluarga dalam

memperluas

hubungan sosial

6.1. Setelah 6 x pertemuan

keluarga dapat menjelaskan

tentang :

a. Pengertia Menarik diri

b. Tanda dan gejela menarik

6. 1.1. Diskusikan tentang pentingnya peran

keluiarga sebagai pendukung untuk

mengatasi perilaku menarik diri.

6.1.2. Diskusikan potensi keluarga untuk

membantu pasien mengatasi perilaku

Page 20: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

diri

c. Penyebab dan akibat

menarik diri

d. Cara merawat pasien

menarik diri

6.2. Setelah 6x pertemuan

keluarga dapat

mempraktekkam cara

merawat pasien menarik diri.

menarikdiri.

6.1.3. Jelaskan pada keluarga tentang:

a. Pengertian menarik diri

b. Tanda dan gejala menairik diri.

c. penyebab dan akibat menarik diri.

d. cara merawat pasien menarik diri.

6.1.4. Latih keluarga cara merawat pasien

menarik diri.

6.1.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah

mencoba cara yang di latihkan

6.1.6. Beri motivasi keluarga agar membantu

pasien untuk bersosialsasi

6.1.7. Beri pujian kepada keluarga atas

keterlibatannyai merawat pasien di

rumah sakit

7. Pasien dapat

memanfaatkan

obat dengan baik

7.1. Setelah 7x interaksi pasien

dapat menyebutkan :

a. Manfaat minum obat

b. Kerugian tidak minum obat.

7.1.1 Diskusikan dengan pasien tentang

manfaat minum obat dan kerugian

tidak minum obat tanpa konsultasi

dokter dan mengetahuii warna, nama,

Page 21: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

c. Nama, wama, dosis, efek terapi

dan efek samping obat

7.2. Setelah 7x interaksi pasien

mendemonstrasikan penggunaan

obat dengan benar, dam dapat

menyebutkan akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi

dengan dokter.

dosis, cara, efek terapi dan efek

samping penggunaan obat.

7.1.2. Pantau pasien saat penggunaan obat

Page 22: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

g. Implementasi Keperawatan

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Nama Pasien : Ny. S NO. CM : 014252 Usia : 56 TH Ruang : Larasati

No Hari/Tgl Dx Keperawatan Implementasi Respon Pasien Paraf

1 11 /1/2010

Isolasi sosial: menarik

diri

SplP

1. Membina hubungan saling percaya

dengan cara:

a. Mmberikan salam setiap kali

interaksi.

b. memperkenalkan diri

c. menanyakan nama dan nama

panggilan klien

d. menjelaskan tujuan interaksi

e. menanyakan perasaan pasien

dan masalah yang dihadapi

pasien.

f. mendengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan

pasien

S : Klien mengatakan Nama saya Ny. S suka dipanggil

Ny. S, rumah saya Pati, Ny. S mengatakan dibawa

keluarga kesini karena dirumah diam terus, makan,

mandi dan yang lainnya harus disuruh, Ny. S

mengatakan diam terus karena teman dekatnya

meninggal dunia oleh karena itu klien sedih.Ny. S

mengatakan mengetahui keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain. Ny. S mengatakan sekarang

sudah mengerti cara berkenalan dengan orang lain

dan sudah mempraktekkan keteman sekamar.Klien

mengatakan belum faham untuk masalah

memasukkan kedalam jadwal harian.

0 : Ny. S mau berjabat tangan, menyebutkan nama dan

alamat rumahnya, pasien tahu dan mau

Page 23: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

g. membuat kontrak yang jelas

(waktu, topik, tempat)

2. Mengidentivikasi penyebab isolasi

sosial: menarik diri klien.

3. Menanyakan kepada pasien

tentang:

a. keuntungan interaksi dengan

orang lain.

b. Kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain.

4. Mendiskusikan bersama pasien

tentang:

a. keuntungan berinteraksi dengan

orang lain

b. kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain.

5. Melatih pasien untuk berkenalan

dengan satu orang,

6. Membimbing pasien

memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

menyebutkan penyebab ia menarik diri, pasien mau

menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan

orang lain,dan kerugian tidak berinteraksi dengan

orang lain, klien mau diajari cara berinteaksi

dengan orang lain. Akan tetapi masih perlu

bimbingan untuk memasukan kegiatannya dalam

jadwal kegiatan sehari-hari.

A : Ny. S sudah dapat menyebutkan penyebab ia menarik

diri. Pasien Ny. S dapat memahami keuntungan

berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain. Ny. S sudah bisa

mempraktikkan cara berinteraksi atau berkenalan

dengan orang lain akan tetapi belum begitu faham

tentang cara memasukkan kegiatan dalam jadwal

kegiatan harian.

