bab iii pembahasan a. dasar pertimbangan hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/skripsi...

16
46 BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara Pemerasan yang Disertai Ancaman Analisis Putusan Nomor:222/Pid.B/2018/Pn.Pbm Untuk dapat menjelaskan bagaimana dasar pertimbangan hakim maka penulis akan menuliskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Tugas Hakim. Tugas hakim adalah memberi keputusan dalam setiap perkara atau konflik yang dihadapkan kepadanya, menetapkan hal-hal seperti hubungan hukum, nilai hukum dari perilaku, serta kedudukan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara, sehingga untuk dapat menyelesaikan perselisihan atau konflik secara imparsial berdasarkan hukum yang berlaku, maka hakim harus selalu mandiri dan bebas dari pengaruh pihak mana pun, terutama dalam mengambil suatu keputusan. 1 Menurut Undang-Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman kewenangan hakim dalam memutuskan suatu perkara terdapat tiga aspek yaitu:a.) Menerima, laporan yang telah diajukan kepada hakim, mencari keterangan dan barang bukti. b.) Memeriksa, melihat dengan teliti berkas perkara terdakwa.c.) memutuskan, hukuman suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili hakim tersebut. Ketika dalam melakukan kewenangan itu terutama dalam mengadili suatu putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili hakim tersebut 2 . Oleh karena itu, tentu saja hakim dalam menjatuhkan putusan harus memperhatikan segala aspek didalamnya yaitu, surat dakwaan, fakta-fakta hakim dalam persidangan, keadaan masyarakat dalam persidangan. Dengan alasan-alasan atau pertimbangan sebagaimana Putusan pengadilan merupakan tanggung jawab hakim dalam melaksanakan tugasnya, untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara. 3 1 Wildan Suyuthi Mustofa, “Kode Etik Hakim, Edisi Kedua”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm 74 2 Rimdan, “kekuasaan kehakiman”, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm 36 3 Bambang Waluyo, “Pidana dan Pemidanaan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 80

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

46

BAB III

PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara Pemerasan yang

Disertai Ancaman Analisis Putusan Nomor:222/Pid.B/2018/Pn.Pbm

Untuk dapat menjelaskan bagaimana dasar pertimbangan hakim maka penulis

akan menuliskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Tugas Hakim. Tugas hakim

adalah memberi keputusan dalam setiap perkara atau konflik yang dihadapkan

kepadanya, menetapkan hal-hal seperti hubungan hukum, nilai hukum dari perilaku, serta

kedudukan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara, sehingga untuk dapat

menyelesaikan perselisihan atau konflik secara imparsial berdasarkan hukum yang

berlaku, maka hakim harus selalu mandiri dan bebas dari pengaruh pihak mana pun,

terutama dalam mengambil suatu keputusan.1

Menurut Undang-Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

kewenangan hakim dalam memutuskan suatu perkara terdapat tiga aspek

yaitu:a.) Menerima, laporan yang telah diajukan kepada hakim, mencari keterangan dan barang bukti. b.) Memeriksa, melihat dengan teliti berkas

perkara terdakwa.c.) memutuskan, hukuman suatu perkara yang sedang

diperiksa dan diadili hakim tersebut. Ketika dalam melakukan kewenangan itu terutama dalam mengadili suatu putusan hakim merupakan mahkota dan puncak

dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili hakim tersebut2.

Oleh karena itu, tentu saja hakim dalam menjatuhkan putusan harus

memperhatikan segala aspek didalamnya yaitu, surat dakwaan, fakta-fakta hakim dalam

persidangan, keadaan masyarakat dalam persidangan. Dengan alasan-alasan atau

pertimbangan sebagaimana Putusan pengadilan merupakan tanggung jawab hakim dalam

melaksanakan tugasnya, untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara.3

1 Wildan Suyuthi Mustofa, “Kode Etik Hakim, Edisi Kedua”, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2013), hlm 74 2Rimdan, “kekuasaan kehakiman”, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm 36 3 Bambang Waluyo, “Pidana dan Pemidanaan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 80

