pertimbangan hakim dalam menetapkan status perwalian …... · perpustakaan.uns.ac.id...

128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura) T E S I S Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Hukum dan Kebijakan Publik Oleh : AGNES HARI NUGRAHENI NIM. S. 310907003 PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: hoangkhue

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS

PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA

PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura)

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Hukum dan Kebijakan Publik

Oleh :

AGNES HARI NUGRAHENI NIM. S. 310907003

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS

PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA

PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura)

Disusun Oleh: AGNES HARI NUGRAHENI

NIM. S.310907003

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Prof.Dr.Hartiwiningsih,SH.,M.Hum. --------------- --------- NIP. 195702031985032001

Pembimbing II : Moh. Jamin,SH.,M.Hum. --------------- ---------

NIP. 196109301986011001

Mengetahui/menyetujui

Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum

Prof.Dr.H.Setiono, SH.,MS. NIP. 194405051969021001

Page 3: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS

PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA

PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura)

Disusun Oleh: AGNES HARI NUGRAHENI

NIM. S.310907003

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof.Dr.H.Setiono, SH., MS. ---------------------- ------ NIP. 194405051969021001

Sekretaris Dr.I.Gusti Ayu Ketut R.H., SH.,MM. ---------------------- ------

NIP. 197210082005012001 Anggota 1. Prof.Dr.Hartiwiningsih,SH.,M.Hum. ---------------------- ------

NIP. 195702031985032001

2. Moh. Jamin, SH., M.Hum. --------------------- ------ NIP. 196109301986011001

Mengetahui,

Ketua Program Prof.Dr.H. Setiono, SH.,MS. -------------------- ------ Studi Ilmu Hukum NIP. 194405051969021001 Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. ----------------- ------ Pasca Sarjana NIP. 195708201985031004

Page 4: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang menyatakan di bawah ini :

Nama : AGNES HARI NUGRAHENI

NIM : S. 310907003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ PERTIMBANGAN

HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK PADA

PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN

KESEJAHTERAAN ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura)”

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis

tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Nopember 2009

Yang membuat pernyataan,

AGNES HARI NUGRAHENI

Page 5: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadlirat Tuhan Yang Maha

Pengasih yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir tesis dengan judul: PERTIMBANGAN HAKIM

DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK PADA PERKARA

PERCERAIAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN

KESEJAHTERAAN ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Amlapura)

Tesis ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Master Hukum pada

Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, disamping

merupakan sumbangan pemikiran penulis terhadap masalah-masalah hukum

perdata yang mengandung muatan hukum kebijakan publik. Keberhasilan

penulisan tesis ini tidak terlepas dari dorongan dan petunjuk serta arahan Ibu Prof.

Dr. Hartiwiningsih., SH., M.Hum. (Dosen Pembimbing I) dan Bapak Moh. Jamin,

SH., M.Hum., (Dosen Pembimbing II).

Sejak awal hingga akhir studi di Magister Ilmu Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Penulis menerima banyak sekali bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah Penulis mengucapkan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Much. Syamsul Hadi, Sp.KJ (K) selaku Rektor

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Moh. Jamin, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang juga

selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. .

4. Bapak Prof. Dr. H. Setiono, SH., MS., selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret

5. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih., SH., M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi

Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret sekaligus selaku Dosen

Pembimbing I.

Page 6: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

6. Bapak Prof. Dr. Adi Sulistiyono, SH., MH., Ibu Prof. Dr. Mumpuni, SH., MS.,

Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH., MH., Ibu Dr. I. Gusti Ayu Ketut R.H.,

SH., MM., Bapak Prasetyo Hadi Purwandoko, SH., MS., Bapak Joko

Poerwono, SH., MS. dan semua dosen yang tidak bisa Penulis sebut namanya

satu persatu atas kuliah-kuliah yang sangat menarik dan membuka wawasan

Penulis.

7. Bapak Ketua Pengadilan Negeri Amlapura yang telah memberikan ijin dalam

melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Amlapura.

8. Ibu Tenny Erma Suryathi, Hakim pada Pengadilan Negeri Amlapura yang

telah banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Bp. I Nyoman Suartana, Panitera/Sekkretaris pada Pengadilan Negeri

Amlapura yang telah memfasilitasi untuk mendapatkan data dan informasi.

10. Mas Reno, Mbak Leli dan Mas Yoyok yang banyak membantu dan

memberikan berbagai informasi.

11. Ayah dan ibu mertua tercinta yang senantiasa mengalirkan doa dan restu

meskipun dalam keadaan sakit tetap konsisten merestui studi dan karir

penulis.

12. Suamiku tercinta, Lucius Sunarno yang dengan tekun dan memberikan

dorongan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini secara bersama-sama.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan informasi dan kelancaran penulisan tesis ini.

Penulis menyadari, karena keterbatasan kemampuan pada diri penulis,

tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

kritik serta saran yang membangun guna sempurnanya penulisan ini. Penulis

sebagai manusia yang tidak lepas dari khilaf dan salah, apabila dalam tulisan ini

maupun dalam proses interaksi ada kata-kata atau perbuatan yang kurang

berkenan di hati, dengan penuh kerendahan hati, penulis mohon maaf. Semoga

penulisan ini bermanfaat.

Surakarta, Nopember 2009

Penulis

Page 7: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Agnes Hari Nugraheni, S.310907003. 2009. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK (Studi kasus di Pengadilan Negeri Amlapura).

Tesis : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian apakah telah sesuai dengan tujuan perlindungan dan kesejahteraan anak dan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang ditemui hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan perwalian anak dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak pada perkara perceraian.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum non-doktrinal, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang deskriptif kualitatif yakni penelitian untuk memberikan data seteliti mungkin dengan mendeskripsikan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian. Konsep Hukum yang digunakan adalah konsep hukum ke-3 yakni apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto dan tersistematisasi sebagai judge made law, penelitian yang mengkaji court behavior. Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Amlapura. Sumber datanya berupa data primer diperoleh dari keterangan dan penjelasan yang diberikan para responden / nara sumber dan data sekunder melalui studi kepustakaan. Selanjutnya data dianalisis secara induktif. Analisa dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan teknik interpretasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian tidak sesuai dengan tujuan perlindungan anak dan kesejahteraan anak dikarenakan pengaruh sistem kekerabatan di Bali pada umumnya, khususnya Hukum Adat di wilayah Amlapura yang menganut sistem ke bapa-an (Vaderrechtelijk) sehingga memberikan pengaruh pada sikap hakim dalam mengambil putusan. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Amlapura tidak memberikan pertimbangan yang mendalam mengenai : Kepentingan terbaik anak dan hak anak untuk mendapatkan kesejahteraan dan oleh karena pengaruh hukum adat yang kuat sehingga hakim menemui kesulitan dalam memberikan pertimbangan dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak serta kesulitan mendapatkan referensi yang akurat tentang para pihak.

Rekomendasi yang diberikan adalah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat di Bali khususnya di Amlapura agar ketentuan mengenai kepentingan terbaik anak dan kesejahteraan anak dalam menetapkan perwalian karena perceraian lebih diutamakan

Page 8: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT

Agnes Hari Nugraheni, S.310907003. 2009. THE CONSIDERATION OF JUDGES PERMANENTLY CONFIRMING THE STATUS OF CHILD’S GUARDIAN ON THE DIVORCE CASE FOR CUSTODY AND WELFARE ( A case study in Amlapura State Court)

Thesis: Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta.

This research is intended to find out the jugde’s consideration in Amlapura State Court in confirming the status of child’s guardian on divorce cases whether it is in accordance to the purpose of his custody and welfare as well as to find out the difficulties the judges meet in Amlapura State Court in confirming the child’s guardian for his custody and welfare in the divorce cases.

This research uses the type of non-doctrinal law, while as seen from the nature it belongs to descriptive-qualitative, that is, the one presenting the most possibly detailed date by describing the whole considerations of the judges in Amlapura State Court in confirming the status of guardian of the child on divorce cases. The law concept used in this research is the third law concept, that is, what is confirmed and systematized by the inconcreto judge is judge made law, therefore discussing the court behavior. The location of this research takes place in Amlapura State Court. The data source takes the form of primary data gained from the information and explanation given by the respondent/sources and secondary data through book survey, then they are inductively analyzed. The analysis is done qualitatively using the technique of interpretation.

Based on the result of the research and discussion, it is concluded the judges’considerations on confirming the status of the child’s guardian in Amlapura State Court in the divorce case are not in accordance with the purpose of the child’s custody and welfare due to the influence of the kindship system in Bali in general and especially the customs law running in the region of Amlapura which strongly holds the fatherhood system (vaderrechtelijk) and furthermore significantly influences the judges’ behavior in their legal decision making. The considerations of the Amlapura State Court judges do not cautiously and deeply present: The best interest and right of the child / children to get his /their welfare and due to the strong influence of the customs law so that the judges find their difficulties of giving their consideration to give the child’s legal custody and welfare as well as they are in difficulties of discovering accurate references from each side.

It is therefore recommended that socialitazion to the Balinese societies, especially the one in Amlapura be given in order that the decisions on the child’s best interest and welfare to confirm their guardian due to the divorce case must be preferable.

Page 9: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Hlm.

Halaman Judul ................................................................................................ i

Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ...................................................................................... iii

Pernyataan ...................................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................... v

Absrak ............................................................................................................ vii

Abstract .......................................................................................................... viii

Daftar isi ......................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ................................................................................................ xiv

BAB I: Pendahuluan ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............. ............................................................................... 1

B. Perumusan masalah ..................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 12

BAB II: Landasan Teori ............................................................................... 13

Page 10: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

A. Kajian Teori ................................................................................................ 13

1. Teori Kebijakan Publik (Public Policy) ............................................... 13

2. Teori Bekerjanya Hukum ...................................................................... 21

3. Teori Positivisme Hukum ...................................................................... 27

4. Teori Sociological Jurisprudence .......................................................... 30

5. Pendekatan Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudence) ..................... 32

a. Pendekatan behavioral Jurisprudence ............................................... 32

b. Hakim dan masalah keadilan dan kepastian hukum .......................... 41

6. Teori Interpretasi (penafsiran) .............................................................. 44

7. Perwalian dan Perlindungan Kesejahteraan Anak ................................... 48

a. Perwalian Anak ................................................................................. 48

1) Kekuasaan orang tua .................................................................... 48

2) Perwalian ...................................................................................... 50

b. Perlindungan Kesejahteraan Anak ..................................................... 53

1) Pengertian Anak ............................................................................ 53

2) Hak Anak berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak ........................................................................ 55

3) Hak Anak berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan anak ............................................................ 56

B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 60

C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 62

BAB III Metode Penelitian ............................................................................. 65

A. Karasteristik Penelitian .............................................................................. 65

Page 11: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 66

C. Sumber Data ............................................................................................... 67

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 68

E. Teknik Sampling / Penentuan Responden .................................................. 68

F. Tehnik analisis Data .................................................................................... 69

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................. 71

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 71

1. Organisasi dan Tata Laksana ............................................................... 71

2. Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam pertimbangannya

memberikan penetapan hak perwalian anak karena perceraian kepada

ayahnya ……………………………………………………….…..... 74

a. Maksud pertimbangan hakim ……………………………………. 74

b. Proses pertimbangan hakim ……………………………………… 77

3. Pertimbangan Hakim dalam menetapkan status perwalian anak pada

perkara perceraian ………………………………………………….. 83

a. Bentuk pertimbangan hakim ………………………..…………... 83

4. Kesulitan yang ditemui hakim Pengadilan Negeri amlapura dalam

Menetapkan status perwalian anak karena perceraian ………………. 93

a. Proses penegakan hukum di Pengadilan ………………………….…. 93

b. Penetapan hak Perwalian Anak ........................................................ 96

B. Pembahasan ............................................................................................... 98

1. Analisis mengapa hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam

pertimbangnnya memberikan penetapan hak perwalian anak karena

perceraian kepada ayahnya .................................................................... 98

a. Pendekatan Sosiopsikologis ........................................................... 103

b. Pendekatan Psikokultural ................................................................. 108

c. Pendekatan Sosiokultural ................................................................. 112

Page 12: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Analisis pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam

menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian dari perspektif

perlindungan dan kesejahteraan anak .................................................... 114

a. Pertimbangan rasa keadilan ............................................................. 114

b. Aspek perlindungan dan kesejahteraan anak ................................... 119

3. Kesulitan-kesulitan yang ditemui hakim dalam menetapkan perwalian

anak dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak ..................... 126

a. Kesulitan mempertimbangkan rasa keadilan demi kepentingan terbaik

anak dan terjaminnya kesejahteraan anak karena pengaruh dari hukum

adat yang kuat ................................................................................... 126

1) Kepentingan terbaik anak .......................................................... 126

2) Kesejahteraan anak .................................................................. 131

a. Kesulitan mendapatkan referensi yang akurat dari

masing-masing pihak ........................................................................ 133

BAB V Penutup ............................................................................................... 136

A. Kesimpulan ................................................................................................. 136

B. Implikasi ...................................................................................................... 137

C. Saran ........................................................................................................... 137

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

1. Surat Keterangan Penelitian dari Pengadilan Negeri Amlapura

Page 13: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I : Jenis Perkara Perdata Gugatan yang ditangai Pengadilan Negeri

Amlapura Tahun 2008 ............................................................ 71

Tabel II : Perkara Gugatan Perceraian yang mohon ditetapkan perwalian

atas anak pada Pengadilan Negeri Amlapura ............................ 72

Page 14: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Bekerjanya Hukum ................................................................................ 21

2. Behavioral View of the Subsystem of any Political (Including

any Judicial) System ............................................................................... 35

.3. Kerangka Berpikir .................................................................................. 64

4. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Amlapura ................................ 71

Page 15: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan sebagai sarana bersatunya dua manusia laki-laki dan perempuan dalam

membangun rumah tangga yang sejahtera juga dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan

yang sah menurut hukum. Anak yang lahir dari buah cinta kasih yang diikat secara hukum

dalam bentuk perkawinan adalah anugerah. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang

Maha Esa yang harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai

manusia yang harus dijunjung tinggi dan diberi perlindungan. Hak anak dilindungi oleh undang-

undang sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggungjawab orang tua,

masyarakat dan negara. Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa yang melindungi hak anak dan

salah satu bagian dari instrumen internasional yang luas dan telah ditandatangani oleh 190

negara. Dengan demikian anak sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi sejak

ia dilahirkan. Berkenaan dengan upaya perlindungan dan menjamin hak anak tersebut maka

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak tersebut dengan Keputusan Presiden Nomor 36

tahun 1990, dimana dalam Konvensi Hak Anak tersebut telah memerinci kewajiban Negara

Pihak untuk memenuhi hak anak yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok. Pertama, hak dan

kebebasan sipil, Kedua, lingkungan keluarga dan pemeliharaan alternatife, Ketiga, kesehatan

dan kesejahteraan dasar, Keempat, pendidikan, kegiatan liburan, dan budaya, Kelima,

perlindungan khusus.

Secara individu seorang anak adalah belum matang baik secara fisik maupun psikis, hal

ini sesuai dengan penjelasan pasal 5 ayat (3) Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia yaitu, seorang anak digolongkan dalam kelompok rentan / rawan. Dimana

dalam kelompok rentan tersebut anak adalah tergolong yang paling rentan terhadap berbagai

proses yang sedang berlangsung, untuk itu seorang anak harus dijamin hak hidupnya untuk

dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Hal ini merupakan

komitmen bangsa bahwa menghormati, memenuhi, dan menjamin hak anak adalah

tanggungjawab negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

Untuk menjamin kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak Pemerintah Indonesia

telah mengundangkan Undang-undang Nomor 4 tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak dan

Page 16: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang

Perlindungan Anak ini mewujudkan upaya pemenuhan hak-hak anak agar mereka dapat hidup,

tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi

terwujudnya anak Indonesia yang berakhlak mulia, dan sejahtera.

Perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam

kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Perlindungan kepada anak diberikan

seutuhnya, menyeluruh dan kompeheransif sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak yang dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

1. Non diskriminasi;

2. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan.

4. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Perlindungan anak ditujukan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak, yang telah

termuat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yaitu, setiap anak berhak untuk hidup,

tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabatnya,

terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi, hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan,

hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai tingkat kecerdasan dan

usianya, hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri,

termasuk diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai peraturan

perundang-undangan, hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai keutuhan

fisik, mental, spiritual dan sosial, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran untuk

pengembangan kepribadian dan tingkat kecerdasannya dan bagi anak cacat berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, dan anak yang memiliki keunggulan mendapatkan pendidikan khusus,

hak untuk memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain, karena menjadi korban atau pelaku

tindak pidana.

Dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak juga

memberikan jaminan hak kepada anak yaitu, anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan

dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan

khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, anak berhak atas pelayanan untuk

mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan

Page 17: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna, anak berhak atas

pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan,

anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, anak yang tidak mempunyai

orang tua berhak memperoleh asuhan Negara atau orang atau badan, anak yang tidak mampu

berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan

berkembang dengan wajar, bantuan dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan

anak menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik

dan kedudukan sosial.

Disamping hak-hak anak tersebut, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, memberikan berkewajiban bagi setiap anak untuk :

1. Menghormati orang tua, wali dan guru.

2. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman.

3. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

4. Melaksanakan etika dan aklak yang mulia.

Orang tua (ayah dan ibu) terhadap anak-anaknya berkewajiban untuk :

- mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak;

- menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; dan

mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Disamping itu orang tua bertanggungjawab terhadap kesejahteraan anak, orang tua

adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara

rohani, jasmani maupun sosial, orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya tersebut

yang mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat

dicabut kuasa asuhnya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini ditunjuk orang atau

badan sebagai wali.

Dengan dipenuhi aspek kesejahteraannya, maka anak akan tumbuh dan berkembang

menjadi generasi penerus yang dapat diharapkan sebagai tiang dan pondasi orang tua, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Menjadi kewajiban bagi orang dewasa baik orang tua, keluarga,

masyarakat maupun bangsa untuk memberikan jaminan, memelihara dan mengamankan

kepentingan anak karena kewajiban inilah maka yang bertanggung jawab tersebut wajib pula

melindunginya dari gangguan-gangguan yang datang dari luar maupun dari anak itu sendiri.

Page 18: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Pengasuhan anak, terutama menjadi kewajiban dan tanggungjawab orang tua di lingkungan

keluarga, akan tetapi demi untuk kepentingan kelangsungan tata sosial maupun untuk

kepentingan anak itu sendiri, perlu ada pihak yang melindunginya. Apabila orang tua sudah

tidak diketahui adanya atau nyata-nyata tidak mampu untuk melaksanakan hak kewajibannya,

maka dapatlah pihak lain baik karena kehendak sendiri maupun karena ketentuan hukum

diserahi hak dan kewajiban itu.1

Ketentuan mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anak menurut

undang-undang perlindungan anak dan undang-undang kesejahteraan anak tersebut

sangatlah jelas, bahwa anak sepantasnya mendapatkan perlindungan dari kedua orang tuanya,

dan mendapatkan apa yang menjadi hak anak, selain itu orang tua juga mempunyai kewajiban

memenuhi apa yang telah tertulis dalam undang-undang perlindungan anak dan undang-undang

kesejahteraan anak. Disebutkan di atas bahwa orang tua berkewajiban untuk mengasuh,

memelihara, mendidik dan melindungi anak dan bertanggung jawab terhadap terwujudnya

kesejahteraan anak baik rohani, jasmani maupun sosial apakah kewajiban dan tanggung jawab

tersebut dapat terpenuhi apabila kedua orang tua selalu bertengkar dan menginginkan terjadinya

perceraian ? Anak dalam kesehariannya akan menderita secara batin, karena tiap hari yang

terjadi dirumah adalah mendengarkan kedua orang tuanya bertengkar, kalau terjadi hal seperti

itu apa yang tertulis dalam undang-undang perlindungan anak dan undang-undang kesejahteraan

anak tidak dilaksanakan oleh orang tua dengan baik.

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2 Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang ada dalam masyarakat dan

diakui dengan sah oleh seluruh masyarakat, sehingga masalah perkawinan akan selalu

merupakan hal yang sangat baik dalam kehidupan nyata ditengah-tengah masyarakat maupun

dalam peraturan hukum. Pada prinsipnya tujuan suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang

laki-laki dan seorang wanita adalah untuk membentuk suatu rumah tangga keluarga yang kekal

dan bahagia dan berlanjut sampai akhir tua hingga dipisahkan oleh kematian.

1 Abdussalam. 2007. Hukum Perlindugan Anak, Restu Agung, Jakarta, 2001, hlm. 24 2 Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundang-undangan, Hukum Adat, Hukum

Agama, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 168

Page 19: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Perlindungan terhadap lembaga perkawinan sebagai lembaga yang sakral

mengakibatkan adanya campur tangan Negara dalam masalah perkawinan, melalui banyaknya

ketentuan yang mengatur formalitas yang mendahului maupun yang menyertai pelaksanaan

perkawinan. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa lembaga perkawinan bukan urusan pribadi

suami-isteri semata-mata, melainkan juga melibatkan kepentingan umum, itulah sebabnya ada

banyak segi publik di dalam ketentuan tentang perkawinan.

Perkawinan menimbulkan hubungan-hubungan hukum dengan akibat-akibat hukum

yang komplek, antara lain timbulnya hubungan-hubungan suami istri, hubungan antara anak dan

orang tua, hubungan antara kekayaan perkawinan, dan sebagainya. Hubungan hukum adalah

hubungan antara dua/lebih subyek hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban.3 Dengan

adanya hubungan hukum dan akibat hukum yang komplek ini sering kali dapat menimbulkan

kendala yang kurang baik bagi suami-istri jika hubungan itu tidak dapat segera diatasi oleh para

pihak secara damai, maka akan meningkatkan percekcokan yang tidak jarang berakhir dengan

perceraian, dengan alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami

istri.

Disamping kewajiban yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan Anak kepada

orang tua, dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 45 memberikan pula

kewajiban kepada orang tua yaitu :

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. (2) Kewajiban orang tua yang dimaksud ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin

atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang

bersangkutan tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian

dapat terjadi karena alasan-alasan 1) Salah satu pihak berbuat zina/menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan sebagainya yang sulit untuk disembuhkan, 2) Salah satu pihak meninggalkan

pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang

sah/karena hal lain diluar kemampuannya, 3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5

tahun/hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung, 4) Salah satu pihak

melakukan kekejaman/penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai

3 Soewandi, Materi Bantu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum UKSW, FH UKSW, Salatiga, 2001, hlm 21

Page 20: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

suami istri, 5) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak

ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Dengan alasan-alasan yang ada di atas maka apabila yang dihadapi dalam rumah tangga

adalah hal yang sama dengan alasan-alasan di atas, maka dapat dilakukan perceraian, karena

sudah tidak ada jalan damai yang disepakati, perceraian menurut peraturan hukum Indonesia

dapat dilakukan melalui Pengadilan Negeri, apabila mereka yang mencatatkan perkawinannya

melalui Kantor Pencatatan Sipil (Non Muslim), dan dapat juga melalui Pengadilan Agama,

apabila mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam.

Dalam hubungannya dengan adanya perceraian antara suami isteri yang sudah memiliki

anak, maka masalahnya tidak selesai begitu saja setelah diputuskannya perceraian oleh hakim,

tetapi masih ada permasalahan yang dihadapi akibat dari perceraian tersebut yaitu mengenai

anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut sehubungan dengan adanya kewajiban dan

tanggungjawab orang tua (ayah dan ibu) yang secara tegas telah termuat baik dalam Undang-

Undang Kesejahteraan Anak maupun Undang-Undang Perlindungan Anak yaitu untuk

memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya, sampai anak-anak tersebut kawin

atau dapat berdiri sendiri.

Menurut J Satrio, pada asasnya setiap anak yang belum dewasa dan belum pernah

melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah

perwalian, sehingga mereka yang berada di bawah perwalian adalah:1

a. Anak-anak yag orangtuanya dibebaskan / dipecat dari kekuasaan orang tua. b. Anak-anak yang orangtuanya bercerai. c. Anak-anak yang salah satu atau keduanya meninggal dunia. d. Anak luar kawin. Seorang yang telah ditunjuk sebagai wali, mempunyai kewajiban terhadap diri si anak

yang di dalam Undang-Undang Perkawinan tidak disebutkan secara tegas, tetapi di dalam pasal

50 ayat (2) dikatakan bahwa perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun

kekayaannya. Dari ketentuan tersebut dapatlah ditafsirkan bahwa kewajiban dari wali antara

lain adalah mengurus, memelihara dan mendidik si anak serta seorang wali wajib mewakili si

anak dalam segala tindakan perdata (burgerlijke handelingen) hal yang demikian adalah logis

1 J. Satrio, Asas-asas Hukum Perdata, Hersa, Purwokerto, 1988, hlm.74

Page 21: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

jika dihubungkan dengan ketentuan bahwa anak yang belum dewasa tidak cakap untuk

bertindak dalam hukum.

Berdasar rumusan Pasal 41 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 apabila putus

perkawinan karena perceraian mempunyai akibat hukum terhadap anak, bekas suami/istri dan

harta bersama. Akibat hukum terhadap anak adalah apabila terjadi perceraian, maka baik

bapak/atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata

berdasarkan kepentingan anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai perwalian anak-anak,

pengadilan memberikan keputusan. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya

pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak kenyataannya tidak dapat

memberi kewajiban tersebut maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya

tersebut. Akibat hukum terhadap bekas suami, pengadilan dapat mewajibkan kepadanya

memberikan biaya penghidupan atau juga menentukan sesuatu kewajiban kepada bekas istri .

Masalah yang timbul dari putusnya perkawinan karena perceraian adalah masalah

bagaimana dengan anak-anak yang telah dilahirkan dari perkawinan tersebut, yang oleh

Undang-Undang telah ditetapkan bahwa orang tua dalam hal ini ayah dan ibu mempunyai

kewajiban dan tanggungjawab untuk memelihara anak-anak sampai dengan anak-anak tersebut

kawin atau dapat berdiri sendiri, tidak jarang bahwa dalam masalah perceraian mengenai siapa

yang akan mengasuh anak-anak hasil perkawinan inilah yang justru dapat menjadi masalah

besar bagi pasangan suami istri yang bercerai tersebut, karena baik ayah maupun ibu masing-

masing tentulah amat sayang kepada anak-anaknya, keduanya ingin tetap mengasuh dan

memelihara anak-anaknya, dan dari sisi anak sangat sulit pula untuk menjatuhkan pilihan akan

mengikuti ayahnya ataukah ibunya karena bagi anak figur kedua orang tua yaitu ayah dan ibu

sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Jika terjadi perselisihan

mengenai penguasaan anak yang demikian maka Pengadilan melalui Majelis Hakimnya dapat

memberikan keputusan.

Setiap keputusan yang dijatuhkan oleh hakim adalah suatu puncak dari proses

penegakan hukum, hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan pertimbangan yang

sedapat mungkin memenuhi aspek yuridis, filosofis dan sosiologis. Menurut Satjipto Rahardjo2

bahwa penegakan hukum mencapai puncaknya pada saat suatu kasus disidangkan di

Pengadilan, karena hukum itu muncul di sidang-sidang Pengadilan dalam tindakan para pejabat

2 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1979, hlm. 70-71

Page 22: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

atau pelaksana hukum dalam hubungan-hubungan yang dilakukan dan diantara para anggota

masyarakat sendiri satu sama lain. Dalam kaitan dengan bekerjanya hukum di dalam masyarakat

barulah benar-benar mencerminkan gambaran hukum yang terdapat di dalam peraturan hukum

tersebut.

Memperhatikan hal tersebut lebih lanjut beliau mengatakan bahwa lembaga Pengadilan

tidak dilihat sebagai suatu badan yang otonom di dalam masyarakat melainkan diterima sebagai

suatu badan yang merupakan bagian dari keseluruhan nilai-nilai dan proses-proses yang bekerja

di dalam masyarakat tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan melihat Pengadilan sebagai suatu

lembaga yang menerima bahan-bahan serta tugas-tugas yang harus digarap yang datangnya dari

masyarakat, yang setelah diolah menghasilkan ”barang” yang disebut keputusan, Sehingga

dalam mengambil putusan tersebut tentu saja terdapat berbagai faktor dan keadaan yang harus

diperhatikan.3

Hakim harus mengadili perkara berdasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, juga

berdasarkan atas keyakinan yang seadil-adilnya dan sejujur-jujurnya dengan mengingat akan

kebebasan yang dimiliki hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara.4

Peneliti tertarik untuk mengamati permasalahan penetapan perwalian anak dalam

perceraian di pengadilan negeri karena dalam beberapa putusan baik tingkat banding maupun

kasasi yang telah menjadi Yurisprudensi di Indonesia menyatakan bahwa dalam hal terjadi

perceraian, anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan kasih sayang dan perawatan ibu,

perwaliannya patut diserahkan kepada ibunya (Putusan Mahkamah Agung No. 239 K/Sip/1968)

kemudian dinyatakan bahwa demi kepentingan anak yang belum dewasa dalam hal putusnya

perkawinan karena perceraian, maka pemeliharaan si anak tersebut diserahkan kepada si ibu

(Putusan PT Semarang No. 96/1970.Pdt/PT Smg) dan selanjutnya dinyatakan berdasarkan

Yurisprudensi mengenai perwalian anak, patokannya ialah bahwa ibu kandung yang

diutamakan, khususnya bagi anak-anak yang masih kecil, karena kepentingan anak yang

menjadi kriteria (Putusan Mahkamah Agung tanggal 24 April 1975 No. 102K/Sip/1973).

Namun dalam beberapa putusan hakim di pengadilan negeri, tidak menutup

kemungkinan terdapat pula putusan hakim yang tidak sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung

tanggal 24 April 1975 No. 102K/Sip/1973 itu, seperti halnya Hakim pada Pengadilan Negeri

3 Ibid, hlm. 54 4 Achmad Ali, Sosiologi Hukum : Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Pusat STIH “IBLAM”, Jakarta, 2004,

hlm. 234

Page 23: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Amlapura telah memberikan putusan menunjuk ayah sebagai pemegang hak perwalian anak

karena perceraian.

Lebih dari itu adanya azas yang banyak dipertimbangkan hakim sesuai kebebasan yang

dimiliki hakim, maka hakim boleh memberikan putusan sendiri, dalam hal ini adalah untuk

menentukan hak wali asuh atas anak yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

jiwa anak. Hakim kurang baik jika memutuskan suatu perkara selalu menggunakan alasan-

alasan yang jauh dari keadilan, dan tidak baik jika hanya mendasarkan keyakinan kepada

praduga-praduga tanpa pembuktian di persidangan sehingga diperoleh keyakinan yang berdasar

hukum, berdasar etika agama dan berdasar keadilan sosial.5

Hakim sebagai pembuat keputusan harus memiliki pemahaman, wawasan, serta

kepekaan terhadap hukum, dengan tepat berpijak pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta nilai-nilai yang bersumber dari keyakinan hati nuraninya.6 Seorang hakim dapat

memenuhi fungsi-fungsinya, sehingga hakim tidak akan lagi menggunakan alasan-alasan klise,

antara lain; (a) bagi anak usia balita atau belum umur 8 tahun perwaliannya jatuh ibunya, (b)

bagi pihak bapak hanya dibebani memberi nafkah kepada bekas isteri dan biaya

pemeliharaan anak.7

Berdasar hal-hal di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan pengamatan

terhadap pertimbangan hakim dalam menetapkan hak perwalian anak di Pengadilan Negeri

Amlapura yang tahun 2008 telah memutus perkara perwalian anak karena perceraian tidak

kurang dari 10 kasus.

Penelitian tersebut dengan judul : “PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK PADA PERKARA PERCERAIAN DALAM

RANGKA PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK (Studi kasus di Pengadilan

Negeri Amlapura)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

5 Bagir Manan, Mengadili Menurut Hukum, Majalah Hukum tahun XXI, Varia Peradilan No. 238 November

2005, Jakarta Pusat, hlm. 5-12 6 Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundang-undang, Hukum Adat, Hukum

Agama, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 183 7 Ibid, hlm.189

Page 24: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Mengapa hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam pertimbangannya memberikan penetapan

hak perwalian anak karena perceraian kepada ayahnya ?

Apakah pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian

anak pada perkara perceraian telah sesuai dengan tujuan perlindungan dan kesejahteraan

anak ?

Kesulitan-kesulitan apa yang ditemui hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan

perwalian anak dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak pada perkara perceraian

?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mengapa hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan hak

perwalian anak karena perceraian diberikan kepada ayahnya.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan

status perwalian anak pada perkara perceraian apakah telah sesuai dengan tujuan

perlindungan dan kesejahteraan anak.