P : - K :

- Meminta klien mengingat keuntungan

berinteraksi dengan orang lain dan kerugian

tidak berinteraksi dengan orang lain.

- Meminta klien untuk mengingat cara

berkenalan dengan orang lain.

- P :

Page 24: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

- Ulangi SPIp yang belum teratasi, yaitu

membimbing pasien memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian.

2 12/1/ 2010 Isolasi sosial :

menarik diri

SPIp

1. Memvalidasi masalah dan

latihan

sebelumnya.

2. Melatih kembali kepada

pasien cara berkenalan

dengan orang lain.

3. Membimbing pasien

memasukkan kejadwal

kegiatan harian.

S: Ny. S mengatakan masih mengingat keuntungan

berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain, Ny. S juga

mengatakan masih mengingat cara berkenalan dan

sudah mempraktekkannya dan klien sudah bisa

memasukkan kedalam jadwal harian.

O : Klien tampak kooperatif, akan tetapi kurang

bersemangat, klien sudah dapat memasukkan

kedalam jadwal kegiatan harian.

A : Ny. S masih mengingat keuntungan interaksi

dengan orang lain dankerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain, Ny. S sudah bisa

mempraktekkan berkenalan dengan teman

sekamarnya.

P : Melanjutkan SPIIp

K : Mengingat penyebab Pasien manarik diri,

keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

Page 25: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

Mengingat cara berkenalan dengan orang lain

3 14 /1/2010 Isolasi sosial :

menarik diri

Sp2p:

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Melatih pasien berkenalan

dengan dua orang atau lebih

3. Membimbing pasien

memasukkan jadwal kegiatan

harian.

S : Klien mengatakan masih mengingat cara berkenalah

dan bisa mempraktekkan langsung dengan teman

sekamarnya.klien mengatakan sudah bisa

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

O: Klien tampak kooperatif, dapat mempertahankan

kontak mata, sudah bisa berkenalan dengan dua

orang atau lebih, dan sudah bisa memasukkan

kegiatan kejadwal kegiatan harian.

A: Ny. S sudah bisa berkenalan dengan dua orang

bahkan lebih, Ny. S juga sudah dapat memasukkan

kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian.

P : Perawat dapat melanjutkan SP3p yaitu melatih

pasien berinteraksi dengan kelompok

K: Pasien mengingat cara berinteraksi dengan orang

lain, mempraktekkan kembali cara cara berkenalan

dengan orang lain.

4 18 /1/ 2010 Isolasi sosial :

menarik diri

Sp3p

1. Memvalidasi masalah

sebelumnya.

2. Melatih pasien berinteraksi

S: Ny. S mengatakan senang sudah bisa berinteraksi atau

berkenalan dengan kelompok, klien juga

mengatakan senang karena banyak teman dan bisa

bercerita.

Page 26: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

bersama kelompok.

3. Membimbing pasien

Memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

O: Klien tampak kooperatif, klien kelihatan semangat

dan mau berinteraksi atau berkenalan dengan

kelompok, ekspresi wajah bersahabat. Dan Ny.S

sudah bisa memasukkan jadwal kegiatan harian.

A : Ny. S sudah dapat berkenalan dengan kelompok , dan

sudah dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal

kegiatan harian.

P : Perawat melanjutkan SP keluarga agar pasien selalu

mendapatkan dukungan dari keluarga.

K : Pasien mengingat cara berkenalan dengan

kelompok dan mempertahankan untuk tetap sering

berinteraksi dengan orang lain.

5 11/1/ 2010 Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

SPIp

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi

pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi

pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi

halusinasi pasien

S: Ny. S mengatakan mendengar suara-suara lucu dan

kadang suara itu membuat klien sedih. Ny. S

mengatakan ketika mendengar suara itu Ny. S

menuruti suara yang menyuruhnya.

O: Klien tampak kebingungan, bicara sendiri dan

senyum- senyum sendiri, ekspresi wajah tampak

sedih.

A: Ny. S dapat mengetahui jenis dan isi halusinasi.

Page 27: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

5. Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien

terhadap halusinasi

7. Melatih pasien cara kontrol

halusinasi dengan menghardik

8. Membimbing pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

P : K- meminta klien mngingat waktu frekwensi dan

situasi yang mnimbulkan halusinasi.

P – ulangi SPIp yang belum teratasi.

