bab iii skripsi

Upload: arazakb

Post on 11-Jul-2015

327 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB III GAMBARAN UMUM SEPAK BOLA DAN POLITIK ITALIA A. Sepak Bola Italia 1. Budaya dan Kedudukan Sepak Bola di Italia Italia adalah salah satu negara di Benua Eropa yang termasuk sebagai negara maju dalam hal kekuatan ekonomi di Eropa bahkan di dunia. Selain dikenal sebagai negara dengan tingkat kemajuan ekonomi yang tinggi, Italia juga dikenal sebagai negara dengan kekuatan sepak bolanya. Sepak bola di Italia bukan lagi hanya sebagai olahraga, tetapi sudah menjadi sebuah kebanggan bagi masyarakat Italia. Kebanggaan tersebut merupakan suatu kebanggaan sebagai negara yang pernah menjuarai Piala Dunia sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1934, 1938, 1982, dan 2006, dan menjadikan Italia sebagai negara Eropa terbanyak menjadi juara Piala Dunia dan menjadi negara kedua terbanyak menjadu juara Piala Dunia dibawah Brasil yang menjuarai Piala Dunia sebanyak 5 kali. Sepak bola di Italia merupakan hiburan tingkat tinggi masyarakat di negara tersebut. Sejak awal kemunculannya samapi sekarang ini, sepak bola telah memiliki tempat tersendiri di hati kalangan masyarakat Italia. Dalam tingkatan yang lebih tinggi, sepak bola bola di Italia telah dijadikan sebagai alat legitimasi bagi para pemimpin-pemimpin terkemuka. Hal ini tidak terlepas dari kultur sejarah perkembangan olahraga ini di masa lalu yang sangat dipengaruhi oleh unsur politik, ekonomi, sosial.

Sepak bola adalah olahraga yang penggemarnya paling banyak dibandingkan dengan olahraga lain di muka bumi ini. Dengan kekuatan bisa mengerahkan massa itulah sepak bola mampu menjadi alat meraih atau mempertahankan kekuasaan. Tidak hanya pada masa kini, yang contohnya banyak kita lihat di negeri ini, kekuatan sepak bola telah dipakai untuk mempertahankan rezim oleh nama-nama besar di beberapa negara. Di Italia, berkuasanya Benito Mussolini pada masa keemasan tim nasional Italia dengan dua kali menjadi juara dunia tahun 1934 dan 1938 bukan sebuah kebetulan. Mussolini memang sangat menyukai olahraga, terutama sepak bola. tentu saja karena punya tujuan tertentu yaitu menjadikan sepak bola sebagai alat propaganda. Mussolini membuat liga domestik yang merupakan simbol persatuan dan menerapkan fasisme di setiap klub olahraga di Italia. Ketika tim nasional sepak bola Italia bertanding di Italia, Mussolini suka membuat sesuatu tindakan yang dramatis saat memasuki stadion sepak bola yaitu dengan menunggangi kuda putih. Dan sebaliknya, ketika tim nasional Italia melakukan pertandingan di luar Italia dia menginstruksikan setiap pemain sepak bola Italia melakukan hormat gaya fasis walaupun sikap ini selalu diprotes di negara tempat team nasional Italia melangsungkan pertandingan. Sejarah sepak bola di Italia telah menunjukkan bahwa Italia sangat identik dengan sepak bola. Sepak bola telah menjadi budaya Italia, setiap akhir pekan yaitu waktu dimana dilangsungkan pertandingan klub-klub sepak bola Italia

banyak masyarakat mendatangi stadion-stadion sepak bola untuk melihat team sepak bola kesayangan mereka bertanding. Baik orang tua, pemuda, anak-anak semuanya datang ke stadion dan menikmati pertandingan sepak bola, mereka tidak memperdulikan apakah pertandingan dilaksanakan pagi, siang, ataupun malam hari, tidak memperdulikan harga tiket baik mahal maupun murah, mereka tetap datang ke stadion. Hal ini menunjukkan sepak bola telah menjadi barometer kepuasaan mereka bahakan mereka dapat menjadi seorang penggemar fanatik yang rela melakukan apapun untuk mendukung klub sepak bola kesayangan mereka di stadion. Sepak bola di Italia dapat dianggap sebagai agama kedua di Italia setelah agama Katolik yang merupakan agama mayoritas masyarakat di Italia. Hal ini disebabkan karena setiap orang-orang di Italia tidak pernah lupa untuk datang ke stadion sepak bola untuk menonton sepak bola setiap akhir pekan setiap hari sabtu dan minggu dan khususnya hari minggu orang-orang Italia setelah mereka pulang Gereja maka mereka akan pergi ke stadion sepak bola dan orang Italia juga menganggap sepak bola dapat dijadikan simbol identitas mereka, identitas ideologi, identitas perlawanan, identitas harkat dan martabat masyarakat Italia. Masyarakat Italia merasa bangga dan merasa bahwa mereka yang menguasai sepak bola Eropa dimana negara Italia menjadi negara Eropa terbanyak yang memenangi Piala Dunia dengan 4 kali juara (1934, 1938, 1982, 2006), bahkan di dalam negeri mereka sendiri sepak bola dijadikan sebagai identitas wilayah sebagai contoh dimana orang-orang Napoli dan Italia selatan yang lebih protelar menggunakan sepak bola untuk meningkatkan martabat mereka di mata orang-

orang Italia utara yang lebih kaya. Klub-klub sepak bola seperti Napoli, Cagliari, merupakan simbol perlawanan wilayah Italia Selatan terhadap wilayah Italia utara yang diwakili klub-klub sepak bola seperti AC Milan, Inter Milan, yang dianggap memiliki kekuatan ekonomi yang lebih besar. Sepak bola telah menjadi budaya di Italia bukan sekedar sebagai olahraga saja. Hal ini dikarenakan sepak bola relah melingkupi berbagai lingkup kehidupan masyarakat Italia, mulai dari masalah agama, politik, kerusuhan antar masyarakat, sampai masalah keamanan wilayah. Sepak bola Italia sering menjadi pemicu kerusuhan dan mengancam keamanan wilayah di Italia dimana disebabkan kerusuhan antar suporter sepak bola terutama seporter yang terdiri atas dua klub yang berasal dari satu kota yang sama. Pertandingan antara dua klub yang berada dalam satu kota di Italia dikenal sebagai pertandingan Derby. Dalam sepak bola Italia terdapat beberapa pertandingan derby antara lain pertandingan antara Inter Milan (il Nerazurri) melawan AC Milan (il Rossoneri) dimana kedua klub berasal dari satu kota yaitu kota Milan di wilayah utara Italia, pertandingan ini juga dikenal juga sebagai Derby della Madonnina (Milan derby). Pertandingan ini selalu berlangsung seru, dipenuhi banyak penonton dari kedua suporter, dan sering diikuti bentrokan antara kedua suporter, hal ini mengisyaratkan bahwa pertandingan kedua klub sepak bola tersebut diikuti persaingan menentukan klub mana yang merupakan klub sepak bola terkuat dan terbesar di kota Milan. Dalam pertandingan kedua klub juga dilatarbelakangi persaingan bisnis antar kedua pemilik klub, Silvio Berlusconi sebagai pemilik AC Milan dan Massimo Moratti sebagai pemilik Inter Milan dimana keduanya

sebagai pengusaha dengan modal kekayaan yang besar di Italia dan memiliki jaringan bisnis yang luas baik di Italia maupun yang berada di luar Italia. Sepak bola Italia juga menjadi alat persaingan kekuasaan dan kekayaan pemilik modal yang memiliki klub-klub di Italia. Di Italia sendiri terdapat kompetisi sepak bola yang melibatkan klub-klub sepak bola Italia yang mengikuti kompetisi dengan nama Lega Calcio Seri A (Liga Italia Seri A), dimana klub-klub Italia bertanding selama satu musim penuh atau selama satu tahun kompetisi. Klub-klub Liga Italia sendiri dimiliki oleh para pemilik modal dan memiliki pengaruh kekuasaan di Italia seperti Juventus yang dimiliki oleh keluarga Agnelli yang memiliki perusahaan Fiat sebuah perusahaan otomotif besar di kota Turin Italia dan pemegang persentase substanstif pada Bursa Efek Milan, AC Milan yang dimiliki oleh Silvio Berlusconi seorang pengusaha media televisi yang menguasai setengah jumlah penonton nasional Italia dan juga memiliki pengaruh dalam perpolitikan Italia dengan menduduki jabatan Perdana Menteri Italia (2008-2013), dan Inter Milan dimana klub yang berada dalam satu kota dengan AC Milan di kota Milan dimiliki oleh seorang pengusaha minyak Italia Massimo Moratti yang memiliki beberapa perusahaan minyak di Italia dan juga di luar Italia sendiri. Kekuatan sepak bola Italia telah menjadi jalur persaingan politik di Italia selain menjadi sebuah hiburan yang sangat diminati oleh masyarakat Italia. Dengan kekuatan massa yang besar, sepak bola di Italia dapat dijadikan kekuatan politik dukungan bagi setiap individu yang ingin mendapatkan suara dukungan politik. Hal ini dapat dilihat dari kekuatan Silvio Berlusconi yang merupakan

Perdana Menteri Italia (2008-sekarang) yang juga seorang presiden klub AC Milan yang menggunakan kekuatan suporter klub AC Milan yang juga merupakan salah satu klub Italia yang besar dan memiliki prestasi baik di Italia maupun di Eropa untuk memperoleh dukungan dalam persaingan politik untuk menduduki kursi Perdana Menteri di Italia. Sepak bola di Italia telah menjadi sebuah daya tarik yang sangat besar dalam hal politik di Italia, bahkan dapat dikatakan bahwa sepak bola di Italia merupakan sebuah politik yang dapat dengan cepat berkembang dengan kekuatan massa pendukung yang besar. Sepak bola telah menjadi sebuah gaya kehidupan bagi masyarakat Italia, dan Italia sendiri telah menjadi salah satu kekuatan sepak bola Eropa dan dunia saat ini. Tidak ada satupun tempat di Eropa selain di Italia bila ingin merasakan sepak bola dari sudut pandang apapun. Hal tersebut dimulai dari segi ekonomi, politik, fanatisme, budaya, bahkan masala rasisme telah menjadi salah satu bagian dari sepak bola Italia. Masalah rasisme atau faham pembedaan warna kulit yang merendahkan orang yang memiliki kulit berwarna hitam, sering menjadi menhantui setiap pertandingan sepak bola di Italia terutama bila klubklub seperti AS Roma, Lazio, bertanding di Italia dimana suporter kedua klub sering mengeleluarkan sindiran dan kata-kata berbau rasis terhadap pemain yang berkulit hitan baik pemain dari klub mereka sendiri maupun lawan mereka. Kekuatan dan kemegahan sepak bola telah mengubah Italia, sepak bola telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Italia. Sepak bola dapat ditemukan dalam koalisi dan fraksi dalam pemerintahan, mulai dari rakyat, partai sampai pemerintahan tumbuh semakin luas dan juga rumit. Sejak