Page 2: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

47

Selain itu sesuai dengan Pasal 183 KUHAP seorang hakim dalam hal

menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut

kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan terdakwahlah yang bersalah melakukannya. Ketentuan Pasal 183 KUHAP,

ini bertujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi seseorang (penjelasan Pasal 183 KUHAP). Sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, mempunyai

maksud, yaitu minimal dua alat bukti dari alat bukti yang sah menurut KUHAP,

alat bukti yang sah menurut KUHAP diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP

mengenai alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a). Keterangan Saksi, (b). Keterangan Ahli; (c). Surat; (d). Petunjuk; (e). Keterangan Terdakwa atau hal

yang secara umum diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan.4

Dengan demikian untuk dapat melihat apakah putusan hakim tersebut telah

sesuai atau tidak dengan tindak pidana yang di dakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum,

maka menurut Sudarto putusan hakim merupakan puncak dari perkara pidana, sehingga

hakim harus mempertimbangkan aspek-aspek lainnya selain dari aspek yuridis, sehingga

putusan hakim tersebut lengkap mencerminkan nilai-nilai sosiologis, filosofis, dan yuridis

sebagai berikut:

1) Pertimbangan yuridis

Pertimbangan yuridis maksudnya adalah hakim mendasarkan putusannya pada

ketentuan peraturan perundang-undangan secara formil. Hakim secara yuridis, tidak boleh

menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti

yang sah dimaksud adalah: (a) Keterangan Saksi; (b) Keterangan Ahli ; (c) Surat; (d)

Petunjuk; (e) Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga

tidak perlu dibuktikan (Pasal 184). Selain itu dipertimbangkan pula bahwa perbuatan

terdakwa melawan hukum formil dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

dilakukan.

2) Pertimbangan filosofis

4 Satjipto Rahardjo, “Bunga Rampai Permasalahan dalam Sistem Peradilan Pidana”,

(Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, 1998), hlm 11

Page 3: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

48

Pertimbangan filosofis maksudnya hakim mempertimbangkan bahwa pidana

yang dijatuhkan kepada terdakwa merupakan upaya untuk memperbaiki perilaku

terdakwa melalui proses pemidanaan. Hal ini bermakna bahwa filosofi pemidanaan

adalah pembinaan terhadap pelaku kejahatan sehingga setalah terpidana keluar dari

lembaga permasyarakatan, akan dapat memperbaiki dirinya dan tidak melakukan

kejahatan lagi.

3) Pertimbangan sosiologi

Pertimbangan sosiologis maksudnya hakim dalam menjatuhkan pidana

didasarkan pada latar belakang sosial terdakwa dan memperhatikan bahwa pidana yang

dijatuhkan mempunyai manfaat bagi masyarakat.5

Adapun pertimbangan yuridis dalam putusan perkara Nomor

222/Pid.B/2018/PN.Pbm sebagai berikut:

Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim mendasarkan putusannya pada ketentuan peraturan perundang-undangan secara formil.

Hakim secara yuridis, tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan

terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah

yang dimaksud adalah: a) keterangan saksi; b) keterangan ahli; c) surat; d) petunjuk; e) keterangan terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui

sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184). Selain itu dipertimbangkan pula

bahwa perbuatan terdakwa melawan hukum formil dan memenuhi unsur-unsur

tindak pidana yang dilakukan.6

Pada Perkara Nomor 222/Pid.B/2018/PN.Pbm, maka terdakwa Agus Susanto

ALS Bin Lie Julia terbukti sah bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana perbuatan

yang dilakukan terdakwa di atur dan di ancam pidana dalam Pasal 368 ayat (1)

KUHPidana menyatakan “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum memaksa seseorang dengan kekerasan atau

5 Sudarto, “Kapita Selekta Hukum Pidana”, (Bandung: Alumni, 1986), hlm 67 6 Lilik Mulyadi, “Hukum Acara Pidana Indonesia”, hlm 193

Page 4: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

49

ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagaian

adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun

menghapuskan piutang diancam pidana penjara paling lama 9 (sembilan)

tahun.Menimbang, bahwa perbuatan terdakwa tersebut Majelis Hakim akan

mempertimbangkan dakwaan jaksa penuntut umum yang terbukti menurut hukum yaitu

Pasal 368 ayat (1) KUHPidana yang unsur-usnurnya sebagai berikut:

1. Unsur Barang Siapa

Yang dimaksud dengan “barang siapa” dalam undang-undang hukum pidana

adalah untuk menunjukkan tentang subyek pelaku delik, yakni subyek hukum atau pelaku

tindak pidana. Pengertian “barang siapa” artinya setiap orang dapat merupakan pelaku

tindak pidana.

