bab iii tinjauan kasus -...
TRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Januari 2008 jam 10.00 WIB
diruang III Citro Anggodo RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang.
1. Biodata
a. Idenditas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan, Panggul, Tegal
Tanggal masuk : 1 Januari 2008
Diagnosa : Skizofrenia Undifferentiated.
b. Idenditas Penanggung jawab
Nama : Ny. L
Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan, Panggul,
Tegal
Hubungan dengan klien : kakak kandung
2. Alasan Masuk
Klein dibawa oleh keluarga ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang
pada tanggal 1 Januari 2008 dengan alasan tidak bisa tidur, berbicara kacau.
21
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sudah 4x dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, terakhir
Bulan Februari 2007. Klien sudah bercerai dengan suaminya semenjak itu Ny.
L menyatakan ia menjadi stress, ia bercerai dengan suaminya dikarenakan
suaminya suka main judi sampai rumahnya terjual, sehingga Ny. L jengkel,
stress, dan menceraikan suaminya. Ditambah lagi pekerjaan Ny. L tidak tetap,
dirumah anaknya sering bertengkar atau ejek – ejekan. Ny. L sering memarahi
anaknya dan ketika belum bercerai dengan suaminya, Ny. L stress dan ketika
duduk sendirian di ruang tamu tiba – tiba ada bayangan kepala dan mata yang
menyuruh Ny. L untuk membelalakkan matanya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dikaji pada tanggal 16 Januari 2008, Ny. L tidak menunjukan tanda –
tanda marah lagi, klien sudah kooperatif. Klien mengatakan jika sore hari jika
di tempat tidur tiba – tiba Ny. L melihat bayangan kepala dan mata, dan
bayangan mata menyuruh Ny. L untuk membelalakkan mata Ny. L keatas.
Klien sudah berusaha melawan, bayangan itu selalu dating untuk menyuruh
Ny. L membelalakkan matanya keatas.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Penglihatan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital
TD : 120 / 90 mmHg
RR : 24x / menit
Nadi : 66x / menit
22
Suhu : 37 0 C
TB : 156 cm
BB : 52 kg
b. Keadaan fisik
Tidak ada kelainan fisik pada Ny. L, klien takut apabila bayangan itu
muncul.
Masalah Keperawatan : halusinasi penglihatan
6. Psikososial
a. Genogram
Umur 75 tahun
Umur 45
tahun
Umur 47 tahun Umur 54 tahun
Umur 73 tahun
Umur 60 tahun Umur
38 tahun Umur
33 tahun Umur 57 tahun
Umur 19 tahun Umur 12 tahun
Umur 16 tahun
Keterangan :
: Meninggal Laki – laki : Pasien
: Laki – laki : Bercerai
: Tinggal serumah
: Perempuan
23
Klien anak kelima dari delapan bersaudara, dalam keluarga klien
tidak ada yang menderita penyekit seperti klien.
Keterangan :
Ekonomi keluarga Ny. L dibantu oleh kakaknya Ny. Li, Ny. L tinggal
satu rumah dengan Ny. Li
Dalam keluarga Ny. L tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
Ketiga anak Ny. L dekat dengan Ny. L
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien menyukai seluruh tubuhnya.
2. Idenditas
Klien seorang perempuan berumur 47 tahun
3. Peran
Klien sebagai ibu rumah tangga
4. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang, bertemu dengan ketiga anaknya,
mengurus dan memasak untuk anaknya.
5. Harga diri
Klien percaya diri dengan keadaanya sekarang.
c. Hubungan sosial
Orang yang berarti untuk Ny. L adalah ketiga anaknya, peran serta dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat = Ny. L, selama dirawat tidak dapat
24
mengikuti kegiatan masyarakat. Klien tidak punya hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, klien kooperatif.
d. Spiritual
Klien beragama Kristen, sebelum sakit Ny. L rajin ke gereja, selama sakit
klien hanya berdoa, tidak pernah ke gereja karena tidak punya pakaian
ganti untuk ke gereja.
7. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan rapi sesuai dengan pekaiannya
b. Pembicaraan
Klien berbicara cepat, tetapi jelas.
c. Aktivitas Kelompok
Klien tipe orang kooperatif, klien melakukan kegiatan di ruangan tanpa
disuruh.
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan takut apabila melihat bayangan tersebut.
Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan
e. Afek
Afek klien labil, apabila sedang malas bicara klien akan pergi tidur.
f. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif / ada kontak mata.
g. Persepsi
Klien mengatakan melihat bayangan, mata yang banyak.
25
Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan.
h. Proses pikir
Klien mampu menjelaskan atau menguraikan ide – ide tertentu.
i. Isi Pikir
Klien tidak mengalami waham apapun
j. Tingkat Kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan tingkat kesadaran, kesadaran klien sadar
penuh.
k. Memori
Klien masih dapat mengingat hal – hal yang terjadi di masa lalu dan
sekarang
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Klien dapat konsentrasi dan berhitung dengan baik.
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Nutrisi
Klien makan 3x sehari dan habis 1 porsi dengan variasi nasi, lauk, sayur,
buah, susu. Klien minum 6 -7 gelas perhari. Klien makan dan minum
tanpa bantuan.
b. BAK / BAB ( Eliminasi )
Klien BAB 1 hari sekali dengan konsistensi lunak, bau khas, BAK 5 – 7
kali sehari sehari semua tanpa bantuan.
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari, tanpa bantuan
26
d. Berpakaian
Klien berpakaian rapi sesuai pakaian yang ada, klien berpakaian tanpa
bantuan
e. Kebersihan diri
Klien menjaga kebersihan dirinya secara mandiri
f. Istirahat dan Tidur
Klien tidur siang, lama 2 jam, tidur malam 7 jam. Sebelum tidur klien
BAK dahulu, baca doa, bangun tidur klien bersih – bersih, mandi, dan
mengikuti kegiatan sesuai ruangan
g. Penggunaan obat
Klien minum obat sesuai petunjuk dokter, secara rutin, tanpa bantuan.
9. Aspek Medik
Terapi medik
Laboratorium ( 2-1-2008 ) hasil normal
Glukosa 109 mg/100 ml 80 – 110 mg/100ml
Ureum 22 mg/100 ml 10 – 50 mg/100 ml
Creatinin 0,7 mg/100 ml Lk.0,6–1,1 mg/100 ml
Cholesferol total 162 mg/100 ml 150 – 220 mg/100ml
Trigliserid 52 mg/100 ml sd / 150 mg/100 ml
Protein total 6,5 mg/100 ml 6,3 – 8,0 mg/100 ml
Albumin 4,0 mg/100 ml 3,8 – 5,1 mg/100 ml
27
SGOT 22 unit / L Lk s/d 37 unit
SGPT 20 unit / L kk s/d 0,42 unit
Uric Acial 6,2 mg/100 ml P. 2,5–5,7 mg/100 ml
TAK : 8 / 01 / 08
EKG : 9 / 01 / 08
ECT konvensional : 2 x ( 4/1/08 dan 5/1/08 )
Obat secara oral
Halluperidol 2 x 5 mg
Trihexy phenidyl 2 x 2 mg
PPZ 2 x 8 mg
Promagtil 1 x 100 mg
B. Analisa Data
NO Data Fokus Masalah
1.
Tanggal 16 Januari 2008, ham 10.00 WIB
DS :
Klien mengatakan saya takut kalau melihat
bayangan mata itu
Klien mengatakan, bayangan mata itu menyuruh
saya untuk melototinya
DO :
Ny. L takut ketika menceritakan bayangan itu
Ny. L sambil menutup mata rapat – rapat
Perubahan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan
28
2.
3.
17 Januari 2008, jam 09.00 WIB
DS :
Klien mengatakan, saya jengkel kalau melihat
bayangan mata itu datang
Saya takut suster, kadang bayangan itu datang
menemui saya dan menyuruh untuk melototinya
DO :
Ny. L marah – marah sambil memukul meja
20 Januari 2008, jam 16.20 WIB
DS :
-Ny,L mengatakan,saya marah – marah jika
bayangan kepala dan mata-mata datang mengganggu
saya.
DS :
- Ny. L mengatakan merasa bersalah tidak bisa
membimbing anak – anak dirumah, anak – anaknya
sering bertengkar
DO:
-Ny. L marah-marah,muka merah, nada suara tinggi,
pandangan tajam.