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang ditemui hakim Pengadilan Negeri Amlapura

dalam menetapkan perwalian anak dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak pada

perkara perceraian.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran secara ilmiah bagi

ilmu pengetahuan hukum, khususnya dibidang hukum kebijakan publik dalam bentuk

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak

dalam perkara perceraian.

2. Manfaat Praktis

Untuk memberi kontribusi terhadap pemecahan masalah pertimbangan hakim

Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak dalam perceraian.

Page 25: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Kebijakan Publik (Public Policy)

Definisi tentang kebijakan publik ini tidak ada pendapat yang tunggal. Menurut

beberapa pendapat beberapa ahli tentang kebijakan publik sebagaimana diuraikan dalam

Setiono adalah sebagai berikut:8

1. Menurut Carl Friedrich, kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hanbatan, dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2. Menurut Harold D. Laswell, kebijakan publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah.

Menurut David Easton, kebijakan publik adalah sebuah proses pengalokasian nilai-

nilai secara paksa kepada seluruh masyarakat yang dibebankan oleh lembaga yang berwenang

seperti pemerintah.9 Selanjutnya Setiono menyatakan terkadang sebuah proses kebijakan

publik yang ada telah tercapai hasil (out put) yang ditetapkan dengan baik, namun tidak

memperoleh respons atau dampak (out come)yang baik dari masyarakat atau kelompok

sesamanya. Atau sebaiknya sebuah proses kebijakan publik tidak maksimal dalam mencapai

hasil yang telah ditetapkan namun ternyata dampaknya cukup memuaskan bagi masyarakat

secara umum. Kebijakan publik tidak lagi memilih proses internal (yang menghasilkan out

put ) disatu sisi dengan dinamika masyarakat disisi yang lain. Artinya melalui dari perumusan

8 Setiono, Hukum dan Kebijakan Publik (Bahan Matrikulasi Program Studi Ilmu Hukum), Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2007, hlm. 2 9 Ibid, hlm.2

Page 26: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kebijakan publik sampai dengan evaluasi semua elemen yang ada dalam masyarakat harus

dilibatkan secara partisipasif dan emansipatif.

Sehingga dalam konteks ini hasil-hasil yang telah ditetapkan dalam sebuah produk

kebijakan publik adalah hasil pembahasan dan kesepakatan bersama antara rakyat dengan

negara.10

Lebih lanjut menurut Setiono11 hubungan hukum dan kebijakan publik dapat dilihat :

1) Pembentukan hukum dan formulasi publik Hubungan pembentukan hukum dan kebijakan publik itu memiliki keterkaitan yang

sangat erat. Keduanya berangkat pada fokus yang sama dan mberakhir pada muara yang sama pula. Proses pembentukan hukum jelas hasil yang paling utama yang diharapkan adalah terbentuknya sebuah undang-undang yanga akan dijadikan alaat untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat. Sehingga untuk keperluan tersebut sebuah produk hukum haruslah sangat mapan kandungan kelayakan substansial, sosial dan politiknya. Sebab bila sebuah produk hukum tidak memiliki kemapanan yang cukup tersebut maka bukan tidak mungkin justru produk hukum tersebut akan membelenggu dan merugikan masyarakat, sebab di dalamnya banyak paradok-paradok yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini adalah berkaitan dengan sifat hukum itu sendiri yang pada dasarnya dapat dan harus dipaksakan dalam penerapannya. Dan kemampuan konseptual tersebut penting agar dalam pemaksaan dalam penerapannya itu tidak terjadi kerugian-kerugian bagi masyarakat tapi justru dengan pemaksaan itu justru berdampak pada dinamika masyarakat yang lebih teratur dan tertib tanpa satu pihak merugikan pihak lain. Untuk mencapai harapan tersebut maka diperlukan sebuah metodologi yang kuat dalam proses pembentukan hukum. Sesungguhnya kebijakan publik akan sangat membantu memaparkan kandungan yang ada dalam sebuah produk hukum. Dan disinilah hubungan yang paling ideal sesungguhnya antara hukum dan kebijakan publik.

2) Implementasi. Yaitu berkaitan dengan penerapan hukum dan implementasi kebijakan publik dapat

saling memperlancar jalannya hasil-hasil hukum dan kebijakan publik di lapangan. Pada dasarnya di dalam penerapan hukum tergantung 4 unsur yaitu: 1. Unsur hukum Yaitu produk atau teks aturan-aturan hukum yang harus ditata sedemikian rupa

sehingga maksud yang diinginkan oleh pembentuk hukum terealisasi di lapangan. 2. Unsur struktural Yaitu yang berkaitan dengan lembaga-lembaga atau organisasi yang diperlukan

dalam penerapan hukum itu. 3. Unsur masyarakat Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial politik dan sosial ekonomi masyarakat

yang akan terkena damapak atas diterapkannya aturan hukum. 4. Unsur budaya

10 Ibid, hlm. 3 11 Ibid, hlm . 4-9

Page 27: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Unsur ini berkaitan dengan bagaimana isi kontekstualitas sebuah undang-undang yang hendak diterapkan dengan pola pikir, pola perilaku, norma-norma nilai-nilai dan kebiasaan yang ada didalam masyarakat. Unsur budaya dalam penerapan hukum sanagat penting sebab ini berkaitan dengan bagaimana pemahaman masyarakat atas sebuah introduksi nilai yang hendak ditransformasikan oleh sebuah produk hukum atau undang-undang tertentu

Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau suatu perbuatan atau peristiwa tidak

akan mempuyai arti atau bermanfaat apabila tidak diimplementasikan. Implementasi terhadap

kebijakan umumnya masih bersifat abstrak dalam realitas hukum senyatanya, yakni kebijakan

yang berkaitan dengan kebijakan publik. Kebijakan berusaha menimbulkan hasil (outcom)

yang dapat dinikmati terutama oleh kelompok sasaran atau target group. 12

Menurut Esmi Warasih,13 yang mendasarkan pada pendapat Hoowood W. Brian dan

Lewis Gunn mengatakan, membicarakan keterkaitan antara hukum dan kebijakan publik akan

semakin relevan pada saat hukum diimplementasikan. Kegiatan mengimplementasikan

tersebut sebenarnya merupakan bagian dari policy making. Keadaan ini harus sungguh-

sungguh disadari mengingat proses implementasi selalu melibatkan lingkungan dan kondisi

yang berbeda di setiap tempat, karena memiliki ciri-ciri struktur sosial yang tidak sama.

Demikian pula keterlibatan lembaga di dalam proses implementasi selalu akan bekerja dalam

konteks sosial tertentu sehingga terjadi hubungan timbal balik yang dapat saling

mempengaruhi. Secara tradisional, kebijakan publik dikategorikan menjadi tiga aspek.

Pertama, kebijakan substantif misalnya : kebijakan perburuhan kesejahteraan sosial, hak-hak

sipil, masalah luar negeri dan lain-lain, Kedua, kelembagaan misalnya kebijakan legislatif,

kebijakan yudikatif, kebijakan departemen, Ketiga, kebijakan menurut kurun waktu tertentu

misalnya kebijakan masa reformasi, kebijakan masa orde lama, kebijakan masa orde baru.14

Mazmanian & Sabiter dalam Joko Widodo menjelaskan makna implementasi bahwa :

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

12 Joko Widodo, Good Governance Telaah Dari Dimensi : Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era

Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Penerbit Insan Cendikia, Surabaya, 2001, hlm. 192 13 Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, 2005, hlm.

136

14 Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 19.

Page 28: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau timbulnya kejadian-kejadian.15 Keputusan

kebijakan public yang dapat berbentuk Undang-undang, namun dapat pula berbentuk

perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting ataupun keputusan badan

peradilan. Pada umumnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi

dengan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara

untuk menstruktur atau mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah

melalui tahapan tertentu, yang diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian

output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan pelaksananya.

Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabiter dalam Subarsono, ada tiga

kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi yaitu : (1) Karasteristik

dari masalah (tractability of the problems), (2) Karakteristik kebijakan / undang-undang

(ability of statute to structure implementation) dan (3) Variabel lingkungan (nonstatutory

variables affecting implementation).16

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah

jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam Implementasinya. Ada variabel-

variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan itu, baik yang bersifat

individual maupun kelompok atau instansi. Implementasi suatu program melibatkan perilaku

birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok

sasaran. Termasuk dalam hal ini kebijakan publik yang diimplementasikan oleh lembaga

peradilan.17

Kebijakan yang berhubungan dengan nilai keadilan dan penentuan apa yang harus

dilakukan atau tidak dilakukan oleh suatu badan atau perorangan dalam hubungannya dengan

pelaksanaan kebijakan. Pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat atau undang-undang yang

makro atau mendua, sering memaksa terjadinya perbuatan diskresi, untuk memutus apa yang

seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, sehingga diperlukan regulasi

untuk membatasi perilaku dengan sanksi hukumnya.18

Hakikat hukum bertumpu pada idea keadilan dan kekuatan moral, sebab idea keadilan

tidak pernah lepas dari kaitan hukum, dalam hal membicarakan hukum jelas atau samar-samar

15 Joko Widodo, 2001, op cit, hlm. 190 16 Subarsono, 2006, op cit, hlm. 94 17 Ibid, hlm. 87. 18 Ibid, hlm. 107

Page 29: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

senantiasa merupakan pembicaraan mengenai keadilan. Kekuatan moral pun adalah unsur

hakikat hukum, sebab tanpa adanya moralitas maka akan kehilangan supremasi dan ciri

independennya. Keadilan dan ketidak adilan menurut hukum akan diukur dan dinilai oleh

moralitas yang mengacu pada harkat dan martabat manusia.

Adanya keterkaitan antara hukum dan moralitas, melahirkan suatu formulasi bahwa

hukum tidak dapat dilepaskan dari idea keadilan dan konsep-konsep moral agar hukum itu

sendiri tidak tiranik, jahat secara moral dan merenggangkan diri manusia dengan harkat

martabatnya. Pandangan dan teori keadilan tersebut di atas hanya akan memiliki nilai dan

manfaat jika terwujud dalam hukum formal dan hukum materil serta diterapkan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Menurut Amitai Etsioni dalam Solichin Abdul Wahab,19 menjelaskan bahwa :

“Melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-komitmen masyarakat yang acapkali masih kabur dan abstrak sebagaimana tampak dalam nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh para aktor (politik) ke dalam komitmen-komintmen yang lebih spesifik menjadi tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan yang konkrit”.

Berkaitan dengan pembahasan nantinya mengenai putusan-putusan pengadilan dalam

menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian dalam rangka perlindungan dan

kesejahteraan anak di Pengadilan Negeri Amlapura, maka perlu untuk dilihat apakah putusan

hakim / Pengadilan termasuk sebagai kebijakan publik. Mengutip pendapat Riant Nugroho.20

“Yang dimaksud pemerintah dengan mendasarkan pada pengertian “pemerintahan “ dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa yang membuat kebijakan publik adalah pemerintah Negara. Siapakah mereka ? Jika ditingkat nasional adalah seluruh lembaga Negara, yaitu lembaga legislatif (MPR, DPR), Eksekutif ( Pemerintah Pusat, Presiden dan Kabinet), yudikatif ( MA, Peradilan ) dan di Indonesia ditambah lembaga akuntatif ( BPK ). Ditingkat daerah kota, lembaga adminitratur publiknya adalah Pemerintah Daerah Kota dan DPRD Kota. Secara khusus, kebijakan publik sering dipahami sebagai keputusan pemerintah atau eksekutif”

19 Sholichin Abdul Wahab, Public Policy : Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisis Kebijaksanaan

Pemerintah, Airlangga University Press, Surabaya, 1997, hlm. 97. 20 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang, PT. Gramedia, Jakarta, 2006, hlm.

23-24

Page 30: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dalam membahas mengenai bentuk kebijakan publik Riant Nugroho,21 menjelaskan

sebagai berikut :

“ bentuk kebijakan publik mengkaitkan dengan Undang-undang No. 10 / 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-udangan Pasal 7 mengatur jenis dan hierarkhi peraturan perundang-udangan sebagai berikut: 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. 2. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden 5. Peraturan Daerah

Kelima produk tersebut termasuk kebijakan publik dan merupakan bentuk pertama dari

kebijakan publik, yaitu peraturan perundang-udangan yang terkodifikasi secara formal dan

legal. Setiap peraturan dari tingkat “ Pusat” atau “ Nasional” hingga tingkat desa atau

kelurahan adalah Kebijakan Publik. Dalam hubungan ini mereka adalah aparat publik yang

dibayar oleh uang publik melalui pajak dan penerimaan negara lainnya, dan karenanya secara

hukum formal bertanggung jawab kepada publik”

Secara sederhana Riant Nugroho,22 mengelompokkan kebijakan publik menjadi tiga

kelompok yaitu :

a. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum, atau mendasar , yaitu kelima peraturan tersebut diatas.

b. Kebijakan publik yang bersifat meso atau menengah, atau penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, dan Peraturan Wali Kota. Kebijakannya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama atau SKB antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota.

c. Kebijakan publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakannya dari kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakannya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik dibawah Menteri, Gubernur dan Walikota. Ada beberapa perkecualian, kebijakan yang sifatnya makro dan meso kadang bersifat implementasi langsung.

Mendasarkan pada pendapat Riant Nugroho tersebut bahwa kebijakan publik tidak

hanya pada sekedar proses pembentukan kebijakan saja melainkan juga termasuk dalam

implementasi dan evaluasi kebijakan, bahkan pernyataan pejabat publik dan gesture dari

pejabat publik dapat dikatakan sebagai kebijakan publik.

Dalam penelitian ini obyek kajian akan menganalisa putusan pengadilan (Hakim)

dalam menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian dalam rangka perlindungan

21 Ibid, hlm 32 22 Ibid, hlm 32

Page 31: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dan kesejahteraan anak di Pengadilan Negeri Amlapura. Oleh karena hakim sebagai pejabat

negara, hakim juga sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka dengan kedudukan hakim dalam

kelembagaan Pengadilan tersebut bila dihubungkan dengan pendapat Riant Nugroho dan

Mazmanian & Sabiter di atas, hakim berwenang membuat suatu kebijakan dalam arti

kebijakan pada tahap aplikasi.

Selain itu bila dicermati dalam putusan hakim secara substansial selalu terdapat

pertimbangan hukum, pertimbangan hukum dalam setiap putusan hakim tentu akan

menyinggung tiga kaedah hukum, yakni yuridis, sosiologis dan filosofis, sama halnya dengan

kebijakan publik secara substansial juga memuat tiga kaedah hukum tersebut.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa putusan hakim adalah bentuk

implementasi/pelaksanaan Undang-undang (salah satu bentuk kebijakan publik ) merupakan

kebijakan pada tahap aplikasi. Karena kebijakan publik tidak hanya pada sekedar proses

pembentukan kebijakan saja melainkan juga termasuk dalam implementasi dan evaluasi

kebijakan, bahkan pernyataan pejabat publik dan gesture dari pejabat publik pun dapat

dikatakan sebagai kebijakan publik, maka putusan hakim termasuk sebagai suatu kebijakan

publik.

2. Teori Bekerjanya Hukum

Sistem hukum merupakan cerminan dari nilai-nilai dan standar elit masyarakat,

masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan kelompok

mereka. Tindakan apapun yang akan diambil baik oleh pemegang peran, lembaga-lembaga

pelaksana maupun pembuat undang-undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas

kekuatan-kekuatan sosial, budaya, ekonomi dan politik dan lain sebagainya.23

Adapun pengaruh kekuatan-kekuatan sosial yang berpengaruh dalam bekerjanya

hukum ini, mulai dari tahap pembuatan undang-undang, penerapannya dan sampai kepada

peran yang diharapkan, merupakan suatu proses sosial yang secara jelas Robert B. Seidman

menggambarkannya dalam bagan berikut ini.

23 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1986, hlm. 21

Page 32: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 1. Bekerjanya Hukum

Dari bagan tersebut, tampak peranan dari kekuatan sosial yang tidak hanya

berpengaruh terhadap rakyat sebagai sasaran yang diatur oleh hukum, melainkan juga

terhadap lembaga-lembaga hukum ke dalam ”kekuatan sosial” ini termasuk komplek tatanan

lain yang telah dibicarakan dan dari arah panah-panah tersebut, diketahui bahwa hasil akhir

dari pekerjaan tatanan dalam masyarakat tidak bisa hanya dimonopoli oleh hukum. Tingkah

laku rakyat tidak hanya ditentukan oleh hukum, melainkan juga oleh kekuatan sosial lainnya

yang tidak lain berarti kedua tatanan yang lain. Melihat permasalahan dalam gambaran yang

diberikan oleh Chamblis dan Siedman tersebut, memberi perspektif dalam pemahaman

hukum.24

Hukum sebagai idealisasi memiliki hubungan yang erat dengan konseptualisasi

keadilan secara abstrak dan mewujudkan ide dan konsep keadilan yang diterima oleh

masyarakatnya ke dalam bentuk yang kongkret, berupa pembagian atau pengolahan sumber-

sumber daya kepada masyarakatnya. Hal demikian itu berkaitan dengan perkembangan

masyarakat atau negara yang berorientasi kesejahteraan dan kemakmuran. Bagan itu

diuraikan di dalam dalil-dalil sebagai berikut :

24 Ibid, 1986, hlm. 21

Lembaga Pembuat Peraturan

Pemegang Penegakan

Bekerjanya kekuatan-kekuatan personal &

sosial

Bekerjanya kekuatan-kekuatan personal &

sosial

Penerapan sanksi

Umpan Balik

Umpan Balik Umpan Balik Norma

Peran yg dimainkan Norma

Page 33: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan (role

occupant) itu diharapkan bertindak.

b. Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu respon terhadap

peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturn yang ditujukan kepadanya, sanksi-

sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan

sosial, politik dan lainnya mengenai dirinya.

c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respon terhadap

peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada mereka,

sanksi-sanksi, keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya

yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang

peranan.

d. Bagaimana para pembuat Undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-

peraturan yang mengatur tingkah laku, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-

kekuatan sosial, politik, ideologi, dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta

umpan-umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta birokrasi.

Berkaitan dengan bidang penerapan hukum, Gustav Radbruch

dalam Esmi mengemukakan tiga nilai dasar yang perlu mendapat perhatian dari para

pelaksana hukum yaitu nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Nilai dasar

kemanfaatan mengarahkan hukum pada pertimbangan kebutuhan masyarakat pada suatu saat

tertentu, sehingga hukum benar-benar mempunyai peranan yang nyata bagi masyarakatnya

sehingga, kasus yang diajukan bukan semata-mata kasus normatif, tetapi lebih dari itu

merupakan kasus manusia.25

Law cannot de successfully separated from politics, morals, and the rest of human

activities, but is an integral part of web of social life.26 (Hukum berhasil tidak dapat

dipisahkan dari politik, moral, dan sisanya dari aktifitas manusia, tetapi merupakan bagian

integral dari kehidupan sosial)

Max Weber,27 dalam Achmad Ali membahas perkembangan masyarakat dan hukum

dengan membagi menjadi tiga tahap dari form of domination sebagai berikut :

25 Esmi Warasih, loc cit, 2005, hlm. 18 26 Olsen.F. “Feminism and Critical Legal Theory an America Perspective” 18 International Journal of the

Sosiology of Law 1990 at 211. 27 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, 2008, hlm. 216

Page 34: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Tahap Tradisional, dengan bentuk legitimasi tradisional, proses peradilan empiris,

substantive dan personal dengan pemikiran hukum formal irrasional dan substantive

rasionality.

b. Tahap kharismatik, dengan bentuk legitimasi otoritas yang kharismatik dengan kesetiaan

personal, tidak mengenal administrasi hanya mengenal rutinitas dari kharisma dengan

bentuk proses peradilan pewahyuan, empirical justice formalism pemikiran hukum formal

irrasional, substantive irrasional.

c. Tahap rasional legal, dengan bentuk legitimasi rasional legal otoritasnya bersumber pada

sistem hukumnya yang diperankan secara rasional dan sadar, administrasi birokrasi dan

profesionalisme dengan proses peradilan secara rasional mengenai aturan-aturan yang

abstrak melalui staf yang professional, pemikiran hukum formal rationality (logical formal

rationality)

Hukum agar bisa berfungsi sebagai sarana rekayasa sosial bagi masyarakat biasa dan

masyarakat pejabat sebagai pemegang law enforcement, maka dapat dipakai pula pendekatan

dengan mengambil teori Robert Seidman yang menyatakan bahwa bekerjanya hukum dalam

masyarakat itu melibatkan tiga kemampuan dasar, yaitu pembuat hukum (Undang-undang),

birokrat pelaksana dan masyarakat obyek hukum.28

Constitutional Law’s function is to settle the most basic matters regarding how we

ought to organize society and government.29 (fungsi Hukum Konstitusi adalah untuk

menyelesaikan hal-hal yang paling mendasar tentang bagaimana seharusnya kita mengatur

masyarakat dan pemerintah)

Pada hakekatnya hukum adalah sebagai suatu sistem, maka untuk dapat memahaminya

perlu penggunaan pendekatan sistem. Berbagai pengertian hukum sebagai sistem hukum

dikemukakan antara lain oleh M. Friedman, bahwa hukum itu merupakan gabungan antara

komponen struktur, substansi dan kultur. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang

diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung

bekerjanya sistem hukum tersebut. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem

hukum, berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak

yang mengatur maupun yang diatur. Komponen kultural yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-

28Esmi Warasih, op cit, 2005, hlm 84 29 Larry Alexander, “The Interpretation of constitutions and constitutional Right” Canadian Journal of Law

and Jurisprudence, Juli 2009

Page 35: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum (kultur hukum). Kultur hukum inilah yang

berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah

laku seluruh warga masyarakat. Pelaksana hukum, perilakunya ditentukan pula peranan yang

diharapkan daripadanya, namun bekerjanya harapan itu tidak hanya ditentukan oleh

peraturan-peraturan saja, melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lainnya tapi juga

oleh:30

a. Sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya.

b. Aktifitas dari lembaga-lembaga atau badan-badan pelaksana hukum.

c. Seluruh kekuatan sosial, politik dan lainnya yang bekerja atas diri pemegang peran itu.

Kesimpulannya bahwa ketiga unsur sistem hukum itu adalah:

a. Struktur hukum diibaratkan sebagai mesin.

b. Substansi hukum adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin itu.

c. Kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan

mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan.

Paul dan Dias dalam Esmi Warasih mengajukan 5 (lima) syarat yang harus dipenuhi untuk

mengefektifkan sistem hukum, yaitu:31

a. Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami.

b. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan hukum

yang bersangkutan.

c. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum.

d. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan

dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga harus cukup efektif dalam

menyelesaikan sengketa-sengkata.

e. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga masyarakat bahwa

aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan

yang efektif.

Membicarakan masalah berfungsinya hukum dalam masyarakat, maka biasanya

pikiran diarahkan pada kenyataan apakah hukum tersebut benar-benar berlaku atau tidak.

Dalam teori-teori hukum, ada tiga macam berlakunya kaidah hukum (gelding) yaitu:32

30 Esmi Warassih. 2005. Ibid, Hal. 30 31Ibid, 2005, hlm. 105-106

Page 36: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaedah yang

lebih tinggi tingkatnya, atau bila berbentuk menurut cara yang telah ditetapkan, atau

apabila menunjukan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya.

2. Kaedah hukum berlaku secara sosiologis , apabila kaedah tersebut efektif. Artinya kaedah

tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga

masyarakat (teori kekuasaan), atau kaedah tadi berlaku karena diterima dan diakui oleh

masyarakat (teori pengakuan).

3. Kaedah hukum tersebut berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan cita-cita hukum

sebagai nilai positif yang tinggi.

Kalau ditelaah secara lebih mendalam, maka agar supaya berfungsi, maka suatu

kaedah hukum harus memenuhi ketiga unsur tersebut, hal ini disebabkan antara lain:33

1. Bila kaedah hukum hanya berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaedah

tersebut merupakan kaedah mati.

2. Kalau hanya berlaku secara sosiologis, (dalam arti teori kekuasaan), maka kaedah tersebut

menjadi aturan pemaksa.

3. Apabila hanya berlaku secara filosofis, maka mungkin kaedah hukum tersebut hanya

merupakan hukum yang dicita-citakan.

3. Teori Positivisme Hukum

Menurut pandangan klasik Montesquieu dan Kant, dikemukakan bahwa: “Hakim

dalam menerapkan Undang-undang terhadap peristiwa hukum seseungguhnya tidak

menjalankan peranannya secara mandiri. Hakim hanyalah penyambung lidah atau

corongnya Undang-undang (bouche de la loi), sehingga tidak dapat mengubah kekuatan

hukum undang-undang, tidak dapat menambah dan tidak pula dapat mengurangi.34

Justianus malah mengancam dengan pidana siapa saja yang memberanikan diri menafsirkan

undang-undang. Rousseau dengan teori kedaulatan rakyatnya berpendapat bahwa

kehendak rakyat bersama merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara yang diwujudkan

dalam undang-undang oleh karena itu undang-undang adalah salah satunya hukum dan

sumber hukum dan hakim tidak boleh melakukan pekerjaan pembuat undang-undang,

32Soerjono Soekanto, 1980, Sosiologi Hukum dalam Mayarakat, CV Rajawali, Jakarta, hlm. 13 33Ibid, 1980, hlm. 14 34 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty Yogyakarta, 1996, hlm. 39.

Page 37: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Roberspiere menginginkan yurisprudensi dihapuskan saja.35 Pandangan ini diadopsi oleh

kaum Positivisme yang menyatakan bahwa hukum adalah positivisasi norma-norma yang

telah dirundingkan masyarakat sebagai aturan yang bersifat otonom dan netral. Hukum

merupakan perintah penguasa. Salah satu aliran dalam Positivisme yaitu paham legisme

menganggap hukum adalah UU dan Hakim tidak boleh berbuat lain daripada menerapkan

UU secara tegas.

Aliran hukum positif analistis yang diperkenalkan oleh tokohnya yaitu John Austin

mengembangkan konsepnya dengan dasar fildafat unilitarian. Menurut Austin, hukum

terdiri dari dua jenis hukum Tuhan untuk manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia.

Hukum yang dibuat oleh manusia pun terdiri dari dua jenis yaitu hukum yang sebenarnya

(hukum positif) dan hukum yang tidak sebenarnya (hukum yang tidak dibuat oleh penguasa).

Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur yaitu perintah (command), sanksi (sanction),

kewajiban (duty) dan kedaulatan (sovereignity). Hakikat hukum adalah sebagai perintah dari

penguasa negara. Austin menyatakan: “A law is a command which obliges a person or

persons... Laws and other commands are said to proceed from superiors, and to bind or

oblige inferiors.” Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis dan tertutup.36

Disamping John Austin, Hans Kelsen mengemukakan ajaran hukum murni yang didasari

filsafat neokantianisme. Hans Kelsen menyatakan hukum harus bebas dari anasir non yuridis.

Hukum berkaitan dengan bentuk dan bukan berkaitan dengan isi, karena itu keadilan yang

merupakan isi hukum harus berada di luar hukum. Hukum mengkin tidak adil tapi tetap

merupakan hukum karena dibuat oleh penguasa. Bagi kaum positivist, hukum dan moral

harus dipisahkan dengan tegas.

Menurut Kelsen antara ilmu Hukum yang merupakan usaha untuk memperoleh

pengetahuan hukum positif di satu pihak dengan politik hukum sebagai suatu usaha untuk

menegakkan keadilan di lain pihak harus dibedakan. Kekuatan pengaruh dari ajaran Hans

Kelsen ini terletak pada upayanya yang senantiasa menyingkirkan setiap pertanyaan yang

timbul, baik dari hukum positif pada umumnya maupun dari ajaran Positivisme Hukumnya

sendiri. Positivisme hukum dengan sesungguhnya adalah suatu positivisme karena ia

beranggapan tidak ada tempat bagi teorinya untuk mempermasalahkan pertanyaan-

35Ahmad Ali, 2004, Op.Cit, hlm. 37 36Darji Darmodiharjo dan Sidharta, Dalam Bahan Studi Flsafat Hukum, 1981, hlm. 113

Page 38: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pertanyaan tadi. Dengan begitu, positivisme hukum ini tampaknya seolah-olah menolak

filsafat hukum, namun secara diam-diam menyatakan dirinya sebagai suatu filsafat hukum.

Ajaran filsafat hukumnya adalah mengidentikkan hukum dengan tata hukum dalam versi

undang-undang, hukum yang tertulis, yang merupakan pencerminan dari kehendak serta

oleh penguasa sesuai dengan ajarannya bahwa filsafat hukumnya adalah filsafat hukum

positivistik atau otentik. Dengan demikian, secara teoritis hal in berarti akan berakibat

bahwa para yuris khususnya para hakim tidak akan berdaya untuk membantah jika mereka

diperintahkan melakukan apa saja sepanjang perintah itu datang dari pejabat atau badan

yang memiliki kekuasaan untuk juga memaksakan pelaksanaan perintahnya tersebut.

Dilain pihak, ajaran positivisme hukum dari Hans Kelsen ini mengandung kelemahan :

1) Peraturan-peraturan hukum sebagaimana yang dahulu ada dan sekarang sudah ada serta

akan juga ada di masa yang akan datang adalah dibuat oleh dan diperuntukkan bagi

manusia.

2) Terhadap peraturan-peraturan hukum tadi perlu dilakukan penggarapan secara terus

menerus. Ini perlu dilakukan karena orang yakin bahwa di dalam keseluruhan peraturan-

peraturan hukum ini terdapat juga ihwal yang melawan hukum.

Dengan ajarannya tadi, positivisme hukum dari Hans Kelsen memiliki, baik kekuatan

maupun kelemahannya, sehingga meskipun pengaruhnya sangat kuat bagi kalangan hukum,

namun tidak dapat dipertahankan.

Selanjutnya, H.L.A. Hart,37 menguraikan tentang ciri-ciri pengertian positivisme pada

ilmu hukum dewasa ini sebagai berikut:

1. Pengertian bahwa hukum adalah perintah dari manusia (command of human being); 2. Pengertian bahwa tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum (law) dan moral,

atau hukum sebagaimana yang berlaku/ ada dan hukum yang seharusnya; 3. Pengertian bahwa analisis konsepsi hukum adalah :

a. mempunyai arti penting, b. harus dibedakan dari penyelidikan :

1) historis mengenai sebab-musabab dan sumber-sumber hukum, 2) Sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejala sosial lainnya, dan 3) penyelidikan hukum secara kritis atau penilaian, baik yang didasarkan moral, tujuan

sosial, fungsi hukum dan lain-lainnya.

37Hart, H.L.A., 1975. The Concept Of Law, Oxford University Press London, lihat juga Friedman, Legal

Theory, halaman 287

Page 39: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4. Pengertian bahwa sistem hukum adalah sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup dalam mana keputusan-keputusan hukum yang benar/tepat biasanya dapat diperoleh dengan alat-alat logika dari peraturan-peraturan hukum yang telah ditentukan sebelumnay tanpa memperhatikan tujuan-tujuan sosial, politik dan ukuran-ukuran moral.

5. Pengertian bahwa pertimbangan-pertimbangan moral tidak dapat dibuat atau dipertahankan sebagai pernyataan kenyataan yang harus dibuktikan dengan argumentasi rasional, pembuktian atau percobaan.

4. Teori Sosiological Yurisprudence

Kerinduan akan tegaknya keadilan merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan

bernegara. Oleh karena itu diciptakan institusi hukum yang orientasinya membantu dan

memberikan pelayanan hukum yang memadai pada masyarakat. Berdasarkan pemikiran

tersebut maka berkembanglah ilmu hukum sosiologis (sosiological yurisprudence). Dalam

model tradisional (yurisprudencial) struktur sosial kasus tidak relevan sama sekali. Setiap

kasus dianalisis dalam kevakuman sosial, bahkan merupakan tidak-layakan dan pelanggaran

terhadap hukum itu sendiri, apabila mempertimbangkan karakteristik sosial para pihak

terlibat dalam menangani kasus. Model ini menghormati hukum sebagai proses hukum,

disamping juga mengasumsikan bahwa hukum tetap/konstan, universal dan dapat

diterapkan sama untuk semua kasus.38 Max Weber, dalam Eko Prasetyo mengatakan bahwa:

“Hukum dipengaruhi kepentingan-kepentingan ideal dan cara berpikir kelas-kelas sosial dan kelompok-kelompok yang berpengaruh, terutama kelompok ahli hukum, dengan demikian jika tafsiran undang-undang mengikuti kepentingan dan kekuasaan yang ada dalam bilik kepala ahli hukum maka dalam keadaan demikian hukum terus diombang-ambingkan antara asas kepastian hukum dan keadilan. Bahkan lebih parah lagi hukum menjadi pelayan yang eksistensinya amat tergantung kepentingan dan kekuatan politik yang dominan.”39

Dalam konsep tradisional (Yurisprudential) pada dasarnya hukum berkaitan dengan

aturan, sebaliknya model sosiologis memfokuskan pada struktur sosial kasus yaitu pada

siapa yang terlibat di dalamnya dan bagaimanan kasus ditangani. Dalam model sosiologis,

hukum tidak diasumsikan sebagai sesuatu yang logis, model ini megasumsikan hukum

bervariasi, tergantung pada karakteristik sosial para pihak. Hukum dan masyarakat secara

38Eko Prasetyo, HAM, Kejahatan Negara dan Imperialisme Modal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm.