munculnya Silvio Berlusconi (1986) dalam politik Italia dan berhasil menduduki kekuasaan perdana menteri Italia untuk jabatan periode pertama, konflik kepentingan di politik dan pemerintahan semakin besar. Hal ini juga membawa pengaruh bagi kota-kota di Italia yang dijadikan daerah koalisi dan melambangkan faham-faham politik yang sangat berbeda dari satu kota dengan kota yang lain. Kota-kota di Italia dijadikan daerah basis kekuatan politik dan klubklub sepak bola dari kota tersebut dijadikan sebagai alat penyalur aspirasi, kepentingan dan simbol perlawanan bagi faham-faham dari wilayah-wilayah lain yang bebeda di Italia. Di Torino, yang merupakan kota industri di wilayah Italia utara merupakan wilayah kaum politik sayap kanan dan politik sayap kiri dimana wilayah tersebut dibagi atas dua kekuatan klub di Italia yaitu klub Juventus yang merupakan wilayah kaum politik sayap kanan, dan klub AC Torino merupakan wilayah kaum politik sayap kiri sehingga kedua klub Juventus dan Torino merupakan dua klub yang saling bersaing di kompetisi di Italia bukan hanya persaingan dalam sepak bola tetapi juga persaingan ideologi politik dan pertandingan kedua klub di Italia dikenal dengan Il Derby della Mole. Kekuatan politik kaum sayap kanan dan politik kaum sayap kiri di Italia merupakan dua kekuatan utama di Italia yang juga mempengaruhi kekuatan di pemerintahan. Kekuatan sifat politik kaum sayap kanan merupakan kekuatan yang cenderung kapitalis, pekerja keras, individualis, dan berjiwa dinamis, sedangkan sifat politik kaum sayap kiri lebih cenderung sosialis dan komunis tidak memiliki kekutan ekonomi sebesar kaum politik sayap kanan di Italia sehingga kekuatan

modal klub-klub sepak bola dari wilayah kaum sayap kiri tidak terlalu besar dibandingkan kekuatan klub-klub sepak bola yang berasal dari klub-klub sepak bola dari kaum politik sayap kanan. Sepak bola memiliki nilai yang tinggi dalam budaya masyarakat Italia dan juga menjadi kebanggaan nasional Italia. Klub-klub Italia seperti Juventus, AC Milan, Inter Milan, AS Roma merupakan klub-klub besar di Italia yang selalu menjadi kekuatan sepak bola Italia baik di liga domestik (Liga Italia Seri A) maupun di Eropa (Europe Champions League). Kekuatan klub-klub Italia di Eropa menunjukkan bahwa kekuatan sepak bola di Italia merupakan salah satu kekuatan yang besar dan diperhitungkan, dimana beberapa klub Italia berhasil menjuarai Europe Champions League seperti Juventus yang berdiri pada tahun 1897 menjuarai pada tahun 1985 dan 1996, Inter Milan yang berdiri pada tahun 1908 menjadi juara pada tahun 1964, 1965, dan 2010, sedangkan AC Milan yang didirikan pada tahun 1899 menjadi klub Italia terbanyak yang menjuarai Europe Champions League dengan jumlah tujuh gelar yaitu tahun 1976, 1978, 1980, 1992, 1995. 2002, 2007 dengan tiga klub Italia yang pernah menjuarai Europe Champions League Italia menjadikan negaranya sebagai kekuatan besar di Eropa dan bahkan di dunia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa sepak bola dapat mengangkat moral dan kebanggaan masyarakat Italia yang seakan memiliki pencutraan buruk pada masa kepemimpinan diktator Bennito Mussolini dengan paham Fasismenya (1922-1943) yang ingin menguasai Eropa dan menjadi kekuatan dunia.

2.

Arti Penting Sepak Bola Italia. Sepak bola merupakan hiburan tingkat tinggi masyarakat di Italia.

Masyarakat Italia telah menjadi bagian dari sepak bola itu sendiri, dengan menjadi suporter setia bagi setiap klub-klub Italia yang ada. Bahkan tidak jarang dalam memberikan dukungan terhadap suatu klub sepak bola, seorang suporter dapat terlibat perkelahian atau bentrokan dengan suporter klub lainnya. Setiap akhir pekan di Italia atau pada hari Sabtu dan Minggu, masyarakat akan datang ke stadion-stadion sepak bola untuk melihat klub sepak bola mereka bertanding. Italia tidak hanya menjadikan sepak bola sebagai sebuah pertandingan yang melibatkan dua team seak bola yang disaksikan oleh para penonton yang datang ke stadion, tetapi juga sepak bola telah menjadi sebuah alat bisnis, alat komunikasi, simbol identitas dan sebuah ideologi pada saat yang bersamaan. Silvio Berlusconi yang merupakan pemilik klub AC Milan menjadi Perdana Menteri Italia dengan menjadi Perdana Menteri Italia terlama dalam sejarah Republik Italia dengan menduduki jabatan tersebut sebanyak tiga kali masa jabatan (1994-1995, 2001-2006, 2008-sekarang). Dengan menggunakan kekuatan politik Partai Forza Italia yaitu salah satu partai politik Italia yang dipimpinnya, dan kekuatan kekayaan yang dimilikinya melalui kekuatan finansial Perusahaan Mediaset dan Fininvest miliknya yang merupakan salah satu perusahaan media nasional terbesar di Italia yang memiliki kekuatan massa yang besar di Italia. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola dapat dijadikan kekuatan yang besar yang

mendapatkan kekuasaan dan dukungan politik dengan melihat kekuatan suporter yang ada dan juga memiliki sifat fanatisme yang besar terhadap klub sepak bola yang disukainya, di Italia sendiri para pendukung atau suporter sepak bola dinamakan Tifosi1, setiap klub di Italia memiliki tifosi yang merujuk pada nama klub yang mereka dukung seperti tifosi AC Milan disebut sebagai Milanisti, tifosi Juventus adalah Juventini, tifosi Inter Milan dikenal dengan sebutan Internisti, begitu juga dengan AS Roma dengan tifosinya Romanisti. Persaingan ideologi dan identitas wilayah juga merupakan kekuatan lain dari sepak bola di Italia. Orang-orang di kota Napoli di wilayah Italia selatan yang dikenal sebagai masyarakat protelar atau kaum pinggriran di Italia, menggunakan sepak bola untuk meningkatkan martabat dan kedudukan mereka di mata orang-orang di wilayah Italia seperti kota Turin, Milano, yang identik dengan orang-orang dengan kekuatan ekonomi yang besar dan wilayah yang kaya. Sebelum seorang Diego Armando Maradona datang ke Napoli dan bermain di klub sepak bola Napoli (1984-1991), orang-orang di wilayah Italia Selatan hanya dianggap sebelah mata dan tidak memiliki martabat oleh orang-orang Italia Utara. Tetapi setelah kedatangan Maradona, klub Napoli menjadi klub yang besar dan meraih berbagai gelar di Italia diantaranya meraih dua kali gelar Scudetto atau gelar juara kompetisi Seri A di Italia pada tahun 1986 dan 1987, menjuarai Coppa Italia atau Piala Italia tahun 1987, menjuarai Super Coppa atau Piala Super Italia (1991), dan terakhir menjadi juara Piala UEFA atau piala antar klub-klub Eropa tahun (1989). Dengan prestasi yang di dapat klun Napoli baik di Italia maupun1

Heri Latif, Politik Sepak Bola, dalam Kompas, 9 April 2008, hal : 20.

Eropa, telah memberikan kebanggan tersendiri bagi orang-orang kota Napoli pada khususnya dan orang-orang di wilayah Italia Selatan pada umumnya dan hal tersebut juga membuat kehidupan ekonomi dan kehidupan termask kepercayaan diri masyarakat Italia selatan berubah dan mulai berani menantang klub-klub Italia Utara, terutama yang berbasis di kota Milano dan Turin dua kota lambang kapitalis di Italia. Persaingan sepak bola yang melibatkan dua kelompok masyarakat Italia yang saling bermusuhan juga terdapat di wilayah ibu kota Italia yaitu Roma. Di ibu kota Italia sendiri terdapat dua klub yang sama-sama mewakili kekuatan sepak bola ibu kota di Italia yaitu klub AS Roma (I Lupi) dan Lazio (Biancoceleste), namun kedua klub saling bertentangan baik itu ideologi maupun dalam hal kekuatan ekonomi. Klub Lazio merupakan klub tertua di ibu kota Roma yang berdiri pada tanggal 9 Januari 1900 dan merupakan kumpulan masyarakat dengan ideologi kapitalis dan memiliki kekuatan ekonomi yang besar sedangkan klub AS Roma yang berdiri pada tanggal 22 Juli 1927 merupakan klub pecahan dari klub ibu kota sebelumnya yaitu Lazio dimana hal tersebut terjadi karena perbedaan ideologi dimana klub Lazio merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki ideologi sosialis dan juga memiliki kekuatan ekonomi yang rendah dibandingkan pendukung klub AS Roma. Di Italia sendiri pertemuan kedua klub di Italia terkenal dengan nama Il Derby Capitale atau Derby Ibu Kota. Di Italia terdapat terdapat banyak klub-klub sepak bola yang berkompetisi di sebuah liga yang dinamakan Lega Calcio atau Liga Italia dimana dalam kompetisi Lega Calcio terbagi dalam 3 bagian kompetisi yaitu Lega Calcio