Bahwa yang diajukan dalam persidangan dalam perkara ini adalah orang

bernama Agus Susanto Als Aping Bin Lie Julai dengan segala identitasnya yang tersebut

dalam surat dakwaan sebagaimana tercantum diawal surat tuntutan pidana ini, yang mana

pada awal persidangan ini identitas terdakwa telah diteliti dengan seksama oleh Hakim

Ketua Majelis dimana identitas tersebut telah dibenarkan pula oleh terdakwa sebagai

identitas jati dirinya. Selanjutnya tentu saja yang dimaksud adalah orang yang dapat atau

mampu mempertanggung jawabkan setiap perbuatan atau tindakannya.Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Prabumulih menimbang bahwa terdakwa Agus Susanto merupakan

subjek hukum yang dimana perbuatannya dapat menimbulkan akibat hukum, pada

perkara ini terdakwa melakukan tindak pidana pemerasan yang disertai ancaman yang

melanggar Pasal 368 ayat (1) KUHPidana.Berdasarkan analisis di atas, penulis akan

memperhatikan pertimbangan hakim sebagai berikut:

a. Fakta perbuatan yang dilakukan serta kejadian yang di temukan:

Page 5: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

50

Agus Susanto ALS Aping Bin Lie Julai melakukan tindak pidana pemerasan di

mana terdakwa melakukannya di Jl. Raya Prabumulih Batu Raja Kel. Sukaraja Kec.

Prabumulih Selatan Kota Prabumulih (Depan SDN 17). Bahwa terdakwa Agus Susanto

telah membenarkan dakwaan Penuntut umum.

b. Alat Bukti yang mendukung:

Keterangan dari terdakwa Agus Susanto Bin Lie Julai membenarkan identitas-

identitas yang ada pada surat dakwaan. Terdakwa mampu menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang di ajukan oleh Majelis Hakim, Jaksa Penuntut umum dan Penasehat

hukumnya.

1. Unsur Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, petunjuk, keterangan terdakwa serta

barang bukti yang ada dipersidangan di peroleh fakta bahwa pada hari sabtu, 08

September 2018 sekira jam 02.30 WIB bertempat Jl. Raya Prabumulih Batu Raja Kel.

Sukaraja Kec. Prabumulih Selatan Kota Prabumulih (Depan SDN 17) terdakwa Agus

Susanto Als Aping Bin Lie Julai telah melakukan tindak pidana pemerasan terhadap saksi

Herianto Bin M. Karman. Awalnya terdakwa melihat mobil yang dikendarai oleh saksi

Herianto Bin M.Karman melintas di Jl. Raya Prabumulih Batu Raja Kel. Sukaraja Kec.

Prabumulih Selatan Kota Prabumulih (Depan SDN 17), selanjutnya terdakwa langsung

mendekati mobil truk yang sedang dikendarai oleh saksi Herianto Bin M. Karman dengan

mengenggam/ memegang sebuah batu ditangannya untuk memberhentikan mobil truk

tersebut, setelah mobil truk yang dikendarai oleh saksi Herianto Bin M. Karman berhenti

selanjutnya terdakwa meminta uang kepada saksi Herianto Bin M. Karman, kemudian

saksi Herianto Bin M. Karman memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 2.000,-

Page 6: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

51

(dua ribu rupiah). Maka dengan demikian “unsur dengan maksud untuk menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum” telah terbukti.

Berdasarkan analisis tentang unsur ini penulis akan memperhatikan

Pertimbangan Putusan Hakim, sebagai berikut:

a. Fakta perbuatan yang dilakukan serta kejadian yang ditemukan:

Menurut kesaksian Agus Susanto Bin Lie Julai pada hari sabtu 08 September

2018 sekira jam 02.30 Wib bertempat di Jl. Raya Prabumulih Batu Raja Kel. Sukaraja

Kec. Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, Terdakwa melakukan tindak pidana

pemerasan dengan pengendara mobil truk yang melintas di arah tersebut.