19-20. 39Donald Black, 1988. Sosiological Justice, Oxfort University Press, New York, hlm 19-21

Page 40: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

sosial saling berhubungan. Setiap analisis kasus hukum dalam vakum sosial tanpa

memandang lokasi dan arahnya dalam ruang sosial tidak lengkap dan tidak cukup.40

Pendasar mahzab ini dapat disebutkan, misalnya Roscoe Pound, Eugen Ehrlich,

Benyamin Cardozo, Kantorowics, Gurvitch dan lain-lain. Inti pemikiran mahzab ini yang

berkembang di Amerika :

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat.

Sesuai di sini berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam

masyarakat.

Mahzab ini hendaknya dibedakan dengan apa yang kita kenal dengan sosiologi

hukum. Yang terakhir sebagaimana telah diuraikan secara singkat pada bagian terdahulu

merupakan cabang sosiologi yang mempelajari hukum sebagai gejala sosial. Sosiologi hukum

tumbuh dan berkembang di Eropa Kontinental. Sebagaimana dijelaskan oleh Roscoe Pound

dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang berjudul “Sosiologi Hukum” perbedaan

antara keduanya ialah bahwa kalau sociological jurisprudence itu merupakan suatu mahzab

dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat

dan sebaliknya sedang sosiologi hukum adalah cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh

masyarakat kepada hukum dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam mayarakat itu

dapat mempengaruhi hukum tersebut di samping juga diselidiki sebaliknya pengaruh hukum

terhadap masyarakat. Yang terpenting adalah bahwa kalau sociological yurisprudence cara

pendekatannya bermula dari hukum ke masyarakat. Sedang sosiologi hukum sebaliknya dari

masyarakat ke hukum.

Mazhab ini mengetengahkan tentang pentingnya Living Law-hukum yang hidup di

dalam masyarakat. Dan kelahirannya menurut beberapa anggapan merupakan suatu

sinthese dari thesenya, yaitu Positivisme hukum dan antithesenya Mazhab sejarah. Dengan

demikian, sociological yurisprudence berpegang kepada pandapat pentingnya, baik akal

maupun pengalaman. Pengalaman ini berasal dari Roscoe Pound yang intisarinya antara lain

: Kedua Konsepsi masing-masing aliran (maksudnya positivisme hukum dan mazhab sejarah)

ada kebenarannya. Hanya hukum yang sanggup menghadapi ujian akal dapat hidup terus.

Yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pernyataan-pernyataan akal

40Ibid,. Halaman 19-20.

Page 41: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

yang berdiri atas pengalaman dan diuji oleh pengalaman. Pengalaman di kembangkan oleh

akal dan akal diuji oleh pengalaman. Tidak ada sesuatu yang dapat bertahan sendiri di dalam

sistem hukum. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal, yang

diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau

mengesahkan undang-undang dalam masyarakat yang berorganisasi politik dan dibantu oleh

kekuasaan masyarakat itu.41

Jadi dengan kata lain janganlah diulangi lagi kesalahan yang dianut para ahli filsafat

hukum abad ke- 18 yang hanya memahamkan hukum sebagai perumusan akal semata-mata

dan sarjana-sarjana hukum mazhab sejarah yang beranggapan bahwa hukum hanyalah

merupakan perumusan pengalaman

5. Pendekatan Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudence)

a. Pendekatan Behavioral Jurisprudence

Ada beberapa aspek yang ditempuh dalam mengkaji putusan pengadilan atau

putusan hakim, hal ini tidak lepas dari studi terhadap perilaku hakim dalam memutuskan

perkara. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa studi ilmu hukum perilaku (behavioral

jurisprudence) adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku aktual hakim dalam

proses peradilan. Tingkah laku tersebut dipelajari dalam interaksi dan interelasinya antara

orang-orang yang terlibat dalam tahap-tahap dalam pengambilan keputusan tersebut satu

sama lain.42 Dengan demikian pusat perhatian bukan pada buku tertulis dan putusan hakim

yang bersikap formal, melainkan pada pribadi hakim dan orang-orang yang terlibat dalam

peranan-peranan sosial tertentu dalam mengambil keputusan hakim. Berdasar pengertian

tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa pendekatan ilmu hukum perilaku berbeda

dengan beberapa pendekatan sebelumnya, baik pendekatan tradisional maupun pendekatan

yang dilakukan oleh penganut ajaran sociological jurisprudence dan legal realism.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa studi ilmu hukum perilaku (behavioral

jurisprudence) adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku aktual hakim dalam

proses peradilan. Tingkah laku tersebut dipelajari dalam interaksi dan interelasinya antara

orang-orang yang terlibat dalam tahap-tahap dalam pengambilan keputusan tersebut satu

sama lain. Dengan demikian, pusat perhatian bukan pada hukum tertulis dan putusan

41Roscoe Pound, The Task of Law- Tugas Hukum, terjemahan Drs. Mohamad Radjab, Bhatara. Jakarta, 1975 42Sajtipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagad Ketertiban, Bacaan Mahasiswa Program Doctor Ilmu Hukum

Universitas Diponegoro, Penerbit UKI Paulus, Jakarta, 2006, hlm. 316

Page 42: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

hakim yang bersifat formal, melainkan pada pribadi hakim dan orang-orang yang terlibat

dalam peranan-peranan sosial tertentu dalam pengambilan keputusan hukum Berdasarkan

pengertian tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa pendekatan ilmu hukum perilaku

berbeda dengan beberapa pendekatan sebelumnya, baik pendekatan tradisional maupun

pendekatan yang dilakukan oleh penganut ajaran sociological jurisprudence dan legal

realism sebagaimana telah diuraikan di depan..

Fokus utama dalam pendekatan ilmu hukum perilaku adalah perilaku hakim dalam

proses peradilan, namun, mempelajari perilaku hakim tidak bisa dilepas – pisahkan dari

sifat-sifat individu yang melekat pada pribadi hakim sebab sikap-sikap tersebut sangat

menentukan perilaku atau tindakan/keputusan. Sehubungan dengan ini Glendon Schubert43

mengemukakan bahwa hakim itu setuju atau tidak setuju terhadap suatu keputusan, bukan

karena mereka melakukan penalaran yang sama atau berlainan, melaikan karena mereka

mempunyai sikap-sikap yang sama atau berlainan. Schubert tampaknya mengabaikan

pendidikan dan lingkungan para hakim yang sama, mengabaikan tradisi yang diajarkan

kepada mereka serta faktor-faktor institusional, seperti stare decisis.

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana interaksi tersebut berlangsung dapat

dibaca pada gambar di bawah ini :

43Antonius. 2007. Hati Nurani Hakim dan Putusannya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 37

Page 43: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

A Physiological

1 psychophysiological

B personality Psycho

Cultural 3

C Cultural

4 socio

cultural

2 Socio

Psychological

D social

Gambar 2

Behavioral View of the Subsystems of any Political

(Including any Judicial) System

Gambar 2 tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Segmen sosiopsikologis

menggambarkan hasil interaksi antara sistem sosial dan sistem atribut-atribut serta

perilaku-perilakunya. Segmen psikokultural mendeskripsikan perpaduan antara sistem

budaya dan sistem kepribadian, mengenai pemahaman atau konsepsi individu tentang

peran atau peran-perannya dan ideologi-ideologi yang diterimanya, Segmen sosiokultural

Page 44: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menyajikan hasil interaksi antara sistem sosial dan budaya, berkaitan dengan pola-pola

dari peran-peran institusional dan fungsi-fungsi output dari akomodasi dan pengaturan

tingkah laku orang lain.47

Sesuai dengan uraian pada gambar 2 tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa ketika seseorang terlempar ke dalam peran politik tertentu, keputusan-

keputusannya di antara kemungkinan-kemungkinan alternatif yang tersedia akan

bergantung pada kesaling-bergantungan kompleks di antara variabel-variabel yang

berbeda.48 Baik variabel yang berasal dari sosiokultural, psikokultural, maupun

sosiopsikologis.

Dari bagan/gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa:

a) Segmen sosiopsikologis menggambarkan hasil interaksi antara sistem sosial dan sistem

atribut-atribut serta perilaku-perilakunya.

b) Segmen psikokultural mendeskripsikan perpaduan antara sistem budaya dan sistem

kepribadian, mengenai pemahaman atau konsepsi individu tentang peran atau peran-

perannya dan ideologi-ideologi yang diterimanya.

c) Segmen sosiokultural menyajikan hasil interaksi antara sistem sosial dan budaya,

berkaitan dengan pola-pola dari peran-peran institusional dan fungsi-fungsi output dari

akomodasi dan pengaturan tingkah laku orang lain

Berkaitan dengan hal itu, Schubert 49 dalam Antonius Sudirman mengemukakan

bahwa hakim berbeda-beda dalam sikap-sikapnya oleh karena masing-masing pada

akhirnya memiliki beberapa hal untuk dipercayainya dan menolak yang lain sebagai hasil

dari pengalaman hidup. Apa yang dipercaya oleh seorang hakim bergantung dari afiliasi-

afiliasi politik, agama dan etnisnya, baik formal maupun bukan kariernya dibidang hukum

sebelum menjadi hakim. Afiliasi-afiliasi yang berhubungan dengan perkawinan, status

sosial ekonomi, pendidikan dan kariernya, pada gilirannya untuk bagian terbesar

dipengaruhi oleh tempat ia dilahirkan, dari orang tua siapa dan kapan akan bertindak

sebagai robot, dalam arti tindakan yang diambil semata-mata sebagai tanggapan atas

47 Ibid, hlm. 46 – 47 48 Ibid, hlm. 47 49 Antonius, 2007, Ibid, hlm. 43.

Page 45: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

rangsangan atau stimulasi sosial, tetapi tindakan tersebut dilakukan sebagai hasil dari

proses intepretasi terhadap stimulasi sosial tersebut.

Ada 3 tipe rasional dalam pengambilan keputusan mengadili, yakni logis,

psikologis, dan nonlogis. Konsep-konsep dalam kolom rasionalitas logis sangat sesuai

dengan pepatah tradisional, hakim-hakim adalah manusia yang telah mendapat suatu

ketrampilan hukum tertentu. Sebagai kelanjutan dari latihan tersebut mereka memperoleh

ketrampilan yang kemudian diterapkan untuk menganalisis fakta-fakta yang ditentukan

secara sosial. Selanjutnya hakim ini bertindak didalam kerangka suatu kaidah tertentu

dengan prosedur mengambil keputusan, ia memberikan keadilan kepada pihak-pihak yang

terlibat dalam menegaskan hukumnya, yaitu hukum yang dianggap mengontrol tingkah

laku orang-orang dalam masyarakat.

Rasionalitas psikologis berada pada posisi kedua tipe rasionalitas tersebut didepan.

Berdasarkan teori ini, hakim-hakim menerima informasi tertentu mengenai kasus-kasus

yang diharapkan dapat mereka putuskan sebagai konsekuensi dari fungsi-fungsi input

sosial yang berasal dari artikulasi, agregasi minat, dan dari interaksi dan komunikasi.

Struktur sosiopsikologi seperti atribu-atribut hakim dan sikap-sikapnya berhubungan

dengan dan bergantung pada fungsi-fungsi input dari sosiologi dan rekrutmen.50

Selanjutnya, persepsi, kognisi, dan mengambilan keputusan merupakan fungsi

kepribadian yang mempengaruhi keadaan-keadaan selanjutnya dalam proses berkelanjutan.

Sruktur kepribadian yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang adalah ideologi

dan peran-peran individu, yang pertama melakukan pola-pola keyakinan, harapan,

kewajiban dan menghubungkan pengetahuan mengenai kehidupan dan dunia nyata, dan

yang terakhir adalah pemahamannya tentang harapan-harapan orang lain dan harapan

mengenai bagaimana ia mengambil keputusan dan keputusan apa yang harus diambil.

Dari sudut pandang psikologi, individu membuat keputusan-keputusan yang berupa

suara-suara dan pendapat-pendapat dan melibatkannya, baik pada akibat maupun umpan

balik dari sebuah komitmen. Dari sudut pandang sosiologi, suatu grup mengakomodasi dan

mengatur minat-minat yang saling berbeda dengan membuat keputusan-keputusan di mana

umpan baliknya bagi grup berupa pengaturan. Dari sudut pandang kultur, institusi

50 Sidharta, Moralitas Profesi Hukum.Suatu Tawaran Kerangka Berfikir. Refika Aditama, Bandung, 2006,

hlm. 118.

Page 46: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mensponsori kebijakan-kebijakan dengan menyediakan umpan balik bagi orang-orang

yang tinggal dalam suatu budaya tertentu dalam bentuk norma-norma. Dari sudut pandang

budaya, fungsi-fungsi output dari pengambilan keputusan seorang hakim merupakan

norma-norma kebijakan yang berhubungan dengan pilihan-pilihannya dan dari sudut

pandang sosiologi, fungsi-fungsi output memasukkan akomodasi dan peraturan-peraturan

minat-minat litigant dan orang-orang yang secara langsung terpengaruh.

Berdasar uraian didepan, ada satu hal yang perlu dikemukakan disini bahwa teori

rasionalitas psikologis menawarkan beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan yang

dapat dipetik, yakni teori rasionalitas psikologis tersebut menekan bahwa keyakinan-

keyakinan pribadi hakim dan pemahamannya tentang harapan-harapan orang lain dan

harapan-harapan sendiri turut menentukan keputusan apa yang harus diambil dan

bagaimana harus mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan pandangan yang

tradisional yang menekan bahwa tindakan hakim harus terikat pada perundang-undangan

dan suatu kaidah tertentu (stare decisis) tentang prosedur pengambilan keputusan.

Hal ini sesuai dengan pandangan penganut teori interaksinisme simbolis yang

mengakui bahwa sifat dasar manusia adalah kreatif dan spontan. Dalam arti manusia dapat

bertindak tanpa melalui penetapan dan pembentukan sebelumnya. Seperti yang

dikemukakan Herbert Blumer, 51 bahwa manusia bukan hanya sebagai organisme yang

memberi tanggapan terhadap pengaruh berbagai faktor atasnya atau melaluinya, manusia

dilihat sebagai organisme yang harus berhubungan dengan apa yang diperhatikannya. Dia

bergulat dengan apa yang diperhatikannya, dengan terlibat dalam proses identifikasi diri

dimana ia menangkap objek yang diperhatikan, mengartikan, dan menggunakan pengertian

tersebut sebagai dasar dari pengarahan tindakannya.

Kebebasan yang dimiliki seorang hakim untuk mengarahkan tindakannya sesuai

dengan kehendaknya dapat berpengaruh pada munculnya perilaku menyimpang. Dalam

arti seorang hakim dapat bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan umum atau norma atau

aturan yang dijadikan pegangan bersama oleh para hakim atau oleh organisasinya.

Berkaitan dengan itu maka teori yang sangat tepat dalam menerangkan teori penyimpangan

(deviant theory), para pemegang peran maupun memberi motivasi, baik yang berkehendak

51 Sidharta. 2006. Ibid, hlm. 121.

Page 47: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

atau tidak menyesuaikan diri dengan norma (conform) maupun yang berkehendak untuk

tidak menyesuaikan diri dengan keharusan norma (nonconform).

Sesuai dengan topik mengenai studi ilmu hukum perilaku ini maka menurut

Antonius Sudirman faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku hukum hakim

atau putusan seorang hakim adalah aspek moralitas atau integritas pribadi hakim, bukan

faktor sistem politik, sistem hukum dan perundang-undangan, birokrasi peradilan, serta

faktor remunerasi atau gaji hakim.52

Lima kriteria kepribadian moral yang kuat yang dimiliki oleh penegak hukum

menurut E. Sumaryono adalah kejujuran, nilai autentik, kesediaan bertanggungjawab,

kemandirian moral, keberanian moral dan kerendahan hati.53

Ciri-ciri kepribadian penegak hukum yang kuat sebagaimana dikemukakan di atas

adalah sesuai dengan Kode Etik Hakim Indonesia, dimana dalam kode etik tersebut

diuraikan sifat dan sikap-sikap yang harus dimiliki oleh Hakim yaitu :

a) Sifat-sifat Hakim.

1) Kartika, yang berarti Hakim harus beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

2) Cakra, yang berarti Hakim harus adil.

3) Candra, yang berarti Hakim harus bijaksana dan berwibawa.

4) Sari, yang berarti Hakim harus berbudi luhur atau berkelakuan tidak tercela.

5) Tirta, yang berarti Hakim harus jujur.

b) Sikap-sikap Hakim.

1) Sikap Hakim dalam kedinasan yang meliputi sikap Hakim dalam persidangan, sikap

Hakim terhadap sesama rekan, sikap Hakim terhadap bawahan/pegawai, sikap

Hakim terhadap atasan, sikap Pimpinan terhadap sesama rekan Hakim dan sikap

Hakim terhadap instansi lain.

2) Sikap Hakim di luar kedinasan, yang meliputi sikap pribadi Hakim, sikap dalam

rumah tangga, dan sikap dalam masyarakat.

b. Hakim dan Masalah Keadilan dan Kepastian Hukum

52 Antonius Sudirman, 2007, Op Cit, hlm. 970 53 E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Kanisius, Yogyakarta, 2002,

hlm. 167-170

Page 48: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Membicarakan masalah keadilan apabila dipilah-pilah maka terdapat beberapa jenis

keadilan tergantung dari kriteria apa yang digunakan untuk membagi keadilan tersebut,

apabila dipandang dari sisi tertentu serta dihubungkan dengan teori-teori tentang keadilan,

maka Aristoteles dalam Munir Fuady telah membagi keadilan dalam 3 kategori yaitu54 :

1) Keadilan kumulatif yaitu merupakan suatu kebajikan untuk memberikan kepada setiap orang haknya atau sedekat mungkin dengan haknya. Aktor yang mengusahakan keadilan kumulatif ini adalah pekerjaannya para hakim, misalnya menjatuhkan hukuman sesuai dengan kesalahannya, sehingga tidak ada orang yang mendapatkan keuntungan atas penderitaan orang lain.

2) Keadilan distributif artinya suatu tindakan yang memberikan setiap orang apa yang patut didapatnya atau yang sesuia dengan prestasinya. Hal ini merupakan pekerjaan yang lebih banyak dilakukan oleh Badan Legislatif, misalnya : hak politik masyarakat atau kedudukan dalam parlemen dapat didistribusikan kepada yang berhak sesuai dengan keadilan distributif ini.

3) Keadilan hukum (legal justice) berarti keadilan telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan ini dapat ditegakkan lewat poses hukum, yang umumnya di Pengadilan.

Sedangkan Roscou Pound melihat keadilan dalam hal hasil-hasil konkrit yang dapat

diberikan kepada masyarakat. Ia melihat bahwa hasil yang diperoleh itu hendaknya berupa

pemuasan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan yang sekecil-

kecilnya.55

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

sebagai hasil revisi Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, Bab IV tentang Hakim dan

Kewajibannya, Pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa ” Hakim wajib menggali, mengikuti

dan memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat” Selanjutnya

dalam penjelasan dari pasal tersebut ” Ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim

sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat”.

Dalam kondisi normal, idealnya setiap hukum (perundang-undangan) termasuk

putusan hakim harus dijiwai oleh ketiga nilai dasar hukum (keadilan, kepastian, dan

kemanfaatan). Namun, realitas menunjukkan bahwa sering kali terjadi pertentangan antara

nilai yang satu dan yang lainnya, misalnya, antara keadilan dan kepastian hukum ataukah

antara kemanfaatan dan kepastian hukum.

54 Munir Fuadi, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007, hlm. 110-111 55 Satjipto Rahardjo, 1982, Op Cit, hlm. 50

Page 49: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Gustav Radbruch,56 menegaskan bahwa di dalam kenyataannya, ketiga unsur

esensial hukum (keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum) sulit terwujud secara

bersamaan, lebih sering terjadi konflik antara ketiganya. Biasanya konflik tersebut timbul

karena dua hal. Pertama, hukum (perundang-undangan) diciptakan untuk melindungi

kepentingan politik (in the interest of politic) bagi kelompok atau golongan tertentu.

Produk hukum seperti ini sejak semula, saat diundangkannya, cenderung mengabaikan

realitas sosial. Konsekuensi logisnya undang-undang tersebut bertentangan dengan rasa

keadilan dalam masyarakat. Kedua, peraturan perundang-undangan yang ada tidak relevan

(lagi) dengan dinamika yang berkembang dalam masyarakat. Mungkin pada saat

diundangkannya dan pada masa awal berlakunya sesuai daengan realitas dan rasa keadilan

dalam masyarakat, tetapi lambat laun dirasakan tidak relevan lagi. Konsekuensinya jika

perundang-undangan tersebut dipaksakan berlakunya, akan menimbulkan kegoncangan-

kegoncangan dalam masyarakat. Dalam konteks ini, akan muncul konflik antara keadilan

dan kepastian hukum.

Apabila dalam kenyataannya telah terjadi pertentangan antara keadilan dan

kepastian hukum, muncul suatu pertanyaan, nilai manakah yang harus didahulukan, apakah

nilai keadilan ataukah kepastian hukum? Menyangkut masalah ini masih merupakan

perdebatan di kalangan penegak hukum. Ada sebagian pakar hukum memilih keadilan

daripada kepastian hukum, sementara yang lainnya lebih memilih kepastian hukum

daripada keadilan, dengan segala argumentasinya masing-masing. Jika penulis disuruh

untuk memilih, kecenderungannya untuk mendahulukan nilai keadilan daripada kepastian

hukum. Mengapa harus keadilan? Karena keadilan merupakan tujuan hukum yang paling

utama, sementara kepastian hukum merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan

keadilan.

Tujuan hukum yang terpenting adalah untuk mencapai keadilan di dalam

masyarakat. Tujuan inilah yang menyebabkan dua hal. Pertama, kaidah-kaidah hukum itu

tidak hanya merupakan kaidah yang sah (mempunyai validity) saja, tetapi juga harus

merupakan kaidah-kaidah yang adil (harus mempunyai value). Kedua, penegakan hukum

dan pelaksanaan hukum itu tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sehingga sama

56 Sidharta, 2006, Ibid, hlm. 125

Page 50: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sekali menghilangkan nilai-nilai etika pada umumnya dan menghilangkan martabat

kemanusiaan sebagai manusia khususnya.

Namun perancangan KUHP Konsep menyadari sepenuhnya bahwa dalam

kenyataannya kedua nilai tersebut, yakni keadilan dan kepastian hukum mungkin saling

mendesak atau terjadinya konflik antara keduanya. Untuk itu, KUHP Konsep berpendirian

bahwa yang diutamakan sejuah mungkin adalah nilai keadilan. Hal ini dapat dilihat dalam

rumusan Pasal 16 KUHP Konsep yang berbunyi dalam mempertimbangkan hukum yang

akan diterapkan, hakim sejauh mungkin mengutamakan keadilan di atas kepastian hukum.

Kemudian, dalam penjelasan Pasal 16 tersebut ditegaskan bahwa keadilan dan

kepastian hukum merupakan dua tujuan hukum yang kerap kali tidak sejalan satu sama lain

dan sulit dihindarkan dalam praktik hukum. Apabila dalam penerapan dalam kejadian

konkret, keadilan dan kepastian hukum saling mendesak, maka hakim sejauh mungkin

mengutamakan keadilan di atas kepastian hukum.

Pada hakikatnya sebagian penegak hukum menghendaki agar perlu terciptanya

keseimbangan antara nilai keadilan (gerech’tigghed) dan kepastian hukum

(rechtsze’kerheid).

6. Teori Interpretasi (Penafsiran)

Hakim dalam memutuskan suatu perkara tidak lepas dari penafsiran atau interpretasi

terhadap suatu ketentuan perundang-undangan. Dalam ajaran tentang penafsiran, memberikan

batasan tentang interpretasi sebagai rekonstruksi pikiran yang tersimpul dalam undang-

undang dan harus dilaksanakan bersamaan untuk mencapai tujuan yakni penafsiran undang-

undang.57 Penafsiran merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam melaksanakan suatu

ketentuan perundang-undangan. Penafsiran otentik yang paling utama, karena penafsiran

diberikan oleh Undang-undang itu sendiri. 58

Guna mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan itu

maka diperlukan interpretasi, yakni berusaha untuk mengerti apa yang dimaksud oleh

pembentuk peraturan perundang-undangan dan mengetahui betul apa dan bagaimana

tujuan akhir itu harus diwujudkan dan yang harus direalisir. Program pelaksanaan, yaitu

57 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2006, hlm. 58 Ibid, 2006, hlm. 57

Page 51: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

rencana yang didukung dengan pendanaan, yang siap untuk diterapkan, haruslah sesuai

dengan ide, keinginan dan motivasi dari pembentuk kebijakan.

Pelaksanaan undang-undang yang efektif adalah implementasi dari sistem hukum

yakni suatu kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan

satu kesatuan yang terorganisasi dan kerja sama ke arah tujuan kesatuan. Unsur-unsur

dalam sistem terjadi hubungan khusus, sehingga memungkinkan penentuan identitas sistem,

sehingga unsur-unsurnya dapat berubah, bahkan diganti tanpa mempengaruhi kontinuitas.59

Berhubungan dengan itu, maka bekerjanya hukum oleh penegak hukum haruslah

menunjukkan rumusan yang jelas dan mudah difahami dan dapat dikerjakan (feasible). Oleh

karena selanjutnya perlu dipersiapkan sikap dan kegiatan yang sesuai dengan teori, yaitu :

1) Kemampuan untuk dapat menjelaskan rumusan-rumusan yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan itu dan dapat dijalankan.

2) Dapat menjelaskan penyelesaian permasalahan yang harus diselesaikan secara hukum

melalui mekanisme penyelesaian perkara.

3) Dalam memahami cara kerja atau mekanisme hukum yang dijalankan oleh penegak

hukum untuk tercapainya tujuan diberlakukan hukum tersebut.

Oleh karena itu diperlukan suatu kesatuan pendapat terhadap hal di mana adanya

fakta atau kenyataan dari berbagai kepentingan dalam menerapkan suatu ketentuan hukum.

Bukan saja kepentingan yang berhubungan dengan permasalahan tertentu dalam suatu

sektor tertentu, akan tetapi seharusnya terdapat suatu kesepakatan tentang apa yang

sebenarnya dikehendaki oleh suatu ketentuan. Dalam praktek penetapan suatu sanksi

pidana atau penelitian yang hendak mengkaji suatu gejala atau sebab musabab suatu

peristiwa hukum, menurut Sudikno Mertokusumo diperlukan penafsiran yang terdiri dari :

(a) penafsiran gramatical, pemberian makna hukum dengan menguraikan menurut bahasa

umum seharí-hari. (b) penafsiran historis, menafsirkan hukum menurut terjadinya dengan

jalan meneliti sejarah terjadinya undang-undang. (c) penafsiran sistematis atau logis adalah

menafsirkan hukum dengan menghubungkannya dengan peraturan hukum lain atau dengan

keseluruhan sistem hukum, (d) penafsiran teleologis atau sosiologis terjadi apabila makna

59 Sudikno Mertokusumo, 2006. Ibid, Hal 19

Page 52: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

hukum itu ditetapkan berdasar tujuan kemasyarakatan atau disesuaikan dengan hubungan

dan situasi sosial yang baru (e) penafsiran komparatif adalah penafsiran dengan

membandingkan untuk mendapatkan kejelasan mengenai status ketentuan undang-undang

untuk mencari titik temu, (f) penafsiran antisipatif atau futuristis adalah mencari pemecahan

dalam peraturan yang belum mempunyai kekuatan berlaku yaitu dalam rancangan undang-

undang, (g) penafsiran restriktif adalah untuk menemukan batasan-batasan ruang lingkup

satu ketentuan undang-undang (h) penafsiran ekstensif penafsiran yang memberi

kebebasan kepada hakim sesuai tugasnya berdasar pandangan dan penilaian dan

pertimbangan berdasar nilai masyarakat dan berdasar kelayakan dan kepatutan serta rasa

keadilan.60

Setiap putusan yang terjadi dengan pertimbangan yang masak adalah suatu hasil

pertimbangan argumentasi satu sama lain dan oleh karena itu bernuansa kontradiktif atau

ambivalensi . Dapat ditentukan siapa yang bekerja dengan tanggung jawab akan mengambil

pilihan subyektif dari sejumlah kombinasi. Bahkan terhadap penerapan satu pasal undang-

undang, bisa saja diterapkan berbagai jenis interpretasi, sesuai dengan kebutuhan dan

kasusnya. Dalam penerapannya hakim tidak ditentukan harus menggunakan interpretasi

tertentu. Setiap proses berfikir senantiasa berwujud gabungan. Tidak mungkin dituntut

seorang hakim terus menerus berfikir secara gramatikal atau historis, misalnya atau analogi

dan sebaliknya tidak bisa hakim menolak berfikir analogi dalam seluruh kasus kongkrit.

Hakim dalam menghubungkan antara teks undang-undang dengan suatu peristiwa kongkrit

yang diadilinya wajib menggunakan pikiran dan nalarnya untuk memilih metode penemuan

hukum apa yang paling relevan untuk diterapkan dalam perkara itu. Putusan hakim dapat

dinilai adil dan bermanfaat oleh masyarakat karena telah memenuhi rasa keadilan.

Menurut Sudikno Mertokusumo,61 interpretasi adalah penafsiran oleh hakim, yang

dimaksudkan tidak lain adalah penafsiran atau penjelasan yang harus menuju kepada

penerapan (atau tidak menerapkan) suatu peraturan hukum umum terhadap peristiwa

konkrit yang dapat diterima oleh masyarakat. Ini bukan berarti sekedar menerapkan

60 Sudikno Mertokusumo, 2006. Ibid, hlm. 57-64 61 Sudikno Mertokusumo, 2006. Ibid, Hal 61

Page 53: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

peraturan, bukan sekedar melakukan subsumpsi. Interpretasi merupakan batasan yang

digunakan dalam proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris atau

kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh indera.62

Pengertian lain tentang interpretasi dikemukakan oleh Bimo Walgito yaitu,

interpretasi merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

reseptornya. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi di seluruh aktifitas individu

yang memperhatikan sesuatu. Tanpa adanya perhatian maka tidak akan terjadi interpretasi.

Pada awal pembentukan interpretasi, orang lebih menentukan sesuatu hal yang akan

diperhatikan. Interpretasi terdiri dua aspek yaitu aspek sensualisasi dan aspek observasi.63

Hasil akhir dari interpretasi merupakan kesadaran individu terhadap keadaan sekelilingnya

dan mengenali keadaan tersebut. Interpretasi dapat menentukan pola tingkah laku dan

perbuatan seseorang, sehingga interpretasi berperan sangat penting dalam aktifitas

kehidupan sehari-hari.

Interpretasi merupakan hasil pengolahan data yang dapat diperoleh dari pengalaman

dan pengamatan yang bersifat selektif, karena tergantung pada kepentingan individu.

Interpretasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) interpretasi merupakan hasil

pengamatan, dan (2) interpretasi merupakan hasil pemikiran dan hasil pengolahan akal

terhadap data indrawi atau sensor stimuli yang diperoleh dari pengamatan. Interpretasi

individu akan berbeda, perbedaan interpretasi ini dipengaruhi oleh ketajaman alat indra dan

akal dalam mengolah data serta faktor lain yang berasal dari individu itu sendiri maupun dari

luar lingkungan individu tersebut.

7. Perwalian dan Perlindungan Kesejahteraan Anak.

a. Perwalian Anak

1) Kekuasaan Orang Tua

Menurut KUH Perdata (BW) selama perkawinan bapak dan ibu, setiap anak

sampai mereka dewasa tetap bernaung di bawah kekuasaan mereka, sejauh mereka tidak

dibebaskan (Buku I bab XV (pasal 309)).