Seria A, Seri B, Seri C. Seri A merupakan bagian dari Lega Calcio tertinggi yang diikuti klub-klub besar Italia, kemudian diikuti Seri B, dan terakhir Seri C. Setiap klub berkompetisi selama satu musim kompetisi atau selama satu tahun dan setiap klub yang berada di peringkat empat terbawah di setiap kompetisi akan degradasi atau turun kasta di kompetisi yang lebih rendah, begitu pula dengan empat klub teratas di liga akan naik ke kompetisi yang lebih tinggi hal ini khusus bagi kompetisi di tingkat Seri B, dan Seri C sedangkan empat klub teratas di tingkat Seri A akan mengikuti kompetisi Europe Champions League (Liga Champions Eropa) atau kejuaraan klub-klub Eropa untuk mewakili Italia. Persaingan sepak boal Italia diakhiri dengan juara Liga Italia Seri A yang dikenal dengan nama Scudetto Seri A oleh klub peringkat pertama Seri A di akhir musim kompetisi. Di Italia, sepak bola menjadi olahraga yang sangat populer dan dibanggakan dibandingkan olahraga-olahraga lain yang ada. Sepak bola telah menjadi sebuah kebanggaan masyarakat Italia, nasionalisme bangsa Italia dapat diperlihatkan dalam bentuk pertandingan sepak bola dimana bila tim nasional Italia bertanding di turnamen internasional dapat di lihat kekuatan suporter dan pendukung yang datang ke stadion untuk mendukung tim nasional Italia bertanding. Hasil dari pertandingan tim nasional apakah menang ataupun kalah merupakan hasil yang membawa harkat dan martabat bangsa Italia yang dikenal memiliki masyarakat fanatik akan sepak bola dan menjadi alat nasionalisme dengan negara-negara lain di dunia. Fanatisme dan kebanggaan masyarakat Italia terhadap tim sepak bola nasional mereka dapat dilihat dalam Piala Dunia 2002. Dalam Piala Dunia 2002

yang dilangsungkan di Benua Asia tepatnya di dua negara yaitu Korea Selatan dan Jepang dimana Piala Dunia tersebut juga merupakan Piala Dunia pertama yang dilaksanakan di Benua Asia, masyarakat Italia mengecam sikap kepemimpinan wasit Javi Moreno asal Ekuador yang memimpin pertandingan antara Italia dan tuan rumah Korea Selatan yang dinilai kurang tegas dan memihak tuan rumah Korea Selatan dalam emimpim pertandingan. Karena kepemimpinan wasit Javi Moreno, Italia mengalami kekalahan dengan skor 2-1 dari Korea Selatan melalui sistem pertandingan Golden Goal (Gol Emas) dimana Piala Dunia tersebut menjadi Piala Dunia terakhir yang menggunakan sistem Golden Goal. Masyarakat Italia sangat marah dan mengecam kepemimpinan wasit Javi Moreno dan menilai wasit tersebut tidak adil dalam memimpin sebuah pertandingan sepak bola, masyarakat Italia sangat kecewa dengan kekalahan tim nasional mereka dimana mereka berharap dapat mememenangi Piala Dunia untuk keempat kalinya, dimana juara Piala Dunia Italia yang keempat baru dapat diraih pada piala dunia berikutnya yang berlangsung di Jerman pada tahun 2006. Setiap klub sepak bola di Italia sendiri memiliki kekuatan suporter yang besar dan setiap suporter memiliki sufat fanatik yang besar terhadap klub sepak bola mereka. Klub-klub Italia memiliki kelompok suporter garis keras yang dinamakan Ultras, yang mendukung klub yang disukainya dengan menggunakan cara-cara yang tergolong ekstrim, ultras akan selalu datang ke stadion untuk mendukung klub mereka dan seringkali para suporter ultras melakukan tindakan anarkis dengan melakukan perngrusakan stadion jika klub mereka mengalami kekalahan dan juga melakukan penyerangan dan perkelahian dengan suporter dari

klub lain. Klub Juventus di Italia memiliki kekuatan suporter yang disebut Juventini, Inter Milan memiliki suporter yang dikenal dengan Internisti, AC Milan dengan Milanisti, AS Roma dengan Romanisti, dan Lazio memiliki suporter yang dikenal dengan sebutan Laziale. Kelompok Ultras di sangat ditakuti di Italia, hal ini dikarenakan kelakuan para ultras yang sering menimbulkan kekacauan saat mendukung klub mereka baik di dalam stadion maupun di luar stadion. Istilah Ultras sendiri di Italia berasal dari bahasa Latin yang berarti di luar kebiasaan, kalangan ultras sendiri tidak pernah berhenti menyanyi menyuarakan yel-yel klub favoritnya selama pertandingan berlangsung2. Para pendukung ultras juga rela berdiri sepanjang permainan dan menyalakan gas warna-warni untuk mencari perhatian di dalam stadion terutama dari pihak lawan, dan sifat Ultras terhadap klub dukungan mereka sangat setia dan loyal terhadap klub favorit mereka. Kelompok ultras sendiri mulai muncul di Italia pada akhir dekade 1960-an, dan mereka sering mengklaim suatu wilayah tertentu di stadion saat pertandingan berlangsung juga selalu berusaha menonton langsung setiap pertandingan klub mereka walaupun kelompok ini sangat sulit diatur dan menganggap polisi sebagai musuh mereka karena sifat fanatik mereka terhadap klub mereka. Sepak bola menjadi sebuah identitas baru dalam masyarakat Italia. Identitas masyarakat di dalam negeri maupun di luar negeri Italia, di dalam negeri sepak bola menjadi simbol wilayah, masyarakat, ideologi, dan simbol perlawanan terhadap wilayah lain, identitas masyarakat lain. Di luar negeri Italia sepak bola2

Hari Wahyudi, The Land Of Hooligans, Garasi. 2009, hal : 102.

melalui kekuatan sepak bola nasional Italia yang telah menjuarai Piala Dunia dengan empat titel juara (1934, 1938, 1982, dan 2006) menjadi kebanggaan sekaligus kekuatan Italia di dunia sepak bola secara khusus dan dunia internasional secara umum. Masyarakat Italia merasa bangga terhadap sepak bola mereka dan akan selalu datang ke stadion untuk menyaksikan klub sepak bola mereka bertanding dan akan selalu mendukung klub mereka bahkan untuk mendukung klub mereka, mereka tidak akan takut untuk bertikai dan berkonflik dengan suporter klub dari klub lain. Jadi sepak bola telah memiliki arti penting dalam masyarakat Italia dan membawa kebanggan bagi Italia.B. Sistem Politik dan Pemerintahan Italia

1.

Sistem Kepartaian Pemerintahan Italia adalah pemerintahan yang demokratis yang

memungkinkan banyak partai politik menjadi bagian dari sistem politik. Setelah berakhirnya Perang Dunia kedua (1990), politik di Italia bahkan pemerintahannya didominasi oleh partai politik tunggal Democrazia Cristiana (DCA-Partai Kristen Demokrat selama lebih dari empat puluh tahun, sedangkan pihak oposisi dipimpin oleh Partai Komunis Italia (PCI), dan partai terbesar ketiga yaitu Partai Sosialis Italia (PSI) dan partai-partai kecil lainnya seperti Lega Nord (Italia Utara), dan Movimento per lAutonomia (Italia Selatan). Dalam kepemimpinan Presiden Dewan (perdana menteri) Silvio Berlusconi (2008-2013), parlemen Italia terdiri dari Koalisi Politik dan Partaipartai, dimana Partai-partai utama dalam Parlemen terdiri dari: Partai Pemerintah

(tengah-kanan) yaitu Popolo della Liberta (PDL) yang terdiri dari Forza Italia (FI), Alleanza Nazionale (AN), Democrazia Cristiana per le Autonomie (DCA) dan sejumlah partai kecil lainnya. PDL beraliansi dengan partai lokal Lega Nord (Italia Utara) dan Movimento per lAutonomia (Italia Selatan); Partai Oposisi (tengah-kiri) yaitu Partito Democratico (PC), Italia dei Valori (IDV), Radicali, dan Unione di Centro (UDC) yang terdiri dari Unione dei Democratici Cristiani e Democratici di Centro. Silvio Berlusconi merupakan pemimpin Partai Forza Italia (FI) yang ia bentuk khusus pada tahun 1994 sebagai kendaraan politik dalam keikutsertaannya dalam politik sehingga ia memenangi pemilu dan menjabat sebagai Presiden Dewan Italia, kekuatan partainya juga merupakan salah satu partai yang memiliki suara mayoritas di parlemen Italia dan kekuatan di wilayahwilayah di Italia. Sistem kepartaian di Italia dibentuk dari koalisi-koalisi dari berbagai partai-partai politik. Hal ini juga dipengaruhi oleh kekuatan industrialisasi yang sangat tidak sama diantara wilayah-wilayah di Italia, dimana kegiatan industrialisasi dan bisnis terpusat di wilayah utara di wilayah kota Milan, Genoa, dan Turin. Perbedaan tersebut memunculkan perkembangan golongan-golongan ekonomi di sepanjang garis industri dan luasnya pertentangan golongan antara kaum protelar dan borjuis memperkuat perpecahan wilayah utara dan selatan. Variasi dalam gaya politik sebagai dampak tidak meratanya perkembangan industri, gaya politik di utara lebih memyerupai norma-norma ideologi dalam organisasi birokrasi, sedangkan di selatan berlaku pola-pola hubungan yang lebih tradisonal di kalangan para petani.

Daftar Partai Italia (sejak menjadi negara republik tahun 1946) : Nama Partai Italia 1. The People of Freedom (il Popolo della Liberta)2. Partai Demokrat (Partito Democratio)

3.

Lega Nord / North League (Futuro e Liberta)

4. Future and Freedom / Masa Depan dan Kebebasan

5. Italia Nilai (Italia dei Valori) 6. Uni

Kristen dan Demokrat Pusat (Unione dei

Democratici Cristiani e Di centro)7. Aliansi untuk Italia (Alleanza per lltalia) 8. Italia Radikal (Radicali Italiani) 9. Gerakan untuk Otonom (Movimento per le Autonomie) 10. Communist Refoundation Party / Partai Komunis

Refoundation (Partito della Rifodazione Comunista)11. Partai Komunis Italia (Partito dei Comunisti Italiani) 12. Italy Socialist Party / Partai Sosialis Italia (Partito

Socialista Italiano)13. Italian Republican Party / Partai Republik Italia

(Partito Repubblicano Italiano)14. European Republicans Movement / Gerakan Republik

Eropa (Movimento Repubblicani Europei)15. Italian Liberal Party / Partai Liberal Italia (Partito

Liberale Italiano)16. Liberal Demokrat (Liberal Democratici)

Sumber : www.pemiluitalia_c.htm diakses tanggal 20 Agustus 2010.