Menurut saksi Beni Hasdiarman, saat terjadinya tindak pidana pemerasan

tersebut saksi selaku anggota kepolisian Polres Prabumulih sedang melakukan giat rutin

Patroli Sat Gas Peman Jalan dari jalan lingkar menuju arah kota Prabumulih dengan

menggunakan mobil patroli bersama-sama dengan saksi M. Darmantoni turun melihat

kedepan mobil truk yang berhenti.

Menurut saksi M. Darmantoni, pada saat itu terdakwa Agus Susanto yang

sedang berdiri ditengah jalan didekat mobil truk memberhentikan mobil truk yang

dikendarai korban tersebut sambil memegang sesuatu ditangannya dan menerima uang

dari saksi korban.

Menurut saksi Herianto, setelah mobil truk yang di kendarainya berhenti

terdakwa meminta uang kepada korban sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah), dan

terdakwa meminta lagi dengan kembali mengancam meminta tambah lagi Rp. 20.000,-

(dua puluh ribu rupiah).

b. Alat bukti yang mendukung:

- Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Kepolisian yang dilampirkan di

Page 7: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

52

Persidangan.

- Keterangan Terdakwa dan Keterangan Saksi-saksi

- Uang sebesar Rp. 24.000,-(dua puluh empat ribu rupiah) dalam pecahan uang

Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) sebanyak 2 (dua) lembar dan pecahan uang Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah sebanyak 4 (empat) lembar.

2. Unsur Memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

untuk memberikan barang sesuatu

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, petunjuk, keterangan terdakwa serta

barang bukti yang ada dipersidangan di peroleh fakta bahwa pada awalnya saksi Herianto

Bin M. Karman sedang mengendarai mobil truk PS Canter yang bermuatan semen

menuju Palembang, pada saat diperjalanan tepatnya di Jl. Raya Prabumulih Batu Raja

Kel. Sukaraja Kec. Prabumulih Selatan Kota Prabumulih (Depan SDN 17), tiba-tiba

datang terdakwa dengan mengenggam/ memegang sebuah batu ditangannya

memberhentikan mobil truk yang sedang dikendarai oleh saksi Herianto Bin M. Karman,

selanjutnya terdakwa mendekati ke mobil saksi Herianto Bin M. Karman kemudian

terdakwa mengatakan kepada saksi “minta duit kulu idak ngejuk ku lempar dengan

batu ni” dikarenakan saksi Herianto Bin M. Karman merasa takut terhadap terdakwa,

selanjutnya saksi Herianto Bin M. Karman memberikan uang kepada terdakwa,

selanjutnya saksi Herianto Bin M. Karman memberikan uang kepada terdakwa sebesar

Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah), maka dengan demikian “Unsur Memaksa seorang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu” telah terbukti.

Berdasarkan analisis unsur di atas penulis akan memperhatikan Pertimbangan

Putusan Hakim, sebagai berikut:

a. Fakta perbuatan yang dilakukan serta kejadian yang ditemukan:

Page 8: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

53

Keterangan dari korban Herianto M. Karman membenarkan bahwa terdakwa

telah memberhentikan mobil truk miliknya. Terdakwa mengatakan kepada saksi “minta

duit kulu idak ngejuk ku lempar dengan batu ni”.

b. Alat bukti yang mendukung:

- Keterangan dari saksi Herianto.

- Uang sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).

3. Unsur yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau

orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, petunjuk, keterangan terdakwa serta

barang bukti yang ada dipersidangan di peroleh fakta bahwa pada hari Sabtu 08

September 2018 sekira jam 02.30 WIB bertempat di Jl. Raya Prabumulih Batu Raja Kel.

Sukaraja Kec. Prabumulih Selatan Kota Prabumulih (Depan SDN 17) terdakwa Agus

Susanto Als Aping Bin Lie Julai telah melakukan tindak pidana pemerasan terhadap saksi

Herianto Bin M. Karman.