6 13/1/ 2010 Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

SPIp

1. Mengidentifikasi waktu

halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi frekuensi

halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi

4. Mengidentifikasi respon

pasien terhadap halusinasi

5. Melatih pasien cara kontrol

halusinasi dengan menghardik

6. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

S : Klien mengatakan mendengar suara- suara itu ketika

sendirian dan melamun. Ny. S tidak tahu suara itu

muncul berapa kali dalam sehari, dan Ny. S juga

pernah mengusir suara itu dengan cara membaca

istighfar tapi suara-suara itu masih bermunculan

terus. Klien mengatakan senang karena telah di

ajari cara menghilangkan suara-suara itu dengan

cara yang pertama yaitu dengan menghardik

apabila suara-suara itu datang . Dan klien juga bisa

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

O: Klien tampak kooperatif, dapat mempertahankan

kontak mata, klien mau melakukan cara yang telah

diajarkan dan klien juga sudah bisa memasukkan

Page 28: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

kegiatan harian

kedalam jadwal kegiatan harian.

A : Klien tampak sudah bisa mempraktekkan cara yang

pertama yaitu dengan menghardik ketika suara-

suara itu datang dan sudah bisa memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

P : Perawat dapat melanjutkan SPIIp.

7 14/1/ 2010 Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

SP2p

1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya

2. Melatih pasien cara mengontrol

halusinasi dengan berbincang-

bincang dengan orang lain.

3. Memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

S : Ny. S mengatakan senang karena telah diajari cara

mengontrol halusinasi dan sekarang sudah bisa

mempraktekkan cara yang pertama yaitu dengan

cara menghardik dan cara yang kedua yaitu dengan

cara berbincang-bincang dengan orang lain ketika

suara-suara itu datang. Selain itu klien mengatakan

juga sudah memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian.

O: Klien tampak kooperatif, ekspresi wajah cerah dapat

mempertahankan kontak mata, tampak

mempraktekkan cara yang telah diajarkan.

A : Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan cara yang

pertama yaitu dengan menghardik dan cara yang

kedua yaitu dengan berbincang-bincang dengan

orang lain.

Page 29: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

P : perawat dapat melanjutkan SPIIIp.

K : Ny. S mengingat cara mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik dan berbincang-bincang dengan

orang lain dan mempraktekkan.

8 11 /1/2010 Harga diri rendah SPIp

1. Mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien

2. Membantu klien menilai

kemampuan pasien yang masih

dapat digunakan

3. Membantu pasien memilih

kegiatan yang akan dilatih sesuai

dengan kemampuan pasien

4. Melatih pasien kegiatan yang

dipilih sesuai kemampuannya

5. Memberi pujian yang wajar

terhadap keberhasilan pasien

6. Menganjurkan pasien memasukan

dalam jadwal kegiatan klien.

S : Ny. S mengatakan sebelum masuk ke rumah sakit

aktivitas sehari-hari yang di lakukan dirumah yaitu

menyapu rumah, halaman, mencuci pakaian, mencuci

piring, dan masak untuk keluarga dan selama dirawat

di rumah sakit Ny. S mengatakan hanya mencuci

gelas dan sendok setelah makan dan Ny. S

mengatakan setelah itu sholat mandi langsung tiduran

dikamar.

O : Klien tampak kurang semangat, kontak mata kurang,

Ny. S mau memilih kegiata yang sesuai dengan

kemampuannya. Klien mampu memasukkan kegiatan

kedalam jadwal kegiatan harian.

A : Ny. S mampu mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki, dan mau memilih

kegiatan yang sesuai dengan kemampuan klien.

P : Perawat dapat melanjutkan SP2p

K : Ny. S mengingat aspek posotif yang dimiliki klien

dan melakukan kegiatan yang telah dipilih.

Page 30: BAB III TINJAUAN KASUSdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-muisrosida-5439-3-babiii.pdfsaja kontrol dari RSJ dalam keadaan baik, ... Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

9 15/1/ 2010 Harga diri rendah Sp2p

1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya

2. Melatih kegiatan kedua (atau

selanjutnya yang dipilih sesuai

kemampuan klien)

3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

S : Ny. S mengatakan setelah makan langsung mencuci

piring, gelas dan menyapu bersama teman-

temannya. Dan klien juga sudah memasukkan

setiap kegiatannya kedalam buku jadwal kegiatan

harian. Ny. S mengatakan mau menambah kigiatan

yaitu dengan merapikan tempat tidur setelah

bangun dari tidur dan memasukkan setiap kegiatan

kedalam jadwal kegiatan harian.

O : Klien tampak lebih kooperatif, klien lebih semangat

dari biasanya dan klien juga sudah bisa

memasukkan kedalam kegiatan harian.

A : Ny. S sudah melakukan kegiatan yang telah dipilih

sesuai kemampuannya dan mau menambah

kegiatan yang klien bisa.

P : Perawat dapat meneruskan SP keluarga.

K : Ny. S mempraktekkan semua kegiatan yang dipilih

sesuai kemampuannya dan memasukkan kegiatan

kdalam jadwal kegiatan harian.