Daftar Partai-Partai Italia dalam Pemilu 2008 : Partai Pihak Mayor Partai Pihak Minor 1. Partai The People Freedom (il 1. Aliansi untuk Italia (Alleanza Papolo della Liberta/ Partai per Iitalia) Kebebasan Rakyat) 2. Italia Radikal (Radicali Italiani) 2. Partai Demokrat (Partito 3. Gerakan Untuk Otonom Democratico) (Movimento per le Autonomie) 3. Liga Utara 4. Partai Komunis Refoundation 4. Partai Masa Depan dan (Partito della Rifondazione Kebebasan (Futuro e Liberta) Comunista) 5. Italia Nilai (Italia dei Valori) 5. Partai Komunis Italia (Partito 6. Uni Kristen dan Demokrat Pusat dei Comunisti Italiani) (Unione dei Democratici 6. Partai Sosialis Italia (Partito Cristiani e Di Centro) Socialista Italiano) Keterangan : 1. Partai Pihak Mayor : Partai pemenang pemilu. 2. Partai Pihak Minor : Partai minoritas suara dalam pemilihan. Sumber : www. Daftar Partai Italia gov.it, diakses tanggal 26 Agustus 2010. Gaya politik di Italia melihat perorangan atau klientisme yang merupakan ciri umum di Italia, sehingga kompetisi politik lebih bercirikan siapa kenal dengan siapa, atau siapa dekat dengan siapa.3 Akan tetapi karena perkembangan industri di selatan dalam hubungan sosial bercorak kerajaan dan feodal, sistem klientisme kelihatan lebih menjadi ciri khas politik di Italia Selatan. Kelompok-kelompok ideologi yang kuat di Italia Utara maupun Selatan telah merosot menjadi kelompok elit yang mengumandangkan semboyan partainya secara kurang tulus. Para politikus di Italia kebanyakan mengubah partai sesuka

3

Sidney G. Tarrow, Peasant Communism in Southern Italy. Yale University Press, New Haven.Conn. 1967, hal : 81.

hatinya, dan para pemilihnya dengan cepat mengikuti mereka sehingga kekuatan dan dukungan politik partai-partai politik dalam suatu koalisi di Italia terkadang berubah-ubah. Sistem pemilihan dalam kepartaian di Italia telah beberapa kali mengalami perubahan pembaharuan hak pilih dan perwakilan proporsional. Ketidakstabilan politik seringkali terjadi akibat perluasan partisipasi politik (termasuk hak untuk memilih) yang meliputi norma-norma partisipasi warga negara, kemampuan lembaga-lembaga politik yang ada dalam menyesuaikan diri pada tuntutan dan kepentingan warga negara. Mengikuti penyatuan Italia (1946), faktor melek huruf dan kualifikasi kekayaan telah membatasi hak pilih pada hanya 2 % dari penduduk (1871), persyaratan kekayaan dihilangkan pada tahun 1882 sehingga memperluas hal memilih sampai 7 % dari penduduk dimana pada tahun tersebut angkanya menunjukkan kesan bagaimana miskinnya kebanyakan warga negara Italia pada saat itu4. Tetapi pada tahun 1912 diberlakukan peraturan bahwa semua laki-laki berhak memilih dan kemudian pada tahun 1919 suatu sistem pemilihan atas dasar perwakilan proporsional dilembagakan dan pada saat itu para pengamat yang mengetahui tidak akan menyangkal bahwa pada tahun 1919 adalah saat yang cocok untuk memperkenalkan pembaharuan dalam pemilihan umum di Italia, dan di Italia sistem kepartaian dalam pemilu legislatif keadaan masyarakat yang tengah mengalami perpecahan, kompetisi multipartai,

pertentangan ideologi yang mendalam, organisasi-organisasi partai yang dikuasai oleh kelompok elit yang telah lama ada, pengikut partai yang terus-menerus

4

McGraw-Hill, Pengantar Ilmu Politik, PT Rajagrafindo Persada, 1988, hal : 400.

terpecah-pecah diantara pemilih dan di dalam parlemen jug pemerintahan koalisi yang cenderung pada kebijaksanaan yang tidak bergerak pasif. Di Italia oposisi politik merupakan contoh yang terbaik dari berbagai keadaan yang dapat mengatasi kekacauan dengan penekanan pada kekacauannya, dan merupakan contoh terbaik dari pembentukan koalisi melalui perundingan dan imbal jasa yang beralih dari satu masalah ke masalah yang lain. Partai-partai di Italia seperti partai Komunis Italia menolak untuk mengerahkan kekuatan suara mereka untuk yang besar di parlemen untuk melawan pemerintahan Kristen Demokrat, sehingga partai Kristen Demokrat walaupun memiliki kekuatan suara yang minoritas di parlemen tetapi mampu mempertahankan kekuasaannya. Akan tetapi, partai-partai pendukung Komunis di tingkat nasional Italia tetap berdiri dan secara ideologis banyak mengalami pembaharuan serta mempunyai banyak anggota militan yang keras menentang kerja sama dengan pemerintah borjuis. Sesungguhnya golongan Kristen Demokrat sendiri terpecah-pecah karena perbedaan pendapat mengenai suatu masalah dan ditambah dengan

ketidakmampuan mengendalikan pemerintahan, hal ini disebabkan partai Kristen Demokrat sebagaian dipersatukan oleh perlindungan kekuasaan politik yang telah ada semenjak 40 tahun di tingkat nasional, mereka juga dipersatukan oleh kesetiaan kepada Gereja Katolik dan kebijaksanaan (termasuk kebijaksanaan mengenai perceraian dan pengguguran kandungan seorang wanita yang sedang hamil) yang didukung oleh Gereja sehingga gereja memperoleh sokongan dari penganut dari penganut Katolik yang setia di semua golongan dan lapisan ekonomi dalam masyarakat Italia yang kemudian memperkuat pendapat bahwa di

Italia garis-garis perpecahan yang disebabkan oleh golongan ekonomi disebabkan oleh perpecahan agama (Katolik taat, non-Katolik, anti-Katolik) dan perpecahan ini dilatarbelakangi oleh ciri-ciri budaya regional. Konstitusi Italia pada tahun 1948 membagi parlemen Italia menjadi dua bagian pemerintahan. Parlemen nasional Italia berbentuk bikameral legislatif dengan 945 anggota terpilih (parlamentari) yang terdiri dari Kamar Deputi (majelis rendah) dengan 630 anggota (deputati) dan Senat Republik (majelis tinggi) dengan 315 anggota (senatori). Dalam pemilu Italia, parlemen dengan ganbungan Kamar Deputi dengan Senat Republik memilih seorang Presiden Republik yang sejak tahun 1994 biasanya dipimpin oleh pihak koalisi pemenang pemilihan dalam pemilu partai dalam hal ini anggota parlemen juga ditambah 58 orang utusan daerah . sistem pemilihan ini didasarkan pada daftar representasi partai dengan serangkaian batas untuk mendorong pihak dari partai lain untuk membentuk koalisi yang menggantikan sistem satu anggota tambahan sistem pemilu yang telah diperkenalkan pada tahun 1990-an. Sistem voting blok (blok pemungutan suara) dari setiap distrik di Italia dilakukan dengan sistem berbasis nasional untuk Kamar Deputi (majelis rendah) dan berbasis regional untuk Senat. Italia dibagi dibagi atas beberapa distrik tertentu untuk Kamar Deputi (majelis rendah) masing-masing dan tiap orang di daerah distrik memberikan suara untuk memilih anggota Kamar Deputi (deputati) dan setiap distrik diberi jumlah kursi proporsional dengan total populasi Italia. Pihak koalisi dikatakan menang jika mendapatkan sekurang-kurangnya 55% suara dari tingkat nasional di Kamar Deputi (majelis rendah) dan tingkat regional di

Senat, sedangkan sisanya kursi secara proporsional dibagi diantara pihak partaipartai yang memperoleh suara minoritas dalam pemilu. Untuk menentukan calon terpilih, jumlah kursi suara yang dimenangkan oleh masing-masing pihak kemudian dialokasikan di tingkat kabupaten atau distrik untuk menentukan calon terpilih kemudian kandidat di daftar tersebut digolongkan dalam urutan prioritas sehingga jika sepuluh calon teratas yang diprioritaskan maka sepuluh calon pertama dalam daftar pemilihan memiliki kursi di parlemen. Hukum di Italia resmi mengakui koalisi partai dalam sistem kepartaian Italia, dan untuk menjadi bagian dari koalisi sebuah partai harus menunjukkan tanda resmi program mereka dan menunjukkan dukungan untuk calon koalisi ke ministership-prime (komisi pemilu Italia). Untuk Kamar Deputi (majelis rendah) Italia dibagi atas 26 Konstituen dimana region (regioni) Lombardia memiliki tiga konstituen, region Piedmont, Veneto, Latium, dan Sisilia, masing-masing memiliki dua, dan region lain memiliki satu konstituen dimana konstituen ini bersama-sama memilih 617 anggota parlemen, satu lagi yang dipilih di Aosta Valley dan 12 konstituen sisanya dipilih oleh pemilih yang terdiri dari orang-orang Italia yang tinggal di luar negeri dimana keterwakilan pemilih Italia di luar negeri diwakili oleh pihak aliansi partai yaitu Associative Movement Italians Abroad (Gerakan Asosiatif Italia Abroad / Movimento Associativo Italiani allEstero) dan Italian Association in South America (Asosiasi Italia di Amerika Selatan / Associazioni Italiane in Sud America). Kursi suara di parlemen dialokasikan di antara pihak-pihak yang melewati batas dari total suara secara nasional dimana minimal 10% untuk koalisi jika persyaratan ini

tidak dipenuhi batas 4% untuk partai tunggal berlaku, minimum 4% untuk pihak manapun yang tidak berkoalisi, dan minimal 2% untuk pihak manapun dalam koalisi kecuali bahwa pihak pertama di bawah 2% di dalam koalisi tidak menerima kursi. Juga pihak yang mewakili minoritas linguistik daerah mendapatkan kursi jika mereka menerima sekurang-kurangnya 20% dari suara konstituen mereka. Sistem pemungutan suara di tingkat Senat (majelis tinggi) didasarkan pada konstituen sesuai dengan 20 daerah di Italia (regioni Italia), dengan enam senator dialokasikan untuk setiap orang-orang Italia untuk tinggal di luar negeri. Sistem pemilihan ini sangat mirip dengan sistem pemilihan konstituen di majelis rendah, tetapi banyak hal-hal mendasar di alokasikan ke daerah dan batas jumlah suara juga dibatasi juga diterapkan secara regional dengan minimum 20% untuk koalisi, minimum 8% untuk pihak yang tidak memiliki koalisi, dan minimal 3% untuk pihak dalam koalisi (tidak ada pengecualian bagi partai pertama dalam koalisi di bawah batas ini, tidak seperti majelis rendah). Koalisi yang memenangkan pluralitas di daerah secara otomatis diberikan 55% suara dari kursi di wilayah tersebut, dalam mekanisme ini terdapat wilayah berbasis dan bagaimanapun pihak penentang dan koalisi dapat mengambil manfaat dari jumlah suara dari berbagai daerah dengan tidak menjamin mayoritas suara untuk setiap blok di senat, tidak seperti sistem super-tugas nasional di Kamar Deputi. Parlemen Italia memiliki kursi cadangan untuk warga pemilih di luar negeri dengan 12 kursi di Kamar Deputi dan 6 di Senat dengan 4 zona pemilihan yaitu Eropa (termasuk Turki dan Rusia, Amerika Selatan, Amerika Utara dan Amerika Tengah, Afrika,

Asia, Oseania, Antartika, kursi-kursi sisa didistribusikan antara zona yang sama di luar negeri secara proporsional dengan jumlah penduduk di masing-masing warga negara Italia dan dalam pemilu parlemen Eropa pemilih bisa memberikan suara mereka di konsulat terdekat mereka, tetapi hanya jika mereka tinggal di salah satu negara Uni Eropa lain. Daftar 20 wilayah Italia (regione Italia) : Daerah (regione) 1. Abruzzo 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lembah Aosta Apuila Basilicata Calabria Campania Emilia-Romagna Friulli-Venezia Giullia Lazio Ibu Kota (capitale regione) LAquila Aosta / Aoste Bari Potenza Catanzaro Naples Bologna Triesta Roma Genoa Milan Ancona Campobasso Turin Cagliari Palermo Trento Florence Perugia Venesia

10. Liguaria 11. Lombardia 12. Marche 13. Molise 14. Piedmont 15. Sardinia 16. Sisilia 17. Trentino-Alto Adige 18. Toscana 19. Umbaria 20. Veneto

Keterangan : Kelima Wilayah yang bercetak miring merupakan wilayah otonom Italia.