Bahwa setelah mobil truk yang dikendarai oleh saksi Herianto Bin M. Karman

berhenti selanjutnya terdakwa meminta uang kepada saksi Herianto Bin M. Karman,

kemudian saksi Herianto Bin M. Karman memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp.

2.000,- (dua ribu rupiah). Setelah terdakwa melihat uang yang diberikan oleh saksi

Herianto Bin M. Karman berikan sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) selanjutnya

terdakwa meminta tambah uang kepada saksi Herianto Bin M. Karman sebesar Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah), maka dengan demikian “Unsur yang seluruhnya atau sebagian

adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun

menghapuskan piutang” telah terbukti.

Berdasarkan analisis tentang unsur di atas penulis akan memperhatikan

Pertimbangan Putusan Hakim, sebagai berikut:

Page 9: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

54

a. Fakta perbuatan yang dilakukan serta kejadian yang ditemukan:

Pada hari Sabtu 08 September 2018 sekira jam 02.30 Wib bertempat di Jl. Raya

Prabumulih Batu Raja Kel. Sukaraja Kec. Prabumulih Selatan Kota Prabumulih bahwa

terdakwa Agus Susanto telah melakukan tindak pidana pemerasan.Bahwa setelah melihat

uang yang diberikan oleh saksi korban sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) selanjutnya

terdakwa meminta tambah uang kepada korban.

b. Alat bukti yang mendukung:

- Keterangan dari Terdakwa dan Saksi-saksi.

- Uang sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).

Menimbang hal ini maka Majelis Hakim memakai Pasal 368 ayat (1) tentang

pemerasan yang disertai ancaman kekerasan yang berbunyi: “Barang siapa dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang

sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau

supaya membuat hutang atau penghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan

pidana penjara paling lama sembilan tahun.”

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 183 KUHAP seorang hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat

bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan jika terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dengan dua alat bukti yang sah itu

bertujuan untuk membangun keyakinan hakim dalam mempertimbangkan segala

keputusannya. Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

disebutkan bahwa alat bukti yang sah itu adalah: (a) Keterangan Saksi; (b) Keterangan

Ahli; (c) Surat; (d) Petunjuk; (e) Keterangan Terdakwa dan Hal yang secara umum sudah

diketahui tidak perlu dibuktikan.

Page 10: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

55

Maka dalam perkara ini Hakim sebagai pemutus perkara menjatuhkan pidana

dengan menggunakan dua alat bukti yaitu, Keterangan terdakwa Agus Susanto bin Lie

Julai dan keterangan sakis-saksi lainnya, selain itu terdapat barang bukti yang berupa

uang. Jadi jelaslah bahwa hakim telah mempertimbangkan pertimbangan yuridis

berdasarkan surat dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi,

barang bukti dan Pasal dalam Kitab Hukum Acara Pidana.

Pertimbangan Sosiologis

Putusan yang memenuhi pertimbangan sosiologis yaitu putusan tidak

bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (kebiasaan masyarakat). Sedangkan pertimbangan sosiologis menurut M. Solly Lubis

mencerminkan tuntutan atau kebutuhan masyarakat yang memerlukan

penyelesaian diperlukan sebagai sarana menjamin kemanfaatan.7

Aspek sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosioal seperti

pendidikan, lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan, serta mengetahui motif terdakwa

mengapa terdakwa melakukan suatu tindak pidana. Selain latar belakang dari terdakwa,

pertimbangan yang tidak bisa diabaikan adalah, seberapa dampak yang dialami

masyarakat akibat tindak pidana yang dilakukan dan keadaan masyarakat pada saat tindak

pidana ini dilakukan.Dalam Putusan Hakim Perkara Nomor 222/Pid.B/2018/Pn.Pbm, hal-

hal yang di pertimbangkan hakim sebagai berikut:

a. Hal-hal yang memberatkan:

- Perbuatan yang meresahkan masyarakat.

b. Hal-hal yang meringankan:

- Terdakwa jujur dan bersikap sopan dipersidangan.