62 Sudikno Mertokusumo, 2006. Ibid, Hal 56 63 Bimo Walgito. 1993. Pengantar Psikologi Umum, Eresco, Bandung, 1993, hlm. 54

Page 54: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Ayah atau ibu yang melaksanakan kekuasaan orang tua dapat dibebaskan dari

kekuasaan orang tua terhadap semua anak atau terhadap seorang anak atau lebih, atas

permohonan dewan perwalian atau atas tuntutan kejaksaan, bila ternyata bahwa dia tidak

cakap atau tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk memelihara dan mendidik anak-

anaknya dan kepentingan anak-anak itu tidak bertentangan dengan pembebasan itu

berdasarkan hal yang lain.

Jika Hakim menganggap perlu untuk kepentingan anak-anak masing-masing dari

orang tua, sejauh belum hilang kekuasaan orang tua, boleh dipecat dari kekuasaan orang

tua, baik terhadap semua anak maupun terhadap seorang anak atau lebih, atas

permohonan orang tua yang lainnya atau salah seorang keluarga sedarah dari anak-anak

itu sampai dengan derajat keempat atau dewan perwalian, atau kejaksaan atas dasar:

1. Menyalahgunakan kekuasaan orang tua atau terlalu mengabaikan kewajiban

memelihara dan mendidik seorang anak atau lebih;

2. Berkelakuan buruk;

3. Dijatuhi hukuman yang tidak dapat ditarik kembali karena sengaja ikut serta dalam

suatau kejahatan dengan seorang anak di bawah umur yang ada dalam kekuasaannya;

4. Dijatuhi hukuman yang tidak dapat ditarik kembali karena melakukan suatu kejahatan

yang tercantum dalam Bab XIII, XIV, XV, XVIII, XIX, dan XX Buku II KUH Pidana

terhadap seorang di bawah umur yang ada dalam kekuasaannya;

5. Dijatuhi hukuman badan yang tidak dapat ditarik kembali untuk dua tahun atau lebih.

Dalam pasal ini pengertian kejahatan meliputi juga keikutsertaan membantu dan

percobaan melakukan kejahatan (pasal 319a KUH Perdata).

Di dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang

kekuasaan orang tua hanya singkat terutama hanya pasal 47, 48 dan 49. dikatakan bahwa

anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak

dicabut dari kekuasaannya. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan

hukum di dalam dan diluar Pengadilan. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak

atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18

(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila

kepentingan anak itu menghendakinya.

Page 55: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang

anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga

anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang

berwenang, dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal:

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya;

b. Ia berkelakuan buruk sekali.

Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya mereka masih tetap berkewajiban untuk

memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.

Dengan demikian pengaturan tentang kekuasaan orang tua terhadap anak di dalam

Undang Undang No. 1 tahun 1974 tidak sejauh apa yang diatur dalam KUHP Perdata.

Hal mana dapat kita pahami mengapa pembentuk Undang Undang tidak begitu saja

mengangkat aturan-aturan itu dari KUH Perdata, dikarenakan bentuk lembaga hukum

kekuasaan orang tua dimaksud tidak merupakan budaya hukum sebagian besar bangsa

Indonesia. Hal mana berarti jika timbul gugatan masalah kekuasaan orang tua dari pihak

yang berkepentingan dengan meminjam istilah J. Prins ’kebanyakan terserah kepada

hakim, untuk mempertimbangkan dan menetapkan keputusannya.64

2). Perwalian

Mengenai perwalian dalam KUH Perdata diatur dalam Bab XV (pasal 330-418a)

mulai dari pengertian belum dewasa sampai tentang Balai Harta Peninggalan. Di samping

itu ada pula Bab XVI yang mengatur tentang beberapa ketentuan mengenai anak belum

dewasa menjadi dewasa (pasal 419-432 KUH Perdata), dan Bab XVII tentang

pengampunan bagi orang dungu, sakit otak atau mata gelap (pasal 433-462 KUH

Perdata).

Pasal 330 KUH Perdata mengatakan bahwa yang dikatakan ’belum dewasa’

adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan belum pernah kawin. Jika

perkawinan mereka putus sebelum mereka berumur 21 tahun maka yang telah kawin itu

tidak kembali lagi menjadi belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak berada

di bawah kekuasaan orang tua berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara

sebagaimana diatur dalam bab tersebut.

64 Prins. Parker. 1998. Tentang Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia.hal 32.

Page 56: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Dalam setiap perwalian, kecuali yang ditentukan dalam pasal 351 dan 361 KUH

Perdata hanya ada satu orang wali (pasal 331). Jika salah satu dari kedua orang tua wafat,

maka perwalian terhadap anak belum dewasa yang sudah kawin, demi hukum dipangku

orang tua yang hidup terlama, kecuali ia dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang

tua (pasal 345). Masing-masing orang tua yang melakukan kekuasaan orang tua atau wali

bagi seorang anak atau lebih, berhak mengangkat seorang wali bagi anak-anak itu, jika

perwalian itu setelah wafat, tidak harus dilakukan oleh orang tua yang lain (pasal 355).

Setiap wali harus memelihara dan mendidik anak belum dewasa sesuai dengan

harta kekayaannya, ia juga harus mewakilinya dalam segala tindak perdata. Si anak yang

belum dewasa harus menghormati walinya (pasal 383). Wali harus mengurus harta

kekayaan anak belum dewasa sebagai bapak rumah yang baik dan bertanggung jawab

atas biaya rugi dan bunga yang timbul karena pemeliharaannya yang buruk (pasal 385).

Di dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang diuraikan hanya tentang

perwalian pada Bab XI (pasal 50-54) dengan tambahan sedikit tentang pembuktian asal

usul anak dalam Bab XII ketentuan-ketentuan lain (pasal 55). Jadi Undang Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tidak sampai mengatur tentang Perwalian oleh Perkumpulan,

Perwalian Pengawas, Pengampuan dan Balai Harta Peninggalan.

Pada dasarnya setiap anak yang belum dewasa dan belum pernah melangsungkan

perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah

perwalian. Dengan demikian menurut J Satrio, mereka yang berada di bawah perwalian

adalah.65

a. Anak-anak yang orang tuanya dibebaskan/dipecat dari kekuasaan orang tua. b. Anak-anak yang orang tuanya bercerai. c. Anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya meninggal dunia. d. Anak luar kawin.

Yang dapat diangkat sebagai wali adalah orang-orang yang cakap untuk

bertindak, tidak dicabut atau dibebaskan dari kekuasaan orang tua atau perwalian. Syarat

kecakapan bertindak kiranya merupakan syarat yang logis, mengingat bahwa kewajiban

wali justru untuk mewakili si anak belum dewasa dalam segala tindakan perdata, dengan

demikian orang gila dan anak di bawah umur tidak dapat ditunjuk sebagai wali.

65 J. Satrio, 1988, loc. cit

Page 57: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Mengenai kewajiban dari seorang wali di dalam Undang-undang Perkawinan

tidak disebutkan secara tegas namun apabila memperhatikan ketentuan pasal 50 ayat (2)

yang mengatakan bahwa perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan

maupun kekayaannya. Dari kata-kata ”mengenai pribadi anak yang bersangkutan” dapat

ditafsirkan bahwa kewajiban dari wali adalah mengurus kepentingan diri si anak mulai

dari mengasuh, memelihara, serta memberi pendidikan serta bimbingan agama, serta

pengobatan dan pemenuhan segala kebutuhan anak lainnya. Semua pembiayaan

hidup tersebut adalah menjadi tanggungjawab si wali. Sedangkan perwalian terhadap

harta benda atau kekayaannya adalah dalam bentuk mengelola harta benda si anak

secara baik dengan mewakili si anak dalam segala tindakan perdata (burgelijke

handelingen).

Terhadap pengelolaan harta benda si anak ini seorang wali bertanggungjawab

atas kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelalaiannya, seorang wali yang

telah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang berada di bawah

kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan keputusan

pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut.

Perwalian yang timbul demi hukum, adalah dalam hal seorang suami/istri

meninggal dunia, maka suami/istri yang hidup lebih lama demi hukum menjadi wali atas

anak-anaknya yang belum dewasa. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan tidak menyebutkan secara tegas, tetapi mengingat bahwa anak yang tidak

berada di bawah kekuasaan orang tua berada di bawah perwalian, sedang ”orang tua”

tidak ada lagi karena salah satu dari suami/istri meninggal dunia, maka dapat ditafsirkan

bahwa ayah/ibu yang masih hidup demi hukum memangku jabatan perwalian.

Disamping itu mengingat ketentuan pasal 43 Undang-undang Perkawinan yang

menjelaskan bahwa anak luar kawin demi hukum mempunyai hubungan hukum dengan

ibu yang melahirkannya, maka kiranya logis bahwa anak-anak yang tidak dapat diakui

oleh ayah biologisnya, maka berdasarkan pasal 43 Undang-undang Perkawinan, anak

semacam itu di bawah perwalian ibunya.

b. Perlindungan Kesejahteraan Anak

Dalam Amandemen kedua Undang Undang Dasar 1945 yang disahkan tanggal 18

Agustus 2000 pada Bab XA tentang hak Azasi manusia berisi ketentuan mengenai Hak

Page 58: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Anak yang berkenaan dengan Hak Hidup (pro-life) bahwa hak untuk hidup, hak untuk

tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak

azasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun juga (pasal 28 i).

Pengertian diatas sangat penting sekali dalam kaitannya dengan hak anak dalam bidang

hukum dan dalam aspek perlindungan anak. Anak dalam pemaknaan yang umum

mendapat perhatian tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan (the body of knowledge),

tetapi juga ditelaah dari sudut pandang sentralistis kehidupan, seperti agama, biologis,

sosial dan juga hukum.

1) Pengertian Anak.

Menurut Konvensi Hak Anak PBB ”anak” adalah setiap manusia yang berusia

dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang Undang yang berlaku bagi anak

ditentutan batas usia dewasa dicapai lebih awal. PBB menetapkan usia dibawah 18

tahun sebagai anak namun tetap memberi ruang bagi masing masing negara untuk

menentukan batasan ”anak” tersebut namun ditekankan agar menyelaraskan dengan

Konvensi Hak Anak PBB.

Disamping itu pengertian ”anak” dalam hukum Perdata dipandang sebagai

subyek hukum yang belum cakap/belum mampu melakukan perbuatan hukum. Pasal

330 ayat 1 KUH Perdata berbunyi bahwa yang belum dewasa adalah mereka yang

belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya.

Dalam Undang UndangNo.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pengertian

anak/belum dewasa adalah belum berusia 18 tahun ( pasal 50 ayat 1 Undang

UndangNo.1 tahun 1974 ) dan dalam pasal 7 menyebutkan bahwa batas usia minimum

untuk dapat kawin adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk

perempuan/wanita.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak,

menentukan dalam pasal 1 angka 2, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur

21 (dua puluh satu ) tahun dan belum pernah kawin.

Selanjutnya Undang Undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

menentukan batasan umur ”anak” adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

Page 59: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan (pasal 1 Undang Undang No.23

tahun 2002).

Bahwa yang menjadi permasalahan adalah ternyata masih ada perbedaan

batasan usia anak yang diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada

di Indonesia yang disebabkan karena belum adanya unifikasi tentang hukum anak di

Indonesia dan yang ada masih terkodifikasi dalam berbagai peraturan perundang-

undangan yang berlaku saat ini, hal ini akan dapat menimbulkan kesulitan dalam

pemahaman terhadap hukum anak itu sendiri.66

2) Hak anak menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, hak

anak termuat dalam pasal 2 sampai dengan pasal 8 sebagai berikut:

Pasal 2 :

(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warganegara yang baik dan berguna.

(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Pasal 3 : Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan.

Pasal 4 :

(1) Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara atau orang atau badan.

(2) Pelaksanan ketentuan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 5 :

(1) Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarga dapat tumbuh dan berkembang dnegan wajar.

(2) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

66 Prins. Parker, Ibid, 1998, hlm. 43.

Page 60: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Pasal 6 :

(1) Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.

(2) Pelayanan dan asuhan, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), juga diberikan kepada anak yang telah dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran hukum berdasarkan putusan hakim.

Pasal 7 :

Anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan.

Pasal 8 :

Bantuan dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik dan kedudukan sosial.

3) Hak Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, hak

anak termuat dalam pasal 4 sampai dengan pasal 18 sebagai berikut :

Pasal 4 :

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekeasan dan diskriminasi.

Pasal 5 :

Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

Pasal 6 :

Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

Pasal 7 :

(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri.

(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersbut berhak

Page 61: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8 :

Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

Pasal 9 :

(1) Setiap anak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2) Selain itu anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Pasal 10 :

Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Pasal 11 :

Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuia dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi mengembangkan diri.

Pasal 12 :

Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

Pasal 13 :

(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pemgasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : a. Diskriminasi b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual. c. Penelantaran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e. Ketidakadilan, dan f. Perlakuan salah lainnya

Page 62: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(2) Dalam hal orangtua , wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.

Pasal 14 :

Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Pasal 15 :

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari : a. Penyalahgunaan keadaan kegiatan politik. b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata. c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial. d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan e. Pelibatan dalam peperangan.

Pasal 16 :

(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. (3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan

apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

Pasal 17 :

(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan

dari orang dewasa. b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang

obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. (2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang

berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. Pasal 18 :

Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Page 63: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak

dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi, sedangkan perlindungan khusus adalah perlindungan

yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan

hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara

ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (napza), anak

korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau

mental, anak yang menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah dan

penelantaran. Bahwa yang dimaksudkan dengan situasi darurat disini adalah anak dalam

pengungsian, anak korban kerusuhan, anak korban bencana alam dan anak dalam situasi

konflik atau perang. Jadi Perlindungan Anak sebagaimana diatur dalam Undang Undang

No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini meliputi aspek hukum, agama,

pendidikan, kesehatan dan sosial.

Menurut Gosita67, ruang lingkup hukum perlindungan anak meliputi kegiatan

perlindungan anak, merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum,

sehingga perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak tersebut dan

kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak

dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif dalam pelaksanaan

kegiatan perlindungan anak.

Undang Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak juga mengatur

tentang Hak dan Kewajiban Anak ( pasal 4 – 19 ), disisi lain Undang Undang ini juga

mengatur Kewajiban dan Tanggung jawab Pemerintah, Negara, Masyarakat, Keluarga

dan Orang tua terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak termasuk menjamin dan

menghormati hak azasinya serta memberikan sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan perlindungan kesejahteraan anak.

B. Penelitian Terdahulu

67 Arif Gosita, Viktimologi dan KUHAP,: Penerbit Akademi Presindo, Jakarta, 1986

Page 64: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1. Penelitian yang dilakukan oleh Volce Verdian,68 hasil penelitian menunjukan bahwa hakim

apabila menghadapi kasus tersebut dan pertimbangan yang diambil sebelum menjatuhkan

putusan dalam menetapkan status perwalian anak dalam perceraian berdasar pada:

a. Putusan yang berhak menjadi walinya, berdasar pertimbangan putusuan yang seadil-

adilnya sehingga tidak akan merugikan salah satu pihak.

b. Hakim memerlukan masukan-masukan dan pengetahuan mengenai kasusnya, sehingga

dalam membuat putusan, tidak merugikan salah satu pihak.

c. Putusan pengadilan mengikat secara hukum para pihak yang berperkara.

Putusan pengadilan menegaskan seperangkat hak, kewajiban dan tanggung jawab yang

diterima bekas suami maupun bekas istri terhadap anak mereka.

2. Penelitian Faradila Mahayu (2006) 69 diperoleh hasil analisa penelitian dapat disimpulkan

bahwa Putusan Hakim Pengadilan Negeri Magelang dalam memutuskan perkara perceraian

mempertimbangkan perwalian anak karena perceraian kedua orang tuanya. Putusan hakim

adalah (a) memberikan hak perwalian anak kepada ibunya dengan pertimbangan bahwa

secara ekonomi ibu si anak mampu untuk menjalankan tugas perwalian. (b) Secara

emosional anak memiliki kecenderungan dan ketergantngan dengan ibunya, berdasar surat

keterangan dokter psikologi, dan (3) kepada bapak diberikan beban untuk memberikan

nafkah pendidikan dan pemeliharaan anak sebesar Rp. 315.000,00 per bulan, dan kewajiban-

kewajiban lain yang bersifat kekeluargaan.

3. Penelitian Suryandari (2007), 70 Putusan Hakim dalam Perlindungan Terhadap Anak Karena

Perceraian di Pengadilan Negeri Pati, mempertimbangkan perwalian anak karena perceraian

kedua orang tuanya. Berdasar pertimbangan hakim selama persidangan diperoleh putusan

hakim adalah (a) memberikan hak perwalian anak kepada ibu si anak dengan pertimbangan

bahwa secara emosional maupun ekonomi ibu si anak mampu untuk menjalankan tugas

perwalian. (b) Jaminan terhadap masa depan anak dalam pengasuhan diberikan kepada

orang yang paling dekat dan mengerti perkembangan anak, dan (3) kepada bapak

68 Volce Verdian, Kajian Pertimbangan Putusan Hakim dalam Penetapan Perwalian Anak di Pengadilan

Negeri Surakarta, Disertasi, Yogyakarta: UGM, 2006, hlm. 29. 69 Faradila Mahayu (2006), Analisis Perlindungan Anak Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Negeri Magelang, Tesis, tidak dipublikasikan. 70 Suryandari (2007), Putusan Hakim dalam Perlindungan Terhadap Anak Karena Perceraian di Pengadilan

Negeri Pati, Tesis, tidak dipublikasikan

Page 65: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

diwajibkan memberikan nafkah pendidikan dan pemeliharaan anak dan kewajiban-

kewajiban lain yang bersifat kekeluargaan.

C. Kerangka Pemikiran

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah memberi wewenang

kepada lembaga peradilan untuk memberikan putusan terhadap adanya perselisihan mengenai

penguasaan anak-anak karena terjadinya perceraian.

Anak adalah kelompok strategis sebagai penerus bangsa yang merupakan amanah,

sehingga menghormati, memenuhi dan menjamin hak anak adalah tanggungjawab negara,

pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Untuk mewujudkan tanggungjawab

kelangsungan hidup bagi anak ini pemerintah telah mengundangkan Undang-undang Nomor 4

Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan anak dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan anak. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang

dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani

maupun sosial. Sedangkan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi

Hakim dalam menentukan hak wali asuh atas anak karena perceraian menggunakan

pertimbangan mendalam sebelum menjatuhkan putusan yang menetapkan siapa yang berhak

sebagai wali atas anak-anak. Untuk menjatuhkan putusan, hakim pengadilan memerlukan

masukan-masukan dan pengetahuan sebagai bahan pertimbangan agar putusan hakim tidak

salah, dapat diterima dan mengikat para pihak yang berperkara untuk menegaskan seperangkat

hak, kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak mereka.

Hakim memiliki persepsi, kognisi, dalam pengambilan keputusan sebagai fungsi

kepribadian yang mempengaruhi putusan hukum. Struktur kepribadian hakim mempengaruhi

pengambilan keputusannya, yakni ideologi dan peran-peran individu, pola-pola keyakinan,

harapan, kewajiban dan hubungan pengetahuan mengenai kehidupan dan dunia nyata, dan

pemahamannya tentang harapan-harapan orang lain dan harapan mengenai keputusan hakim

Page 66: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

yang harus diambil. Putusan hakim mempertimbangkan kekuatan nilai-nilai sosial yang berlaku

dalam masyarakat, sehingga dirasakan oleh pencari keadilan sebagai keadilan berdasar putusan

hakim.

Tugas utama seorang hakim adalah membuat putusan terhadap perkara yang dihadapkan

kepadanya, putusan sebagai produk hukum dari hakim, bagi para pihak merupakan putusan

yang harus dipatuhi. Menurut Glendon Schubert, hakim dalam memutuskan perkara untuk

menetapkan hak perwalian anak berakibat mengikat secara hukum bagi para pihak yang

berperkara. Segmen sosiopsikologis menggambarkan hasil interaksi antara sistem sosial dan

sistem atribut-atribut serta perilaku-perilakunya. Segmen psikokultural mendeskripsikan

perpaduan antara sistem budaya dan sistem kepribadian, mengenai pemahaman atau konsepsi

individu tentang peran atau peran-perannya dan ideologi-ideologi yang diterimanya, Segmen

sosiokultural menyajikan hasil interaksi antara sistem sosial dan budaya, berkaitan dengan pola

dari peran institusional dan fungsi output dari akomodasi dan pengaturan tingkah laku orang

lain.71

Sehingga kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai

berikut:

71 Antonius, loc.cit

UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak UU No. 4 Tahun 1979 TentangKesejahteraan Anak

Pertimbangan Hukum

Teori Glendon Scubert

Sosiopsikologis

Perlindungan dan Kesejahteraan Anak

Psikokultural Sosiokultural

Page 67: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 3.

Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Karakteristik Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian tentang pertimbangan hakim Pengadilan

Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak pada perkara perceraian dalam

rangka perlindungan dan kesejahteraan anak termasuk jenis penelitian hukum sosiologis (non-

dokrinal), sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang deskriptif kualitatif yakni

penelitian untuk memberikan data seteliti mungkin dengan mendeskripsikan pertimbangan

hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak dalam

perceraian.

Mengikuti pendapat Soetandyo Wignyosubroto, ada 5 (lima) konsep hukum

sebagaimana dikembangkan oleh Setiono,72 adalah sebagai berikut:

1. Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal .

2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto dan tersistematisasi sebagai

judge made law.

72 Setiono, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2005, hlm. 20

Page 68: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial

yang empirik.

5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak dalam

interaksi mereka.

Dalam penulisan tesis ini, penulis memakai konsep hukum ke-3 (tiga), yaitu apa yang

diputuskan oleh hakim inconcreto dan tersistematisasi sebagai judge made law. Dalam

penelitian ini penulis mengkaji tentang court behavior, sehingga penelitian ini merupakan

penelitian non doktrinal yaitu setiap penelitian yang mendasarkan atau mengonsepkan

hukum sebagai tingkah laku atau perilaku dan aksi. Tipe kajian ini adalah kajian keilmuan

dengan maksud hanya hendak mempelajari dan bukan hendak mengajarkan sesuatu doktrin.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian anak

dalam perceraian dengan cara penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian

ini karena hal-hal yang diamati terkait langsung dengan permasalahan aktual yang dihadapi saat

ini.

Bogdan dan Taylor,73, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif. Data tersebut berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang

individu secara holistik (utuh). Menurut Lexy J. Moleong,74 mendefinisikan kata-kata dan

tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama.

Nasution,75, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang

dalam hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya.

73 Bogdan & J.Taylor, Pengantar Metoda Penelitian Kualitati, Penerjemah Arief Furchan, Usaha Nasional,

Surabaya, 1992, hlm. 21-22. 74 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm.

157 75 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik, Tarsito, Bandung, 1995, hlm. 5.

Page 69: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Amlapura dengan alasan bahwa di

Pengadilan Negeri Amlapura terdapat data yang penulis butuhkan untuk penelitian ini, terutama

data mengenai pertimbangan hakim dalam menetapkan status perwalian anak dalam perkara

perceraian.

C. Sumber Data

Peneliti menggunakan sumber data yang dapat memberikan data yang dibutuhkan baik

berupa jawaban lisan maupun tulisan. Sumber datanya dapat ditentukan, yakni:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan berupa keterangan

atau informasi yang berhubungan dengan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura

dalam menetapkan status perwalian anak dalam perceraian sesuai perlindungan dan

kesejahteraan anak.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dan dipertimbangkan sebagai acuan

penelitian. Penelitian ini memperhatikan materi penelitian yang dijadikan pokok

pembahasan dan guna menentukan identifikasi data. Adapun meteri penelitian ini dapat

disajikan sebagai berikut:76

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Undang-undang Dasar 1945.

b) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

c) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak

d) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejehteraan Anak.

e) Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

f) Undang-undang No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 2

tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

b. Bahan Hukum Sekunder

76 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 13

Page 70: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Adalah bahan hukum yang terdiri dari referensi baik berupa hasil penelitian,

journal, dokumen dan keterangan yang mendukung dan berhubungan dengan masalah

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian

anak dalam perceraian.

c. Bahan Hukum Tertier

1) Kamus Umum Bahasa Indonesia

2) Kamus Hukum Indonesia

3) Ensiklopedia Hukum Indonesia

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara secara mendalam dan studi dokumentasi sebagai data bantu, pengertian hal tersebut

adalah :

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Data

hasil wawancara dideskripsikan dan ditarsirkan sesuai dengan latar secara utuh, karena kata-

kata tuturan adalah subyek mandiri, sehingga peneliti memperoleh pengertian mengenai

bagaimana subyek menafsirkan sebagian dari dunia.77

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi sebagai pelengkap data primer untuk memperjelas pernyataan.

Penerapan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, putusan pengadilan yang relevan dan

sebagainya.

E. Teknik Sampling / Penentuan Responden

Dalam penelitian ini penentuan sampelnya dilakukan terhadap nara sumber/informan

ditentukan dengan teknik semacam model purposive sampling, yakni nara sumber ditentukan

berdasar karakteristik yang telah diketahui sebelumnya oleh peneliti.

Berdasar teknik purposive sampling tersebut responden/nara sumber penelitian ini

adalah :

1. Ketua Pengadilan Negeri Amlapura.

77 Bogdan & J.Taylor, 1992, op.cit, hlm. 178

Page 71: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2. Hakim yang memutuskan dan menetapkan status perwalian anak dalam perceraian.

3. Para pihak dalam hubungannya dengan penetapan status perwalian anak dalam perceraian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian menentukan dalam metode ilmiah karena dengan

analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian. Menurut Moleong,78 menyatakan bahwa analisis data kualitatif secara induktif

digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang didapatkan dalam teknik pengumpulan data.

Maksud pendekatan induktif memungkinkan temuan penelitian muncul dari keadaan

umum, tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data. Tanpa mengabaikan hal-hal

yang muncul oleh struktur metodologisnya. Analisis terhadap tema pokok, tanpa mengabaikan

hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya. Sebab, tema-tema pokok sering terabaikan,

dikerangkakan ulang atau dibiarkan tidak tampak karena adanya prakonsepsi dalam

pengumpulan data dan proses analisis data yang dikemukakan dalam eksperimen yang deduktif

dan pengujian hipotesis.79

Analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan menggunakan teknik Interpretasi

yakni : (a) untuk mendapatkan pemahaman atas kasus yang ditangani, (b) membangun

hubungan yang jelas antara tujuan penelitian dengan data temuan yang relevan, (c) untuk

mengembangkan teori mengenai struktur fenomenal dalam data tersebut maupun proses-

prosesnya. Selanjutnya dipertimbangkan mengenai putusan pengadilan dengan mengkaji

pertimbangan hakim untuk memutus hak perwalian anak secara umum yakni: (a) adanya itikad

baik dari calon wali anak, (b) kesanggupan calon wali untuk menjadi wali, (c) aspek ekonomi

yang akan menjadi wali dan (d) kemampuan dan jaminan bahwa anak tidak akan terlantar, sehat

dan terjamin pendidikannya.

Analisis penelitian ini menggunakan silogisme induktif – deduktif yakni kajian secara

khusus terhadap kasus-kasus melalui kegiatan interpretasi dengan mempertimbangkan aspek

yuridis, sosiologis dan filosofis sebagai kerja analisis induktif sedangkan penerapan silogisme

deduktif ditunjukkan oleh pertimbangan hakim dalam memutuskan hak perwalian atas anak

karena perceraian berdasarkan kriteria umum.

78 Lexy Mileong, 2007, op.cit, hlm. 296 79 Lexy Mileong, 2007. Ibid, hlm. 298

Page 72: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan metode analisis kwalitatif (non doktrinal), dengan mempertimbangkan

silogisme induktif–deduktif yang diharapkan akan memperoleh kesimpulan adanya

pertimbangan hakim yang memperhatikan perlindungan dan kesejahteraan anak dalam

menetapkan hak perwalian atas anak karena perceraian di Pengadilan Negeri Amlapura.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Organisasi dan Tata Laksana

Peradilan adalah lembaga yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang bertugas

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Page 73: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pancasila, dengan tugas pokok menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan

setiap perkara yang diajukan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal penyelenggaraan administrasi pengadilan, oleh Undang-Undang dibedakan

menurut jenisnya ke dalam administrasi kepaniteraan dan administrasi kesekretariatan, hal

ini dimaksudkan untuk mendukung ketertiban administrasi dalam penyelenggaraan

peradilan.

Pengadilan Negeri Amlapura yang mempunyai wilayah hukum di Kabupaten

Karangasem dengan bagan organisasi sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Amlapura

Sumber:Pengadilan Negeri Amlapura

Badan Peradilan adalah pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang bertugas

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Pancasila, dengan tugas pokok menerima, memeriksa dan mengadili serta

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan tugas lain yang diberikan

kepadanya berdasarkan peraturan perundangan. Memberikan keterangan, pertimbangan

dan nasehat tentang hukum kepada Lembaga Kenegaraan baik di Pusat maupun di

Daerah, apabila diminta. Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan

Ketua

Wakil Ketua

Panitera/Sekretaris

Panitera Muda Pidana

Panitera Muda

Perdata

Majelis Hakim

Wakil Sekretaris Wakil Panitera

Panitera Muda

Hukum

Kelompok Fungsional

- Panitera pengganti - Jurusita

Kaur Keuangan

Kaur Umum

Kaur Kepegawaian

Page 74: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya sesuai dengan kewenangannya,

di tingkat pertama dan memfasilitasi permohonan banding, kasasi, peninjauan kembali.

Perkara Perdata yang ditangani Pengadilan Negeri Amlapura :

Tabel 1.

Jenis Perkara Perdata Gugatan yang ditangani Pengadilan Negeri Amlapura Tahun

2008

NO. JENIS PERKARA JUMLAH

1. Warisan 2 perkara

2. Perbuatan Melawan Hukum 4 perkara

3. Perjanjian 3 perkara

4. Tanah 4 perkara

5. Perceraian 24 perkara

Jumlah keseluruhan 37 perkara

Sumber : Pengadilan Negeri Amlapura, 2008

Jumlah Perkara perdata gugatan yang ditangani oleh Pengadilan Negeri

Amlapura tahun 2008 sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) perkara dengan klasifikasi

perkara Warisan sebanyak 2 (dua)

perkara, Perbuatan Melawan Hukum sebanyak 4 (empat) perkara, perjanjian 3

(tiga) perkara, tanah 4 (empat) perkara, perceraian 24 (dua puluh empat) perkara.

Tabel 2.

Perkara Gugatan Perceraian yang mohon ditetapkan perwalian atas anak, pada

Pengadilan Negeri Amlapura tahun 2008

No. Nomor Perkara Para Pihak Hak Perwalian atas anak diberikan kepada:

1 2 3 4

01. 01/Pdt.G/2008/PN.AP I Gede Wardika Melawan Fauziah Yanti

Tergugat (Ibu)

Page 75: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

02. 09/Pdt.G/2008/PN.AP Ni Luh Asih Melawan I Nyoman Kantun

Tergugat

(Ayah)

03. 11/Pdt.G/2008/PN.AP I Dewa Putu Meneh Melawan Nengah

Sriyati

Penggugat

(Ayah)

04. 13/Pdt.G/2008/PN.AP Ketut Wispada Melawan Ni Made Martini

Penggugat

(Ayah)

05. 16/Pdt.G/2008/PN.AP Ni Made Dewi Indah Melawan I

Wayan Budiarta

Tergugat

(Ayah)

06. 19/Pdt.G/2008/PN.AP Kadek Ade Triati Melawan Wayan Teguh Marda

Tergugat

(Ayah)

07. 21/Pdt.G/2008/PN.AP I Wayan Sunarta Melawan Ni Wayan Carman

Penggugat

(Ayah)

1 2 3 4

08. 28/Pdt.G/2008/PN.AP Ni Gusti Ayu Sumi Melawan I

Gusti Made Suga

Penggugat (Ibu)

09. 34/Pdt.G/2008/PN.AP I Wayan Darma Melawan Ni

Kadek Supartini

Penggugat (Ayah)

10. 37/Pdt.G/2008/PN.AP I Putu Eka Aribawa Melawan Ni

Luh Sugiartini

Penggugat (Ayah)

Sumber: Pengadilan Negeri Amlapura, 2008.

Dari perkara perceraian yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Amlapura pada

tahun 2008 yang berjumlah 24 (dua puluh empat) perkara, 10 (sepuluh) perkara

diantaranya mohon untuk ditetapkan hak perwalian atas anak. Dari 10 (sepuluh) perkara

yang dimohonkan hak perwalian atas anak, maka 8 (delapan) perkara hak perwalian atas

Page 76: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

anak diserahkan kepada ayahnya, sedangkan 2 (dua) perkara hak perwalian atas anak

diserahkan kepada ibunya.

2. Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam pertimbangannya memberikan penetapan

hak perwalian anak karena perceraian kepada ayahnya

a. Maksud Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim dimaksudkan untuk mencapai keadilan dari perkara yang

dipercayakan kepada hakim oleh lembaga pengadilan. Keadilan yang harus diciptakan

menjadi tugas hakim dan merupakan hasil penyerasian antara kepastian hukum dan

kesebandingan hukum. Keadilan itu secara ideal berupa kepastian hukum yakni

pencerminan dari asas neminem laedere, sedangkan kesebandingan hukum merupakan

pencerminan dari asas suum cuiqe tribuere. Pertimbangan hakim dimaksudkan

menyerasikan kedua asas hukum itu, yakni asas neminem laedere yang merupakan

sendi equality, ditujukan terhadap masyarakat umum tanpa kecuali dan merupakan

asas bagi pergaulan hidup. Asas suum cuiqe tribuere merupakan sendi equity yang

diarahkan pada penyamaan apa yang tidak berbeda dan membedakan apa yang tidak

sama. Dalam pergaulan hidup sendiri equity dialami pada hal-hal yang khusus dan

konkrit.

Keadilan yang dimaksudkan adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya

sama, sebab keadilan mewajibkan persamaan seperti itu, dan mengharuskannya. Adil

adalah memelihara hak-hak individu dan memberikan hak kepada setiap orang yang

berhak menerimanya. Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial yang harus dihormati di

dalam hukum manusia dan setiap individu diperintahkan untuk menegakkannya. Adil

adalah memelihara hak atas berlanjutnya eksistensi.

Tujuan pertimbangan hakim adalah melaksanakan kedua asas itu sebagai asas

tepa-salira yakni neminem laedere dan suum cuiqe tribuere yang merupakan kutub-

kutub citra keadilan, maka keadilan sebagai keadaan merupakan keserasian antara

kedua asas tersebut. Sebagai proses, maka keadilan merupakan penyerasian kedua

asas tersebut diatas. Apa yang menjadi haknya orang lain harus diberikan dan

dilindungi sebanding dengan apa yang telah dilakukan atau apa yang telah

diberikannya.

Page 77: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dalam prakteknya hakim di persidangan memandang hukum sebagai norma,

dimana norma adalah aturan atau pedoman hidup tingkah laku manusia. Sehingga

barang siapa melanggar dianggap sebagai manusia yang tidak bermoral (amoral),

sebab yang ditekankan di sini adalah aspek moral dan etika dari manusia. Selanjutnya

agar norma atau hukum dipatuhi tanpa adanya paksaan oleh warga masyarakat maka

perlu diadakan kegiatan sosialisasi (pemasyarakatan). Maksud pertimbangan hakim

juga pada keputusan hukum yang diberikannya dengan mendasarkan pada rasa

keadilan dan mengandung perlindungan kepada para pihak yang berperkara.

Meskipun kepada pelanggar hukum, namun akan merasa bahwa apa yang

dilakukannya sudah sepantasnya menerima sanksi hukum dari hakim.

Wawancara dengan I Made Supartha, Ketua Pengadilan Negeri Amlapura yang

mulai menjadi hakim sejak tahun 1985, pada tanggal 14 Agustus 2009 diperoleh

informasi bahwa:

”Putusan hakim tidak bisa dilepas-pisahkan dari pembicaraan tentang keadilan dan kepastian hukum. Hal ini disebabkan keduanya merupakan unsur yang esensial dalam hukum. Hakim dalam memutus perwalian anak seharusnya non diskriminasi; memfokuskan pada kepentingan yang terbaik bagi anak; berorientasi pada hak untuk hidup bagi anak, mempertimbangkan kelangsungan hidup dan perkembangan si anak, dan penghargaan terhadap pendapat anak”.

Menurut teori Grustav Radbruch mengemukakan bahwa ada tiga nilai dasar yang

harus terdapat dalam hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Artinya,

dalam penegakan hukum, tidak ada pihak dan institusi lain berhak dan mempunyai

kewenangan melakukan intervensi, karena bekerjanya berbagai kekuatan sosial dan

nilai-nilai sosial banyak berpengaruh terhadap terselenggaranya peradilan.

Hakim berbeda-beda dalam sikap-sikapnya oleh karena masing-masing pada

akhirnya memiliki beberapa hal untuk dipercayainya dan menolak yang lain sebagai hasil

dari pengalaman hidupnya. Apa yang dipercaya oleh seorang hakim bergantung dari

afiliasi-afiliasi yang hidup dalam masyarakat (bisa politik; bisa agama dan bisa etnisnya,

baik formal maupun bukan); karier hakim di bidang hukum ketika merintis karier menjadi

hakim. Afiliasi-afiliasi yang berhubungan dengan perkawinan, status sosial ekonomi,

pendidikan, dan pergaulannya, pada gilirannya untuk bagian terbesar dipengaruhi oleh

tempat hakim itu dilahirkan orang tuanya. Dalam menerima pengaruh atau rangsangan dari

Page 78: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

luar, baik dari lingkungan sosial maupun budaya, hakim bertindak semata-mata sebagai

tanggapan atas rangsangan atau stimulus sosial dan dilakukan sebagai hasil dari proses

interpretasi terhadap stimulus sosial tersebut atau pendapatnya terhadap problem dasar

kehidupannya yang diinterpolasikan dalam memberi pertimbangan untuk memutuskan

perkara.

Sementara itu menurut teori hukum, hukum yang baik adalah hukum yang

sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Artinya, tidak ada hukum yang

mengikat masyarakat, kecuali atas dasar kesadaran hukumnya. Kesadaran adalah kata

yang seringkali dengan mudah diucapkan segampang dan semudah para aparat

penegak hukum dalam menerima, memeriksa, memutus/menghukum seseorang

dengan selalu diawali irah-irah ”Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa” tetapi selalu ‘tidak' diakhiri dengan produk keputusan yang mempunyai makna

dan perspektif keadilan.

Sehingga hal yang terpenting di dalam penerapan dan penegakan hukum,

adalah bukan karena hakim mampu melaksanakan kekuasaannya agar suatu peraturan

dapat efektif. Adalah prestasi hakim bilaman suatu peraturan diterapkan sebagai

ekspresi dari peraturan itu dibuat untuk kepentingan dan membuat pihak yang lemah

menjadi tenteram dan tertib. Artinya, peraturan hukum itu baik bilamana hukum itu

dapat mensejahterahkan masyarakat. Tidak pula demi modernisasi hukum atau

modernisasi suatu negara, tetapi di sisi lain membuat masyarakat menjadi korban.

b. Proses Pertimbangan Hakim

Terkait dengan tugas hakim dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yaitu

menerima, memeriksa dan mengadili suatu perkara, tidak lepas dari pelaksanaan

bekerjanya hukum di bidang pengadilan. Pengadilan di sini dimaksudkan sebagai lembaga

penyelesaian sengketa yang dipakai oleh pencari keadilan. Untuk menentukan kinerja

Pengadilan sebagai lembaga penyelesaian sengketa, ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu :

1. Tujuan yang hendak dicapai dengan penyelesaian sengketa itu.

Apabila tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga peradilan itu adalah untuk

mendamaikan para pihak sehingga mereka selanjutnya dapat hidup bersama kembali

setelah sengketa itu, maka penekanannya akan lebih diletakkan kepada cara-cara

mediasi dan kompromi, Sebaliknya apabila tujuan dari lembaga peradilan itu adalah

Page 79: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

untuk melakukan penerapan-penerapan peraturan-peraturan (rule-enforcement), maka

cara penyelesaian sengketa lebih banyak bersifat birokratis dengan sasaran utamanya

adalah untuk menetapkan secara tegas apa yang sesungguhnya menjadi isi dari suatu

peraturan itu serta selanjutnya menentukan apakah peraturan itu telah dilanggar.

2. Tingkat perlapisan di dalam masyarakat.

Di dalam masyarakat yang kurang terlapis dan kurang kompleks atau sederhana akan

cenderung memakai pola penyelesaian sengketa berupa perdamaian. Sebaliknya dalam

masyarakat dengan perlapisan sosial atau golongan yang tinggi dan lebih kompleks,

maka penyelesaian sengketa cenderung pada penerapan peraturan-peraturan dengan

pembebanan sanksi.

Dalam proses pertimbangan yang diberikan oleh hakim, maka hakim harus berbuat

lebih kreatif dengan mencari alternatif-alternatif pengaturan yang lebih baik sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Hubungannya dengan asas “The independent of

judiciary”, maka :

a. Peradilan harus menjamin “fair trial and just trial”.

b. Peradilan harus memberi putusan yang baik (The right decision).

c. Peradilan harus menjatuhkan putusan yang merefleksikan “kepatuhan”.

Melalui proses pemeriksaan suatu perkara maka tahap selanjutnya adalah

menjatuhkan putusan atas perkara tersebut. Putusan Hakim adalah pernyataan hakim

sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan dipersidangan dan

bertujuan untuk menyelesaikan suatu perkara. Putusan yang baik adalah putusan yang

memenuhi rasa aman, nyaman, kedamaian dan keadilan bagi para pihak dan tidak

menimbulkan permusuhan. Adapun upaya untuk menciptakan putusan yang baik harus

memenuhi elemen-elemen sebagai berikut :

a. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam

persidangan selama sengketa itu diperiksa.

b. Pertimbangan ini dapat meliputi pertimbangan tentang duduknya perkara dan

pertimbanagn tentang hukumnya juga pertimbangan fakta-fakta yang ditemukan dalam

persidangan.

c. Alasan hukum yang menjadi dasar dari putusan harus dicantumkan argument yuridis

sehubungan dengan perkara yang diperiksa.

Comment [AH1]:

Comment [AH2]:

Page 80: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

d. Putusan hakim yang baik perlu memperhatikan kebebasan hakim dari pengaruh

kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Prinsip kebebasan ini perlu

sekali dan mutlak dibutuhkan, sebab manakala dihubungkan dengan tugas hakim,

nampaknya ia harus bersikap tidak memihak agar tercipta keadilan.

Pertimbangan hakim dalam memutus perwalian anak akibat perceraian tidak

hanya semata-mata karena faktor material, tetapi lebih bersentuhan dengan rasa

keadilan, harga diri, harkat dan martabat manusia, khususnya wanita sebagai ibu

rumah tangga.

Wawancara dengan Tenny Erma Suryathi, Hakim Pengadilan Negeri

Amlapura, berasal dari Bali (Badung) yang menjalankan tugas sebagai Hakim untuk

yang pertama kali pada tahun 2003 di Pengadilan Negeri Negara (wilayah Propinsi

Bali), juga seorang ibu rumah tangga mempunyai 2 (dua) orang anak laki-laki, pada

tanggal 14 Agustus 2009 diperoleh informasi bahwa:

”Ketentraman adalah suatu keadaan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Demikian halnya dalam rumah tangga, jika rasa tenteram yang didambakan tidak ditemukan dalam rumah tangga sampai dengan suatu keadaan dimana tidak ada harapan untuk rukun, sehingga tujuan dari perkawinan yaitu hidup bahagia dan kekal tidak bisa dicapai, sebaliknya perkawinan dirasakan sebagai penderitaan, maka perceraian menjadi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kaitannya dengan perceraian dari suatu perkawinan yang telah membuahkan anak, maka mengenai masalah perwalian anak dipertimbangkan pada masa depan anak itu dalam asuhan orang tua yang benar-benar mampu lahir batin untuk mengasuhnya, khusus di daerah Bali harus memperhatikan hukum adat yang hidup dalam masyarakat yang menganut sistem kebapaan, dimana keturunan terikat kepada palemahan, pawongan, parahiyangan. Disamping itu harus mempertimbangkan jaminan bahwa penerima hak wali asuh harus benar-benar siap untuk menjalankan fungsinya sebagai wali asuh”.

Apabila masuknya unsur-unsur negatif yang merugikan suatu rumah tangga

dan unsur itu tidak mungkin dihapuskan atau tidak bisa dirubah menjadi kesediaan

memperbaiki hubungan suami isteri, maka baik pihak isteri ataupun suami tidak bisa

menunjukkan rasa tanggungjawabnya dan secara sadar tidak ada kesediaan membuka

diri terhadap penghargaan kepada suami ataupun kepada isteri, maka pengaruhnya

adalah keretakan hubungan dan keutuhan rumah tangga. Suami atau istri tidak

bersedia menghargai dan menggunakan norma-norma dan nilai-nilai dalam

Page 81: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

masyarakat yang biasanya dijunjung tinggi oleh keluarga dalam masyarakat

seringkali tidak akan berpengaruh terhadap keluarga yang goyah itu.

Adanya perubahan persepsi terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam

masyarakat, bisa juga berpengaruh terhadap keutuhan rumah tangga, jika suami

mudah untuk bereaksi. Reaksi suami atau bahkan isteri itu dapat mengenai norma,

sistem nilai, sosial, pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga sosial,

stratifikasi sosial, interaksi sosial dan sebagainya, sehingga kehidupan rumah tangga

menjadi terpengaruh.

Dengan masuknya anasir atau unsur negatif yang berpengaruh terhadap

kehidupan rumah tangga itu, dalam banyak hal dapat mempengaruhi dan merubah

nilai dan norma rumah tangga. Sekalipun perubahan tersebut tidak secara otomatis,

namun ada faktor yang membuat suatu perilaku bahkan tatanan dalam rumah tangga

berubah. Baik faktor yang berasal dari luar nilai dan norma itu maupun faktor yang

berasal justru dari dalam norma itu sendiri.

Faktor yang mendorong perubahan sosial yang berpengaruh dalam kehidupan

rumah tangga adalah kontak dengan budaya lain (cara hidup, cita rasa), sistem

pendidikan yang maju, toleransi terhadap perilaku yang menyimpang, stratifikasi yang

terbuka, penduduk yang heterogen, dan ketidakpuasan intern.

Wawancara dengan Ni Kadek Kusuma Wardani, Hakim Pengadilan Negeri

Amlapura, berasal dari Bali (Karangasem) yang menjalankan tugas sebagai Hakim

untuk yang pertama kali pada tahun 2004 di Pengadilan Negeri Amlapura, seorang ibu

rumah tangga belum mempunyai anak, pada tanggal 14 Agustus 2009. diperoleh

keterangan bahwa:

” Perceraian yang terjadi disebabkan sikap para pihak, moral dan perilakunya dipengaruhi oleh adanya perubahan di luar dirinya (ekstern), misalnya perubahan sosial dalam kehidupan. Faktor di atas menjadi penghambat calon wali asuh dalam menjalankan fungsinya. Pembatasan sikap dalam berhubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan terlambat, sikap masyarakat yang terbuka terhadap perubahan tanpa mampu menyaring aspek-aspek negatifnya, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kekeluargaan, hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, dan mungkin juga adat istiadat yang melembaga dengan kuat”.

Page 82: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Pandangan di atas memang lebih realistis karena berangkat dari perspektif

sosiologis yang digali dari segala sisi dan aspek kehidupan dengan menggambarkan

secara komprehensif pilar-pilar sistem yang merajut bangunan sistem sosial secara utuh.

Dalam pandangan adat suatu perkawinan sedapat mungkin bisa bertahan sampai menjadi

kakek-kakek dan nenek-nenek (kaken-kaken ninen-ninen). Kata perceraian bagi

masyarakat adat adalah suatu kata yang sangat “menakutkan”. Bila toh terjadi perceraian,

itu harus dipandang sebagai suatu musibah yang tidak dapat dihindari dan sama sekali

tidak diharapkan.

Selanjutnya, berbicara masalah pertimbangan hakim dalam memutuskan

perwalian anak karena perceraian, sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pemikiran-

pemikiran tentang bagaimana hakim mampu menentukan siapa paling berhak menurut

hukum untuk menjadi wali asuh anak. Adakalanya kedua pihak sama-sama memiliki

indikasi mampu menjalankan hak wali asuh atas anak-anaknya. Masalahnya bukan

sekedar mencari efektifitas untuk menerapkan hukum, tetapi secara hukum dapat

dipertanggungjawabkan bahwa si ibu atau si ayahlah yang seharusnya memperoleh hak

asuh atas anak karena perceraian itu. Hal ini berhubungan erat dengan usaha yang

dilakukan agar hukum itu benar-benar hidup di dalam masyarakat, dalam artian berlaku

secara filosofis, yuridis dan sosiologis. Berlaku secara filosofis, berarti bahwa hukum itu

berlaku sebagaimana yang dikehendaki atau dicita-citakan oleh masyarakat. Berlaku

secara yuridis, berarti sesuai dengan apa yang telah dirumuskan, dan berlaku secara

sosiologis berarti hukum itu dipatuhi oleh warga masyarakat tersebut.

Pertimbangan hakim yang demikian itu menjadi tepat dan baik jika saja, secara

filosofis, yuridis dan sosiologis; mencerminkan kehendak masyarakat dan nilai-nilai

keadilan yang berkembang dimasyarakat (volonte generale) dan bukan merupakan

pencerminan hak otoriter hakim untuk menentukan yang berhak memperoleh hak asuh

atas anaknya (apakah ibu atau ayah anak). Jika telah terjadi demikian (hakim

memutuskan hak asuh atas anak karena perceraian itu berdasar secara filosofis, yuridis

dan sosiologis), masyarakat akan mematuhi dengan penuh kesadaran karena substansi

hukumnya digali dari nilai-nilai keadilan yang berkembang di masyarakat. Penerima hak

wali asuh benar-benar meyakinkan masyarakat bahwa dirinya berhak untuk itu sesuai

dengan jaminan kemampuan mental dan material.

Page 83: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Pandangan yang lain mengenai pertimbangan hakim adalah pandangan mengenai

penerapan hukum berkaitan erat dengan faktorfaktor, sebagai berikut :

1) Pertimbangan hukum yang umumnya berisi pertimbangan maksud dan tujuan gugatan

penggugat mengenai perceraian dan hak asuh atas anak.

2) Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Artinya

masyarakat mungkin menolak atau menentang atau mungkin mematuhi hukum untuk

menjamin kepentingan mereka.

3) Jangka waktu menanamkan hukum, yaitu panjang pendeknya jangka waktu di mana

usaha-usaha menanamkan hukum itu dilakukan dan diharapkan memberikan hasil.

3. Pertimbangan Hakim dalam Menetapkan Status Perwalian Anak pada Perkara

Perceraian.

a. Bentuk Pertimbangan Hakim

Seperti halnya pada perkawinan, maka pada peristiwa perceraian akan diikuti pula

oleh suatu akibat hukum ( rechtgevolg). Pada suatu perkawinan akibat yang mengikuti

antara lain bagaimana kelanjutan kehidupan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan.

Hakim selalu memberikan saran agar kedua pihak (suami isteri) berdamai, demi anak-

anak atau demi keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga. Apabila keduanya tidak lagi

bisa didamaikan, hakim harus memutuskan perkara tersebut dengan perceraian.

Sedangkan untuk hak wali asuh atas anak kedua pihak, hakim memberikan

pertimbangan. Bentuk pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara, tidak lepas

dari hakikat hukum yang sebenar-benarnya tidak dapat terisolasi dari lingkungan

sosial. Hal ini memberi peluang terbukanya hakim dalam menggunakan hati

nuraninya untuk menilai perundang-undangan yang ada agar dapat diterapkan pada

kasus-kasus konkret. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan penafsiran dan

konstruksi hukum. Langkah ini penting dilaksanakan untuk mencegah penerapan

hukum semata-mata berdasarkan bunyi undang-undang, yang kenyataannya sering

dimanfaatkan untuk melindungi kepentingan kaum yang kuat (powerfull) dan

mengorbankan kaum yang lemah (powerless).

Hakim dalam memberikan pertimbangan hukum terlebih dahulu harus

mengumpulkan bahan-bahan sebagai referensinya yang diperoleh dari para pihak

Page 84: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yang tertuang dalam jawab-menjawab, keterangan dari saksi-saksi yang diajukan oleh

para pihak. Peneliti mengambil satu contoh putusan tentang hak asuh anak karena

perceraian di Pengadilan Negeri Amlapura dalam perkara No. 9/Pdt.G/2008/PN.AP,

dari putusan tersebut diperoleh bahan-bahan sebagai referensi dalam menentukan hak

asuh anak sebagai berikut :

Dalam surat gugatan penggugat, penggugat menyatakan:

- bahwa penggugat mohon ditetapkan sebagai hak wali asuh atas anak-anaknya yaitu: I KADEK RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA, karena anak-anak penggugat tersebut masih memerlukan perawatan dan kasih sayang seorang ibu.

Selanjutnya terhadap pernyataan penggugat dalam surat gugatan ternyata tergugat dalam

jawabannya menyatakan :

- Bahwa sesuai dengan hukum Adat Bali, hak perwalian dan hak asuh atas anak-anaknya adalah menjadi tanggungjawab tergugat sebagai purusa dan tergugat juga menyatakan siap menanggung biaya hidup rumah tangga termasuk kebutuhan anak tergugat yang dikeluarkan oleh Penggugat selama tinggal terpisah dengan tergugat.

Keterangan saksi-saksi yang diajukan di muka persidangan antara lain:

Saksi I Ketut Suasthawan : - Bahwa dari perkawinan antara penggugat dengan tergugat tersebut, telah

lahir 2 (dua) orang anak laki-laki yaitu : - I Kade Rai Subawa. - I Ketut Jaya Kusuma.

- Bahwa penggugat sering datang ke rumah saksi dan mengadukan permasalahannya kepada saksi, dan menurut penggugat Ni Luh Asih yang menjadi masalah dalam rumah tangganya adalah kurangnya tanggung jawab tergugat pada keluarganya.

- Bahwa karena rumah tangga penggugat Ni Luh Asih dan tergugat I Nyoman Kantun sering terjadi keributan, akhirnya diadakan pertemuan antara keluarga penggugat dan tergugat dengan dihadiri klian desa dan pemuka desa lainnya.

- Bahwa dalam pertemuan tersebut tergugat mengakui kesalahannya telah melalaikan kewajibannya dalam rumah tangga.

- Bahwa setelah terjadi percekcokan antara penggugat dengan tergugat, anak mereka mengatakan kepada saksi akan ikut dengan penggugat Ni Luh asih.

- Bahwa akibat percekcokan penggugat dengan tergugat, menyebabkan mental anak pertama mereka agak tertekan.

- Bahwa selama ini yang menanggung kebutuhan keluarga adalah penggugat, termasuk juga untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

- Bahwa tergugat bekerja sebagai nelayan, dan saksi sering melihat tergugat main judi.

Page 85: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Saksi Ni Luh Mariani : - Bahwa saksi sebagai keponakan dari tergugat I Nyoman Kantun pernah

tinggal bersama penggugat Ni Luh Asih dan selama tinggal bersama penggugat Ni Luh asih diperlakukan sangat baik bahkan segala kebutuhan saksi dan biaya sekolah penggugat yang menanggung.

- Bahwa dari perkawinan antara penggugat dengan tergugat tersebut, telah lahir 2 (dua) orang anak laki-laki yaitu : - I Kade Rai Subawa. - I Ketut Jaya Kusuma.

- Bahwa penggugat Ni Luh Asih bekerja di Hotel sangrila, Candidasa. - Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat Ni Luh asih dan tergugat I

Nyoman Kantun tidak pernah harmonis, salah satu sebabnya karena tergugat I Nyoman Kantun tidak pernah memberikan nafkah kepada penggugat Ni Luh Asih dan penyebab lain adalah karena tergugat I Nyoman Kantun sering bermain judi.

Saksi I Nyoman Gemuh :

- Bahwa saksi adalah Kelian Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug. - Bahwa dari perkawinan antara penggugat dengan tergugat tersebut, telah

lahir 2 (dua) orang anak laki-laki yaitu : - I Kade Rai Subawa. - I Ketut Jaya Kusuma.

- Bahwa saksi telah berusaha membujuk penggugat Ni Luh Asih agar mau rujuk dengan tergugat I Nyoman Kantun, namun tidak berhasil.

- Bahwa penggugat Ni Luh Asih pernah mengeluh kepada saksi bahwa suaminya yaitu tergugat I Nyoman Kantun tidak pernah memberinya nafkah keluarga.

- Bahwa penggugat Ni Luh Asih bekerja di Hotel Sangrila, Candidasa sedangkan tergugat sebagai nelayan dan pemandu wisata.

- Bahwa dalam persidangan saksi selaku Kelian Dadia mengajukan surat No. 01/BS/V/2008 yang isinya pada pokoknya mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang lahir dati perkawinan penggugat Ni Luh asih dan tergugat I Nyoman Kantun ditetapkan kepada tegugat I Nyoman Kantun, karena tergugat I Nyoman Kantun selaku purusa.

- Bahwa saksi juga menyerahkan surat pernyataan bermeterai yang dibuat oleh saksi sendiri sebagai kelian dadia yang pada pokoknya menyatakan bahwa I Nyoman Gemuh siap menanggung biaya hidup dan biaya pendidikansampai selesai di bangku SMA yang dibutuhkan oleh anak-anak tergugat yaitu I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma, dana mana akan diambil dari dana koperasi keluarga.

Aspek yuridis dapat diterapkan dengan baik jika hati nurani hakim peka

terhadap nilai kemanusiaan dan nilai keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya, hakim

yang kurang memiliki integritas dan wawasan moral mengenai kemanusiaan akan

menjalankan hukum secara mekanis, menurut apa yang tercantum dalam undang-

Page 86: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

undang saja sehingga berpotensi mengorbankan hakikat hukum dan nilai keadilan

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Faktor yang paling dominan mempengaruhi putusan hakim adalah aspek

moralitas atau integritas pribadi hakim, bukan faktor sistem, baik sistem hukum dan

perundang-undangan, sistem birokrasi peradilan, serta faktor remunerasi atau gaji

hakim. Sebab hakim yang memiliki moralitas yang tinggi mampu membedakan

perbuatan mana yang baik dan yang buruk, perbuatan yang benar dan yang salah,

serta perbuatan yang adil dan tidak adil. Karena itu pula, sang hakim tersebut berani

dan mampu menegakkan misi lembaga peradilan untuk menegakkan hukum dan

keadilan meskipun aspek-aspek lainnya (seperti sistem politik, sistem hukum dan

perundang-undangan, remunerasi, dan birokrasi peradilan) tidak memberikan

dukungan yang berarti, bahkan menghambat tugasnya. Selain itu hakimpun siap

menerima segala konsekuensi yang timbul dari keputusan yang diambilnya, baik

berupa ancaman keselamatan bagi diri dan keluarga maupun karier dan jabatannya.

Sedangkan hakim yang kurang memiliki integritas biasanya hati nuraninya

menjadi lemah, bahkan sudah buta, tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, dan tidak

mampu membedakan perbuatan mana yang benar dan salah, baik dan buruk, adil dan

tidak adil sehingga dia tidak memiliki kemauan dan keberanian untuk mengambil

keputusan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan rasa keadilan dalam

masyarakat.

Dalam putusan Nomor : 9/Pdt.G/2008/PN.AP. khusus mengenai hak asuh anak

Majelis Hakim telah memberikan pertimbangan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa dalam jawaban yang diajukan oleh Tergugat Konpensi/Penggugat Rekonpensi, Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi mohon agar ditetapkan atas hak perwalian dan hak asuh terhadap anak-anak Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi dan Tergugat Rekonpensi /Penggugat Konpensi karena Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi adalah pihak purusa.

Menimbang, bahwa kendatipun antara kedua belah pihak memiliki tanggung jawab yang sama hal melaksanakan kewajibannya sebagai orang tua terhadap anak-anak mereka tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkan kepada siapa hak asuh atas anak-anak tersebut akan diberikan, apakah kepada Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi atau kepada Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi?.

Page 87: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Menimbang, bahwa dalam hal ini Majelis Hakim akan menetapkan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebagai pemegang Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi dengan pekerjaannya sebagai Nelayan dan Pramu Wisata mempunyai kemampuan untuk mendidik, merawat, membesarkan serta memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya kepada anak-anak meraka tersebut.

Menimbang, bahwa pertimbangan Majelis Hakim ini dilengkapi pula dengan adanya fakta persidangan yang menunjukkan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi mendapat dukungan moral yang begitu besar dari lingkungan tempat tinggalnya dalam mengasuh anak-anak tersebut. Dukungan moral yang Majelis Hakim maksudkan adalah dengan adanya surat No. 01/BS/V/2008 yang diajukan oleh Keluarga Besar Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug (keluarga besar dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi), yang intinya mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang lahir dari perkawinan Ni Luh Asih (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) dengan I Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi), ditetapkan kepada I Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi).

Menimbang, bahwa dukungan moral dari keluarga Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi telah pula ditindak lanjuti dengan Surat Pernyataan bermeterai yang dibuat oleh I Nyoman Gemuh Kalian Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug, yang juga adalah keluarga besar dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi. Inti dari Surat Pernyataan tersebut adalah bahwa I Nyoman Gemuh siap menanggung biaya hidup dan biaya pendidikan sampai selesai dibangku sekolah SMA yang dibutuhkan oleh I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma, dana mana akan diambilkan dari dana saham keluarga di Koperasi Ayu Waras Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem.

Menimbang, bahwa sekalipun Majelis Hakim telah menetapkan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebagai pemegang Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA , namun hal ini tidak berarti bahwa hak dan kewajiban Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi sebagai ibu kandung dari anak-anak tersebut akan berkurang ataupun hilang. Hal ini didasarkan atas surat pernyataan bermeterai bertanda T.1 yang telah dibuat oleh Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sendiri, yang menyatakan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi memberikan ijin kepada anak-anak mereka tersebut untuk menengok ibunya (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) di tempat kosnya dan juga memberikan ijin kepada ibunya (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) untuk menengok anak-anak tersebut.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan dan alasan tersebut di atas maka Majelis berpendapat bahwa permohonan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebatas mengenai Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA beralasan untuk dikabulkan, sehingga secara otomatis gugatan petitum nomor 4 dari gugatan Penggugat Konpensi/ Tergugat Rekonpensi haruslah dinyatakan ditolak.

Page 88: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi hanya dikabulkan sebatas hak asuhnya saja, maka gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi selebihnya haruslah dinyatakan ditolak.

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan pokok Penggugat dikabulkan sebagian dan dalam Rekonpensi gugatan dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi juga dikabulkan sebagian, maka berdasarkan ketentuan dalam Pasal 192 Ayat (2) RBg Penggugat Konpensi/ Tergugat Rekonpensi dan Tergugat Konpensi/ Penggugat Rekonpensi dihukum untuk membayar biaya perkara ini secara tanggung renteng yang besarnya akan ditentukan seperti tersebut dalam amar putusan di bawah ini.

Mengingat dan memperhatikan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 serta peraturan perundangan lainnya yang bersangkutan.

Penerapan hukum itu mengingat pada Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975 dan pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 serta

Pasal-pasal lain dari Undang-undang yang bersangkutan bukan semata-mata karena

hakim melaksanakan dengan kekuasaannya agar suatu peraturan dapat efektif, tetapi

peraturan tersebut dibuat untuk kepentingan dan membuat pihak yang lemah menjadi

tenteram dan tertib, pihak yang berhak dan mampu menjalankan haknya untuk

mengasuh anak memperoleh kekuatan hukum tetap atas hak asuh anak karena

perceraian itu. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam Perkara Nomor :

9/Pdt.G/2008/PN.AP. tersebut telah menyatakan hukum bahwa I KADE RAI

SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA, adalah berada dalam asuhan Tergugat I

Nyoman Kantun (ayahnya).

Wawancara dengan Ira Wati, Hakim Pengadilan Negeri Amlapura, seorang asli

Jawa yang baru pertama kali menjalankan tugas sebagai hakim di Pengadilan Negeri

Amlapura pada tahun 2007, belum menikah, salah seorang Hakim Anggota dalam

Perkara No.9/Pdt.G/2008/PN.AP, wawancara pada tanggal 14 Agustus 2009 diperoleh

penjelasan mengenai rasa keadilan sebagai dasar menetapkan hak asuh anak karena

perceraian, maka hakim memutuskan hak asuh anak akibat perceraian karena

pertimbangan-pertimbangan:

- Putusan hakim menyerahkan anak bernama I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma bukan dengan pertimbangan emosional kepada ibunya, bukan hanya didasari sang ibu pasti sayang dan mencintai anak yang dilahirkan. Tetapi karena penggugat Ni Luh Asih (Penggugat) sulit untuk diajak kompromi memperbaiki rumah tangga dengan suaminya (tergugat) meskipun mempunyai kemampuan secara finansial untuk menjalankan wali asuh atas anak-anaknya.

Page 89: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

- Walaupun perkawinan antara penggugat Ni Luh Asih dan tergugat I Nyoman Kantun putus karena perceraian, namun mengenai kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak-anak yang berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, tetap berlaku.