Sumber : Laporan RAI - Le regioni sebuah statuto speciale (Italia), diakses21 Januari 2009.

Dalam sistem undang-undang pemilihan baru di Italia yang dibentuk pada tanggal 14 Desenber 2005 yang didasarkan pada daftar-representatif partai, juga membawa kritik luas dari oposisi kiri-tengah sejak diperkenalkan di sistem kepartaian dan pemilu di Italia. Para pihak oposisi kiri-tengah menganggap sistem ini tidak memiliki kestabilan dibandingkan dengan sistem sebelumnya yaitu sistem anggota tambahan, sistem wilayah berbasis di majelis tinggi (senat) tidak menjamin suara mayoritas yang jelas dan dapat membuka jalan bagi terciptanya krisis bagi pemerintah, dan hukum disahkan oleh mayoritas terhadap pendapat oposisi sehingga banyak pengamat merasa bahwa aturan pemainan harus disepakati oleh semua orang dan tidak dipaksakan oleh satu sisi. Antara tahun 1991 dan 1993 hasil dari dua referendum dan undang-undang hukum pemilu Italia telah dirubah secara substansial dan pemilihan hukum di Italia ditentukan oleh parlemen bukan oleh konstitusi, hal ini diterapkan bersamaan dengan runtuhnya sistem partai Italia menandai transisi antara Republik Italia Pertama (1993-2005) dan Kedua (2005-sekarang). 3. Sistem Pemerintahan Italia merupakan negara Eropa yang memiliki sistem pemerintahan republik dan memiliki bentuk pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan Republik di Italia diawali melalui sebuah referendum yang ditandatangani pada tanggal 2 Juni 1946 yang juga menandai berakhirnya masa Kerajaan Italia yang membagi Italia menjadi dua wilayah Kerajaan yaitu wilayah Kerajaan Utara dan

wilayah Kerajaan Selatan (1861-1946) dan pada tanggal 1 Januari konstitusi Republik Italia diresmikan. Dan dengan referendum dan peresmian konstitusi tersebut Italia menjadi sebuah negara republik yang berdaulat. Dalam bentuk pemerintahan Italia yang parlementer, warga negara di Italia tidak memilih kepala negara secara langsung. Presiden atau di Italia dikenal dengan sebutan Presiden Republik adalah kepala negara meskipun posisinya terpisah dari semua cabang yaitu dari badan legislatif bikameral (parlemen), cabang eksekutif (kabinet) yang dipimpin oleh seorang Presiden Dewan (perdana menteri), dan cabang peradilan yang independen. Sebagai kepala negara, Presiden Republik mewakili kesatuan bangsa dan memiliki banyak tugas yang sebelumnya merupakan tugas seorang Raja Italia ketika Italia masih berupa sistem kerajaan. Presiden Republik berfungsi sebagai titik hubungan antara tiga cabang kekuasaan di Republik Italia dimana ia dipilih oleh anggota parlemen, ia memiliki wewenang untuk menunjuk eksekutif, dan juga sebagai presiden peradilan. Presiden Republik juga merupakan komandan kepala angkatan bersenjata dan memiliki kekuasaan untuk memveto legislasi. Presiden Italia dipilih oleh dewan pemilih yang terdiri dari kedua majelis parlemen dengan mayoritas dua-pertiga dari parlemen dan 58 perwakilan daerah dengan masa jabatan tujuh tahun. Dalam sejarah perpolitikan dan pemerintahan di Italia, tidak ada satupun seorang Presiden Republik Italia yang menjabat lebih dari satu periode masa jabatan walaupun dalam konstitusi dan hukum Italia tidak ada peraturan yang melarang seorang Presiden Republik menjabat lebih dari satu masa jabatan. Kapasitas wewenang Presiden Republik

dalam mengurusi politik dan pemerintahan di Italia tidak terlalu terlihat, dimana Presiden Republik mencoba untuk keluar dari berbagai perdebatan politik dan menjadi jaminan institusional bagi semua orang yang terlibat dalam proses politik. Presiden juga dapat secara terbuka menolak undang-undang anti-konstitusional dengan menolak menandatangani rancangan undang-undang tersebut, karena ia bertindak sebagai pengawal Konstitusi Italia. Parlemen Italia atau dalam bahasa Italia disebut Parlamneto Italiano merupakan parlemen yang menggunakan sistem bikameral legislatif yang terdiri dari 945 anggota terpilih (parlementari) yang terbagi atas anggota Kamar Deputi dengan 630 anggota (deputati) yang disebut majelis rendah, dan anggota Senat Republik yang merupakan anggota majelis tinggi terdiri dari 315 anggota (senatori). Parlemen adalah badan perwakilan warga di lembaga republik dan bertindak sesuai dengan Konstitusi Republik tahun 1948, dua rumah parlemen yaitu majelis rendah dan majelis tinggi memiliki hak dan kekuasaan yang sama hal ini merupakan bentuk khusus demokrasi parlementer sejak berhentinya kediktatoran Fasis di Italia dari tahun 1920-an dan 1930-an selama Perang Dunia II. Dua rumah parlemen berdiri sendiri (independen) satu sama lain dan tidak pernah bertemu bersama-sama kecuali dalam keadaan yang ditetapkan oleh konstitusi. Selain rumah deputi yang terdiri dari 630 anggota dan senat 315 anggota, terdapat juga sejumlah kecil anggota lain di parlemen Italia yang disebut dengan Senator Seumur Hidup, yang merupakan mantan Presiden Republik Italia berjumlah 5-7 anggota yang ditunjuk oleh Presiden Italia karena memberikan konstribusi terhadap pencapaian tinggi negara di bidang sosial dan ilmiah

lapangan dan pada 15 Mei 2009 parlemen Italia beranggotakan tujuh senator seumur hidup yang tiga diantaranya merupakan mantan presiden. Kepala eksekutif di Italia dijabat oleh seorang Presiden Dewan (perdana menteri) atau dikenal juga dengan sebutan premier. Seorang Presiden Dewan ditunjuk atau didominasikan oleh Presiden Republik dan mendapat persetujuan dari parlemen Italia. Di Italia, siapapun dapat ditunjuk untuk menjadi seorang menteri dengan tidak ada persyaratan untuk menjadi seorang dewan perwakilan ataupun partai politik hal ini dapat memudahkan setiap orang untuk maju mencalonkan diri menjadi perdana menteri melalui jalur independen. Seorang perdana menteri atau premier memiliki hak untuk memilih menteri-menteri lainnya dalam pemerintahan, membentuk suatu kabinet yang akan membantu dalam menjalankan kekuasaan eksekutif pemerintahan. Dan setiap menteri dalam kabinet bertanggung jawab untuk melaksanakan departemen tertentu seperti pendidikan, perburuhan, luar negeri, keuangan, pertahanan. Dan kabinet secara keseluruhan dipilih di dalam atau di luar jabatan eksekutif oleh perolehan suara mayoritas di parlemen. Dalam suatu kebijakan eksekutif berhubungan dengan distribusi pendapat dan kepentingan yang diwakili dalam dewan perwakilan rakyat, dan jika pemerintahan eksekutif menjalankan suatu program yang tidak mendapat dukungan dari mayoritas anggota dewan perwakilan maka pemerintah dapat dilepaskan dari jabatannya dan digantikan oleh pemerintahan baru yang mempunyai komitmen pada program yang berbeda.

Dalam politik dan pemerintahan Italia terdapat ketidakstabilan politik yang dapat dilihat dalam mekanisme parlementer. Kekuatan sistem parlementer untuk menjaga kekuatan dan kekuasaan pemerintahannya, secara konstan terus diusahakan pemerintahan yang berkuasa memiliki kebijaksanaan umum yaitu harus tetap mendapat dukungan mayoritas dewan perwakilan. Hal ini menunjukkan bahwa kestabilan pemerintahan dalam bentuk pemerintahan parlementer juga menimbulkan kerenggangan hubungan antara badan eksekutif dan legislatif. Dan bila terjadi kerenggangan hubungan antara badan eksekutif dan dewan perwakilan rakyat, eksekutif juga memperoleh keuntungan karena mampu membubarkan dewan perwakilan rakyat sehingga dapat diminta dilakukan lagi proses pemilihan parlemen baru. Posisi seorang Perdana Menteri dapat terancam jika melemahnya suara mayoritas yang mendukungnya dan kebijakannya di pemeritahan. Bila ia kalah dalam pemilihan, hal ini berarti bahwa dukungan parlemen untuknya semakin melemah oleh karena pemilihan dan suatu pemerintahan yang baru dapat dibentuk oleh kekuatan politik yang lebih mewakili distribusi pendapat dalam dewan pemilih dan pendukung kuat dalam parlemen. Hal ini sangat mungkin terjadi dan mengancam kedudukan seorang perdana menteri sehingga ia harus dapat menyakinkan suara parlemen untuk tetap mendukungnya dan mengeluarkan kebijakan yang didukung juga oleh anggota parlemen. Kekuatan parlemen sangat menentukan kekuatan kekuasaan seorang perdana menteri di Italia baik dalam mempertahankan kekuasaannya maupun dalam mendapatkan kembali

kekuasaannya dalam pemilihan selanjutnya.