- Terdakwa belum pernah dihukum.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka hakim menjatuhkan putusan bahwa,

karena dasar yuridis Pasal 368 Ayat (1) KUHPidana tentang pemerasan yang disertai

7 M. Solly Lubis, “Landasan dan Teknik Perundang-undangan”, (Bandung: Penerbit CV

Mandar Maju, 1989), hlm 6-9

Page 11: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

56

ancaman maka, menyatakan bahwa Agus Susanto Als Aping Bin Lie Julai terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah bersalah melakukan tindak pidana pemerasan. Dengan

mempertimbangkan pertimbangan yuridis dan sosiologis terdakwa, maka hakim

Pengadilan Negeri Prabumulih menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu

dengan pidana penjara 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan. Pidana itu tentunya jauh dari pidana

maksimal yaitu 9 tahun penjara. Berdasarkan tersebut bahwa, hakim benar-benar

mempertimbangkan alasan-alasan sosiologis terdakwa, sehingga tidak menjatuhkan

maksimal. Tujuan hakim menjatuhkan pidana ialah agar terdakwa sadar akan

perbuatannya, dan memberikan kesempatan untuk merubah kesalahan tersebut melalui

penjatuhan saksi pidana.

Pertimbangan Filosofis

Pertimbangan filosofis, yakni pertimbangan atau unsur yang menitik beratkan kepada nilai keadilan terdakwa dan korban.8 Sedangkan menurut Bagir Manan,

mencerminkan nilai nilai filosofis atau nilai yang terdapat dalam cita hukum

(rechtsidee). Diperlukan sebagai sarana menjamin keadilan.9 Keadilan secara

umum diartikan sebagai perbuatan atau pelaku yang adil, sementara adil adalah tidak berat sebelah, tidak memihak yang benar. Keadilan dalam filasafat

sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai dasar Negara, hal ini dapat

dicontohkan apabila dipenuhinya dua prinsip, pertama tidak merugikan seseorang dan kedua perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi

haknya.

Sebagaimana putusan Nomor 222/Pid.B/2018/PN.Pbm dilihat dari hal-hal yang

memberatkan dan meringankan terdakwa. Penafsiran hakim yang mengakibatkan putusan

pemidanaan dijatuhkan hukumannya terdakwa 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan penjara

dianggap hukuman yang pantas bagi terdakwa karena hakim tidak boleh berperan

mengindentikan kebenaran dan keadilan itu sama dengan rumusan perundang-undangan.

Menurut penulis hakim pengadilan negeri Prabumulih dalam menjatuhkan

pidana telah mempertimbangakan pertimbangan yuridis, sosiologis dan filosofis maka

8 M. Yahya Harahap, “Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan

Penuntutan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 20 9 Bagir Manan, “Dasar-dasar Pertimbangan Undang-undangan Indonesia”, (Jakarta:

Penerbit Ind-Hill.co, 1992), hlm 14-17

Page 12: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

57

penjatuhan pidana selama 1 tahun 6 bulan sudah sesuai dan efektif, karena semua unsur

dalam Pasal 368 ayat (1) KUHPidana telah terpenuhi dan hakim telah menjatuhkan

hukuman pidana selama 1 tahun 6 bulan jauh dari ancaman pidana yang ada di dalam

KUHPidana hal ini pertimbangan hakim melalui pertimbangan yuridis. Dan melalui

pertimbangan sosiologis hakim telah melihat hal-hal yang memberatkan terdakwa dan

hal-hal yang meringankan terdakwa, kemudian terdakwa juga mengakui terus terang dan

menyesali perbuatannya. Adapun pertimbangan filosofis yang membahas tentang

kebenaran dan keadilan terhadap korban terdakwa dengan berupa pemberian sanksi

pidana selama 1 tahun 6 bulan Dengan demikian pemaparan Adapun pertimbangan

filosofsi dengan mewujudkan rasa keadilan terhadap korban dan terdakwa, dengan

pemberian berupa sanksi pidana penjara 1 tahun 6 bulan kepada terdakwa sehingga

putusannya mewujudkan rasa keadilan terhadap korban dan khususnya masyarakat pada

umumnya.

B. Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap dasar Pertimbangan Hakim dalam

mengadili Perkara Pemerasan yang disertai Ancaman Analisis Putusan

Nomor 222/Pid.B/2018/PN.Pbm

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh penulis pada pembahasan di atas,

bahwa Hakim dalam Putusan Nomor: 222/Pid.B/2018/Pn.Pbm tersebut menjatuhkan

sanksi pidana dengan pidana penjara 1 Tahun 6 bulan. Dalam Islam juga mengenal

tentang sanksi pidana disebut uqubah. Uqubah atau hukuman adalah pembalasan yang

telah ditetapkan demi kemaslahatan masyarakat atas pelanggaran perintah pembuat

syariat (Allah dan Rasul-Nya).10 Maslahah atau mewujudkan tujuan hukum Islam yang

10 Mardani, “Hukum Pidana Islam”,(Jakarta: Prenada Media Group, 2019), hlm 48

Page 13: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

58

berupa memelihara agama, jiwa, akal budi, keturunan, dan harta kekayaan.11Penerapan

sanksi berdasarkan surat Asy-Syura ayat 40 yang berbunyi:

ثلها فمن عفا وأصلح فأجره وجزاء سي ئة سي ئة م ين على الله ب الظهالم إنهه ل يح

Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang

siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggunga) Allah.

Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”.

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah Swt tidak menyukai

orang-orang yang berbuat zalim terhadap hamba-Nya.Pemerasan merupakan perbuatan

yang dilarang oleh agama Islam, karena salah satu tujuan disyariatkannya hukum Islam

untuk kemaslahatan manusia baik didunia maupun diakhirat. Jadi sanksi hukuman bagi

jarimah Pemerasan yang disertai Ancaman ini dapat diberikan kepada pelaku adalah

hukuman ta’zir karena perbuatan yang memerangi atau seseorang yang bermaksiat

kepada Allah Swt. Hukuman bagi pelaku tindak pidana pemerasan adalah Hukuman

ta’zir seperti pidana pengasingan, kurungan atau penjara.12 Islam mempunyai proses

penyelesaian perkara dilihat dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu

Daud, dan Tirmidzi. Bunyi hadis tersebut ialah:

, صلى الله عليه وسلم ) إذا تقاضى إليك رجلن رضي الله عنه قال قال رسول الله فل وعن علي

يا ب لت قاض ي قال علي فما ز ي كيف تقض , فسوف تدر , حتهى تسمع كلم الخر ل لوه عد ( رواه تقض ل

حه ابن , وصحه يني اه ابن المد ي وحسهنه, وقوه ذ ن أحمد, وأبو داود, والت رم م م ند الحاك د ع بهان وله شاه ح

يث ابن عبهاس .حدArtinya : “Dari Ali Ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda: apabila dua orang meminta

keputusan hukum kepadamu, maka janganlah memutuskan keputusan untuk orang

pertama sebelum engkau mendengar keterangan orang kedua agar engkau mengetahui bagaimana harus memutuskan hukum” Ali berkata: setelah itu aku selalu menjadi hakim

yang baik.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)

Hadis hasan menurut Tirmidzi, dikuatkan oleh Ibnu al-Madiny, dan dinilai

shahih oleh Ibnu Hibban. Dalam hadis tersebut menunjukkan bahwa ketika seorang yang

diminta memutus perkara, atau lebih tepatnya hakim misalnya. Maka ia haruslah

mendengarkan keterangan dari kedua belah pihak yang berselisih. Hal itu ditujukan agar

11 Marsaid, “Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam (Maqasid

Asy-Syari’ah)”, (Palembang: NoerFikr, 2015), hlm 7 12 Djazuli, “Fiqih Jinayah”, (Jakarta: Rajawali Hutan, 2002), hlm 165

Page 14: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

59

keterangan mengenai selisih tersebut menjadi seimbang sehingga hakim dapat menilai

kebenaran itu dan dapat meminimalisir kesalahan.13Landasan hukum peradilan dalam Al-

Qur'an dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut:

دي كم أو الوال ولو على أنفس ه ين بالقسط شهداء لل ام ين آمنوا كونوا قوه إن يكن ن والقربين يا أيها الهذ

ما أولى به لوا غنيا أو فقيرا فالله هبعوا الهوى أن تعد كان بما وإن تلو فل تت ضوا فإنه الله وا أو تعر

تعملون خبيرا

Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin

menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (Q.S. An-Nisa: 135)

Pendapat ini dari Alexanders Hamilton ayat di atas memberikan minimalnya

tiga pedoman garis hukum dalam peradilan islam. Pertama, menegakkan keadilan adalah

kewajiban orang-orang yang beriman. Kedua, setiap mukmin apabila menjadi saksi ia

diwajibkan menjadi saksi karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya.