- Dimuka persidangan salah satu saksi yaitu I Nyoman Gemuh sebagai Kelian Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug menyampaikan permohonan yang intinya mohon dinyatakan tergugat I Nyoman Kantun sebagai Kepurusa berhak dan berkewajiban untuk mengasuh I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma dengan perjanjian tergugat I Nyoman Kantun memberikan ijin kepada anak-anak tersebut menengok ibunya (penggugat Ni Luh Asih) ditempat kosnya dan juga memberi ijin tergugat Ni Luh Asih untuk menengok anak-anaknya tersebut sepanjang berbuat baik dan tidak akan membuat masalah dikemudian hari.

- Tergugat Ni Luh Asih telah membuat Surat Pernyataan tertanggal 20 Juni 2008 yang pada intinya menyatakan: - Jika dalam perkara ini tergugat ternyata penggugat Ni Luh Asih diberikan

hak asuh atas I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma, maka penggugat Ni Luh asih tidak berkeberatan apabila tergugat selaku ayah dari anak-anak tersebut untuk datang menengok dan memberikan biaya hidup terhadap anak-anak tersebut.

- Penggugat Ni Luh Asih tidak akan mempengaruhi anak-anak tersebut untuk menjauh, menghindar atau melupakan tergugat selaku ayah dari anak-anak tersebut.

- Sebaliknya apabila tergugat I Nyoman Kantun diberikan hak asuh atas I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma, maka penggugat Ni Luh Asih selaku ibu kandung dari anak-anak tersebut tetap diberikan hak untuk menengok, memberi kasih sayang serta memberikan biaya hidup terhadap anak-anak tersebut. Dan tergugat I Nyoman Kantun tidak boleh mempengaruhi anak-anak tersebut untuk menjauhi Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi selaku ibu kandung.

- Atas dasar surat-surat yang disampaikan di muka persidangan baik itu dari Kelian Dadia I Nyoman Gemuh maupun dari penggugat Ni Luh Asih tersebut, maka Majelis Hakim dapat menilai bahwa kedua belah pihak sebagai orang tua dari I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma telah menyadari kewajibannya terhadap anak-anak tersebut serta pula mengerti bahwa I Kade Rai Subawa dan I K etut Jaya Kusuma berhak untuk mendapat limpahan perhatian serta curahan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tidak cukup hanya dari salah satu pihak saja.

Rasa keadilan semestinya diperoleh Penggugat maupun Tergugat dari

sumbernya, yakni peraturan hukum, sebab peraturan hukum yang baik adalah

peraturan perundangan yang dapat dipakai untuk mensejahterakan masyarakat.

Penetapan kekuatan hukum tetap sebagai suatu konsep mengenai rasa keadilan

ataupun tertib sosial merupakan tugas hukum dan memainkan peranan penting

Page 90: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(utama). Penerapan hukum selain bertitik tolak pada masalah yang diperoleh dari

persidangan atau dari dasar kenyataan (fakta-fakta) itu sendiri (legal realisme), tetapi

harus dicari penyelesaiannya. Penerapan hukum terhadap penentuan hak perwalian

anak harus masuk akal, manusiawi, sederhana dan adil, artinya hakim wajib

memperhatikan keadaan para pihak yaitu ayah dan ibu, keadaan mentalnya,

kemampuan finansial, tanggungjawab, perhatian terhadap pertumbuhan serta

kepentingan anak dan perhatiannya kepada anak.

Hakim mempertimbangkan pasal-pasal dan rumusan yang disimpulkan dari

interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh dalam pemeriksaan di sidang

pengadilan. Hasil interpretasi itu bahwa

1. bahwa pada dipersidangan Majelis telah berusaha dengan mencoba memberikan

pengertian kepada masing-masing pihak, namun dipersidangan Penggugat tetap

bersikeras pada kemauannya dan tidak ada keinginan untuk kembali memperbaiki

kehidupan rumah tangga dengan Tergugat, sekalipun Tergugat tetap berusaha agar

perkawinannya tersebut bisa dipertahankan;

2. bahwa apabila salah satu pihak menyatakan sudah tidak mau mempertahankan

perkawinnya lagi, dan sudah meminta cerai, maka diantara suami istri tersebut sudah

tidak saling mencintai lagi, tidak saling menghormati dan tidak saling setia satu sama

lainnya sebagaimana yang diharapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974, disini ada bukti atau persangkaan bahwa antara suami istri itu sudah tidak

ada ikatan lahir batin lagi sehingga perkawinan seperti ini sudah tidak utuh lagi dan

sudah rapuh;

3. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa dengan telah terpenuhinya persyaratan sebagai alasan adanya

percekcokan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 19

huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu “ Antara suami dan istri terus

menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun

lagi dalam rumah tangga” merupakan salah satu syarat untuk dapat dilakukannya

perceraian:

4. bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 1020K/Pdt/1986 yang

menyebutkan bahwa “dalam suatu perkawinan apabila suami istri terus menerus

Page 91: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga, seperti disebutkan dalam Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975, dimana hal ini diakui oleh Tergugat dengan dikuatkan oleh

keterangan para saksi, maka gugatan Penggugatan yang mohon perkawinan putus

karena perceraian dapat dikabulkan”;

5. bahwa berdasarkan yurisprudensi Mahakamh Agung pula No. 3180K/Pdt/1985

menyatakan bahwa pengertian cekcok yang terus menerus yang tidak dapat

didamaikan (onheelbare twweespalt) bukanlah ditekankan kepada penyebab yang

harus dibuktikan, akan tetapi melihat dari kenyataannya adalah benar terbukti adanya

cekcok terus menerus sehingga tidak dapat didamaikan lagi;

Kelima keadaan tersebut tidak memenuhi tujuan perkawinan seperti dimaksud

Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 untuk membentuk keluarga yang

bahagia sejahtera dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

4. Kesulitan yang ditemui Hakim Pengadilan Negeri Amlapura Dalam Menetapkan status

perwalian anak karena perceraian.

a. Proses Penegakan Hukum di Pengadilan

Berdasar fakta-fakta yuridis yang terungkap dipersidangan, nampak bahwa hakim

harus terlibat secara langsung dalam membangun pengadilan yang bebas dan menuntut

adanya komitmen dan peran aktif dari semua komponen pengadilan sebagai bagian dari

proses penegakan keadilan. Putusan Perkara Perdata (No.9/Pdt.G/2008/PN.AP) atas nama

Penggugat Ni Luh Asih dan Tergugat I Nyoman Kantun, Majelis Hakim yang memeriksa

dan mengadili perkara tersebut telah memperoleh keyakinan yang selanjutnya memutuskan

bahwa :

DALAM KONPENSI DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian. 2. Menyatakan hukum bahwa perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat

yang dilaksanakan menurut tata cara Adat dan Agama Hindu pada tanggal 11 Mei 1993 di Dusun Bugbug Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem adalah sah dan dinyatakan putus karena perceraian.

3. Menyatakan hukum anak yang masing-masing bernama. - I KADE RAI SUBAWA, lahir pada tanggal 5 Mei 1995. - I KETUT JAYA KUSUMA, lahir pada tanggal 3 April 2000.

Adalah anak yang sah dan lahir dari perkawinan Penggugat dengan Tergugat. 4. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya.

Page 92: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

DALAM REKONPENSI 1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi untuk

sebagian. 2. Menetapkan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi atas Hak Asuh dari I

KADE RAI SUBAWA, lahir pada tanggal 5 Mei 1995 dan I KETUT JAYA KUSUMA, lahir pada tanggal 3 April 2000.

3. Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi untuk selebihnya.

Putusan Pengadilan Negeri Amlapura dengan Register No.9/Pdt.G/2008/PN AP

atas nama Penggugat Ni Luh Asih dan Tergugat I Nyoman Kantun itu berdasar pada

keyakinan hakim, kebenaran dan keadilan suatu perkara dan dapat diputuskan oleh hakim.

Putusan Hakim di atas, menggambarkan hukum yang mengandung di dalamnya suatu :

perintah, sanksi kewajiban dan kedaulatan. Ketentuan-ketentuan yang tidak memenuhi

unsur-unsur tersebut tidak dapat dikatakan sebagai positive law, tetapi hanyalah merupakan

positive morality. Unsur perintah ini berarti bahwa pertama satu pihak menghendaki agar

orang lain melakukan kehendaknya, kedua pihak yang diperintah akan mengalami

penderitaan jika perintah itu tidak dijalankan atau ditaati, ketiga, perintah itu adalah

pembedaan kewajiban terhadap yang diperintah itu adalah pihak yang berdaulat. Yang

berdaulat ini mungkin a souvereign person atau souvereign body of persons.

Putusan pengadilan Negeri Amlapura adil, karena menunjukkan bahwa baik

tergugat maupun penggugat tidak kehilangan hak untuk melakukan hubungan emosional

dengan anak kandungnya sendiri. Putusan hukum yang tidak adil akan dirasakan sebagai

kenistaan hidup dan kematian akal sehat (the death of common sence). Sebaliknya, putusan

yang mengandung kebenaran dan keadilan akan menumbuhkan dan mempersubur nilai-

nilai kehidupan dan peradaban manusia.

Wawancara tanggal 14 Agustus 2009 dengan I Made Yuliada Hakim Pengadilan

Negeri Amlapura, berasal dari Bali (Singaraja), menjadi Hakim sejak tahun 2000, yang

juga menangani perkara perceraian, diperoleh informasi bahwa:

”Hakim dalam menjatuhkan putusan sebelumnya harus memberikan pertimbangan mengenai peraturan hukumnya sebagai aspek yuridisnya, Aspek sosiologis lebih menekankan kepada mekanisme untuk memecahkan persoalan dengan alternatif lain. Aspek filosofis yang ditekankan adalah untuk keberhasilan mencapai tujuan hukum. Dalam hal ini masalah moralitas para pihak agak sulit diungkapkan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, sehingga pertimbangan hakim juga harus ekstra hati-hati dalam memutuskan perkara”.

Page 93: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Dalam hubungan ini hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara perceraian

dan hak wali asuh memperhatikan dengan seksama faktor-faktor dan latar belakang

penyebab perceraian antara Tergugat dan Penggugat, dan dampaknya jika hakim tidak

memberikan putusan yang adil. Hakim dalam mengemban profesinya memiliki tujuan

pokok (essensial goals) untuk mewujudkan hasil karya yang obyektif dan pengakuan atau

rekoqnisi.

Hukum yang diterapkan terhadap perkara perceraian dan hak perwalian anak

karena perceraian, terutama tercermin lewat fungsi normatifnya sebagai tatanan

operasional, sehingga peranan hakim dalam penegakan hukum itu ;

1) Masih memerlukan penafsiran agar setiap otoritas hukum menjadi potensi untuk

memahami suatu kaidah hukum dengan makna dan dalam konteks yang sama.

2) Disamping metode dan prosedur yang tepat, faktor moral (moral justice) harus

dikedepankan.

Hakim dalam memutus perkara memang dipengaruhi hati nuraninya, pengetahuan

dan penguasaannya terhadap kehidupan rumah tangga termasuk juga faktor-faktor

instrinsik (pribadi) hakim yang dapat menunjukkan bahwa hukum itu bukan skema yang

mekanistis, tetapi suatu konsepsi yang dijabarkan melalui putusan hakim terhadap suatu

perkara dengan menggunakan metode analisis yuridis, sosiologis dan filosofis.

b. Penetapan Hak Wali Asuh Anak.

Hampir semua hakim menggunakan metode analisis yuridis komprehensif untuk

memecahkan perkara. Analisis yuridis komprehensif untuk menetapkan hak wali asuh anak

agar tidak menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

berdasarkan rasa keadilan. Hakim memutuskan dengan berintikan rasa keadilan dan

kebenaran, dan bisa menemukan kesesuaian penerapan hukum itu dengan tata nilai budaya

yang berlaku di masyarakat.

Dalam praktek peradilan perdata, tidak dapat dihindari adanya penafsiran

terhadap ketentuan perundang-undangan, penafsiran terhadap perkara perdata dan aspek-

aspek yang menjadikan perkara itu harus diputuskan melalui pengadilan. Setiap pencari

keadilan akan melakukan penafsiran untuk memenuhi aspek yang dibutuhkan dalam

Page 94: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

kepentingannya, sehingga hakim harus hati-hati dan penuh pertimbangan dalam

menerapkan sanksi hukumnya. Hal ini selalu terjadi, sehingga seolah-olah kepastian

hukum harus benar-benar dikaji dalam penerapan hukum oleh hakim.

Wawancara dengan I Nyoman Kantun (Tergugat) dalam perkara Nomor

9/Pdt.G/2005/PN.AP tgl. 15 Agustus 2009 diperoleh keterangan bahwa:

”Saya sangat berterima kasih kepada Majelis Hakim yang memutus perkara saya, karena hak wali asuh jatuh kepada saya selaku ayah anak saya I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma. Tetapi saya memberi kesempatan kepada Ibu anak-anak saya (Ni Luh Asih) untuk sekali waktu menjenguk anak-anaknya atau juga memberi kesempatan menyayangi anaknya. Bagaimanapun dia ibu kandung anak-anak saya. Kalau hak wali asuh itu jatuh kepada ibu anak saya, tentu secara adat anak-anak saya kehilangan hak adat atas diri saya karena saya bertindak sebagai kepurusa, jadi sudah benar hak wali asuh jatuh kepada saya, sehingga tidak ada masalah yang berhubungan dengan adat yang banyak menentukan kewajiban dan hak, jadi putusan Majelis Hakim sudah sangat adil”.

Hakim menjatuhkan putusan menetapkan hak wali asuh kepada tergugat I

Nyoman Kantun merupakan keputusan dengan pertimbangan masak-masak,

pertimbangan yang cermat dan teliti terhadap fakta bahwa dalam hukum adat Bali, begitu

perkawinan telah dilangsungkan dan telah dinyatakan sah secara hukum (agama, adat dan

nasional) maka pada saat itu si istri telah memasuki kerabat dari pihak Purusa (laki-laki).

Hubungan kekerabatan yang terdapat di Bali, sampai sekarang masih tetap diikat oleh

sistem treh atau soroh yakni setiap keluarga selalu menarik garis keturunan pada seorang

purusa pancer (pusat) dengan menjadikannya satu golongan tertentu. Pada setiap

perkawinan, seorang istri akan memasuki soroh suaminya. Kadang-kadang untuk golongan

atau soroh tertentu seorang istri akan diberi “pungkusan” (nama,sebutan) tertentu Jro,

mekel dan sebagainya. Hal-hal seperti ini dalam kehidupan adat Bali akan menjadi

“perhitungan” yang menarik bila terjadi perceraian (kecuali sorohnya sama).80

Tergugat I Nyoman Kantun menunjukkan itikad baik dalam perkawinannya

namun tidak ditanggapi penggugat (Ni Luh Asih), upaya dari keluargapun tidak

mendapat respon. Hal ini menunjukkan bahwa jika diberikan hak wali asuh atas anak

80 I Made Suasthawa Dharmayuda, Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Di Propinsi Bali, Upada

Sastra, Denpasar, 2001, hlm. 150

Page 95: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

hasil perkawinannya dengan Penggugat, tentu akan merugikan nasib sang anak

dikemudian hari.

Muara persoalan tersebut jika dicermati akan mengarah kepada tiga hal, yakni:

1) Hakim dapat mempertimbangkan tidak menyerahkan hak wali asuh kepada Penggugat

(NI Luh Asih) merupakan sanksi hukum yang diberikan kepada Penggugat.

2) Putusan mengenai pemberian hak wali asuh kepada Tergugat merupakan hukum yang

terbaik dan tidak menyimpang dari hukum adat Bali, diterima oleh Penggugat

meskipun putusan itu memberi kesempatan kepada Penggugat untuk melakukan

hubungan emosional kepada kedua anak kandungnya.

3) Putusan hakim dilakukan karena formulasi dari keyakinannya atas analisis terhadap

perbuatan Penggugat yang kurang memberi toleransi kepada Tergugat (I Nyoman

Kantun) dan keluarganya yang mengajak kembali membangun rumah tangga Tergugat

sebagai suami Penggugat maupun keluarganya sudah maksimal berupaya

memperbaiki rumah tangga dan formulasi dari pasal-pasal sangat memungkinkan

adanya interpretasi yang berbeda-beda, yang kemudian dilaksanakan oleh hakim

selaku penegak hukum.

Ketiga faktor di atas merupakan kenyataan yang seringkali menjadi faktor

penentu dalam penetapan hakim atas hak wali asuh atas anak hasil perkawinan karena

perceraian. Hakim dalam memperlakukan keadilan sebagai kebajikan utama berupa

putusan hukum, berarti memberikan kesempatan secara adil dan sama bagi setiap orang

untuk mengembangkan serta menikmati harga diri dan martabatnya sebagai manusia.

B. Pembahasan

1. Analisis mengapa hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam pertimbangnnya memberikan

penetapan hak perwalian anak karena perceraian kepada ayahnya.

Perwalian anak telah menjadi fokus utama dalam perselisihan hukum antara orang tua

yang mempunyai konflik tinggi dan berindikasi cerai dan keluarga-keluarga ini banyak

memanfaatkan pengadilan untuk menyelesaikannya. (Child custody has become a mayor

Page 96: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

focus of legal disputes between divorcing, high-conflict parent and these high-conflict

families use disproportionate amount of court resources) 81

Cukup banyak putusan hakim mengenai hak wali asuh yang justru kontraproduktif

bagi terealisasinya prinsip kepentingan terbaik anak, terutama analog dengan istilah jurigenic

effect. Istilah jurgenic effect menunjuk pada pengaruh negatif yang dialami oleh anak justru

akibat kelalaian maupun keengganan hakim dalam mempertimbangkan kompleksitas hal-hal

relevan sebelum menjatuhkan putusan.

Jurigenic effect menjadi fenomena ironis, di mana hakim yang semula diharapkan

dapat mengambil keputusan terbaik bagi anak, pada kenyataannya justru menjadi pemantik

masalah susulan. Perceraian yang sejatinya sudah mengguncang kondisi psikis anak, semakin

berdampak buruk bagi anak tersebut, akibat tidak adanya komitmen dan kompetensi hakim

untuk menempatkan prinsip kepentingan terbaik anak pada prioritas utama.

Salah satu hal yang tanpa sadar, namun sangat sering terjadi, memunculkan jurigenic

effect bersumber dari ketidak-arifan hakim dalam mempertimbangkan situasi sesaat setelah

seorang suami (ayah) pergi dari kediamannya semula. Satu kebiasaan yang acap dilakukan

oleh para lelaki, terutama ketika mereka menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga,

adalah keluar dari rumah guna menyelamatkan diri sekaligus menghindari exposure

kekerasan terhadap anak.

Sebagai konsekuensi perilaku suami (ayah) tersebut, anak akan tinggal bersama

ibunya selama berlangsungnya persidangan. Sangat disayangkan apabila hakim berpandangan

bahwa situasi sedemikian rupa adalah hal wajar. Dengan anggapan seperti itu, hakim tidak

memberikan ketegasan yang memadai bahwa anak tetap menjadi tanggunjawab kedua orang

tuanya serta berhak melewati rentang waktu yang setara, baik dengan ayah maupun dengan

ibunya. Hakim mungkin menasehati kedua pihak agar tidak merusak pada kehidupan anak,

tapi hanya sebatas itu.

Penetapan hukum atas perkara perdata mengenai hak wali asuh anak karena

perceraian, dipandang sebagai bentuk kongkret penerapan hukum yang sangat mempengaruhi

secara nyata rasa keadilan, memperoleh perlindungan hukum, manfaat hukum, kebutuhan

atau keadilan hukum secara individu atau sosial. Tetapi karena penetapan hukum sebagai

81 Pruett, Nangle &Bailey, 2000, Roles And Ethical Issues in custody Disputes,

http://www.springerlink.com/content/q42g69284280595x/?p=badae....

Page 97: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

bentuk penegakan hukum tidak mungkin terlepas dari aturan hukum, pelaku hukum,

lingkungan tempat terjadinya proses penegakan hukum, maka tidak mungkin penegakan

hukum hanya melihat pada aparat penegak hukumnya apalagi hanya dibatasi pada

penyelenggaraan peradilan.

Pertimbangan hakim untuk memutus hak perwalian anak secara umum yakni: (a)

adanya itikad baik dari calon wali anak, (b) kesanggupan calon wali untuk menjadi wali, (c)

aspek ekonomi yang akan menjadi wali dan (d) kemampuan dan jaminan bahwa anak tidak

akan terlantar, sehat dan terjamin pendidikannya.

Namun penentuan hukum atas hak wali asuh anak karena perceraian dipengaruhi oleh

beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni :

1. Aturan hukum yang akan ditegakkan, dalam hal ini penegakan hukum yang adil akan

tercapai apabila hukum yang akan ditegakkan atau hukum yang mengatur cara-cara

penegakan hukum adalah benar dan adil. Suatu aturan hukum akan benar dan adil apabila

dibuat dengan cara-cara yang benar dan materi muatannya sesuai dengan kesadaran hukum

dan memberi sebesar-besarnya manfaat bagi kepentingan orang perorangan dan

masyarakat banyak pada umumnya.

2. Pelaku penegakan hukum, adalah kunci utama penegakan hukum yang adil dan benar.

Melalui aparat penegak hukum dalam hal ini Hakim, maka aturan hukum yang bersifat

abstrak menjadi kongret, berlaku terhadap pencari hukum dan keadilan.

3. Lingkungan sosial tempat hukum berlaku adalah situasi budaya lingkungan yang ikut

menentukan. Hukum baik dalam pembentukan maupun penegakannya sangat dipengaruhi

oleh kenyataan-kenyataan, baik secara sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Dalam

masyarakat yang sangat menjunjung tinggi hukum, persoalan tata cara perwujutan tujuan

sama penting dengan tujuan itu sendiri, tujuan mewujudkan keadilan hanya dapat dicapai

dengan cara-cara yang adil pula.

Banyak faktor-faktor yang dipertimbangkan hakim dalam menerapkan hukum berupa

penetapan hak wali asuh anak karena perceraian dan berkaitan langsung dengan para pihak,

yakni Penggugat dan Tergugat. Sesuai dengan dasar kekeluargaan “vaferrechtelijk”

(kapurusa), maka anak-anak akan menjadi milik suami (bapak), jika terjadi perceraian. Tetapi

bila terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusan

terhadap hal tersebut. Demikian Undang-undang Perkawinan menentukan. Selanjutnya

Page 98: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

ditegaskan, baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak –anaknya

semata-mata berdasarkan kepentingan anak-anak. Bapak bertanggungjawab atas semua biaya

pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu. Bilamana bapak dalam kenyataan

tidak dapat memberi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut

memikul biaya tersebut.

Pada masa “Raad Kertha” dahulu, bila terjadi sengketa tentang penguasaan anak,

sering pengadilan memutuskan antara bapak dan ibu mendapat pembagian anak berimbang,

misalnya anak laki-laki untuk bapak dan anak wanita diserahkan kepada ibunya. Kalau tidak

demikian kadang-kadang Raad Kertha memutuskan bahwa anak-anak yang lahir dari

perkawinan itu disuruh memilih antara ibu dan bapaknya. Keputusan yang demikian itu

menurut I Gd. Panetje,82 dikatakan tidak dilandasi oleh pertimbangan asas-asas hukum

kekeluargaan “patriarchaat”, dimana hubungan seorang anak dengan keluarga (clan)

bapaknya menjadi dasar tunggal bagi susunan kekeluargaannya. Keluarga purusa adalah

paling penting dalam penghidupannya. Penyerahan seorang anak kepada ibunya akibat

perceraian menimbulkan konsekwensi si ibulah yang menjadi wali anak itu, hubungan

kekerabatan dengan pihak ayah putus dan akhirnya hak atas warisan bapak (purusa) juga

putus.

Pemikiran masalah penerapan hukum menjadi penetapan hak wali asuh tidak saja

bertitik tolak dari fakta-fakta yang diperoleh dari sidang pengadilan atau dari dasar kenyataan

itu sendiri (legal realisme) yang harus dicari penyelesaiannya. Pemikiran masalah penetapan

hak wali asuh harus disertai dengan rasa menjunjung tinggi kehormatan dan martabat hakim.

Agar penetapan hak wali asuh anak mencapai suatu putusan yang berkeadilan, hakim

dalam mengambil putusan terhadap perkara hak wali asuh anak karena perceraian, di samping

harus berdasarkan pada hukum yang berlaku juga berdasarkan atas keyakinan yang seadil-

adilnya dan sejujur-jujurnya dengan mengingat akan kebebasan yang dimilikinya dalam

memeriksa dan memutus perkara. Hakim dalam memutuskan penetapan hak wali asuh anak

terhadap perkara perceraian juga didasarkan atas Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 35 ayat (1) dan (2) dan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan. Berdasar pendekatan yuridis sebagai pendekatan intinya, hakim

mencari dan menentukan keputusannya berdasar peraturan perundang-undangan yang

82 I Made Suasthawa Dharmayuda, Ibid , hlm.152

Page 99: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

berlaku, sehingga pertimbangan hakim dalam menetapkan hak wali asuh anak karena

perceraian mencapai kebenaran yang seadil-adilnya. Pendekatan filosofis digunakan karena

berintikan rasa keadilan dan kebenaran, sedangkan pendekatan sosiologis dimaksudkan untuk

menemukan kesesuaian penerapan hukum itu dengan tata nilai budaya yang berlaku di

masyarakat.

Hakim tetap harus mempertimbangkan bahwa para pihak (Penggugat dan Tergugat)

lebih-lebih anak yang hendak ditentukan kepada siapa hak wali asuh diberikan, tetap berhak

atas keadilan disamping rasa keadilan yang bisa dirasakan kebenarannya oleh masyarakat.

Rasa keadilan masyarakat harus diukur pula oleh kepentingan dari rasa keadilan dari pencari

keadilan sebagai pihak yang berperkara atau sedang diperkarakan. Selain itu, dalam perkara

perdata mengenai hak wali asuh anak karena perceraian, harus diperhatikan hak anak, tidak

boleh dikorbankan semata-mata atas nama rasa keadilan masyarakat atau kepentingan

masyarakat atau pesanan pejabat atau tokoh kharismatik agar memenangkan salah satu pihak.

Hakim wajib mendahulukan kepentingan dan rasa keadilan yang berperkara. Secara a-priori

hak atas keadilan dari yang berperkara sebagai suatu bentuk “individual right” harus

didahulukan dari kepentingan dan rasa keadilan masyarakat sebagai ”sosial right”, kecuali

benar-benar dapat ditunjukkan secara nyata suatu kepentingan dan keadilan masyarakat tanpa

merugikan kepentingan dan rasa keadilan yang berpekara.

a. Pendekatan Sosiopsikologis

Pendekatan sosiopsikologis menggambarkan hasil interaksi antara sistem sosial dan

sistem atribut-atribut serta perilaku-perilakunya. Pandangan sosiopsikologis hakim bahwa

hubungan suami istri setelah perkawinan bukanlah merupakan hubungan perikatan yang

berdasar perjanjian atau kontrak tetapi merupakan suatu paguyuban (bersatunya rasa dan

karsa serta karya suami istri dalam penghadapannya terhadap kehidupan rumah tangganya).

Paguyuban ini disebut paguyuban hidup yang menjadi pokok ajang suami istri selanjutnya

beserta anak-anaknya. Paguyuban ini lazim disebut somah (bahasa Jawa), yang berarti

keluarga dan dalam somah itu hubungan antara suami dan istri itu demikian rapatnya, bukan

hanya fisik tetapi juga psikis, karena menyangkut sikap batin dari suami maupun istri,

kesatuan moral yang dipikul bersama, sehingga dalam pandangan orang Jawa suami istri itu

merupakan satu ketunggalan, yakni rasa sepenanggungan dalam suka dan duka dan dalam

Page 100: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

karya, yakni perbuatan dan usaha bersama untuk memenuhi hajat hidup. Perkawinan

bersangkut paut dengan urusan kerabat, dan urusan keluarga, masyarakat serta martabat, dan

urusan pribadi.

Hakim sebagai anggota masyarakat sebagaimana masyarakat itu sendiri memandang

bahwa perkawinan itu bukan soal yang mudah, karena menyangkut nilai hidup, harga diri dan

kehormatan kerabat, dan juga menyangkut hal kebendaan. Perkawinan bukanlah soal seni

atau kemudahan apalagi dianggap seperti mainan, sehingga orang tidak bisa kawin tanpa

nikah atau beranak tanpa ayah yang syah. Sejak lama leluhur bangsa Indonesia menganggap

perkawinan itu merupakan hal yang sakral, soal yang bernilai tinggi dan transsendental serta

akan menentukan kebahagiaan hidup selanjutnya. Masalah yang timbul dalam perkawinan

sering menyangkut martabat keluarga ataupun menyinggung masalah kerabat. Orang yang

gagal dalam perkawinan adalah orang yang tidak bahagia dan gagal dalam mewujudkan

kebahagiaan hidup dalam perkawinan. Begitu juga dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 tentang perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sejahtera.

Apabila seorang tidak bisa mewujudkan kebahagiaan dalam keluarga berarti seseorang telah

gagal mewujudkan perkawinan.

Oleh karena putusan perkara perceraian yang di dalamnya juga memberikan

penetapan mengenai hak wali asuh, tidak cukup hanya dilihat dari aspek hukumnya saja

agar dapat berjalan secara efektif, tetapi aspek yang lain juga harus diperhatikan, seperti

bagaimana peran ayah dan ibunya, baik sebagai penggugat maupun tergugat dan

bagaimana masa depan anak jika hakim memutuskan yang berhak atas wali asuh bagi

anak karena perceraian ternyata justru menimbulkan masalah bagi si anak. Masalah

penetapan hak wali asuh anak yang dijatuhkan terhadap salah satu diantara penggugat ataupun

tergugat tidak lepas dari pandangan hakim. Keyakinan hakim dan kepekaan hakim dalam

menentukan masa depan anak sangat menentukan dalam penetapan siapa yang berhak atas

wali asuh anak karena perceraian.

Hakim dapat menilai dan mempertimbangkan, bahwa :

1. Adanya bukti-bukti yuridis dari putusan Pengadilan Negeri Amlapura Nomor

9/Pdt.G/2005/PN.AP yang dalam memberikan pertimbangan Majelis Hakim ini dilengkapi

pula dengan adanya fakta persidangan yang menunjukkan bahwa Penggugat Rekonpensi/

Tergugat Konpensi mendapat dukungan moral yang begitu besar dari lingkungan tempat

Page 101: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tinggalnya dalam mengasuh anak-anak tersebut. Dukungan moral yang Majelis Hakim

maksudkan adalah dengan adanya surat No. 01/BS/V/2008 yang diajukan oleh Keluarga

Besar Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug (keluarga besar dari Penggugat Rekonpensi/

Tergugat Konpensi), yang intinya mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang

lahir dari perkawinan Ni Luh Asih (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) dengan I

Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi), ditetapkan kepada I

Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi);

2. Dukungan moral dari keluarga Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi telah pula

ditindak lanjuti dengan Surat Pernyataan bermeterai yang dibuat oleh I Nyoman Gemuh

Kalian Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug, yang juga adalah keluarga besar dari Penggugat

Rekonpensi/ Tergugat Konpensi. Inti dari Surat Pernyataan tersebut adalah bahwa I

Nyoman Gemuh siap menanggung biaya hidup dan biaya pendidikan sampai selesai

dibangku sekolah SMA yang dibutuhkan oleh I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya

Kusuma, dana mana akan diambilkan dari dana saham keluarga di Koperasi Ayu Waras

Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem.

Pertimbangan hakim terhadap dua unsur hukum adat itu, memberi indikasi bahwa

persoalan utama bukanlah masalah mampu atau tidaknya penggugat mengasuh anak,

tetapi adanya indikasi bahwa terggugat (I Nyoman Kantun menurut para saksi,

keluarganya mempunyai kemampuan untuk mendidik, merawat, membesarkan serta

memberikan perhatian dan curahan kasih sayang kepada anak-anak tersebut.

Adanya pengaruh dari atribut-atribut yang melekat pada pribadi Majelis Hakim

yang memeriksa dan mengadili perkara untuk menetapkan hak asuh anak karena

perceraian di Pengadilan Negeri Amlapura, yaitu Hakim Tenny Erma Suryathi, adalah

orang suku Bali asli (Badung) yang menjalankan tugas sebagai Hakim untuk yang pertama

kali pada tahun 2003 di Pengadilan Negeri Negara (wilayah Propinsi Bali), juga seorang

ibu rumah tangga mempunyai 2 (dua) orang anak laki-laki. Hakim Ni Kadek Kusuma

Wardani, adalah orang suku Bali asli (Amlapura) yang menjalankan tugas sebagai Hakim

untuk yang pertama kali pada tahun 2004 di Pengadilan Negeri Amlapura, seorang ibu

rumah tangga belum mempunyai anak. Hakim Ira Wati, adalah orang suku Jawa yang baru

pertama kali menjalankan tugas sebagai hakim di Pengadilan Negeri Amlapura pada tahun

2007. Latar belakang ataupun atribut-atribut yang melekat pada diri Majelis Hakim

Page 102: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

tersebut telah mempengaruhi Hakim sehingga Majelis Hakim dapat menerima dan

mengerti akan alasan-alasan dari tergugat I Nyoman Kantun yang mendalilkan bahwa

tergugat adalah sebagai kepurusa yang berhak mendapatkan hak asuh atas anak-anak yang

lahir dari perkawinan yang selanjutnya didukung oleh pernyataan Kalian Dadia (ketua

paguyuban keluarga).