-Ny. L sering menyadari
Resiko mencederai diri, orang
lain, lingkungan
Perilaku kekerasan
C. Masalah Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
2. Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Resiko perilaku kekerasan : Harga diri rendah
29
D. Pohon Masalah
Perubahan presepsi sensori : halusinasi :penglihatan
Core problem
Resiko mencederai diri,oranglain,lingkungan
Isolasi sosial : menarik diri
( Keliat, 1998 )
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan berhubungan dengan
menarik diri
3. Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
halusinasi
30
F. INTERVENSI
Perencanaan No Dx
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Evaluasi
Tgl
16
Januari
2008
10.00
WIB
Resiko
mencederai diri,
orang lain,
lingkungan
berhubungan
dengan
halusinasi
penglihatan
TUM :
klien tidak
mencederai diri,
orang lain,
lingkungan.
TUK 1 :
klien dapat
membina
hubungan
saling percaya
1.1. Ekspresi wajah
berusaha baik,
menunjukan
rasa senang,
ada kontak
mata, mau
berjabat
tangan, mau
menyebutkan
nama, mau
menjawab
salam, klien
mau duduk
berdampingan
dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
1.1.1. Bina Hubungan saling percaya
dengan mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal
b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
f. Beri perhatian pada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
31
TUK 2 :
Klien dapat
mengenal
halusinasinya
2.1. klien dapat
menyebutkan
waktu, isi,
frekuensi
timbulnya
halusinasi.
2.2 Klien dapat
mengungkap
kan perasaan
2.1.1 Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap
2.1.2 Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasinya
2.1.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Jika menemukan klien
yang sedang halusinasi
tanyakan apa ada
bayangan.
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan apa yang ia
katakan
c. Katakana bahwa perawat
percaya klien melihat
bayangan itu, namun
perawat sendiri tidak
melihatnya
d. Katakana bahwa perawat
akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien
a. Situasi yang menimbulkan /
tidak menimbulkan
ahlusinasi.
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi ( pagi,
sore, malam, sendiri /
jengkel / sedih )
2.2.1 Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi ( marah, takut,
32
terhadap
halusinasi.
sedih, senang ) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaan.
TUK 3 :
klien dapat
mengontrol
halusinasinya
3.1 Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan
untuk
mengendalikan
halusinasinya
3.3 Klien dapat
memilih cara
mengatasi
halusinasi
3.4 Klien dapat
melaksanaka
3.1.1 Identifikasi bersama klien cara
/ tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi : tidur,
marah, menyibukkan diri.
3.1.2 Diskusikan manfaat dan cara
yang digunakan klien jika
bermanfaat beri pujian.
3.2.1 Diskusikan cara baru untuk
mengontrol halusinasi :
a. Katakan “Saya tidak mau
melihat kamu”
b. Menemui orang lain ( teman,
perawat ) untuk bercakap –
cakap tentang halusinasi
yang dilihat klien.
c. Membuat jadwal kegiatan
d. Meminta perawat menyapa
klien.
3.3.1 bantu klien memilih dan melatih
cara mengontrol halusinasi secara
bertahap.
3.4.1 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang telah dilatih,
33
n cara yang
telah dipilih
untuk
mengendalik
an halusinasi.
3.5 Klien dapat
mengikuti
TAK
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil
3.5.1 Anjurkan klien mengikuti TAK
TUK 4 :
Klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasi
4.1 Keluarga dapat
membina
hubungan
saling percaya
dengan
perawat.
4.2 Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian,
tanda dan
tindakan untuk
mengontrol
halusinasi.
4.1.1 Anjurkan klien untuk
memberitahu keluarga jika
terjadi halusinasi.
4.2.1 Diskusikan dengan keluarga
Gejala halusinasi klien
a. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
meutus halusinasi
b. Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasinyadirumah
kegiatan, jangan biarkan
sendiri.
c. Beri informasi waktu
follow up / kapan perlu
bantuan
34
18
Januari
2008
16.20
WIB
TUK 5 :
Klien dapat
memanfaat obat
dengan baik.
5.1 Klien dan
keluarga dapat
menyebutkan
manfaat, dosis,
efek samping
obat.
5.2 Klien dapat
mendemonstras
ikan
penggunaan
obat dengan
benar.
5.3 Klien dapat
informasi
tentang
manfaat / efek
samping obat.
5.4 Klien
memahami
akibat bila
berhenti
minum obat
tanpa
konsultasi.