Ketiga, manusia dilarang mengikuti hawa nafsu serta menyelewengkan kebenaran.

Pemberian hukuman disesuaikan dengan bentuk tindak pidana yang dilakukan

oleh terdakwa terhadap korban. Para fuqaha mengartikan ta’zir dengan hukuman yang

tidak ditentukan oleh Al-Qu’an dan Hadist yang berkaitan dengan kejahatan yang

melanggar hak Allah dan hak manusia yang berfungsi memberi pelajaran kepada si

pelaku dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan serupa.

Menurut Moch Anwar (Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep)

yang menjelaskan bahwa hukuman ta’zir ini oleh Islam diserahkan sepenuhnya kepada

hakim Islam, akan tetapi dengan memperhatikan kepada hukum-hukum positif. Hukuman

ta’zir ini bukan semata-mata hanya pencambukan saja, tetapi juga bisa dengan hukuman

lain, seperti dengan hukuman penjara, pengasingan dan lain sebagainya. Hukuman

13Kitab Memutuskan Perkara. Bab I: Tentang Memutuskan Perkara – Hadits Ke-1159

Page 15: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

60

penjara dalam pandangan pidana Islam berbeda dengan pandangan hukum positif.

Menurut hukum Islam, penjara dipandang bukan sebagai hukuman utama, tetapi hanya

dianggap hukuman pilihan, sedangkan dalam hukum positif penjara dipandang sebagai

hukuman pokok (hukuman utama) dalam sanksi segala macam jarimah.14

Dalam hukuman ta’zir terdapat dua jenis hukuman yaitu: hukuman penjara dan

hukuman pengasingan. Hukuman penjara dibedakan menjadi dua yaitu hukuman penjara terbatas adalah hukuman penjara yang lama waktunya dibatasi

secara tegas. Menurut Syafi’iyah, batas maksimalnya adalah satu tahun, dan

hukuman penjara tidak terbatas tidak dibatasi waktunya dan berlangsung terus sampai si terhukum meninggal dunia atau bertaubat. Hukuman ini dapat disebut

juga dengan hukuman penjara seumur hidup. Sedangkan hukuman pengasingan

ini dijatuhkan kepada pelaku jarimah yang dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap masyarakat. Dengan diasingkannya pelaku, mereka

akan terhindar dari pengaruh tersebut. Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah, masa

pengasingan tidak boleh dari satu tahun agar tidak melebihi masa pengasingan

jarimah zina yang merupakan hukuman had.15

Berdasarkan penjelasan di atas maka tinjauan hukum pidana Islam dan hukum

positif terhadap perkara Nomor 222/Pid.B/2018/Pn.Pbm tidak sesuai dengan hukum yang

ditetapkan. Hukuman yang pantas untuk pelaku tindak pidana pemerasan yang disertai

ancaman itu termasuk ke dalam jarimah hudud, yaitu jarimah hirabah. Namun

pemerasan yang disertai ancaman di Indonesia diatur melalui ta’zir, yaitu penentuan

hukumannya diatur oleh Ulil Amri. Hukuman yang pantas untuk pelaku pemerasan yaitu

hukuman ta’zir berupa pengasingan. Yaitu mengasingkan pelaku ke kota terpencil.

Hukuman ini dilakukan sampai pelaku bertubat dan di tempat pengasingannya ia harus

diawasi agar jangan sampai melarikan diri. Sehingga hukuman ini dapat memberikan rasa

keadilan bagi para korban dan masyarakat serta memberikan efek jera bagi para pelaku

tindak pidana ini.

14 Sudarsono, “Asas-asas Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm 548 15 Nurul Irfan, dan masyrofah, “Fiqih Jinayah”, (Jakarta: Amzah, 2018), hlm 152-155

Page 16: BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam ...repository.radenfatah.ac.id/7010/3/Skripsi BAB III.pdf · BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Mengadili Perkara

61