Fakta tersebut yang menjadi pertimbangan hakim dalam hal penetapan hak wali

asuh anak bernama I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma tersebut. Penetapan itu

juga merupakan putusan yang berangkat dari fakta-fakta yuridis dan keterangan saksi

yang memenuhi persyaratan atas adanya perkara rumah tangga yang sudah tidak dapat lagi

diselesaikan secara baik-baik ataupun upaya membangun rumah tangga juga sudah tidak

mungkin lagi diupayakan.

Penerapan teori sosiopsikologis pada perkara perceraian dan penentuan hak wali asuh

tentu didasarkan adanya aspek-aspek psikologis pada perkara tersebut, terutama mengenai

kondisi jiwa para pihak dengan segala perilakunya sampai pada konflik-konflik batin yang

ditimbulkan, yang bisa dipersepsi hakim dalam pemeriksaan di sidang pengadilan. Agar dapat

mengungkapkan secara lebih mendalam memerlukan bantuan ilmu hukum perilaku

(behavioral jurispridence). Hal tersebut mengingat bahwa sosiopsikologi menjadi “ilmu yang

mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan-hubungan antara manusia berdasarkan

kondisi jiwa sebagai kekuatan dalam diri yang menumbuhkan sikap dan sifat yang mendorong

tingkah laku tersebut. Hubungan inilah yang menunjukkan adanya pendekatan psikologi

terhadap hukum, yang artinya bahwa untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih

mendalam, maka perkara perceraian atau penentuan hak wali asuh atas anak karena

perceraian perlu dilihat dari sudut pandang tertentu yaitu sosiopsikologis.

Hakim pada umumnya tidak berpretensi terhadap suatu hal yakni kepada siapakah

hak wali asuh anak harus dipercayakan, namun menerapkan suatu putusan berdasar

pertimbangan rumusan pasal-pasal dan rasa keadilan tidak cukup. Kaitannya dengan

perumusan suatu pasal, hakim dapat menentukan kaidah hukum yang terkandung

didalamnya dan keadaan-keadaan yang dapat dicakup oleh kaidah itu maupun

pertimbangan hakim terhadap kejadian senyatanya dari perkara itu. Hakim dalam

mengadili suatu perkara, menimbang fakta-fakta yang berkaitan dengan kaidah hukum

yang akan diterapkan. Berdasar fakta-fakta yang nyata atau kongkrit yang diperoleh dari

Page 103: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

hasil pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim memutuskan dan penetapan putusan

hukum. Hakim tidak sekedar melakukan pilihan-pilihan terhadap berbagai kemungkinan

yang dijumpainya dipersidangan, tetapi juga mempertimbangkan dan menginterpretasi

latar belakang terjadinya perkara itu dan unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya

perkara itu.

Pilihan itu termasuk pula hal-hal yang diajukan Penggugat, keterangan saksi –saksi

dalam persidangan. Sehingga dalam penetapan hak wali asuh anak mempertimbangkan

dan mengingat juga pada Pasal 19, Pasal 35 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 tahun 1975 dan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

Penyelesaian perkara yang baik didasarkan pada kenyataan yang terdapat pada

kehidupan masyarakat. Bukan bertitik tolak dari mensenyawakan kaidah hukum yang

dipegang demi kepastian hukum kepada situasi yang nyata. Pada putusan penetapan hak

wali asuh anak sebagaimana diputuskan hakim Pengadilan Negeri Amlapura atas

perkara perwalian anak karena perceraian dalam perkara Nomor 9/Pdt.G/2008/PN.AP

merupakan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan dengan berdasarkan atas

fakta bahwa terjadi ketidakharmonisan suami istri dalam keluarga, tidak adanya rasa

tanggungjawab suami kepada keluarganya, tidak ada usaha untuk berbaik lagi dengan

dibuktikan adanya percekcokan yang berkepanjangan Upaya-upaya untuk agar antara

penggugat dan tergugat dapat kembali hidup harmonis gagal karena salah satu pihak

tidak menunjukan itikad baik dan mau bertanggungjawab dengan baik.

Berdasar fakta-fakta tersebut dalam penetapan hak wali asuh anak karena

perceraian, memperhatikan :

1) Hakim dalam menjalankan tugasnya yakni menjalankan hukum untuk mencapai suatu

kepentingan dan dengan hukum itu masyarakat yang harus dilindungi. Kalau merasa

dilindungi masyarakat merasakan ketentraman. Masyarakat datang ke pengadilan

seharusnya tidak merasa diadili, tetapi untuk memperoleh perlindungan hukum,

meskipun masyarakat itu diperiksa karena suatu permohonan akan keadilan ataupun

karena perbuatan melanggar hukum yang dilakukannya atau ingin memperoleh

kejelasan tentang hukum yang berhubungan dengan dirinya sehingga merasa

mendapatkan perlindungan hukum.

Page 104: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

2) Penerapan hukum bertitik tolak pada fakta hukum yang diperoleh dari persidangan

atau dari dasar kenyataan itu sendiri (legal realisme), kemudian dicari

penyelesaiannya dengan tujuan hak-hak pemohon keadilan di pengadilan terlindungi

dan kepentingan masyarakat tidak terabaikan.

3) Penerapan hukum yang otoriter, terlalu lugas dan formalitas tidak sesuai dengan

proses kemasyarakatan secara keseluruhnya. Penerapan hukum harus masuk akal,

manusiawi, sederhana dan adil.

b. Pendekatan Psikokultural

Pada dasarnya, pembentukan dan pertumbuhan kepribadian yang sehat dan matang

banyak dipengaruhi oleh motivasi, proporsi dan otonomi fungsional. Motivasi merupakan

kekuatan yang mendorong dan menarik atau cara pengaturan perbuatan manusia. Motivasi

merupakan motif dari perilaku yang dirangsang, didorong, diperjuangkan dan diarahkan

menuju masa depan yang menimbulkan ketegangan. Semua ketegangan ini memiliki sumber

sendiri dalam suatu disturbance yakni keadaan yang mendesak individu untuk mereduksi

ketegangannya yang berguna untuk mempertahankan suatu tingkat kepuasan.

Akibat meningkatnya ketegangan karena ketiga sumber itu (motivasi, proporsi dan

otonomi fungsional), seseorang harus mencari cara untuk mengurangi ketegangan tersebut.

Adapun cara-cara yang dipergunakan orang untuk mengatasi frustasi, kecemasan dan konflik

yaitu dengan identifikasi dan pemindahan objek.

Identifikasi adalah metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain

dan menjadikan bagian dari kepribadiannya. Jadi, seseorang mengurangi ketegangan dengan

cara bertingkah laku seperti orang lain, bisa lari ke hal-hal yang bersifat religius (termasuk ke

dukun atau tempat-tempat yang dianggap sakral). Dalam pengidentifikasian ini biasanya

seseorang hanya memilih hal-hal yang dalam anggapannya dapat menolongnya untuk

mencapai suatu maksud.

Pemindahan objek terjadi apabila objek asli yang dipilih untuk mereduksikan tegangan

tidak berhasil, maka individu mencari objek lain. Objek pengganti ini kurang dapat

memberikan kepuasan untuk mereduksikan tegangan seperti objek asli. Jika ini terus terjadi,

berakibat pada adanya pemupukan tegangan yang tak tersalurkan yang bertindak sebagai daya

Page 105: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

motivasi tingkah laku yang bersifat permanen (terutama yang bersifat negatif, seperti masa

bodoh, tidak perhatian terhadap anak istri, seenaknya).

Secara psikokultural, kekhawatiran hakim akan hasil kerja yang tidak dapat dicapainya

akan sangat mempengaruhi performansi pada tugas akhir yang sudah menjadi kewajiban

hakim, yakni memutuskan perkara dengan benar dan dengan seadil-adilnya sehingga tercapai

putusan yang dirasakan kebenarannya maupun keadilannya oleh masyarakat. Masing-masing

hakim yang bekerja pada suatu lembaga peradilan menginginkan keberhasilan dalam tugas

yang dikerjakannya dan hasil dari pekerjaannya tersebut dapat memuaskan baik bagi

penegakan hukum maupun bagi diri hakim itu sendiri. Oleh karena itu hasil dari tugas yang

dikerjakan oleh hakim tersebut sebaiknya perlu untuk dinilai sampai dimana performansi

kerja atau prestasi kerja hakim tersebut.

Psikokultural adalah kondisi hakim yang tidak lepas dari aspek kultur masyarakat Bali

yang masih menjunjung tinggi hukum adat, karena kejiwaan hakim juga dituntun oleh kondisi

budayanya, sehingga hakim yang bebas dari faktor-faktor budaya hampir tidak ada. Karena

faktor psikokultural ini akan menyublim secara halus dalam jiwa hakim, sehingga putusannya

akan menyentuh rasa keadilan sosial juga. Faktor psikokultural akan berkaitan dengan

masyarakat yang didalamnya juga berlaku hukum-hukum yang adil dan benar, memberi

kondisi psikologis dan ekonomis untuk semua anggota masyarakat, merupakan lingkungan

yang kondusif untuk interpretasi hakim dalam memutuskan perkara hak wali asuh anak

karena perceraian.

Hukum adat Bali yang berlaku, pada masa “Raad Kertha” dahulu, bila terjadi

sengketa tentang penguasaan anak, sering pengadilan memutuskan antara bapak dan ibu

mendapat pembagian anak berimbang, misalnya anak laki-laki untuk bapak dan anak wanita

diserahkan kepada ibunya. Kalau tidak demikian kadang-kadang Raad Kertha memutuskan

bahwa anak-anak yang lahir dari perkawinan itu disuruh memilih antara ibu dan bapaknya.

Keputusan yang demikian itu menurut I Gd. Panetje,83 dalam I Made Suasthawa Dharmayuda

dikatakan tidak dilandasi oleh pertimbangan asas-asas hukum kekeluargaan “patriarchaat”,

dimana hubungan seorang anak dengan keluarga (clan) bapaknya menjadi dasar tunggal bagi

susunan kekeluargaannya. Keluarga purusa adalah paling penting dalam penghidupannya.

83 ibid

Page 106: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Penyerahan seorang anak kepada ibunya akibat perceraian menimbulkan konsekwensi si

ibulah yang menjadi wali anak itu, hubungan kekerabatan dengan pihak ayah putus dan

akhirnya hak atas warisan bapak (purusa) juga putus.

Berdasar pengalaman dalam menyelesaikan perkara di persidangan, pengetahuan

tentang hukum dan kepekaan intuisi hakim terhadap perkara yang harus diselesaikannya dan

pemahaman akan hukum adat yang masih berlaku di wilayah hukum Negeri Pengadilan

Amlapura, memberi kontribusi terhadap keberhasilan hakim dalam menyelesaikan perkara di

pengadilan. Pertimbangan hakim dalam putusannya memberikan penetapan hak wali asuh

anak. Putusan hakim yang menetapkan hak wali asuh anak pada perkara No.

9/Pdt.G/2008/PN.AP, itu berdasar pertimbangan bahwa hakim dalam hal ini tidak hanya

mengabdi kepada fungsi kepastian hukum, tetapi mempunyai tugas juga dalam merealisasikan

keadilan.

Putusan hakim tidak selalu sama karena setiap peristiwa itu sifatnya khusus dan

hakim tidak selalu dapat menerapkan hukum dari suatu peraturan perundang-undangan yang

umum sifatnya penetapan perwalian anak dalam perceraian di pengadilan negeri karena dalam

beberapa putusan baik tingkat banding maupun kasasi yang telah menjadi Yurisprudensi di

Indonesia menyatakan bahwa dalam hal terjadi perceraian, anak-anak yang masih kecil dan

membutuhkan kasih sayang dan perawatan ibu, perwaliannya patut diserahkan kepada ibunya

(Putusan Mahkamah Agung No. 239 K/Sip/1968) kemudian dinyatakan bahwa demi

kepentingan anak yang belum dewasa dalam hal putusnya perkawinan karena perceraian,

maka pemeliharaan si anak tersebut diserahkan kepada si ibu sebagai situasi yang kongkret.

Hakim tidak hanya wajib menerapkan atau melaksanakan Undang Undang, tetapi juga

menghubungkan semua sifat-sifat yang khusus dari perkara hak wali asuh yang diajukan

kepada hakim dalam putusannya.

Secara filosofis putusan hakim dalam perkara perdata mengenai hak wali asuh anak

karena perceraian sebagaimana di tuangkan dalam register Pengadilan Negeri Amlapura

Nomor 9/Pdt.G/2008/PN.AP menunjukan moral hukum (moral justice) dari hakim yang

dipusatkan pada hal-hal yang bersifat khusus pada peristiwa kongkret dan kepentingan yang

berkaitan. Sifat khusus dalam perkara ini adalah perkara yang diadili ini bukan perkara

perceraian semata-mata dan bukan perkara penetapan hak wali asuh saja, tetapi bagaimana

hakim mampu menangkap dimensi budaya/adat Bali yang bertumpu pada paham puruse, baik

Page 107: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

dalam hubungannya dengan kemampuan pengasuhan anak untuk masa depan pendidikan dan

perlindungan anak dan secara moral merasa berkewajiban dengan tepat menentukan siapa

yang berhak menjadi wali asuh bagi anak karena perceraian itu, dengan tidak mengurangi

hubungan emosional anak dengan kedua orang tuanya.

Moral justice hakim memang dapat dipusatkan pada hal-hal yang konkret dan pada

tujuan yang tersirat dalam peraturan. Kalau penyelesaian berdasar moral hukum itu tidak

sesuai dengan penyelesaian menurut Undang Undang, maka hakim wenang dan wajib untuk

tidak mengikuti ketentuan hukum (pasal-pasal), melainkan menggunakan moral hukum itu

sebagai sarana untuk menemukan pemecahan peristiwa kongkret yang dapat diterima. Melalui

Moral justice hakim dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan terhadap para pihak di sidang

pengadilan, dapat ditetapkan wali asuh yang mempunyai moralitas yang baik berlatar

belakang adat yang masih kuat dipelihara sepenuh hati, sehingga nantinya dapat mendidik,

membimbing dan memberi teladan bagi anak yang secara hukum tetap menjadi asuhannya.

c. Pendekatan Sosiokultural

Pendekatan sosiokultural dimaksudkan untuk menyajikan hasil interaksi antara sistem

sosial dan budaya, berkaitan dengan pola-pola dari peran-peran institusional dan fungsi-fungsi

out-put dari akomodasi dan pengaturan tingkah laku orang lain. Selain itu juga untuk

menemukan kesesuaian penerapan hukum itu dengan tata nilai budaya yang berlaku di

masyarakat.

Hal ini dikandung maksud bahwa putusan hakim itu bisa diterima oleh masyarakat

sebagai suatu putusan yang benar dan adil. Penegakan hukum bukan sekedar keputusan suatu

perkara dan selesai, tetapi dapat dipengaruhi dan berpengaruh terhadap keadaan dan interaksi

sosial yang terjadi dalam masyarakat, terutama masyarakat yang masih memelihara dan

mengembangkan sistem hak-hak privilege berdasarkan status atau suatu masyarakat yang

berada dalam lingkungan kekuasaan otoriter atau masyarakat yang terbuka dan masyarakat

yang egaliter. Keinginan dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh perlakuan hukum

yang benar dan adil dapat mempengaruhi penegakan hukum yang benar dan adil juga.

Hubungannya dengan putusan hakim berdasar pandangan Sosiokultural adalah hakim dalam

menangani dan memutus perkara tidaklah mengekspresikan dirinya sebagai kekuasaan

tunggal, dalam bentuk majelis hakim, mensinkronkan latar belakang budaya hakim

menjadi satu kesatuan bahasa tunggal berupa putusan majelis hakim.

Page 108: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Ada kalanya bagi hakim yang latar belakangnya hidup dalam lingkup keras,

marginal, banyak ketidakadilan tentu berbeda putusannya dengan hakim yang datang

dari latar belakang sosiokulktural yang serba tertib, adem ayem, religius. Kesatuan

ekspresi yuridis terhadap suatu perkara dapat dicapai, karena dasar rasa keadilan yang

dimiliki oleh hakim serta pandangan sosiokultural terhadap para pihak.

Pandangan sosiokultural hakim terekspresi dari kepribadian hakim, karena kepribadian

adalah persoalan jiwa hakim yang asasi dan mempengaruhi jiwa hakim yang terekspresikan

dalam bentuk keputusan hukum maupun penemuan hukum yang lazim. Sosiokultural hakim

adalah sikap yang memungkinkan individu hakim itu untuk bertindak bebas, melaksanakan

tugas memutuskan perkara dengan kemandiriannya, atas dorongan diri sendiri, mengejar

prestasi, penuh ketekunan, serta berkeyakinan di dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan

orang lain, mampu bertindak dan berpikir original, kreatif dan inisiatif, mengatasi masalah

yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Kemandirian adalah merupakan perilaku yang tumbuh di dalam diri individu hakim

yang dapat menambah rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi untuk menghadapi dan

menyelesaikan setiap masalah yang timbul serta mempertahankan dan mengupayakan tidak

bergantung pada orang lain. Keterbukaan terhadap pengalaman hukum karena terbuka

terhadap pengalaman, tidak kaku, memiliki toleransi terhadap kemampuan dan kesadaran

sensitif terhadap penemuan hukum. Artinya, bahwa perilaku para pihak memiliki referensi

yang harus dipelajari hakim dan menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara.

Putusan hakim Pengadilan Negeri Amlapura Register Nomor 9/Pdt.G/2008/PN.AP

selain dengan menggunakan pendekatan yuridis dan sosiologis, didahului dengan adanya

interpretasi maupun penafsiran oleh hakim terhadap latar belakang terjadinya perkara,

penafsiran terhadap materi pasal-pasal yang dikenakan terhadap suatu perkara. Penafsiran

atau interpretasi sebagai upaya menafsirkan perkataan perundang-undangan dengan meyakini

bahwa arti yang ditafsirkan itu memang berasal dari pembuat undang-undang. Dalam hal ini,

hakim bisa juga mempertimbangkan rumusan dalam perundang-undangan. Penafsiran

hubungan antara peristiwa yang sebenarnya dari suatu perkara dengan kata-kata yang yang

ada dibalik suatu pasal, sehingga menjadi masalah tentang kepastian hukum yang hendak

diputuskan hakim.

Page 109: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Padahal sesungguhnya terdapat suatu asas yang harus dipastikan dalam penerapan

suatu pasal. Karena itu hakim yang memiliki pengalaman tinggi dan ada kesediaan untuk

memahami suatu perkara, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik maka hakim itu akan

mampu menetapkan putusan yang adil, karena diputuskan berdasar rasa keadilan.

2 Analisis pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status

perwalian anak pada perkara perceraian dari perspektif perlindungan dan

kesejahteraan anak.

a. Pertimbangan Rasa Keadilan

Pekerjaan para hakim adalah mengusahakan keadilan yaitu mewujudkan suatu

kebajikan untuk memberikan kepada setiap orang haknya atau sedekat mungkin dengan

haknya, misalnya menjatuhkan hukuman sesuai dengan kesalahannya, sehingga tidak ada

orang yang mendapatkan keuntungan atas penderitaan orang lain. Sedangkan keadilan hukum

(legal justice) berarti keadilan telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan

kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan ini dapat ditegakkan melalui poses hukum,

yang umumnya di Pengadilan. Keadilan dapat juga dilihat dari hasil-hasil konkrit yang dapat

diberikan kepada masyarakat. hasil yang diperoleh itu hendaknya berupa pemuasan

kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan yang sekecil-kecilnya.

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman sebagai

hasil revisi Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, Bab IV tentang Hakim dan

Kewajibannya, Pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa ” Hakim wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat” Selanjutnya dalam

penjelasan dari pasal tersebut ” Ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim sesuai

dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat”. Ketentuan dalam undang-undang tersebut

sejalan dengan aliran sociological jurisprudence yang mengatakan hukum yang baik adalah

hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat, sesuai di sini berarti

bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.

Idealnya setiap hukum (perundang-undangan) termasuk putusan hakim harus dijiwai

oleh ketiga nilai dasar hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Namun, realitas

menunjukkan bahwa sering kali terjadi pertentangan antara nilai yang satu dan yang lainnya,

misalnya, antara keadilan dan kepastian hukum ataukah antara kemanfaatan dan kepastian

Page 110: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

hukum. Ketiga unsur esensial hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum sulit

terwujud secara bersamaan, lebih sering terjadi konflik antara ketiganya.

Tujuan hukum yang terpenting adalah untuk mencapai keadilan di dalam masyarakat.

Tujuan inilah yang menyebabkan dua hal. Pertama, kaidah-kaidah hukum itu tidak hanya

merupakan kaidah yang sah (mempunyai validity) saja, tetapi juga harus merupakan kaidah-

kaidah yang

adil (harus mempunyai value). Kedua, penegakan hukum dan pelaksanaan hukum itu tidak

boleh dilakukan sedemikian rupa sehingga sama sekali menghilangkan nilai-nilai etika

pada umumnya dan menghilangkan martabat kemanusiaan sebagai manusia khususnya.

Putusan Pengadilan Negeri Amlapura No.9/Pdt.G/2008/PN.AP yang menetapkan hak

wali asuh anak kepada Tergugat I Nyoman Kantun dengan pertimbangan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa dalam jawaban yang diajukan oleh Tergugat Konpensi/Penggugat Rekonpensi, Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi mohon agar ditetapkan atas hak perwalian dan hak asuh terhadap anak-anak Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi dan Tergugat Rekonpensi/Penggugat Konpensi karena Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi adalah pihak purusa.

Menimbang, bahwa kendatipun antara kedua belah pihak memiliki tanggung jawab yang sama hal melaksanakan kewajibannya sebagai orang tua terhadap anak-anak mereka tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkan kepada siapa hak asuh atas anak-anak tersebut akan diberikan, apakah kepada Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi atau kepada Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi?

Menimbang, bahwa dalam hal ini Majelis Hakim akan menetapkan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebagai pemegang Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi dengan pekerjaannya sebagai Nelayan dan Pramu Wisata mempunyai kemampuan untuk mendidik, merawat, membesarkan serta memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya kepada anak-anak meraka tersebut.

Menimbang, bahwa pertimbangan Majelis Hakim ini dilengkapi pula dengan adanya fakta persidangan yang menunjukkan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi mendapat dukungan moral yang begitu besar dari lingkungan tempat tinggalnya dalam mengasuh anak-anak tersebut. Dukungan moral yang Majelis Hakim maksudkan adalah dengan adanya surat No. 01/BS/V/2008 yang diajukan oleh Keluarga Besar Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug (keluarga besar dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi), yang intinya mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang lahir dari perkawinan Ni Luh Asih (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) dengan I Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi), ditetapkan kepada I Nyoman Kantun (Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi).

Menimbang, bahwa dukungan moral dari keluarga Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi telah pula ditindak lanjuti dengan Surat Pernyataan bermeterai yang dibuat oleh I Nyoman Gemuh Kalian Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug, yang juga

Page 111: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

adalah keluarga besar dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi. Inti dari Surat Pernyataan tersebut adalah bahwa I Nyoman Gemuh siap menanggung biaya hidup dan biaya pendidikan sampai selesai dibangku sekolah SMA yang dibutuhkan oleh I Kade Rai Subawa dan I Ketut Jaya Kusuma, dana mana akan diambilkan dari dana saham keluarga di Koperasi Ayu Waras Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem.

Menimbang, bahwa sekalipun Majelis Hakim telah menetapkan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebagai pemegang Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA , namun hal ini tidak berarti bahwa hak dan kewajiban Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi sebagai ibu kandung dari anak-anak tersebut akan berkurang ataupun hilang. Hal ini didasarkan atas surat pernyataan bermeterai bertanda T.1 yang telah dibuat oleh Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sendiri, yang menyatakan bahwa Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi memberikan ijin kepada anak-anak mereka tersebut untuk menengok ibunya (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) di tempat kosnya dan juga memberikan ijin kepada ibunya (Tergugat Rekonpensi/ Penggugat Konpensi) untuk menengok anak-anak tersebut.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan dan alasan tersebut di atas maka Majelis berpendapat bahwa permohonan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi sebatas mengenai Hak Asuh atas I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA beralasan untuk dikabulkan, sehingga secara otomatis gugatan petitum nomor 4 dari gugatan Penggugat Konpensi/ Tergugat Rekonpensi haruslah dinyatakan ditolak.

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi hanya dikabulkan sebatas hak asuhnya saja, maka gugatan Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi selebihnya haruslah dinyatakan ditolak.

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan pokok Penggugat dikabulkan sebagian dan dalam Rekonpensi gugatan dari Penggugat Rekonpensi/ Tergugat Konpensi juga dikabulkan sebagian, maka berdasarkan ketentuan dalam Pasal 192 Ayat (2) RBg Penggugat Konpensi/ Tergugat Rekonpensi dan Tergugat Konpensi/ Penggugat Rekonpensi dihukum untuk membayar biaya perkara ini secara tanggung renteng yang besarnya akan ditentukan seperti tersebut dalam amar putusan di bawah ini.

Mengingat dan memperhatikan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 serta peraturan perundangan lainnya yang bersangkutan.

Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam memberikan putusan yang memberikan

hak wali asuh anak kepada Tergugat I Nyoman Kantun sebagai ayahnya telah selaras dengan

maksud dari Pasal 28 ayat(1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, karena Hakim Pengadilan Negeri Amlapura telah menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat Bali yang menganut

sistem ke-bapaan, maka hal utama yang menonjol adalah anak laki-laki, anak laki-laki akan

Page 112: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

meneruskan kehidupan/keturunan keluarga itu. Hubungan kekerabatan yang terdapat di Bali,

sampai sekarang masih tetap diikat oleh sistem treh atau soroh yakni setiap keluarga selalu

menarik garis keturunan pada seorang laki-laki (purusa pancer). Asas-asas hukum

kekeluargaan “patriarchaat”, dimana hubungan seorang anak dengan keluarga (clan)

bapaknya menjadi dasar tunggal bagi susunan kekeluargaannya. Keluarga purusa adalah

paling penting dalam penghidupannya. Penyerahan seorang anak kepada ibunya akibat

perceraian menimbulkan konsekwensi si ibulah yang menjadi wali anak itu, hubungan

kekerabatan dengan pihak ayah putus dan akhirnya hak atas warisan bapak (purusa) juga

putus.

Sehingga putusan hakim Pengadilan Negeri Amlapura No.9/Pdt.G/2008/PN.AP adalah

putusan hukum yang telah memenuhi rasa keadilan masyarakat hakim telah menerapkan asas

legalistik secara tepat dan benar dalam rangka mengemban nilai-nilai keadilan dan rasa

keadilan dalam masyarakat. Hakim sebagai penterjemah hukum yang ada, baik melalui

penafsiran, konstruksi maupun penghalusan hukum dalam undang-undang selanjutnya

menerapkan dalam putusan perkara. yang menurut aliran sociological jurisprudence

dikatakan hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam

masyarakat, sesuai di sini berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup di

dalam masyarakat.

b. Aspek Perlindungan dan Kesejahteraan Anak.

Keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat dan sebagai lingkungan yang alami

bagi pertumbuhan dan kesejahteraan seluruh anggotanya khususnya anak-anak, harus diberi

perlindungan dan bantuan yang diperlukan agar keluarga mampu mengemban tanggung jawab

dalam masyarakat. Demi mengemban kepribadiannya secara penuh dan serasi, maka anak

harus tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih dan

pengertian.

Secara individu seorang anak adalah belum matang baik secara fisik maupun psikis,

lebih lanjut seorang anak digolongkan dalam kelompok rentan / rawan. Di mana dalam

kelompok rentan tersebut anak adalah tergolong yang paling rentan terhadap berbagai proses

yang sedang berlangsung, untuk itu seorang anak harus dijamin hak hidupnya untuk dapat

Page 113: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Hal ini merupakan komitmen

bangsa bahwa menghormati, memenuhi, dan menjamin hak anak adalah tanggungjawab

negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

Namun demikian apabila dalam suatu perkawinan terpaksa harus putus karena

perceraian maka keluarga yang dipakai tempat bernaung bagi anak-anak tidak dapat menyatu

kembali maka anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut akan menjadi korban.

Dalam pasal 41 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa baik ibu

maupun bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata

berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak,

Pengadilan memberikan putusan. Selanjutnya pasal 50 ayat(2) Undang-undang No. 1 Tahun

1974 menyebutkan bahwa perwakilan itu mengenai diri pribadi anak yang bersangkutan

maupun harta kekayaannya. ”mengenai pribadi anak yang bersangkutan” dapat ditafsirkan

bahwa kewajiban dari wali adalah mengurus kepentingan diri si anak mulai dari mengasuh,

memelihara, serta memberi pendidikan serta bimbingan agama, serta pengobatan dan

pemenuhan segala kebutuhan anak lainnya. Semua pembiayaan hidup tersebut adalah

menjadi tanggungjawab si wali. Sedangkan perwalian terhadap harta benda atau kekayaannya

adalah dalam bentuk mengelola harta benda si anak secara baik dengan mewakili si anak

dalam segala tindakan perdata (burgelijke handelingen).

Hakim dalam memutuskan hak asuh anak harus bersikap hati-hati serta arif oleh

karena jiwa anak-anak masih rapuh, jangan sampai putusan yang dijatuhkan oleh hakim

mempengaruhi perkembangan jiwa dan mental dari anak, hak Anak khususnya dalam pasal

14 yaitu setiap anak berhak diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau

aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik

bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Data yang diperoleh dalam Putusan Nomor : 9/Pdt.G/2008/ PN.AP yaitu dalam surat

gugatan penggugat dan jawaban :

- bahwa penggugat mohon ditetapkan sebagai hak wali asuh atas anak-anaknya yaitu: I

KADEK RAI SUBAWA dan I KETUT JAYA KUSUMA, karena anak-anak penggugat

tersebut masih memerlukan perawatan dan kasih sayang seorang ibu.

- Bahwa tergugat dalam jawabannya mendalilkan bahwa sesuai dengan hukum Adat Bali,

hak perwalian dan hak asuh adalah menjadi tanggungjawab tergugat sebagai purusa dan

Page 114: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

tergugat juga menyatakan siap menanggung biaya hidup rumah tangga termasuk

kebutuhan anak tergugat yang dikeluarkan oleh Penggugat selama tinggal terpisah dengan

tergugat.

Jika dicemati dari jawab-menjawab tersebut maka dalam perkara ini ada sengketa mengenai

hak pengasuhan atas anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan. Dari keterangan saksi

yang diajukan di muka persidangan yaitu saksi I Ketut Suastawan dan I Ketut Simpen,

diperoleh keterangan :

- Bahwa setelah terjadi percekcokan antara penggugat dengan tergugat, anak mereka

menyatakan akan ikut dengan penggugat.

- Bahwa akibat percekcokan penggugat dan tergugat, menyebabkan mental anak pertama

mereka agak tertekan.

Kemudian saksi I Ketut Suastawan, I Ketut Simpen dan Ni Luh Mariani memberikan

keterangan pula :

- Pekerjaan dari tergugat I Nyoman Kantun adalah nelayan dan pemandu wisata sehingga

sering pulang malam.

- Bahwa penyebab percekcokan antara penggugat dengan tergugat antara lain karena

tergugat sering bermain judi.

Akhirnya dalam amar putusan perkara No. 9/Pdt.G/2008/PN.AP Majelis Hakim telah

menjatuhkan putusan mengenai hak asuh atas anak I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT

JAYA KUSUMA diserahkan kepada tergugat I Nyoman Kantun sebagai ayahnya, dengan

mendasarkan pada Hukum Adat Bali yang mempengaruhi putusan hakim seperti telah

diuraikan di atas melalui pendekatan sosiopsikologis, pendekatan psikokultural, pendekatan

sosiokultural.