5.5 Klien dapat
menyebutkan 5
benar
5.5.1 Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang dosis,
frekuensi, manfaat obat
5.5.2 Anjurkan klien minta sendiri
obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
5.5.3 Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
5.5.4 Diskusikan akibat berhenti obat
tanpa konsultasi
5.5.5 bantu klien menggunakan
prinsip 5 benar
35
G. IMPLEMENTASI
Tgl /jam Dx TUK Implementasi Evaluasi TT
16/1/2008
09.00
WIB
16/1/2008
09.05
WIB
TUK 1
DX I
TUK 2
Bina hubungan saling
percaya.
Menanyakan nama, umur,
alamat, pekerjaan.
Memberi kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan
Mendengarkan pasien saat
bercerita.
Mengenal halusinasi klien
Meminta pasien untuk
menceritakan isi halusinasinya
Beri pujian ketika klien
mampu menceritakan
halusinasinya
S : Nama saya Ny. L, biasa dipanggil
Ny. A. umur saya 47 tahun,
rumah saya di Tegal, saya takut
ketika bayangan itu dating.
O : Klien mau berjabat tangan,
tersenyum, duduk berhadapan,
nada bicara jelas, kontak mata ada
A : Pasien dapat membina hubungan
saling percaya
P : Perawat melanjutkan TUK 2 (
mengenal halusinasi pada Ny. L )
K : Menganjurkan klien untuk
mengingat nama perawat
S : Saya melihat bayangan kepala,
banyak matanya, menyuruh
saya membuka mata saya
keatas, saya takut, jengkel
ketika bayangan itu muncul kira
– kira 5 menit, biasanya ketika
sore hari, pada saat saya sensiri.
O : Nada bicara jelas, klien
menceritakan bayangan itu
dengan tegas, menatap
perawat.
A : Pasien dapat mengenal
halusinasinya
P : Perawat melanjutkan TUK 3 (
36
17/1/2008
10.00
WIB
TUK 3
DX II
Klien dapat mengontrol
halusinasinya.
Menanyakan pada klien apa
yang dilakukan jika
halusinasinya timbul
Memberi pujian atas jawaban
yang diberikan klien
Mendiskusikan dengan klien
cara mengontrol halusinasi
Membantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap.
Memberikan kesempatan
untuk melakukan cara yang
telah dilatih
Menganjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok orientasi realita.
Mengadakan kontrak untuk
pertemuan berikutnya.
Mengontrol halusinasinya )
K : Menganjurkan untuk mengingat
halusinasinya, frekuensi,
munculnya kapan
S : - Klien mengatakan saya mau
diajari cara menghilangkan
bayangan itu
- Klien mengatakan jika
bayangan itu muncul saya
segera melakukan aktivitas,
seperti menyapu, dll
- Klien mengataklan akan saya
coba suster.
O : - Klien mengganggukan kepala
saat diajak diskusi tentang
cara baru untuk mengontrol
halusinasi.
- Klien menjawab pertanyaan
dengan baik, sesuai
pertanyaan.
- Klien tersenyum saat diberi
pujian
- Klien kooperatif saat
wawancara berlangsung.
A : Masalah teratasi dalam
mengontrol halusinasinya
P : Lanjutkan intervensi berikutnya
menggunakan obat dengan baik
K : menganjurkan klien dalam
mengontrol halusinasinya
37
18/1/2008
10.00
WIB
TUK 5
DX II
Klien dapat memanfaatkan obat
dengan baik.
Mendiskusikan dengan klien
tentang dosis, frekuensi, dan
manfaat obat yang
diterimanya.
Menganjurkan klien untuk
minum obat secara teratur
Mendiskusikan akibat
berhentinya minum obat.
Mendiskusikan 5 benar dalam
pemberian obat.
Mengevaluasi kembali tentang
materi yang dibicarakan
bersama klien
Mengadakan kontrak untuk
membahas tentang prinsip 5
benar.
yang baru saja diajarkan.
S : - klien mengatakan “ Saya sudaj
mengerti cara menghilangkan /
mengurangi bayangan yang
sering mengganggu saya
- Klien mengatakan saya sudah
mengerti obat yang saya minum
dan manfaatnya.
- Klien mengatakan “ Saya tau
dalam 5 benar minum obat
5 benar minum obat adalah :
Benar orang
Benar obat
Benar jenis
Benar waktu
Benar dosis.