Perdana Menteri di italia tidak hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan tetapi juga sebagai partainya. Hal ini dapat dilihat dimana Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi merupakan pemimpin sebuah partai Italia yaitu Partai Forza Italia yang dibentuknya pada tahun 1994 sehingga dengan sendirinya merupakan pemimpin kelompok mayoritas dalam parlemen. Menterimenteri dalam kabinet mempunyai pengalaman mendasar dalam politik partai dan berdebat dalam parlemen, sehingga mereka juga diakui sebagai pemimpin suatu partai atau memiliki jabatan dalam sebuah partai. Persaingan antar anggota parlemen yang terjadi dapat dilihat ketika mereka saling membuat manuver terhadap satu dengan lainnya yang bertujuan mengganti kedudukan tertinggi partai, tetapi terkadang kuatnya hubungan antar anggota partai, parlemen, dan eksekutif pemerintahan dalam sistem parlementer dapat membantu memperbaiki peluang pemerintah yang dipimpin oleh perdana menteri untuk bertindak pada suatu masa jika kemerdekaan kegiatan pemerintahan dapat menjurus kepada menurunya dukungan sehingga menambah kesulitan ekonomi dan sosial penduduk. Dalam sistem politik dan pemerintahan Italia terdapat sebuah posisi Senat yang dikenal dengan nama Senat Republik (Senatto dellare pubblica) di parlemen yang juga merupakan majelis tertinggi dari parlemen Italia. Senat di parlemen Italia didirikan pada 8 Mei 1948 yang terdiri dari 315 anggota yang dipilih yang disebut senatori yang akan dipilih dengan masa jabatan 5 tahun, dimana 6 calon senatori akan mewakili politik Italia di luar negeri. Senator yang ikut dalam pemilihan senat harus berusia 40 tahun atau lebih dan dipilih oleh

warga Italia yang berusia 25 tahun atau lebih. Senator dipilih melalui pemungutan suara dari setiap region atau wilayah administratif di Italia yang terdiri atas 20 wilayah region dan dari wilayah region tersebut terdapat 5 wilayah otonom. Wilayah Italia berdasarkan atas pembagian administratif negara terdiri atas dua puluh wilayah dimana terdapat lima wilayah yang diberikan otonomi yang lebih luas oleh undang-undang khusus secara konstitusional yaitu wilayah Lembah Aosta, Friulli-Venezia Giullia, Sardinia, Sisilia, Trentino-Alto Adige, dan lima belas wilayah lainnya yaitu Abruzzo, Apulia, Basilicata, Calabria, Campania, Emilia-Romagna, Lazio, Liguria, Lombardia, Marche, Molise, Piedmont, Toscana, Umbria, Veneto. Setiap wilayah memiliki undang-undang yang berfungsi sebagai konstitusional regional, menentukan bentuk pemerintahan wilayah dan prinsip-prinsip dasar organisasi dan fungsi kawasan seperti ditentukan dalam Konstitusi Italia Pasal 123 yang mengatur tentang lima belas daerah hukum biasa dan lima wilayah dengan undang-undang khusus. Kelima wilayah di Italia diberikan hak otonomi khusus karena pemerintah Italia mempertimbangkan perbedaan budaya, bahasa, seperti minoritas bahasa di wilayah Lembah Aosta dan Trentino-Alto Adige dan juga isolasi wilayah geografis dua pulau besar yaitu Pulau Sardinia dan Pulau Sisilia, selain itu sebagai upaya pemerintahan Italia untuk mencegah pemisahan dua pulau tersebut dari wilayah Italia setelah berakhirnya Perang Dunia II. Setiap daerah memiliki wakil parlemen terpilih yang disebut Consiglio Regionale (Dewan Daerah) atau Assemlea Regionale (Dewan Perwakilan Daerah) di Pulau Sisilia.

Generalisasi dapat diterapkan di Italia yang mempunyai rasa kesatuan budaya dan identitas nasional yang jauh lebih tua usianya daripada pembentukan negara Italia yang disatukan secara politik (1981). Kekuatan politik dalam pemerintahan sangat beragam dan sangat sulit ditebak arah dukungan dalam suatu koalisi politik, disababkan politik di Italia membawa identitas wilayah ke wilayah identitas nasional. Wilayah-wilayah di Italia memiliki berbagai pandangan, ideologi berbeda-beda, sehingga sangat sulit mendapatkan dukungan yang penuh dari parlemen yang mewakili wilayah masing-masing. Wilayah-wilayah Italia Utara yang dikenal sebagai wilayah kaya, dan juga kawasan Industri dan memiliki ideologi kapitalis sangat berbeda dengan wilayah-wilayah Italia selatan yang identik dengan masyarakat pekerja dan merupakan masyarakat pinggiran Italia sehingga kalah bersaing dengan masyarakat wilayah Italia utara dalam hal kekuatan ekonomi. Perilaku politik merupakan cerminan dari budaya politik. Perilaku politik memperlihatkan keteraturan dan memberikan gambaran dinamis tentang dinamika hidup bernegara. Pandangan terhadap ideologi tidak selamanya sama, di antaranya berpendapat bahwa ideologi merupakan produk perjuangan yang dilandasi nilai pikir bersifat emosional. Begitu juga dengan sifat pemerintahan di Italia dimana kekuatan ideologi sangat besar pengaruhnya dalam memperoleh dukungan, mengambil sebuah kebijakan baik itu dalam parlemen maupun dalam pemerintahan. Keterwakilan aspirasi setiap wilayah di Italia dalam parlemen dan pemerintahan dapat mengalami kendala akibat adanya perbedaan ideologi yang besar diantara masyarakat Italia sendiri

Massa merupakan unsur masyarakat yang memberi saham dalam pemilihan penguasa, dan wakil-wakil rakyat. Massa setia dan menurut kepada komunikatornya dan dalam hal tersebut komunikator merupakan pemegang kekuasaan politik dan modal sehingga dapat memperluas dan juga

mempertahankan kekuasaannya dalam negara. Kekuatan massa sangat penting dan diperlukan dalam menjalankan kekuatan suatu pemerintahan termasuk pada pemerintahan politik di Italia, terutama dalam menjalankan pemilu di parlemen dalam mengumpulkan dukungan suara baik pemilu legislatif maupun pemilu parlemen yang memilih seorang perdana menteri. Jalannya suatu pemerintahan dan bertahannya suatu kekuasaan dalam suatu negara sangat bergantung pada dukungan masyarakat dalam hal ini adalah kekuatan massa politik, dimana jika kebijakan politik seorang perdana menteri Italia memperoleh dukungan dari masyarakat Italia maka kekuasaan politik dan pemerintahan seorang perdana menteri Italia dapat berlangsung lama.

BAB IV WUJUD HUBUNGAN SEPAK BOLA DAN POLITIK DI ITALIA

A. Sepak Bola Sebagai Investasi Politik. Italia merupakan salah satu negara dengan kekuatan sepak bola yang besar dan diperhitungkan baik di Eropa maupun di dunia. Di Eropa, kekuatan sepak bola dapat disejajarkan dengan kekuatan sepak bola Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, dan Belanda, bahkan kekuatan dan prestasi Italia telah melebihi kekuatan sepak bola Inggris yang merupakan negara pertama yang

memperkenalkan olahraga sepak bola kepada dunia dimana Italia telah menjadi juara dunia dengan koleksi juara 4 titel Piala Dunia (1934, 1938, 1982, dan 2006) sedangkan Inggris baru sekali menjadi juara Piala Dunia (1966). Di dunia, juara Italia hanya kalah dari negara Brasil yang menjadi pemegang titel Piala Dunia terbanyak dengan 5 titel juara (1958, 1962, 1970, 1994, 2002) dimana kedua negara juga bertemu dua kali di partai final Piala Dunia yaitu partai final Piala Dunia 1970 dan 1994 dimana kedua pertemuan dimenangkan oleh Brasil. Hal tersebut sangat memperlihatkan kekuatan sepak bola Italia di Eropa dan dunia sehingga membawa sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Italia.

Sepak bola bukan hanya sekedar olahraga di Italia. Kekuatan sepak bola telah dijadikan sebuah kekuatan politik dan alat investasi politik, terutama bagi para tokoh politik, pemilik modal, pemimpin klub sepak bola, dengan tujuan akhir mendapatkan menjalankan kepentingan politiknya dan mendapatkan sebuah kekuasaan. Kekuatan sepak bola digunakan para penguasa di Italia untuk

mendapatkan dan juga mmepertahankan kekuasaannya, hal ini dapat dilhat pada kekuasaan pemimpin diktator Italia Bennito Mussolini (1922-1943) ketika ia melihat bagaimana kekuatan sepak bola dengan kekuatan suporter dan dukungan yang besar dan nilai prestise yang dimiliki menginginkan Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia pada tahun 1934 dengan maksud ingin memperlihatkan kekuatan sepak bola Italia kepada dunia dan juga maksud politik dengan tujuan memperlihatkan kepada Eropa dan dunia paham Fasis yang dijalankan Bennito Mussolini dalam memerintah Italia. Dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia dan juga berhasil menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya (1934) Italia melalui kekuasaan Bennnito Mussolini memperlihatkan kekuasaannya yang dapat menyebarkan fasisme sampai keluar Italia, dan mempertahankan kekuasaannya

di Italia dengan menyakinkan masyarakat Italia melalui prestasi sepak bola nasional yang berhasil dia dapat. Masyarakat Italia merasa bangga dan merasa berterima kasih kepada Bennito Mussolini yang telah menjadikan Italia terkenal dan mendapat pengakuan dunia internasional melalui prestasi di Piala Dunia. Kepentingan politik dari para elit politik di Italia melihat sepak bola sebagai alat politik yang kuat dan memiliki pengaruh yang besar. Didukung dengan suporter yang fanatik, memiliki jumlah yang banyak, mewakili wilayah

(regione) di Italia, sepak bola menjadi modal politik besar di Italia. Pendukung sebuah klub di Italia sangat setia terhadap klub mereka, hal ini dikarenakan para suporter klub secara politis memiliki ideologi tertentu, bahkan ideologi politik dan aliran politik tertentu, para suporter klub memiliki peranan dalam membawa paham-paham seperti paham fasis, sosialis, dan komunis. Klub-klub sepak bola di Italia telah menjadi kekuatan politik para pemiliknya. Klub-klub Italia seperti Juventus, AC Milan, Inter Milan, dimiliki oleh oleh para pengusaha dengan kekuatan finansial yang besar dan kekuatan jaringan politik baik di dalam negeri Italia maupun di luar Italia. Juventus dimiliki oleh keluarga Agnelli seorang pengusaha yang memiliki perusahaan Fiat sebuah perusahaan otomotif besar di Italia dan memiliki kekuasaan untuk mengontrol para politisi yang meregulasi kerajaan bisnis mereka. Dengan memiliki klub Juventus, keluarga Agneli dapat mempertahankan kekuatan dan kekuasaannya dengan menggunakan kekuatan suporter Juventus yang merupakan salah satu klub yang memiliki jumlah suporter yang besar di Italia maupun di luar Italia. Kekuatan politik keluarga Agneli meliputi masyarakat industrialis dari wilayah Italia utara, politisi Partai Kristen Demokrat, serta anggota mafia di selatan Italia berkoalisi untuk menjalankan negara. AC Milan merupakan klub besar dengan kepentingan politik Silvio Berlusconi baik di klub maupun di pemerintahan. Di tahun 1980-an AC Milan meraih kesuksesan dengan meraih banyak gelar dan mulai menjadi salah satu klub besar Italia yang diakibatkan oleh pemilik mereka Silvio Berlusconi, dalam rentang waktu dua dekade (1980-an dan 1990-an) ia membangun imperium