Dalam perkara No.9 /Pdt.G/2008/PN.AP tersebut peneliti mencermati dan mengkaji

dari sisi lain yaitu dengan memperhatikan keterangan saksi-saksi di muka persidangan

bahwa anak-anak dari penggugat dan tergugat lebih memilih ikut kepada tergugat Ni Luh asih

sebagai ibunya, sehingga secara psikologis sebenarnya anak-anak dari penggugat Ni Luh Asih

dan tergugat I Nyoman Kantun sangat membutuhkan kasih sayang dari ibunya (tergugat Ni

Luh Asih). Selain itu tergugat I Nyoman Kantun mempunyai kebiasaan bermain judi,

sehingga secara moralitas perilaku dari tergugat I Nyoman Kantun yang suka bermain judi

akan mempengaruhi kemampuan dan kesanggupan tergugat I Nyoman Kantun dalam

Page 115: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

mendidik anak-anaknya serta berpengaruh kepada perkembangan mental anak itu sendiri.

Selanjutnya pekerjaan dari tergugat adalah seorang nelayan dan pemandu wisata yang sering

pulang malam sehingga jaminan bahwa tergugat akan memberikan perhatian, perawatan,

kasih sayang dan bimbingan kepada anak-anaknya tidak dapat dilaksanakan dengan

sepenuhnya.

Dalam menentukan suatu status pemberian hak pengasuhan anak karena perceraian

menurut Undang-undang Perlindungan anak kedua orang tua mempunyai hak yang sama

untuk mengasuh dan memelihara anak.84 Namun demikian dalam menentukan siapa yang

akan diserahi hak asuh anak menurut Melton,Petrila(1997),85 harus berdasarkan pertimbangan

kepentingan terbaik bagi anak sebagai faktor yang menentukan dalam putusan mengenai hak

asuh anak (the child’s best interests as the determining factor in custody decisions)

Kepentingan terbaik bagi anak ini sejalan dengan maksud dan amanat dari Undang-undang

No. 23 Thaun 2002 Tentang Perlindungan Anak khususnya pasal 14.

Kekerabatan yang menganut sistem ke bapa-an (Vaderrechtelijk) yang sangat kuat di

Bali telah mempengaruhi putusan yang dijatuhkan oleh hakim dalam perkara hak pengasuhan

atas anak, perlu dikaji secara lebih mendalam apakah anak-anak yang masih lugu dan belum

bisa mengerti apa itu sistem kekerabatan dapat menerima putusan hakim sehingga mereka

harus berpisah ataupun dipisahkan dari pemeliharaan, kasih sayang bimbingan dari seorang

ibu mengingat anak-anak secara umum dalam melangsungkan kehidupannya masih sangat

bergantung secara mental dan psikologis kepada seorang ibu, seperti dikatakan oleh

Sorensen,86 pertimbangan hukum dan psikologi diangkat oleh hakim-hakim dalam sengketa

perwalian anak (the legal and psychology consideration adopted by judges in child custody

cases). Orang tua adalah pihak yang bertanggungjawab untuk membesarkan dan memenuhi

semua kebutuhan anak-anaknya, orangtua lalu merasa berhak melakukan apapun terhadap

anak-anak dengan berbagai dalih termasuk dalih sistem kekerabatanan atau hukum adat, yang

senyatanya tidak dimengerti oleh anak-anak pada saat itu, sehingga konsep “demi

kepentingan terbaik bagi anak” menjelma menjadi “demi kebaikan orang tua”

84 Arief Rudiansah, Akibat Perceraian dalam Pandangan Hukum Islam dan UU No. 23/2002.

http://digilib.uin-suka.ac.id//gdl-php/mod=browse&op=read&id=digil... 85 Melton Petrila, Standart for Resolution of custody Disputes,

http://www.springerlink.com/content/u845685616313556/?p=a609d... 86 Sorensen F.Goldman, Contested Custody Decisions,

http://www.springerlink.com/content/j20x34q602040557/

Page 116: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Putusan No. 9/Pdt.G/2008/PN.AP telah benar-benar melaksanakan maksud dari

ketentuan pasal 28 Undang-undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

memberikan kesempatan kepada hakim untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-

nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Sehingga dilihat dari sudut

pandang kekerabatan dan masyarakat hukum adat putusan tersebut telah benar-benar

mengandung rasa keadilan. Namun demikian obyek dalam perkara ini adalah anak-anak,

dimana dalam hukum internasional maupun hukum nasional kepada anak-anak diberikan

perlindungan khusus. Pertentangan kepentingan antara hukum adat dan hukum diungkapkan

pula oleh Stanley Diamond dalam Sunaryati Hartono,87Adat dan Hukum merupakan sistem

kaidah yang bertentangan. Adanya kaidah-kaidah hukum adat yang secara diametral

bertentangan dengan hukum nasional yang tertulis, menyebabkan mengapa proses pembinaan

hukum dewasa ini kadang-kadang terjadi pertentangan antara hukum adat dan hukum

nasional.

Dalam amar putusan perkara No. 9/Pdt.G/2008/PN.AP Majelis Hakim telah

menjatuhkan putusan mengenai hak asuh atas anak I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT

JAYA KUSUMA diserahkan kepada tergugat I Nyoman Kantun sebagai ayahnya. Sehingga

putusan tersebut tidak sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-undang No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak khususnya dalam pasal 14.

Disadari bersama bahwa anak merupakan penerus bangsa karena di pundaknya

terletak harapan dan tugas bangsa yang belum terselesaikan oleh generasi-generasi

sebelumnya sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara, mereka harus tumbuh dan

berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat rohani dan jasmani, cerdas, bahagia,

berpendidikan dan bermoral tinggi. Agar supaya anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi

warganegara yang terpuji maka perlu diberikan kasih sayang, perlindungan, pembinaan dan

pengarahan yang tepat hal tersebut merupakan tanggungjawab utama dari orang tua.

Untuk menjamin kelangsungan hidup anak maka pemerintah telah mengundangkan

beberapa undang-undang yang mengatur mengenai perlindungan, pembinaan kesejahteraan

anak yang salah satunya adalah Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 telah

menyebutkan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, bimbingan

87 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hlm.12

Page 117: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh

dan berkembang dengan wajar.

Data yang diperoleh dalam Putusan Nomor : 9/Pdt.G/2008/ PN.AP yaitu dari saksi-

saksi yang diajukan di muka persidangan yaitu saksi I Ketut Suastawan, Ni Luh Mariani, I

Nyoman Gemuh, Kelian Dadia (ketua paguyuban keluarga) telah memberikan keterangan :

- Penggugat bekerja di Hotel Sangrila.

- Penggugat (Ni Luh asih) pernah mengeluhkan kalau suaminya (tergugat I Nyoman

Kantun) tidak pernah memberikan nafkah keluarga.

- Saksi Ni Luh Mariani adalah keponakan dari tergugat I Nyoman Kantun yang tinggal

bersama dengan Penggugat Ni Luh asih, Penggugat selama ini telah membiayai kebutuhan

dan biaya sekolah saksi Ni Luh Mariani.

- Saksi I Nyoman Gemuh sebagai Kelian Dadia (ketua paguyuban keluarga) di muka

persidangan menyerahkan surat dengan Nomor : 01/BS/V/2008 yang diajukan oleh

Keluarga Besar Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug (kelurga besar dari tergugat) yang intinya

mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang lahir dari perkawinan Ni Luh Asih

(penggugat) dengan I Nyoman Kantun (tergugat), ditetapkan kepada I Nyoman

Kantun(tergugat).

- Saksi I Nyoman Gemuh juga menyerahkan Surat Pernyataan yang dibuat oleh I Nyoman

Gemuh sendiri yang intinya menyatakan bahwa I Nyoman Gemuh siap menanggung

biaya pendidikan sampai selesai di bangku sekolah SMA yang dibutuhkan oleh anak-anak

tergugat yang akan diambil dari dana koperasi keluarga.

Dari keterangan saksi-saksi dalam perkara No. 9 /Pdt.G/2008/PN.AP tersebut maka

diperoleh fakta bahwa tergugat I Nyoman Kantun adalah seorang suami atau kepala keluarga

yang mempunyai masalah dalam hal memberikan tanggungjawab kepada keluarganya dalam

hal nafkah atau pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Adanya jaminan dari Kelian Dadia (

ketua paguyuban keluarga) untuk membiayai anak-anaknya yang tertuang dalam surat

pernyataan bermaterai, dalam praktek kehidupan dalam masyarakat sangatlah sulit untuk

dilaksanakan, karena pemenuhan dari jaminan tersebut akan dipengaruhi pula oleh

bagaimana sikap dari tergugat I Nyoman Kantun sendiri dalam menjalankan tanggung jawab

secara finansial terhadap keluarga besar dadia-nya, ditambah lagi bahwa kebutuhan dari anak

Page 118: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

yang harus dipenuhi oleh orang tua bukanlah hanya semata-mata biaya pendidikan saja,

namun masih banyak sisi lain yang memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit.

Untuk melaksanakan amanat dari Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan anak dalam perkara No. 9/Pdt.G/2008 /PN.AP, Majelis Hakim mempunyai

pilihan untuk menjatuhkan hak asuh anak kepada Penggugat Ni Luh Asih sebagai ibunya

dengan mempertimbangkan :

a. Penggugat Ni Luh Asih mempunyai keinginan, kesanggupan untuk menjadi wali asuh dari

anak-anaknya karena Penggugat dalam gugatannya meminta hak wali asuh atas anak-

anaknya diberikan kepada Penggugat.

b. Penggugat Ni Luh Asih bekerja di Hotel Sangrila, sehingga mempunyai penghasilan tetap

yang dapat dipergunakan untuk memenuhi segala kebutuhan dari anak-anaknya, dengan

tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain/keluarga.

c. Penggugat selama ini telah memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta mampu pula

membiayai Saksi Ni Luh Mariani( keponakan dari tergugat I Nyoman Kantun) yang

tinggal bersama dengan Penggugat Ni Luh asih, Penggugat selama ini telah membiayai

kebutuhan dan biaya sekolah saksi Ni Luh Mariani.

Dalam amar putusan perkara No. 9/Pdt.G/2008/PN.AP Majelis Hakim telah

menjatuhkan putusan mengenai hak asuh atas anak I KADE RAI SUBAWA dan I KETUT

JAYA KUSUMA diserahkan kepada tergugat I Nyoman Kantun sebagai ayahnya. Sehingga

putusan tersebut tidak sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-undang No. 4

Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak khususnya pasal 2 ayat (1).

3. Kesulitan-kesulitan yang ditemui hakim dalam menetapkan perwalian anak dalam

rangka perlindungan dan kesejahteraan anak pada perkara perceraian.

a. Kesulitan mempertimbangkan rasa keadilan demi kepentingan terbaik anak dan

terjaminnya kesejahteraan anak karena pengaruh dari hukum adat yang sangat kuat.

1) Kepentingan terbaik anak.

Berdasar teori bekerjanya hukum, hal yang harus diperhatikan hakim adalah

dalam hal mengadili menurut hukum. Putusan hakim harus berdasarkan hukum, harus

mengandung atau menjamin kepastian hukum, artinya ada jaminan bahwa hukum

dijalankan menjamin para pihak memperoleh haknya dan putusan hakim dilaksanakan.

Putusan hakim harus bermanfaat, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi

Page 119: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

masyarakat. Masyarakat berkepentingan, karena menginginkan adanya keseimbangan

tatanan dalam masyarakat. Adanya sengketa hukum mengandung arti keseimbangan

tatanan dalam masyarakat itu terganggu, dan keseimbangan yang terganggu itu harus

dipulihkan kembali.

Hakim banyak menemui kesulitan dalam memutuskan perkara, karena

putusannya harus adil dirasakan oleh pihak yang bersangkutan tidak saja adil terhadap

pihak-pihak yang berperkara dalam hal ini penggugat dan tergugat, namun juga harus

memberi rasa keadilan pula bagi anak-anak yang menjadi obyek dalam sengketa hak

pengasuhan anak ini. Keadilan adalah penilaian terhadap perbuatan atau perlakuan

seseorang terhadap orang lain yang lazimnya hanya dilihat dari sudut orang yang

terkena atau dikenai perlakuan itu. Bicara tentang keadilan berarti juga bicara tentang

perlindungan kepentingan. Sekalipun yang mengajukan gugatan itu penggugat namun

kepentingan terguggat tetap harus diperhatikan.

Sebelum mengucapkan/menjatuhkan putusannya hakim harus bertanya kepada

dirinya sendiri secara jujur pengambilan putusan ini, sudah tepat atau belum putusan

hakim itu dalam menyelesaikan atau menuntaskan perkara dalam bentuk putusan itu.

Tidak jarang hakim mampu menjawab pertanyaan pribadinya adil atau tidak putusannya

itu dan manfaat putusan hakim tersebut. Hakim dalam membuat putusan hukum itu

berorientasi kepada ragam berpikir dengan logika dan perasaan, tetapi juga dengan

menggunakan kecerdasan spiritual. Persoalan putusan hakim itu menjadi terlalu dalam

untuk bisa dijawab dengan menggunakan rasio yang matematis, datar, dan sederhana.

Tetapi meskipun menggunakan kecerdasan spiritual, tidak berarti kedua macam

berpikir yang lain sama sekali dikesampingkan. Hakim tentu harus menggunakan

kecerdasan spiritual untuk meningkatkan kualitas kedua macam berpikir yang lain.

Berpikir dengan rasio dalam hukum diperlukan untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang sederhana. Berpikir dengan perasaan (rasa keadilan) atau dalam konteks,

juga diperlukan karena menjalankan hukum juga memerlukan empati, komitmen, dan

dedikasi. Akhirnya setelah dipertimbangkan secara cermat dan masak berdasar aspek

yuridis, sosiologis dan filosofis maka putusan dirumuskan dan diucapkan, yang tidak

mungkin ditarik kembali atau diubah, sekalipun belum memperoleh kekuatan hukum

Page 120: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

tetap dan sekalipun tujuannya adalah untuk memperbaiki atau menyempurnakannya,

kecuali di tingkat peradilan yang lebih tinggi.

I Nyoman Kantun (tergugat dalam Perkara No. 9/Pdt.G/2008/ PN.AP), adalah

seorang ayah yang harus berjuang melawan dua pihak sekaligus untuk mendapatkan hak

wali asuh atas anaknya sendiri. Pihak pertama yang dihadapi tak lain adalah isteri yang

akan segera diceraikannya dengan berbagai alasan. Pihak kedua adalah hakim di

persidangan. Tergugat I Nyoman Kantun harus berusaha meyakinkan hakim dalam

kesempatan yang diberikan kepadanya untuk memaparkan banyak hal serta mencermati

semua bukti yang dihadirkan di persidangan, Ketakutan dari tergugat I Nyoman Kantun

apabila Majelis Hakim menilai bahwa ia sebagai lelaki yang tidak bertanggung jawab

terhadap keluarganya (isteri dan anaknya), sehingga harapan untuk mendapatkan hak

pengasuhan anak menjadi tipis.

Tergugat I Nyoman Kantun beruntung, karena pada saat pemeriksaan

persidangan saksi-saksi yang diajukan diperhatikan hakim bahkan dukungan moral dari

Kelian Dadia (ketua paguyuban keluarga besar) memberi kesaksian yang mendukung

itikad baiknya. Lebih dari itu nampaknya hakim memperhatikan dengan seksama

hukum adat Bali yang masih kuat dipertahankan masyarakat Bali. Masyarakat Bali

menganut sistem ke-bapa-an (Vaderrechtelijk). Hukum adat Bali sangat menghargai

sistem ke-bapa-an di Bali yang nyata tampak dimana istri memasuki keluarga suaminya.

Demikian pula selanjutnya anak-anak akan terikat dengan keluarga ayah (suaminya)

dan tidak ada hubungan lurus kepada keluarga ibunya. Kewajiban-kewajiban anak/cucu

juga bertumpah kepada keluarga bapaknya serta hak-hak dan kewajiban yang diperoleh

juga berasal dari garis bapak.

Kalau saja kasus I Nyoman Kantun, baik sebagai penggugat maupun tergugat

yang mengajukan maupun diajukan gugatan perceraian yang memohonkan hak asuh

anak terjadi di luar wilayah Propinsi Bali, di mana para hakimnya tidak dapat

merasakan pengaruh kuatnya sistem kekerabatan pada Suku Bali, maka besar

kemungkinan pupus sudah harapan I Nyoman Kantun untuk menjadi wali pengasuhan

atas anaknya sendiri. Bahkan hakim-hakim Pengadilan Agama banyak memanfaatkan

Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam sebagai tameng untuk menutupi keengganan bahkan

ketidakmampuan hakim dalam memberikan pertimbangan komprehensif sebelum

Page 121: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

menjatuhkan putusan tentang hak perwalian anak. Jelasnya, memberikan hak perwalian

kepada ibu barangkali akan cenderung dilakukan oleh hakim atas dasar tiga hal.

Pertama, keberadaan rahim ibu diasumsikan serta merta sebagai jaminan bahwa ibu

memiliki kasih sayang lebih besar dan lebih mampu mengasuh anak ketimbang diri

sang ayah. Kedua, aturan bahwa anak yang belum dewasa diasuh oleh ibu, merupakan

dalil agama yang bisa jadi sensitif untuk digugat, bahkan untuk dicermati secara lebih

kontekstual sekalipun. Ketiga, putusan yang ’aman’ tidak akan memunculkan catatan

khusus dalam rekam jejak hakim, sehingga mendukung perjalanan karir hakim tersebut.

Putusan Pengadilan Negeri Amlapura yang telah memberikan perwalian atas

anak-anak karena perceraian kepada ayahnya yang berdasarkan pendekatan

sosiopsikologis, sosiokulutral dan psikokultural seperti telah diuraikan dalam bahasan di

atas, yang telah banyak dipengaruhi oleh unsur budaya kedaerahan yang kental

melingkupinya baik karena pertama, tempat (locus) yaitu di Amlapura, Bali. Kedua,

hakim-hakimnya dari Suku Bali sehingga dapat dengan mudah memahami dan

menerima dalil mengenai sistem kekerabatan yang ada. Ketiga, kelian dadia (ketua

paguyuban keluarga) yang memberikan dukungan, putusan seperti ini telah benar-

benar melaksanakan maksud dari ketentuan pasal 28 Undang-undang No. 4 tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman yang memberikan kesempatan kepada hakim untuk

menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup

dalam masyarakat. Sehingga dilihat dari sudut pandang kekerabatan dan masyarakat

hukum adat putusan tersebut telah benar-benar mengandung rasa keadilan.

Namun demikian obyek dalam perkara ini adalah anak-anak, dimana dalam

hukum internasional maupun hukum nasional kepada anak-anak diberikan perlindungan

khusus yaitu demi kepentingan terbaik bagi anak. Ditengah upaya pemerintah untuk

membangun suatu negara hukum, masyarakat hukum di berbagai daerah yang

mendasarkan diri pada kebenaran berlakunya hukum adat secara diam-diam tetap saja

eksis, walaupun secara resmi tidak memperoleh pengakuan resmi. Pertentangan

kepentingan antara hukum adat dan hukum diungkapkan pula oleh Stanley Diamond

dalam Sunaryati Hartono,88 Adat dan Hukum merupakan sistem kaidah yang

bertentangan. Adanya kaidah-kaidah hukum adat yang secara diametral bertentangan

88 Ibid

Page 122: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

dengan hukum nasional yang tertulis, menyebabkan mengapa proses pembinaan hukum

dewasa ini kadang-kadang terjadi pertentangan antara hukum adat dan hukum nasional.

Dalam persoalan legal gab, menurut Soetandyo Wignyosubroto89, ada 3 (tiga)

langkah kebijakan yang bisa dilaksanakan oleh badan-badan yang bertanggung jawab

demi keberhasilan pembangunan hukum nasional. Pertama, dengan mendayagunakan

wibawa sanksi hukum untuk memaksa warga masyarakat dari kesetiaannya sebagai

partisipan popular order ke kesetiaannya yang baru sebgai partisipan national legal

order. Kedua, melalui penyuluhan dan membangkitkan kesadaran baru. Ketiga,

kebijakan legal reform, yaitu suatu langkah yang dikerjakan dengan cara melakukan

revisi atau pembaruan atas bagian-bagian tertentu dalam kandungan hukum undang-

undang yang telah ada sedemikian rupa agar hukum negara dapat berfungsi secara lebih

adaptif pada situasi-situasi riil yang terdapat dalam kehidupan warga masyarakat.

Dengan sistem Hukum adat dan kekerabatan yang sangat kuat di Bali

menimbulkan kesulitan dalam memberikan pertimbangan yang bertujuan memberikan

rasa keadilan demi kepentingan terbaik bagi anak yang menjadi obyek dalam perkara

perceraian. Hukum Adat yang masih kuat dan melekat dalam kehidupan masyarakat

Bali merupakan kekayaan budaya tersendiri, namun kadang hukum adat tersebut

membentengi pelaksanaan hukum nasional.

2) Kesejahteraan anak

Kajian terhadap kesulitan hakim dalam mengambil putusan hukum didasarkan

atas teori bekerjanya hukum yang dipengaruhi oleh tiga komponen penting dan saling

terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain yaitu proses pembuatan hukum (law

making processes), proses penegakan hukum (law implementing processes), dan

pemakai hukum (role occupant). Hakim dalam hal memutus suatu perkara,

berpedoman kepada ketentuan hukum, kebenaran fakta yang diperoleh dalam

pemeriksaan di sidang pengadilan dan keyakinan hakim atas perkara tersebut dan

didasari rasa keadilan. Hukum harus dilaksanakan oleh hakim dengan baik, karena

dalam proses menerapkan dan menegakkan hukum tidak serta merta hanya dengan

89 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah Sebuah Pengantar ke

Arah Kajian Sosiologi Hukum, Bayumedia Publishing, 2008, Malang, hlm. 126.

Page 123: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

hukum itu sendiri, tetapi ada komponen lain yang dapat mendukung penerapan dan

penegakan hukum.

Putusan hakim merupakan ”penyelesaian hukum” dari perkara hukum, tentu saja

hakim dalam membuat putusan harus memerhatikan segala aspek didalamnya, yaitu

mulai dari perlunya kehati-hatian, dihindari sedikit mungkin ketidakcermatan baik yang

bersifat formal maupun materiil sampai kepada materi putusan hukum.

Data yang diperoleh dalam Putusan Nomor : 9/Pdt.G/2008/ PN.AP yaitu dari

jawaban penggugat yang menyatakan bahwa sesuai hukum Adat Bali, hak perwalian

dan hak asuh adalah menjadi tanggung jawab tergugat sebagai purusa. Selanjutnya

tergugat mengajukan saksi I Nyoman Gemuh, Kelian Dadia (ketua paguyuban

keluarga) yang dalam persidangan menyerahkan surat :

- Saksi I Nyoman Gemuh sebagai Kelian Dadia (ketua paguyuban keluarga) di muka

persidangan menyerahkan surat dengan Nomor : 01/BS/V/2008 yang diajukan oleh

Keluarga Besar Dadia Dukuh Puri Desa Bugbug (keluarga besar dari tergugat) yang

intinya mohon agar perwalian dan hak asuh anak-anak yang lahir dari perkawinan Ni

Luh Asih (penggugat) dengan I Nyoman Kantun (tergugat), ditetapkan kepada I

Nyoman Kantun (tergugat) karena tergugat berkedudukan sebagai kepurusa.

- saksi I Nyoman Gemuh juga menyerahkan Surat Pernyataan yang dibuat oleh I

Nyoman Gemuh sendiri yang intinya menyatakan bahwa I Nyoman Gemuh siap

menanggung biaya pendidikan sampai selesai di bangku sekolah SMA yang

dibutuhkan oleh anak-anak tergugat yang akan diambil dari dana koperasi keluarga.

Dari pengaruh hukum adat yang sangat kuat di Bali maka keadaan tergugat yang

senyatanya tidak mempunyai kemampuan secara financial untuk memberikan

pemenuhan kebutuhan terhadap anak-anaknya, mendapat bantuan berupa dukungan dari

Kelian Dadia berupa permohonan supaya tergugat I Nyoman Kantun diberikan hak asuh

anak karena tergugat I Nyoman Kantun selaku kepurusa dan juga dukungan berupa

jaminan yang diberikan oleh Kelian dadia untuk memenuhi biaya pendidikan dari anak-

anak tergugat I Nyoman Kantun dengan dana koperasi keluarga.

Dalam Hukum adat Bali dengan dianutnya sistem ke-bapaan, maka hal utama

yang menonjol adalah anak laki-laki, anak laki-laki akan meneruskan

Page 124: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

kehidupan/keturunan keluarga itu.90 Begitu perkawian telah dilangsungkan dan telah

dinyatakan sah secara hukum, maka pada saat itu si istri telah memasuki kerabat dari

pihak Purusa (laki-laki). Hubungan kekerabatan yang terdapat di Bali, sampai sekarang

masih tetap diikat oleh sistem treh atau soroh yakni setiap keluarga selalu menarik garis

keturunan pada seorang laki-laki (purusa pancer). Asas-asas hukum kekeluargaan

“patriarchaat”, dimana hubungan seorang anak dengan keluarga (clan) bapaknya

menjadi dasar tunggal bagi susunan kekeluargaannya. Keluarga purusa adalah paling

penting dalam penghidupannya. Penyerahan seorang anak kepada ibunya akibat

perceraian menimbulkan konsekwensi si ibulah yang menjadi wali anak itu, hubungan

kekerabatan dengan pihak ayah putus dan akhirnya hak atas warisan bapak (purusa)

juga putus.

Dengan sistem Hukum adat dan kekerabatan yang sangat kuat menimbulkan

kesulitan dalam memberikan pertimbangan yang bertujuan memberikan rasa keadilan

bagi anak yang menjadi obyek perkara perceraian dalam menjamin kesejahteraan anak.

Hukum Adat yang masih kuat dan melekat dalam kehidupan masyarakat Bali

merupakan kekayaan budaya tersendiri, namun kadang hukum adat tersebut

membentengi pelaksanaan hukum nasional.

b. Kesulitan mendapatkan referensi yang akurat dari masing-masing pihak.

Hakim dalam memberikan pertimbangan dalam suatu putusan harus

memperhatikan pembuktian yang dilakukan oleh masing-masing pihak baik berupa bukti

surat maupun bukti saksi. Pembuktian yang dilakukan oleh para pihak tersebut merupakan

masukan-masukan sebagai bahan referensi dalam memberikan pertimbangan. Dalam

perkara perceraian, para pihak yang menjadi sengketa adalah suami dan istri, obyek

sengketanya diantaranya adalah masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan rumah

tangga, yang merupakan masalah interen antara pihak suami dengan isteri yang

bersengketa. Tidak jarang dalam kehidupan rumah tangga baik suami maupun isteri

mengambil sikap tertutup terhadap masalah-masalah yang timbul dalam rumah tangga,

tidak secara serta-merta menceritakan ataupun mengadu setiap permasalahan kepada

keluarga/kerabatnya apalagi kepada orang lain sehingga apabila terjadi gugatan

90 I Ketut Artadi, Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya dilengkapi dengan Yurisprudensi, Setia Kawan,

Denpasar, 1987, hlm. 6

Page 125: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

perceraian, karena keterbatasan pengetahuan dari saksi-saksi yang diajukan di muka

persidangan mengenai pribadi masing-masing dari suami dan isteri dalam membangun

rumah tangganya sehingga sulit untuk diungkap referensi yang akurat mengenai

kepribadian dari masing-masing suami dan istri dalam membangun rumah tangganya.

Referensi mengenai bagaimana sikap suami dan isteri dalam membangun rumah tangga

merupakan hal yang penting yang akan dipergunakan hakim dalam memberikan

pertimbangan dimana hakim mengabulkan gugatan perceraian dan selanjutnya akan

menjatuhkan putusan kepada siapa anak-anak hasil perkawinan tersebut akan diserahkan

hak perwaliannya. Pertimbangan untuk menentukan hak perwalian anak karena perceraian

tidak lepas dari penentuan nilai hukum mengenai siapakah yang paling berhak menerima

hak perwalian atas anak tersebut.

Kurangnya referensi mengenai para pihak yaitu suami dan isteri yang diperoleh

dalam persidangan mengakibatkan moralitas dari para pihak yaitu suami dan istri tidak

dapat terungkap dengan jelas, karena minimnya saksi-saksi yang mengetahui kepribadian

dari masing-masing pihak, sehingga hakim dalam menjatuhkan putusan atas dasar

kurangnya referensi tentang moralitas para pihak yaitu suami dan isteri dapat berakibat

merugikan bagi anak, karena putusan hakim yang dijatuhkan itu harus memberi rasa

keadilan kepada anak yang menjadi obyek dalam perkara yaitu siapa yang akan diserahi

hak perwalian anak, karena putusan hakim yang tidak tepat akan mempengaruhi

perkembangan mental, fisik serta kecerdasan anak yang menjadi obyek dalam perkara.

Putusan pengadilan Negeri Amlapura di atas adalah putusan hukum yang dijatuhkan

hakim yang memberikan hak asuh anak kepada ayah dari anak-anaknya, secara hukum

nasional tidak sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak dan tidak sesuai dengan pasal 14 Undang-undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak serta tidak sesuai pula dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung

R.I. :

a. No. 239 K/Sip/1968, yang memberikan kaidah hukum bahwa dalam hal terjadi perceraian,

anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan kasih sayang dan perawatan ibu,

perwaliannya patut diserahkan kepada ibunya.

Page 126: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

b. Putusan PT Semarang No. 96/1970.Pdt/PT Smg, yang memberikan kaidah hukum bahwa

demi kepentingan anak yang belum dewasa dalam hal putusnya perkawinan karena

perceraian, maka pemeliharaan si anak tersebut diserahkan kepada si ibu.

c. No. 102 K/Sip/1973, yang memberikan kaidah hukum bahwa berdasarkan Yurisprudensi

mengenai perwalian anak, patokannya ialah bahwa ibu kandung yang diutamakan,

khususnya bagi anak-anak yang masih kecil, karena kepentingan anak yang menjadi

kriteria.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam pertimbangannya telah menetapkan hak

perwalian anak karena perceraian kepada ayahnya, karena dipengaruhi oleh sistem

kekerabatan di Bali pada umumnya, khususnya Hukum Adat di wilayah Amlapura yang

masih kuat menganut sistem ke bapa-an (Vaderrechtelijk) sehingga memberikan pengaruh

pada sikap hakim dalam mengambil putusan.

Page 127: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan status perwalian

anak pada perkara perceraian tidak sesuai dengan tujuan perlindungan anak dan

kesejahteraan anak. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Amlapura tidak memberikan

pertimbangan yang mendalam mengenai:

a. ”Kepentingan terbaik anak” yang menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan hak

perwalian anak, sesuai dengan pasal 14 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

b. Hak anak untuk mendapatkan kesejahteraan sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-

undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

3. Kesulitan-kesulitan yang ditemui hakim Pengadilan Negeri Amlapura dalam menetapkan

perwalian anak karena perceraian dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan anak

meliputi :

c. Kesulitan mempertimbangkan rasa keadilan demi kepentingan terbaik anak dan

terjaminnya kesejahteraan anak karena pengaruh dari hukum adat yang sangat kuat.

d. Kesulitan mendapatkan referensi yang akurat tentang para pihak.

B. Implikasi

1) Sistem kekerabatan patrilineal (Vaderrechtelijk) di Amlapura telah memberikan pengaruh

pada sikap hakim.

2) Hukum adat mempunyai pengaruh yang sangat kuat sekalipun hal itu bertentangan dengan

undang-undang.

3) Dalam menentukan hak perwalian, hakim selalu memperhatikan ketentuan pasal 28

Undang-undang nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:

Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang

hidup dalam masyarakat.

C. Saran

Page 128: PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN STATUS PERWALIAN ANAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

a. Ketentuan yang mengatur mengenai kepentingan terbaik anak sebagaimana yang

diamanatkan dalam undang-undang perlindungan anak dan kesejahteraan anak perlu

diadakan evaluasi secara bertahap serta sosialisasi kepada masyarakat agar ketentuan bisa

berlaku selaras dengan hukum adat / kebiasaan setempat.

b. Perlu adanya pelatihan bagi hakim khusus menyangkut hukum adat agar dalam menjatuhkan

putusan perwalian dalam perkara gugatan perceraian bisa menyelaraskan antara undang-

undang yang berlaku dengan hukum adat / kebiasaan setempat.

c. Perlu diberikan sanksi apabila dalam menjalankan perwalian tidak memperhatikan demi

kesejahteraan dan kepentingan terbaik anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam. 2007. Hukum Perlindugan Anak, Restu Agung, Jakarta. Achmad Ali. 2004. Sosiologi Hukum : Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Pusat. STIH

“IBLAM”, Jakarta. ______________, 2008. Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor.

Antonius. 2007. Hati Nurani Hakim dan Putusannya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bimo Walgito. 1993. Pengantar Psikologi Umum, Eresco, Bandung.

Bogdan & J.Taylor.1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif.Penerjemah Arief Furchan, Usaha

Nasional, Surabaya.

Donald Black, 1988. Sosiological Justice, Oxfort University Press, New York.