O : - Klien bisa menyebutkan semua
cara benar minum obat
- Klien bersedia saat perawat
mengadakan kontrak untuk
membahas obat yang
diminum klien
A : Masalah teratasi dalam
memanfaatkan obat dengan
baik
P : Lanjutkan intervensi TUK 5
K : Menganjurkan klien untuk tetap
minum obat sesuai dengan aturan
dan tepat waktu.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri
adalah dimana keadaan individu atau kelompok mengalami atau beresiko
mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang
datang (carpenito,1997).
Data subyektif klien mengatakan,bayangan mata-mata menyuruh saya
untuk melototinya, Data obyektif klien tampak takut saat menceritakan bayangan
mata, menutuprapat-rapat.
Diagnosa perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan
persepsisensori halusinasi,suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun orang
lain.(Towsend,1998)
Data subyektif klien mengatakan saya ingin marah jika bayangan kepala
dan mata mengganggu saya, tidak mau melihatnya.Data obyektif klien tampak
marah-marah, muka merah dan tangan mengepal, tidak mau kumpul dengan
teman-temannya.
39
B. INTERVENSI – IMPLEMENTASI
Penulis berharap klien dapat mengenal halusinasi, mengontrolhalusinasi,
dapat memanfaatkan obat dengan baik, Data yang muncul pada implementasi
adalah klien melihat bayangan mata dan kepala. Data subyektif pada TUK 2
mengenal halusinasi,di dapatkan data klien melihat bayangan kepala,ketika
bayangan mata muncul pada sore hari. Data obyektif yangt penulis lihat,nada
bicara jelas, klien dapat menceritatakan bayangan mata dengan jelas dan menatap
perawat. Analisa atau hasil yang sudah di dapatkan klien dapat mengenal
halusinasi.
Intervensi yang dilakukan penulis adalah melanjutkan TUK 3 berupa
mengontrol halusinasi, rencana yang dimiliki oleh klien menganjurkan untuk
mengingat halusinasinya,frekunsi kapan muncul halusinasi.Mendapatkan data
klien mau diajari cara menghilangkan bayangan mata,dengan cara klien segera
melakukan aktivitas seperti menyapu, dan lain-lain. Data obyektif yang ada klien
menjawab pertanyaan dengan baik, tersenyum, dan kooperatif. Hasil yang didapat
masalah teratasi dalam mengontrol halusinasinya.Renncana yang akan dilakukan
lanjutkan intervensi berikutnya, rencana untuk klien menganjurkan klien
mengontrol halusinasinya dengan cara yang baru saja diajarkan oleh penulis.
TUK 4 klien mengerti cara menghilangkan atau mengurangi bayangan
yang sering mengganggunya. Klien mengatakan sudah mengerti manfaat obat
yang diminumnya. Data obyektif yang didapat klien dapat menyebutkan semua
cara minum obat yang benar, hasil atau analisa yang didapat masalah teratasi
sebagian,lanjutkan intervensi TUK 5, Rencana untuk klien dapat minum obat
40
sesuai aturan dan tepat waktu. TUK 4 tidak bisa penulis lakukan karena keluarga
belum menemui klien,hambatan yang penulis dapatkan tidak ada dalam membuat
karya tulis ini. Faktor yang mendukung klien kooperatif, kontak mata ada,klien
mau melakukan aktivitas.
1. Evaluasi yang didapat dari diagnosa perubahan persepsi sensori halusinasi
penglihatan berhubungan dengan menarik diri, adalah melihat implementasi
yang sudah dilakukan serta memperhatikan respon subyektif dan obyektif
yang muncul,penulis berkesimpulan bahwa diagnosa pertama ini teratasi
sebagian. Evaluasi ini berhasil sepenuhnya karena pada TUK 4 halusinasi
belum terlaksana karena keluarga belum menjenguk, keluarga tidak memberi
dukungan dalam mengontrol halusinasi.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi
penglihatan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri
sendiri maupun oranglain dengan batasan karakteristik subyektif klien
mengatakan ingin marah jika bayanagn mata mengganggunya.Data obyektif
klienn marah-marah, muka merah, tangan mengepal. Untuk mengatasi
masalah klien penulis melakukan timdakan keperawatan dengan cara
menghardik,melakukan aktivitas, berbicara dengan oranglain. Namun penulis
melakukan tindakan keperawatan TUK 1,TUK 2,TUK 3,TUK 5, Penulis
bekerjasama dengan perawat ruangan untuk melanjutkan TUK yang belum
tercapai karena keterbatasan waktu. Dari data pengkajian penulis menemukan
data bahwa sebelumnya klien sudah pernah mengalami gangguan jima dan
41
dirawat di RSJ dan penulis melakukan pengkajian klien sudah empat kalinya
dirawat di RSJ karena di rumah sering melihat kepala dan mata, oleh keluarga
klien dibawa ke RSJ.