bisnisnya sendiri, berawal dari properti, meluas ke siaran televisi, surat kabar, periklanan, dan asuransi. Dan puncaknya delapan tahun setelah membeli klub AC Milan pada tahun 1986 tepatnya pada tahun 1994 ia mengendalikan kesuksesan klub tersebut dari kursi Perdana Menteri Italia, sebuah jabatan yang telah dijalaninya selama tiga periode masa jabatan yaitu periode I pada tahun 19941995, periode II tahun 2001-2006, dan periode III pada tahun 2008-sekarang. Kepentingan politik yang dibawanya melalui kekuatan klub AC Milan telah menjadikannya penguasa dalam pemerintahan Italia, dengan memasuki situasi politik di tahun 1994 dengan mencalonkan diri sebagai Perdana Menteri Italia dan menjadikan sepak bola sebagai kekuatan strategi pemilunya. Kekuatan politik Silvio Berlusconi berasal dari sepak bola. Dalam hitungan bulan, dengan kekuatan finansial dan sepak bola ia membentuk partai Forza Italia hanya dua bulan sebelum pemilu 1994 dengan membagi dua aliansi secara terpisah yaitu aliansi Liga Utara di wilayah Italia bagian utara dan aliansi Nasional di wilayah Italia tengah dan selatan. Basis pendukung partai dimulai dari sekian juta suporter klub AC Milan, dengan prestasi yang diraih klub AC Milan Silvio Berlusconi mengumpulkan dukungan masyarakat Italia. Sepak bola dijadikan sebagai metafora masyarakat juga untuk menunjukkan kecermelangan Silvio Berlusconi sebagai seorang politikus. Kepentingan politiknya senada dengan keinginan masyarakat kelas menengah bawah, kelompok yang ingin dijadikannya sebagai basis politik. Dalam pemilu 2008 Silvio Berlusconi memenangi pemilu dan mengantarnya ke jabatan Perdana Menteri Italia untuk ketiga kalinya. Dalam

pemilu tersebut Silvio Berlusconi dengan Partai Forza Italia yang dipimpinnya berkoalisi dengan Partai Kebebasan Rakyat, Liga Utara, dan Partai Gerakan Otonomi memenangi pemilu dengan persentasi suara 46,81% atau 17.064.314 jumlah suara5. Kekuatan suara Silvio Berlusconi dalam memenangi pemilu baik pada tahun 1994, 2001, 2008, yaitu berada pada pengumpulan suara di wilayah (regioni) Lombardia dengan 27, 1% dari total 46,81% suara pemilih Partai Forza Italia dan koalisi, wilayah Lombardia merupakan wilayah dari kota Milan dan juga merupakan basis dari pendukung klub AC Milan. AC Milan telah menjadi simbol kota Milan dan dengan menjadi Presiden klub AC Milan, Silvio Berlusconi dapat dengan mudah memperoleh suara dalam pemilihan dari wilayah Lombardia khususnya di kota Milan yang juga terkenal dengan suporter sepak bolanya yang fanatik dan setia terhadap klubnya. Pemilik klub Inter Milan di Italia juga menjadikan sepak bola sebagai kekuatan politik. Massimo Moratti yang menjadi presiden Inter Milan sejak tahun 1995 sampai sekarang, juga merupakan seorang pengusaha besar yang memainkan politik melalui sepak bola. Sebagai seorang pengusaha minyak di Italia dengan perusahaan pengilangan minyak Saras di Italia, dia menjadikan mengunakan kekuatan klubnya untuk menyaingi kekuatan klub AC Milan yang merupakan klub sekota dengan Inter Milan. Dia menjadikan sepak bola sebagai kekuatan politik kubu kiri-tengah, dimana kekuatan politik ini menentangkan kekuatan politik dari pihak pemerintah yang dipegang oleh Silvio Berlusconi dengan Partai Forza Italia, kekuatan klub Inter Milan menjadi simbol perlawanan5

www.pemilu italia_c.htm . Diakses 6 Agustus 2010.

terhadap kekuatan klub AC Milan di Italia dan Inter Milan juga menjadi simbol kosmopolitanisme, tidak pernah lepas dari fakta bahwa Inter Milan mewakili kaum borjuis Italia utara, menampik imigrasi lebih dari kelompok manapun di Italia yang merupakan contoh irasional dan inkonsistensi kaum kiri di pemerintahan Italia. Kekuatan sepak bola sebagai alat investasi politik sangat terlihat dalam sepak bola di Italia. AC Milan yang merupakan klub di Italia dapat dijadikan seorang Silvio Berlusconi sebagai alat politik dalam memberikan jalan ke posisi pemenrintahan, klub AC Milan dijadikan sebagai klub besar di Italia, Eropa, dan dunia, dengan banyak prestasi, dimana di dalamnya juga bermain pemain sepak bola dunia yang mempunyai kemampuan dan sklill sepak bola yang hebat bermain dan menghibur setiap orang yang menyaksikannya. Dengan menjadikan AC Milan sebagai klub besar dan terkenal, Silvio Berlusconi menjadikan nilai tersebut sebagai peluang dan investasi dukungan untuknya maju sebagai perdana menteri Italia, dan dengan dukungan suara yang besar terutama dari para suporter AC Milan maka dia dapat memdapatkan kekuasaan di pemerintahan sebagai perdana menteri Italia. Hal tersebut menjadikan sebuah investasi politik dukungan, dan pencitraan bagi Silvio Berlusconi sebagai pemilik klub besar Italia dengan prestasi besar di Italia, Benua Eropa, dan dunia. Presiden Inter Milan Massiomo Moratti juga salah satu yang melihat sepak bola sebagai alat investasi politik. Pada tahun 2005, ia melakukan mencoba melihat kerja sama terhadap Kelompok Zapatista di Meksiko dengan memberikan bantuan uang senilai 5.000 Euro, sebuah ambulans, dan kostum bola Inter Milan,

dan peralatan sepak bola lainnya, dimana bantuan tersebut ditujukan untuk membantu kelompok Zapatista yang diserang oleh tentara nasional Meksiko sedangkan kelompok Zapatista sendiri merupakan kelompok Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional (EZLN) yang memperjuangkan hak-hak otonomi, wanita, demokrasi kaum penduduk asli Meksiko yaitu suku Indian melawan neoliberalisme ekonomi dunia yang dianggap mengeksploitasi sumber daya bumi Meksiko6. Namum dalam kerjasama tersebut terdapat maksud lain dimana Massimo Moratti yang merupakan seorang pengusaha minyak di Italia menginginkan sumber daya alam minyak yang terletak di selatan Meksiko tepatnya di kota Chiapas yang dikuasai kelompok Zapatista dimana di daerah tersebut merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam minyaknya. Tindakan Massimo Moratti ini membuat khawatir pemerintahan Italia pimpinan Silvio Berlusconi yang juga merupakan pemilik klub AC Milan saingan dari klub Inter Milan milik Massimo Moratti, mengingat antara pemerintah Italia dan Meksiko telah terjalin kerja sama ekonomi dan terikat beberapa pakta kerja sama bisnis. Sepak bola di Italia telah menjadi sebuah fenomena investasi politik jangka panjang yang sangat menarik para tokoh di Italia. Bahkan seseorang tidak akan terkenal dan mempunyai pengaruh baik di masyarakat maupun pemerintah jika tidak terlibat di dalam sepak bola, hal tersebut dapat dilihat di dalam diri seorang Silvio Berlusconi dari seorang pengusaha, membeli klub sepak bola Italia AC Milan, mendapatkan prestasi bersama klubnya di Italia, Eropa, dan dunia, dan6

Arief Natakusumah, Drama Itu Bernama Sepak Bola, PT Gramedia, 2008, hal :144.

puncaknya menduduki kekuasaan perdana menteri Italia sebanyak tiga periode (1994-1995, 2001-2006, dan 2008-sekarang) dan juga menjadi satu-satunya perdana menteri yang pernah menjabat posisi perdana menteri Italia sebanyak tiga kali periode jabatan. Dengan kekuatan dukungan suporter klub AC Milan, Silvio Berlusconi dapat memperoleh dukungan dalam menjalankan kepentingan politiknya dalam pemilu dan pemerintahan dan juga dalam mempertahankan pemerintahannya dan kekuasaannya. Hal inilah yang menjadikan sepak bola di Italia sebagai olahraga yang mewakili tradisi, ideologi, dan kehidupan masyarakat Italia menjadi sebuah kekuatan investasi politik yang besar. B. Sepak Bola Sebagai Determin Politik. Hubungan sepak bola dan politik tidak dapat dipisahkan di Italia. Hal tersebut terlihat jelas di dalam pengaruh perdana menteri Italia Silvio Berlusconi (2008-sekarang) yang mampu menjabat jabatan perdana menteri Italia sebanyak tiga periode, kekuatan uang, dukungan dari suporter sepak bola menjadi modal kuat dalam berkompetisi dalam dunia politik pemerintahan di Italia. Dalam pemilu Italia tahun 1994, 2004, dan 2008, Silvio Berlusconi memenangi suara mayoritas di parlemen, baik di majelis tinggi maupun majelis rendah dengan persentase 46, 81% yang membawanya menjadi kursi perdana menteri Italia. Hal tersebut didapatnya dari dukungan masyarakat dari wilayah-wilayah di Italia termasuk dari wilayah Lombardia yang merupakan pusat wilayah klub AC Milan yang memberikan perolehan suara terbesar dengan 27, 1% suara.. Daftar Perdana Menteri Italia dari tahun 1993

Perdana Menteri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Carlo Azeglio Ciampi Silvio Berlusconi Lamberto Dini Romano Prodi Massimo D Alema Giuliano Amato Silvio Berlusconi Romano Prodi Silvio Berlusconi

Awal Jabatan 18 April 1993 10 Mei 1994 17 Januari 1995 17 Mei 1996 21 Oktober 1998 25 April 2010 11 Juni 2001 17 Mei 2006 8 Mei 2008

Akhir Jabatan 10 Mei 1994 17 Januari 1995 17 Mei 1996 21 Oktober 1998 25 April 2000 11 Juni 2001 17 Mei 2006 8 Mei 2008 Sedang menjabat