42
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Klien dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi mampu
mengenal halusinasinya yang terjadi pada dirinya, sehingga
klien dapat menjelaskan bayangan mata — mata yang dilihatnya,
frekuensi dan waktu yang terjadi klien dapat mengungkapkan
perasaannya terhadap halusinasinya, klien dapat mengontrol
halusinasinya. Klien juga dapat menggunakan obat dengan baik
diantaranya klien mengerti bagimana cara manfaat dari obat
yang diminumnya, klien juga mampu menyebutkan prinsip
lima benar penggunaan obat.
2. Kemampuan klien dengan perubahan orientasi realita
halusinasi meningkatkan dalam mempertahankan mekanisrne
koping yang adekuat yai tu dengan cara membantu kl ien
mengenal halusinasinya, tnendiskusikan dengan klien tentang
situasi yang dapat menimbulkan halusinasi dan situasi untuk
mencegah halusinasi dun memberikan dorongan pada klien untuk
minum obat yang benar dan teratur.
3. Klien yang mengalami gangguan hubungan sosial menarik diri, akan
berusaha menghindari kontak dengan orang lain. Perilaku ini sangat
merugikan klien, karena dapat menimblkan resiko terjadinya
43
perubahan presepsi sensori halusinasi penglihatan dan resiko
melakukan kekerasan sebaiknya dilibatkan dalam hubungan
sosial secara bertahap agar halusinasi dapat ditekan.
4. Keluarga klien kurang berperan dalam proses keperawatan klien
dengan pervbahan persepsi : halusinasi karena keluarga klien belum
membesuk klien di Rumah Sakit.
B. SARAN
1. Dalam memberiakan asuhan keperawatan klien dengan
gangguan halusinasi hendaknya diciptakan hubungan yang
teraupetik, sikap sabar, jujur dan terbuka. Hal ini sangat tepat untuk
diterapkan dalain rangka membina hubungan saling percaya dengan
klien yang merupakan basik utama dalam pemberian asuhan
keperawatan.
2. Perawat diharapkan dapat mernotivasi klien agar
menceritakan perrnasalahannya kepada perawat dan
melibatkan keluarga dalam membantu- tercapainya
keberhasilan asuhan keperawatan dengan pendidikan kesehatan
tentang cara perawatan klien yang mengalami halusinasi, dan klien
dengan menarik diri sehingga ada perawatan tindak lanjut selama klien
dirumah oleh keluarga.
3. pntuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bcrkualitas pada
klien gangguan jiwa, diharapkan agar perawat dapat mendalami
44
konsep hubungan teraupetik perawat. Klien dan perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
berkesinambungan.
4. Keterlibatan keluarga merupakan hal penting untuk keherhasilan asuhan
keperawatan klien gangguan orientasi realitas ( halusinasi ) karena
keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat meningkatkan,
mencegah, atau memperbaiki ( masalah yang ada dalam kelompok
sendiri )
45
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, B.A. (1996). Hubungan terapeutik Perawatan Klien. Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Kelliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku Kedorteran
EGC, Jakarta Maramis. (1990). Ilmu Kedoteran Jiwa. Universitas Pres Erlangga.
Maramis, WF. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga University
Press, Surabaya. Start, Guil Wiscars and Sudeen, Sandra. (1998). Buku Saku Keperawatan
Jiwa, alih Bahasa Achir Yani Hamid, Editor dalam Bahsa Indonesia, Yasminb Asih, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Stuart, G.W. and Laria. M.T. (2001). Principle and Practice of Psychiatric
Nursing Seventh ed. Mobsy, st Louis. Stuart, GW, & Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing,
Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Townsend, M.C. (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Carpenito,L,J.(1995),Buku saku diagnosa keperawatan jiwa (alih bahasa
Monica ester) Jakarta : EGC
46