Sumber : Data diolah dari berbagai sumber. Sepak bola memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar dalam politik, dan bahkan sepak bola di Italia dapat dikatakan sebagai determin politik atau sesuatu yang sangat menentukan dalam kekuatan politik, terutama dalam mendapatkan dukungan politik, menjalankan kepentingan politik, memperoleh pengaruh politik, dan mempertahankan kekuasaan. Sepak bola sebagai determin politik melihat kekuatan pengaruh Silvio Berlusconi di Italia dengan kekuatan suporter klub AC Milan, kekuatan pengaruh Keluarga Agnelli sebagai pemilik klub Juventus yang menguasai kekuatan ekonomi di kota Turin dan wilayah Italia bagian utara, kekuatan pengaruh seorang Massimo Moratti sebagai seorang pengusaha minyak dan memiliki dukungan suporter pendukung klub yang

dimilikinya Inter Milan, dan kekuatan dua klub penguasa kota Roma klub AS Roma dan Lazio yang juga merupakan simbol sepak bola dan masyarakat Italia

wilayah tengah. Di italia tidak ada satupun olahraga yang dapat mengalahkan kekuatan sepak bola, baik secara historis, budaya, ideologi, dan politik, semuanya dapat ditemukan di dalam sepak bola Italia. Sepak bola meerupakan nilai prestise negara Italia dan Italia memiliki kekuatan sepak bola yang besar, indah, dan mampu mengangkat moral dan martabat bangsa Italia di dunia internasional. Kedudukan seorang Silvio Berlusconi sebagai perdana menteri Italia juga ditentukan oleh pengaruhnya di dalam sepak bola. Dalam masa kepemimpinanya periode 2001-2006, sebelum dia menjabat kembali sebagai perdana menteri Italia untuk periode kedua kali dia mempersembahkan gelar prestisisus bagi klub AC Milan dan masyarakat kota Milan secara khusus dan masyarakat Italia secara umum yaitu gelar Liga Champions Eropa (Europe Champions League) pada tahun musim 2001-2002 dengan mengalahkan klub sesama Italia lainnya Juventus di stadion Oll Traford, Manchester, Inggris. Dengan gelar tersebut Milan memperoleh gelar Liga Champions Eropa sebanyak 6 gelar kemudian ditambah lagi pada musim 2006- 2007 sehingga menjadi 7 gelar Eropa, sehingga menjadikan AC Milan sebagai klub Italia dengan gelar Eropa terbanyak diatas Juventus (2 gelar) dan Inter Milan (3 gelar), dengan prestasi tersebut maka nama Silvio Berlusconi kembali diperhitungkan di Italia dimana masyarakat Italia telah menganggap dia sebagai pahlawan Italia dengan mempersembahkan gelar Liga Champions Eropa bagi negara Italia khususnya merupakan kebanggan tersendiri bagi masyarakat kota Milan. Hal tersebut menjadikannya dengan mudah memperoleh dukungan suara dalam pemilu Italia 2004 untuk mendapatkan kekuasaan perdana menteri Italia, dan hal tersebut

terbukti dengan berhasilnya dia kembali menjadi perdana menteri Italia untuk kedua kalinya. Hal inilah yang menunjukkan bahwa sepak bola menjadi sebuah determin politik di Italia, kesuksesan politik dapat ditentukan dalam kesuksesan sepak bola. Tahun 2006 menjadi tahun yang paling berat bagi sepak bola Italia. Hal ini dikarenakan sepak bola di Italia dikena kasus penuapan dan pengaturan skor atau hasil pertandingan (Calciopoli) yang melibatkan klub-klub Seri A Italia seperti Juventus, AC Milan, Firorentina, Lazio, dimana klub-klub tersebut melakukan pengaturan skror pertandingan dengan melakukan penyuapan wasit. Dan dalam kasus tersebut Federasi Sepak Bola Italia atau Federazione Italiana Giioco Calcio (FIGC) memberikan sangsi hukuman terhadap klub Juventus degradasi ke level liga Seri B dan gelar juara Seri A Juventus musim 2004-2005 dicabut, dan gelar Juventus pada musim 2005-2006 diberikan kepada klub Inter Milan sebagai klub peringkat kedua Seri A musim 2005-2006 dibawah Juventus, sedangkan klub AC Milan, Fiorentina, Lazio mendapatkan hukuman pengurangan poin pada musim berikutnya yaitu musim 2006-2007 yaitu 15 poin untuk klub AC Milan dan 12 poin untuk klub Fiorentina dan Lazio. Kejadian ini merupakan kejadian terburuk dalam sepak bola Italia setelah peristiwa Totonero (perjudian gelap) tahun 1982 yang melibatkan pemain Italia Paolo Rossi, tetapi walaupun sepak bola Italia dalam masa yang sulit akibat kasus calciopoli tetapi tim nasional Italia (Team Azzuri) yang bermain di Piala Dunia 2006 di Jerman berhasil membawa pulang trofi Piala Dunia ke Italia dengan mengalahkan team nasional Perancis di partai final yang merupakan gelar keempat dunia Italia dan menjadi

kebanggaan bagi rakyat Italia di tengah terpuruknya sepak bola Italia di dalam negeri dan prestasi klub-klub Italia di Eropa. Pengaruh peristiwa calciopoli di Italia juga meluas hingga kepada politik di Italia, dimana seorang Silvio Berlusconi kehilangan dukungan, pengaruh, kekuasaan sebagai perdana menteri dan pemilik klub AC Milan. Pada tahun 2006 dimana terjadi kasus cacopoli di Italia, dia juga harus turun dari jabatannya sebagai perdana menteri hal tersebut dikarenakan dukungan terhadapnya melalui partai-partai koalisi berkurang dan juga dari masyarakat Italia dan secara garis besar disebabkan Silvio Berlusconi telah mendapat kecaman dari masyarakat Italia atas kasus penyuapan dan pengaturan skor (calciopoli) yang melibatkan klub yang dimilikinya yaitu AC Milan sehingga dukungan terhadapnya menjadi berkurang. Dalam pemilu parlemen Italia tahun 2006, Silvio Berlusconi kalah tipis dari kandidat perdana menteri Italia Romano Prodi seorang politikus kiri-tengah dimana di majelis rendah Italia kelompok Prodi memperoleh 49,8% suara, sementara Berlusconi 49,7%, sementara di Senat ia menguasai dengan 158 kursi, sedangkan Berlusconi 156 kursi. Dan pada tanggal 2 Mei 2006, Silvio Berlusconi akhirnya mengundurkan diri dan membuka jalan bagi Romano Prodi untuk menyusun kabinetnya dan menggantikannya sebagai perdana menteri Italia yang baru di tahun 2006. Kekuatan politik Silvio Berlusconi masih memiliki pengaruh yang besar dalam politik dan pemerintahan Italia terutama melalui pengaruh kekuatan sepak bola yang dimilikinya. Dengan kekuatan dukungan sepak bola yang

dimilikinya, Silvio Berlusconi kembali menunjukkan kekuatan dan pengaruh politiknya di Italia dimulai dengan dibawanya kembali klub miliknya AC Milan menjadi juara Eropa dengan menjuarai Liga Champions Eropa (Euro Champions League) pada musim 2006-2007 dengan mengalahkan klub Inggris di final. Dengan prestasi yang diraihnya bersama klub AC Milan, dia kembali menunjukkan pencitraannya di Italia sebagai seorang yang sukses membawa kebanggaan bagi masyarakat Italia dan hal ini menjadikan dirinya mendapat kembali kepercayaan, dukungan, dan pengaruh dari masyarakat Italia. Dengan dukungan tersebut, dia kembali maju bersaing dalam pemilu parlemen 2008 dan berhasil memenangkan kembali pemilu parlemen setelah jatuhnya pemerintahan perdana menteri Romano Prodi pada tanggal 24 Januari 2008 dan Silvio Berlusconi kembali diambil sumpahnya pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai perdana menteri Italia yang baru dan merupakan jabatan ketiga kalinya Silvio Berlusconi sebagai perdana menteri Italia. Sepak bola sebagai determin politik di Italia sangat besar dan menentukan. Ideologi wilayah, status di dalam masyarakat, persaingan kekuatan ekonomi diantara wilayah dan masyarakat Italia, semuanya menjadi satu di dalam sepak bola di Italia. Sepak bola membawa prestasi bagi Italia dan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Italia, dan membuat seseorang menjadi terkenal, mendapatkan pengaruh, kedudukan, kekuasaan politik. Politik dan sepak bola tidak dapat dipisahkan di Italia. Italia dan sepak bola yang dimiliki telah membawa perubahan besar bagi dunia, dimana dunia dapat melihat kekuatan sepak bola yang dapat menjadi sesuatu yang sangat menentukan, berpengaruh

dalam kehidupan bukan hanya sebagai olahraga saja tetapi juga sepak bola dapat mengatasnamakan apa saja mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan yang lebih ekstrem yaitu mengatasnamakan agama.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. KESIMPULAN Sepak Bola dalam beragam konteks dapat mengatasnakamakan apapun terutama dalam era globalisasi sekarang ini, sepak bola juga telah mendapat pengaruh globalisasi sehingga sepak bola bukan hanya sebagai olahraga saja tetapi juga dalam sepak bola dapat dijelaskan fenomena politik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan agama. Di Italia, sepak bola sangat berkaitan dengan politik, klub-klub di Italia mencerminkan kepentingan politik dari pemiliknya dan para tokoh-tokoh politik menggunakan kekuatan sepak bola sebagai kekuatan politik untuk memnjalankan kepentingan politiknya, memperoleh dukungan, mendapatkan kekuasaan, dan mempertahankan kekuasaannya. Sehingga sepak bola dapat dilihat sebagai investasi politik dan determin politik di Italia, yang memiliki pengaruh yang besar dalam perpolitikan di Italia. Di Italia sepak bola dapat mewakili aspek kehidupan, mulai dari ideologi, kesenjangan ekonomi wilayah, status masyarakat, politik-pemerintahan,

koalisi dan fraksi, mulai dari partai sampai pemerintahan. Konflik kepentingan (conflict of Interest) juga terjadi di sepak bola Italia, mulai dari kepentingan klubklub Italia, sampai kepentingan politik dari aktor-aktor politik, semuanya dapat dijelaskan di dalam sepak bola Italia. Sehingga sepak bola Italia memilki peranan yang besar sebagai investasi dan detrmin politik secara meluas. B. Saran-Saran Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa sepak bola di Italia telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Italia, sepak bola merupakan nasionalisme negara Italia. Sepak bola membawa nilai prestise bagi masyarakat di dunia internasional. Italia telah dapat mengembangkan sepak bolanya bukan hanya sekedar olahraga, tetapi juga telah menjadi alat politik dan juga pemersatu bangsa yang membawa rasa kebanggaan dan nasionalisme yang besar bagi masyarakat Italia, dan negara Italia. Kekuatan sepak bola melalui pengaruh suporter klub yang fanatik dijadikan modal, investasi, determin politk bagi tokoh politik di Italia. Hal inilah yang bisa dilihat oleh sepak bola di Indonesia untuk menjadikan sepak bola lebih berkualitas. Sepak bola bkan hanya sekedar olahraga dan hiburan semata namun di dalam sepak bola di era globalisasi sekarang ini telah menjadi olahraga yang dapat membawa nasionalisme suatu bangsa. Pemerintah Indonesia harus lebih memperhatika sepak bola Indonesia dengan melihat cara-cara pengelolaan sepak bola di negara-negara lain seperti yang ada di Italia untuk menjadikan sepak bola menjadi lebih baik dan maju dan dapat berbuat

banyak di pertandingan-pertandingan internasional untuk membawa nasionalisme Indonesia di dunia internasional.